Anda di halaman 1dari 10

FISIOLOGI TERBENTUKNYA CAIRAN SINOVIAL PADA SENDI

Makalah Fisiologi Muskuloskeletal

Dosen pembimbing:
Adi saputra junaidi S.Fis., M.Fis

Disusun oleh:
1. Ayu shintia vionika 2022510005
2. Agtis ayu wanzira 2002251006
3. Deajeng widyanata 202251007
4. Jeri buliandro silalahi 202251008

PROGRAM STUDI DIII FISIOTERAPI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI


2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Fisiologi terbentuknya cairan sinovial pada sendi ” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Fisiologi Muskuloskeletal. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang synovial sendi bagi pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak Adi Saputra Junaidi, S.Fis


M.Fis, selaku dosen mata kuliah Fisioterapi Muskuloskeletal Non Bedah yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi


sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.m Kami
menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jambi,05 juni 2023


Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tulang dan sendi merupakan bagian penting pada susunan anggota gerak
tubuh manusia. Tulang dan sendi berfungsi sebagai komponen gerak pada
tungkai,lengan, dan beberapa bagian tubuh yang membutuhkan pergerakan.
Dalam perjalanan hidup manusia, terdapat beberapa penyakit degeneratif yang
dapat menyerang tulang dan sendi, salah satunya adalah osteoartritis.
Osteoartritis (OA) merupakan salah satu masalah bagi individu maupun bagi
masyarakat.

Proses menua merupakan proses fisiologis yang dialami seseorang apabila


memiliki umur panjang. Proses menua merupakan proses yang terus-menerus
(berkelanjutan) secara ilmiah. Menua bukan suatu penyakit, merupakan proses
berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi stressor dari dalam maupun
luar tubuh. Proses menua mengurangi semua fungsi organ, salah satunya
adalah pada sistem musculoskeletal yang dapat menyebabkan keterbatasan
gerak. Pada proses menua biasanya terjadi penurunan produksi cairan sinovial
pada persendian dan tonus otot, kartilago sendi menjadi lebih tipis dan
ligamentum menjadi lebih kaku serta terjadi penurunan kelenturan
(fleksibilitas) sehingga mengurangi gerakan persendian.

Sendi sinovial Sendi sinovial adalah sendi-sendi tubuh yang dapat


digerakkan. Sendi- sendi ini memiliki rongga sendi dan permukaan sendi
dilapisi rawan Page hialin. Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental
yang membasahi permukaan sendi.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan sendi synovial


2. Apa yang dimaksud Fisiologi terbentuknya cairan synovial pada sendi
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu sendi synovial
2. Untuk mengetahui apa itu fisiologi terbentuknya cairan synovial pada sendi
BAB II

TINJAUAN TEORI DAN KONSEP

A. KONSEP DASAR NYERI LUTUT PADA LANSIA

1. Anatomi dan fisiologi sendi

Menurut Price (2013), Sendi adalah tempat pertemuan dua atau

lebih tulang. Terdapat tiga tipe sendi yaitu sendi fibrosa (sinartrodial)

merupakan sendi yang tidak dapat bergerak, sendi kartilaginosa

(amfiartrodial) merupakan sendi yang dapat sedikit bergerak, sendi

sinovial (diartrodial) merupakan sendi yang dapat digerakkan dengan

bebas.

a. Sendi fibrosa

Sendi fibrosa tidak memiliki lapisan tulang rawan, dan tulang yang

satu dengan tulang lainnya dihubungkan dengan oleh jaringan ikat

fibrosa. Perlekatan tulang tibia dan fibula bagian distal adalah suatu

contoh dari tipe sendi fibrosa.


b. Sendi kartilaginosa

Sendi kartilaginosa adalah sendi yang sendi-sendi ujung tulangnya

dibungkus oleh rawan hialin, disokong oleh ligament dan hanya dapat

sedikit bergerak.

c. Sendi sinovial

Sendi sinovial adalah sendi-sendi tubuh yang dapat digerakkan. Sendi-

sendi ini memiliki rongga sendi dan permukaan sendi dilapisi rawan

hialin. Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang

membasahi permukaan sendi. Cairan sinovial normalnya bening, tidak

membeku, dan tidak berwarna kekuningan. Jumlah cairan sinovial

ditemukan pada tiap-tiap sendi normal yaitu 1 sampai 3 ml. bagian cair

dari cairan sinovial berasal dari transudat plasma. Cairan sinovial juga

bertindak sebagai sumber nutrisi bagi rawan sendi (Price, 2013).

2. Nyeri

a. Pengertian nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial.

(Smeltzer & Bare, 2002 dalam Judha M, 2012). Nyeri merupakan


tanda peringatan bahwa terjadi kerusakan jaringan, yang harus menjadi

pertimbangan utama keperawatan saat mengkaji nyeri (McVicar, 1922

dalam Potter & Perry, 2006).

Penyakit pada sendi adalah akibat degenerasi atau kerusakan pada

permukaan sendi tulang yang banyak ditemukan di lanjut usia,

mempunyai keluhan misalnya linu, pegal, dan kadang-kadang terasa

seperti nyeri (Maryam, 2008).

Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik yang

seakan-akan proses penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan

degenerasi. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus

menanggung berat badan seperti sendi panggul, lutut, pergelangan

kaki, dan ruas tulang belakang. Perubahan degeneratif pada lansia

dapat mengakibatkan peradangan sendi yang akan menyebabkan

trauma pada kartilago sehingga menyebabkan adanya perubahan

metabolisme sendi yang mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi

dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga

sendi sehingga menyebabkan nyeri (Aspiani R Y, 2014).

Nyeri pada sendi lansia dianggap sebagai hasil dari berbagai proses

patologis, salah satu yang dapat menimbulkan nyeri pada lansia adalah

gangguan yang terjadi pada matriks tulang rawan sendi. Gangguan ini
pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya inflamasi sinovial, yang

memicu terjadinya pengeluaran zat-zat kimia seperti histamine,

bradikinin, prostaglandin dan serotonin yang merangsang ujung-ujung

saraf bebas, inilah yang merupakan reseptor rasa nyeri (Guyton dan

Hall, 2005).

b. Klasifikasi nyeri

1) Berdasarkan sifat

Berdasarkan sifat, nyeri dapat dibagi menjadi dua yaitu nyeri

tajam (sharp pain) dan nyeri tumpul. Pada nyeri tajam (sharp pain),

Berupa perasaan yang menyengat, lokasinya jelas dan rangsangan

sangat cepat dijalar ke pusat nyeri. Nyeri jenis ini biasanya terdapat

di kulit dan rangsangan bersifat tidak terus menerus. Sedangkan

nyeri tumpul (dull pain), biasanya didahului oleh sharp pain. Nyeri

ini dirasakan di kulit sampai jaringan yang lebih dalam, terasa

menyebar dan lambat dijalarkan sedangkan rangsangan bersifat

terus menerus (Dwarakanarth GK, 1991 dalam Darmojo B, 2004).

2) Berdasar penyebab

Berdasarkan penyebabnya, nyeri dapat dibagi menjadi 4

yaitu nyeri nosiseptif, nyeri neuropatik, nyeri psikogenik, dan nyeri

kronik. Nyeri nosiseptif yaitu terjadi akibat rangsangan reseptor


nyeri perifer karena proses peradangan (inflamasi), atau kerusakan

jaringan. Pada nyeri sendi akibat peradangan, tanda-tanda radang

akan tampak berupa bengkak (tumor), nyeri (dolor), kemerahan

(rubor), panas (calor), dan gangguan fungsi sendi (functiolaesa).

Nyeri neuropatik yaitu terjadi akibat suatu trauma yang mengenai

susunan syaraf, baik susunan saraf pusat maupun susunan saraf

tepi. Nyeri psikogenik yaitu nyeri jenis ini timbul akibat gangguan

psikologi. Nyeri kronik dengan berbagai penyebab yaitu nyeri yang

mempunyai dasar patofisiologi psikologik dan biologik,

penyebabnya rumit dan sulit dijelaskan (Dalimartha, 2008).

3) Berdasarkan lama terjadinya

Berdasarkan lama terjadinya, nyeri bisa dibedakan menjadi

nyeri akut dan nyeri kronik. Nyeri akut yaitu nyeri yang

berlangsung sementara, intensitasnya tajam, terlokalisir, dan nyeri

terasa selama proses patologik masih ada di jaringan, berkurang

dengan menurunnya rangsangan nosiseptor, dan sembuh dengan

sendirinya. Nyeri kronik yaitu proses nyeri berlangsung lama.


DAFTAR PUSTAKA

Ameri M, Gharib Z. 2005. Analysis of synovial fluid from clinically healthy


Iranian fat-tailed sheep. Comparative Clinical Pathology 13: 186-189.

Balakrishnan L, Nirujogi RS, Ahmad S, Bhattacharjee M, Manda SS,


Renuse S, Kelkar DS, Subbannayya Y, Raju R, Goel R, Thomas JK, Kaur N,
Dhillon M,

Tankala SG, Jois R, Vasdev V, Ramachandra Y, Sahasrabuddhe NA, Prasad


TsK, Mohan S, Gowda H, Shankar S, Pandey A. 2014. Proteomic analysis of
human osteoarthritis synovial fluid. Clinical Proteomics 11(1): 6.

Bennike T, Ayturk U, Haslauer CM, Froehlich JW, Proffen BL, Barnaby O,


Birkelund S, Murray MM, Warman ML, Stensballe A, Steen H. 2014.
A ,normative study of the synovial fluid proteome from healthy porcine knee
joints. Journal of Proteome Research 13(10): 4377-4387.

Blewis ME, Nugent-Derfus GE, Schmidt TA, Schumacher BL, Sah RL.
2007. A model of synovial fluid lubricant composition in normal and injured
joints.European Cells & Materials 13: 26-39.Choudhary G, Horváth C. 1996. Ion-
exchange chromatography. Methods in Enzymology 27

Anda mungkin juga menyukai