OSTEOARTHRITIS (OA)
Oleh:
Debi Ningtyas
K1A1 14 062
Pembimbing :
dr. Albertus Varera, Sp. Rad.
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
1
OSTEOARTHRITIS
Debi Ningtyas, Albertus Varera
2
A. PENDAHULUAN
yang mengenai dua pertiga orang berumur lebih dari 65 tahun, dengan
prevalensi 60.5% pada pria dan 70.5% pada wanita. Seiring bertambahnya usia
berdampak lebih buruk di kemudia hari karena sifatnya yang kronik progresif.
[1]
Osteoarthritis merupakan penyakit degenerative sendi akibat pemecahan
kartilago rusak. Gangguan ini berkembang secara lambat, tidak simetris dan
timbulnya nyeri dan disabilitas gerak pada populasi usia lanjut. Penyakit ini
sehari-hari dan menimbulkan dampak sosial ekonomi yang berat.[2] Penyakit ini
ditandai oleh adanya abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru
yang iregular pada permukaan sendi. Trauma dan obesitas dapat meningkatkan
[1]
resiko terjadinya osteoarthritis.
3
Berdasarkan survey Worl Health Organization (WHO) pada tahun 2007,
B. DEFISINI
Osteoarthritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak dan sendi yang
menopang berat badan yang bersifat noninflamasi, penyakit ini bersifat kronik
dan berjalan progresif lambat yang ditandai oleh adanya gambaran khas
C. ANATOMI
Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Sendi genu
dengan tungkai bawah. Sendi genu adalah sendi paling besar dalam tubuh,
sangat komplek mempunyai otot fleksor dan ekstensor yang kuat serta
mempunyai ligamen yang kuat. Fungsi dari sendi genu ini adalah untuk
misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen, tendon, fasia, atau otot.
Terdapat tiga tipe sendi: 1) Sendi fibrosa (sinartrodial), merupakan sendi yang
4
tidak dapat bergerak. 2) Sendi kartilaginosa (amfiartrodial), merupakan sendi
yang dapat digerakkan dengan bebas. Persendian ini adalah lokasi paling sering
1. Tulang yang membentuk sendi genu, yaitu femur, tibia, fibula dan patella.
a. Tulang femur
Merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar di dalam tulang kerangka pada
yang disebut caputfemoris. Di sebelah atas dan bawah dari columna femoris
terdapat laju yang disebut throcantermayor dan throcanter minor, di bagian ujung
membentuk persendian genu. Terdapat dua buah tonjolan yang disebut condylus
medialis dan condylus lateralis, diantara kedua condylus ini terdapat lekukan
5
tempat letaknya tulang tempurung genu (patella) yang disebut dengan fosa
condylus.
b. Tulang tibia
Tulang tibia bentuknya lebih kecil, pada bagian pangkal melekat pada os fibula.
Pada bagian ujung membentuk persendian dengan tulang pangkal kaki dan
c. Tulang fibula
Merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang paha yang membentuk
persendian genu dengan os femur pada bagian ujungnya. Terdapat tonjolan yang
d. Tulang patella
Pada gerakan fleksi dan ekstensi patellaakan bergerak pada tulang femur. Jarak
patelladengan tibia sat terjadi gerakn adalah tetap dan yang berubah hanya jarak
patella dengan femur. Fungsi patella di samping sebagai perekat otototot atau
tendon adalah sebagai pengungkit sendi genu. Pada posisi fleksi genu 90 derajat
kedudukan patella diantara kedua condylus femur dan saat ekstensi maka patella
2. Kapsul sendi
6
Kapsul sendi merupakan pengikat kedua tulang yang bersendi agar tulang tetap
berada pada tempatnya pada waktu terjadi gerakan. Tersusun atas fibrosis dan
artikularis yang tidak dilapisi kartilago artikularis. Kapsul sendi terdiri dari:
a. Lapisan luar
Disebut juga fibrous capsul, terdiri dari jaringan penghubung yang kuat yang tidak
teratur. Dan akan berlanjut menjadi lapisan fibrous dari periosteum yang
menutupi bagian tulang. Dan sebagian lagi akan menebal dan membentuk
ligamentum.
b. Lapisan dalam
Disebut juga synovial membran, bagian dalam membatasi cavum sendi dan
bagian luar merupakan bagian dari artikular kartilago. Membran ini menghasilkan
cairan synovial yang terdiri dari serum darah dan cairan sekresi dari sel synovial.
protein, lemak dan sel-sel lainnya. Polisakarida ini mengandung hyaluronic acid
yang merupakan penentu kualitas dari cairan synovial dan berfungsi sebagai
7
Gambar 2. Kapsul Sendi Genu
3.Sendi genu terdiri dari hubungan antara: os femur dan os tibia (tibiofemoral
a. Tibiofemoral joint
tibia plateu (concave/cekung). Permukaan sendi dari condylus medialis lebih lebar
dibanding condylus lateralis kira-kira 1-2 cm, sehingga jika terjadi gerakan fleksi
atau ekstensi pada permukaan sendi bagian lateral sudah terbatas dibanding
bagian medial. Konsekuensinya, penekanan pada bagian medial relatif lebih kecil
dibanding pada bagian lateral. Bentuk kroming kedua condylus pada bagian
anterior lebih kecil dibanding pada bagian posterior. Pada keadaan seperti itu
maka fase-fase terjadi gerak rolling dan sliding yang mengikuti arah dari
8
permukaan sendi. Pada prinsipnya gerak meniscusmengikuti gerak dari condylus
femoralis, sehingga waktu fleksi maka bagian posterior dari kedua meniscus
b. Patellofemoral joint
Facet sendi ini terdiri dari tiga permukaan pada bagian lateral pada satu
patella stabil.
beban yang diterima sendi Genu sebesar 1/16 dari berat badan
D. EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan data WHO tahun 2015, 40% penduduk dunia yang berusia
mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun dan 65% pada
(14.9%) lebih tinggi dari pada laki-laki (8.7%) diikuti peningkatan usia. [6]
9
Prevalensi OA genu di Rumah sakit Islam Surabaya cukup tinggi sekitar 10.3%
pada tahun 2012 dilihat dari foto rontgen. Sementara data pada Instalasi
Rehabilitasi Medik di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada tahun 2016,
E. ETIOLOGI
(proses penuaan), jenis kelamin, genetic, berat badan, cedera sendi dan
olahraga. [6,8,9]
1. Usia
2. Jenis kelamin
lebih sama antara pria dan wanita, tetapi diatas 50 tahun frekuensi
10
3. Genetik
4. Berat badan
5. Cedera sendi
memiliki faktor resiko 5-6 kali lipat lebih tinggi untuk menderita
11
dengan resiko OA yang lebih tinggi. Peran beban benturan yang
F. PATOFISIOLOGI
ketuaan yang tidak dapat dihindari. Para pakar yang meneliti penyakit ini
mekanis dan kimiawi pada sinovia sendi yang terjadi multifaktorial antara
lain karena faktor umur, stress mekanis dan penggunaan sendi yang
12
yang mengakibatkan terjadinya inflamasi sendi, kerusakan kondrosit.
2. Fase kedua: pada fase ini terjadi fibrilasi dan erosi dari
13
manifestasi perubahan arsitektur sendi dan memberikan
G. DIAGNOSIS
a. Anamnesis
Pembengkakan bisa pada salah satu tulang sendi atau lebih. Hal
14
Nyeri sendi terus-menerus atau hilang timbul, terutama
b. Pemeriksaan Fisik
15
subluksasi, dan kehilangan pergerakan sendi (Range of
H. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Foto Genu
16
2. MRI (Magnetic resinance imaging) adalah pencitraan sensitif
tibia
17
Gambar 5: Tulang rawan hyaline merupakan struktur hipoekoik
I. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
dimulai dari tingkat ringan hingga tingkat berat. Perlu diingat bahwa pada
18
J. TERAPI[9]
1. Non Farmakologis
a. Edukasi
tepat. Maksud dari edukasi ini agar pasien mengetahui seluk beluk
dipakai.
sakit.
harus selalu dijaga agar tetap normal. Apabila berat badan berlebih
2. Farmakologis
- Analgesic topical
19
3. Terapi Bedah
K. PROGNOSIS
Masalah ini berarti bahwa orang tersebut harus membiasakan diri dengan
cara hidup yang baru. Cara hidup yang baru ini sering kali meliputi
perubahan pola makan yang sudah terbentuk seumur hidup dan olahraga,
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Sumual AS. Pengaruh Berat Badan Terhadap Gaya Gesek dan Timbulnya
Osteoarthritis pada Orang diatas 45 Tahun di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado. Skripsi. Manado: Bagian Fisika Fakulyas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado:2012
2. Frans M, Bridgett L, March L, Hoy D, Penserge E, Brooks P. The
Epidemiology Of Osteoarthritis In Asia International Journal of
Rheumatologi Disease. 2011:14
3. Titin TM. Evektifitas Latihan Lutut Terhadapa Penurunan Intensitas Nyeri
Pasien Osteoarthritis Lutut di Yogyakart. Jurnal keperawatan Sriwijaya,
Vol.2 No. 1. 2015
4. Yunita P. Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Cara Penanganan
Radang Sendi Osteoarthritis di Komunitas. Skripsi. Surakarta: Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta:2019
5. Silvia AP, Lorranie MW. Patofisiologi. Vol. 2 Ed.6 Jakarta: EGC. 2006
6. Denny AP. Intervensi Fisioterapi pada Kasus Osteoarthritis Genu di
RSPAD Gatot Soebroto. Jurnal Sosial Humaniora Terapan. Vol. 1 No.2.
2019
7. Paerunan C, Gessal J, Sengkey H. Hubungan antara Usia dan Derajat
Kerusakan Sendi pada Pasien Osteoarthritis Lutut di Instalasi Rehabilitas
Medika RSUP. Prof. Dr. R. D Kandou Periode Januari- Juni 2018. Jurnal
Medika Rehabilitas. Vol. 1 No. 3. 2019
8. Dziedzic K, Hammond A. Rheumatology. Hal 236. 2010
9. Setiati S, Alwi L, Sudoyo A, Simadibrata MK, Setiyohadi B, Fahrial AS.
Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Ed. VI. Jakarta: EGC 2014
10. Noor ZH. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba
Medika. Hal: 308.2016
11. Paulsen F, Waschke J. Sobotta. 2013. Jilid 1.Ed. 23. Jakarta: EGC
21