Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TEKNOLOGI DALAM MODALITAS PENATALAKSANAAN

KEPERAWATAN II
“TERAPI OKUPASI PADA LANSIA DENGAN OSTEOARTRITIS”

Disusun oleh
Kelompok 1.2
A.2016.2

Aska Rahim 1611115970


Fuji Mazelda 1611116052
Remon Perdamean 1611116058
Wirdatul Jannah 1611116101
Rezka Amalia 1611116116
Fajar Nurul Pebri 1611116126

Pembimbing:
Rismadefi Woferst M.biomed

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah memberikan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Terapi Okupasi pada Lansia dengan
Osteoartritis”
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan ibu Rismadefi
Woferst M.biomed dan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Dengan itu penulis berterima kasih
kepada ibu pembimbing dan berbagai pihak yang telah membantu terselesainya
makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak kekurangan baik dari dalam
susunan bahasa maupun penulisan. Oleh sebab itu terbuka bagi penulis saran dan
kritik dari para pembaca kepada penulis sehingga penulis dapat memperbaiki
makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi
kepada para pembaca.

Pekanbaru, Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1. LATAR BELAKANG .................................................................................... 1
1.2. RUMUSAN MASALAH ............................................................................... 1
1.3. TUJUAN ........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 2
2.1. Konsep Osteoartritis........................................................................................ 2
2.2. Terapi Dingin Untuk Mengatasi Osteoartritis................................................. 3
BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 7
3.1. KESIMPULAN ............................................................................................... 7
3.2. SARAN ........................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Proses menua merupakan proses diman terjadinya organ dan penurunan
perkembangan fisik yang tidak dapat dihindari. Jumlah lansia dari tahun ke
tyahun terus bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah harapan hidup .
menetri kesehatan pad atahun 2014 mencatat jumalah lansia didindonesia
berjumlah 17.781 juta jiwa dan pad atahun 2025 jumlah akan mencapai 36
juta jiwa (kemenkes kesehtaan republic Indonesia, 2014).
Osteoathiritis (oa) adalah penyakit rematik yang paling sering menegnai
akibat gangguan metabolisme yang diikuti oleh bberapa perubahan pada
system mukuloskletal pada lansia. osteoathiritis merupakan suatu patologi
yang dimulai dari kartilago hialin sendi lutut, diman terjadi pemebntukan
osteofit pad atulang rawan sendi dan jaringna subchondral yang meyebabkan
penurunan elastisitas dari sendi selain permukaan sendi tulang rawan sendi
tulang rawan sendi osteoathiritis juga mnegani daerah-daerah sekitar sendi
dan tulang subchondral, capsule sendi. Alkibat dari semua itu akan
menimbulkan keluhan berupa adanya yeri pada lutut terutama pada bagian
medial lutut , kekakuan atau keterbatasan gerak dalam pola capsular pattern
sendi lutut, gangguan stabilitas dan menurunnya fungsi lutut yaitu sebagai
penerima beban tubuh dan juga fungsionalnya dalam berjalan . akibat dariitu
maka osteoathiritis dapat mempengaruhi lansia dalm melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari yang dimaksud adalah makan, minum,berjalan tidur,
mandi, berpakaiaan,BAK dan BAB.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1) Apa konsep dari osteoarthritis?
2) Apa konsep penerapan dari terapi dingin?

1.3. TUJUAN
1) Untuk mengetahui konsep osteoarthritis.
2) Untuk mengetahui konsep penerapan terapi dingin.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Konsep Osteoartritis
1) Definisi
Osteoarthritis adalah penyakit sendi yang progresif, secara khas terjadi
pada pasien usia menengah hingga pasien usia lanjut. Penyakit ini
terjadi ketika tulang rawan sendi rusak akibat tekanan mekanik
ataupun perubahan biokimia. Osteoarthritis merupakan penyakit sendi
degeneratif, dimana keseluruhan struktur dari sendi mengalami
perubahan patologis.
2) Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyakit sendi pada orang dewasa yang
paling umum di dunia. Felson (2008) melaporkan bahwa satu dari tiga
orang dewasa memiliki tanda-tanda radiologis terhadap osteoarthritis.
Osteoarthritis pada lutut merupakan tipe osteoarthritis yang paling
umum dijumpai pada orang dewasa. Penelitian epidemiologi dari
Joern dkk (2010) menemukan bahwa orang dewasa dengan kelompok
umur 60-64 tahun sebanyak 22%. Pada pria dengan kelompok umur
yang sama, dijumpai 23% menderita osteoarthritis pada lutut kanan,
sementara 16,3% sisanya didapati menderita osteoarthritis pada lutut
kiri. Berbeda halnya pada wanita yang terdistribusi merata, dengan
insiden osteoarthritis pada lutut kanan sebanyak 24,2% dan pada lutut
kiri sebanyak 24,7%.
3) Pathogenesis
Berdasarkan penyebabnya, osteoarthritis dibedakan menjadi dua, yaitu
osteoarthritis primer dan osteoarthritis sekunder. Osteoarthritis primer
atau dapat disebut osteoarthritis idiopatik, yang tidak memiliki
penyebab yang pasti (tidak diketahui) dan tidak disebabkan oleh
penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal sendi. Osteoarthritis
sekunder terjadi disebabkan oleh inflamasi, kelainan sistem endokrin,
metabolik, pertumbuhan, faktor keturunan (herediter), dan
immobilisasi yang terlalu lama. Kasus osteoarthritis primer lebih

2
sering dijumpai pada praktek sehari-hari dibandingkan dengan
osteoarthritis sekunder.
4) Tanda dan Gejala Klinis
a. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya
bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.
Beberapa gerakan yang tertentu terkadang dapat menimbulkan
rasa nyeri yang melebihi gerakan lain.
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan
sejalan dengan pertumbuhan rasa nyeri.

5) Faktor Resiko
Osteoarthritis dapat terjadi pada semua ras dan jenis kelamin.
Osteoarthritis lebih sering menyerang pada seseorang dengan usia
lebih dari 40 tahun. Osteoarthritis dapat terjadi lebih dini pada orang
orang yang memiliki faktor risiko (American College Rhematology,
2012). Berikut ini adalah faktor risiko terjadinya osteoarthritis pada
seseorang:
a. Usia
b. Jenis Kelamin
c. Obesitas
d. Genetika
e. Trauma
f. Aktivitas Fisik

2.2. Terapi Dingin Untuk Mengatasi Osteoartritis


Terapi dingin adalah terapi yang biasa digunakan untuk mengurangi nyeri
pada berbagai nyeri pada tubuh. Adapun tujuan dari terapi dingin adalah
sebagai berikut:
a. Terapi dingin bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri yang diberikan
pada saat akut (Sudarsini, 2017).

3
b. Terapi hangat ditujukan untuk mengurangi pembengkakan (Jumarani,
2008).
c. Mengurangi memar karena proses peradangan yang disebabkan oleh
penyakit misalnya osteoatritis.
d. Terapi dingin ini pada umumnya hanya ditujukan untuk otot.
Terapi dingin dapat digunakan dalam beberapa cara. Pada cedera olahraga
beberapa teknik yang sering dipergunakan adalah es dan masase es, imersi
air dan atau es, ice packs dan vacpocoolant sprays, termasuk :
1. Es dan Masase Es
a. Peralatan
Pada terapi ini es dapat dikemas dengan berbagai cara. Salah
satunya adalah dengan membekukan es pada styrofoam. Pada
penggunaannya ujung stryofoam dapat digunakan sebagai
pegangan pada saat dilakukan terapi. Es dalam pemakaiannya
sebaiknya tidak kontak langsung dengan kulit dan digunakan
dengan perlindungan seperti dengan handuk. Handuk juga
diperlukan untuk mennyerap es yang mencair.
b. Indikasi
Indikasi terapi es adalah pada bagian bagian otot lokal seperti
tendon, bursae maupun bagian bagian myofacial trigger point.
c. Penggunaan
Es dapat digunakan langsung untuk memijat atau untuk memati-
rasakan jaringan sebelum terapi pijat. Masase es dapat
memberikan dingin yang lebih efisien daripada cold packs atau
metode lain yang menggunakan terapi dingin. Terapi biasanya
diberikan selama 10 sampai 20 menit (Swenson et al., 1996:193).
Terapi kompres es ini juga dilakukan 5 hari berturut-turut 2 kali
sehari (pagi dan sore). Setiap pengobatan dua kali sehari pagi 10
menit dan sore 10 menit. Daerah yang di kompres sekitar sendi
lutut. Menggunakan handuk yang di rendam di potonganpotongan
es.

4
2. Ice packs.
a. Peralatan
Pada prinsipnya ice packs merupakan kemasan yang dapat
menyimpan es dan membuat es tersebut dapat terjaga dalam
waktu relatif lama di luar freezer daripada kemasan plastik. Alat
ini tersedia di apotek dan toko obat. Sebagian besar ice packs
mengandung bahan kimia yang dapat mempertahankan suhu
dingin dalam jangka waktu lama. Bahan kimia seperti isopropyl
alkohol dapat ditambahkan denagn rasio 2 :1 terhadap air untuk
mencegah terjadinya pembekuan sehingga ketika dipergunakan,
ice packs dapat mengisi kontur tubuh. Terdapat dua jenis ice
packs yaitu yang berbahan gel hypoallergenic dan yang berisi
cairan atau kristal.
b. Penggunaan
Pada umumnya ice packs dapat dipergunakan selama 15 sampai
20 menit. Pada kemasan ice packs yang berupa plastik, diperlukan
handuk untuk mengeringkan air kondensasi.
c. Indikasi
Sama dengan ice massage.
d. Perhatian khusus
Pengguna ice packs lebih praktis akan tetapi apabila terjadi
kebocoran kemasan dapat menimbulkan bahaya iritasi kulit akibat
bahan kimia yang dikandungnya (Swenson et al., 1996:193).
3. Vapocoolant spray.
a. Peralatan
Vapocoolant spray merupakan semprotan yang biasanya berisi
fluoromethane atau ethyl chloride.
b. Indikasi
Vacoopolant spray sering digunakan untuk mengurangi nyeri
akibat spasme otot serta meningkatkan range of motion.
c. Penggunaan

5
Untuk meningkatkan range of motion, terdapat beberapa prosedur
pemakaian yakni :
1) Vapocoolant membentuk sudut 30° dengan kulit dengan jarak
30 sampai 50 cm dari kulit.
2) Penyemprotan dilakukan dari arah proksimal ke distal otot.
3) Kecepatan penyemprotan sekitar 10 cm per detik dan dapat
diulang sampai dengan 2-3 kali.
d. Perhatian khusus
Penggunaan vapocoolant harus dilakuakn sesuai prosedur untuk
menghindari frozen bite (Swenson et al., 1996:193).
4. Cold Baths / Water Immersion
a. Peralatan
Cold baths merupakan terapi mandi di dalam air dingin dalm
jangka waktu maksimal 20 menit. Peralatan yang dipergunakan
tergantung bagian tubuh yang akan direndam. Pada perendaman
seluruh tubuh diperlukan tanki whirpool. Pada terapi ini aitr dan
es dicampur untuk mendpatkan suhu 10° sampai dengan 15° C.
b. Indikasi
Terapi ini biasanya dilakukan untuk pemulihan paska latihan
maupun kompetisi.
c. Penggunaan
Penderita berendam di dalam air yang sudah didinginkan. Proses
ini berlangsung sekitar 10 sampai dengan 15 menit. Ketika nyeri
berkurang, terapi dihentikan dan dilanjutkan terapi lain seperti
massage atau stretching. Pada saat nyeri kembali dirasakan, dapat
dilakukan perendaman kembali. Dalam tiap sesi terapi,
perendaman kembali dapat dilakukan sampai tiga kali ulangan.
d. Perhatian khusus :
Terapi dingin berpotensi untuk meningkatkan penjendalan
kolagen, konsekuensinya aktivitas fisik harus dilakukan secara
bertahap paska terapi dingin (Swenson et al., 1996:193).

6
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
1. Terdapat pengaruh pemberian kompres panas terhadap pengurangan nyeri
pada osteoarthritis sendi lutut.
2. Terdapat pengaruh pemberian kompres dingin terhadap pengurangan nyeri
pada osteoarthritis sendi lutut.
3. Terdapat beda pengaruh pengurangan nyeri pada osteoarthritis sendi lutut
antara terapi panas dan terapi dingin pada subyek penelitian di posyandu
lansia Desa Nglangon Kelurahan Karang Tengah Sragen bulan Agustus-
September 2012, terapi panas lebih efektif dalam pengurangan nyeri pada
osteoarthritis ditinju dari nilai selisih nyeri yang dapat menurun.

3.2. SARAN
1. Keilmuan
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai manfaat terapi
panas dan terapi dingin, sehingga diharapkan pada mahasiswa dapat
melakukan praktik dengan model pemberian terapi tersebut.
2. Bagi tenaga kesehatan fisioterapi
Diharapkan dengan hasil penelitian ini, tenaga kesehatan fisioterapi dapat
memberikan pelatihan terapi panas dan terapi dingin terhadap
pengurangan nyeri pada osteoarthritis sendi lutut sehingga dapat
mengembalikan kapasitas fungsional dengan baik.
3. Peneliti lain Diharapkan peneliti lain dapat melakukan menambah jumlah
responden, pengukuran dengan nyeri dengan teknik lain, dan
menggunakan sampel control untuk mengetahui tingkat efektivitas dari
masing-masing alat terapi yang digunakan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Jumarani, L. (2009). The Essence Of Indonesia Spa. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.

Sudarsini. (2017). Fisioterapi. Malang: Gunung Samudera.

Yuliastri, A. (2012). Pengaruh Kompres Panas Dan Kompres Dingin Terhadap


Pengurangan Nyeri Pada Osteoarthritis.
http://eprints.ums.ac.id/21943/17/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf
Diakses pada 25 Maret 2019

Anda mungkin juga menyukai