Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN


GANGGUAN MUSKULOSKELETAL
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik

Dosen Pengampu :

Dosen Pengampu :
Yosep Purnairawan, S.Kep. Ners., M.Kep

Disusun Oleh:
KELOMPOK 4
Dedetika Lestari (32722001D20)
Hamdi Salapi (32722001D20)
Putri utary (32722001D20)
Ridwan Firdaus (32722001D20)
Sintia Anugrah (32722001D20)
Tri Wulandari (32722001D20112)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh


Dengan memanjatkan rasa puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada kita. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik dengan judul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN
MUSKULOSKELETAL”, dengan tujuan menjadikan proses pembelajaran agar
lebih baik.
Makalah ini tidak akan terselesaiakan tanpa adanya bantuan dari berbagai
pihak yang telah memberikan dukungan, baik secara moril maupun materil.
Ucapan terima kasih kepada:
1. Yosep Purnairawan, S.Kep. Ners., M.Kep , selaku dosen pengajar mata
kuliah
2. Semua pihak yang telah terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Kesadaran akan masih jauhnya makalah ini dari kesempurnaan, sehingga
kritik dan saran dari pembaca sangatlah diharapkan demi perbaikan pada makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Sukabumi, 25 Oktober 2022

Kelompok 7
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan masalah


1.3 Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Muskuloskeletal

2.1.1 Definisi Muskuoskeletal

Muskuloskeletal adalah sistem kompleks yang merupakan penunjang


bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap pergerakan melibatkan otot-otot
dan kerangka tubuh, dan termasuk sendi, ligamen, tendon, dan saraf.

2.1.2 Anatomi Sistem Muskuloskeletal

Kerangka pada bagian tubuh manusia terdapat dua bagian yakni kerangka
aksial yang berguna untuk membentuk sumbu tubuh dan kerangka apendikular
yang berguna sebagai pendukung anggota badan. Kerangka apendikular terdiri
dari tulang pada lengan, kaki, bahu, dan juga panggul. Sedangkan, otot dan
ligament berfungsi sebagai pengikat atau penghubung tulang-tulang pada tubuh
manusia. Jaringan fibrosa ikat fibrosa yang ada pada ototlah yang sangat berperan
dalam penyatuan tulang.

2.2 Muskuloskeletal Pada Lanjut Usia

2.2.1 Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia

Perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin


meningkatnya usia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut
pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada
semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan
kemungkinan timbulnya gangguan muskuloskeletal. Adanya gangguan pada
sistem muskuloskeletal dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya
dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna
mengaktifkan fungsi otot.

Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia diantaranya perubahan pada


kolagen dan elastin menyebabkan turunya fleksibilitas pada lansia sehingga
menimbulkan dampak berupa nyeri. Jaringan kartilago pada persendian lunak dan
mengalami granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata, sehingga
kartilago pada pada persendian rentan terhadap gesekan, perubahan ini akan
mengakibatkan sendi akan mengalami peradangan, kekakuan, nyeri, keterbatasan
gerak, dan terganggunya aktivitas sehari-hari. Atrofi otot, serabut-serabut otot
mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan
menjadi tremor.
2.2.2 Sebab-sebab gangguan muskuloskeletal pada lansia

Adapun sebab-sebab gangguan muskuloskeletal pada lansia dapat dikelompokkan


sebagai berikut :

1) Mekanik : penyakit sendi degeneratif (osteoarthritis), stenosis spinal


2) Metabolik : osteoporosis, myxedema, penyakit paget
3) Berkaitan dengan keganasan : dermatomyositis, neuromiopati
4) Radang : polymyalgia rheumatica, temporal (giant cell) arthritis, gout
5) Pengaruh obat

2.2.2 Masalah muskuloskeletal yang sering terjadi pada lansia

Dari sekian banyak jenis gangguan sistem muskuloskelatal, dalam pembahasan


refarat ini akan dibahas lebih lanjut beberapa yang paling sering terjadi pada
lansia antara lain:

1. Osteoarthritis

Osteoarthritis adalah suatu penyakit sendi degeneratif yang terutama terjadi pada
orang yang berusia lanjut dan ditandai oleh degenerasi kartilago artikularis,
perubahan pada membran sinovia serta hipertrofi tulang pada tepinya. Rasa nyeri
dan kaku, khususnya setelah melakukan aktivitas yang lama akan menyertai
perubahan degeneratif tersebut.

Etiologi

Osteoarthritis disebabkan oleh kerusakan pada tulang rawan dan sendi. Kondisi
ini terjadi ketika tulang rawan yang merupakan bantalan pelindung tulang
kehilangan elastisitasnya. Akibatnya, terjadi gesekan antar tulang yang
membuatnya lebih rentan mengalami kerusakan dan menyebabkan radang sendi.
Pertambahan usia adalah salah satu faktor utama terjadinya osteoarthritis. Selain
itu, ada beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang menderita
osteoarthritis, yaitu:

1) Menderita obesitas
2) Mengalami cedera pada sendi
3) Memiliki riwayat osteoarthritis dalam keluarga
4) Memiliki riwayat operasi pada tulang dan sendi
5) Berjenis kelamin perempuan, terutama yang sudah menopause
6) Memiliki kelainan bawaan pada tulang rawan atau sendi
7) Melakukan pekerjaan atau aktivitas fisik yang menyebabkan sendi tertekan
secara terus-menerus, misalnya mengenakan sepatu hak tinggi
Keluhan dan Gejala
Gejala klinis osteoartritis bervariasi, bergantung pada sendi yang terkena, lama
dan intensitas penyakitnya, serta respons penderita terhadap penyakit yang
dideritanya. Pada umumnya pasien osteoartritis mengatakan bahwa keluhan-
keluhannya sudah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan-lahan.
Secara klinis, osteoartritis dapat dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu :

1) Subklinis: Pada tingkatan ini belum ada keluhan atau tanda klinis lainnya.
Kelainan baru terbatas pada tingkat seluler dan biokimiawi sendi.
2) Manifestasi: Pada tingkat ini biasanya penderita datang ke dokter.
Kerusakan rawan sendi bertambah luas disertai reaksi peradangan.
3) Dekompensasi: Rawan sendi telah rusak sama sekali, mungkin terjadi
deformitas dan kontraktur. Pada tahap ini biasanya diperlukan tindakan
bedah.
2. Arthritis rheumatoid

Artritis rheumatoid adalah penyakit inflamasi yang mengenai jaringan ikat


sendi, bersifat progresif, simetrik, dan sistemik serta cenderung menjadi kronik.
Atau arthritis reumatoid adalah kelainan sistemik dengan manifestasi utama pada
persendian yang berkembang secara perlahan-lahan dalam beberapa minggu.

Etiologi

Adanya gangguan regulasi imun, yang ditandai dengan adanya autoantibodi


seperti anti-citrullinated protein antibodies (ACPA) dan rheumatoid factor (RF).
Faktor genetik, lingkungan, dan imunologi diduga berperan dalam terjadinya
rheumatoid arthritis.

Keluhan dan gejala

Sebagian besar pasien arthritis reumatoid yang berusia lanjut menderita


penyakit tersebut sebagai suatu proses yang tengah berlangsung dan sudah
dimulai sehingga onsetnya dapat timbul perlahan atau terjadi secara akut. Pada
kebanyakan pasien, keadaan artritis disertai dengan gejala konstitutional yang
ringan atau sedang. Jika onsetnya terjadi secara tiba-tiba selama waktu beberapa
hari saja, pasien sering mengalami gejala malaise, anoreksia, penurunan berat
badan dan depresi. Selain itu terdapat gejala panas dan perspirasi malam hari.

3. Arthritis gout

Artritis gout adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal
asam urat pada jaringan sekitar sendi (tofi). Gout juga merupakan istilah yang
dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik yang ditandai oleh meningkatnya
konsentrasi asam urat (hiperurisemia).
Etiologi

Etiologi arthritis gout adalah peningkatan kadar asam urat darah yang
berasal dari metabolisme purin. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh penurunan
ekskresi maupun overproduksi asam urat. Penurunan ekskresi asam urat dapat
terjadi pada keadaan insufisiensi renal, nefropati, dehidrasi, maupun konsumsi
alkohol dalam jangka waktu lama. Peningkatan produksi asam urat dapat terjadi
pada Sindroma Lesch-Nyhan, defisiensi glukosa-6-fosfat, dan superaktifitas
phosphoribosyl pyrophosphate synthetase. Peningkatan asam urat ini akan
menimbulkan pembentukan kristal monosodium urat yang terdeposit pada sendi
dan saluran kemih.

Tanda dan gejala

1) Sakit pada area persedian


2) Munculnya ruam merah di kulit di area persedia yang sakit
3) Munculnya benjolan pada area sendi dari waktu ke waktu menjadi besar
4) Sering merasa pusing
5) Selalu merasakan cepat lelah

4. Amiloidosis

Amiloidosis adalah suatu sindroma klinis yang ditandai penumpukan protein


amiloid yang berbentuk fibrin pada jaringan tubuh. Penumpukan ini disebabkan
oleh produksi yang berlebihan dan pengeluaran yang menurun.

Etiologi

Amiloidosis disebabkan oleh penumpukan protein abnormal yang disebut amiloid.


Amiloid diproduksi dalam sumsum tulang dan dapat disimpan dalam jaringan atau
organ. Penyebab spesifik dari kondisi Anda tergantung pada jenis amiloidosis
yang Anda miliki. Berikut jenis-jenis dari amiloidosis:

1) Amiloidosis primer, atau dikenal dengan nama AL amylodiosis


(immunoglobulin light chain amylodiosis). Amiloidosis jenis ini terjadi
ketika sumsum tulang memproduksi antibodi abnormal yang tidak dapat
dipecah. Amiloidosis primer dapat mengenai organ jantung, ginjal, kulit,
saraf dan hati.

2) AA amiloidosis atau dulu dikenal amiloidosis sekunder, banyak ditemukan


pada ginjal tapi kadang juga berpengaruh pada saluran pencernaan atau
hati. Hal ini terjadi seiring dengan penyakit infeksi atau peradangan
kronis, seperti rheumatoid arthritis atau penyakit peradangan usus.
3) Amiloidosis keturunan. Ini adalah bentuk langka yang diturunkan melalui
keluarga. Hal ini disebabkan oleh protein amyloid transthyretin (TTR)
yang tidak normal, yang dibuat di hati. Protein ini bertanggung jawab
untuk bentuk yang paling umum dari amiloidosis turun-temurun.

4) Amiloidosis yang berhubungan dengan dialysis, terjadi ketika protein


dalam darah disimpan dalam sendi dan tendon, kekakuan dan cairan pada
sendi, serta sindrom carpal tunnel. Jenis ini umumnya mempengaruhi
orang-orang dengan dialysis jangka panjang.

5) Amiloidosis sistemik senilis (SSA). Hal ini disebabkan deposit dari TTR


normal dalam jantung dan jaringan lain. Hal ini paling sering terjadi pada
pria yang lanjut usia.

6) Organ-specific amylodiosis, yang dapat menyebabkan penumpukan zat


amiloid pada satu organ spesifik, termasuk kulit.

Tanda dan gejala

1) Lelah dan lemas


2) Sendi terasa nyeri
3) Kulit menebal atau mudah memar
4) Lidah bengkak
5) Tangan dan kaki kesemutan atau mati rasa
6) Denyut jantung tidak teratur (aritmia)
7) Sesak napas
8) Tungkai membengkak
9) Diare dan BAB berdarah
10) Berat badan turun drastis

5. Osteoporosis

Osteoporosis adalah suatu keadaan berkurangnya massa tulang sedemikian


hingga dapat menimbulkan patah tulang dengan trauma yang minimal. Definisi
menurut WHO adalah penurunan massa tulang > 2,5 kali standard deviasi massa
tulang rata-rata dari populasi orang muda, kerusakan arsitektur tulang, dan
meluasnya kerapuhan tulang sehingga menurunkan kekuatan tulang dan
dicapainya ambang patah tulang.

Klasifikasi

1) Osteoporosis Primer

Merupakan osteoporosis yang terjadi bukan sebagai akibat penyakit lain,


dibedakan atas :
 Osteoporosis tipe I (pasca menopause) : kehilangan tulang terutama
dibagian trabekula.
 Osteoporosis tipe II (senilis): terutama kehilangan massa tulang daerah
korteks.
 Osteoporosis Idiopatik : terjadi pada usia muda dengan penyebab yang tak
jelas.
2) Osteoporosis Sekunder
Terjadi akibat penyakit lain (hiperparatiroid, gagal ginjal kronis).

Etiologi

Osteoporosis disebabkan oleh menurunnya kemampuan tubuh dalam


meregenerasi tulang sehingga kepadatan tulang berkurang. Penurunan
kemampuan regenerasi ini biasanya akan dimulai saat seseorang memasuki usia
35 tahun. Selain faktor usia, ada beberapa faktor lain yang bisa meningkatkan
risiko terjadinya osteoporosis, seperti kekurangan vitamin D, gangguan hormon,
jarang berolahraga, konsumsi obat-obatan tertentu, serta kebiasaan merokok.

Tanda dan gejala

1) Mudah mengalami patah tulang walau hanya karena benturan yang ringan

2) Nyeri punggung yang biasanya disebabkan oleh patah tulang belakang

3) Postur badan membungkuk

4) Tinggi badan berkurang


BAB III

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIAPADA Ny.T

DENGAN DIAGNOSA MEDIS REUMATIK DI WISMA MELATI.

1. Identitas klien

Nama : Ny. T

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 75 tahun

Suku : Sunda

Alamat : Cikembar, Sukabumi

Status Perkawinan : Janda

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Tanggal Masuk Panti : 25 oktober 2022

Tanggal Pengkajian : 26 Oktober 2022

2. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. N

Jenis Kelamin : Laki - laki

Umur : 40 tahun

Alamat : Cikembar, Sukabumi

Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan : Wirausaha

Hub dengan pasien : Saudara


3. Status Kesehatan Saat ini/Riwayat kesehatan sekarang
a. Keluhan Utama

Nyeri pada kaki sebelah kanan.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada saat melakukan pengkajian, klien mengatakan nyeri pada kaki sebelah
kanan sejak 4 tahun yang lalu.

P = Nyeri pada saat bergerak/beraktivitas,

Q = Nyeri seperti ditusuk-tusuk,

R = Pada kakisebelah kanan,

S = Skala nyeri 6 (0-10),

T = Nyeri sewaktu-waktu 5 menit sekali. Klien tampak meringis dan klien


tampak memegang kaki sebelah kanan.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Klien mengatakan
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan dikeluarga tidak ada anggota keluarga yang memiliki
riwayat penyakit menular ataupun penyakit keturunan.

Genogram

Keterangan:

Laki-laki:
Perempuan:

Klien:

Meninggal:

Tinggal serumah:

Garis keturunan

4. Pemeriksaan fisik
1. Tanda-Tanda Vital
 Tekanan darah : 130/70 mmHg
 Nadi : 78x / menit
 Respirasi : 20x / menit
 Temperature : 36,2°C

2. Head Toe-Toe
a. Kepala
Rambut klien tampak beruban, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan,tidak
ada benjolan
b. MataBentuk simetris, konjugtiva anemis, sklera tidak ikterik, ketajaman
penglihatan menurun, tidak memakai alat penglihatan (kacamata).
c. Hidung
Bentuk tampak simetris, tidak ada lesi, tidak ada peradangan, tidak ada
secret, tidak teraba nyeri tekan pada hidung. Penciuman klien baik.
d. Mulut dan tenggorokan
Mulut tampak bersih, mukosa bibir lembab, klien tampak mengalami
kesulitan dalam mengunyah, tidak ada kesulitan dalam menelan, fungsi
menelan baik.
e. Telinga
Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada peradangan, tidak adanyeri tekan
pada bagian belakang telinga (mastoideus), tidak ada benjolan,
pendengaran klien baik.
f. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada lesi, tidak ada
peningkatan vena jugularis.
g. Dada
Paru-paru:
 Inspeksi: bentuk dada simetris, tidak terdapat lesi
 Palpasi : tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada nyeri tekan,
pergerakan dada simetris
 Perkusi: suara sonor di dada
 Auskultasi: tidak ada kelainan suara nafas, suara nafas vesikuler
Jantung:
 Inspeksi: tidak tampak ictus cordis
 Palpasi : pulsasi pada dinding torak teraba
 Perkusi: bunyi jantung redup pada saat diperkusi
 Auskultasi: bunyi jantung S1 dan S2 tunggal.
h. Abdomen
 Inspeksi: tidak terlihat adanya benjolan
 Auskultasi: bising usus 10x/menit
 Perkusi: terdengar bunyi timpani
 Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan
i. Genetalia
Klien berjenis kelamin perempuan, klien mengatakan tidak ada nyeri pada
daerah alat reproduksi. Klien mengatakan sudah manopouse.
j. Ekstremitas
 Ekstremitas atas: klien mengatakan kedua tangannya masih kuat
dalam melakukan aktivitas.
 Ekstremitas bawah: klien mengatakan kedua kaki mengalaminyeri,
terutama kaki sebelah kanan. Klien mengatakan kakiterasa lemah
dan terkadang terasa kram. Klien tampak bergerak/berjalan lambat,
klien tampak memakai tongkat saat berjalan.
 Skala otot:

https://www.academia.edu/29828599/
Asuhan_keperawatan_pada_klien_dengan_osteoarthritis

https://www.academia.edu/35365136/
Askep_Lansia_dengan_Diagnosa_Medis_Reumatik_NERS_Stase_Keperawatan_
Gerontik_docx

https://idoc.pub/documents/askep-gerontik-osteoartritis-6ngevyxm1jlv
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Sejumlah gangguan muskuloskeletal dapat timbul pada lansia. Beberapa


diantaranya merupakan kelanjutan dari penderitaan sebelum usia lanjut dan sering
menimbulkan kecacatan. Dengan meningkatnya populasi lansia, meningkat pula
prevalensinya pada lansia akibat proses degeneratif. Dan tak jarang pula gangguan
muskuloskeletal pada lansia menimbulkan kemunduran fisik dan disabilitas yang
sangat berpengaruh dalam hidup lansia. Diantara banyaknya penyebab gangguan
muskuloskeletal pada lansia, osteoarthritis merupakan salah satu dari beberapa
penyebab utama yang menimbulkan disabilitas orang yang berusia > 65 tahun.
Selain osteoartritis, gangguan lain pada muskuloskeletal yang juga sering dapat
menimbulkan disabilitas yaitu artritis rheumatoid, artritis gout, osteoporosis juga
amiloidosis. Untuk memulihkan penderita dari disabilitas akibat gangguan
muskuloskeletal diperlukan tindakan rehabilitasi yang merupakan gabungan
pengobatan medis dan fisioterapi, bila perlu tindakan pembedahan.

Saran

DAFTAR PUSTAKA

Asdie, Ahmad H. Harrison's Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 4,


Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC. 2000.

Dambro. Griffith's 5 – Minutes Clinical Consult. USA: Lippincott Williams and


Wilkins. 2001.

Hazzard, W.R. et al. Principles of Geriatrtrics Medicine and Gerontology, Second


Edition. USA: MC Graw Hill.1996.
Lonergen, Edmund T. A Lange Clinical Manual Geriatrics, First Edition. London:
Prentice – Hall International.1996.

Noer, HM S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI.1996.

Price, S A and Wilson L M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit


Buku Kedua,

Anda mungkin juga menyukai