PENDAHULUAN
kelainan pada kartilago (tulang rawan sendi) yang ditandai dengan perubahan
klinis, histology dan radiologi. Penyakit ini bersifat asimetris, tidak meradang dan
tidak ada komponen sistemik. Menurut data World Health Organization (WHO)
paling banyak terjadi pada 15% - 40% orang – orang yang berumur diatas 40
berat. Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling sering dijumpai serta
mempunyai dampak kecacatan yang dapat memberikan masalah fisik, psikis, dan
karena prevalensi Osteoartritis yang tinggi dan sifatnya yang kronik progresif
(Aditya, 2019).
penduduk di Amerika Serikat dengan usia di atas 60 tahun dan sekitar 100.000
orang Amerika Serikat tidak dapat berjalan tanpa bantuan dari tempat tidur ke
1
Prevalensi Osteoartritis lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu
mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. Diperkirakan 1 sampai 2 juta
degenerative adalah proses alamiah yang akan dialami oleh semua manusia.
Proses penuaan adalah proses penurunan kapasitas dan fungsi jaringan tubuh.
Penurunan ini terjadi karena proses degenerasi yang terjadi lebih besar daripada
proses regenerasi. Dampak yang dihasilkan oleh proses ini akan mengenai seluruh
jaringan tubuh sehingga lansia sangat rentan menderita suatu penyakit. Salah satu
seperti usia, obesitas, pengunaan sendi jenis kelamin, penyakit endokrin. Dengan
Nyeri pada osteoartritis sendi lutut dapat disebabkan oleh inflamasi tulang
subchondrale yang terkelupas lapisan rawan sendinya, sehingga timbul nyeri bila
terjadi kompresi misalnya pada saat berjalan. Nyeri juga dapat terjadi akibat
instabilitas, dimana saat aktifitas terjadi gesekan yang tidak fisiologis sehingga
olah raga atau aktifitas lain. Disamping itu pada kasus kronis terjadi kontraktur
kapsul sendi, sehingga timbul nyeri dan pembatasan gerak (nyeri regang). Pada
kasus lepasan rawan sendi yang cukup besar sebagai korpus libera dapat
mengunci pada Range Of Motion tertentu sehingga nyeri mengunci. Nyeri juga
2
terjadi oleh iritasi osteofit yang mengiritasi jaringan lunak sekitarnya. Nyeri sendi
terjadi reaksi radang (sinoritis) nyeri akan terasa saat istirahat.Sedangkan istirahat
ataupun immobilisasi yang lama dapat menimbulkan efek-efek pada jaringan ikat
dan kekuatan penunjang sendi. Nyeri pada osteoartritis sendi lutut dapat
sendinya, sehingga timbul nyeri bila terjadi kompresi misalnya pada saat berjalan.
Nyeri juga dapat terjadi akibat instabilitas, dimana saat aktifitas terjadi gesekan
Menurut para peneliti, untuk mengatasi problem penderita osteoartritis sendi lutut
mungkin bila hanya memberikan intervensi terapi latihan saja. Hasil survei
setelah mendapatkan terapi termal atau elektris bila dibandingkan hanya terapi
latihan saja. Oleh sebab itu pemberian terapi latihan selalu dikombinasikan
dengan salah satu modalitas. Modalitas fisioterapi yang cukup sering digunakan
nerve stimulation, dan terapi latihan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
terapi latihan dalam pengurangan nyeri pada penderita osteoartritis sendi lutut
(Winarni, 2012).
3
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
lutut?
D. Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan kajian pada kasus serupa untuk peneliti yang lain.
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan pada terapi dengan kasus
yang sama.
4
b. Untuk membuktikan Transcutaneus electrical nerve stimulation dan
sendi lutut.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Defenisi Osteoartritis
sekolompok kondisi heterogen yang mengarah kepda tanda dan gejala sendi.
pada berat badan dengan gambaran khas memburuknya rawan sendi serta
idiopatik yang mana penyebabnya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya
trauma sendi, kelainan bawaan, faktor gaya hidup, dan respon imun semua
6
2. Anatomi Terapan
disusun oleh kondilus femur dan kondilus tibia. Sendi lutut digolongkan
sebagai modified hinge joint yang memiliki tiga bidang gerak yaitu fleksi –
ekstensi pada bidang sagital, abduksi – aduksi pada bidang koronal (frontal)
longitudinal tibia. Saat gerakan fleksi terjadi translasi ke dorsal dan saat
ekstensi terjadi translasi keventral. Selain itu saat fleksi dan ekstensi juga
Sendi Patello Femoralis ini dibentuk oleh facies articularis dengan tulang
femur, sendi ini diperkuat dengan ligament transversum genu, otot vastus
lateralis dan vastus medialis sehingga patella tetap stabil. Adapun struktur
sendi modified plane joint, permukaan patella tertutup cartilage tebal yang
quadriceps. Gerak geser patella terhadap femur mengikuti pola alur gerak
kedistal saat ekstensi dan flexi, saat ekstensi disertai gerak geser patella
tibiofibular joint turut berperan dalam menerima beban, 105 populasi kapsul
7
joint yang terbentuk antara caput fibulae dengan tibia. Gerakan yang terjadi
pada sendi ini bukan murni berasal dari sendi ini sendiri melainkan akibat
pengaruh gerak ankle joint ke arah cranial dorsal. Arthrokinematik dari sendi
ini terdiri atas gerak geser ke cranial dan dorsal saat ankle joint melakukan
Quadriceps
Femur
Femur
Articular cartilage
Articular cartilage
Medial collatreral
Meniscus Ligament
8
medial, kolateral lateral, popliteal obliqus dan popliteal arquatum (Moore
Kapsul sendi lutut terdiri dari lapisan fibrous eksternal (kapsul fibrous)
tibialis lateralis sebagai jalan bagi tendon popliteus untuk keluar dari kapsul
sendi dan melekat di tibia. Di bagian inferior, lapisan fibrous melekat pada
tibia plateau. Di bagian anterior, lapisan fibrous ini berlanjut dengan bagian
medial dan lateral dari tendon quadriseps, patella dan ligamen patella.
otot yang berfungsi sesuai dengan tempat perlekatan dan pola gerak sendi
otot quadricep femirisyang terdiri dari 4 otot yakni rectus femoris, vastus
kapsul dan ligamen dengan hard and feel. Gerakan fleksi pergerakannya
adalah otot hamstring serta dibantu kerja otot grastroknemius, popliteus dan
gracilis. Lingkup gerak sendi fleksi antara 1400 -1600 dengan soft and feel.
Gerakan rotasi menurut Vick, rotasi lutut maksimal sebesar 50 terjadi pada
saat fleksi lutut 900. Gerakan rotasi sangat penting dalam gerakan fleksi dan
9
ekstensi lutut pada saat gerakan ekstensi mendekati akhir gerakan 15 0 – 200,
gerakan fleksi 150 - 20 akan terjadi rotasi insternal tibia terhadap femur.
Penggerak rotasi internal sendi lutut adalah popliteus, gracilis dan dibantu
oleh otot hamstring bagian dalam, sedangkan rotasi internal adalah otot
dan otot. Dimana otot quadricep femoris merupakann otot penggerak utama
pada saat gerakan ekstensidan otot hamstring merupakan otot yang berkerja
pada saat gerakan fleksi dibantu oleh otot grastrocnemius, popliteus dan
bagian yaitu swing dan spin. Swing adalah suatu gerakan ayunan sehingga
bergerak tetapi axis mekanik sendi tidak bergerak. Gerakan anguler yang
terjadi pada sendi lutut adalah : gerakan fleksi 1300 – 1400., gerakan
450, gerakan endorotasi dengan posisi lutut fleksi 900 = 150 (Sugijanto
2005).
gerakan yang terjadi adalah rolling dan sliding berlawanan arah. Saat fleksi
10
femur rolling ke arah belakang dan sliding ke arah depan. Untuk gerakan
bergerak fleksi maupun ekstensi maka rolling maupun sliding akan searah,
saat gerakan fleksi menuju ke dorsal sedang pada saat bergerak ekstensi
3. Patologi Osteoartritis
yaitu kerusakan lokal tulang rawan sendi yang progresif dan pembentukan
tulang baru pada dasar lesi tulang rawan sendi dan tepi sendi (osteofit).
metabolisme tulang rawan sendi telah timbul sejak awal proses patologi
proteoglikan dan kolagen serta berkurangnya kadar air tulang rawan sendi
(Kalim, 1996).
disebabkan oleh penggunaan yang lama (wear and tear). Akan tetapi juga
utama yang timbul pada Osteoarthritis akibat proses wear and tear atau
11
diikuti oleh proses perbaikan yang tidak sempurna yang tergambar dari
usia, beban mekanik dan lain-lain. Struktur non inflamasi seperti tendon,
ligamen, bursa dan otot dianggap memegang peranan penting pada proses
reaktif.
12
Grade 1 Grade 2 Grade 3 Grade 4
1. Etiologi
Etiologi pada Osteoarthritis lutut belum diketahui sampai saat ini, yang
digolongkan menjadi 2 kelompok yaitu yang tidak dapat dirubah dan yang
mungkin dirubah. Faktor resiko yang tidak dapat dirubah meliputi jenis kelamin,
usia, genetik dan ras. Penderita dengan usia di bawah 50 tahun sebagian besar
adalah pria, sedangkan di atas usia 50 tahun mayoritas adalah wanita. Komponen
herediter ditemukan pada 40 – 50 % penderita yaitu berupa efek genetik dari gen
khususnya pada wanita Cina bila dibandingkan di Amerika Utara. Faktor resiko
13
Adapun faktor-faktor resiko osteoartritis sendi lutut antara lain yaitu:
1) Usia
Dari semua faktor resiko osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang terkuat.
usia. Osteoartritis hampir tidak pernah pada anak-anak, jarang pada usia dibawah
40 tahun dan sering pada usia lanjut (usia diatas 60 tahun) hal ini disebabkan
karena pada orang usia lanjut pembentukan kondroitin sulfat yang merupakan
substansi dasar tulang rawan berkurang dan dapat terjadi fibrosis tulang rawan.
Akan tetapi Osteoartritis bukan disebabkan kerena ketuaan saja, perubahan sendi
pada ketuaan berbeda dengan perubahan sendi pada Osteoartritis (Kalim, 1996).
2) Jenis kelamin
dengan perbandingan 4:1 (Adnan, 2007). Hal ini diduga berhubungan dengan
hormon ertrogen, dimana wanita dewasa memiliki masa tulang yang lebih sedikit
dari pada pria dewasa dan setelah menopouse estrogen menghilang dengan cepat
sehingga menyebabkan wanita lebih cepat kehilangan tulang dari pada pria
pada tulang, berkurangnya matriks tulang dan berkurangnya deposit kalsium dan
fosfat tulang (Isbagio, 1995). Wanita lebih sering terkena Osteoartritis lutut dan
Osteoartritis banyak sendi, sedangkan pria lebih sering terkena Osteoartritis paha,
dibawah usia 45 tahun frekuensi Osteoartritis kurang lebih sama pria dan wanita.
14
Akan tetapi diatas usia 45 tahun (setelah menopouse) frekuensi Osteoartritis lebih
banyak pada wanita dari pada pria. Adanya hubungan antara esterogen dengan
Osteoartritis baik pada pria maupun wanita. Berat badan yang berlebih ternyata
tidak hanya berkaitan dengan Osteoartritis pada sendi yang menanggung beban ,
tetapi juga pada Osteoartritis pada sendi lain (tangan atau sternoclavicula).
Keterkaitan antara berat badan berlebihan dengan Osteoartritis lutut telah lama
orang-orang yang memiliki indeks masa tubuh berada di quintile tertinggi pada
mendatang adalah 1,5 untuk pria dan 2,1 untuk wanita. Untuk Osteoartritis lutut
yang parah, resiko relatif meningkat menjadi 1,9 untuk pria dan 3,2 untuk wanita
yang menginsyaratkan bahwa berat badan berlebihan berperan lebih besar dalam
15
kerusakan rawan sendi dapat terjadi pada penggunaan sendi yang terus menerus
pada sustu pekerjaan tertentu dan juga pada saat cidera atau saat sesudahnya
(selama penggunaan sendi yang terkena), bahwa tulang rawan yang normal akan
hubungan dengan penyakit sistemik lain atau perubahan yang terjadi pada sendi.
2) Osteoarthritis sekunder, Paling sering terjadi pada trauma atau terjadi akibat
dari suatu pekerjaan, atau dapat pula terjadi pada kongenital dan adanya penyakit
sistem sistemik.
dibagi menjadi beberapa tanda dan gejala (Winangun, 2019) sebagai berikut:
Nyeri pada Osteoartritis lutut merupakan keluhan utama yang sering dirasakan
(secara radiologis). Umumnya rasa nyeri tersebut akan semakin bertambah berat
sampai sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontraktur, hambatan gerak
dapat konsentris (seluruh arah gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerakan
saja). Hambatan gerak sendi pada osteoarthritis lutut, gangguan ini biasanya semakin
Gangguan pergerakan pada sendi disebabkan oleh adanya fibrosis pada kapsul,
16
lutut,rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak
melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang
cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari.Krepitasi, Sensasi gemeretak
(kadang - terdengar) pada sendi yang sakit. Gejala ini umum dijumpai pada pasien
osteoartritis lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang
patah atau remuk. Deformitas sendi, Pembengkakan sendi yang dapat timbul
dikarenakan terjadi efusi pada sendi yang biasanya tidak banyak (<100 cc) atau
karena adanya osteofit, sehingga bentuk permukaan sendi berubah .Perubahan gaya
pincang.
perasaan tidak enak, pedih dah dingin, rasa tertekan dan ngilu, pegal dan
sebagainya. Sebagai akibat adanya stimulasi ataupun trauma dari dalam dan dari
saraf perifer diatas nilai ambang rangsang yang diteruskan ke konteks cerebri
Study Of Pain, nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
17
Klasifikasikan nyeri ada 3 yaitu : Nyeri perifer (peripheral pain), Nyeri sentral
(central pain), dan Nyeri Psikologik (psycologic pain). Nyeri perifer terbagi lagi
yaitu bila didaerah verceral, sendi, pleura, peritoneum terangsang akan timbul rasa
nyeri dalam. Umumnya nyeri dalam banyak berhubungan dengan refered pain,
keringat, kejang otot didaerah yang berjauhan dari asal nyerinya. 3. Refered pain
adalah ketika rasa nyeri didaerah jauh dari tempat yang terangsang, biasanya
terlihat dari nyeri dalam, yang dirasakan atau nyebarkan nyeri kearah superficial,
kadang-kadang disamping rasa nyeri terjadi kejang pada otot-otot atau kelainan
susunan saraf otonom seperti gangguan vasculaer, berkeringat yang luar biasa.
Penyebab nyeri yang timbul biasa berupa hiperalgesiadan allodynia, yang mana
pelajaran nyeri ini dapat berasal dari sistem somatis maupun sistim otonom.
Nyeri sentral (central pain) adalah nyeri yang dirasakan akibat adanya
(psycologic pain) merupakan nyeri yang penyebabnya tidak dapat ditemukan, atau
inflamasi, yaitu yang timbul akibat adanya stimulus mekanis terhadap nosiseptor.
Kemudian nyeri neuropatik, yaitu yang timbul akibat disfungsi primer pada sistim
saraf. Sedangkan nyeri idioptik, nyeri dimana kelainan patologi tidak dapat
ditemukan.
18
Berdasarkan berlangsungnya nyeri terbagi menjadi :
atau jaringan lain tanpa adanya kerusakan jaringan. Nyeri jenis ini
timbul setiap hari dan berlangsung hanya sekilas, biasanya akan hilang
segera hilang setelah gangguan fisik tidak terjadi lagi. Nyeri sekilas
klinis, nyeri ini timbul secara insidentil atau nyeri prosedural, seperti
2) Nyeri akut
Nyeri ini timbul akibat adanya cidera jaringan yang nyata dan
3) Nyeri kronik
Nyeri ini biasanya dipicu oleh cidera yang berat atau penyakit
tertentu dan dapat diperberat oleh faktor lain selain penyebab utama.
berat/hebat dan jaringan parut yang menertai atau terlibat sistim saraf.
19
adanya gejala-gejala cidera jaringan. Perbedaan dengan nyeri akut
sampai dirasakan sebagai persepsi nyeri terdapat suatu rangkaian proses elektro
fisiologi yang secara kolektif disebut sebagai nosisepsi (nociception). Ada empat
proses yang terjadi pada suatu nosisepsi yaitu: 1) Proses transduksi (transduction),
merupakan proses dimana suatu stimulasi nyeri diubah menjadi suatu aktifitas
listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf (nerve ending). Stimulasi ini dapat
berupa stimulasi fisik (tekanan), suhu (panas), atau kimia (substansi nyeri).
menyusul proses transduksi. Impuls ini akan disalurkan oleh serabut saraf A delta
dan serabut saraf C sebagai neuron pertama, dari prifer ke medula spinalis dimana
endogen yang dihasilkan oleh tubuh dengan input nyeri yang masuk ke
endorfin, seritonim, dan noradrenalin meliputi efek yang dapat menekan impuls
20
sebagai pintu yang dapat tertutup atau terbuka pintu nyeri tersebut diperankan
emosional menyusul adanya kerusakan jaringan yang nyata. Fase ini merupakan
titik kesadaran seseorang terhadap nyeri, pada saat indifidu menjadi sadar akan
nyeri, maka akan terjadi reaksi yang komplek. Persepsi menyadarkan individu dan
mengartikan nyeri itu sehingga kemudian individu dapat bereaksi. Proses persepsi
limbik. Area ini mengandung sel-sel yang bisa mengontrol emosi (khususnya
ansietas). Area limbik yang akan berperan dalam memproses reaksi emosi
terhadap nyeri. Setelah transmisi syaraf berakir di pusat otak, maka individu akan
mempersepsikan nyeri.
osteoartritis sendi lutut dimana mulanya tulang rawan melunak kemudian terjadi
retakan. Lama kelamaan terjadi celah yang semakin lama semakin dalam dan
21
baru (osteofit). Kemudian osteofit akan menusuk kejaringan lunak dan jaringan
saraf sekitar sendi sehingga menimbulkan rasa nyeri. Osteofit dan Skelorosis
terjadi skelorosit (pemadatan tulang) tepat dibawah lapisan rawan yang mulai
ini disertai oleh adanya sinovitis yang menyebabkan nyeri. Adanya nyeri timbul
semakin parah jika terlalu banyak melakukan akvifitas dengan menopang berat
spasme otot-otot serta peregangan otot dan tendon. Nyeri yang terjadi pada
sebagai akibat dari kontraktur, laxity, deformitas, tegangan otot, nyeri yang
4. Intervensi Fisioterapi
oleh proses inflamasi di dalam sendi. Rasa nyeri akan memicu terjadinya
lingkaran setan dengan spasme otot, penurunan aktifitas, kekuatan otot dan
22
keluhan nyeri. Intervensi fisioterapi semaksimal mungkin diarahkan untuk
adalah transcutaneus electrical nerve stimulation dan terapi latihan yang akan
kulit, untuk mendapatkan efek analgesic dan ditemukan sebagai suatu alat
Charge (ZNC) tidak bisa dicapai. Arus semacam ini dijumpai pada arus
pasik yaitu nyeri tidak segera berkurang tetapi pengaruh berkurangnya nyeri
mungkin timbul bila kurva asimetris, sedangkan pada bifasik simetris reaksi
asam pada suatu periode akan berubah menjadi basa pada periode
berikutnya, demikian pula sebaliknya reaksi basa pada suatu periode akan
23
penimbunan bahan kimiawi yang bersifat asam maupun basa dibawah
elektrode tidak pernah terjadi dimana keadaan ini disebut sebagai zero
Hal inilah yang menjadi salah satu sebab mengapa arus tersebut merasa
Electrical Nerve Stimulation symmetri lebih besar untuk modulasi nyeri level
Penempatan elektroda tidak terbatas pada daerah nyeri saja tetapi bisa juga
segmental.
Cara ini merupakan cara yang paling mudah dan paling digunakan
sebab metode ini dapat langsung diterapkan pada daerah nyeri tanpa
24
Dasar pemikiran dari pemasangan elektroda dermatome bahwa
daerah kulit tertentu akan mempunyai persyaratan yang sama dengan struktur
diletakan pada dermatome yang berhubungan dengan motor poin atau triger
point. Selain itu cara tersebut masih ada cara yang lain yaitu menempatkan
sistim saraf berdiameter besar yaitu Aq dan Ab yang memiliki nilai ambang
rangsang yang lebih kecil dibandingkan serabut saraf yang berdiameter kecil yaitu
sel-sel tranmisi melalui inhibisi presinaps, sehingga nyeri dihambat oleh stimulus
elektrik dengan menutup gerbang bagi input nyeri.a) Meningkatkan aliran darah
pada jaringan yang rusak, dimana efek peningkatan aliran darah pada jaringan
yaitu akan menurunkan substansi yang memproduksi nyeri seperti bradikinin dan
stimulasi anti donrik ini akan menghambat pengurangan nyeri dari nociceptor
dan serotin oleh tubuh. Pelepasan sistim ini dirangsang dengan menggunakan
25
Transcutaneus electrical nerve stimulation frekuensi rendah dengan merangsang
reseptor nocisensorik.
gelombang bifasik, karena gelombang bifasik lebih besar untuk modulasi nyeri
level spinal yang pada kasus osteoartritis genu ini nyerinya juga pada level spinal.
Pada level spinal dimulai terjadinya proses transmisi, dimana impuls nyeri
disalurkan melalui syaraf sensorik menyusul proses tranduksi. Impuls nyeri pada
tingkat ini dapat dikurangi dengan pelepasan encephalin dan terjadi inhibisi
keluarnya endorfine di thalamus sehingga terjadi bloking saraf tipe III dan IV
oleh rangsang nuxious. Rangsang nuxious ringan akan menimbulkan respon pada
mengantuk lama.
Nyeri pada kasus ini disebabkan oleh terjadinya osteofit pada membran
terjadi inflamasi dan penekanan pada ujung-ujung saraf polimedial dan pada
terjadi spasme yang menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah dan aliran darah
26
Dengan pemberian Transcutaneus electrical nerve stimulation akan
megaktifkan serabut saraf bermyelin tebal dan tipis pada daerah lutut dan otot-otot
penggerak flexi dan ektensi. Lalu terjadi stimulasi yang akan mengakibatkan
a) Persiapan alat
Hal yang perlu dipersiapkan antara lain mesin tens lengkap dengan kabel,
pad elektrode, air dan handuk. Tes mesin dapat dilakukan dengan cara satu
elektrode dijepit oleh ibu jari dan jari telunjuk pada elektrode yang lain
dijepikan pada jari kelingking dan jari manis, kemudian mesin dihidupkan, jika
dirasakan ada arus yang masuk kekulit maka mesin siap dipakai.
b) Persiapan pasien
periksa area lutut dalam hal ini kulit harus bersih dan bebas dari minyak,
memberikan penjelasan mengenai cara kerja alat dan efek yang dapat
c) Teknik aplikasi
Pertama pad diletakkan pada daerah lutut sisi lateral dan medial,
Lalu alat dihidupkan dan atur waktu 15 menit. Naikkan intensitas secara
27
perlahan sampai pasien merasakan aliran listrik atau terlihat adanya
bursed Tens dengan modulasi arus bursed serial. Frekuensi 100 Hz.
b. Terapi latihan
2003).
kecepatan potensial aksi dan impuls saraf yang berasal dari medula
spinalis. Impuls saraf ini akan diatur sebagian oleh sinyal-sinyal yang
28
dijalarkan dari otak ke motor neuron yang ada di anterior medula spinalis
yang sesuai, dan sebagian lagi oleh sinyal-sinyal yang berasal dari
gelendong otot yang terdapat dalam otot itu sendiri. Pengaruh dari adanya
efek kontraksi juga menjadi fungsi pompa vena atau pompa otot, dan
of motion.
29
Gerakan : Hip dan lutut dalam keadaan flexi,
diluruskan.
motion
motion
30
b) Latihan dengan alat
(2) Theraband
-Jalan santai,
- Duduk keberdiri,
- Berlutut
31
5. Alat Ukur Dengan Numerik Rating Scale (NRS)
Numerik Rating Scale adalah Suatu alat ukur yang meminta pasien
untuk menilai rasa nyerimya sesuai dengan level intensitas nyerimya pada
skala numerik dari 0 – 10 atau 0 – 100. Angka 0 berarti “no pain” dan 10
dinyatakan sebagai tidak ada nyeri dan ujung akhir digambarkan sebagai
nyeri yang sangat hebat. Pasien diminta menandai pada garis tersebut sesuai
pangkal garis sampai tanda tersebut. Jarak (dalam cm) yang diperoleh
1996).
hanya pada satu jenis pemeriksaan saja .pada penelitian ini,sabjek penelitiannya
32
dan pemeriksaan radiologi yang harus di lakukan pada seseorang yang di curigai
1. Anamnesis
dengan perabaan hangat, bengkak yang minimal, dan tidak di sertai kemerahan
pada kulit), tidak di sertai gejala sistemik dan nyeri sendi saat beraktifitas.
33
kristal, bursitis, sindrome nyeri pada soft tissu, penyakit lain dengan manisfestasi
4. Pemeriksaan penunjang
5. Palpasi
6. Pemeriksaan spesifik
anterior dan posterior, Tes hipermobilitas varus dan valgus, untuk mengetahui
mengetahui kelainan pada meniscus medial dan lateral, Lachman tes untuk
mengetahui kelainan atau ruptur pada ligament cruciatum anterior. Tes appley,
7. Pemeriksaan medik
8. Diagnosa banding
sindrome nyeri pada solf tissu, referred pain, penyakit neurologi metabolik, dll.
34
9. Analisis Problematik fisioterapi
Stres makanik memunculkan respon pada tubuh dalam bentuk zat kimiawi yang
.Dari situlah muncul penebalan atau tonjolan tulang yang tak teratur atau
dan gangguan aktifitas . Suatu cidera tungggal jarang dapat merusak permukaan
kartilago.yang jauh lebih sering adalah kelebihan beban yang berkali- kali akibat
(Riyanto,2011)
lutut dan juga oleh kendornya ligament sekitar sendi lutut.selain itu juga terjadi
Terjadi karena akibat aktivasi nociseptor pada tanduk belakang medulla spinalis
yang menginhibisi sel motor neuron pada tanduk depan medulla spinalis.otot
sesegment dengan persarafan somatic sensoris sendi lutut. Apabila nyeri dan
kekakuan sendi berlangsung lama, maka otot quadriceps akan menunjukan atrofi
(Kuntono, 2011)
35
B. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dimas Adi Anggoro dan Irine
Osteoartritis Knee Bilateral Dengan Modalitas TENS, Laser dan Terapi Latihan
tahun 2019, dengan judul “ Intervensi Fisioterapi Pada Kasus Osteoartritis Genu
pada tahun 2017, dengan judul “ Pengaruh Penambahan Manual Terapi pada
Stimulation dan Terapi Latihan dapat mengurangi nilai nyeri pada penderita
osteoarthritis.
36
C. Kerangka Pikir
diketahui adalah faktor resiko yaitu usia, jenis kelamin, obesitas dan cidera sendi
Nyeri akan memicu spasme dan disuse otot quadriceps dan hamstring sehingga
kekuatan dan fleksibilitas otot akan mengganggu stabilitas dan mobilitas sendi
sehingga meningkatkan resiko kerusakan sendi lebih lanjut. Rangkaian proses ini
justru akan memperburuk keluhan nyeri penderita dan dampak dari osteoartritis
sendi lutut adalah adanya kontraktur akibat dari imobilisasi, deformitas akibat dari
37
Osteoartritis sendi lutut, pengaruh terapi latihan dapat memperbaiki sirkulasi
otot, meningkatkan kekuatan otot dan memperbaiki stabilitas dan mobilitas sendi
Osteoartritis
Manifestasi Klinis
Adanya Nyeri
Transcutaneus Electrical
Nerve Stimulation dan
Terapi Latihan
Pengurangan Nyeri
38
D. Kerangka Konsep
Osteoarthritis
Nyeri
Mengurangi Nyeri
E. Hipotesa
Ada pengurangan nyeri pada penderita osteoartritis sendi lutut dengan intervensi
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
kontrol one group pretest – posttest design, dengan tujuan untuk mengetahui
O1 P1 O2
P S
Gambar 3.1. Rancangan penelitian pre test dan post test control group design
keterangan :
P : Populasi.
S : Sampel terpilih.
40
O1 : Nilai Numeric Rating Scale sebelum intervensi Trancutaneus
1. Populasi
lutut yang datang ke unit rehabilitasi medik periode Juli sampai agustus 2021.
2. Sampel
1) Kriteria Inklusi
2) Kriteria Eksklusi
41
Tidak bersedia mengikuti penelitian, mengalami cedera ligament pada
1)Tempat penelitian
Instalasi Rehabilitasi Medis RSU Sufina Aziz Jln. Karya baru No. 1
2) Waktu penelitian
2021.
1.Variabel penelitian
2.Definisi Operasional
a) Osteoartritis Lutut
lutut,panggul, vetebra lumbal dan vertikal ,dan sendi- sendi pada jari.penyakit
42
dan abrasi rawqan sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada
permukaan persendian.
energi listrik untuk merangsang sistim saraf melalui permukaan kulit yang
c) Terapi Latihan
dilakukan dengan membuat garis lurus sepanjang 10 cm. Kedua ujung garis
diberi kode tidak ada nyeri (angka 0) dan nyeri sangat hebat diberi kode
(angka 10). Pasien diminta memberi tanda pada garis tersebut untuk
menunjukkan tingkat nyeri yang dirasakan. Jarak antara titik yang ditunjuk
pasien dengan angka 0 diukur dan hasilnya merupakan nilai nyeri dalam
setelah terapi ke 6.
43
Ga
mbar 3.2. Skala Numeric Rating Scale (McDowell dan Newell, 1996)
Ada beberapa langkah yang akan diterapkan dalam penelitian ini antara lain :
penelitian.
penelitian.
penelitian.
ditetapkan.
dalam penelitian.
7. Pengukuran akhir pada setiap sampel dengan Numeric Rating Scale setelah
44
8. Pengumpulan data, analisa data dan pembuatan laporan hasil penelitian
Pada penelitian ini, data akan diolah dalam beberapa bentuk dengan bantuan
menggunakan table dan grafik serta nilai-nilai tendensi pusat seperti rata-rata
3. Pengujian hipotesa
Latihan.
Bila distribusi data normal maka digunakan uji statistik T-Test related,
tetapi apabila distribusi data tidak normal maka digunakan uji Wilcoxon,
sendi lutut.
sendi lutut.
45
Pengambilan keputusan diambil berdasarkan nilai probabilitas dengan
tingkat signifikansi 95%, jika probabilitas > 0,05 maka H 0 diterima dan
F. Alur Penelitian
Populasi
Analisis Data
Hasil
46
DAFTAR PUSTAKA
Brandt, KD., Doherty, M., and Lohmander, LS (eds). Osteoarthritis. Oxford, UK:
Oxford University Press, pp.9-16.
Cook, C.E. 2008. Orthopedic Physical Examination Test. First edition. Canada :
Person Education LTD.
David T. Felson, 2008, Pain in Osteoarthritis, John Wiley And Son .Inc,
Hoboken, New Jersey.
Ian McDowell, Claire Newell., 1996, Measuring Health, Oxford University Press,
New York.
Kalim Handono, 1996, Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
47
Kapanji, 1990, The physiology of the joint the trunk and the vertebrae collum, 3rd
Volume, Churchill Living Stone.
Kumar, V., Cotran, R.S., and Robin, S.L., 1997, Basic Pathology, 6th. Ed., W.B.
Saunders, Philadelphia.
Moore K., Dalley A., 1999, Clinically oriented anatomy, Fourth ed., Lippincott
Williams & Wilkins Maryland, Baltimore.
Parjoto Slamet., 2006, Terapi Listrik Untuk Modulasi Nyeri, Ikatan Fisioterapi
Indonesia Cabang Semarang.
Tulaar, Angela, 2006, Peran Kedokteran Fisik & Rehabilitasi Medik Pada
Tatalaksana Osteoarthritis, Ethical Digest, Nomor 24, Thn. III, Februari
2006.
Warner, 2017, 5 of most common causes of knee pain, Warner Orthopedics and
Wellness. 2017
Wong, T.Y., et al., 2007, The 3 Year Incidence and Cumulative Prevalence of
Retinopathy, Am. J. Ophthalmol 143(6): 970–976.
48
Terhadap Penurunan Nyeri Penderita Osteoartritis Sendi Lutut, Skripsi.
Medan: Program Studi DIV Fisioterapi Politehnik Kesehatan dr. Rusdi
Medan.
Winson, Prof Adrian, 2017, Global Knee and Sports Injury Speciallists Adult and
Paediatric, London.
49