Anda di halaman 1dari 39

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI COLD PACK DAN TERAPI

LATIHAN MENGGUNAKAN THERABANDTERHADAP


PENINGKATAN (ROM)PADA PEMAIN FUTSAL

PROPOSAL PENELITIAN (SKRIPSI)

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma IV Fisioterapi

oleh :

ANGGI FRANS BINTARA


NIM : 140102001

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FISIOTERAPI


JURUSAN FISIOTERAPI
POLTEKKES YRSU Dr. RUSDI MEDAN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Pengaruh Pemberian Terapi Cold Pack Dan Terapi Latihan


Menggunakan Theraband Terhadap Peningkatan (Rom)Pada Pemain Futsal

Nama : Anggi Frans Bintara

Nim : 170102001

Fakultas : DIV Fisioterapi

Program studi : Program Studi Fisioterapi Program Sarjana Poltekes Dr. Rusdi Medan

Telah di setujui
Pada tanggal :

Mengetahui
Ketua Prodi DIV Fisioterapi Pembimbing

Riani Baiduri Siregar S.S.Ft. M.Fis Riani Baiduri Siregar S.S.Ft. M.Fis
NIDN: 0105018902 NIDN: 0105018902

i
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI

Telah diuji :

Pada Tanggal :

PANITIA PENGUJI SEMINAR SIDANG SKRIPSI

Penguji I : Relina Sinaga, SST, S.Pd, M.Kes

NPP :

Penguji II : Heri Saputra, SST, M.Fis

NPP :

Penguji III : Riani Baiduri Siregar, S.Ft, M.Fis

NPP :

ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama : Anggi Frans Bintara


Tempat/tanggal lahir : Binjai, 14 juli 2000
Agama : Islam
Anak : 1 dari 1 Bersaudara

II. Data Orang Tua

Nama Ayah : Irwanto

Pekerjaan : Wiraswasta

Nama Ibu : Sri Kunanti

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jalan Danau Laut Tawar LK II.

III. Riwayat Pendidikan

1. Tahun 2005 – 2011 : SD Negeri No.024183 Binjai

2. Tahun 2011 – 2014 : SMP N 4 Binjai

3. Tahun 2014 – 2017 : SMK kesehatan Galang Insan Mandiri

4. Tahun 2017-2021 : Mengikuti pendidikan Sarjanan


Fisioterapi Institut Politeknik Dr. Rusdi
Medan

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya sehiga penulis dapat meyelesaikan proposal
yang berjudul “Pengaruh Pemberian Terapi Cold Pack Dan Terapi Latihan Menggunakan
TherabandTerhadap Peningkatan (Rom)Pada Pemain Futsal”.Proposal ini disusun guna

iii
memenuhi sebagian persyarataan dalam menyelesaikan program pendidikan Diploma IV
Fisioterapi Poltekkes YRSU Dr. Rusdi Medan.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini tidak lepas dari bantuan,
bimbingan, arahan dan dorongan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dra. Hj.Marlina Nasution, Sst,M Fis selaku ketua Yayasan Politekknik Kesehatan
YRSU Dr. Rusdi Medan.

2. Ibu Nurul Rahma Siregar, M.kes selaku Direktur Politekknik Kesehatan YRSU Dr.
Rusdi Medan.

3. Ibu Relina Sinaga SSt. Ft, S. Pd, M.Kes selaku Ketua Jurusan Fisioterapi Politekknik
Kesehatan YRSU Dr. Rusdi.

4. Ibu Riani Baiduri Siregar, S.Ft, M.Fis selaku Kepala Prodi D IV Fisioterapi
Politekknik Kesehatan YRSU Dr. Rusdi Medan. dan selaku dosen pembimbing dalam
menyusun proposal penulis.

5. Para staf pendidik dan dosen yang telah memberi banyak ilmu bagi penulis yang tidak
bisa penulis ungkapkan satu-persatu.

6. Kepada Ayah dan Mamak, Abang, adik, serta ponakan penulis Zidan dan Sultan yang
telah memberi banyak dukungan dan bantuan dalam pembuatan proposal ini.

7. Kepada sahabat-sahabat dan teman seperjuangan D IV Fisioterapi yang telah memberi


banyak dukungan dan bantuan dalam pembuatan proposal ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa apa yang tertuang dalam proposal ini masih
banyak memiliki kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, saran dan

iv
kritik membangun sangat penulis harapkan dan semoga proposal ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Medan 2021
Penulis

Anggi Frans Bintara


170102001

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI..............................................................ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................iii

v
KATA PENGANTAR..........................................................................................iv

DAFTAR ISI ........................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................................4

1.4 Manfaat Penelitian.........................................................................................4

1.4.1 Bagi Fisioterapi..................................................................................4

1.4.2 Bagi Peneliti.......................................................................................4

1.4.3 Bagi Masyarakat................................................................................4

BAB II KAJIAN TEORI...................................................................................5

2.1 Deskripsi Teori.............................................................................................5

2.1.1 Ankel Sprain.....................................................................................5

2.1.2 Anatomi Ankel................................................................................5

2.1.3 Fisiologi Ankel................................................................................9

2.1.4 Cedera Ligamen...............................................................................9

2.1.5 Cedera Pada Otot Dan Tendon.........................................................11

2.1.6 Dislokasi..........................................................................................12

2.2 Terapindinginpada Ankel Sprain Akut..........................................................15

2.2.1 Cold Peck...........................................................................................15

2.2.2 Cara Menggunakan Cold Peck............................................................16

2.3 Therabend......................................................................................................17

2.3.1 Latuhan Penguatan..............................................................................17

2.4 Range Of Movement Angkel...........................................................................20

2.4.1 Goniometer...........................................................................................22

2.4.2 Media Alat Tulis....................................................................................23

2.4.3 Pelaksanaan Pengukuran........................................................................23

2.5 Penelitihan Relavan...........................................................................................25

vi
2.6 Kerangka Berfikir..............................................................................................25

2.7 kerangka konsep............................................................................................27

2.8 hipotesa............................................................................................................

vii
BAB I

A. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Futsal adalah permainanbola yang dimainkan oleh dua tim, yang masing-masing

beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola kegawang lawan,

dengan memanipulasi bola dengan kaki. Selain lima pemain utama, setiap regu juga

diizinkan memiliki pemain cadangan. Tidak seperti permainan sepak bola dalam

ruangan lainnya, lapangan futsal dibatasigaris, bukan net ataupapan (Tenang, 2008).

Cidera yang sering terjadi di lapangan futsal adalah sprain ankle, karena permainan

futsal sering menggunakan gerakan yang melibatkan kaki. Gerakan pada kaki yang

salah atau benturan fisik antar pemain saat berebut bola bisa menyebabkan terjadinya

cidera, cidera pada ankle bisa juga terjadi oleh karena kesalahan saat menumpu, dimana

saat pemain menendang atau melompat berebut bola tidak jarang membuat tubuh dan

kaki pemain tidak seimbang dan menyebabkan tumpuan kaki tidak sempurna pada

lantai/ tanah dan terjadilah cidera ankle atau disebut sprain ankle (Santos, 2009).

Sprain ankeladalah cedera pada sendi, dimana tejadi robekan (biasanya tidak komplet)

dari ligament, keduanya disebabkan karena stress yang mendadak ataupun penggunaan

yang berlebihan (Giam dan Teh, 1993: 193-195).Cedera pergelangan kaki dapat terjadi

karena terkilir secara mendadak ke arah lateral atau medial yang berakibat robeknya

serabut ligamentum pada sendi pergelangan kaki (Arnheim, 1985: 473, Brunker dan

Khan, 1993:439, Peterson, 1990: 341).

Kerusakan pada suatu bagian otot atau tendonya (termasuk titik-titik pertemuan

antara otot dan tendon) disebut strain, sendangkan sprain adalah cedera pada sendi,

dimana tejadi robekan (biasanya tidak komplet) dari ligament, keduanya disebabkan

karena stress yang mendadak ataupun penggunaan yang berlebihan (Giam dan Teh,
1
1993: 193-195).Mayoritas cedera engkel/ ankle adalah sprain dimana 85% orang

mengalaminya. Dan 45%-nya terjadi ketika berolahraga, salah satunya futsal.

Kebanyakan cedera ankle (sekitar 85%) adalah inversion injury yaitu kaki tertekuk ke

arah dalam, sehingga terjadi peregangan pada ligament bagian luar. Ini biasa terjadi

ketika kiper menangkap bola sambil melompat dan tumpuan atau pijakannya salah.

Sedangkan cedera engkel yang dikarenakan oleh kaki tertekuk ke arah luar jarang

terjadi, dikarenakan posisi anatomis kaki kita.Pemberian ice pada kasus sprain ankle

akut selama 10-15 menit membantu mengurangi nyeri dan pembengkakan.

Penelitian yang dilakukan Bleakley et al (2004), tentang penanganan cedera

dengan menggunakan esdidapatkan hasil bahwa pengobatan menggunakan es terhadap

jaringan lunak yang cedera dapat menurunkan nyeri, menghilangkan pembengkakan

dan mengurangi kekakuan. Terapi dingin dianjurkan selama satu sampai tiga hari setelah

cedera (tergantung pada beratnya) atau pada fase cedera akut. Selama waktu ini,

pembuluh darah di sekitar jaringan yang terluka membuka, nutrisi dan cairan masuk

kedarah untuk membantu penyembuhan jaringan.

Theraband therapy merupakan salah satu bentuk terapi latihan berupa karet yang

berfungsi untuk pemulihan cedera dan membantu memperkuat fungsi kerja otot,

seperti yang di ungkapkan Laura (2011: 1)

2
1.2 B. Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh pemberian es dan terapi therabandpeningkatan ROM padapenderita sprine ankle.

1.3 C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui ada pengaruh pemberian es dan terapi theraband terhadap peninggkatan ROM

padapenderita sprine ankle

1.4 D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini dapat bermanfaatbagi:

1.4.1 Bagi fisioterapi

Dalam penelitian ini diharapkan fisioterapis mampu memberikan informasi tentang penderita

sprine ankle yang peningkatan ROM dan gangguan aktivitas. juga dapat melakukan penanganan yang

lebih berpengaruh terhadappeningkatan ROM, dengan memberikan intervensi terapi es dan terapi

latihan theraband.

1.4.2 Bagi peneliti

Dengan adanya skripsi ini akan memberikan manfaat bagi peneliti,yaitu dengan bertambahnya

ilmu pengetahuandan keterampilan,dalam manajemen fisioterapi dan menjadi acuan dalam penelitian

selanjutnya pada penderita sprine ankle yang mengalami terbatas gerak.

1.4.3 Bagi masyarakat

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat tentang pengertian, dan masalah pada

penderita sprine ankleserta penanganan fisioterapi terhadap peningkatan ROM pada penderita sprine

ankle.

3
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Deskripsi teori

2.1.1 Ankle sprine

Ankle sprain merupakan cedera yang terjadi karena penguluruan berlebihan (overstretching dan

hypermobility) atau trauma pada ligamen kompleks lateral, oleh adanya gaya inversi dan plantar fleksi yang

tiba- tiba ketika sedang berolahraga, aktivitas fisik, saat kaki tidak menumpu sempurna pada lantai atau tanah

sehinga menyebabkan struktur ligamen teregang melampaui panjang fisiologis dan fungsional normal.

Penguluran meyebabkan kerobekan pada ligamen-ligamen kompleks lateral, hal tersebut akan mengakibatkan

nyeri pada saat berkontraksi. Nyeri tersebut menyebabkan immobilisasi sehingga terjadi penurunan kekuatan

otot dan keterbatasan gerak (Calatayud, 2014:89).

Ankle adalah sendi yang paling utama bagi tubuh guna menjaga keseimbangan tubuh saat melakukan

aktivitas, hal tersebut membuat ankle menjadi salah satu lokasi tubuh yang sering mengalami cedera.

Umumnya cedera ankle terjadi pada saat kaki melakukan belokan atau memutar sehingga membuat

pergelangan kaki meregang pada titik di mana akan merobek ligamen atau retak tulang persendiaan

pergelangan kaki (Taylor, 2002:115).

2.1.2Anatomi ankle

Ankle adalah sendi yang menopang tubuh untuk menjaga keseimbangan bila berjalan dipermukaan yang

tidak rata. Sendi ini tersusun oleh tulang, ligamen, tendon, dan seikat jaringan penghubung (Taylor, 2002:

106).

4
Sendi ankle dibentuk oleh empat tulang yaitu

Gambar 1. Anatomi Ankle

1. Tibia adalah berukuran lebih besar dan mendukung sebagian besar berat badan dan merupakan
bagian penting dari kedua sendi lutut dan sendi pergelangan kaki

5
2. Fibula (tulang betis) adalah tulang panjang yang terletak di laterak tibia, ukurannya lebih kecil.

3. Talus adalah salah satu tulang penting yang membentuk sendi pergelangan kaki. Talus berfungsi sebagai
penghubung antara kedua tulang pada tungkai kaki (tulang kering dan tulang fibula). 

4. Calcaneus pergerakan utama dari sendi ankle terjadi pada tulang tibia, talus dan calcaneus (Ali Satia
Graha dan Bambang Priyonoadi, 2012: 53).

6
Struktur sendi ankle sangatlah kompleks dan kuat karena sendi ankle tersusun atas ligamen-ligamen yang

kuat dan banyak. Ligamen ligamen dari sendi ankle berfungsi sebagai struktur yangmempertahankan

stabilitas sendi ankle dalam berbagai posisi (Ali Satia Graha dan Bambang Priyonoadi, 2012:54). Secara

anatomi struktur ligamen dari sendi ankle adalah sebagai berikut:

Gambar 2.
Ligamen Ankle

Otot berperan sebagai penggerak sendi, juga berfungsi sebagai komponen stabilisator aktif yang

menjaga sendi dan tulang saat pergerakan. Tendon adalah ujung otot yang melekat pada tulang, fungsinya

untuk menghubungkan berbagai organ tubuh seperti otot dengan tulang, tulang dengan tulang, juga

memberikan perlindungan terhadap organ tubuh.Otot penggerak utama dalam gerakan dorsofleksi adalah

tibialis anterior. Otot penggerak utama gerakan plantarfleksi adalah otot gastrocnemius dan otot soleus. Otot

penggerak utama gerakan inversi adalah otot tibialis posterior sedangkan otot penggerak utama gerakan eversi

adalah otot peroneus longus dan peroneus brevis.

2.1.3 Fisiologi ankle


Sendi ankle terdiri atas sendi talocrularis dan sendi talotarsalis. Secara gerakan sendi ini dapat

melakukan gerakan dorsofleksi, plantarfleksi, eversi, dan inversi. Range of motion (luas gerakan sendi) dalam

keadaan normal untuk dorsofleksi 20° plantarfleksi 30-50°, gerakan inversi 45-60° dan gerakaneversi 15-30°

(Anderson, 2011:688).

7
2.1.4 Cedera ligamentum

Cedera ligamentum dikenal istilah sprain, dan cedera pada ototdan tendo dikenal sebagai strain.Sprain

adalah cedera pada ligamentum cedera ini yangpalingbanyak terjadi pada berbagai cabang olahraga, hal ini

terjadi karena stress berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi.

Sprain dibagi menjadi tiga tingkatan,

yaitu:

1. Sprain Tingkat I

Cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapa serabut yang putus. Cedera
menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkakan dan rasa sakit pada daerah tersebut.
Seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar . Ankle SprainTingkat I


2. . Sprain Tingkat II

Cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus,tetapi lebih separuh serabut ligamentum yang
utuh. Cederamenimbulkan rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi (cairanyang keluar) dan biasanya tidak
dapat menggerakkan persendiantersebut. Seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar . Ankle SprainTingkat II.

8
3. Sprain Tingkat III

Cedera ini seluruh ligamentum putus, sehingga kedua ujungnya terpisah. Persendian yang bersangkutan
merasa sangat sakit, terdapat darah dalam persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan
terdapat gerakan-gerakan yang abnormal. Seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar. Ankle SprainTingkat III

2.1.5Dislokasi

Dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempat yang seharusnya. Faktor yang meningkatkan resiko

adalah ligamen-ligamen yang kendor akibat pernah mengalami cedera, kekuatan otot yang menurun ataupun

karena faktor eksternal yang berupa tekanan energi dari luar yang melebihi ketahanan alamiah jaringan dalam

tubuh. Seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar. Dislokasiankle

9
Patofisiologi dari ankle sprain merupakan akibat dari ketidakseimbangan gerakan inversi dan plantar fleksi

dari pergelangan kaki. Sendi pergelangan kaki terdiri dari 3 artikulasi sendi:

1. Sendi tarokrural
2. Sendi subtalar

3. Distal tibiofibular syndesmosis.

Sendi tersebut ditopang oleh beberapa ligamen:

 Pada bagian lateral: ligamen anterior talofibular, posterior talofibular dan kalkaneofibular
 Pada bagian medial: ligamen deltoid, anterior tibiofibular dan bony mortise.

Ketiga sendi tersebut nantinya akan berkolaborasi membentuk pergerakan pada sendi pergelangan kaki.

Pergerakan sendi pergelangan kaki terdiri dari:

 sagital (dosifleksi dan plantarfleksi),

 frontal (inversi dan eversi), dan

 horizontal (abduksi dan aduksi)


Pergerakan yang terlalu kuat akan menyebabkan peregangan pada ligamen pergelangan kaki, apabila

peregangan tersebut melebihi batas dari kekuatan jaringan maka akan terjadi robekan pada ligamen yang

menyebabkan timbulnya peradangan. Ankle sprain yang terjadi berulang kali akan menyebabkan instabilitas

kronis dari pergelangan kaki pasien.

Ankle sprain dapat terjadi karena overstretch pada ligament complex lateral ankle dengan posisi inversi dan

plantar fleksi yang terjadi secara tiba-tiba saat kaki tidak menumpu sempurna pada lantai/tanah, dimana

umumnya terjadi pada permukaan lantai/tanah yang tidak rata, sehingga hal ini menyebabkan struktur ligamen

teregang melampaui panjang fisiologis dan fungsi normalnya (Calatayud, et al., 2014).

Terkilir pada pergelangan kaki biasanya disebabkan oleh gerakan ke sisi luar/samping (lateral) atau sisi

dalam/tengah (medial) dari pergelangan kaki yang terjadi secara mendadak. Terkilir secara invesi yaitu kaki

berbelok dan atau membengkok ke dalam dan terbalik. Tipe ini merupakan cedera yang paling umum terjadi
10
pada pergelangan kaki. Hal ini disebabkan oleh banyaknya tulang penstabil pada sisi belah samping yang

mengakibatkan tekanan pada kaki menjadi terbalik. Jika kekuatan tersebut cukup besar, pembengkokan dari

pergelangan kaki tejadi sampai medial malleolus kehilangan stabilitasnya dan menciptakan titik tumpu untuk

lebih membalikkan pergelangan kaki (Sri Sumartiningsih, 2012: 55).

Ada duafaktor penyebab cedera yaitu faktor intrinsik dan ektrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor dari diri

olahragawan, diantaranya kurang pemanasan, beban yang lebih dan lemahnya kondisi fisik mengakibatkan

atlit mengalami cedera. Sedangkan faktor ektrinsik yaitu faktor yang timbul dari luar, diantaranya kondisi

tempat latihan, alat yang di gunakan dan cuaca maupun suhu saat melakukan olahraga. Penyebab lain bisa di

sebabkan karena trauma atau berbenturan langsung ataupun latihan berulang-ulang dalam waktu lama.

Cedera ankle dapat terjadi karena terkilir secara mendadak dilanjutkan adanya respon dari tubuh denga n

ditandai peradangan yang terdiri dari rubor (merah), kalor (panas), tumor (bengkak), dolor (nyeri), dan

functiolaesa (penurunan fungsi). Pembuluh darah dilokasi cedera atau bagian ankle akan melebar yaitu terjadi

vasodilatasi dengan maksud untuk mengirim lebih banyak nutrisi dan oksigen dalam mendukung

penyembuhan. Pelebaran pembuluh darah itulah yang mengakibatkan bagian ankle yang cedera terlihat

memerah (rubor). Cairan darah yang banyak dikirim ke lokasi cedera akan merembes keluar dari kapiler

menuju ruang antar sel dan menyebabkan bengkak (tumor). Dengan dukungan banyak nutrisi dan oksigen,

metabolisme dilokasi cedera akan meningkat dengan sisa metabolisme yang berupa panas. Kondisi itulah yang

menyebabkan lokasi daerah ankle yang mengalami cedera akan lebih panas (kalor) dibandingkan dengan

lokasi lain yang tidak mengalami cedera. Tumpukan sisa metabolisme dan zat kimia lain akan merangsang

ujung saraf dibagian ankle yang mengalami cedera dan akan menimbulkan nyeri (dolor). Rasa nyeri tersebut

juga dipicu oleh tertekannya ujung saraf karena pembengkakan yang terjadi dilokasi cedera. Tanda peradangan

tersebut akan menurunkan fungsi organ atau sendi dislokasi cedera yang dikenal dengan istilah penurunan

sendi atau functiolaesa (Wara kushartanti 2010:1)

11
2.2 Terapi Dingin pada Cedera Ankle SprainAkut

2.2.1COLD PACK

Cold pack adalah gel beku yang digunakan fisioterapi untuk merawat daerah yang nyeri dan peradangan. Cold

pack dibalutkan pada handuk yang basah dan diletakkan langsung pada daerah yang membutuhkan perawatan.

Efek dingin dari cold pack disalurkan ke kulit, otot dan jaringan tubuh pasien sehingga mempunyai beberapa

manfaat. Suhu yang dingin menyebabkan vasokonstriksi/penyempitan pembuluh darah vena pada area

tersebut. Dan efek ini menurunkan peradangan pada daerah tersebut. Dan dengan menurunnya peradangan

maka nyeri dan bengkak berkurang.

Cold pack berupa kantong plastic dua lapis. Bagian dalam kantong berisi serbuk ammonium nitrat dan

bagian luar yang mudah pecah berisi air. Ketika bungkusan dipijat, maka kantong plastic berisi air akan pecah,

dengan sedikit pengocokan ammonium sulfat akan larut dalam air. Reaksi pelarutan ammonium sulfat

merupakan reaksi endoterm yang ditandai dengan penurunan temperature. Kantung dingin yang berisi

amonium nitrat tidak dapat didaur ulang (sekali pakai), sebab larutan amonium nitrat suka dikristalkan

kembali, selain itu harga amonium nitrat relative murah.

2.2.2 Cara Menggunakan Cold Pack

12
Kompres dingin sebaiknya digunakan sebagai penanganan pertama cedera, dilakukan 48 jam setelah

pertama kali Anda mengalami cedera memar maupun keseleo. Kompres dingin juga dapat digunakan untuk

mengatasi gangguan akibat: Gigitan serangga; Migrain; Tendonitis; Rasa nyeri dan perih akibat penyakit

arthritis; Gatal

Durasi pemberian kompres dingin selama 10-15 menit dan maksimal 20 menit. Hindari menempelkan

kompres dingin terlalu lama, sebab justru bisa menghambat sirkulasi darah. Kulit dan saraf pun bisa jadi rusak

sehingga memperlama proses penyembuhan.

Manfaat : Cold pack bermanfaat untuk membantu menurunkan tingkat aliran darah dan aktivitas saraf di area

tubuh yang cedera. Dengan mengurangi aliran darah dan aktivitas saraf, maka rasa sakit, bengkak, dan radang

yang timbul akibat cedera dapat berkurang.

Tabel.1 Efek Fisiologis Terapi Dingin pada Tubuh


No Variabel Efek
1 Spasme Otot Menurun
2 Persepsi Nyeri Menurun
3 Aliran darah Menurun sampai 10 menit pertama
4 Kecepatan metabolisme Menurun
5 Elastisitas kolagen Menurun
6 Kekakuan sendi Meningkat
7 Permeabilitas kapiler Meningkat
8 Pembengkakan Dapat mengurangi pembengkakan
lanjut tapi relatif tidak
menghentikan pembengkakan yang
sudah terjadi

Sumber: Novita(2010:24)

Terapi dingin dapat mengurangi suhu daerahyang

sakit,membatasialirandarahdanmencegahcairanmasukkejaringandisekitarluka.Hal ini akan mengurangi nyeri

dan pembengkakan. . Terapidingindapat mengurangi sensitivitas dari akhiran saraf yang berakibatterjadinya

peningkatan ambang batas rasa nyeri. Terapi dingin juga akan mengurangi kerusakan jaringan dengan jalan

mengurangi metabolisme lokal sehingga kebutuhan oksigen jaringan menurun. Respon neuro- hormonal

terhadap terapi dingin adalah sebagai berikut: (a) pelepasan endorphin, (b) penurunan transmisi saraf sensoris,
13
(c) penurunan aktivitas badan sel saraf, dan (d) penurunan iritan yang merupakan limbah metabolism sel, (e)

peningkatan ambang nyeri

Tabel. 2 Respon Kulit Pada Aplikasi Dingin


Tahap Waktu Pemberian Aplikasi Respon
1 0-3 menit Sensasi dingin
2 2-7 menit Rasa terbakar, nyeri
3 5-12 menit Anestesi relatif kulit
Sumber: Novita (2010: 24)
Novita (2010: 23-24)

mengungkapkan secara fisiologis pada 15 menit pertama setelah pemberian aplikasi dingin (suhu 10

°C) terjadi vasokontriksi arteriola dan venula secara lokal. Vasokontriksi ini disebabkan oleh aksi refleks dari

otot polos yang timbul akibat stimulasi sistem saraf otonom dan pelepasan epinephrin dan norepinephrin.

Walaupun demikian apabila dingin tersebut terus diberikan selama 15 sampai dengan 30 menit akan timbul

fase vasodilatasi yang terjadi intermiten selama 4 sampai 6 menit. Periode ini dikenal sebagai respon hunting.

Respon hunting terjadi untuk mencegah terjadinya kerusakan jaringan akibat dari jaringan mengalami anoxia

jaringan.

Selain menimbulkan vasokonstriksi, sensasi dingin juga menurunkan eksitabilitas akhiran saraf bebas sehingga

menurunkan kepekaan terhadap rangsang nyeri Aplikasi dingin juga dapat mengurangi tingkat metabolisme sel

sehingga limbahmetabolism menjadi berkurang. Penurunan limbah metabolisme pada akhirnya menurunkan

spasme otot.

2.3 THERABAND

Theraband therapy merupakan salah satu bentuk terapi latihan berupa karet yang berfungsi untuk

pemulihan cedera dan membantu memperkuat fungsi kerja otot, seperti yang di ungkapkan Laura

(2011)theraband adalah kekuatan karet tipis atau tabung yang digunakan sebagai media penyembuhan

yang berfungsi untuk merehabilitasi cedera, meningkatkan kekuatan, fungsional, dan mobilitas sendi.

14
Metode ini sering digunakan oleh para fisioterapis untuk pemulihan cedera pada ankle. Theraband

memiliki ukuran meliputi tipis, sedang, dan tebal sesuai dengan kebutuhan yang dgunakan.

theraband adalah kekuatan karet tipis atau tabung yang digunakan sebagai media penyembuhan yang

berfungsi untuk merehabilitasi cedera, meningkatkan kekuatan, fungsional, dan mobilitas sendi. Metode

ini sering digunakan oleh para fisioterapis untuk pemulihan cedera pada ankle.Theraband memiliki

ukuran meliputi tipis, sedang, dan tebal sesuai dengan kebutuhan yang dgunakan, dapat dilihat pada

gambar di bawah:

Gambar 1. Theraband

(Hughes, C.J., K. Hurd, A. Jones, and S. Sprigle (2006:2)

Theraband mempunyai warna kode band yang berbeda-beda sesuai tingkatan dan ketebalan, warna kode

band tersebut adalah warna Tan, Kuning, Merah, Hijau, Biru, Hitam, Silver, dan Gold (PRMOB, 2011:1).

Dijelaskan didalam Hughes, C.J., K. Hurd, A. Jones, and S. Sprigle (2006:2) bahwa tingkat level pada

theraband adalah sebagai berikut:Tabel 1. Resistensi Level Theraband

Thera-Band Resistance Workout level


Color Level
Tan Sangat Beginner
Tipis
(Extra
Thin)
Kuning Tipis Pemula
(Yellow) (Thin) (Beginner)
15-20Lb 3.0Lb
Merah Sedang Pemula/Menenga
(Red) (Medium) h
3.7 Beginner/Intermedi
15
ate
Hijau Berat Menengah
(Green) (Heavy) (Intermediat
4.6Lb e)
Biru Sangat Menengah/Tinggi
(Blue) Berat (Extra (Intermediate/Advanc
Heavy) ed)
5.8Lb
Hitam Special Tinggi
(Blac Berat (Advance
k) (Special d)
Heavy)
7.3 Lb
Perak Super Tinggi*
(Silve Berat (Advanced
r) (Super Plus)
Heavy)
10.2 Lb
Emas Maksim Tinggi**
(Gold) al (Advanced
* (Max) Plus)
14.2 Lb

Theraband therapy banyak digunakan oleh terapis untuk membantu pemulihan pada pasien yang

mengalami cedera seperti halnya pada penderita cedera pergelangan tangan.Menerapkan proses latihan

kepada seorang harus memperhatikan kebutuhan klien atau pasien, karena pada setiap pasien yang

mengalami cedera memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Pada dasarnya program terapi latihan terdiri

atas latihan peregangan dan latihan penguatan, seperti yang dijabarkan sebagaiberikut:

2.3.1 Latihan penguatan

Metode latihan penguatan menurut (Tite Juliantie, Yuyun Yudiana, dan Herman Subardja, 2007: 29)

terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu metode isotonis, isometrik, dan isokinetis. Kontraksi isotonic selalu

didahului oleh kontraksi isometric sampai ketegangan yang ditimbulkan dapat mengatasi beban luar yang

harus diangkat, makin berat beban luar yang harus diangkat, makin panjang dan makin besar komponen

kontraksi isometriknya (Dikdik Zafar Sidik dan H.Y.S Santosa Giriwijoyo, 2012: 204)

Latihan isometrik merupakan kontraksi sekelompok otot untuk mengangkat atau mendorong beban
16
yang tidak bergerak dengan tanpa gerakan anggota tubuh, dan panjang otot tidak berubah, seperti

mendorong, mengangkat atau menarik benda yang tidak bergerak. Waktu perlakuan sekitar 10 detik

pengulangan 3 kali dan istirahat 20- 30 detik. Pada permulaan latihan hasil baik dilaksanakan frekuensi

selama 3 hari per minggu, sedangkan lama latihan adalah 4-6 minggu (Tite Juliantie, Yuyun Yudiana, dan

Herman Subardja, 2007: 29).

Adapun metode latihan menggunakan theraband sebagai berikut:

a. TherabandPlantarflexion

Tempatkan theraband sekitar terlibat kaki seperti yang digambarkan. Kaki melawan tarikan pita

tahan dan mengontrol, gerakan kembali.Ulangi delapan kali repetisi, dua set.

Gambar 1. Plantarfleksion

b. TherabandDorsoflexion

Tempatkan theraband sekitar terlibat kaki seperti yang digambarkan. Kaki melawan tarikan pita tahan

dan mengontrol, gerakan kembali. Ulangi delapan kali repetisi, dua set.

Gambar
2. Dorsoflexion

c. .TherabandEversion
17
Duduk kemudian ikat kaki dengan theraband pada pangkal jari kaki yang cedera dan kaki satunya

menginjakkan tali. Tarik kaki ke arah eversion/ luar dengan di tahan menggunakan tali dengan posisi tumit

menyentuh lantai. Ulangi delapan kali repetisi, dua set.

Gambar 3. Eversion

d. .Therabandinversion

Duduk kemudian ikat kaki dengan theraband pada pangkal jari kaki yang cedera dan silangkan kaki

satunya untuk menginjakkan tali. Tarik kaki ke arah inversi/dalam dengan ditahan menggunakan tali dengan

posisi tumit menyentuh lantai. Ulangi delapan kali repetisi, dua set.

Gambar 4.Inversion

2.4. Range Of MovementAnkle

Range of movement (ROM) adalah gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang

bersangkutan (Suratun, dkk, 2008: 11). Range Of Movement adalah rentang fleksibilitas gerak sendi tubuh

18
pada manusia. Cara pengukuran ROM dengan jumlah derajat dari posisi awal ke posisi akhir dengan

gerakan maksimal dari suatu gerakan sendi, sedangkan menurut Lance T. Twomey (2000: 74) mengatakan

bahwa Range of Motion (ROM) adalah suatu teknik dasar yang digunakan untuk menilai gerakan akhir dan

gerakan awal dalam suatu program terapi. Gerakan dapat dilihat pada tulang yang digerakkan oleh otot atau

pun gaya eksternal lain dalam ruang geraknya melalui persendian. Bila terjadi gerakan, maka seluruh

struktur yang terdapat pada persendian tersebut akan terpengaruh, yaitu:otot, permukaan sendi, kapsul

sendi, fasia, pembuluh darah dansaraf.

Gerakan yang dapat dilakukan sepenuhnya dinamakan range of movement (ROM). Untuk mempertahankan

ROM normal, setiap ruas harus digerakkan pada ruang gerak yang dimilikinya secara periodik. Faktor-faktor

yang dapat menurunkan range of movement (ROM),yaitu penyakit-penyakit sistemik, sendi, nerologis ataupun

otot, akibat pengaruh cedera atau pembedahan, inaktivitas atau imobilitas. Aktivitas ROM diberikan untuk

mempertahankan mobilitas persendian dan jaringan lunak untuk meminimalkan kehilangan kelentukan

jaringan dan pembentukan kontraktur. Teknik ROM tidak termasuk peregangan yang ditujukan untuk

memperluas ruang gerak sendi (Lucky Angkawidjaja, 2009: 2).

Gerakan yang terjadi pada sendi ankle yaitu fleksi (ke arah atas) dan ekstensi (ke arah bawah). Dalam

keadaan normal, ekstensi ini bisa dilakukan sampai punggung kaki segaris dengan permukaan depan

tungkai bawah. Dengan demikian, ROM ekstensi normal adalah 900,dari jumlah tersebut sendi ankle ini

hanya memberi andil sejumlah 450. Fleksi mempunyai ROM ± 200dari posisi netral. Posisi netral kaki

membentuk sudut 900dengan tungkai bawah (M. Mudatsir Syatibi,2013: 13)

Adapun tabel ROM normal ankle dapat dilihat pada tabel 2 di


bawah ini:

Tabel 2. Range of Joint Motion Ankle (Sumber: Basmajian, 1980: 89)


Action Degrees of
Joint Motion
0
Flexion 450
Anke Extensin 20

Dalam menentukan ROM terdapat tiga sistem pencatatan yang digunakan, yang pertama dengan sistem 0 –
19
180 derajat, yang kedua dengan sistem 180 - 0 derajat, dan yang ketiga dengan sistem 360 derajat. Dengan

sistem pencatatan 0 - 180 derajat, sendi ekstremitas atas dan bawah ada pada posisi 0 derajat untuk gerakan

fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi ketika tubuh dalam posisi anatomis.. Posisi tubuh dimana sendi

ekstremitas berada pada pertengahan antara medial (internal) dan lateral (eksternal). Rotasi adalah 0 derajat

untuk ROM rotasi. ROM dimulai pada 0 derajat dan bergerak menuju 180 derajat. Sistem pencatatan

seperti ini adalah yang paling banyak digunakan di dunia.Pertama kali dirumuskan oleh Silver pada 1923

dan telah dibantu oleh banyak penulis, termasuk Cave dan roberts, Moore, American Academy of

Orthopaedic Surgeons, dan American MedicalAssociation.

Dua sistem pencatatan yang lainnya yaitu sistem 180 - 0 derajat yang diukur pada posisi anatomis,

ROM dimulai dari 180 derajat dan bergerak menuju 0 derajat. Sistem 360 derajat juga diukur pada posisi

anatomis, gerakan fleksi dan abduksi dimulai pada 180 derajat dan bergerak menuju 0 derajat, gerakan

ekstensi dan adduksi dimulai pada 180 derajat dan bergerak menuju 360 derajat. Kedua sistem pencatatan

tersebut lebih sulit dimengerti dibandingkan sistem pencatatan 0 - 180 derajat dan juga kedua sistem

pencatatan tersebut jarang digunakan.

2.4.1 Alat ukur

Goniometer dapat di gunakan untuk mengkur dan mencatat besarnya gerakan yang ada baik secara

aktif maupun pasif pada sendi sebagian besar instrumen yang di gunakan untuk mengukur posisi dan gerakan

pada sendi adalah universal goniometer. Moore (dalam Chyntia C.Norkin, 1995)

2.4.2 MEDIA DAN ALAT BANTU

Universal Goniometer
20
Gambar Ragam Goniometer.

2.4.3 PELAKSANAAN PENGUKURAN


1. Persiapan alat

a. Menyiapkan meja/bed/kursi untuk pemeriksaan.

b. Menyiapkan goniometer

c. Menyiapkan alat pencatat hasil pengukuran LGS

2. Persiapan terapis

a. Membersihkan tangan sebelum melakukan pengukuran

b. Melepas semua perhiasan/asesoris yang ada di tangan.

c. Memakai pakaian yang bersih dan rapih.

1. Persiapan pasien

a. Mengatur posisi pasien yang nyaman, segmen tubuh yang diperiksa mudah dijangkau pemeriksa.

b. Segmen tubuh yang akan diperiksa bebas dari pakaian, tetapi secara umum pasien masih berpakaian

sesuai dengan kesopanan.

2. Pelaksanaan pemeriksaan

21
a. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri dan meminta persetujuan pasien secara lisan.

b. Menjelaskan prosedur & kegunaan hasil pengukuran LGS kepada pasien.

c. Memposisikan pasien pada posisi tubuh yang benar (anatomis), kecuali gerak rotasi (Bahu dan Lengan

bawah).

d. Sendi yang diukur diupayakan terbebas dari pakaian yang menghambat gerakan.

e. Menjelaskan dan memperagakan gerakan yang hendak dilakukan pengukuran kepada pasien.

f. Melakukan gerakan pasif 2 atau 3 kali pada sendi yang diukur, untuk mengantisipasi gerakan

kompensasi.

g. Memberikan stabilisasi pada segmen bagian proksimal sendi yang diukur, bilamana diperlukan.

h. Menentukan aksis gerakan sendi yang akan diukur.

i. Meletakkan goniometer :

1) Aksis goniometer pada aksis gerak sendi.

2) Tangkai statik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal segmen tubuh yang statik.

3) Tangkai dinamik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal

j. Membaca besaran LGS pada posisi awal pengukuran dan mendokumentasikannya dengan notasi ISOM.

k. Menggerakkan sendi yang diukur secara pasif, sampai LGS maksimal yang ada. Memposisikan

goniometer pada LGS maksimal sebagai berikut:

1) Aksis goniometer pada aksis gerak sendi.

2) Tangkai statik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal segmen tubuh yang statik.

3) Tangkai dinamik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal segmentubuh yang bergerak.
22
2.5 Penelitian Relevan

Penelitian yang mendekati proposal skripsi ini adalah :

1. Penelitian dari Irfan Algifari, 2017 yang berjudul “Pengaruh trapi latihan menggunakan

theraband dan masase frirage saat pemulihan cedera ankel pada atlit bola basket”.

2. Penelitian dari Wahyu Tri Admojo,2017 Bahwa “Kombinasi terapi dingin dan masase efektif

dalam penanganan cedera ankle sprain akut pada atlet silat”.

3.Penelitian dari Restu aji Nugraha, ntuk mengetahui manfaat kinesio taping dan es terhadap

penurunan nyeri sprain ankle pada pemain futsal.

23
.

2.6 Kerangka Berpikir


ANKEL SPRAIN

Akut subakut Kronis

KOMBINASI COLD PACK DAN TERAPI THERABAND

TANDA RADANG (KALOR, RUBOR, TUMOR, DOLOR


DAN FUNCTIOLAESA) BERKURANG

Peningkatan ROM

Bagan : Kerangka Berpikir

24
2.7 Kerangka konsep

Sprain ankel

Inklusi Eklusi

Kaki tidak ber-arkus Terjadi benturan

Kelainan bentuk ankle Tempat lapangan

Obsitas Trauma berulang

Cool pack terapi dan


Theraband trapi

ROM

2.8 Hipotesa

Berdasarkan kerangka berpikir yang dibangun oleh kajian teori dan penelitian yang

relevan yaitu bahwa “ terapi cool pack dan terapi theraband efektif dalam penanganan cedera

anklepada pemain futsal”.

25
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre-Experimental Design

dengan rancangan One Group Pretest-Posttest Design, yaitu desain penelitian yang terdapat

pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan tanpa menggunakan

variabel kontrol. Rancangan tersebut dapat membandingkan keadaan sebelum dan sesudah

diberi perlakuan. Pada penelitian ini kelompok diukur sebelum dan sesudah mendapat

perlakuan kombinasi terapi dingin. Desain penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai

berikut:

O1 X O2

Keterangan:

O1 = Test awal/pretest dengan mengisi angket catatan medis

O2 = Test akhir/posttest dengan mengisi angket catatan medis

X = Kombinasi terapi

Dalam penelitian ini untuk mengetahui efektivitas perlakuan kombinasi terapi dingin maka

dibandingan dari hasil tes akhir dengan tes awal, sedangkan untuk mengetahui tingkat

kesembuhan dari perlakuan maka tes akhir dibandingkan dengan orang normal dengan

melakukan tes atau acuan buku yang sudah menunjukkan standar intensitas suhu, kemerahan,

lingkar ankle, skala perasaan nyeri sendi ankle dan range of motion (ROM) pada orang

normal.

26
B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada atlet futsal di wilayah Binjai Timur

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah terapi dingin, masase, dan cedera ankle sprain akut.

Secara operasional variabel tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Ankle Sprain Akut

Ankle sprain akut adalah cedera pada ligamen kompleks lateral yang berlangsung sampai

sekitar 3 hari setelah cedera. Cedera ankle sprain akut dapat terjadi karena terkilir secara

mendadak dilanjutkan adanya respon dari tubuh dengan ditandai peradangan yang terdiri dari

rubor (merah), kalor (panas), tumor (bengkak), dolor (nyeri), dan penurunan fungsi

(functiolaesa).

2. Terapi dingin

Terapi dingin adalah penggunaan dingin pada jaringan lunak tubuh seperti pada jaringan

subkutan, otot ataupun sendi untuk mengurangi nyeri dan mengontrol peradangan. Perlakuan

terapi dingin dilakukan dengan frekuensi sekali pertemuan, waktu yang diberikan yaitu

selama 15 menit, menggunakan ice pack dengan suhu 10-15 derajat celcius yang dilakukan

pada ankle yang mengalami cedera dengan posisi pasien berbaring dan kaki ditinggikan.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah atlet futsal di wilayah Binjai Timur

yang pernah mengikuti berbagai turnamen tingkat daerah.

27
2. Sampel

Sample adalah bagian dari populasi yang diambil sebagai penelitian. Sample ini

digunakan untuk mewakili objek penelitian sehingga dapat ditarik kesimpulan (Notoatmodjo,

2017). Teknik pengambilan sample pada penelitian ini adalah total sampling dimana seluruh

jumlah populasi akan dijadikan sample yaitu sebanyak 15 orang atlit futsal di Binjai timur.

E. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah. Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah skala nyeri untuk mengukur tingkat perasaan nyeri dan goniometer

untuk mengukur derajat sudut pergerakan sendi ankle.

Derajat ROM

Derajat Tingkat Gerak


No Action Normal
1 Plantar 40°

fleksi
2 Dorsofl 20°

eksi
3 Inversi 20°
4 Eversi 10°
(Sumber: Anderson, 2009: 688)

2. Teknik Pengumpulan Data

28
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan

menggunakan tes dan pengukuran dari atlet futsal cabang Binjai timur yang mengalami

cedera ankle sprain akut. Cara pelaksanaan pengumpulan data ini menggunakan dua tahap,

tahap awal dan tahap akhir yaitu sebelum diberi perlakuan terapi dingin dan masase serta

sesudah diberi perlakuan terapi dingin. Tahap awal dalam pengumpulan data ini yaitu,

responden terlebih dahulu mengisi angket catatan medis sebelum diberikan perlakuan terapi

dingin. Setelah diberikan perlakuan terapi dingin responden akan diukur kembali perasaan

nyeri dan ROM dengan mengisi angket catatan medis kembali. Perbandingan hasil pengisian

kedua angket (pretest-posttest) tersebut akan menunjukan tingkat keberhasilan kombinasi

terapi dingin.

F. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasayarat Analisis

a. Normalitas

Untuk mengetahui data normal atau tidak, maka data uji normalitas dilakukan menggunakan

Kolmogorov-Smirnov.

b. Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan variansi, atau untuk menguji bahwa

data yang diperoleh berasal dari populasi yang homogen. Uji homogenitas dalam penelitian

ini menggunakan Levene Test.

2. Analisis Data

29
a. Analisis Deskriptif

Efektivitas perlakuan ditentukan secara deskriptif menggunakan rumus sebagai berikut:

Persentase Peningkatan = Mean different x 100%

Mean Pretest

Mean different = mean posttest – mean pretest

b. Analisis Uji Statistik

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran dianalisis dengan menggunakan uji-t berpasangan

(paired t-test). Uji-t berpasangan adalah salah satu metode pengujian hipotesis dimana data

yang digunakan tidak bebas (berpasangan). Ciri-ciri uji-t berpasangan (paired t-test) adalah

satu individu (objek penelitian) dikenai 2 buah perlakuan yang berbeda. Walaupun

menggunakan individu yang sama, peneliti tetap memperoleh 2 macam data sampel, yaitu

data dari perlakuan pertama dan data dari perlakuan kedua (Kurniawan, 2008: 2). Uji-t ini

menggunakan taraf signifikansi 5%. Uji-t menghasilkan nilai t hitung dan nilai probabilitas

(p) yang dapat digunakan untuk membuktikan hipotesis ada atau tidak adanya pengaruh

secara signifikan. Cara menentukan signifikan tidaknya adalah jika nilai p < 0,05 maka ada

perbedaan signifikan, selanjutnya jika p > 0,05 maka tidak ada perbedaan signifikan. Data

dianalisis menggunakan program bantuan komputer SPSS Statistic 16.00. Sedangkan untuk

mengetahui adanya perbedaan tanda-tanda peradangan ankle sprain meliputi merah (rubor),

panas (kalor), bengkak (tumor), nyeri (dolor) dan penurunan fungsi (functiolaesa) sebelum

dan sesudah mendapat perlakuan diperlukan uji berpasangan dengan uji-t p<0,05.

DAFTAR PUSTAKA

30
Bleakley, C., S. McDonough and D. MacAuley (2004). "The use of ice in the treatment of

acute soft-tissue injury." The American journal of sports medicine 32(1): 251.

Ernst, E. and V. Fialka (1994). "Ice freezes pain? A review of the clinical effectiveness of

analgesic cold therapy." Journal of pain and symptom management 9(1): 56.11

Eva Nulis, Erika, Bayakki. (2012). Pengaruh Terapi dinginTerapi dinginTerhadap

Perubahan Intensitas Nyeri dan ROM Pada Penderita sprain ankel. Jurnal Ners Indonesia.

Vol. 2 hal: 185-191.

Hubbard, T. J. and C. R. Denegar (2004). "Does cryotherapy improve outcomes with soft

tissue injury?" Journal of athletic training 39(3): 278.

Hurme, T., J. Rantanen and H. Kaliomo (1993). "Effects of early cryotherapy in

experimental skeletal muscle injury." Scandinavian journal of medicine & science in sports

3(1):46

Konrath, G. A., T. Lock, H. T. Goitz and J. Scheidler (1996). "The use of cold therapy after

anterior cruciate ligament reconstruction: a prospective, randomized study and literature

review."The American journal of sports medicine 24(5): 629

Swenson, C., L. Swärd and J. Karlsson (1996). "Cryotherapy in sports medicine."

Scandinavian journal of medicine & science in sports 6(4): 193.

31

Anda mungkin juga menyukai