Anda di halaman 1dari 60

PENJELASAN PENGISIAN

STATUS GERAIATRI 1
LAPORAN STATUS GERIATRI I

MAHASISWA INTEGRASI 3

DISUSUN OLEH :

Narrahsecha Endahsari J (2019-16-097)

Nazwa Akhvina (2019-16-098)

Patrick William (2019-16-099)

Rafita Milca Bianca (2019-16-100)

Rara Varisya (2019-16-101)

Resi Parmasari (2019-16-102)

PEMBIMBING :

drg. Ratih Widyastuti, MS, Sp.Perio

2
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

JAKARTA

2020

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN………………………………………….......... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 5

2.1 Definisi Lansia……………….…………………………….…....... 5

2.2 Batasan Lansia….………………………........................................ 5

2.3 Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia...…...…………………...…. 8

2.4 Masalah Kesehatan Pada Geriatri...…...…………...…………...…. 14

2.5 Penyakit - Penyakit Pada Geriatri…….......……………………….. 22

2.6 Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Geriatri…………………………. 27

2.7 Penatalaksanaan Pada Geriatri…………………………...……….. 31

BAB III LAPORAN KASUS ………………………………………….. 34

3.1 Pemeriksaan Subyektif……………………………………..……... 34

3.2 Pemeriksaan Obyektif……………………………………..……… 38

3.3 Pemeriksaan Penunjang…………………….………………….….. 43

BAB IV PEMBAHASAN…………………………………….……….... 50

BAB V KESIMPULAN …………………………….………………….. 56

DAFTAR PUSTAKA………………………………………...................... 58

3
4
BAB I

PENDAHULUAN

Geriatri merupakan ilmu yang mempelajari penyakit pada lansia.1 Lansia

adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Peningkatan

jumlah populasi lansia umumnya disertai peningkatan masalah kesehatan pada

lansia, salah satu masalahnya adalah perubahan pada rongga mulut.2 Upaya yang

dilakukan untuk mengatasi masalah penyakit gigi dan mulut pada lansia yaitui

dengan melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. 3 Meningkatnya jumlah

lansia menjadi suatu tantangan, karena usia lanjut dikaitkan dengan perubahan

degeneratif yang disebabkan oleh penyakit kronis, pengobatan dari penyakit

kronis, kondisi sistemik, dan aksesibilitas.4

Geriatri di Kedokteran gigi dapat didefinisikan sebagai pelayanan

perawatan gigi untuk lansia yang melibatkan diagnosis, pencegahan dan

perawatan masalah yang berhubungan dengan proses penuaan dan penyakit terkait

dengan usia lanjut.6,7

Proses penuaan ditandai dengan adanya perubahan pada kondisi fisik dan

psikis, beberapa perubahan tersebut dapat dilihat dari penampakan kulit, wajah,

perubahan organ tubuh, sistem indra, sistem saraf, dan kognitif. Kombinasi dari

perubahan ini dengan kondisi patologis yang berkaitan dengan usia lanjut dapat

mengarah pada kebutuhan akan beberapa perawatan untuk menjaga kualitas

hidup.5,1

Seperti halnya dengan jaringan tubuh lain, kesehatan gigi dan mulut pada

lanjut usia juga dapat mengalami perubahan atau kelainan. Kondisi gigi dan mulut

5
yang secara umum sering dialami pasien lansia adalah karies akar gigi, adanya

penyakit periodontal, kehilangan gigi dan xerostomia. Sel epitel pada mukosa

mulut lansia akan mengalami penipisan, berkurangnya kapiler dan suplai darah,

penebalan serabut kolagen pada lamina propria (selaput lendir atau membran

mukosa). Akibatnya secara klinis mukosa mulut memperlihatkan kondisi yang

menjadi lebih pucat, tipis, kering, dengan proses penyembuhan yang lambat. Hal

ini akan berdampak buruk pada pasien lansia.

Kesehatan rongga mulut juga akan berdampak pada kualitas hidup lansia.

Kehilangan gigi sebagian atau yang luas mengurangi kinerja pengunyahan dan

memengaruhi pilihan makanan, sehingga dapat mempengaruhi kesehatan lansia.

Selanjutnya, meningkatnya angka harapan hidup lansia ini juga harus diwaspadai

sebab akan terjadi juga peningkatan berbagai penyakit degeneratif (kronis) seperti

diabetes melitus, penyakit kardiovaskuler, hipertensi, defisiensi nutrisi dan

disabilitas fisik dan mental. Saat ini, kebutuhan perawatan gigi untuk lansia

meningkat, maka diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang baik dari aspek

kedokteran gigi maupun medis dari proses penuaan.6,7

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Lansia

Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun atau

lebih.8 Pada lansia, terjadi penurunan kemampuan akal dan fisik yang salah

satunya karena proses menua. Proses menua adalah suatu proses menghilangnya

secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya.9

Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-

angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya

tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh. Menua atau

menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.

Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu

waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan

proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu

anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006).10

2.2. Batasan Lansia

2.2.1 Menurut WHO (1999) batasan lansia terdiri dari: 10

· Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,

· Usia tua (old) :75-90 tahun

· Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.

7
Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga

kategori, yaitu:

· Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,

· Usia lanjut yaitu usia 60 tahun atau lebih

· Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas

dengan masalah Kesehatan

2.3 Perubahan yang Terjadi pada Lansia

a. Perubahan Fisik

1. Sistem Indra

Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran)

oleh karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga

dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara

yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60

tahun.10

2. Sistem Intergumen:

Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan

berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan

berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan

glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal

dengan liver spot.10

3. Sistem Muskuloskeletal

Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia, yaitu:

8
 Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago

dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan

yang tidak teratur.

 Jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami

granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan

kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi

cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada

persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.

 Berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari

penuaan fisiologi, sehingga akan mengakibatkan osteoporosis dan

lebih lanjut akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.

 Perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan

jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung

dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif. Sendi;

pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan

fasia mengalami penuaan elastisitas.10

4. Sistem Kardiovaskuler

Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa

jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga

peregangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan

jaringan ikat. Perubahan ini disebabkan oleh penumpukan lipofusin,

klasifikasi SA Node dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan

ikat.10

5.  Sistem Respirasi

9
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas

total paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk

mengkompensasi kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke paru

berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan

gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks

berkurang.10

6. Pencernaan dan Metabolisme

Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan

produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi,

indra pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar

menurun), liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat

penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.10

7. Sistem Perkemihan

Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak

fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan

reabsorpsi oleh ginjal.10

8. Sistem Saraf

Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang

progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan

koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.10

9.  Sistem Reproduksi

Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan mengecilnya

ukuran ovarium dan uterus. Pada wanita terjadi atropi payudara dan pada

10
pria testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya

penurunan secara perlahan.10

b. Perubahan Kognitif

1.   Memory (Daya ingat, Ingatan)

2.  IQ (Intellegent Quotient)

3. Kemampuan Belajar (Learning)

4. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)

5. Pemecahan Masalah (Problem Solving)

6. Pengambilan Keputusan (Decision Making)

7.  Kebijaksanaan (Wisdom)

8. Kinerja (Performance)

9. Motivasi

c. Perubahan Mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :

1. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.

2. Kesehatan umum

3. Tingkat pendidikan

4.  Keturunan (hereditas)

5.  Lingkungan

6. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.

7. Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.

8. Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman

dan famili.

11
9.  Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap

gambaran diri, perubahan konsep diri.

d. Perubahan Spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia

semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat

dalam berfikir dan bertindak sehari-hari.

e. Perubahan Psikososial

1. Kesepian

Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama

jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit

fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama

pendengaran. 10

2. Duka cita (Bereavement)

Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan

kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada

lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan

kesehatan.10

3. Depresi

Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu

diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu

episode depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres lingkungan

dan menurunnya kemampuan adaptasi.10

4. Gangguan cemas

12
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum,

gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif,

gangguan- gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda

dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek

samping obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.10

5. Parafrenia

Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga),

lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau

berniat membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang

terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial. 10

6. Sindroma Diogenes

Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat

mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-

main dengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang dengan tidak

teratur. Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang

kembali.10

2.3 Masalah Kesehatan pada Geriatri

Pesatnya pertumbuhan populasi lansia sebanding dengan peningkatan

berbagai macam masalah kesehatan yang diderita di usia lanjut. 11 Dalam bidang

geriatri terdapat beberapa masalah kesehatan sering yang terjadi baik fisik

maupun psikis adalah sebagai berikut:

a. Imobility

Imobilisasi tercatat menjadi salah satu masalah kesehatan umum yang

paling sering dijumpai pada kelompok pasien usia lanjut tersebut (Sunaryo,

13
dkk, 2016). Masalah imobilitas muncul karena adanya penurunan fungsi

persistem akibat proses penuaan, diantaranya terjadi penuaan sistem sensori,

muskuloskletal, neurologis adapun efek yang di timbulkan dari penuaan yang

terjadi (Edelman & Ficorelli, 2012). Keadaan imobilitas di usia tua dapat

menyebabkan kekakuan pada otot-otot, timbulnya rasa nyeri dan adanya

ketidakseimbangan saat bergerak bagi pasien lanjut usia.11

Imobilisasi dapat mengakibatkan komplikasi seperti terjadinya

penurunan ventilasi, atelektasis, gangguan ginjal serta hiperkalsemia dan

intoleransi glukosa (Miller, 2012). Hal ini menjadi penting untuk dipahami oleh

anggota keluarga tentang efek lanjut akibat imobilisasi yang ditimbulkannya

pada lansia (Hoffman, 2010). Imobilitas sangat berkaitan dengan jatuh

khususnya kelompok lanjut usia. Imobilitas tersebut timbul dikarenakan oleh

faktor fisik, psikologis bahkan dari lingkungan Frekuensi jatuh dapat

menimbulkan efek fobia pada lansia yang akhirnya lansia tersebut membatasi

aktifitasnya sehingga menyebabkan kejadian imobilitas.11

b. Instabilitas dan Jatuh

Jatuh adalah peristiwa yang tidak disengaja yang mengakibatkan orang

tersebut berbaring di tanah atau lantai yang lebih rendah. Jatuh dapat

digambarkan dalam tiga fase. Peristiwa awal melibatkan faktor ekstrinsik

seperti bahaya lingkungan; faktor intrinsik seperti persendian yang tidak stabil,

kelemahan otot, dan refleks postural yang tidak dapat diandalkan; dan aktivitas

fisik yang sedang berlangsung pada saat jatuh. Fase kedua melibatkan

kegagalan sistem untuk mempertahankan postur tegak untuk mendeteksi dan

memperbaiki perpindahan ini untuk menghindari jatuh. Faktor intrinsik bagi

14
individu umumnya, seperti hilangnya fungsi sensorik, gangguan saraf pusat,

dan kelemahan otot. Fase ketiga adalah dampak tubuh pada permukaan

lingkungan, biasanya lantai atau tanah, yang menghasilkan transmisi kekuatan

ke jaringan dan organ tubuh. Ini diikuti oleh fase gejala sisa, yang mungkin

bersifat fisik, psikologis atau sosial.12

Jatuh sangat umum di antara orang dewasa yang lebih tua. Setiap tahun,

sekitar satu dari tiga orang yang berusia di atas 65 tahun yang tinggal di

komunitas tersebut jatuh; angka ini meningkat dengan usia lanjut dan lebih

tinggi di antara orang-orang yang tinggal di lingkungan institusi. Jatuh

menyebabkan mortalitas dan morbiditas yang cukup besar.12

c. Inkontinensia Urin dan Alvi

Inkontinensia urin adalah kondisi yang ditandai oleh defek spingter

kandung kemih atau disfungsi neurologis yang menyebabkan hlangnya kontrol

terhadap buang air kecil.13 Masalah inkontinensia urin ini bukan saja

menimbulkan persoalan fisik melainkan menyebabkan masalah psikologis,

sosial dan ekonomi sehingga mempengaruhi kualitas hidup lansia.14

Inkontinensia urin dua kali lebih umum pada wanita daripada pria dan

mempengaruhi setidaknya 1 dari 3 wanita lansia. Ini bukan akibat penuaan

yang normal. Sebaliknya ini adalah masalah medis yang seringkali dapat

disembuhkan dan harus dirawat. Urin disimpan di kandung kemih dan

dikosongkan melalui uretra. Selama buang air kecil, otot-otot dinding kandung

kemih berkontraksi, memaksa urin dari kandung kemih masuk ke uretra. Otot

sfingter yang mengelilingi uretra mengendur sehingga mengeluarkan urine dari

tubuh. Inkontinensia terjadi jika otot kandung kemih tiba-tiba berkontraksi atau

15
otot sfingter tidak cukup kuat untuk menampung urin. Inkontinensia urin juga

dapat menyebabkan masalah medis seperti iritasi kulit lokal, ruam, dan infeksi

saluran kencing. Pada pasien yang lemah dan terbaring di tempat tidur, dapat

menyebabkan tukak tekan yang dapat meningkatkan risiko infeksi lokal dan

sistemik termasuk osteomielitis dan sepsis.14

International Consultation on Incontinence, WHO mendefinisikan faecal

Incontinence sebagai hilangnya feces cair atau padat tanpa sadar yang

merupakan masalah social atau higienis. Definisi lain menyatakan,

inkontinensia alvi/fekal sebagai perjalanan spontan atau ketidakmampuan

untuk mengendalikan pembuangan feces melalui anus kejadian inkontinensia

alvi/fekal lebih jarang dibandingkan inkontinensia urin.15

d. Insomnia

Insomnia pada lansia merupakan keadaan dimana individu mengalami

suatu perubahan dalam kuantitas dan kualitas pola istirahatnya yang

menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang

diinginkan.15

Umumnya pasien geriatri mengeluh bahwa tidurnya tidak memuaskan dan

sulit memertahankan kondisi tidur. Sekitar 57% orang usia lanjut di komunitas

mengalami insomnia kronis, 30% pasien usia lanjut mengeluh tetap terjaga

sepanjang malam, 19% mengeluh bangun terlalu pagi, dan 19% mengalami

kesulitan untuk tertidur.16

Kebanyakan lansia beresiko mengalami insomnia yang disebabkan oleh

berbagai faktor seperti pensiunan, kematian pasangan, peningkatan obat-obatan

dan penyakit yang dialami. Dampak insomnia pada lansia; misalnya mengantuk

16
berlebihan disiang hari, gangguan atensi dan memori, depresi, sering terjatuh,

penggunaan hipnotik yang tidak semestinya dan penurunan kualitas hidup.15

e. Depresi

Gangguan depresi pada usia lanjut kurang dipahami sehingga banyak

kasus tidak dikenali.6 Biasanya depresi terjadi disertai organik patologis, seperti

kelainan neurologis, kelainan struktur otak, dan pembuluh darah subkortikal,

adanya penebalan intima-media dari arteri karotis yang merupakan marker

artherosklerotik. Pasien yang seperti ini bervariasi dalam tampilan gejala

klinisnya.15

Gejala depresi pada usia lanjut seringkali dianggap sebagai bagian dari

proses menua. Pasien dengan depresi tipe vascular menunjukkan penurunan

kognitf secara negative, lebih lamban psikomotornya, lebih apatis, gangguan

fungsi eksekutif dan respon terhadap pengobatan lebih buruk.5 Prevalensi

depresi pada pasien geriatri yang dirawat mencapai 17,5%. Deteksi dini depresi

dan penanganan segera sangat penting untuk mencegah disabilitas yang dapat

menyebabkan komplikasi lain yang lebih berat.16

f. Gangguan Intelektual (Demensia dan Delirium)

Prevalensi masalah kognitif meningkat seiring bertambahnya usia.17

Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori yang didapat,

disebabkan oleh penyakit otak dan tidak berhubungan dengan gangguan tingkat

kesadaran. Demensia tidak hanya msalah memori tetapi mencakup

berkurangnya kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan atau

mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan pola sentuh, pasien

menjadi perasa dan terganggunya aktivitas.16

17
Prevalensi demensia pada pasien yang berusia lebih dari 70 tahun adalah

13,9%, dan diperkirakan 22,2% pasien dalam rentang usia ini mengalami

gangguan kognitif tanpa demensia nyata. Demensia biasanya didiagnosis ketika

gangguan kognitif mengganggu kemandirian dan fungsi sosial pasien.17

Delirium adalah kondisi neurokognitif umum yang didefinisikan sebagai

perubahan akut dalam perhatian, kewaspadaan, kognisi, dan / atau perilaku.

Kerusakan kognitif yang sudah ada sebelumnya dan usia yang lebih tua diakui

sebagai faktor risiko terjadinya delirium. Dalam konteks onkologi, sebagian

besar penelitian yang mengevaluasi delirium berfokus pada pengaturan rawat

inap dan mencakup pasien dari segala usia, dengan perkiraan prevalensi

delirium mulai dari 33% hingga 58%, tergantung pada populasi yang

dievaluasi.17

g. Penurunan Imunitas

Dengan usia progresif, sistem kekebalan dan kecenderungan untuk

kekebalan abnormal berubah secara fundamental. Infeksi, kanker dan penyakit

autoimun terjadi lebih sering pada orang tua.18

Penurunan respon imun pada usia lanjut diduga didasari oleh beberapa

penyebab diantaranya pemendekan telomere, faktor genetik dan perubahan

hormonal. Telomere berfungsi menutup ujung kromosom sehingga dapat

membedakan ujung kromosom dari DNA yang rusak dalam genom. Kerusakan

DNA memicu gangguan dalam siklus sel dan perbaikan DNA atau memicu

apoptosis jika kerusakannya parah. Sebaliknya, ujung kromosom tidak memicu

respon kerusakan DNA. Vaksinasi merupakan strategi preventif untuk

meningkatkan imunitas lanjut usia.15

18
h. Infeksi

Infeksi pada usia lanjut merupakan penyebab kesakitan dan kematian no. 2

setelah penyakit kardiovaskular di dunia. Infeksi sangat erat kaitannya dengan

penurunan fungsi sistem imun pada usia lanjut. 5 Infeksi yang sering dijumpai

adalah infeksi saluran kemih, pneumonia, sepsis, dan meningitis. Kondisi lain

seperti kurang gizi, multipatologi, dan faktor lingkungan memudahkan usia

lanjut terkena infeksi.16

I. Inanition (Malnutrisi)

Kelemahan nutrisi yang terjadi pada usia lanjut karena kehilangan berat

badan fisiologis dan patologis yang tidak disengaja. Anoreksia pada usia lanjut

merupakan penurunan fisiologis nafsu makan dan asupan makan yang

menyebabkan kehilangan berat badan yang tidak diinginkan.15

j. Iatrogenic Disorder

Lansia merupakan konsumen obat yang paling sering tetapi pada saat

yang sama juga paling sensitif dan terpapar obat yang merugikan seperti: resep

obat, efek racun, triad iatrogenik, didefinisikan sebagai resep dari setidaknya

satu obat yang berpotensi tidak sesuai, dikombinasikan dengan penggunaan

polifarmasi secara terus menerus dan adanya interaksi obat yang potensial, dan

reaksi obat yang merugikan. Diperkirakan bahwa 30% perawatan kesehatan

pada kelompok lansia ini terkait dengan masalah pengobatan.19

Iatrogenesis pada pasien geriatri mempunyai karakteristik yang khas, yaitu

multipatologik, seringkali menyebabkan pasien tersebut perlu mengkonsumsi

obat yang tidak sedikit jumlahnya. Akibat yang ditimbulkan antara lain efek

samping dan efek dari interaksi obat-obat tersebut yang dapat mengancam jiwa.

19
Pemberian obat pada lansia haruslah sangat hati-hati dan rasional karena obat

akan dimetabolisme di hati sedangkan pada lansia terjadi penurunan fungsi faal

hati sehingga terkadang terjadi ikterus (kuning) akibat obat. Selain penurunan

faal hati juga terjadi penurunan faal ginjal (jumlah glomerulus berkurang),

dimana sebagaian besar obat dikeluarkan melalui ginjal sehingga pada lansia

sisa metabolisme obat tidak dapat dikeluarkan dengan baik dan dapat berefek

toksik.15

k. Impaction (Konstipasi)

Konstipasi adalah kondisi dimana feces mengeras sehingga susah

dikeluarkan melalui anus dan menimbulkan rasa terganggu atau tidak nyaman

pada rektum. Pada konstipasi dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti

kurangnya asupan serat, kurang asupan air, pengaruh obat yang dikonsumsi,

pengaruh dari penyakit yang diderita hingga akibat kurang aktivitas fisik.15

l. Impairement of Vision, Hearing and Smell

Gangguan penglihatan, pendengaran dan penciuman juga sering dianggap

sebagai hal yang biasa akibat proses menua. Prevalensi gangguan penglihatan

pada pasien geriatri yang dirawat di Indonesia mencapai 24,8%.12 Gangguan

penglihatan berhubungan dengan penurunan kegiatan waktu senggang, status

fungsional, fungsi sosial, dan mobilitas. Gangguan penglihatan dan

pendengaran berhubungan dengan kualitas hidup, meningkatkan disabilitas

fisik, ketidakseimbangan, jatuh, fraktur panggul, dan mortalitas.16

2.6 Penyaki-penyakit pada Geriatri

Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 melaporkan sepuluh jenis penyakit

tersering yang diderita oleh lansia yang didominasi oleh penyakit tidak menular,

20
penyakit kronik dan degeneratif. Adapun penyakit tersebut antara lain hipertensi,

artritis, stroke, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), Diabetes Mellitus (DM),

kanker dan gagal jantung.20

1. Hipertensi

Salah satu penyakit yang sering muncul dengan berjalannya waktu adalah

tekanan darah atau hipertensi. Penyakit hipertensi merupakan peningkatan

tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ,

seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah

jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam

kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang

ada di dunia. Hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya umur. Berdasarkan

penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi esensial

atau primer yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder.

Hipertensi esensial meliputi kurang lebih 90% dari seluruh penderita hipertensi

dan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder.21

Pada populasi umum, pria lebih banyak yang menderita penyakit ini dari

pada wanita (39% pria dan 31% wanita). Prevalensi hipertensi primer pada

wanita sebesar 22%-39% yang dimulai dari umur 50 sampai lebih 80 tahun,

sedangkan pada wanita berumur kurang dari 85 tahun prevalensinya sebesar

22% dan meningkat sampai 52% pada wanita berumur lebih dari 85 tahun.

Sekitar 60% lansia akan mengalami hipertensi setelah berusia 75 tahun.21

Dilihat dari beberapa faktor dominan penyebab hipertensi, faktor

kelebihan berat badan. Semakin besar massa tubuh, maka semakin banyak darah

yang dibutuhkan untuk masuk oksigen dan makanan kejaringan tubuh. Berarti

21
volume darah yang beredar melalui pembuluh darah meningkat, sehingga akan

memberi tekanan lebih besar kedinding arteri. Selain itu, kelebihan berat badan

dapat meningkatkan frekuensi denyut jantung dan mengakibatkan meningkatnya

tekanan darah. Faktor keturunan menunjukan, jika kedua orang tua kita

menderita hipertensi, kemungkinan terkena penyakit ini sebesar 60%. Peneliti

ini menunjukan ada faktor gen keturunan yang berperan. Dari faktor

penambahan usia ditemukan adanya adanya perubahan alami pada jantung,

pembuluh darah dan hormon.21

2. Artritis

Salah satu penyakit yang juga sering diderita oleh lansia adalah arthritis.

Penyakit Arthritis menurut American Collage of Rheumatology merupakan

suatu penyakit dan potensi ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah

lama dikenal, gejalanya biasanya terdiri dari episodik berat dari nyeri inflamasi

satu sendi.20

Berdasarkan data WHO, penduduk yang mengalami gangguan artritis di

Indonesia tercatat 8,1% dari total penduduk. Sebanyak 29% diantaranya

melakukan pemeriksaan dokter, dan sisanya atau 71% mengonsumsi obat bebas

pereda nyeri. Artritis ditandai dengan rasa nyeri, kekakuan dan bengkak pada

sendi. Sehingga dapat menyebabkan ruang gerak menjadi terbatas. Semakin tua

usia, maka gejala penyakit ini bisa semakin bertambah buruk.20

3. Stroke

22
Insiden penyakit stroke meningkat seiring bertambahnya usia, baik pada

pria maupun wanita dengan sekitar 50% dari semua stroke terjadi pada orang di

atas usia 75 dan 30% di atas usia 85. Stroke adalah salah satu penyebab utama

kecacatan dan penurunan kualitas hidup. Pasien lanjut usia memiliki risiko

kematian yang lebih tinggi, hasil fungsional yang lebih buruk dan lama tinggal

di rumah sakit.22

Stroke terjadi saat suplai darah ke bagian otak tidak terpenuhi sehingga

jaringan otak tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi cukup untuk melakukan

fungsinya. Gangguan motorik adalah defisit yang paling umum setelah stroke,

yang terjadi sebagai akibat langsung dari kurangnya transmisi sinyal dari

korteks serebral atau sebagai proses akumulasi perlahan dari cedera otak atau

atrofi otot karena tidak digunakan. Beberapa gejala dari stroke adalah mati rasa

pada wajah, lengan atau kaki disalah satu sisi tubuh, penurunan penglihatan

disalah satu mata atau kedua mata, kesulitan bicara dan kehilangan

keseimbanagan saat berjalan.22

4. Penyakit paru obstuksi kronis (PPOK)

Penyakit paru obstuksi kronis (PPOK) merupakan penyakit yang

dikarenakan hambatan pada saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversibel.

Hambatan ini bersifat progresif serta berhubungan dengan respon inflamasi paru

terhadap partikel atau gas beracun dan berbahaya. Tahun 2020 World Health

Organization (WHO) memperkirakan penyakit yang dapat menyebabkan

kematian terbanyak nomor tiga ialah PPOK setelah penyakit jantung koroner

dan stroke.23

23
Adapun faktor yang berperan dalam peningkatan penyakit tersebut ialah

kebiasaan merokok yang masih tinggi baik perokok aktif, pasif ataupun bekas

perokok; polusi udara terutama di kota besar, di lokasi industri, dan di

pertambangan; terjadi pada lansia; riwayat infeksi saluran napas bawah berulang

(seperti bronkitis, TB); defisiensi antitripsin alfa – 1 (genetik). Gejala yang

ditimbulkan pada pasien PPOK berupa sesak nafas, batuk disertai dengan

sputum, aktifitas yang terbatas, penurunan berat badan.23

5. Diabetes melitus (DM)

Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan karena

keturunan atau kurangnya produksi insulin yang di hasilkan oleh pankreas.

Selain itu, diabetes meilitus juga dapat disebabkan oleh rusaknya sel β pankreas

sehingga insulin yang dihasilkan tidak efektif. Angka kejadian diabetes meilitus

pada tahun 2015 mencapai 415 juta dan diperkirakan akan terus meningkat tiap

tahunnya. Menurut World health organitation (WHO) tahun 2015, kejadian DM

akan mencapai 641 juta penduduk di tahun 2040.24

Diabetes merupakan kondisi kesehatan yang penting bagi populasi lanjut

usia (lansia); sekitar seperempat orang berusia di atas 65 tahun mengidap

diabetes dan proporsi ini diperkirakan meningkat cepat dalam beberapa dekade

mendatang. Lansia dengan diabetes memiliki tingkat kematian dini lebih tinggi,

cacat fungsional, dan penyakit penyerta, seperti hipertensi, penyakit jantung

koroner, dan stroke, dibandingkan mereka yang tidak menderita diabetes. Pada

lansia dengan diabetes juga berisiko lebih besar untuk menderita beberapa

sindrom geriatrik, seperti polifarmasi, gangguan kognitif, inkontinensia urin,

risiko jatuh, dan nyeri.25

24
6. Kanker

Saat ini, kejadian keganasan setelah usia 65 tahun meningkat 11 kali lipat

dibandingkan dengan orang dewasa muda. Hampir 80% dari semua kanker

didiagnosis pada orang yang berusia di atas 55 tahun.2 Usia rata-rata diagnosis

pada banyak tumor terletak di atas usia 60 tahun, misalnya, kanker payudara

yang sensitif terhadap hormon, mieloma multipel, ginjal, prostat, dan kanker

usus besar.26

Kematian akibat kanker pada pasien berusia di atas 65 tahun (1.068 /

100.000) lebih tinggi daripada pasien yang lebih muda (67 / 100.000). Data ini

menunjukkan bahwa angka kematian akibat kanker 16 kali lebih tinggi pada

usia lanjut dibandingkan usia muda. Lebih dari 70% kematian terkait kanker

padat, seperti prostat, kandung kemih, usus besar, rahim, pankreas, lambung,

rektum, dan paru, terjadi pada pasien berusia di atas 65 tahun.27

7. Gagal Jantung

Gagal jantung adalah sindrom klinis yang kompleks akibat

ketidakmampuan jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik jaringan

secara memadai, atau hanya terjadi dengan tekanan pengisian yang tinggi. Data

dari studi Framinghan menunjukkan bahwa kejadian gagal jantung meningkat

secara progresif pada kedua jenis kelamin menurut usia. Prevalensi ini sekitar

3,3% pada populasi ≤ 45 tahun, 10,5% pada individu ≥ 65 tahun, dan sekitar

20,0% pada populasi ≥ 75 tahun [2,3] membuat gagal jantung adalah penyebab

utama rawat inap pada populasi geriatri.28

Penyebab tersering gagal jantung pada lansia adalah penyakit

aterosklerotik koroner dan hipertensi arteri, yang sering terjadi bersamaan.

25
Manifestasi gagal jantung dapat bervariasi, tergantung pada perjalanan waktu

sindrom dan kemungkinan aktivasi mekanisme kompensasi, mulai dari

disfungsi ventrikel asimtomatik ringan hingga gagal ventrikel kiri akut.

Dispnea saat aktivitas, ortopnea, edema ekstremitas bawah dan keluhan

kelelahan adalah gejala utama dari gagal jantung, baik pada orang muda dan

orang tua.28

2.7 Masalah Kesehatan Gigi dan Mulut pada Pasien Geriatri

1. Karies pada akar gigi

Karies gigi adalah infeksi yang dapat menular yang disebabkan oleh

bakteri tertentu (Streptococcus mutans, Streptococcus sobrinus,

lactobacilli, dan lain-lain) yang berkoloni di permukaan gigi, memakan

karbohidrat, dan menghasilkan asam sebagai produk limbah. Asam ini

melarutkan kandungan mineral gigi, dan jika tidak dihentikan, akan

terbentuk lesi karies.31

Prevalensi karies akar yang tidak dirawat adalah 12% untuk orang

dewasa berusia 65-74 tahun dan 17% untuk mereka yang berusia di atas

75. Terbukanya permukaan akar disertai dengan status kesehatan dan

pemakaian berbagai obat penyebab resiko tinggi pada lansia untuk terkena

karies akar.31

Beberapa faktor dapat mempengaruhi terjadinya karies akar, yaitu:

· Diet, Vipeholm Dental Karies Study menunjukan bahwa meningkatnya

asupan gula sehari-hari, terutama bila dikonsumsi antara waktu makan,

jadi, analisa diet dapat membantu dalam mendiagnosa resiko karies.32

26
· Flora mulut, telah ditunjukan jika Streptococcus mutans dan

Laktobacillus berhubungan dengan karies akar, pemeriksaan hitung

mikroorganisme ini dalam saliva bermanfaat untuk memperkirakan

resiko terjadinya karies.32

· Xerostomia atau mulut kering adalah faktor terpenting dari karies akar.

Umumnya, mulut kering atau menurunnya fungsi saliva disebabkan

oleh bertambahnya usia.32

2. Penyakit Periodontal

Penyakit periodontal merupakan suatu kondisi jaringan periodontal

yang terdiri dari gingiva, tulang alveolar, membrane periodontal, dan

sementum terserang infeksi sehingga mengalami peradangan dan

kerusakan.32 Penyakit periodontal memiliki prevalensi yang lebih tinggi

pada orang dewasa yang lebih tua daripada kelompok usia lainnya.31

Penyakit periodontal yang umumnya terdapat pada lansia, yaitu:32

A. Gingivitis Kronis merupakan peradangan pada jaringan gingiva yang

merupakan tahap paling awal dari penyakit periodontal. Kondisi ini

disebabkan oleh iritasi dari plak yang biasanya terdapat di daerah sulkus

gingiva dan tidak terbersihkan sehingga bakteri yang ada di dalam plak

akan menghasilkan toksin dan menginfeksi gingiva sehingga

mengalami peradangan. Gejala klinis keradangan gingiva ditandai

adanya kemerahan pada gingiva, pembesaran giniva (oedem) dan

mudah berdarah saat menyikat gigi atau saat probing (BOP).

B. Periodontitis Kronis merupakan keradangan pada jaringan periodontal

yang menyebabkan kerusakan yang progresif dari ligamen periodontal,

27
sementum dan tulang alveolar, ditandai dengan adanya pembentukan

poket periodontal dan resesi. Perlekatan gusi dengan gigi juga akan

rusak sehingga sulkus gingiva semakin dalam dan plak yang ada di

dalamnya semakin sulit dibersihkan. Jaringan periodontal pada kondisi

ini tidak bisa kembali seperti semula, tapi proses kerusakannya bisa

dihentikan dengan melakukan perawatan scaling-rootplaning

dikombinasikan dengan perawatan periodontal lainnya.

Periodontits kronis dapat menyebabkan kerusakan tulang alveolar

yang parah sehingga gigi-geligi mengalami mobilitas (kegoyangan).

Kegoyangan gigi yang sangat parah, apabila tidak dapat dilakukan

perawatan periodontal kemungkinan dilakukan pencabutan gigi.

Lansia dengan kelompok umur 65 tahun ke atas mengalami

kehilangan seluruh gigi mencapai 17,6%, jauh diatas target WHO 2010

yaitu 5%. Usia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya

penyakit periodontal. Penelitian terhadap kelompok lansia berusia lebih

dari 70 tahun di India, 86% diantaranya mengalami moderate

periodontitis dan 25% di antaranya mengalami kehilangan gigi.

Prevalensi dan tingkat keparahan penyakit periodontal meningkat

seiring dengan bertambahnya usia. Perubahan-perubahan terkait proses

penuaan seperti pemakaian obat, penurunan fungsi imun, dan perubahan

status nutrisi serta faktor-faktor resiko lainnya juga meningkatkan

kerentanan terhadap penyakit periodontal.31

3. Manisfestasi di dalam Rongga Mulut

28
Penambalan gigi dengan amalgam yang berbahan merkuri sudah

ratusan tahun digunakan. Namun dalam beberapa tahun terakhir amalgam

diduga berpotensi membuat orang terkena racun merkuri. 33 Dalam waktu

lama, merkuri dalam mulut dapat bereaksi dengan zat lain dan bereaksi

dengan saliva. Pelepasan merkuri dapat terjadi karena adanya friksi dan

abrasi pada permukaan amalgam pada saat pengunyahan dan meminum

minuman panas. Keracunan merkuri dapat menimbulkan garis gelap di

bawah gingival margin.34

Efek merkuri dalam gingival dapat terjadi karena adanya garam

merkuri yang terlarut dalam sirkulasi darah dan kapiler gingival. Garam

tersebut berkontak dengan hydrogen sulfide yang dibentuk selama

dekomposisi plak dalam sulkus gingival. Kombinasi hydrogen sulfide

dengan garam merkuri akan mengakibatkan penyumbatan mikrosirkulasi

dan iritasi kronis.34

Manifestasi keracunan merkuri dalam rongga mulut: Hipersalivasi

atau peningkatan yang mencolok dari aliran saliva yang kental sekali, rasa

terbakar dalam mulut dan tenggorokan, Rasa gatal dan rasa logam di lidah

yang disebabkan oleh garam merkuri dalam saliva, ulserasi dalam

membrane mukosa, palatum dan faring, lidah membengkak, sakit dan

sering mengalami ulserasi, kelenjar limfe dan saliva membesar dan sakit,

perubahan warna gusi menjadi abu-abu, stomatitis, gigi-gigi goyang,

tremor pada lidah.34

4. Kista

29
Kista didefinisikan sebagai rongga patologis yang berbatas/dilapisi sel

epitel dan mengandung fluid atau semifluid. Kista akan terasa sakit dan

tidak nyaman jika disertai dengan adanya infeksi akut atau pada

pemeriksaan radiografi, tampak radiolusen di sekitar gigi. Kista

diklasifikasikan menjadi 3 kelompok besar yaitu kista pada rahang, kista

yang berhubungan dengan antrum maksila, dan kista jaringan lunak pada

muka, wajah dan leher.35

Kista odontogenik merupakan bentuk paling umum dari lesi kista

yang mempengaruhi wilayah maksilofasial. Kista odontogenik adalah

rongga yang berisi cairan patologis yang dilapisi oleh epitel odontogenik.

Kista odontogenik yang paling sering terjadi adalah kista radikuler.35

Kista radikuler terjadi sekitar 52-68% dari semua kista yang

mempengaruhi rahang manusia. Lebih sering terjadi pada laki-laki

dibandingkan perempuan dan maksila lebih rentan daripada mandibular.

Kebanyakan kista radikuler kurang simptomatik. Pasien hanya sering

mengeluh terjadi pembesaran/pembengkakan yang berjalan lambat.35

Kista radikuler tidak akan menimbulkan rasa sakit kecuali

terinfeksi. Menurut Musaffer, secara umum ciri khas kista radikuler antara

lain berkembang secara perlahan, tidak akan terbentuk rongga yang sangat

besar, tidak disertai nyeri kecuali jika inflamasi ekserbasi akut muncul, tes

elektrik pada gigi (-), gigi goyang dan tes perkusi pada gigi (+).35

2.8 Penatalaksanaan pada Geriatri

Beberapa penatalaksanaan secara umum pada geriatri antara lain:

a. Asupan diet protein, vitamin C, D, E & mineral yang cukup

30
Orang usia lanjut umumnya mengkonsumsi protein kurang dari angka

kecukupan gizi. Proporsi protein yang adekuat merupakan faktor penting,

bukan dalam jumlah besar pada sekali makan. Protein sebaiknya

mengandung asam amino esensial dengan kemampuan anabolisme

protein tertinggi sehingga dapat mencegah sarcopenia.16

b. Olahraga secara teratur

Kemampuan dasar seperti: berjalan, keseimbangan, fungsi kognitif.

Aktivitas fisik dapat menghambat penurunan massa dan fungsi otot

dengan memicu peningkatan massa dan kapasitas metabolik otot sehingga

memengaruhi energi expenditure, metabolis glukosa dan cadangan

protein.16

c. Pencegahan infeksi dengan vaksin16

d. Antisipasi kejadian yang dapat menimbulkan stress

Contoh: pembedahan elektif dan reconditioning cepat setelah mengalami

stress dengan pemberian nutrisi dan fisioterapi individual.16

e. Terapi pengobatan pada lansia berbeda dengan pasien usia muda

Adanya perubahan kondisi tubuh yang disebabkan oleh usia, dan

dampak yang timbul dari penggunaan obat – obatan yang digunakan

sebelumnya sehingga terapi pengobatan pada pasien lansia dan muda

berbeda.16

f. Penatalaksanaan resiko jatuh:

 Perhatikan penggunaan alat bantu melihat (kacamata) dan alat bantu

dengar (earphone)

 Terapi fisik dan / atau rujukan terapi okupasi untuk kekuatan dan

keseimbangan

31
 Evaluasi dan ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman

 Evaluasi kemampuan kognitif

 Penggunaan alat bantu jalan seperti hand rail walker 12

g. Penatalaksanaan gangguan tidur :

 Tingkatkan aktivitas rutin setiap hari

 Ciptakan lingkungan yang nyaman

 Mengurangi konsumsi kopi

 Terapi relaksasi

 Berikan benzodiazepine seperti temazepam ( 7,5 – 15 mg).29

h. Penanganan delirium

 Memanfaatkan konseling antara pasien dengan keluarganya. Hal ini

bermanfaat untuk membantu pasien mengurangi tingkat kebingungan,

misalnya mengingatkan waktu dan tempat suatu kejadian tertentu. 13

 Terapi farmakologis dibentuk obat antipsikotik dosis minimal yang

mungkin dapat digunakan.13

- Tindakan nonfarmakologis termasuk bantuan besar, dan termasuk

tindakan seperti mengurangi kebisingan; menyediakan

pencahayaan lembut, jam, dan kalender.12

- Perbaikan gangguan sensoris.30

32
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Pemeriksaan Subyektif

3.1.1 Anamnesis

Pasien perempuan berusia 65 tahun datang ke RSGM UPDM(B) dengan

keluhan giginya kotor, banyak karang gigi, banyak noda hitam pada giginya, dan

lidah terasa pahit. Sebelumnya pasien tidak pernah pergi ke dokter gigi untuk

pembersihan karang gigi. Setelah dilakukan pemeriksaan ditemukan poket 4-5

33
mm pada semua gigi. Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi dan asam urat

serta sering meriang dan batuk di malam hari. Pasien memiliki riwayat pernah

operasi katarak serta mengonsumsi obat amlodipine dan obat asam urat namun

tidak rutin. Pasien tidak memiliki riwayat pernah jatuh namun merasa

penglihatannya agak buram, serta beberapa tahun tahun terakhir sudah tidak bisa

menahan buang air kecil dan sering buang air kecil.

3.1.2 Penilaian Risiko Jatuh Pasien Geriatri Berdasarkan Skala Risiko Jatuh

Ontario Modified Stratify

Keterangan
Parameter Skrining Jawaban Skor
Nilai
Apakah pasien datang ke
Tidak
rumah sakit karena jatuh? Salah satu 0
Riwayat
Jika tidak,apakah pasien jawaban ya
Jatuh
mengalami jatuh dalam 2 Tidak =6
bulan terakhir ini?
Apakah pasien delirium?
(tidak dapat membuat
keputusan, pola pikir tidak Ya
terorganisir, gangguan daya
ingat) Salah satu 14
Status
Apakah pasien disorientasi? jawaban ya
Mental
(salah menyebutkan waktu, Tidak = 14
tempat, atau orang)
Apakah pasien mengalami
agitasi? (ketakutan, gelisah, Ya
dan cemas)
Penglihatan Apakah pasien memakai Salah satu
Tidak
kacamata? jawaban ya
Apakah pasien mengeluh ada Ya =1 1

34
penglihatan buram?
Apakah pasien mempunyai
katarak, galukoma, degenerasi Ya
makula?
Apakah terdapat perubahan
Kebiasaan perilaku berkemih? 2
Ya Ya = 2
berkemih (Frekuensi, urgensi,
inkontinensia, nokturia)
Mandiri (boleh menggunakan 0
Transfer alat bantu jalan)
Jumlahkan
(dari tempat Memerlukan sedikit bantuan 1
nilai
tidur ke (1 orang) atau dalam
transfer dan
kursi dan pengawasan
mobilitas.
kembali ke Memerlukan bantuan yang 2
Jika nilai
tempat nyata (2 orang)
total 0 – 3
tidur) Tidak dapat duduk dengan 3 0
maka skor
seimbang, perlu bantuan total
=0
Mandiri (boleh menggunakan 0
Jika nilai
alat bantu jalan)
total 4 – 6
Berjalan dengan bantuan 1 1
Mobilitas maka skor
orang (verbal / fisik)
=7
Menggunakan kursi roda 2
Immobilisasi 3
TOTAL SKOR 17

Pada parameter kebiasaan berkemih terdapat perubahan urgensi dalam perilaku


berkemih.
Keterangan skor :
0-5 = resiko rendah
6-16 = resiko sedang
17-30 = resiko tinggi

35
Berdasarkan tabel di atas total skor 17, dengan kesimpulan pasien ini memiliki

risiko jatuh tinggi.

3.1.3 Penilaian Adl (Activity Daily Leaning)

Ketergantungan Mandiri
(Skor 0) (Skor 1)
No Aktifitas
DENGAN bantuan, arahan, TANPA bantuan, arahan atau
. Skor : 0 atau 1
asisten pribadi atau dirawat asisten pribadi
total oleh orang lain
1. Mandi Membutuhkan bantuan Mandiri atau membutuhkan
lebih dari satu bagian bantuan hanya sedikit bagian
Skor : _1_ tubuh, dibantu untuk keluar seperti membersihkan punggung,
masuk kamar mandi. Total area genital atau hambatan
dimandikan ekstremitas
2. Berpakaian Membutuhkan bantuan Mengambil pakaian dari lemari
untuk berpakaian sebagian dan memakaikan ke diri sendiri.
Skor : _1_ atau total dipakaikan. Butuh bantuan untuk memakai
sepatu
3. Ke toilet Membutuhkan bantuan Berkemih, membersihkan area
untuk berkemih, genital secara mandiri
Skor : _1_ membersihkan area genital
atau menggunakan pispot.
4. Berpindah Membutuhkan Berpindah tempat tidur-kursi-
bantuanuntuk berpindah tempat tidur secara mandiri atau
Skor : _1_ dari tempat tidur ke kursi dengan menggunakan alat
atau butuh bantuan orang bantuan.
lain dalam segala aktifitas.
5. BAB & BAK Sebagian atau total tidak Dapat mengendalikan BAB &
dapat mengendalikan BAB BAK
Skor : _0_ & BAK
6. Makan Membutuhkan bantuan Mengambil makanan dari piring
sebagian atau total untuk dan disuapi ke mulut tanpa

36
Skor : _1_ menyuapi diri atau bantuan. Persiapan makanan dapat
diberikan secara parenteral. dilakukan oleh orang lain.
Skor 0 – 2 : lansia bergantung penuh dengan orang lain
Total skor : _5_ 3 – 4 : lansia ringkih
5 – 6 : lansia mandiri ⩗

Berdasarkan tabel di atas total skor 5, dengan kesimpulan lansia mandiri.

3.2 Pemeriksaan Obyektif

3.2.1 Pemeriksaan Fisik

a. Suhu : 36,5 0C

b. Tekanan darah : 130/85 mmHg

Pemeriksaan klinis keadaan umum pasien normal. Menurut tabel skala

tekanan darah berdasarkan umur pasien geriatri memiliki tekanan darah

normal.

3.2.2 Pemeriksaan Ekstra Oral

Pemeriksaan ekstra oral pasien geriatri ditemukan, yaitu:

1. Wajah pasien simetris, sirkum oral TAK (tidak ada kelainan), pipi TAK

Gambar 1. Wajah pasien dari depan.

(a.)

(b.)

37
Gambar 2. a. Wajah pasien dari sebelah kiri, b. Wajah pasien dari sebelah kanan

2. Mata

Gambar 3. Mata sebelah kanan dan kiri tampak adanya kekeruhan pada lensa

3. Bibir

Gambar 4.

Bibir tidak ada kelainan

4. Kelenjar limfe servikal, submandibular, submental kanan dan kiri :

teraba, lunak, tidak sakit

5. Sendi temporomandibula kanan dan kiri : TAK

3.2.3 Pemeriksaan Intra Oral

Pada pemeriksaan intra oral ditemukan, yaitu:

1. Kebersihan mulut buruk

38
2. Mukosa bukal pasien

Gambar 5. Mukosa bukal kanan Gambar 6. Mukosa bukal kiri


terdapat pigmentasi. tidak ada kelainan

3. Rahang atas

Gambar 7. Palatum durum dan palatum mole TAK, karies mesioproksimal gigi 16

4. Rahang bawah

39
Dasar mulut TAK, gigi 47 karies oklusal, sisa akar gigi 36,37,47

5. Lidah

Pada 2/3 anterior dorsum lidah terdapat


fissure dalam, multiple kemerahan, dikelilingi atrofi papilla.

3.2.4 Odontogram

11 Abrasi, Resesi klas II Normal 21


12 Abrasi, Resesi klas II Abrasi 22
13 Abrasi, Atrisi, Resesi klas II Abrasi, Atrisi, Resesi klas II 23
14 Abrasi, Atrisi, Resesi klas II Abrasi, Atrisi, Resesi klas II 24
15 Abrasi, Atrisi, Resesi klas II Abrasi, Atrisi, Resesi klas II 25
16 Abrasi, Atrisi, Resesi klas II, Abrasi, Atrisi, Resesi klas II 26
Karies mesiopalato proksimal
17 Missing Missing 27
18 Missing Normal 28

40
48 Missing Normal 38
47 Karies Oklusal Gangren Radix 37
46 Gangren Radix Gangren Radix 36
45 Abrasi, Atrisi, Resesi klas II Linguoversi, Abrasi, Atrisi, 35
Resesi klas II
44 Abrasi, Atrisi, Resesi klas II Abrasi, Atrisi, Resesi klas II 34
43 Abrasi, Atrisi, Resesi klas II Abrasi, Atrisi, Resesi klas II 33
42 Abrasi, Atrisi, Resesi klas II Linguoversi, Abrasi, Atrisi, 32
Resesi klas II
41 Distolinguoversi, Abrasi, Abrasi, Atrisi, Resesi klas II 31
Atrisi, Resesi klas II

1. Oklusi pasien

41
Oklusi pasien tidak ada

2. Diastema : Mesial 12,

mesial gigi 22, mesial gigi 28

3. Gigi anomali : Tidak ada

D : 5, M: 4, F: -

3.3 Pemeriksaan Penunjang

3.3.1 Interpretasi Laboratorium Darah

Hasil Pemeriksaan Laboratorium

- Darah rutin :
· Kadar hemoglobin lebih rendah dari nilai normal menandakan pasien
mengalami anemia
· Kadar leukosit lebih tinggi dari nilai normal menandakan pasien sedang
mengalami infeksi

42
· Kadar trombosit lebih tinggi dari nilai normal menandakan pasien
mengalami trombositosis
· Kadar hematokrit lebih rendah dari nilai normal menandakan pasien
mengalami anemia
· Kadar eritrosit lebih rendah dari nilai normal mendadakan pasien
mengalami anemia
· Kadar neurotrofil lebih tinggi dari nilai normal menandakan pasien
mengalami neutrofilia
· Kadar limfosit lebih rendah dari nilai normal menandakan pasien
mengalami limfopenia
· Kadar MCHC lebih tinggi dari nilai normal menandakan pasien
mengalami anemia hemolitik
· Kadar hemoglobin rendah, hematokrit rendah serta MCHC tinggi
menandakan pasien mengalami anemia akibat penyakit kronis, anemia
defisiensi zat besi awal
· Kadar leukosit tinggi, neutrofil tinggi menandakan adanya infeksi bakteri
akut
- GDS: Gula darah normal

3.3.2 Interpretasi Radiologi

43
Hasil Pemeriksaan Rontgen Panoramik

· Terdapat resorbsi tulang alveolar horizontal pada regio rahang atas dan

regio bawah. Terdapat karies pasa mesioproksimal gigi 16 dan karies

oklusal pada gigi 47. Terdapat gambaran sisa akar gigi 37, 36 dan 46.

Tidak ditemukan adanya lesi periapikal.

3.3.3 Diagnosis: Periodontitis kronis generalis pada gigi-geligi rahang atas dan

bawah.

3.3.4 Prognosis: Baik, karena pasien kooperatif dan penyakit sistemik terkontrol.

3.3.5 Rencana Perawatan:

Tahap I : DHE dan OHI, scaling dan root planning

Tahap II: Pencabutan gigi-geligi sisa akar 37, 36 dan 46

Tahap III: Penambahan gigi 16, 47

Perawatan Tahap IV: Kuretase pada gigi-geligi yang mengalami periodontitis.

Tahap V: Kontrol pasca perawatan kuretase dan OHI

3.3.6. Rujukan: ke bagian Prostodonsia untuk pembuatan gigi tiruan

44
PENILAIAN OSCAR
Faktor Penilaian Alat ukur
Kondisi kesehatan rongga mulut
pasien geriatri :
 Gigi geligi: Missing teeth gigi
18, 17, 48;
 sisa akar gigi 37, 36, 46;
 resesi gingiva pada regio 16,
15, 14, 13, 12, 11, 23, 24, 25,
26, 35, 34, 33, 32, 31, 41, 42, - Pemeriksaan intra
O Oral
43, 44, 45. oral dan radiografi
 Karies pada gigi 16, 47
 Kalkulus pada RA dan RB
 Resesi gingiva kelas II pada
RA dan RB
 Crowding gigi anterior RB
 Resorbsi tulang alveolar pada
gigi-gigi RA dan RB
 Pasien memiliki riwayat
penyakit hipertensi dan asam
urat.
- Anamnesis dan
S Systemic  Saat ini pasien tidak sedang
Pemeriksaan penunjang
mengkonsumsi obat-obatan
yang rutin.
 Pasien mengalami anemia

C Capability - Berdasarkan penilaian ADL -Pemeriksaan ADL dan


pasien termasuk lansia mandiri -Pemeriksaan risiko
dan mampu merawat diri jatuh
sendiri.
- Pada penilaian risiko jatuh
termasuk tingkat risiko jatuh
tinggi.
- Kebersihan rongga mulut

45
pasien buruk karena hasil
pemeriksaan intra oral masih
terdapat kalkulus pada RA dan
RB dan terdapat sisa akar gigi
37, 36, dan 46.
Pasien mampu mengambil
keputusan untuk menentukan
A Autonomy alternatif perawatan yang akan Wawancara
dilakukan.

Secara pemeriksaan keseluruhan


pasien sudah dapat dilakukan
perawatan karena kondisi
rongga mulut (OH) buruk,
secara sistemik pasien memiliki
tekanan darah yang terkontrol
R Reality meskipun memiliki riwayat Status pasien geriatri
penyakit sistemik lainnya,
secara ekonomi baik, dan pasien
kooperatif serta memiliki
kondisi yang memungkinkan
untuk dilakukan perawatan gigi
selanjutnya.

46
BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien perempuan berusia 65 tahun datang ke RSGM UPDM(B) dengan

keluhan giginya kotor, banyak karang gigi, banyak noda hitam pada giginya, dan

lidah terasa pahit. Sebelumnya pasien tidak pernah pergi ke dokter gigi untuk

pembersihan karang gigi. Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi dan asam

urat serta sering meriang dan batuk di malam hari. Pasien memiliki riwayat

pernah operasi katarak serta mengonsumsi obat amlodipine dan obat asam urat

namun tidak rutin.

Usia lanjut merupakan suatu periode kehidupan yang ditandai dengan

perubahan atau penurunan fungsi tubuh, yang awal mulainya berbeda-beda untuk

setiap individu. Memasuki usia lanjut biasanya didahului oleh penyakit kronik,

berhentinya aktivitas, serta pengalihan.

Bersamaan dengan bertambahnya usia terjadi pula penurunan fungsi organ

tubuh dan berbagai perubahan fisik.36 Masalah kesehatan rongga mulut yang

utama pada lansia yaitu karies gigi yang disebabkan perubahan saliva terkait

dengan usia, diet makanan yang buruk, resesi gingiva, dan efek samping yang

diperoleh dari mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menyebabkan xerostomia.37

Shay menyarankan pendekatan sistematis untuk merencanakan perawatan

mulut pada lansia, yang disebut OSCAR dan yang digunakan untuk menentukan

kebutuhan pasien tertentu. Dokter gigi dapat menggunakan OSCAR sebagai

sarana untuk memperhitungkan semua faktor yang dapat berdampak pada potensi

perawatan lansia. OSCAR adalah sarana dan pendekatan yang baik dan sistematis

47
untuk lansia yang baru memulai perawatan dengan masalah medis yang

kompleks.38

OSCAR merupakan singkatan dari: O: Oral ; S: Systemic ; C: Capability ;

A: Autonomy ; R: Reality. O: Oral mengevaluasi gigi, gigi tiruan, jaringan

periodonsium, status pulpa, mukosa oral, oklusi, dan saliva. S: Systemic

mengevaluasi perubahan usia, diagnosis medis, obat-obatan, dan cara

berkomunikasi. C: Capability mengevaluasi kemampuan fungsional seperti

kemampuan merawat diri sendiri, kebersihan mulut, pengasuh, dan kebutuhan alat

bantu transportasi. A: Autonomy mengevaluasi kemampuan untuk memberikan

persetujuan tindakan medis atau ketergantungan kepada orang lain. R: Reality

mengevaluasi prioritas pasien terhadap perawatan kesehatan mulut, keterbatasan

keuangan, dan harapan hidup.39

Hasil evaluasi dari O: Oral pada pasien ini menunjukkan bahwa pasien

memiliki kebersihan mulut yang buruk. Perubahan pada mata dan bibir adalah

perubahan fisiologis yang biasa terjadi pada geriatri. Pada pemeriksaan ekstra oral

kedua mata pasien terdapat kekeruhan pada lensa. Mata pasien yang keruh

tersebut merupakan penyakit mata yang biasa disebut katarak, pasien juga

mempunyai riwayat melakukan operasi katarak. Katarak adalah kekeruhan pada

lensa kristalina. Faktor yang berpengaruh seperti usia yang lebih tua, pola hidup,

genetik, trauma pada mata.40 Katarak ditandai dengan adanya gangguan

penglihatan (kabur atau mendung), penurunan tajam penglihatan secara progresif,

membutuhkan lebih banyak cahaya untuk melihat hal-hal yang jelas, silau,

perubahan persepsi warna dapat terjadi dengan intensitas berkurang, kurangnya

48
kontras atau distorsi kekuningan. Katarak terus berkembang seiring waktu,

menyebabkan kerusakan penglihatan secara progresif.41

Pada bibir pasien terlihat cracking yang bisa terjadi oleh karena

xerostomia. Xerostomia disebabkan karena terjadinya atropi pada kelenjar saliva

yang akan menurunkan produksi saliva dan mengubah komposisinya. Seiring

dengan meningkatnya usia, terjadi perubahan dan kemunduran fungsi kelenjar

saliva, dimana parenkim kelenjar akan hilang dan digantikan oleh jaringan ikat

dan jaringan lemak. Keadaan ini mengakibatkan pengurangan jumlah aliran

saliva.42,43

Pada pemeriksaan radiografi terdapat penurunan tulang secara horizontal

di semua regio. Sisa gigi yang terdapat pada mulut pasien berjumlah 28 gigi yaitu

gigi 16, 15, 14, 13, 12, 11, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 28, 38, 37, 36, 35, 34, 33, 32, 31,

41, 42, 43, 44, 45, 46, 47. Gigi 16 karies mesioproksimal, gigi 37, 36, 46 sisa

akar, gigi 47 karies oklusal. Pasien mengalami resesi kelas II pada seluruh gigi.

Mukosa bukal kanan terdapat pigmentasi. Pada 2/3 anterior dorsum lidah pasien

terdapat fissure dalam, multiple kemerahan, dan dikelilingi atrofi papilla.

Perubahan yang terjadi pada rongga mulut dipengaruhi oleh usia, dimana

dijumpai keadaan atropi dan kerusakan pada gigi geligi serta kehilangan gigi

geligi. Atropi terjadi pada mukosa mulut dan lidah. Perubahan pada keseimbangan

cairan membran mukosa pada manula menyebabkan terjadinya atropi, hilangnya

stippling, penipisan epitel, menurunnya kelenturan jaringan ikat sehingga

mengakibatkan mukosa mulut menjadi lebih pucat, tipis dan kering, mudah

mengalami iritasi terhadap tekanan atau gesekan.44

49
Hasil evaluasi S: Sistemik ada pasien ini pada pasien ini menunjukkan

bahwa pemeriksaan klinis keadaan umum pasien normal dengan tekanan darah

berdasarkan umur pasien geriatri memiliki tekanan darah normal yaitu 130/85

mmHg. Pada hasil pemeriksaan penunjang laboratorium, pemeriksaan hematologi

kadar hemoglobin, eritrosit, dan hematokrit lebih rendah dari nilai normal yaitu

hemoglobin 10,5 g/dl, eritrosit 3,35 106 ,dan hematokrit 29% menandakan pasien

mengalami anemia. Anemia adalah suatu keadaan rendahnya kadar eritrosit di

dalam darah yang ditandai dengan menurunnya kadar hemoglobin. Anemia

merupakan suatu penyakit yang paling sering dialami oleh lansia.45 Kadar

neurotrofil lebih tinggi dari nilai normal yaitu 84% menandakan pasien

mengalami neutrofilia/ neutropenia. Neutropenia adalah penemuan yang umum

pada populasi lansia, terkadang berhubungan dengan penyakit rematik. Penyebab

umum neutropenia pada lansia yaitu kongenital.46 Pasien mempunyai riwayat

penyakit hipertensi dan asam urat, serta mengonsumsi obat amlodipine dan obat

asam urat. Faktor resiko terjadinya tekanan darah tinggi (hipertensi) salah satunya

yaitu asam urat. Salah satu faktor resiko peningkatan kadar asam urat yang tidak

bisa diubah adalah usia. Semakin bertambahnya usia, fungsi tubuh juga

mengalami kemunduran.47

Indeks massa tubuh (BMI) adalah metrik yang saat ini digunakan untuk

menentukan karakteristik tinggi / berat antropometri pada orang dewasa dan untuk

mengklasifikasikan (mengkategorikan) mereka ke dalam beberapa kelompok.

Interpretasinya secara umum adalah bahwa BMI menunjukkan indeks kegemukan

seseorang. Ini juga banyak digunakan sebagai faktor risiko untuk perkembangan

atau prevalensi beberapa masalah kesehatan. Selain itu, BMI juga banyak

50
digunakan dalam menentukan kebijakan kesehatan masyarakat. BMI telah

berguna dalam penelitian berbasis populasi karena dapat diterima secara luas

dalam mendefinisikan kategori massa tubuh tertentu sebagai masalah kesehatan.48

Tinggi badan pasien 154 cm dan berat badan pasien 58 kg. Maka pasien

memiliki BMI 58 kg / (1,54 m) 2 = 24,45 kg/m2. Menurut World Health

Organization (WHO), nilai BMI 24,45 kg/m2 menunjukkan bahwa pasien

memiliki berat badan yang ideal (Tabel 1).48

Tabel 1. Kategori BMI

Hasil evaluasi C: Capability pada pasien ini menunjukkan bahwa pasien

mandiri dan tidak memerlukan pengasuh dan alat bantu transportasi. Dari

penilaian risiko jatuh pasien geriatri, pasien memiliki risiko jatuh yang tinggi,

dengan skor = 17. Hal ini disebabkan karena pasien memiliki penglihatan yang

menurun oleh karena pernah mengalami katarak yang membuat penglihatan

pasien menjadi buram. Pasien juga memiliki perubahan perilaku berkemih, dilihat

dari frekuensi dan urgensi yang meningkat, serta adanya inkontinensia dan

nokturia. Pasien juga sudah mulai pikun sehinga terkadang cemas bila mengambil

keputusan. Berdasarkan penilaian ADL (Activity Daily Leaning), pasien

51
merupakan lansia mandiri dengan skor = 5. Pasien tidak memerlukan bantuan

dalam hal merawat dirinya sendiri, seperti pergi ke kamar mandi, berpakaian,

berkemih, berpindah dari tempat tidur ke tempat duduknya, BAB dan BAK, serta

menyuapi dirinya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa pasien adalah lansia

mandiri.

Hasil evaluasi A: Autonomy menunjukkan bahwa pasien tidak bergantung

kepada orang lain. Pasien dapat memberikan persetujuan medis sendiri tanpa

dibantu oleh orang lain karena pasien masih dapat mendengar dengan jelas dan

dapat mengerti apa yang disampaikan kepada dirinya dengan baik. Dilihat dari

keadaan umum pasien yang memiliki riwayat hipertensi, asam urat serta riwayat

penyakit keluarga diabetes, maka yang diperlukan adalah edukasi pasien seperti

tetap menjaga pola makan, berhenti merokok apabila pasien merokok dan kurangi

makanan berlemak serta tinggi kolesterol untuk kesehatan jantung, hindari

konsumsi daging merah dan jenis makanan laut, melakukan olahraga, mencukupi

asupan nutrisi, manajemen stress. Pasien juga dipertimbangkan untuk dilakukan

pencabtan sisa akar serta penumpatan pada gigi yang mengalami karies. Pasien

diedukasi tentang bagaimana cara menjaga kebersihan mulutnya dengan baik, cara

menggosok giginya 2 kali sehari saat pagi dan malam sehingga pasien dapat

mempertahankan kesehatan gigi dan mulutnya dengan baik.

Hasil evaluasi R: Reality menunjukkan bahwa pasien memiliki kesadaran

yang tinggi terhadap perawatan gigi dan mulut. Hal ini ditunjukkan dari

kesediaannya untuk dirawat gigi dan mulutnya.

52
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Geriatri merupakan ilmu yang mempelajari penyakit pada lansia. Lansia

adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Peningkatan

jumlah populasi lansia disertai peningkatan masalah kesehatan pada lansia itu

sendiri, salah satu masalahnya adalah perubahan pada rongga mulut. Geriatri di

kedokteran gigi dapat didefinisikan sebagai pelayanan perawatan gigi untuk lansia

yang melibatkan diagnosis, pencegahan dan perawatan masalah yang

berhubungan dengan proses penuaan dan penyakit terkait dengan usia lanjut. Oleh

sebab itu perlu dilakukan berbagai tindakan seperti pemeriksaan rutin dan

tindakan-tindakan pencegahan untuk tetap mempertahankan kesehatan lansia.

Menurut hasil pemeriksaan, pasien dalam laporan status ini memiliki beberapa

kelainan seperti penurunan tulang alveolar, kekeruhan pada lensa mata, cracking

bibir, jumlah hemoglobin, eritrosit, dan hematocrit lebih rendah dari nilai normal

menandakan pasien mengalami anemia. Kadar leukosit tinggi, neutrofil tinggi

menandakan adanya infeksi bakteri akut.

Berdasarkan penilaian risiko jatuh dan ADL (Activity Daily Leaning),

pasien memiliki nilai risiko jatuh yang tinggi, serta pasien dikategorikan sebagai

lansia yang mandiri. Pasien juga masih dapat mengerjakan pekerjaan rumah

53
dengan baik. Pasien sadar akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulutnya,

serta kesehatan dirinya secara umum.

5.2 Saran

Dari hasil pemeriksaan yang diperoleh, selanjutnya dikemukakan beberapa

saran sebagai berikut:

1. Rekan sejawat maupun tenaga kesehatan dapat menjelaskan tentang

tindakan yang harus dilakukan untuk menghilangkan keluhan pasien

lansia, namun tetap menghargai keputusan akhir pasien lansia.

2. Rekan sejawat maupun tenaga kesehatan dapat memberikan edukasi dan

informasi kepada pasien sehingga pasien dapat meningkatkan kebersihan

gigi dan mulutnya.

54
DAFTAR PUSTAKA

1. Mersel A. Oral Rehabilitation for Compromised and Elderly Patients.

Swiss: Springer. 2019; 4,6.

2. Korah SC, Pangemanan DHC, Wowor VNS. Kualitas Hidup Lansia

Pengguna dan Bukan Pengguna Gigi Tiruan. e-GiGi. 2020;8(2):66-72.

3. Rosidah NE, Nurbayani S , Barus A , Sofian R , Purnama T. Kebutuhan

Perawatan Gigi Dan Mulut Pada Pasien Lansia di Poliklinik Pertamedika

Bekasi Periode Januari – Maret Tahun 2020. JDHT Journal of Dental

Hygiene and Therapy. 2020:1(1):1-5.

4. Soulissa AG. A Review of the Factors Associated with Periodontal

Disease in the Elderly. Journal of Indonesian Dental Association.

2020;3(1):47-53.

5. Deniro A, Sulistiawati N, Widajanti W. Hubungan antara Usia dan

Aktivitas Sehari-Hari dengan Risiko Jatuh Pasien Instalasi Rawat Jalan

Geriatri. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. 2017; 4(4):199.

6. Sari DS, Arina YM, Ermawati T. Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi

Mulut dengan Status Kebersihan Rongga Mulut pada Lansia. Jurnal

IKESMA. 2015:11(1): 44-51.

7. Pardhan MS, Sonarkar S, Shenoi PR, Uttarwar V, Mokhade V. Geriatric

Dentistry- an Overview. International Journal of Oral Health Dentistry.

55
2016;2(1):26-28.

8. Departemen Sosial Republik Indonesia. Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.

2006: 2-3.

9. Martono H, Pranaka K. Buku ajar geriatri (ilmu kesehatan lansia).

Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2004: 7–19

10. Kholifah SN. Keperawatan Gerontik. Jakarta; Pusdik SDM Kesehatan;

2016: 3, 14-20

11. Loriza SY, Dian O, Wide S. Pengalaman Jatuh dan Kejadian Imobilitas

Pada Kelompok Lanjut Usia. Jurnal Endurance. 2019; 4(1): 150-161

12. Wander GS. Progress in Medicine. 26th ed. India: Jaypee Brothers, 2016;

1753-1758

13. Amelia R. Prevalensi dan Faktor Risiko Inkontinensia Urin pada lansia

Panti Sosial Tuna Werdha (PSTW) Sumatera Barat. Health & Medical

Journal. 2020; 2(1): 39-44

14. Neki NS. Urinary Incontinence in Elderly. JKIMSU. 2016; 5(1): 5-13

15. Dini AA. Sindrom Geriatri (Imobilitas, Instabilitas, Gangguan intelektual,

Inkontinensia, Infeksi, Malnutrisi, Gangguan pendengeran). Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung. 2013; 1(3): 117-125.

16. Siti S. Geriatric Medicine, Sarkopenia, Frailty dan Kualitas Hidup Pasien

Usia Lanjut: Tantangan Masa Depan Pendidikan, Penelitian dan Pelayanan

Kedokteran di Indonesia. eJKI. 2013; 1(3): 234-242

17. Magnuson A, Sattar S, Nightingale G, Saracino R, Skonecki E, Trevino

KM. A Practical Guide to Geriatric Syndromes in Older Adults With

56
Cancer: A Focus on Falls, Cognition, Polypharmacy, and Depression.

Asco Educational Book. 2019; 39(39): 96-109

18. Fuentes E, Fuentes M, Alarcón M, Palomo I. Immune System Dysfunction

in the Elderly. Anais da Academia Brasileira de Ciências. 2017; 89(1):

285-299

19. Oliveira HSB, Manso MEG. The Iatrogenic Triad in a Group of Elderly

Women Contracted to a Health Plan. Rio de Janeiro. 2019; 22(1): 1-11

20. Tiara A, Dian IA. Penatalaksanaan Artritis Gout dan Hipertensi pada

Lansia 70 Tahun dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga. J Medula

Unila. 2016; 5: 108-113

21. Abdul HS, Syarif ZY, Surita G. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya

Hipertensi Pada Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Anak Dan

Balita Binjay Dan Medan Tahun 2014. Jurnal ilmiah PANNMED. 2014;

9(2): 128-133

22. Lui SK, Nguyen MH. Elderly Stroke Rehabilitation: Overcoming the

Complications and Its Associated Challenges. Current Gerontology and

Geriatrics Research. 2018; 2: 1-9

23. Fitria S, Dian IA, Muhammad R. Penatalaksanaan Penyakit Paru

Obstruktif Kronis pada Pasien Laki-Laki Usia 66 Tahun Riwayat Perokok

Aktif dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Kecamatan Tanjung

Sari Natar. J AgromedUnila . 2017; 4(1): 143-151

24. Chentli F, Azzoug S, Mahgoun S. Diabetes mellitus in elderly. Indian

Journal of Endocrinology and Metabolism. 2015; 19(6): 744-752

57
25. Agung P. Tatalaksana Diabetes Melitus pada Pasien Geriatri. CDK-277.

2019; 46(6): 420-422

26. Marosi C, Köller M. Challenge of cancer in the elderly. ESMO Open.

2016;1(20): 1-6

27. Noorwati S, Sri AK, Nia NS, Nina KS. Three Years Survival of Elderly

Cancer Patients in Indonesia: Do We Need a Different Approach?. Acta

Med Indones - Indones J Intern Med. 2020; 52(1): 39-46

28. Freitas EV, Batlouni M, Gamarsky R. Heart failure in the elderly. Journal

of Geriatric Cardiology. 2012; 9 : 101−107

29. Lejzerowicz M, Tekielska ET. Problems of geriatric patient –

rehabilitation, psychological and social aspect. GERONTOLOGIA

POLSKA. 2017; 25:123-127

30. Cesaria M, Marzettic E, Canevellid M, Guaraldi G. Geriatric syndromes:

How to treat. Virulence. 2017; 8(5): 577–585.

31. Friedman PK. Geriatric Dentistry Caring for Our Aging Population. Iowa:

John Wiley and Sons Inc, 2014: 11-12

32. Yulian, T. Gambaran Status Kesehatan Gigi dan Mulut pada Lansiadi

Panti Wreda Cirebon Tahun 2016. Skripsi. Politeknik Kesehatan Bandung.

2016.

33. Carranza, FA. Periodontal Treatment for Older Adult Clinical

Periodontologi. 13th ed. Philadelphia: W.B Saunders Company, 2009: 475.

34. Kasim A, Sari F, dkk. Kontroversi Penggunaan Amalgam Pada Perawatan

Gigi Anak. Lembaga Studi Kesehatan Indonesia (LSKI). Bandung. 2012.

58
35. Mappangara S, Tajrin A, dkk. Kista radikuler dan kista dentigerous.

Dental Journal Makassar. Makassar. Des; 3(6): 1-10.

36. Asih A, Maharani, Apriasari, Kaidah S. Gambaran klinis kelainan mukosa

rongga mulut pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera

Banjarbaru. Dentino. 2014; 2(1) : 7- 12.

37. Wyatt CC, Wang D, Aleksejuniene J. Incidence of dental caries among

susceptible community-dwelling older adults using fluoride toothpaste: 2-

year follow-up study. J Can Dent Assoc. 2014;80:44.

38. Shay K. Identifying the Needs of The Elderly Patients. The Geriatric

Dental Assesment. Dent Clin North Am. 1994; 38: 499-523.

39. Ettinger RL. Treatment Planning Concepts for The Ageing Patient.

Australian Dental Journal. 2015; 60:(1 Suppl): 71–85.

40. Rahmawati I, Dwiana D, Effendi E, Reko R. Hubungan Katarak dengan

Tingkat Kemandirian Lansia di Balai Pelayanan dan Penyantunan Lanjut

Usia (BPPLU) Provinsi Bengkulu. Jurnal Ners Lentera. 2020; 8( 1): 17-24.

41. Aini AN, Santik YDP. Kejadian Katarak Senilis di RSUD Tugurejo.

HIGEIA. 2018; 2(2): 295-306.

42. Sonis ST, Fazio RC, Fang L. Principles and Practice of Oral Medicine.

2nd Ed. Philadelphia: Saunders. 2009: 462-6.

43. Pedersen PH, Loe H. Geriatric Dentistry. 1st Ed. Copenhagen: Munksgard.

2007: 94-120.

44. Widayagyo A, Nugroho C. Kondisi Rongga Mulut Pada Landia

Kabupaten Brebes. IOHJ. 2017; 2(1): 9-16.

59
45. Alamsyah PR, Andrias DR. Hubungan Kecakupan Gizi dan Konsumsi

Makanan Penghambat Zat Besi dengan Kejadian Anemia Pada Lansia.

Media Gizi Indonesia. 2016; 11(1): 48-54.

46. Yeoh SA, Fox C, Hull R. Neutropenia in the Elderly : A Rheumatology

Perspective. Springer. 2016: 1-17.

47. Farizal J, Welkriana PW, Patroni R. Hubungan Kadar Asam Urat dengan

Tekanan Darah Pada Lanjut Usia (Lansia) di Balai Pelayanan dan

Penyantunan Lanjut Usia (BPPLU) Pagardewa Kota Bengkulu. Journal of

Nursing and Public Health. 2019; 7(2): 8-12.

48. Nuttall FQ. Body Mass Index. Nutr Today. 2015. 50(3): 117-128.

60

Anda mungkin juga menyukai