Disusun oleh :
IQBAL PAMUNGKAS
NIM: 2160153
KEPERAWATAN FISIOTERAPI
TAHUN 2021/2022
HALAMAN PENGESAHAN
S.Ft, M.Kes
NIDN. 0119086401 NIDN. 0119086401
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
oleh banyak faktor risiko seperti obesitas. OA juga memiliki beberapa faktor risiko
lain, yaitu faktor usia, jenis kelamin, dan pekerjaan dengan aktivitas yang berat.
Obesitas dapat meningkatkan beban biomekanik pada sendi lutut, panggul, dan
sendi lainnya selama aktivitas, yang biasanya dikaitkan dengan pemicu timbulnya
pada laki-laki dan pada wanita yang memiliki usia lebih dari 65 tahun. Sekitar 80%
dari mereka yang menderita OA akan memiliki keterbatasan dalam bergerak, dan
25% tidak dapat melakukan pekerjaan berat dalam kehidupan sehari-harinya. Pada
10- 15% orang yang berusia lebih dari 60 tahun menderita beberapa derajat OA.
15,5% pada pria, dan 12,7% pada wanita (Amin Z 2015,WHO, 2004).
1
2
sebagai sebuah kondisi heterogen yang menyebabkan gejala pada sendi dan tanda-
tanda yang berhubungan dengan integritas kerusakan tulang rawan artikular. Secara
klinis, kondisi ini ditandai dengan nyeri sendi, keterbatasan gerak, krepitus, kadang
meningkatkan risiko terjadinya osteoartritis hingga empat kali lipat pada pria dan
tujuh kali lipat pada wanita. Fakta tersebut menyimpulkan bahwa obesitas
merupakan suatu faktor risiko terjadinya osteoartritis, terutama pada sendi lutut
usia di bawah 40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia di atas 60
tahun. Untuk OA genu prevalensinya di Indonesia juga cukup tinggi yaitu mencapai
15,5% pada laki-laki dan 12,7% pada perempuan dari seluruh penderita osteoartritis
persendian termasuk osteoartritis, dan angka ini lebih tinggi dari prevalensi
berdasarkan laporan data kesakitan tahun 2014 prevalensi penyakit pada sistem otot
dan jaringan pengikat termasuk osteoartritis mencapai 77.541 penderita dan pada
nyeri pasien?
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
patologis yang terjadi meliputi hilangnya tulang rawan sendi hialin, diikuti
penebalan dan sklerosis tulang subkondral, pertumbuhan osteofit pada tepi sendi,
teregangnya kapsul sendi, sinovitis ringan dan kelemahan otot yang menyokong
sendi karena kegagalan perbaikan kerusakan sendi yang disebabkan oleh stress
mekanik yang berlebih. (Felson, 2012,soeroso 2015 ) atau Osteoartritis (OA) adalah
gangguan sendi yang bersifat kronis, yang ditandai dengan adanya degenerasi
tulang rawan sendi, hipertrofi pada tepi tulang, dan perubahan pada membran
berkepanjangan, dan kekakuan, khususnya pada pagi hari atau setelah inaktivitas
(Dorland, 2010).
2.2 Etiologi
osteoartritis idiopatik yaitu osteoartritis yang kausanya tidak diketahui dan tidak
ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada
4
5
herediter, jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama (Joern, 2010 &
yang bekerja sebagai bahan seperti semen dalam tulang rawan dan kolagen)
2.3 Epidemiologi
patogenesis yang belum jelas. Pada umumnya penderita osteoartritis berusia di atas
menimbulkan gangguan sendi, dan menduduki urutan pertama baik yang pernah
dilaporkan di Indonesia maupun di luar negeri. Dari sekian banyak sendi yang dapat
terserang OA, lutut merupakan sendi yang paling sering terserang. Osteoartritis
umur 60-64 tahun yang menderita OA sebanyak 22%. Pada pria dengan kelompok
umur yang sama, dijumpai 23% menderita osteoartritis pada lutut kanan, sementara
16,3% sisanya didapati menderita osteoartritis pada lutut kiri. Berbeda halnya pada
6
kanansebanyak 24,2% dan pada lutut kiri sebanyak 24,7% dan di beberapa negara
eropa sekitar 18-25%laki laki dan 24-40 % wanita antara usia 60-79 tahun pada
Pasien OA biasanya berusia lebih dari 40 tahun dan osteoartritis lutut lebih
banyak terjadi pada penderita dengan kelebihan berat badan. Pada umumnya,
berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan. Berikut adalah keluhan yang
a. Nyeri Sendi
dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Perubahan ini dapat
Umumnya rasa nyeri tersebut akan semakin bertambah berat sampai sendi
konsentris (seluruh arah gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerakan
(MRI), didapat bahwa sumber dari nyeri yang timbul diduga berasal dari
kartilago dan menuju ke osteofit yang sedang berkembang. Hal ini akan
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak
melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu
d. Krepitasi atau rasa gemeretak dapat timbul pada sendi yang sakit
Gejala ini umum dijumpai pada pasien osteoartritis lutut. Pada awalnya
hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk .
Pembengkakan sendi yang dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi
yang biasanya tidak banyak (<100 cc) atau karena adanya osteofit, sehingga
Adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat
tanda ini tidak menonjol dan timbul pada perkembangan penyakit yang
lebih jauh. Gejala ini sering dijumpai pada osteoartritis lutut .Perubahan
a. Umur
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya OA, faktor usia adalah yang
umur di bawah 40 tahun dan sering pada umur di atas 60 tahun. Akan tetapi
harus diingat bahwa OA bukan akibat menua saja. Perubahan tulang rawan
b. Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA sendi lainnya, dan lelaki lebih
banyak pada wanita daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran
c. Suku Bangsa
lebih sering dijumpai pada orang-orang Amerika asli (Indian) dari pada
orang-orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara
pertumbuhan.
d. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya OA, misalnya pada seorang
tersebut. Adanya mutasi dalam gen prokolagen II atau gengen struktural lain
untuk unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen tipe IX dan XII,
10
beban, tapi juga pada OA sendi lain. Di samping faktor mekanis (karena
penyakit jantung koroner dan hipertensi yang lebih tinggi daripada orang-
pemakaian satu sendi yang terus menerus (misalnya tukang pahat, pemetik
cedera sendi dan olahraga berkaitan dengan risiko terjadinya OA yang lebih
g. Kelainan Pertumbuhan
paha pada usia muda. Mekanisme ini juga diduga berperan pada lebih
timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tak membantu mengurangi
benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang
rawan sendi menjadi lebih mudah robek (Soroso 2014,Sudoyo, A.W, 2006).
Osteoartritis selama ini dipandang sebagai akibat dari suatu proses degeneratif
yang tidak dapat dihindari. Namun, hasil penelitian terbaru para pakar menyatakan
belum diketahui.Lutut adalah sendi besar yang paling sering terkena osteoartritis.
Secara fisiologis, sendi lutut mendapat beban pada saat melakukan mobilisasi. Pada
proteoglikan kartilago sebagai jejas mekanis dan kimiawi. (Hadi S 2002, Soeroso
2015.)
pembentukan osteofit perifer, hal tersebut biasanya timbul pada kasus yang parah,
permukaan sendi dapat kehilangan kartilago sama sekali dan tulang yang mendasari
di sekitar sendi, penurunan fungsi sendi dalam melakukan mobilisasi fisik, sehingga
kombinasi antara degradasi rawan sendi, remodeling tulang, dan inflamasi cairan
sendi. Osteoartritis terbentuk pada dua keadaan, yaitu (1) Sifat biometrial kartilago
12
sendi dan tulang subkondral normal, tetapi terjadi beban berlebihan terhadap sendi
sehingga jaringan rusak, atau (2) Beban yang ada secara fisiologis normal, tetapi
sifat bahan kartilago atau tulang kurang baik (Denis Kasper et al, 2008).
replikasi dan memproduksi matriks baru. Proses perbaikan ini dipengaruhi oleh
transforming growth factor ß (TGF-ß) dan coloni stimulating factor (CSFs). Faktor
tulang rawan sendi. Pada keadaan inflamasi, sel menjadi kurang sensitif terhadap
prostaglandin E2 (PGE2) dan melawan efek inhibisi sintesis PGE2. Hormon lain
platelet derivate growth factor (PDGF), fibroblast growth factor dan kalsitonin.
rawan sendi. Kelebihan produk hasil degradasi matriks rawan sendi ini cenderung
berakumulasi di sendi dan menghambat fungsi rawan sendi serta mengawali suatu
respon imun yang menyebabkan inflamasi sendi. Pada rawan sendi pasien
mengandung ujung saraf sensibel yang dapat menghantarkan rasa sakit. Sakit pada
sendi juga diakibatkan oleh adanya osteofit yang menekan periosteum dan radiks
saraf yang berasal dari medulla spinalis serta kenaikan tekanan intramedular akibat
statis vena intramedular karena proses remodeling pada trabekula dan subkondrial
Peran Makrofag di dalam cairan sendi juga penting, yaitu apabila dirangsang
oleh jejas mekanik, material asing hasil nekrosis jaringan atau CSFs, akan
tersebut adalah IL-1, IL-6, TNF-α dan ß, dan Interferon (IFN) α dan τ. Sitokin-
tulang rawan sendi secara langsung. Pasien osteoartritis mempunyai kadar PA yang
tinggi pada cairan sendinya. Sitokin ini juga mempercepat resorpsi matriks rawan
kondrosit. Kondrosit pasien osteoartritis mempunyai reseptor IL-1 dua kali lipat
14
lebih banyak dibanding individu normal dan kondrosit sendiri dapat memproduksi
matriks, namun stimulaso IL-1 yang berlebih malah memicu proses degradasi
nitrit (NO), dan protein lainnya yang memiliki efek terhadap sintesis dan degradasi
pemecahan protein pada jaringan. Hal ini berlangsung pada proses awal timbulnya
pergantian matriks yang lambat dan keseimbangan yang teratur antara sintesis
memiliki metabolisme yang sangat aktif Pada proses timbulnya OA, kondrosit yang
terstimulasi akan melepaskan aggrekan dan kolagen tipe dua yang tidak adekuat ke
kartilago dan cairan sendi. Aggrekan pada kartilago akan sering habis serta jalinan-
2.7 Diagnosis
sendi yang terkena sudah cukup untuk memberikan suatu gambaran diagnostik.
2003) : Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian
terkena sudah cukup untuk memberikan suatu gambaran diagnostik ( Soeroso, 2006
Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris ( lebih berat pada bagian yang
sklerosis ). c. Kista pada tulang d. Osteofit pada pinggir sendi e. Perubahan struktur
sebagai kriteria Kellgren dan Lawrence yang membagi OA dimulai dari tingkat
ringan hingga tingkat berat. Perlu diingat bahwa pada awal penyakit, gambaran
radiografis sendi masih terlihat normal ( Felson, 2006 ). Menurut Kellgren dan
:Minimal, osteofit sedikit pada tibia dan patella dan permukaan sendi menyempit
adanya osteofit yang besar, permukaan sendi menyempit secara komplit, sklerosis
PROSES FISIOTERAPI
Pemeriksaan fisik Bertujuan untuk mengetahui keadaan fisik pasien. Pemeriksaan ini
terdiri dari vital sign, palpasi, pemeriksaan gerak dasar, pemeriksaan spesifik yang
meliputi:
1) Fluctuation Test
Fluctuation test adalah suatu bentuk pemeriksaan khusus pada sendi lutut yang
bertujuan untuk mengetahui cairan dalam lutut dengan cara ibu jari dan jari telunjuk
dari satu tangan diletakkan disebelah kiri dan disebelah kanan patella. Sesekali
procesus Suprapetellaris dikosongkan memakai tangan lain, maka ibu jari dan jari
telunjuk seolah-olah terdorong oleh perpindahan cairan itu. Bila ada cairan dalam
lutut yang melebihi normal maka tes tersebut akan positif ( Richard F.Leblond,2010).
2) Ballotement Test
Ballotement test adalah suatu bentuk pemeriksaan khusus pada sendi lutut
yang bertujuan untuk mengetahui cairan pada sendi lutut dengan cara ressesus
17
24
jari tangan lainnya menekan patella kebawah. Bila banyak cairan dalam lutut maka
F.Leblond,2010).
3) Tes Mc Murray
kelainan pada meniscus medialis & meniscus lateral dengan cara menempatkan lutut
melebihhi 90° dari fleksi dankemudian memutar tibia di atas tulang femur menjadi
rotasi internal secara penuh untuk menguji meniskus bagian lateral, atau rotasi
eksternal penuh untuk memeriksa meniskus medial. Manuver sama dilakukan dalam
tingkatan yang bertahap untuk meningkatkan derajat fleksi lutut dapat memuat lebih
lateral maupun medial di palpasi. Hasil dianggap positif apabila terdapat suara klik.
Suara klik kadang bisa didengar dan kadang hanya bisa dirasakan (H, Mt, Phys, &
sedangkan varus adalah gerakan ke sisi dalam/tengah (medial), yang bertujuan untuk
mengetahui kelianan pada lig. Collateral lateral dan collateral medial dengan cara
fleksi knee, kemudian terapis memegang sisi lateral sendi lutut untuk
mengidentifikasi ligamen MCL, dan smemegang sisi medial sendi lutut untuk
arah lateral untuk mengecek ligamen MCL, dan meregangkan ke arah medial untuk
mengecek ligamen LCL, kemudian setelah itu terapis meraba garis sendi untuk
menentukan jumlah nilai pembukaan sendi (Ismailidis, Kernen, & Mueller, 2017).
26
a. TENS
Pada penulisan karya tulis ilmiah ini, pasien diberikan modalitas berupa TENS
guna mengurangi nyeri pada kasus osteoarthis. TENS merupakan suatu metode
nonfarmakologi yang dapat menurunkan sakit atau nyeri, mekanisme kerja TENS
menurut gate control theory of pain, stimulasi dari aferen berdiameter besar akan
menginhibisi respon serat nosiseptive yang berasal dari dorsal horn, melibatkan
gelatinosa yang berada di cornu dorsalis medulla spinalis sehingga nyeri akan
terblokir dan rasa nyeri akan dirasa berkurang, hal ini didukung oleh penelitian
(Noehren et al., 2014). Menurut (Kerai dan Taneja, 2014) pada kondisi kronis
modalitas TENS dengan frekuensi dan intensitas dari rendah sampai tinggi 2 Hz–
100 Hz menghasilkan efek yang baik untuk penurunan intensitas nyeri, mekanisme
TENS dalam pengurangan intensitas nyeri dijelaskan pada teori kontrol gerbang
ketika arus listrik diterapkan pada area yang mengalami cidera transmisi persepsi
nyeri melalui saraf yang berdiameter kecil ke otak dihambat oleh aktvitas
berdiameter besar yang bekerja cepat, mekanisme lain yang dipaparkan yaitu
adanya aktivasi jalur penghambatan melalui opioid endogen, area yang terlibat
b. Terapi Latihan
fungsi fisik serta keseimbangan pada pasien dengan knee oasteoarthritis (Shaker,
Bhandiwad & Pai, 2013). Retrowalking atau berjalan mundur memiliki keuntungan
dibandingkan dengan berjalan maju, dimana saat berjalan mundur mengurangi rentang
gerakan dari lutut, membantu mengurangi gaya maksimal vertikal dan gaya impulsif
pada lutut (Yadav & Shashidharan, 2016). Sehingga Retrowalking dapat menurunkan
nyeri melalui mekanisme aktivasi dari otot-otot ekstensor dan fleksor hip, dan pada
saat melakukan retrowalking atau berjalan mundur penekanan yang terjadi pada
patellofemoral joint lebih rendah dibandingkan dengan berjalan maju sehingga dengan
memperkuat otot ekstensor dan fleksor hip dapat mengkompensasi nyeri yang terjadi
Retrowalking termasuk salah satu close kinematic chain exercise, dimana pada
siklus berjalan retrowalking ini dimulai dari toe on dari anggota badan ke kaki
berikutnya pada badan yang sama, ketika melakukan berjalan mundur akan
menurunkan gaya tekan dari sendi patellofemoral yang akan berdampak pada
berkurangnya trauma articular cartilage (Wadhwa & Hande, 2016). Menurut Flynn &
menyebutkan bahwa retrowalking atau berjalan mundur telah menjadi sebuah program
untuk merehabilitasi cedera tertentu pada lutut, karena dapat mengurangi tekanan pada
overstretching. Joshi, Vij & Singh (2015) menyatakan bahwa, pengurangan nyeri pada
retrowalking dikarenakan adanya fase biomekanik yang unik ketika fase swing terjadi
28
sedikit fleksi knee sehingga kompresi yang terjadi pada patellofemoral joint
joint. ketika fase stance pada retrowalking terjadi lebih banyak fleksi knee
dibandingkan dengan forward walking. Hal ini menyebabkan lebih banyak otot-otot
posterior yang teraktivasi seperti gluteus, hamstring, calf muscles. Tidak hanya itu
ketika melakukan exercise dapat menurunkan kadar sitokin dalam cairan synovial pada
kadar sitokin turun maka mekanisme stimulasi nociceptor oleh stimulus noxious
terhambat dan proses tranduksi pada mekanisme nyeri juga akan terhambat, dimana
sitokin yang terlibat disini yaitu TNF-α dan IL-1B yang berfungsi merangsang
pengeluaran prostaglandin dan nitric oxid (NO) yang berguna untuk menurunkan
sintesis proteoglikan dan menurunkan matriks tulang, dan apabila kadar TNF-α dan
IL-1B turun maka pengeluaran dari prostaglandin dan nitric oxid (NO) akan terhambat
osmolalitas dalam tulang rawan sendi yang menjadikan permukaan sendi lebih licin
biomekaniknya yang unik yaitu, ketika melakukan retrowalking, dimulai dari toe on
anggota badan ke kaki berikutnya pada badan yang sama, ketika fase swing terjadi
sedikit fleksi knee sehingga ketika melakukan retrowalking akan menurunkan gaya
29
tekan dari sendi dari patellofemoral joint sehingga trauma yang terjadi pada articular
cartilage akan berkurang dan ketika fase stance terjadi lebih banyak fleksi knee
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
knee billateral dengan menggunakan modalitas TENS, LASER dan Terapi Latihan
1. Pemberian TENS dan LASER dapat mengurangi nyeri pada lutut kanan dan
kiri.
lingkup gerak sendi pada gerakan fleksi knee dekstra dan sinistra
30
DAFTAR PUSTAKA
Altman RD, Hochberg MC, Moskowitz RW, Schmitzer TJ. Recommendations for
Agnes, J. Smink, et al. 2013. Health Care Use of Patients with Osteoarthritis of the
Amin Zuklkifli L. 2015. Medical review Osteoartritis . MEDICINUS Vol. 28, No.
Baliunas AJ, Hurwitz DE, Ryals AB, et al. Increased knee joint loads during
Cartilage 2002;10:573-579.
Bendan,Pekalongan 16/SPO/PPP/01/2016).
Bradley JD, Brandt KD, Katz BP, et al. Comparison of an antiinflammatory dose
31
Clegg DO, Reda DJ, Harris CL, et al. Glucosamine, chondroitin sulfate, and the two
2006;354:795-808.
32
LAPORAN:
Disusun oleh :
IQBAL PAMUNGKAS
NIM: 2160153
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
2.4 Patologi.................................................................................................... 9
4.1 Kesimpulan............................................................................................... 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
traumatis, corpus liberum, tendinitis otot bicipitalis brachii dan bursitis olecrani
(Aras, 2006). Tennis elbow adalah penyakit degenerasi tendon yang paling sering
mengenai siku. Kelainan ini menyebabkan rasa nyeri pada sisi lateral siku khususnya
pada epicondylus lateralis dan otot ekstensor pergelangan tangan. Kelainan ini
terutama terjadi pada pemain olah raga tennis lapangan atau pada mereka yang
pada ibu rumah tangga, pekerjaan tukang, pekerjaan salon, montir, pemahat dan lain-
ekstensiwrist .
ekstensor wrist serta suatu trauma langsung. Penyakit ini ditandai dengan adanya
keluhan rasa sakit disiku bagian lateral epicondylus lateralis. Dimana terjadi robekan
inkomplit pada origo teno periosteal dan otot ekstensor carpi radialis brevis di
pada gerakan dorso fleksi sendi pergelangan tangan, terasa kaku dan nyeri jika sendi
siku diluruskan di pagi hari (Suharto, 2000). Fisioterapis sebagai salah satu
1
2
ilmunya yaitu gerak dan fungsi. Usaha untuk meningkatkan kesehatan oleh fisioterapi
meliputi semua unsur yang terkait dalam upaya peningkatan derajat kesehatan yaitu
peradangan (inflamasi) pada tendon ekstensor carpi radialis brevis. Prevalensi atau
angka kejadian yang ada didunia, tennis elbow dialami1-3% pada populasi umum, 6-
15% pada pekerja industri, 19% pada usia 30-50 tahun lebih dominan wanita, 35-
42% pada pemain tennis, 2-23% pada pekerja umum seperti ibu rumah tangga,
aktifitas dengan komputer, pemahat dan mengangkat beban berat (Sugijanto and
Di Indonesia umumnya penderita tennis elbow terjadi pada usia 25-55 tahun
dengan gejala-gejala nyeri pada bagian lateral sendi siku terutama saat jari-jari tangan
memegang atau meremas dengan kuat, pada usia dibawah 25 tahun dan usia lansia
atau diatas 60 tahun jarang terjadi. Diperkirakan 65% dari seluruh penderita tennis
elbow disandang oleh pemain tenis pemula, sedangkan 35% diderita oleh berbagai
profesi dan pekerjaan seperti ibu rumah tangga yang baru pertama kali melakukan
pekerjaan tersebut, dan profesi pemula atau pekerja pemula untuk melakukan
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
pergelangan tangan yang terjadi akibat adanya kontraksi yang berlebihan. Keadaan ini
akan menimbulkan rasa nyeri, adanya keterbatasan gerak, dan adanya gangguan
fungsional. Untuk lebih mendalami atau mengetahui patologi dan penyebab terjadinya
nyeri pada siku, maka perlu diperhatikan aspek-aspek pada struktur sendi siku yang
mencakup anatomi terapan dan biomekanik. Hal ini sangat penting sehingga dalam
pemberian tindakan baik itu dalam modalitas ultrasound maupun manipulasi dengan
Tipe I, tempat cedera terletak pada origo ekstensor carpi radialis longus dengan
Tipe II, merupakan tipe yang paling umum, dimana cedera terjadi pada tempat
lateralis humeri, dengan jumlah temuan 90%. Pada stadium awal biasanya
daerah cedera dapat segera menjadi baik, tetapi bila penderita sering
pergelangan tangan, maka cedera akan terulang kembali dan bahkan lebih berat
dari kondisi semula sehingga pada daerah tersebut timbul peradangan yang
disertai adanya rasa nyeri. Tipe II ini merupakan daerah kritis dimana
4
5
sirkulasi darah rendah, proses penyembuhan lambat dan dapat terjadi reinjury.
nyeri regang.
Tipe III, pada tipe ini, yang mengalami cedera yaitu tendon muscle junction
otototot ekstensor carpi radia lis brevis. Akibat terjadi kerusakan pada
perbatasan jaringan otot dengan tendon, maka akan terjadi proses inflamasi
Tipe IV Pada tipe ini, yang mengalami cedera adalah perut otot dari otot-otot
ekstensor carpi radialis brevis. Karena sirkulasi darah yang baik pada lokasi
2.2 Anatomi
2.2.1 Sendi
merupakan sendi putar, yang dibentuk oleh capitulum radii yang berbentuk
2.2.2 Ligament
Sendi siku merupakan sendi yang sangat stabil. Simpai sendi ini
diperkuat oleh ligamen collateral ulnare yang berasal dari epicondylus humeri
6
dan mempunyai dua serabut yang kuat dimana bagian anterior yang menuju ke
ke dalam ulna, serta ligamen anulare radii melekat pada ketua ujung ulna dan
2.2.3 Bursa
Bursa yang terdapat dalam sendi siku meliputi bursa olecranon, bursa
kontraksi.
gleinoidalis dan caput brevis, berasal dari processus coracoideus. Kedua caput
tersebut bersatu setinggi insersio otot deltoideus, ke dalam otot biceps brachii
dan bera khir dengan dua tendo. Tendo yang lebih kuat berinsertio pada
berbentuk tipis yaitu aponeurosis bicipitalis. Otot ini berorigo pada glenoid
fleksi dan supinasi sendi siku, serta dipersarafi oleh nervus musculocutaneus
(C5, C6).
7
Otot ini mempunyai tiga kepala, yaitu: caput longum, caput medial, dan
dan membentang ke distalis ke depan otot teres major. Caput medial mulai dari
lateral. Caput lateral berasal dari facies dorsalis bagian lateralis humerus dan
sulcus nervus radialis bagian proksimal. Otot ini berorigo pada gleinoid dan
Otot ini berasal dari caput humeral mulai dari epicondylus medialis
humeri dan septum intermuscular media lis dan yang berasal dari caput ulnar
mulai dari processus coronoideus ulna. Otot ini berorigo pada epicondylus
lengan bawah dan membantu fleksi siku, serta dipersarafi oleh nervus
muskulus ekstensor carpi radialis brevis melalui rongga tendo kedua. Otot ini
berorigo pada distal margo lateralis humeri dan septum intermuskular brachii
lateral, berinsersio pada basis metacarpalis II, berfungsi untuk ekstensi dan
8
abduksi (radial deviasi) pergelangan tangan dan membantu untuk ekstensi siku,
ligamentum collateral radial dan dari ligamentum anulare radii. Otot ini
berfungsi untuk ekstensi dan abduksi (radial deviasi) pergelangan tangan, serta
digitorum dan dari bagian ulna berjalan ke sisi medial dorsalis ulna malalui
keenam rongga tendo ke basis metacarpalis kelima. Otot ini berorigo pada
2.3 Etiologi
a. Over Use
ekstensor carpi radialis. Contohnya pada ibu-ibu rumah tangga atau seseorang yang
mencuci pakaian. Ini disebabkan karena gerakan ekstensi pergelangan tangan disertai
pronasi lengan bawah yang berulang-ulang dan kuat pada waktu memeras pakaian.
b. Trauma
yang berulang-ulang dan berat. Sebagai contoh pada pemain tenis. Kesalahan yang
9
dilakukan yaitu melakukan back hand dengan siku menghadap net. Dalam posisi
Akibatnya timbul nyeri setelah melakukan backhand yang salah. Disamping itu dapat
juga disebabkan oleh latihan yang terlalu berat. Misalnya sudah terlalu lama tidak
melakukan latihan tenis, kemudian mendadak melakukan latihan yang terlalu banyak
c. Faktor Usia
Pada faktor penuaan, terjadi proses degenerasi. Pada proses ini, jumlah elastin
menurun dan menjadi rapuh, sehingga mudah terjadi micro rupture. Akibat jumlah
Gerakan yang dapat menimbulkan kerobekan ini adalah seperti gerakan back
hand yang tidak benar yaitu gerakan lengan bawah kearah pronasi dan dorso fleksi
wrist secara tiba-tiba dan mendapat beban yang terlalu berat atau berlebihan sehingga
gerakan ini mengakibatkan penguluran dari extensor wrist yang akan menimbulkan
kerusakan bahkan kerobekan pada tendo extensor wrist (Giam, 1993). Kerusakan
pada otot extensor wrist yang disertai inflamasi (peradangan) dan saraf sensoris yang
ada disekitar epicondylus lateralis humeri akan teriritasi, iritasi saraf sensoris ini yang
mengangkat beban, mancuci, mengepalkan tangan akan terasa nyeri. Terdapat nyeri
tekan pada epicondylus lateral humeri. Pada waktu otototot ekstensor pergelangan
PROSES FISIOTERAPI
1) Test Khusus
Pada palpasi ini akan ditemukan adanya nyeri tekan pada tenno periosteal origo
ekstensor carpi radialis brevis, yang letaknya kira-kira 1-2 cm dari lateral
epicondylus humeri ke antero medial siku. Pada stretching ditemukan nyeri saat
ekstensi siku, pronasi lengan bawah dan palmar fleksi. Inspeksi adalah pemeriksaan
secara visual tentang kondisi pasien. Dalam hal ini akan terlihat adanya oedema dan
2) Penatalaksanaan Fisioterapi
a. Ultrasound
b. Transverse Friction
11
12
penambahan phagocytosis.
link sudah kuat atau adhesi telah dibentuk, teknik friction yang
sekitarnya.
13
dan mengantuk.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
berikut:
14
DAFTAR PUSTAKA
Binarupa Aksara
Philadelphia, 1995.
1997.
2003.
2001.
Wolf, de A, “Pemeriksaan Alat Penggerak Tubuh”, Edisi Kedua, Houten/
Zaventtem, 1994.