Anda di halaman 1dari 31

Lab/SMF Ilmu Radiologi REFERAT

Fakultas Kedokteran

Universitas Mulawarman

OSTEOARTHRITIS

Disusun Oleh

Putri Laelyana Novitasari

2110017095

Dosen Pembimbing:

dr. Abdul Mu’ti, Sp. Rad

Laboratorium / SMF Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Samarinda 2022

i
SURAT REKOMENDASI

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat-Nya penyusunan referat dengan judul “Osteoarthritis” ini dapat
terselesaikan dengan tepat waktu. Referat ini disusun oleh penulis dalam
rangka menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik di Laboratorium Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.

Penulis mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada dr. Abdul


Mu’ti., Sp.Rad selaku dosen pembimbing klinik yang telah memberika n
banyak ilmu, bimbingan dan saran kepada penulis sehingga referat ini dapat
terselesaikan. Penulis sadar bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penyusunan dan penulisan referat ini. Oleh karena itu, penulis mengharapka n
kritik dan saran demi penyempurnaan referat ini. Akhir kata, penulis
mengucapkan terima kasih dan semoga referat ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Samarinda, Mei 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

SURAT REKOMENDASI .................................................................................. ii


KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
BAB I .................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
BAB II ................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 3
2.1 Anatomi Sendi............................................................................................... 3
2.2 Definisi......................................................................................................... 4
2.3 Epidemiologi ................................................................................................ 4
2.4 Etiologi......................................................................................................... 5
2.5 Patofisiologi ................................................................................................. 5
2.6 Manifestasi Klinis ........................................................................................ 7
2.7 Klasifikasi .................................................................................................... 8
2.8 Diagnosis.................................................................................................... 10
2.9 Gambaran Radiologis................................................................................. 13
2.10 Penatalaksanaan ....................................................................................... 15
BAB III .............................................................................................................. 19
LAPORAN KASUS ........................................................................................... 19
BAB IV ............................................................................................................... 25
KESIMPULAN .................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 26

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang
berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Prevelensi OA lutut
radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15.5% pada pria
dan 12.7% pada wanita (Soeroso, 2006).
Degenerasi sendi yang menyebabkan sindrom klinis osteoartritis
muncul paling sering pada sendi tangan, panggul, kaki, dan tulang
belakang (spine) meskipun bisa terjadi pada sendi sinovial mana pun.
Berdasarkan patogenesisnya OA dibedakan menjadi dua yaitu OA
primer dan OA sekunder. Osteoarthritis primer, disebut juga OA
idiopatik yaitu OA yang kausanya tidak diketahui dan tidak ada
hubungannya dengan penyakit sistemik maupon proses perubahan local
pada sendi. OA sekunder adalah OA yang didasari oleh adanya kelainan
endokrin, inflamasi, metabolic, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan
makro serta imobilisasi yang terlalu lama. Osteoarthritis primer lebih
sering ditemukan dibanding OA sekunder (Herring, 2015).
Prevalensi kerusakan sendi sinovial ini meningkat dengan
pertambahan usia. Pasien OA biasanya mengeluh nyeri pada waktu
melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena.
Pada derajat yang lebih berat, nyeri dapat dirasakan terus menerus
sehingga sangat mengganggu mobilitas pasien. Diperkirakan 1 sampai 2
juta orang usia lanjut di Indonesia menderita cacat karena OA. Oleh
karena itu tantangan terhadap dampak OA akan semakin besar karena
semakin banyaknya populasi yang berusia tua.
Terapi OA pada umumnya simptomatik, misalnya dengan
pengendalian faktor – faktor resiko, latihan intervensi fisioterapi dan
terapi farmakologis. Pada fase lanjut sering diperlukan pembedahan
(Herring, 2015).

1
1.2 Tujuan

Tujuan dalam penulisan referat ini adalah untuk menambah


wawasan dan ilmu pengetahuan secara umum mengenai Osteoarthritis.
Adapun tujuan khususnya adalah untuk mengetahui gambaran radiologi
pada Osteoarthritis.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Sendi
Sendi adalah pertemuan antara dua tulang atau lebih, disebut juga artikulas i.
Secara histologis sendi dibagi menjadi sendi fibrosa, sendi kartilago (tulang
rawan), dan sendi sinovial. Secara fungsional, sendi dibedakan menjadi
sinartrosis (tidak dapat digerakkan), amphiarthrosis (sedikit dapat digerakkan),
dan diarthrosis (dapat digerakkan secara bebas) (Apley and Solomon, 2018).
Struktur sendi sinovial (Gambar 2.1) memungkinkan pergerakan antar tulang.
Ujung tulang yang bertemu ditutupi oleh tulang rawan hialin yang sangat halus.

Gambar 2.1 Struktur sendi sinovial

Tulang rawan ini disusun oleh kondrosit dan dikelilingi oleh matriks
ekstraseluler yang mencakup berbagai makromolekul, terutama proteoglika n
dan kolagen. Tulang rawan memfasilitasi fungsi sendi dan melindungi
tulang subkondral di bawahnya dengan mendistribusikan beban,
mempertahankan tekanan kontak agar selalu rendah, dan mengurangi gesekan
pada sendi (Apley & Solomon, 2018; Lozada et al., 2020).
Pertemuan antar dua tulang ini tertutup dalam kapsul sendi yang dilapis i

3
oleh membran sinovial, dan membran ini berisi cairan sinovial. Cairan sinovia l
dibentuk melalui proses ultrafiltrasi serum oleh sel-sel pembentuk membran
sinovial, yaitu sinoviosit. Sinoviosit memproduksi asam hialuronat (HA), dan
glikosaminoglikan yang merupakan komponen nonseluler utama dari cairan
sinovial. Sel ini juga memproduksi sitokin dan faktor pertumbuhan serta
menghilangkan produk limbah yang tidak diinginkan, seperti metabolit, dari
cairan sinovial. Cairan sinovial memasok nutrisi ke tulang rawan artikular yang
bersifat avaskular, dan memberikan viskositas yang dibutuhkan untuk
menyerap guncangan dari gerakan lambat, serta memberikan elastisitas yang
dibutuhkan untuk menyerap guncangan dari gerakan cepat. Kapsul sendi
diperkuat oleh ligamen untuk menjaga stabilitas sendi (Apley & Solomon,
2018; Lozada et al., 2020).
2.2 Definisi

Osteoarthritis (OA, dikenal juga sebagai arthritis degeneratif, penyakit


degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengena i
sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa
kerusakan kartilago sendi, dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi
yang kompleks, terdiri dari proses perbaikan pada kartilago, tulang dan
sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi (Soeroso, 2006).
Osteoarthritis ditandai dengan timbulnya nyeri saat terjadi penekanan pada
sendi yang terkena.
2.3 Epidemiologi

Berdasarkan data Global Burden of Disease 2019, 7% dari populasi global,


yaitu lebih dari 500 juta orang di seluruh dunia, didominasi oleh wanita,
menderita osteoartritis. Angka tersebut meningkat 48% dari tahun 1990 ke 2019,
dan pada tahun 2019, OA menjadi penyakit tertinggi ke-15 yang menyebabkan
disabilitas di dunia, dimana OA bertanggung jawab atas 2% dari total YLD
global (Hunter, March and Chew, 2020).

Laporan dari Riskesdas 2018, Prevalensi penyakit sendi berdasarkan


diagnosis dokter pada penduduk umur ≥15 tahun di Indonesia adalah 7,3%
(Riskesdas, 2018). Sendi lutut, panggul, dan tangan merupakan sendi yang

4
paling sering terkena OA (Kolasinski et al., 2020). Bagian yang paling sering
terkena di lutut adalah kompartemen anteromedial dari sendi tibiofemoral, dan
sisi lateral dari sendi patellofemoral, di panggul yang paling sering terkena aspek
superolateral, sementara di tangan dan kaki yang paling sering terkena adalah
sendi interphalangeal distal (DIP), serta MTP I dan dasar ibu jari (CMC) (Apley
and Solomon, 2018). OA merupakan penyakit sendi yang paling banyak
dijumpai dan prevalensinya makin meningkat seiring dengan pertambahan usia
(Nasution dkk, 2009). Selain pertambahan usia, terdapat pula perbedaan
prevalensi dan distribusi yang signifikan pada pria dan wanita penderita OA. OA
panggul dan lutut sangat penting karena angka prevalensinya yang tinggi yang
sebabkan nyeri dan disabilitas pada dewasa tua (Apley and Solomon, 2018).
2.4 Etiologi
Menurut (Michael, Schlüter-brust, & Eysel, 2010) etiologi dari osteoarthritis
dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu Osteoarthritis primer dan Osteoarthritis sekunder.
Osteoarthritis primer merupakan osteoarthritis ideopatik atau osteoarthritis yang
belum diketahui penyebabnya. Sedangkan osteoarthritis sekunder penyebabnya
yaitu pasca trauma, genetik, mal posisi, pasca operasi, metabolik, ganggua n
endokrin, osteonekrosis aseptik. Menurut (Heidari, 2011) osteoarthritis memilik i
etiologi multifaktoral, yang terjadi karena interaksi antara faktor sistemik dan lokal.
Usia, jenis kelamin perempuan, berat badan, dan obesitas, cedera lutut, penggunaa n
sendi berulang, kepadatan tulang, kelemahan otot, dan kelemahan sendi memainka n
peran dalam pengembangan OA sendi.

2.5 Patofisiologi

Osteoartritis ditandai sebagai kerusakan sendi yang mengenai jaringan


didalam dan sekitarnya. Kerusakan ini menyebabkan terjadinya degradas i
tulang rawan sendi, penebalan tulang subkondral, pembentukan osteofit,
inflamasi jaringan sinovial, kerusakan ligamen, hipertrofi kapsul sendi, dan
perubahan pada otot periartikular, saraf, bursa, serta bantalan lemak. Diantara
hal tersebut, degradasi tulang rawan sendi dianggap sebagai proses patognomik
pada OA (He et al., 2020). Proses OA diinisiasi oleh faktor predisposisi sistemik
yang berinteraksi dengan pengaruh mekanis lokal yang mempengaruhi lokasi
dan tingkat keparahan dari perubahan yang ditimbulkan oleh OA, tetapi

5
perubahan itu sendiri dimediasi secara kimiawi (Apley and Solomon, 2018).
OA merupakan kombinasi antara degradasi rawan sendi, remodelling tulang,
dan inflamasi cairan sendi (Soeroso dkk, 2009). Osteoartritis merupakan
penyakit yang timbul akibat gangguan homeostasis dari metabolisme kartilago
dan kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang etiologinya beragam, salah
satunya jejas mekanis dan kimiawi pada sinovial sendi. Jejas mekanis dan
kimiawi pada sinovial sendi ini terjadi karena beberapa faktor seperti usia, stres
mekanis atau penggunaan sendi yang berlebihan, defek anatomik, obesitas,
genetik, humoral, dan ras. Jejas ini diduga merangsang terjadinya degradasi
kartilago (Soeroso dkk, 2009).

Etiopatogenesis dari OA dibagi ke dalam 3 fase:

1) Fase 1

Terjadi penguraian proteolitik pada matriks kartilago. Hal ini


mempengaruhi metabolisme kondrosit sehingga meningkatkan produksi
enzim seperti metalloproteinase (collagenase, stromelisin) yang
mendegradasi matriks kartilago. Enzim degradatif kartilago terdiri atas
protease, plasmin, metalloproteinase matriks (MMP), dan ADAMTS- 5
(A Disintegrin and Metalloproteinase with Thrombospondin Motifs 5).
Karena terjadi degradasi kartilago, maka kondrosit akan melakukan
perbaikan kartilago melalui replikasi kondrosit dan produksi matriks
baru. Kondrosit akan mensintesis DNA dan kolagen serta proteoglika n.
Proses ini diinduksi oleh faktor pertumbuhan seperti insulin- like growth
factor (IGF-1), growth hormone, transforming growth factor ß (TGF-ß),
dan coloni stimulating factors (CSFs). IGF1 memegang peranan penting
dalam proses perbaikan kartilago sendi, namun sel menjadi kurang
sensitif terhadap efek IGF-1 saat keadaan inflamasi. TGF-ß merangsang
sintesis kolagen dan proteoglikan serta menekan stromelisin. Selain itu
kondrosit juga memproduksi protease inhibitors dan tissue inhibitors of
metalloproteinase (TIMP) 1 dan 2. Namun enzim yang diproduksi
tersebut jumlahnya tidak cukup untuk melawan efek proteolitik.
(Houard, Goldring and Berenbaum, 2013; Lozada et al., 2020).

6
2) Fase 2

Pada fase 2, terjadi fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilago, juga
disertai pelepasan proteoglikan dan fragmen kolagen ke dalam cairan
sinovial (Lozada et al., 2020).

3) Fase 3

Pada fase 3, produk degradasi kartilago menginduksi respon infla mas i


pada sendi. Akibatnya makrofag di dalam sendi memproduksi sitokin
seperti IL-1, Tumor Necrosis Factor α (TNF α). Kondisi ini memberika n
manifestasi balik pada kartilago dan secara langsung mendegradas i
kartilago atau menstimulasi kondrosit untuk memproduks i
metalloproteinase lebih banyak. Molekul-molekul proinflamasi lainnya
seperti Nitric Oxide (NO) juga ikut terlibat. Kondisi ini memberika n
manifestasi perubahan arsitektur sendi, dan memberikan dampak
terhadap pertumbuhan tulang yang berlebihan sebagai upaya untuk
menstabilkan sendi. Perubahan arsitektur sendi, stres mekanis dan
inflamasi memberikan pengaruh pada permukaan sendi menjadika n
kondisi gangguan yang progresif (Lozada et al., 2020).

2.6 Manifestasi Klinis

Distribusi OA dapat mengenai sendi leher, bahu, tangan, kaki, pinggul, lutut.
Gejala utama yang menunjukkan adanya diagnosis osteoarthritis meliputi
(Carter,2006) :
1. Nyeri sendi

Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban, yang akan


berkurang bila penderita beristirahat. Nyeri pada sendi berasal dari
inflamasi pada sinovium, tekanan pada sumsum tulang, fraktur daerah
subkondral, tekanan saraf akibat osteofit, distensi, instabilnya kapsul
sendi, serta spasme pada otot atau ligamen.
2. Kaku pada pagi hari (morning stiffness)

Kekakuan pada sendi sering dikeluhkan ketika setelah duduk yang


terlalu lama atau setelah bangun tidur pagi (morning stiffness).

7
3. Hambatan pergerakan sendi

Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat, bertambah


berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi.
4. Krepitasi

Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi


yang sakit.

5. Pembengkakan

Pasien seringkali menunjukkan sendinya perlahan-lahan mengala mi


pembesaran/pembengkakan, biasanya terjadi pada sendi tangan atau
lutut. Pembengkakan dapat terjadi secara terus menerus (dengan
penebalan kapsular atau dengan adanya osteofit yang besar-besar).
6. Deformitas sendi
Dapat terjadi oleh karena adanya kontraktur kapsular atau instabilitas
sendi. Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengala mi
perubahan berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi.
7. Hilangnya Fungsi (fungsiolaesa)

Merupakan gejala yang paling dikeluhkan pasien. Biasanya pasien


mengeluhkan gaya berjalan yang tidak sempurna dan cenderung
terpincang, kesulitan untuk menaiki tangga, kesulitan untuk berjalan
jauh, atau ketidakmampuan progresif untuk menjalani aktivitas sehari-
hari.
2.7 Klasifikasi

Berdasarkan etiopatogenesisnya, osteoartritis diklasifikasikan dalam dua


kelompok: (Soeroso dkk, 2009):

a) Osteoartritis primer: osteoartritis yang tidak diketahui kausanya


(idiopatik) dan tidak memiliki hubungan dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi.

b) Osteoartritis sekunder: osteoartritis yang didasari oleh kelainan


sistemik seperti gangguan endokrin, metabolik, pertumbuha n,

8
proses inflamasi, keturunan, trauma mikro-makro, dan imobilisas i
yang terlalu lama.

Klasifikasi osteoartritis yang banyak digunakan adalah klasifika s i


berdasarkan gambaran radiologis persendian pasien. Tanda-tanda
osteoartritis pada gambaran radiologis di antaranya adalah pembentukan
osteofit, penyempitan ruang antar sendi, terjadinya sklerosis, dan
pembentukan kista. Menurut Kellgren dan Lawrence dalam pemeriksaan
radiologi diklasifikasikan sebagai berikut :
• Derajat 0 : Tidak ada gambaran osteoartritis.
• Derajat 1 : Osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi
normal, tetapi terdapat osteofit minimal.

• Derajat 2 : Osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2


tempat, tidak terdapat sklerosis dan kista subkondral, celah sendi
normal.

• Derajat 3 : Osteoartritis moderat dengan osteofit moderat,


deformitas ujung tulang, dan celah sendi sempit.

• Derajat 4 : Osteoartritis berat dengan osteofit besar, deformitas


ujung tulang.

Gambar 2.2 Kriteria Penilaian OA menurut Kellgren-Lawrence

9
Gambar 2.3 Grade Osteoarthtritis genu
2.8 Diagnosis

Diagnosis osteoartritis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,


pendekatan untuk menyingkirkan diagnosis penyakit lain, pemeriksaan penunjang,
serta perhatian khusus terhadap gejala klinis dan faktor yang mempengaruhi piliha n
penatalaksanaan OA (Perhimpuan Reumatologi Indonesia, 2014). Berikut
klasifikasi diagnosis osteoartritis berdasarkan kriteria American College of
Rheumatology (ACR) yang diterapkan oleh Perhimpunan Reumatologi Indonesia:

Table 2.1 Klasifikasi Diagnosis OA Lutut:

Klasifikasi diagnosis OA lutut ICD-10 kode: M17

• Berdasarkan kriteria klinis:

- Nyeri sendi lutut dan paling sedikit 3 dari 6 kriteria di bawah ini:

1. krepitus saat gerakan aktif

2. kaku sendi < 30 menit

3. umur > 50 tahun

4. pembesaran tulang sendi lutut

10
5. nyeri tekan tepi tulang

6. tidak teraba hangat pada sinovium sendi lutut.

Sensitivitas 95% dan spesifisitas 69%.

• Berdasarkan kriteria klinis dan radiologis:

Nyeri sendi lutut dan adanya osteofit dan paling sedikit 1 dari 3 kriteria
di bawah ini:

1. Kaku sendi <30 menit

2. Umur >50 tahun

3. Krepitus pada gerakan sendi aktif

Sensitivitas 91% dan spesifisitas 86%.

• Berdasarkan kriteria klinis dan laboratoris:

Nyeri sendi lutut dan paling sedikit 5 dari 9 kriteria berikut ini:

1. Usia >50 tahun

2. kaku sendi >30 menit

3. Krepitus pada gerakan aktif

4. Nyeri tekan tepi tulang

5. Pembesaran tulang

6. Tidak teraba hangat pada sinovium sendi terkena

7. LED < 40 mm/jam

8. RF < 1:40

9. Analisis cairan sinovium sesuai OA

11
Sensitivitas 92% dan spesifisitas 75%.

Table 2.2 Klasifikasi Diagnosis OA Panggul:

KRITERIA DIAGNOSIS OA Panggul . ICD-10 kode: M16

• Berdasarkan kriteria klinis dan laboratoris:

-Nyeri pada sendi panggul/koksa dan paling sedikit salah 1 dari 2


kelompok kriteria di bawah ini:

1. Rotasi internal sendi panggul < 15º disertai LED ≤ 45 mm/jam atau fleksi
sendi panggul ≤ 115º (jika LED sulit dilakukan)

2. Rotasi internal sendi panggul ≥ 15º disertai nyeri yang terkait pergerakan
rotasi internal sendi panggul, kekakuan sendi panggul pagi hari ≤ 60
menit, dan usia > 50 tahun

Sensitivitas 89% dan spesifisitas 91%.

• Berdasarkan kriteria klinis, laboratoris dan radiologis:

-Nyeri pada sendi panggul/koksa dan paling sedikit 2 dari 3 kriteria di


bawah ini:

1. LED < 20 mm pada jam pertama

2. Osteofit pada femoral dan atau asetabular pada gambaran radiologis

3. Penyempitan celah sendi secara radiologis (superior, axial dan atau


medial)

Sensitivitas 89% dan spesifisitas 91%.

Table 2.3 Klasifikasi Diagnosis OA Tangan:

KRITERIA DIAGNOSIS OA Tangan ICD-10 kode: M18

12
• Berdasarkan Klinis:

-Nyeri, ngilu atau kaku pada tangan dan paling sedikit 3 dari 4 kriteria
di bawah ini:

1. Pembengkakan jaringan keras dari 2 atau lebih sendi-sendi tangan di


bawah ini:

- Sendi distal interfalang ke-2 dan ke-3

- Sendi proksimal interfalang ke-2 dan ke-3

- dan sendi pertama karpometakarpofalang kedua tangan

2. Pembengkakan jaringan keras dari 2 atau lebih sendi distal interfalang

3. Kurang dari 3 pembengkakan sendi metakarpofalang

4. Deformitas sedikitnya pada 1 dari 10 sendi-sendi tangan pada kriteria 2


di atas

Sensitivitas 92% dan spesifisitas 98%

2.9 Gambaran Radiologis


Setiap sendi yang menyangga berat badan dapat terkena osteoartritis, seperti
panggul, lutut, selain itu bahu, tangan, pergelangan tangan, dan tulang
belakang juga sering terkena. Gambaran radiologi OA yang diantaranya adalah
pembentukan osteofit yaitu pertumbuhan tulang baru (semacam taji) yang
terbentuk di tepi sendi. Selain itu terdapat juga penyempitan rongga sendi
akibat hilangnya kartilago akan menyebabkan penyempitan rongga sendi yang
tidak sama. Terjadi juga badan yang longgar akibat terpisahnya kartilago
dengan osteofit. Kista subkondral dan sklerosis juga akan terjadi akibat
peningkatan densitas tulang di sekitar sendi yang terkena dengan pembentuka n
kista degenerative. (Inawati, 2010).

13
Lutut :

• Sering terjadi hilangnya kompartemen femorotibial pada rongga


sendi.
• Kompartemen bagian medial merupakan penyangga tubuh yang
utama, tekanannya lebih besar sehingga hampir selalu

menunjukkan penyempitan paling dini.


Gambar 2.4 Penampakan osteoarthritis pada genu (Herring, 2015)

Panggul:

• Penyempitan pada sendi disebabkan karena menyangga berat badan


yang terlalu berat, sehingga disertai pembentukan osteofit femoral
dan asetabular.

• Sklerosis dan pembentukan kista subkondral.

• Penggantian total sendi panggul menunjukkan OA panggul yang


sudah berat.

14
Gambar 2.6 Penampakan arthritis pada panggul (Herring, 2015)
Tangan:

• Biasanya mengenai bagian basal metakarpal pertama

• Sendi-sendi interfalang proksimal

• Sendi-sendi interfalang distal

Gambar 2.7 Penampakan osteoarthritis pada tangan (Herring,


2015)
2.10 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan pada OA untuk mengurangi tanda dan gejala OA,
meningkatkan kualitas hidup,meningkatkan kebebasan dalam pergerakan
sendi, serta memperlambat progresi osteoartritis. Spektrum terapi yang

15
diberikan meliputi fisioterapi, pertolongan ortopedi, farmakoterap i,
pembedahan, rehabilitasi:

a. Terapi konservatif

Terapi konservatif yang bisa dilakukan meliputi edukasi kepada pasien,


pengaturan gaya hidup, apabila pasien termasuk obesitas harus
mengurangi berat badan, jika memungkinkan tetap berolah raga (piliha n
olah raga yang ringan seperti bersepeda, berenang).

b. Fisioterapi

Fisioterapi untuk pasien OA termasuk traksi, stretching, akupuntur,


transverse friction (tehnik pemijatan khusus untuk penderita OA), latiha n
stimulasi otot, elektroterapi.

c. Pertolongan ortopedi

Pertolongan ortopedi kadang-kadang penting dilakukan seperti sepatu


yang bagian dalam dan luar didesain khusus pasien OA, ortosis juga
digunakan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi sendi
(Michael et. al, 2010).

d. Farmakologi
a. Analgetik
• Non narkotik: parasetamol
• Opioid (kodein, tramadol)
b. Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
• Oral
• Injeksi
• Suppositoria
c. DMOADs (disease modifying OA drugs)

Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah


Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate.

e. Pembedahan

1) Artroskopi

16
Artroskopi diindikasikan untuk menghilangkan robekan
meniscus dan bagian tulang rawan yang terlepas (produk
degradasi rawan sendi). Pengobatan ini memiliki tingkat
keberhasilan yang bervariasi dan harus dilakukan hanya oleh ahli
bedah yang berpengalaman dalam teknik bedah artroskopi
(Lozada et al., 2020).

2) Osteotomi

Osteotomi digunakan pada pasien aktif yang berusia kurang


dari 60 tahun yang memiliki malalignment sendi panggul atau
lutut dan ingin melanjutkan aktivitas fisik yang wajar. Prinsip
yang mendasari prosedur ini adalah memindahkan beban dari
tulang rawan yang rusak di aspek medial lutut ke aspek lateral
yang sehat dari lutut. Osteotomi paling bermanfaat untuk genu
varum yang signifikan, atau kelainan bentuk kaki O (bowlegs).
Osteotomi seringkali dapat membantu pasien untuk melakukan
artroplasti lutut total hingga usia mereka lebih tua (Lozada et al.,
2020).

3) Artroplasti (penggantian sendi)

Artroplasti merupakan operasi pengangkatan permukaan


sendi lalu disisipkan prostesis logam dan plastik. Prostesis ini
ditahan di tempatnya dengan semen atau dengan pertumbuha n
tulang (bone ingrowth) ke lapisan berpori pada prostesis.
Penggunaan semen menghasilkan pereda nyeri yang lebih cepat,
tetapi pertumbuhan tulang (bone ingrowth) dapat memberika n
ikatan yang lebih tahan lama; karenanya, protesa dengan lapisan
berpori digunakan pada pasien yang lebih muda. Artroplasti
dilakukan jika semua modalitas lain tidak efektif dan osteotomi
tidak sesuai atau jika pasien tidak dapat melakukan aktivitas
sehari-hari meskipun telah menjalani terapi maksimal. Prosedur
ini mengurangi rasa sakit dan dapat meningkatkan fungs i.
Minimal 10-15 tahun kelangsungan hidup diharapkan dari

17
penggantian sendi jika tidak ada komplikasi (Lozada et al., 2020).

4) Fusion sendi (arthrodesis)

Fusion sendi (arthrodesis) ialah menyatukan tulang di kedua


sisi sendi. Prosedur ini mengurangi rasa sakit tetapi mengha mba t
gerakan dan memberi lebih banyak tekanan pada sendi di
sekitarnya. Prosedur ini terkadang digunakan setelah artroplasti
lutut gagal atau sebagai prosedur utama untuk artritis pada sendi
pergelangan kaki (ankle) atau kaki (Lozada et al., 2020).

Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan, harus dipertimbangka n


terlebih dahulu risiko dan keuntungannya. Pertimbangan dilakukan tindakan
operatif bila :
a. Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
b. Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa dan
rehabilitati

18
BAB III

LAPORAN KASUS
Seorang laki-laki, usia 26 tahun (tinggi: 193 cm, bb: 95 Kg), mengala mi
perlekatan/kissing lesions di daerah tibiofemoral dan mengeluhkan nyeri yang
menyakitkan, dan sebelumnya ia telah di diagnosa Osteoarthtritis genu sinistra
grade 2 (kellgren grade ).

• Anamnesis :
1. Riwayat mengalami OA ssudah 1 tahun
2. Pekerjaan sebelumnya adalah atlet basket profesiona l
3. Mengalami nyeri dilutut kiri yang dapat
mengganggu hingga membatasi pasien melakukan
aktivitas normal sehari-hari
4. OA terletak di daerah eminentia intercondylaris genu
sinistra
5. Tatalaksana sebelumnya: modifikasi gaya
hidup/aktivitas fisik, penguatan otot quadriceps, dan
terapi farmakologi (analgesic)

• Pemeriksaan fisik :

1. Pengukuran rentang gerak pasif pra operasi: 140o

2. Tidak ada hiperekstensi atau deformitas fleksi yang


terdeteksi

3. Nyeri tekan dibagian medial tibiofemoral (+), nyeri


tekan tibiofemoral lateral (-)

4. Ketuk patella (efusi sendi -)

5. Inflamasi bursa anserine(-)

6. Krepitasi patellofemoral (-)

7. Patellar grind (-)

8. Ligamen dan meniskus stabil

• Pemeriksaan Radiologi :

19
1. Pada pemeriksaan foto polos genu sinistra, terdapat
osteoarthtritis yaitu tampak adanya gambaran osteofit yang
terletak di eminentia intercondylaris, dan tampak gambaran
penyempitan ruang/celah sendi.

2. Pada pemeriksaan MRI didapatkan gambaran yang serupa


dengan foto polos yaitu osteofit dan penyempitan celah sendi
yang tampak lebih jelas.

(a)

20
(b)

Gambar 3.1 Radiografi anterior dan medial pra-operasi (a) dan MRI koronal dan
sagital (b) dari lutut kiri yang mengalami

• Tatalaksana :
Pasien diberi terapi intervensi bedah system Atlas. Sistem atlas terdiri dari
silinder, penyerap beban polycarbonate urethane (PCU) yang terletak di antara
basis femoralis dan tibialis. Perangkat ini, diletakkan di dalam jaringan subkutan di
sisi medial genu, dirancang untuk mengurangi beban pada kompartemen medial
sendi lutut yang terkena, tanpa memindahkan beban ke area sendi lainnya.
Perangkat dimasukkan melalui insisi tunggal, dipandu oleh visualisasi langsung dan
palpasi anatomi pasien. Terdapat 2 implan yang akan dipasang. Setelah
pemasangan semua implan, konfirmasi visual terkait kelancaran fungsio na l
perangkat dibuktikan dengan melakukan ekstensi penuh dan fleksi dalam pada
bagian yang dipasang perangkat, sebelun dilakukan penutupan insisi.

21
Gambar 3.2 Sistem Atlas Knee yang dirancang untuk mengurangi beban pada
kompartemen medial sendi lutut yang mengalami OA, terdiri dari penyerap beban
yang terletak di antara basis femoral dan tibialis

Pasca operasi, pasien tidak mengalami komplikasi terkait perangkat selama


prosedur pemasangan atau selama follow up. Pasien juga diberi kruk dan
direkomendasikan untuk menahan beban sesuai dengan yang dapat ditoleransi oleh
pasien dan merawat luka tetap terlindungi selama 2 minggu awal. Setelah 2 minggu,
jahitan akan dilepaskan, dan pasien akan di rehabilitasi selama 2 bulan, dengan
fokus awal yaitu pada rentang gerak dan aktivitas hidup sehari-hari, diikuti oleh
penguatan dan daya tahan otot.

22
(a)

(b)
Gambar 3.3 Radiografi anterior dan medial enam bulan pascaoperasi (a)
dan MRI koronal dan sagital (b) dari lutut kiri yang mengalami OA
• Pembahasan
Osteoarthtritis adalah suatu penyakit degeneratif yang biasanya menyerang
orang dengan usia lansia , namun sekarang osteoarthtritis juga semakin banyak di
alami oleh individu yang lebih muda dan juga aktif. pasien dengan perubahan
degeneratif dini pada lutut tidak boleh diabaikan. Intervensi yang lebih dini semakin
penting karena beberapa pasien dengan gejala osteoarthtritis dini hingga sedang
tidak mampu atau bahkan tidak mau menjalani operasi yang lebih lanjut. Ada
kebutuhan baru untuk terapi pembedahan osteoartthritis, yaitu terapi yang dapat

23
mengatasi gejala dan memberikan pemulihan lebih cepat, dan yang memungkinka n
aktivitas yang tinggi setelahnya. The Atlas System bertindak sebagai peredam kejut
untuk menurunkan hingga 13 kg beban sendi di bagian kompartemen medial, tanpa
memindahkan beban tersebut ke area lain dari sendi lutut. System atlas adalah terapi
pembedahan yang efektif untuk osteoarthtritis dini karena prosedurnya yang
reversible dan tidak memerlukan reseksi tulang. Tanpa intervensi lebih dini,
peningkatan beban pada kompartemen medial lutut akan menyebabkan
perkembangan penyakit yang lebih besar, dan akan menyebabkan kebutuhan untuk
operasi penggantian sendi

24
BAB IV

KESIMPULAN

Osteoarthritis (OA, dikenal juga sebagai arthritis degeneratif, penyakit


degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengena i
sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa
kerusakan kartilago sendi, dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi
yang kompleks, terdiri dari proses perbaikan pada kartilago, tulang dan
sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi. Osteoarthritis
ditandai dengan timbulnya nyeri saat terjadi penekanan pada sendi yang
terkena.

Etiologi dari osteoarthritis dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu Osteoarthritis


primer dan Osteoarthritis sekunder. Osteoarthritis primer merupakan
osteoarthritis ideopatik atau osteoarthritis yang belum diketahui
penyebabnya. Sedangkan osteoarthritis sekunder penyebabnya yaitu pasca
trauma, genetik, mal posisi, pasca operasi, metabolik, gangguan endokrin,
osteonekrosis aseptik. OA merupakan penyakit sendi yang paling banyak
dijumpai dan prevalensinya makin meningkat seiring dengan pertambahan
usia.
Manifestasi klinis yang menunjukkan adanya diagnosis osteoarthritis
yaitu nyeri sendi, kaku sendi, hambatan pergerakan sendi, krepitasi,
pembengkakan hingga hilangnya fungsi. Tatalaksana diberikan sesuai
dengan tingkat keparahan osteoarthtritis yang terjadi. Tujuan
penatalaksanaan pada OA untuk mengurangi tanda dan gejala OA,
meningkatkan kualitas hidup,meningkatkan kebebasan dalam pergerakan
sendi, serta memperlambat progresi osteoartritis. Spektrum terapi yang
diberikan meliputi fisioterapi, pertolongan ortopedi, farmakoterap i,
pembedahan, rehabilitasi.

25
DAFTAR PUSTAKA

American College of Rheumatology. (2015). Osteoarthritis.


Apley and Solomon .(2018).SYSTEM OF ORTHOPAEDICS AND
TRAUMA.Taylor & Francis Group.
Carter MA. Osteoartritis. In: Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: konsep klinis
proses-proses penyakit. 6th ed. Jakarta: EGC; (2006). p. 1380-4.
He, Y. et al. (2020) ‘Pathogenesis of Osteoarthritis: Risk Factors, Regulatory
Pathways in Chondrocytes, and Experimental Models’, Biology, 9(8), p. 194.

Heidari, (2011). Knee osteoarthritis prevalence, risk factors, pathogenesis and


features. Caspian J Intern Med, 2(2), 205-212.
Herring, W. (2015). Learning Radiology. London: Elsevier Health Sciences
Hunter, D. J., March, L. and Chew, M. (2020) .‘Osteoarthritis in 2020 and beyond:
a Lancet Commission’, The Lancet, 396(10264), pp. 1711–1712.
Houard, X., Goldring, M. B. and Berenbaum, F. (2013). ‘Homeostatic mechanisms
in articular cartilage and role of inflammation in osteoarthritis’, Current
Rheumatology Reports, 15(11).
Kolasinski, S. L. et al. (2020) ‘2019 American College of Rheumatology/Arthritis
Foundation Guideline for the Management of Osteoarthritis of the Hand,
Hip, and Knee’, Arthritis and Rheumatology, 72(2), pp. 220–233.
Lozada, C. J., Pace, S. S. C. and Diamond, H. S. (2020) ‘Osteoarthritis’, (cmc), pp.
1–52. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/330487 -
overview.
Michael, J., Schlüter-Brust, K., Eysel, P. (2010). The Epidemiology, Etiology,
Diagnosis, and Treatment of Osteoarthritis of thee Knee. Deutsches Ärzteblatt
International.
Nasution, A. R., Sumariyono. (2009). Introduksi Reumatologi. Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi V. Jakarta: InternaPublishing.
Perhimpuan Reumatologi Indonesia .(2014). Rekomendasi IRA untuk Diagnos is
dan Penatalaksanaan Osteoartritis. Divisi Reumatologi Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI/RSCM.
Riskesdas (2018) ‘Hasil Utama Riskesdas 2018’, Kesehatan Masyarakat Nasional.

26
Soeroso, et al . (2006). Osteoartritis. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 4th ed.
Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia

27

Anda mungkin juga menyukai