DI SUSUN OLEH
Kelompok 7
b. Sistem integument
Pada lansia sangat umum ditemukan kulit mengalami kendur, dan keriput.
Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbecak. Hal ini
disebabkan oleh atrofi glandula sabasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen
yang dikenal dengan liver spot.
Proses penuaan yang terjadi pada lansia akan mengakibatkan perubahan
kolagen dan penurunan jaringan elastis, sehingga penampilan lansia akan terlihat
keriput. Penurunan kelejar eksokrin, aktivitas eksokrin dan kelenjar sebasea akan
mengakibatkan tekstur kulit kering. Degenerasi menyeluruh jaringan
penyambung, disertai penurunan cairan tubuh total, menimbulkan penurunan
turgor kulit. Massa lemak bebas berkurang 6,3% BB per dekade dengan
penambahan massa lemak 2% dekade. Massa air berkurang 2,5% per dekade
(Sunaryo et al, 2016).
a) Stratum Korneum
Perubahan yang terjadi pada stratum korneum (lapisan terluar dari
epidermis) akibat proses menua adalah kohesi sel dan waktu
regerasi sel menjadi lebih lama sehingga apabila lansia terjadinya
luka, maka waktu yang di perlukan untuk sembuh lebih lama dan
pelembapan pada stratum korneum berkurang, pada kulit lansia
terlihat lebih kasar dan kering (Sunaryo et al, 2016).
b) Epidermis
Perubahan yang terjadi pada epidermis akibat proses menua adalah
sebagai berikut. Pertama, jumlah sel basal menjadi lebih sedikit,
perlambatan dalam proses perbaikan sel dan penurunan jumlah
kedalaman rate ridge sehingga terjadinya pengurangan kontak
epidermis dan dermis yang mengakibatkan mudah terjadi pemisah
antarlapisan kulit, meyebabkan kerusakan dan merupakan faktor
prediposisi terjadinya infeksi. Kedua, penurunan jumlah melaosit
sehingga perlindungan terhadap sinar ultraviolet berkurang dan
terjadinya pigmentasi yang tidak merata pada kulit. Ketiga,
penurunan jumlah sel langerhans sehingga menyebabkan
penurunan kompentensi imun yang mengakibatkan respon
terhadap pemeriksaan kulit terhadap alergen berkurang. Keempat,
kerusakan struktur nukleus keratinosit sehingga mengakibatkan
perubahan kecepatan poliferasi sel yang menyebabkan
pertumbuhan yang abnormal seperti keratosis seboroik dan lesi
kulit papilomotosa (Sunaryo et al, 2016).
c) Dermis
Perubahan yang terjadi pada dermis akibat proses menua adalah
sebagai berikut. Pertama, volume dermal mengalami penurunan
sehingga penipisan dermal dan jumlah sel berkurang sehingga
lansia rentan terhadap penurunan termoregulasi dan penurunan
absorbsi kulit terhadap zat-zat topikal. Kedua, penghancuran
serabut elastisitas dan jaringan kolagen pada enzim-enzim
sehingga adanya perubahan dalam penglihatan karena adanya
kantong dan penglihatan disekitar mata, turgor kulit menghilang.
Ketiga, vaskularisasi menurun dengan sedikit pembulu darah kecil
sehingga kulit tampak lebih pucat dan kurang mampu melakukan
termoregulasi (Sunaryo et al, 2016).
d) Subkutis
Perubahan yang terjadi pada subkutis akibat proses menua adalah
sebagai berikut. Pertama, lapisan jaringan subkutan mengalami
penipisan sehingga penampilan kulit yang kendur atau
menggantung di atas tulang rangka. Kedua, distribusi kembali dan
penurunan lemak tubuh sehingga adanya gangguan fungsi
perlindungan dari kulit (Sunaryo et al, 2016).
d. Sistem Kardiovaskuler
Pada lanjut usia massa jantung menjadi bertambah, ventrikel kiri
mengalami hipertrofi sehinnga kemampuan peregangan jantung menjadi
berkurang. Dan kapasitas paru menjadi menurun sebagai akibat dari konsumsi
oksigen pada tingkat maksimum. Arteri yang mengalami perubahan kehilangan
elastisitasnya yang dapat menyebabkan peningkatan nadi dan tekanan sistolik
pada darah
e. Pencernaan dan Metabolisme
Pada sistem pencernaan terjadi kemunduran yang nyata. Penyebab
utamanya merupakan periodontal disease yang dapat terjadi setelah usia 30 tahun.
Pada lambung, menurunnya sensitifitas rasa lapar, asam lambung menjadi
menurun, serta waktu pengosongan menjadi menurun. Peristaltik usu menjadi
lemah sehingga biasanya terjadi konstipasi. Perlu diketahui pada lansia liver(hati)
makin mengecil dan tempat penyimpanannya menjadi menurun. Jadi
peningkatan efek samping, overdosis perlu diwaspadai sehingga dosis obat yang
diberikan pada lansia harus lebih kecil daripada orang dewasa.
f. Sistem Perkemihan
Pada sistem perkemihan mengalami kemunduran laju filtrasi, ekskresi dan
reabsorbsi oleh ginjal. Hal ini memberikan efek bagi lansia yang mengkonsunsi
obat, mereka kehilangan kemampuan untuk mengekskresikan obat. Selain itu
pada lansia banyak berkemih pada malam hari, sehingga inkontinensia urine
meningkat. (Surini dan Utomo, 2003 dalam Azizah, 2014)
g. Sistem Saraf
Penuaan menyebabkan penurunan persepsi dan sensori dan respon
motorik. Hal ini dapat mengganggu dalam koordinasi keseimbangan, kekuatan
otot dan reflek, perubahan postur serta peningkatan waktu reaksi. Hal ini dapat
dicegah dengan latihan keseimbangan serta olahraga yang teratur .
h. Sistem Reproduksi
Pada sistem reproduksi lansi mengalami penurunan. Hal ini ditandai
dengan menyempitnya ovari dan uterus . pada laki-laki, testis masih bisa
memproduksi spermatozoa, meskipus adanya penurunan secara berarti.
Sedangkan pada wanita selaput vagina menjadi menurun, permukaannya menjadi
halus serta sekresi menjadi berkurang. (Watson, 2003 dalam Azizah, 2014).
Diabetes Melitus
A. Definisi
Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula darah akibat penurunan sekresi
insulin yang dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo, 2018).
Diabetes melitus adalah suatu keadaan ketika tubuh tidak mampu menghasilkan
atau menggunakan insulin (Aini dan Ledy, 2016). Diabetes melitus merupakan
penyakit menahun atau kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah
(Krisnatuti dkk, 2014).
C. Etiologi
Menurut Aini dan Ledy (2016) diabetes melitus tipe 2 merupakan diabetes yang
paling umum. Penyebabnya bervariasi mulai dari resistensi insulin hingga
defisiensi insulin. Penyebab resistensi insulin pada diabetes sebenarnya tidak
begitu jelas, tetapi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu :
1. Kelainan Genetik
2. Pola Makan
Kurang gizi atau kelebihan berat badan
3. Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang terjadi dengan
sangat cepat setelah berusia 40 tahun. Penurunan ini akan beresiko
menyebabkan penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi
insulin. Selain itu, bertambahnya usia juga dapat menyebabkan gangguan
intoleransi glukosa dan resistensi insulin.
4. Gaya Hidup dan Stres
Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan cepat saji yang
kaya akan pengawet, lemak, dan gula. Makanan ini memiliki pengaruh yang
besar terhadap kerja pankreas. Stres juga akan meningkatkan kerja
metabolisme dan kebutuhan akan sumber energi yang berakibat pada
peningkatan kerja pankreas. Hal ini menyebabkan pankreas mudah rusak
sehingga berdampak pada penurunan insulin.
5. Infeksi
Masuknya mikroorganisme ke dalam pankreas akan menyebabkan kerusakan
pada organ tersebut sehingga menyebabkan penurunan fungsi pankreas.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Sukarmin dan S.Riyadi (2008) dalam Buku Aini dan Ledy (2016),
manifestasi klinis diabetes melitus meliputi:
1. Polidipsia
Polidipsia (banyak minum) merupakan akibat dari reaksi tubuh karena banyak
mengeluarkan urin. Gejala ini merupakan usaha tubuh untuk mencegah
dehidrasi karena tubuh banyak mengeluarkan air dalam bentuk urin. Oleh
karena itu, rasa haus akan timbul untuk mengganti cairan yang keluar.
2. Poliuria
Poliuria merupakan kondisi dimana urin yang dikeluarkan melebihi batas
normal. Jumlah urin yang dikeluarkan bervariasi yaitu berkisar antara 3-20
liter.
3. Polifagia
Polifagia merupakan kondisi dimana penderita selalu merasa lapar. Hal ini
disebabkan karena glukosa yang didapat dari makan tidak sampai kepada sel-
sel didalam tubuh sehingga timbul gejala polifagia.
4. Gangguan Saraf
Sering kesemutan, rasa panas atau seperti tertusuk jarum, rasa tebal di telapak
kaki.
5. Kepala
Rambut tipis dan mudah rontok, telinga sering mendenging, katarak, glukoma
(peningkatan TIO), produksi air mata menurun, dan retinopati diabetik.
6. Kelainan Ginekologis
Keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur terutama kandida.
7. Rongga Mulut
Lidah terasa membesar dan tebal, kadang-kadang timbul gangguan
pengecapan, dan air liur menjadi lebih kental.
E. PemeriksaanDiagnostik
Menurut Doenges, Moorhouse, & Murr, 2018 hasil pemeriksaan diagnostic pada
pasien DM dapat menunjukan:
1) Glukosa serum
Nilai diatas 140 mg/dL pada dua kali pengukuran menunjukan seseorang
menyandang DM.
2) Keton serum total
Dapat menunjukan hasil positif bila terjadi katabolisme lemak yang
menghasilkan keton yang menyebabkan ketoasidosis.
3) Osmolaritas serum
Pengukuran konsentrasi partikel yang ditemukan dalam bagian cairan dari
darah untuk membantu mengevaluasi keseimbangan cairan tubuh. Rentang
normal berkisar dari 280-303 mOsm/K.
4) Glucagon
Hasil pemeriksaan menunjukan adanya peningkatan glucagon akibat dari
resistensi insulin.
5) HbA1C
Pemeriksaan ini menentukan berapa banyak glukosa telah menempel pada
bagian Hb selama 3-4 bulan terakhir, dengan 2 minggu sebelumnya sangat
berat. Target kadar HbA1c<7%
6) Insulin Serum
Pada DM tipe 2 dapat menunjukan nilai normal hingga tinggi yang
mengindikasikan insufisiensi insulin atau penggunan yang tidak tepat.
7) Elektrolit
Natrium mungkin rendah, normal atau tinggi (deplesi tubuh total), kadar
kalium awal mungkin tinggi, normal atau rendah (deplesitubuhtotal).
Kalium mungkin meningkat palsu karena perpindahan selular. Fosfat
mungkin normal atau rendah, klorida mungkin tinggi. Hasil pengukuran
elektrolit ditentukan oleh jumlah kehilangan zat terlarut dan air yang tidak
selalu seimbang
8) Analisa Gas Darah
Pada pasien KAD dapat ditemukan pH rendah dan penurunan HCO3
(acidosis metabolic) dengan alkalosis respiratorik kompensatorik.
9) Hitung darah lengkap (HDL)
Hematokrit mungkin meningkat karena adanya dehidrasi, leukositosis
menunjukan hemokonsentrasi yang merupakan respon terhadap stresss atau
infeksi.
10) Urine
Hasil pemeriksaan glukosa dan keton positif, berat jenis dan normolaritas
meningkat jika terjadi dehidrasi
11) Kultur dan Sensitivitas
Specimen meliputi urine, sputum atau drainase luka digunakan untuk
mengungkapkan sumber infeksi dan mengidentifikasi agens antimikroba
yang efektif.
F. Tinjauan Kasus
Tn. M berusia 64 tahun. Masuk Rumah Sakit pada tanggal 17 Maret 2023.
Riwayat SMRS, 1 bulan yang lalu mengeluh gatal pada kaki kiri lalu digaruk
sehingga menimbulkan luka. Saat ini luka semakin membesar dan mengeluarkan
nanah dan berbau tidak sedap. Tn. M mengatakan hanya membersihkan luka
dengan air dan sabun dan membiarkan luka terbuka. Saat ini Tn. M mengeluh
sering haus, serta pusing dan lemas dan nampak nafas berbau keton. Pada hasil
Pemeriksaan GDS didapatkan 325 mg/dl. Hasil lab pada 17/03/2023 HB: 10.8
g/dLo, HT: 29,3%, dan leukosit: 13,71 ribu/ul. Riwayat penyakit DM sejak 1
tahun yang lalu dan hipertensi sejak 2020.
A. Identitas diri klien
Nama : Ny. S
Pekerjaan : IRT Pendidikan : SD
Alamat : Menteng atas, Jakarta Pusat
1. Jika pasien yang akan dijadikan pasien kelolaan merupakan pasien baru masuk RS
maka kajian langsung pada point no. 2
Klien datang ke IGD RSU Bunda Menteng pada hari Jumat tanggal 17 Maret 2023
diantar oleh keluarganya. Pada saat dikaji klien mengatakan nyeri, gatal pada kaki
kiri. Klien mengatakan awal mula terjadi luka karna gatal lalu di garuk hingga
menjadi luka dan kemerahan, saat ini ini luka sudah menjadi besar dan keluar
nanah serta berbau busuk. Luka timbul sejak 1 bulan yang lalu dan dibersihkan luka
hanya dengan air dan sabun.
C. Riwayat kesehatan yang lalu
D. Riwayat keluarga
Tn.M Ny.W
Keterangan : An.
Nn. S Tn. A S
Klien tinggal bersama istri dan ketiga anaknya. Istri klien tidak ada riwayat Hipertensi &
DM. Ayah & ibu klien juga mempunyai riwayat penyakit DM dan HT. keduanya sudah
meninggal dunia.
Keterangan
Laki- laki meninggal Laki- laki
Perempuan Perempuan
Klien
Kondisi lingkungan tempat tinggal klien tidak ada yang mempengaruhi terhadap
kesehatan klien.
G. Pengkajian fisik
2. Tanda-tanda vital:
TD140/ 85 mmHg
a. System kardiovaskuler
2) Palpasi Denyut nadi apical teraba kuat dengan irama teratur dan
pengisian kapiler 2 detik.
b. System pernapasan
ada, tidak ada pernafasan dengan menggunakan cuping hidung, letak trakea
simetris, bentuk dada normal, dan tidak ada penggunaan alat bantu nafas.
2) Palpasi Expansi paru normal, taktik fremitus paru kanan dan kiri
sama
c. Axila
1) Inspeksi : Tidak teraba massa/benjolan disekitar axila, Terdapat
bulu-bulu halus dan tidak terdapat perubahan warna pada area aksila
2) Palpasi : Tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening.
5. Abdoment system pencernaan, perkemihan, reproduksi
normal, Tidak ada perubahan warna kulit pada area abdomen, bentuk perut
6. Genitalia
7. Ekstremitas
a. Inspeksi Terdapat luka pada kaki kiri ukuran panjang ± 5cm, lebar ±3
cm kedalaman ± 1 cm terdapat undermining dengan 70% granulasi dan 30%
slough serta adanya eksudat purulen berbau tidak sedap. Pada area luka
temperatur kulit hangat. Klien mengatakan luka terjadi sudah 1 bulan, awal
mulanya digaruk karena gatal.
5555 5555
5555 4444
Pengobatan:
Aspilet 1x80mg via oral pada jam12.00
Atorvastatin 0–0–20mg via oral pada jam 22.00
Amlodipine 1x10mg via oral pada jam 12.00
Ramipril 1x5mg via oral pada jam 12.00
Meropenem 3x1 gr via iv pada jam 06.00, 14.00 dan 22.00
Citicoline 2x500 mg via iv pada jam 06.00 dan 18.00
Omeprazole 2x1 ampul via iv pada jam 12.00 dan 00.00
Humalog kelipatan 5x3 via sc jika gula darah diatas 200mg/dL
Lantus 1x14 unit via sc pada jam 22.00
Perdipine 2mg/jam via iv
ANALISA DATA
Nama Klien : Tn. M Tanggal masuk : 17/03/2023
Ruangan : Bahana Tanggal Pengkajian : 17/03/2023
Dx. Medis : DM Tipe 2 dengan ulkus diabetikum
MASALAH
DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF
KEPERAWATAN
ETIOLOGI
1. GDS : 325 mg/dL
1. Klien mengatakan sering haus
2. Nafas berbau keton Ketidakstabilan Kadar
2. Klien mengatakan pusing & lemas Hiperglikemi
3. Klien banyak minum dan sering BAK Glukosa Darah
4. Adanya luka gangren pada kiri klien
1. Tampak luka pada kaki kiri
1. Klien mengatakan luka di kaki terasa a. panjang ± 5cm
gatal dan bengkak dan mengeluarkan b. lebar ±3 cm
nanah dan berbau busuk c. kedalaman ± 1 cm
2. Klien mengatakan lukanya sudah ±1 2. Terdapat undermining dengan Gangguan Integritas Faktor
bulan 70% granulasi dan 30% slough Kulit/Jjaringan Mekanis(digaruk)
3. Klien mengatakan membersikan luka 3. Terdapat eksudat purulen berbau
dengan air dan sabun
tidak sedap
4. Pada area luka temperatur kulit
hangat.
Risiko Infeksi Kerusakan
1. Klien mengatakan merasa gatal gatal 1. Tampak adanya kemerahan pada Integritas Kulit
pada kaki sehingga sering menggaruk kaki kiri
2. Klien menyadari lukanya tidak kunjung 2. Adanya ulkus pada kaki kiri dengan
membaik slough 30% dan granulasi 70%
3. Klien mengatakan luka mulai terlihat mengeluarkan eksudat purulent
sejak 1 bulan yang lalu berbau busuk
3. Luka dengan ukuran
a. panjang ±5cm
b. lebar ±3cm
c. kedalaman ±1cm
4. Luka dibiarkan terbuka
5. Hasil LAB (17/03/2023)
A. Hb10,8g/dLo
B. Ht 29,3%
C. Leukosit 13,71ribu/ul
6. TTV:
TD : 140/85 mmHg
N : 88x/menit
RR : 18x/menit
RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan & Kriteria Catatan Perawatan
Diagnosa Keperawatan & Data Hasil Paraf & tanda
Tn/Ny/Nn
(SLKI) tangan
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Setelah dilakukan
Darah berhubungan dengan tindakan keperawatan
Manajemen Hiperglikemia Observasi
Hiperglikemi selama 3x24 jam,
diharapkan Kestabilan Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
glukosa darah
meningkat dengan Terapeutik
kriteria hasil:
1. Lelah menurun Berikan asupan cairan oral
klien mampu
beraktifitas Edukasi
ringan Annisya
(ambulasi Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
sederhana)
2. Rasa haus Ajarkan pengelolaan diabetes (mis: penggunaan
menurun insulin, obat oral, monitor asupan cairan, penggantian
3. Kadar glukosa karbohidrat, dan bantuan professional kesehatan
dalam darah
Kolaborasi
membaik
(<200mg/dL) Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
4. Jumlah urine
membaik
Gangguan Integritas Kulit Setelah dilakukan Perawatan Luka Annisya
berhubungan dengan Faktor Tindakan Observasi
Mekanis (Garukan) keperawatan selama Monitor karakteristik luka (mis: drainase, warna,
3x24 jam diharapkan ukuran , bau)
Data Subyektif : kondisi kulit klien Monitor tanda-tanda infeksi
1. Klien mengatakan luka di membaik dengan Terapeutik
kaki terasa gatal dan Kriteria Hasil : Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
bengkak dan Kemerahan Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika perlu
mengeluarkan nanah dan menurun Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
berbau busuk Kenyamanan nontoksik, sesuai kebutuhan
2. Klien mengatakan lukanya meningkat Bersihkan jaringan nekrotik
sudah ±1 bulan Waktu Pasang balutan sesuai jenis luka
3. Klien mengatakan penyembuhan Pertahankan Teknik steril saat melakukan perawatan
membersikan luka dengan Perawatan luka
air dan sabun Integritas Kulit Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
Data Obyektif : Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai
1. Tampak luka pada kaki kiri kondisi pasien
panjang ± 5cm Edukasi
lebar ±3 cm Jelaskan tanda dan gejala infeksi
kedalaman ± 1 cm Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan
2. Terdapat undermining protein
dengan 70% granulasi dan Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
30% slough Kolaborasi
3. Terdapat eksudat purulen Kolaborasi prosedur debridement (mis: enzimatik,
berbau tidak sedap biologis, mekanis, autolitik), jika perlu
4. Pada area luka temperatur Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
kulit hangat.
Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi Annisya
Risiko Infeksi berhubungan tindakan
dengan Kerusakan Integritas keperawatan selama Observasi
Kulit 3x24 jam, diharapkan Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Data Subyektif : tingkat infeksi
1. Klien mengatakan merasa menurun dengan Terapeutik
gatal gatal pada kaki kriteria hasil:
Batasi jumlah pengunjung
sehingga sering Kemerahan
menggaruk menurun Berikan perawatan kulit pada area edema
2. Klien menyadari lukanya Kadar sel darah
tidak kunjung membaik putih membaik Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
3. Klien mengatakan luka
mulai terlihat sejak 1 dan lingkungan pasien
bulan yang lalu
Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
Data Obyektif :
1. Tampak adanya Edukasi
kemerahan pada kaki kiri
2. Adanya ulkus pada kaki Jelaskan tanda dan gejala infeksi
kiri dengan slough 30% Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
dan granulasi 70%
mengeluarkan eksudat Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
purulent berbau busuk
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
3. Luka dengan ukuran
panjang ±5cm Anjurkan meningkatkan asupan cairan
lebar ±3cm
kedalaman ±1cm
4. Luka dibiarkan terbuka
5. Hasil LAB (17/03/2023)
Hb10,8g/dLo
Ht 29,3%
Leukosit 13,71ribu/ul
6. TTV:
TD : 140/85 mmHg
N : 88x/menit
RR : 18x/menit
Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
Tgl & Tgl &
N Diagnosis Tindakan Keperawatan Paraf Evaluasi Keperawatan Paraf
Jam Jam
o Keperawatan
17/03/23 17/03/23 S:
1 Ketidakstabilan 1. Memonitor kadar glukosa Annisya Annisya
Klien mengatakan akan
Kadar Glukosa darah melakukan pemeriksaan GDS
darah H/ GDS 325 mg/dL pukul dirumah secara rutin
08.00 Klien mengatakan sudah
2. Memberikan asupan cairan menghabiskan 1 gelas air
oral Klien mengatakan akan
H/Klien mengatakan sudah menggunakan insulin dibantu
menghabiskan 1 gelas air dengan istri
3. Menganjurkan monitor kadar
glukosa darah secara mandiri O:
H/ Klien mengatakan akan GDS 325 mg/dL pukul 08.00
melakukan pemeriksaan GDS
Humalog 5 ui
dirumah secara rutin
4. Mengajarkan pengelolaan TTV
diabetes (mis: penggunaan TD : 130/79 MmHg
insulin, obat oral, monitor S : 36.5℃
asupan cairan, penggantian N : 98x/menit
karbohidrat, dan bantuan RR : 20x/menit
professional Kesehatan A: Masalah keperawatan belum teratasi
h/ Klien mengatakan akan
menggunakan insulin P: Intervensi dilanjutkan
dibantu dengan istri
5. Berkolaborasi pemberian
insulin
H/Humalog 5 ui
2. 17/03/23 Gangguan 1. Memonitor karakteristik luka Annisya 17/03/23 S: Annisya
Integritas (mis: drainase, warna,
Kulit ukuran , bau) Klien mengatakan luka di
H/ Adanya ulkus pada kaki kiri kakinya mengeluarkan nanah
dengan slough 30% dan dan berbau busuk
granulasi 70% mengeluarkan Klien mengatakan sedikit sakit
eksudat purulent berbau busuk dengan skala nyeri 2 saat di
2. Memonitor tanda-tanda
bersihkan luka
infeksi
H/ Klien mengatakan luka di Klien mengatakan sedikit sakit
kakinya mengeluarkan nanah dengan skala nyeri 2 saat di
dan berbau busuk bersihkan luka
3. Melakukan perawatan luka Klien mengatakan paham dan
H/ Klien mengatakan sedikit mengerti saat dijelaskan tanda
sakit dengan skala nyeri 2 dan gejala infeksi
saat di bersihkan luka Klien mengatakan akan
4. Menjelaskan tanda dan gejala mengkonsumsi ikan untuk
infeksi memenuhi asupan protein
H/ Klien mengatakan paham Klien mengatakan akan
dan mengerti melalukan perawatan luka
5. Menganjurkan mengkonsumsi dibantu dengan istri
makanan tinggi kalori dan O:
protein
H/ Klien mengatakan akan Adanya ulkus pada kaki kiri
mengkonsumsi ikan untuk
dengan slough 30% dan granulasi
memenuhi asupan protein
6. Mengajarkan prosedur 70% mengeluarkan eksudat
perawatan luka secara purulent berbau busuk
mandiri Meropenem 3x1 gr via iv pada jam
7. H/ Klien mengatakan akan 06.00, 14.00 dan 22.00
melalukan perawatan luka TTV
dibantu dengan istri TD : 130/79 MmHg
8. Berkolaborasi pemberian S : 36.5℃
antibiotic
N : 98x/menit
H/ Meropenem 3x1 gr via iv
RR : 20x/menit
pada jam 06.00, 14.00 dan
22.00 A: Masalah keperawatan
belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
3 17/03/23 Risiko Infeksi 1. Memonitor tanda dan gejala 17/03/23 S: Annisya
Annisya
infeksi lokal dan sistemik Klien dan istri mengatakan
H/ Tampak ulkus pada kaki kiri sudah paham cara mencuci
dengan slough 30% dan granulasi tangan
70% mengeluarkan eksudat Klien mengatakan akan rutin
purulent berbau busuk melihat lukanya di bantu oleh
2. Memberikan perawatan kulit istri
pada area luka O:
H/ sudah dilakukan perawatn Tampak ulkus pada kaki kiri
luka respon klien nyeri dengan dengan slough 30% dan
skala nyeri 2
granulasi 70% mengeluarkan
3. Mencuci tangan sebelum dan
eksudat purulent berbau busuk
sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien Sudah dilakukan perawatn
H/ perawat melakuka 5 luka respon klien nyeri
moment Hand Hygne dengan skala nyeri 2
4. Mengajarkan cara mencuci Perawat melakuka 5 moment
tangan dengan benar Hand Hygne
h/ Klien dan istri mengatakan TTV
sudah paham cara mencuci
TD : 130/79 MmHg
tangan S : 36.5℃
5. Mengajarkan cara memeriksa N : 98x/menit
kondisi luka RR : 20x/menit
H/ Klien mengatakan akan A: Masalah keperawatan belum teratasi
rutin melihat lukanya di bantu P: Intervensi dilanjutkan
oleh istri
No Tgl & Diagnosis Tindakan Keperawatan Paraf Tgl & Jam Evaluasi Keperawatan Paraf
Jam Keperawatan
1. 19/03/23 Ketidakstabilan Annisya 18/03/23 S: Annisya
Kadar Glukosa 1. Memonitor kadar glukosa Klien mengatakan sudah banyak
darah darah
minum air
H/
GDS 219 mg/dL pukul 08.00 O:
GDS 210 mg/dL pukul 08.00
GDS 203 mg/dL pukul 08.00 Pemeriksaan GDS:
2. Memberikan asupan cairan GDS 219 mg/dL pukul 08.00
oral GDS 210 mg/dL pukul 08.00
H/Klien mengatakan sudah GDS 203 mg/dL pukul 08.00
banyak minum air Humalog 3 x 5 ui
3. Berkolaborasi pemberian TTV:
insulin TD : 120/90 mmHg
H/Humalog 3 x 5 ui S : 36.0℃
N : 78x/menit
RR : 20x/menit
A: Masalah keperawatan teratasi
sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
2. 19/03/23 Gangguan 1. Memonitor karakteristik luka Annisya 18/03/23 S: Annisya
Integritas (mis: drainase, warna, ukuran , Klien mengatakan luka di kakinya
Kulit bau) masih berbau dan mengeluarkan
H/ Luka tertutup kasa, warna
nanah
kemerahan, masih mengeluarkan
O:
bau dan nanah
Luka tertutup kasa, warna kemerahan
2. Memonitor tanda-tanda infeksi
H/ Klien mengatakan luka di masih mengeluarkan bau dan nanah
kakinya masih berbau dan Klien mengatakan sedikit
mengeluarkan nanah sakit dengan skala nyeri 2
3. Melakukan perawatan luka saat di bersihkan luka
H/ Klien mengatakan sedikit Meropenem 3x1 gr via iv pada jam
sakit dengan skala nyeri 2
06.00, 14.00 dan 22.00
saat di bersihkan luka
4. Berkolaborasi pemberian TTV:
antibiotic TD : 120/90 mmHg
H/ Meropenem 3x1 gr via iv S : 36.0℃
pada jam 06.00, 14.00 dan 22.00 N : 78x/menit
RR : 20x/menit
A: Masalah keperawatan belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
3. 19/03/23 Risiko Infeksi 4. Memonitor tanda dan gejala Annisya 19/03/23 S: Annisya
infeksi lokal dan sistemik -
H/ Tampak ulkus pada kaki kiri O:
dengan slough 20% dan granulasi Tampak ulkus pada kaki kiri dengan
80% mengeluarkan eksudat slough 20% dan granulasi 80%
purulent berbau busuk mengeluarkan eksudat purulent berbau
5. Memberikan perawatan kulit busuk
pada area luka
Sudah dilakukan perawatn luka
H/ sudah dilakukan perawatn respon klien nyeri dengan skala nyeri
luka respon klien nyeri dengan 2
skala nyeri 2 Perawat melakuka 5 moment Hand
6. Mencuci tangan sebelum dan Hygne
sesudah kontak dengan pasien TTV:
dan lingkungan pasien
TD : 120/90 mmHg
H/ perawat melakuka 5
S : 36.0℃
moment Hand Hygne
N : 78x/menit
RR : 20x/menit
A: Masalah keperawatan belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
A. Anatomi dan fisiologi kulit
Kulit adalah organ terbesar dari tubuh yang merupakan 16 % dari total berat
tubuh dengan luas permukaan 1,8 m2. Kulit memiliki beberapa fungsi yang paling
penting sebagai penghalang fisik terhadap lingkungan, memungkinkan dan
membatasi aliran air, elektrolit dan berbagai zat yang masuk atau keluar, memberikan
perlindungan terhadap mikroorganisme, radiasi ultraviolet, zat toksik dan gangguan
mekanik. Ada tiga lapisan struktural pada kulit yaitu epidermis, dermis dan subkutis.
Rambut, kuku, sebaceous, keringat dan kelenjar apokrin dianggap sebagai turunan
dari kulit. Kulit adalah organ yang dinamis dalam keadaan dan perubahan yang
konstan, seperti sel-sel luar terus mati dan digantikan oleh sel-sel dalam yang
bergerak ke permukaan. Meskipun secara struktural konsisten di seluruh tubuh,
ketebalan kulit bervariasi sesuai anatomi dan usia indvidu (James et al.,2006).
C
Gambar 2. 2 Struktur kulit terperinci dari (A) epidermis ditunjukkan dengan
lapisan stratum dan (B) komposisi seluler dan dermis ditunjukkan,
(C) Dermal Fibroblast (Meenaski et al.,2017)
1. Epidermis
3. Dermis
Dermis terdiri dari blast yang menghasilkan kolagen, elastin dan struktural
proteoglikan. Berasal dari sel mast dan makrofag yang imunokompeten. Elastin
mempertahankan elastisitas normal dan fleksibilitas sementara proteoglikan
memberikan viskositas dan hidrasi. Ketebalan dermis bervariasi antara 0,6 mm
pada kelopak mata hingga 3 mm bagian belakang telapak tangan dan kaki. Dermis
terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan papiler tipis dan lapisan recticular yang lebih
tebal.
4. Subkutan
Lapisan ini terdiri dari jaringan ikat longgar dan lemak yang bisa mencapai
3 cm di area perut.
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang mudah
mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia yang disebabkan oleh
dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan
yang ada dimuka bumi ini. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh
produknya. Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan
gatal agogo. Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular dari kutu gatal
kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2
centimeter.
3. Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan penularan oleh tungau Sarcoptes
Scabiei.Penularan terjadi karena kontak langsung dengan penderita dan
menyebabkan infeksi dan sensitasi parasit. Keadaan tersebut menimbulkan lesi
primer pada tubuh (Handoko, 2007). Lesi primer skabies berupa terowongan
yang berisi tungau, telur dan hasil metabolisme. Pada saat menggali terowongan
tungau mengeluarkan sekret yang dapat melisiskan stratum korneum. Sekret dan
ekskret menyebabkan sensitisasi sehingga menimbulkan pruritus (gatal-gatal) dan
lesi sekunder. Lesi sekunder berupa papul, vesikel, pustul dan kadang bula. Lesi
tersier dapat juga terjadi berupa ekskoriasi, eksematisasi dan pioderma. Tungau
hanya terdapat pada lesi primer (Sutanto et al, 2008).
Tungau hidup di dalam terowongan di tempat predileksi, yaitu jari tangan
pergelangan tangan bagian ventral, siku bagian luar, lipatan ketiak depan,
umbilicus, gluteus, ekstremitas, genitalia eksterna pada laki-laki dan areola
mammae pada perempuan. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan
telapak kaki. Pada tempat predileksi dapat ditemukan terowongan berwarna putih
abu-abu dengan panjang yang bervariasi, rata-rata 1 mm, berbentuk lurus atau
berkelok-kelok. Terowongan ditemukan bila belum terdapat infeksi sekunder. Di
ujung terowongan dapat ditemukan vesikel atau papul kecil. Terowongan
umumnya ditemukan pada penderita kulit putih dan sangat jarang ditemukan
pada penderita di Indonsia karena umumnya penderita datang pada stadium lanjut
sehingga sudah terjadi infeksi sekunder (Sutanto et al, 2008).
4. Pathway Scabies
stratum
corneum
dan
fucidum
hypopy
infeksi
ekskoriasi krusta
dan infeksi
sekunder
papula pecah
5. Manifestasi Klinis
6. Komplikasi
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul
dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, sellulitis,
limfangitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang
scabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal. Dermatitis iritan dapat timbul
karena penggunaan preparat anti skabies yang berlebihan, baik pada terapi awal
ataupun pemakaian yang terlalu sering.
Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti skabies yang
berlebihan, baik pada terapi awal atau dari pemakaian yang terlalu sering.Salep
sulfur, dengan konsentrasi 15% dapat menyebabkan dermatitis bila digunakan terus
menerus selama beberapa hari pada kulit yang tipis. Benzilbenzoat juga dapat
menyebabkan iritasi bila digunakan 2 kali sehari selama beberapa hari, terutama di
sekitar genetalia pria. Gamma benzena heksaklorida sudah diketahui menyebabkan
dermatitis iritan bila digunakan secara berlebihan.selain itu dapat terjadi sebagai
berikut :
a) Urtikaria
Urtikaria adalah reaksi dari pembuluh darah berupa erupsi pada
kulit yang berbatas tegas dan menimbul (bentol), berwarna merah,
memutih bila ditekan, dan disertai rasa gatal.Urtikaria dapat berlangsung
secara akut, kronik, atau berulang. Urtikaria akut umumnya berlangsung
20 menit sampai 3 jam, menghilang dan mungkin muncul di bagian kulit
lain.
b) Infeksi sekunder
1) Folikulitis
Folikulitis adalah peradangan pada selubung akar rambut (folikel).
Pada kulit yang terkena akan timbul ruam, kemerahan dan rasa
gatal. Di sekitar folikel rambut tampak beruntus-beruntus kecil
berisi cairan yang bisa pecah lalu mengering dan membentuk
keropeng.
2) Furunkel
3) Eksema infantum
Eksema atau Dermatitis atopik atau peradangan kronik kulit yang
kering dan gatal yang umumnya dimulai pada awal masa kanak-
kanak.Eksema dapat menyebabkan gatal yang tidak tertahankan,
peradangan, dan gangguan tidur.
d) Mandi dengan air hangat dan sabun untuk menghilangkan sisa- sisa kulit yang
mengelupas dan kemudian kulit dibiarkan kering.
e) Gunakan pakaian dan sprei yang bersih, semua perangkat tidur, handuk dan
pakaian yang habis dipakai harus dicuci dengan air yang sangat panas kalau
perlu direbus dan dikeringkan dengan alat pengering panas.
f) Cegah datangnya lagi skabies dengan menjaga lingkungan agar tetap bersih dan
sehat, ruangan jangan terlalu lembab dan harus terkena sinar matahari serta
menjaga kebersihan diri anggota keluarga dengan baik.
g) Jika pencegahan tidak dilakukan dengan baik dan efektif, maka dapat dilakukan
penatalakasanaan medis.
Syarat obat yang ideal ialah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak
menimbulkan iritasi dan tidak toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau
mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan murah.Cara pengobatannya ialah seluruh
anggota keluarga harus diobati (termasuk penderita yang hiposesitisasi).
Jenis obat topikal:
a) Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20 % dalam bentuk salep atau krim.
Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat
aman efektif. Kekurangannya ialah pemakaian tidak boleh kurang dari tiga hari
karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian, dan
dapat menimbulkan iritasi.
D. Pemeriksaan penunjang
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menemukan telur, tungau atau
terowongan adalah:
a. Kerokan kulit. Papul atau terowongan yang baru dibentuk dan utuh ditetesi
dengan minyak mineral atau KOH 10%, kemudian dikerok dengan skalpel
steril untuk mengangkat atap papul atau terowongan. Hasil kerokan diletakkan
pada gelas obyek dan ditutup dengan kaca tutup, lalu diperiksa di bawah
mikroskop.
b. Mengambil tungau dengan jarum Jarum ditusukkan pada terowongan di bagian
yang gelap dan digerakkan tangensial. Tungau akan memegang ujung jarum
dan dapat diangkat ke luar. Dengan cara ini tungau sulit ditemukan, tetapi bagi
orang yang berpengalaman, cara ini dapat meningkatkan ketepatan diagnosis.
c. Kuretasi terowongan Cara ini dilakukan secara superficial mengikuti sumbu
panjang terowongan atau puncak papul. Hasil kuret diletakkan pada gelas
obyek dan ditetesi minyak mineral atau KOH lalu diperiksa di bawah
mikroskop.
d. Swab kulit Kulit dibersihkan dengan eter, lalu dilekatkan selotip dan diangkat
dengan cepat. Selotip diletakkan pada gelas obyek kemudian diperiksa
dengan mikroskop. Dari 1 lesi dibuat 6 sediaan.
1) Burow ink test Papul skabies dilapisi tinta cina dengan menggunakan
pena lalu dibiarkan selama 20-30 menit, kemudian dihapus dengan
alkohol. Tes dinyatakan positif bila tinta masuk ke dalam terowongan
dan membentuk gambaran khas berupa garis zig-zag.
2) Pemeriksaaan histopatologik. Gambaran histopatologik menunjukkan
bahwa terowongan terletak pada stratum korneum, dan hanya ujung
terowongan tempat tungau betina berada terletak di irisan dermis.
Pemeriksaan ini sesungguhnya tidak penting kecuali pada daerah
tersebut ditemukan tungau atau telurnya. Daerah yang berisi tungau
menunjukkan sejumlah eosinofil dan sulit dibedakan dengan reaksi
gigitan arthropoda lainnya seperti kutu busuk maupun nyamuk.
3) Selain pemeriksaan di atas masih terdapat pemeriksaan yang lain, tetapi
yang paling mudah dilakukan dan memberikan hasil yang memuaskan
adalah cara kerokan kulit, meskipun cara ini memerlukan keahlian
dalam mengambil tungau dengan jarum.
E. Tinjauan Kasus
F. Riwayat Kesehatan
1) Identitas Klien
Nama : Ny. J
Alamat : Lampung, Sumatera Selatan
Tempat/tgl lahir : 21 Februari 1958
Jenis Kelamin : Perempuan Suku/agama
: Islam
Pendidikan : SMP
Status Perkawinn : Janda
Orang yang dapat dihubungi
:-
2) Riwayat keluarga
3) Riwayat pekerjaan
Status pekerjaan saat ini : Klien tidak bekerja karena sekarang tinggal
di panti
Pekerjaan Sebelumnya : Berdagang dan Ibu rumah tangga
Sumber-sumber pendapatan terhadap kebutuhan : klien sekarang sudah tidak
mempunyai pendapatan lagi karena tinggal dipanti.
4) Riwayat lingkungan tinggal
5) Riwayat rekreasi
Klien memiliki hobi jalan-jalan dan bernyanyi maka dari itu klien senang
berjalan-jalan mengelilingi halaman panti dan terkadang sambil bernyanyi.
6) Status Kesehatan
a. Nutrisi
Klien makan sehari 3x dengan habis 1 porsi dan klien hanya makan dari
panti saja. Klien mengurangi makanan yang amis seperti telur, ikan
karena penyakit scabies yang di derita. Riwayat peningkatan atau
penurunan berat badan : Berat badan klien tidak mengalami penurunan.
(46 kg)
b. Personal hygiene
Klien mandi 2x sehari saat pagi hari dan sore hari, klien membersihkan
rambut 2 hari sekali menggunakan shampo, rambut klien pendek dan
bersih, kuku jari pendek dan bersih, mulut klien bersih, gigi terlihat ada
yang sudah ompong, tidak ada stomatitis.
c. Aktifitas/istirahat
Klien mampu beraktifitas sehari-hari, dan cukup sering mengikuti
kegiatan olah raga senam yang berada dipanti. Klien tidur dari jam 22.00
sampai jam 05.00 WIB tetapi kadang terganggu karena gatal-gatal.
d. Eliminasi
Klien buang air besar 1x sehari dan buang air kecil 5x sehari.
e. Oksigenasi
Pola nafas klien normal, frekuensi nafas 20x/menit, klien tidak
memiliki keluhan Batuk, pilek,sesak dll. Dan klien memiliki riwayat alergi
makanan seperti telur, ikan.
f. Spiritual
Hubungan klien dengan tuhan baik, setiap hari klien menjalankan sholat
5 waktu.
8) Tinjauam system
Koping klien terhadap masalah yang pernah dihadapi cukup baik, klien
menerima masalah adalah ujian bagi dirinya, klien selalu berdoa kepada tuhan
agar di berikan kesehatan.
H. Pengkajian Sosial Ekonomi
I. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : komposmentis
Suhu : 36,5˚C
Nadi : 90x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Berat badan : 46 kg
2) Pemeriksaan dan kebersihan perorangan
a. Kepala:
1. Rambut : Bersih, beruban, tidak rontok
2. Mata : pupil isokor, konjungtiva an-anemis, sclera an-
ikterik, pandangan mata sebelah kiri tidak jelas dan gelap
3. Hidung : normal, bersih, tidak ada benjolan, tidak ada cairan
4. Telinga : pendengaran normal, bersih, bentuk simetris, tidak ada
benjolan, tidak ada penumpukan serumen, kedua telinga masih
berfungsi dengan baik.
5. Mulut : Mulut bersih, warna bibir merah muda dan tidak terdapat
stomatitis, tidak terdapat karies.
b. Leher
Normal, simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, , tidak ada
pembesaran vena jugularis.
c. Dada / thorak
1. Dada : simetris, frekuensi pernafasan
normal, tidak ada retraksi dada
2. Paru-paru : suara vesikuler
3. Jantung : bunyi jantung normal, tidak ada
suara tambahan
4. Payudara : Simetris, tidak ada benjolan, tidak
ada edema
d. Abdomen
Tidak ada asistensi abdomen, terasa lembek, tidak ada benjolan,
bising usus 12x/menit.
e. Musculoskeletal
Kaki terasa sakit pada bagian luka ketika berjalan
f. Kekuatan otot
5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5
J. Analisa Data
1 DS : Nyeri akut
os mengatakan Penyakit kulit yang di derita
sudah sejak 5 tahun yang lalu
os mengatakan Gatal-gatal pada bagian tubuh
seperti kaki, siku dan pergelangan tangan
os mengatakan Luka terasa nyeri seperti
terbakar api.
DO :
2 DS : Resiko Infeksi
DO :
DO :
keperawatan
selama 3x24
jam diharapkan
pola tidur
membaik:
-keluhan sulit
tidur menurun
-keluhan
istirahat tidak
cukup menurun
No Tgl & Diagnosis Tindakan Keperawatan Paraf Tgl & Jam Evaluasi Keperawatan Paraf
Jam Keperawatan
1. 21/03/23 Nyeri Akut Annisya 21/03/23 S: Annisya
Keluarga Manajemen Nyeri - P : Ny. J mengatakan nyeri yang
mampu dirasakan pada saat luka setelah di garut
merawat - Melakukan pengkajian nyeri - Q : Ny.J mengatakan kualitas nyeri yang
komprehensif yang meliputi
anggota dirasakan seperti tersait
lokasi, karakteristik,
keluargayang onset/durasi, frekuensi, - R : Ny.J mengatakan nyeri pada daerah
sakit dan kualitas, intensitas atau luka (sela-sela jari dan lengan tangan)
memberikan beratnya nyeri dan faktor - S : Ny.J mengatakan skala nyeri yang
dukungan pencetus dirasakan pada skala 2 (nyeri sedang)
dalam - Observasi adanya petunjuk - T :Ny.J mengatakan nyeri yang dirasakan
meningkatkan nonverbal mengenai timbul jika digaruk
ketidaknyamanan
status - Ny.J mengatakan pada saat merasakan
- Ajarkan penggunaan teknik
kenyamanan non farmakologi nyeri dan dilakukan pemberian gel
Manajemen (Memberikan gel aleovera) aleovera dan mengatur posisi yang
Nyeri - Mengimplementasikan nyaman menggunakan pakaian yang
tindakan tarik napas dalam longgar dan menutup mata nyeri yang
dan terapi relaksasi untuk dirasakan sedikit berkurang
memfasilitasikan penurunan O:
nyeri
-Ny.J tampak gelisah
-Ny.J tampak berhati-hati saat
melakukan terapi rendam air hangat dan
kompres
-Warna kulit Ny.J terlihat kemerahan
A: Masalah keperawatan teratasi
sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
21/03/23 Risiko infeks 21/03/23 S:
Setelah Pemantauan tanda vital - klien mengatakan sudah bisa melakukan
mengkaji tanda-tanda cuci tangan
dilakukan - keluarga membantu memandi ny.d
infeksi ; suhu tubuh, nyeri - ny.d tau tanda tanda infeksi
tndakan
dan perdarahan 3. 3. O:
keperawatan Monitor tanda dan gejala
- Tekanan darah : 120/74 mmHg
selama 3x24 infeksi sistemik dan lokal 4.
Suhu : 36,7˚C
4.
jam diharapkan Pernafasan : 20x/menit
Mencuci tangan sebelum dan
Nadi : 80x/menit
Resiko Infeksi sesudah setiap melakukan
-Warna kulit Ny.J terlihat kemerahan dan
kegiatan perawatan pasien.
menurun tampak luka lecet berkurang di tangan
5.
dengan kriteria Mengajarkan pasien dan - ny.d tampak segar
keluarga tentang tanda dan A: Masalah keperawatan teratasi
hasil :
gejala infeksi sebagian
-Menurun nya Mengajarkan pasien dan P: Intervensi dilanjutkan
keluhan gatal keluarga bagaimana
menghindari infeksi.
Menuru nya Mengajarkan pasien
kemerahan , merawat luka.
bengkak
- Meningkatnya
kebersihan
tangan dan
badan
21/03/23 Gangguan Pola Edukasi aktivitas dan istirahat 21/03/23 S:
Tidur Observasi - klien mengatakan sudah bisa tidur karna
Pola - mengidentifikasi pola aktivitas gatal berkurang
tidu - mengidentifikasi factor pengganggu - ny.d mengatakan pakaiaan sudah
r
tidur nyaman
me - ny.d sudah bisa tidur sehabis mandi
Terapeutik
mba O:
ik Memodifikasi lingkungan
- ny.d tampak gelisah dan lesu
Setelah Edukasi -Warna kulit Ny.J terlihat kemerahan dan
dilakukan menjelaskan pentingnya tidur tampak luka lecet di tangan berkurang
tindakan A: Masalah keperawatan teratasi
cukup selama sakit
sebagian
keperawatan P: Intervensi dilanjutkan
selama 3x24
jam diharapkan
pola tidur
membaik:
-keluhan sulit
tidur menurun
-keluhan
istirahat tidak
cukup menurun
No Tgl & Diagnosis Tindakan Keperawatan Paraf Tgl & Jam Evaluasi Keperawatan Paraf
Jam Keperawatan
1. 23/03/23 Nyeri Akut Annisya 23/03/23 S: Annisya
Keluarga Manajemen Nyeri - P : Ny.D mengatakan nyeri yang
- Melakukan pengkajian nyeri
mampu dirasakan pada saat luka setelah di garut
komprehensif yang meliputi
merawat - Q : Ny.D mengatakan kualitas nyeri
lokasi, karakteristik,
anggota onset/durasi, frekuensi, yang dirasakan seperti tersait
keluargayang kualitas, intensitas atau - R : Ny.D mengatakan nyeri pada daerah
sakit dan beratnya nyeri dan faktor luka (sela-sela jari dan lengan tangan)
memberikan pencetus - S : Ny.D mengatakan skala nyeri yang
dukungan - Observasi adanya petunjuk dirasakan pada skala 2 (nyeri sedang)
nonverbal mengenai
dalam - T :Ny.D mengatakan nyeri yang
ketidaknyamanan
meningkatkan dirasakan timbul jika digaruk
- Ajarkan penggunaan teknik
status non farmakologi - Keluarga mengatakan memahami cara
kenyamanan (Memberikan gel aleovera) memberikan gel aleovera dalam
Manajemen - Mengimplementasikan mengurangi rasa nyeri
Nyeri tindakan tarik napas dalam O:
dan terapi relaksasi untuk -Ny.D tampak tenang
memfasilitasikan penurunan -Ny.D tampak berhati-hati saat
nyeri
melakukan terapi rendam air hangat dan
kompres
-Warna kulit Ny.D terlihat masih terlihat
bekas luka di tangan
A: Masalah keperawatan teratasi
sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
23/03/23 Risiko infeks 23/03/23 S:
Setelah Pemantauan tanda vital - klien bisa melakukan cuci tangan
mengkaji tanda-tanda - keluarga memmembantu mandi ny.d
dilakukan
tndakan O:
infeksi ; suhu tubuh, nyeri - Tekanan darah : 120/74 mmHg
keperawatan
dan perdarahan 3. 3. Suhu : 36,6˚C
selama 3x24 Monitor tanda dan gejala Pernafasan : 20x/menit
jam diharapkan infeksi sistemik dan lokal 4. Nadi : 78x/menit
4. -Warna kulit Ny.D tidak terlihat
Resiko Infeksi Mencuci tangan sebelum dan kemerahan dan tampak luka lecet di
menurun sesudah setiap melakukan
tangan berkurang
kegiatan perawatan pasien.
dengan kriteria 5. A: Masalah keperawatan teratasi
hasil : Mengajarkan pasien dan sebagian
keluarga tentang tanda dan P: Intervensi dilanjutkan
-Menurun nya
gejala infeksi
keluhan gatal Mengajarkan pasien dan
Menuru nya keluarga bagaimana
menghindari infeksi.
kemerahan , Mengajarkan pasien
bengkak merawat luka.
- Meningkatnya
kebersihan
tangan dan
badan
23/03/23 Gangguan Pola Edukasi aktivitas dan istirahat 23/03/23 S:
Tidur Observasi - klien mengatakan sudah bisa tidur
Pola - mengidentifikasi pola aktivitas - ny.d mengatakan pakaian sudah nyaman
tidu - mengidentifikasi factor pengganggu - ny.d belum mulai tidur walau kadang
r tidur terbangun
me O:
Terapeutik - ny.d tampak segar
mba -Warna kulit Ny.D tidak terlihat
Memodifikasi lingkungan
ik kemerahan dan tampak luka lecet di
Setelah Edukasi
tangan berkurang
dilakukan menjelaskan pentingnya tidur A: Masalah keperawatan teratasi
tindakan cukup selama sakit sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
keperawatan
selama 3x24
jam diharapkan
pola tidur
membaik:
-keluhan sulit
tidur menurun
-keluhan
istirahat tidak
cukup menurun
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Nur dan Ledy Martha A. (2016). Asuhan Keperawatan pada Sistem Endokrin dengan
Pendekatan NANDA NIC NOC. Jakarta: Salemba Medika.
Krisnatuti, Diah, dkk. (2014). Diet Sehat untuk Penderita Diabetes Mellitus. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.