Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOARTHRITIS DAN ASUHAN

KEPERAWATAN OSTEOATRITIS

Disusun Oleh :

Rendy Oktavianus Runtukahu

Tingkat :

III A

Semester :

Akademi Keperawatan Bala Keselamatan Palu


LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOARTHRITIS

A. KONSEP MEDIS

1. Definisi

Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun
terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali
menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087)

Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995) osteoartritis merupakan
kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi yang dapat digerakkan, terutama sendi
penumpu badan, dengan gambaran patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang
rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang
membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolisme, fisiologis dan
patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan subkondrial dan jaringan tulang
yang membentuk persendian.( R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi ,1999)

2. Etiologi

Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa faktor
resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :

a. Umur.

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang terkuat.
Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya
umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun
dan sering pada umur diatas 60 tahun.

Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan
penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna
kuning.

b. Jenis Kelamin.

Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering
terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun
frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi
oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesisosteoartritis.

c. Genetic

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari seorang
wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih
sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung
mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak perempuan dari wanita tanpa
osteoarthritis.

Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya ditemukan pada pria
yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis, sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang
tuanya yang terkena.

d. Suku

Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat perbedaan
diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-
orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia.Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang –
orang Amerika asli dari pada orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan
cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.

e. Kegemukan (obesitas)

Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya
berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga
dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).

f. Cedera sendi, pekerjaan dan olah raga (trauma)

Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang menimbulkan
kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut
4. Manifestasi Klinik

a. Nyeri dan kekakuan pada satu atau lebih sendi, biasanya pada tangan, pergelangan
tangan, kaki, lutut, spina bagian atas dan bawah, panggul, dan bahu. Nyeri dapat berkaitan
dengan rasa kesemutan atau kebas, terutama pada malam hari

b. Pembengkakan sendi yang terkena, dan penurunan rentang gerak. Sendi tampak
mengalami deformitas

c. Nodus Heberden, pertumbuhan tulang di sendi interfalangeal distal pada jari tangan,
dapat terbentuk

d. Pemeriksaan menunjukkan adanya daerah nyeri tekan krepitus, dan tanda-tanda


inflamasi pada saat-saat tertentu

e. Kehilangan fungsi secara progresif

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Untuk OA tidak ada pemeriksaan laboratorium yang diagnostik, tetapi pemeriksan


laboratorium yang spesifik dapat membantu mengetahui penyakit yang mendasari pada OA
sekunder.

b. Dengan uji serologik dengan pendeteksian di dalam cairan sinovium dan/ serum adanya
makromolekul (mis, glikosaminoglikan) yang dilepas oleh tulang rawan / tulang yang
mengalami degenerasi.

c. Sinar-X.

Gambar sinar X pada engsel akan menunjukkan perubahan yang terjadi pada tulang seperti
pecahnya tulang rawan.

d. Tes darah.

Tes darah akan membantu memberi informasi untuk memeriksa rematik.

e. Analisa cairan engsel

Dokter akan mengambil contoh sampel cairan pada engsel untuk kemudian diketahui apakah
nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh encok atau infeksi.
f. Artroskopi

Artroskopi adalah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalan engsel tulang. Dokter akan
mengamati ketidaknormalan yang terjadi.

g. Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai


penyempitan rongga sendi.

6. Penatalaksanaan

Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh karena
patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit,
meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon
steroid (OAINS) bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak
dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.

7. Komplikasi

Komplikasi yang umum adalah kekakuan sendi dan nyeri tumpul yang dalam, terutama pada
pagi hari. Pemakaian sendi berulang-ulang cenderung menambah nyeri. Krepitus, suara
berderak akibat permukaan yang terpajan saling bergesekan, sering terdengar pada kasus
yang berat. Biasanya sendi agak bengkak, dan mungkin terjadi efusi ringan

Pahatwey
B. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Riwayat Kesehatan

- Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.

- Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui dan
merasakan adanya perubahan pada sendi.

b. Pemeriksaan Fisik

1) Aktivitas/istirahat

Gejala : nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk dengan stress dengan
sendi, kekakuan senda pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris.

Tanda : malaise, keterbatasan ruang gerak, atrofi otot, kulit kontraktur atau kelainan pada
sendi dan otot.

2) Kardiovaskur

Gejala : fenomena Raynaud jari tangan/kaki, missal pucat intermitten, sianotik kemudian
kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal

3) Integritas ego

Gejala : factor-faktor stress akut/kronis missal finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, factor-


faktor hubungan social, keputusan dan ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra
tubuh, identitas diri missal ketergantungan pada orang lain, dan perubahan bentuk anggota
tubuh

4) Makanan / cairan

Gejala : ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengonsumsi makanan atau cairan


adekuat : mual, anoreksia, dan kesulitan untuk mengunyah.

Tanda : penurunan berat badan, dan membrane mukosa kering.

5) Hygiene

Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi secara mandiri,
ketergantungan pada orang lain.
6) Neurosensory

Gejala : kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.

Tanda : pembengkakan sendi simetri

7) Nyeri/kenyamanan

Gejala : fase akut dari nyeri ( disertai / tidak disertai pembengkakan jaringan lunak pada
sendi ), rasa nyeri kronis dan kekakuan ( terutama pada pagi hari ).

8) Keamanan

Gejala : kulit mengkilat, tegang, nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki, kesulitan dalam
menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga, demam ringan menetap, kekeringan pada mata,
dan membrane mukosa.

9) Interaksi social

Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran, isolasi.

c. Riwayat Psiko Sosial

Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pada
pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-
kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat
melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri
klien.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Intoleransi Aktivitas b/d tirah baring dan imobilitas, kelemahan umum, gaya hidup
kurang gerak

b. Ansietas b/d ancaman atau perubahan pada kesehatan, kebutuhan yang tidak terpenuhi

c. Gangguan citra tubuh b/d penyakit, ditandai dengan deformitas sendi

d. Resiko jatuh b/d penurunan kekuatan ekstremitas bawah, kelemahan umum

e. Defisiensi pengetahuan tentang proses penyakit b/d keterbatasan kognitif, kurang


familier dengan sumber-sumber informasi
f. Nyeri b/d penyempitan rongga sendi

g. Defisit perawatan diri b/d gangguan muskuloskeletal, kelemahan

3. Intervensi Keperawatan

a. Intoleransi Aktivitas b/d tirah baring dan imobilitas, kelemahan umum, gaya hidup
kurang gerak

Kriteria Hasil :

· Menoleransi aktivitas yang biasa dilakukan

· Menunjukkan toleransi aktivitas

· Mendemonstrasikan penghematan energi

Intervensi :

1) Kaji tingkat kemampuan klien berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi.

2) Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas

3) Tentukan penyebab keletihan

4) Pantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber-sumber energi yang adekuat

b. Ansietas b/d ancaman atau perubahan pada kesehatan, kebutuhan yang tidak terpenuhi

Kriteria hasil :

· Ansietas berkurang, dibuktikan oleh tingkat ansietas hanya ringan hingga sedang

· Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas yang dibuktikan oleh indikator 1-5
(tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu)

Intervensi :

1) Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien

2) Gali bersama pasien tentang teknik yang berhasil dan tidak berhasil menurunkan
ansietas
3) Bantu pengalihan ansietas melalui radio, TV, permainan untuk menurunkan ansietas
dan memperluas fokus

4) Kolaborasi pemberian obat untuk menurunkan ansietas

c. Gangguan citra tubuh b/d penyakit, ditandai dengan deformitas sendi

Kriteria Hasil :

· Gangguan citra tubuh berkurang yang dibuktikan oleh selalu menunjukkan adaptasi
dengan ketunadayaan fisik

· Menunjukkan citra tubuh

Intervensi :

1) Kaji dan dokumentasikan respons verbal dan nonverbal pasien terhadap tubuh klien

2) Identifikasi mekanisme koping yang biasa digunakan klien

3) Tentukan harapan klien tentang citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan

d. Resiko jatuh b/d penurunan kekuatan ekstremitas bawah, kelemahan umum

Kriteria Hasil :

· Resiko jatuh akan menurun atau terbatas, yang dibuktikan oleh keseimbangan, gerakan
terkoordinasi, perilaku pencegahan jatuh, kejadian jatuh, dan pengetahuan : Pencegahan Jatuh

Intervensi :

1) Lakukan pengkajian resiko jatuh pada pasien

2) Identifikasi karakteristik lingkungan yang dapat meningkatkan potensi jatuh

3) Ajarkan klien bagaimana posisi terjatuh yang dapat meminimalkan cedera

4) Bantu pasien saat ambulasi

5) Sediakan alat bantu berjalan


e. Defisiensi pengetahuan tentang proses penyakit b/d keterbatasan kognitif, kurang
familier dengan sumber-sumber informasi

Kriteria Hasil :

· Mengidentifikasi kebutuhan terhadap informasi tambahan tentang proses penyakit

Intervensi :

1) Kaji tingkat pengetahuan klien saat ini dan pemahaman terhdapa materi

2) Tetapkan tujuan pembelajaran bersama yang realistis dengan klien

3) Pilih metode dan strategi penyuluhan yang sesuai

4) Beri waktu pada klien untuk mengajukan pertanyaan dan mendiskusikan


permasalahannya

f. Nyeri b/d penyempitan rongga sendi

Kriteria Hasil :

· Melaporkan nyeri dapat dikendalikan

· Menunjukkan pengurangan tingkat nyeri

Intevensi :

1) Kaji tingkat nyeri

2) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologis pengendalian nyeri setelah atau selama
aktivitas yang menimbulkan nyeri

3) Kolaborasi pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri (berat)

4) Kendalikan faktor lingkungan yang memengaruhi respon pasien terhadap


ketidaknyamanan

g. Defisit perawatan diri b/d gangguan muskuloskeletal, kelemahan

Kriteria Hasil :
· Menunjukkan perawatan diri : Aktivitas kehidupan sehari-hari dapat terpenuhi

Intervensi :

1) Kaji kemampuan personal hygiene

2) Pantau adanya perubahan kemampuan fungsi

3) Dukung kemandirian klien dalam personal hygiene, bantu klien hanya jika diperlukan

4) Libatkan keluarga dalam pemberian asuhan

5) Akomodasi pilihan dan kebutuhan klien seoptimal mungkin

4. Evaluasi

DAFTAR PUSTAKA

Aby, Ahmad. 2014. Osteoarthritis OA atau Pengapuran


Sendi. http://ahmadaby.blogspot.com. Diakses tanggal 8 Oktober 2014, 18:15 WITA

Anonim. 2012. Osteoarthritis Knee-


Pain. http://www.singhealth.com.sg/Patientcare/Overseas-
Referral/bh/Conditions/Pages/Osteoarthritis-Knee-Pain.aspx. Diakses tanggal 8 Oktober
2014, 18:27 WITA

Cania, Murni. 2014. Askep Osteoarthritis. http://murnicania.blogspot.com. Diakses tanggal 8


Oktober 2014, 18:17 WITA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku edisi 3. Jakarta : EGC

Idrus, Alwi, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi V, jilid III. Jakarta : Internal
Publishing

Muttaqin, Arif. 2011. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal : Aplikasi Pada Praktik Klinik
Keperawatan. Jakarta : EGC
Observasi :

Jalanya penyuluhan dari awal sampai akhir, berjalan dengan baik.

Moderator :

tata bahasa yang dugunakan baik, hanya saja kurang menguasai jalanya pembukaan
(monoton)

Pemateri :

Pembawaan materi baik, pemateri menguasai materi, hanya di pertengahan pemateri sempat
gugup.

Peserta :

Peserta koperatif dan ada hubungan timbal balik antara peserta & pemateri.

Keseluruhan acara :

Keseluruhan acara berjalan dengan baik sesuai perecanaan.

Anda mungkin juga menyukai