Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA OASTEOARTRITIS
Kelompok 1
Disusun oleh :
Rico Padli Ramadan Sinur Liani
Rini Juanda Siti Nabila
Rahmi Rahayu Silvi Febriani Putri
Resty Sanara Sylvi Deputrianda Murni
Riri Febrikasary Taufiqqurahman
Roby Suhendra Tika Sari
Reza Khoiro Ummah Tria Ayuni Wulandari
Rohadatul Nadhifah Ulfi Fadilah Budiyanti
Roni Trio Finesya Viona Anisa Sabilla
Sherly Fadhilah Yudhi Ariesandi Rauf
 
Konsep Teori Osteoartritis

1. Anatomi Fisiology
Anatomi merupakan ilmu yang mempelajari struktur tubuh dan hubungan antara struktur
tubuh tersebut, sedangkan ilmu yang mempelajari tentang fungsi tubuh dan cara kerja
tubuh adalah fisiologi (Dafriani & Prima, 2019).
Lanjutan…

Pertemuan antara dua tulang atau lebih disebut sendi. Sendi genu merupakan bagian dari
ekstremitas inferior yang menghubungkan antara tungkai atas dengan tungkai bawah. Sendi
genu adalah sendi paling besar dalam tubuh yang terdiri dari 4 tulang yaitu tulang femur,
tibia, patella dan fibula. Patella merupakan suatu tulang sesamoid besar yang terdapat di
dalam tendon M. quadricephs femoris (Pratama, 2019).
Sendi genu mempunyai otot fleksor dan ekstensor yang kuat serta mempunyai ligament
yang kuat. Yang mengatur pergerakan kaki ialah fungsi dari sendi genu. Tulang tersebut di
hubungkan dengan berbagai cara misalnya dengan kapsul sendi, ligament, tendon, fasia, atau
otot (Schunke et al., 2015).
2. Defenisi
Osteoarthritis berasal dari bahasa yunani yang berarti osteo itu tulang, arthro yang berarti
sendi, itis yang berarti inflamasi atau peradangan. Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit
kronis jangka panjang yang ditandai dengan degradasi atau kemunduran tulang rawan
(kartilago) dimana sendi ini menyebabkan tulang saling bergesekan dan menyebabkan
timbulnya kekakuan, nyeri, bengkak, gerak terbatas dan gangguan aktivitas sehari-hari
(Ismaningsih & Selviani, 2018).
Osteoartritis adalah suatu penyakit kronis yang mengenai sendi dan tulang disekitar sendi
tersebut. Osteoartritis (OA) juga disebut sebagai penyakit sendi degeneratif yang ditandai
oleh degenerasi tulang rawan yang mengakibatkan kegagalan fungsi dan struktur sendi
sinovial.
3.Epidemiology

Osteoarthritis lebih banyak pada wanita dibandingkan pada pria. Secara keseluruhan
usia di bawah 45 tahun frekuensi Osteoarthritis kurang lebih sama pada laki-laki dan
wanita. Tetapi diatas 50 tahun (setelah menopause) frekuensi Osteoarthritis lebih banyak
pada wanita daripada pria. Osteoarthritis (OA) adalah gangguan sendi yang paling umum
di Amerika Serikat. Osteoarthritis lutut simtomatik terjadi pada 10% pria dan 13% pada
wanita berusia 60 tahun atau lebih. Jumlah orang yang terkena Osteoarthritis simtomatik
kemungkinan akan meningkat karena penuaan populasi dan epidemi obesitas .
 
4.Klasifikasi

Osteoartritis dapat diklasifikasikan menjadi :


 Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan
dengan osteoartritis.
 Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur

5. Etiologi
 Umur
Perubahan fisis dan biokimia yag terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan
bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air dan endapannya
berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
lanjutannn

 Pengausan (wear and tear)


Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui dua
mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenarasi karena bahan yang harus dikandungnya.

 Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan, sebaliknya
nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi tidak
aktif dan menambah kegemukan.
 Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang menimbulkan
kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.
 Keturunan
Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya ditemukan pada pria
yang kedua orangtuanya terkena osteoartritis, sedangkan wanita hanya salah satu dari
orangtunya yang terkena.
 Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis remotord, infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi peradangan dan
pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran sinovial dan sel-sel radang.
 Joint mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan membal dan
menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga mempercepat proses degenarasi.
 Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang berlebihan
pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan sendi, ligamen,
tendon, sinovial, dan kulit. Pada diabetes melitus glukosa akan menyebabkan produksi
proteaglikan menurun.
 Deposit pada rawan sendi
Hemokromasis, penyakit wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat mengendapkan
hemosiderin, ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pad akhirnya
mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan
terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki krippitasi, deformitas
adanya hipertropi atau nodulus.
7. Patofisilogy

Lesi OA berasal dari degenerasi tulang rawan sendi dan perbaikan yang tidak sesuai. Tulang rawan
sendi merupakan permukaan dengan gesekan rendah yang meneruskan beban pada tulang
dibawahnya.Tulang rawan menahan kompresi melalui bagian viskoelastis dari matriks ekstraseluler
yang disekresi oleh kondrosit. Stres biokimia yang berulang berperan dalam perkembangan OA,
tetapi faktor genetik, termasuk gen yang menyandi komponen matriks dan molekul persinyalan juga
berperan.
Walaupun terjadi proliferasi yang menyintesis dan menyesekresi proteoglikan, degradasi akhirnya
melampaui sintesis dan komposisi proteoglikan berubah dalam perjalanan penyakit. Sementara itu
MMP yang disekresi oleh kondrosit mendegrdasi anyaman kolagen tipe II. Sitokin dan faktor-faktor
yang dikeluarkan oleh kondrosit dan sel sinovium terutama TGF-β (yang menginduksi MMP), TNF,
prostaglandin, nitrit oksida, terlibat pada OA. Inflamsai ringan dan kronis berperan pada progresi
penyakit. Sebagai puncaknya hilangnya kondrosit dan matriks yang mengalami degradasi keras
menandai tahap lanjut penyakit
(1)pada pasien yang secara genetik mempunyai predisposisi, menyebabkan perubahan pada
matriks ekstraseluler
(2) walaupun kondrosit dapat berproliferasi dan berusaha untuk memperbaiki matriks yang
rusak, degradasi yang terus terjadi melampuai perbaikan pada OA awal.
(3) OA lanjut ditandai oleh hilangnya baik matriks maupun kondrosit dengan kerusakan
tulang subkondral.
Manifestasi klinis
A. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis,nyeri akan bertambah apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.
B. Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15-30 menit dan timbul setelah istirah atau saat memulai kegiatan fisik.
C. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan menimbulkan pembengkakan dan
peregangan simpai sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa nyaeri,
D. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas fisik lama dan akan berkurang pada waktu istirahat.
Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat.
Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang trekenan tetapi akan dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae, nyeri
dapat timbul atau diarasakan dilutut, bokong sebelah lateril dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan
tetapi hal ini belum dapat diketahhui penyebabnya.
E. Pembengkakan sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas
tanpa adanya pemerahan.
F.Deformitas
Disebabkan oleh distraksi lakal rawan sendi
G. Gangguan fungsi
Timbul akibat ketidakseraian antara tulang pembentuk sendi
H. Muscle arthropy (otot mengecil)
Lutut jarang digerakkan akibat dari respon patologi atau inhibisi nyeri, sehingga terjadi kelemahan otot yang menyebabkan muscle arthropy
I. Krepitasi (bunyi “krek”)
Kerepitasi pada sendi lutut disebabkan oleh permukaan sendi yang kasar karena degrdasi rawan sendi dan karena adanya penekanan pada kartilago
yang mengindikasikan sinovitis

Pemeriksaan penunjang
A. Foto rentgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai penyempitan rongga sendi
B. Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal
 

Penatalaksanaan
C. Tindakan preventif, penurunan berat badan, pencegahan cedera, screening sendi paha, pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stress akibat
kerja.
B. Farmakologi,obat NSAID bila nyeri muncul
C. Terapi konsertif, kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat-alat ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi.
D. Irigasi tidal (pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen artroscopik.
Pembedahan, artroplasti
Pencegahan
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya osteoartritis yaitu :
1. Jaga berat badan
Untuk mencegah perkembangan osteoarthritis di kemudian hari, Anda disarankan untuk senantiasa menjaga berat badan ideal. Kelebihan
berat badan dapat menempatkan tekanan berat pada bantalan sendi, seperti lutut atau pinggul, dan meningkatkan keausan serta perpercahan
pada tulang rawan.
2. Lindungi persendian dari cedera
Luka ringan berulang karena sering berlutut, berjongkok, atau postur lain yang menempatkan tekanan pada sendi lutut dapat menyebabkan
kerusakan tulang rawan.
3. Olahraga Melakukan olahraga tertentu yang rendah impak, seperti bersepeda, berjalan, dan berenang dapat memberikan manfaat
pencegahan osteoarthritis, seperti:
• Membantu mengurangi nyeri
• Menjaga fleksibilitas sendi
• Meningkatkan kekuatan otot
• Menguatkan tulang dan sendi
• Mencegah deformitas sendi
• Meningkatkan kebugaran
Asuhan Keperawatan Pada Osteoarthritis
A. Pengkajian
1. Identitas
Identitas pasien yang biasa dikaji pada penyakit sistem muskuloskeletal adalah usia, karena ada beberapa penyakit muskuloskeletal
banyak terjadi pada klien diatas usia 60 tahun.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan penyakit muskuloskeletal seperti osteoarthritis klien mengeluh nyeri pada
persendian yang terkena, adanya keterbatasan gerak yang menyebabkan keterbatasan mobilitas.
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan ini berupa uraian mengenai penyakit yang diderita oleh klien dari mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai
klien dibawa ke Rumah sakit, dan apakah pernah memeriksa diri ke tempat lain selain rumah sakit umum serta pengobatan apa yang
pernah diberikan dan bagaimana perubahannya dan data yang didapatkan saat pengkajian.
4. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat penyakit muskuloskeletal sebelumnya, riwayat pekerjaan pada pekerja yang berhubungan
dengan adanya penyakit muskuloskeletal, penggunaan obat-obatan, riwayat mengkonsumsi alkohol dan merokok.
5. Riwayat penyakit keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit yang sama karena faktor genetic atau keturunan.
6. Pemeriksaan fisik
A . Keadan umum
Keadaan umum klien lansia yang mengalami gangguan muskuloskeletal biasanya lemah.
B . Kesadaran
Keadaan klien biasanya Composmetis dan Apatis.
C . Tanda-tanda vital
Suhu meningkat (>37˚C).
Nadi meningkat (N : 70-82x/menit).
Tekanan darah meningkat atau dalam batas normal.
Pernafasan biasanya mengalami meningkat atau normal.
7. Pemeriksaan Review Of System (ROS)
A. Sistem pernafasan
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih dalam batas normal.
B. Sistem sirkulasi
Kaji adanya penyakit jantung, frekuensi nadi apical, sirkulasi perifer, warna dan kehangatan.
C. Sistem persarafan
Kaji adanya hilangnya gerakan/sensasi, spasme otot, terlihat kelemahan/hilang fungsi. Pergerakan mata/kejelasan melihat, dilatasi pupi, agitasi
(mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas).
D. Sistem perkemihan
Perubahan pola berkemih, seperti inkontinensia urin, disuria, distesi kandung kemih, warna dan bau urin, dan kebersihannya.
E. Sistem pencernaan
Konstipasi, konsisten feses, frekuensi eliminasi, auskultasi bising usus, anoreksia, adanya distensi abdomen, adnya nyeri tekan abdomen.
F. Sistem musculoskeletal
Kaji adanya nyeri berat tiba-tiba atau mungkin terlokalisasi pada area jaringan, dapat berkurang pada imobilisasi, kekuatan otot, kontraktur, Atrofi
otot, laserasi kulit dan perubahan warna.
Pola fungsi kesehatan
Yang perlu dikaji adalah aktivitas apa saja yang biasanya dilakukan sehubungan dengan adanya nyeri pada persendian, ketidakmampuan
mobilisasi.
A. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan, dan penanganan kesehatan.
B. Pola nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit, nafsu makan, diet, kesulitan menelan, ,mual/muntah, dan makanan kesukaan.
C. Pola eliminasi
Menjelaskan pola ekskresi, kandung kemih, defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah nutrisi, dan pengguanaan kateter.
D. Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi terhadap energy, jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah tidur, dan insomnia.
E. Pola aktivitas dan latihan
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan sirkulasi, riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama, dan kedalaman pernafasan.
F. Pola hubungan dan peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota keluarga dan masyarakat sebagai tempat tinggal, pekerjaan, tidak

punya rumah, dan masalah keuangan.


G. Pola sensori dan kognitif
Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori meliputi pengkajian penglihatan, pendengaran,perasaan dan pembau. Pada klien
katarak dapat ditemukan gejala gangguan penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja mata dan merasa diruang gelap.
H. Pola konsep diri
Menggambarkan tentang sikap diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan konsep diri. Konsep diri menggambarkan gambaran diri, harga diri,
peran diri dan identitas diri.
I. Pola seksual dan reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah terhadap seksualitas.
J. Pola mekanisme koping
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress.
K. Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai keyakinan termasuk spiritual.
Diagnosa Keperawatan
1.Nyeri akut b.d agen pencederaan fisiologis (inflamasi)
2.Defisit perawatan diri b.d gangguan psikologis dan atau psikotik (kelemahan)
3.Resiko cedera b.d perubahan fungsi psikomotor (penurunan fungsi tulang)
NO SDKI SIKI SLKI
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri
pencederaan fisiologis keperawatan selama ... x24 jam Tindakan
(inflamasi) maka tingkat nyeri menurun Observasi :
dengan kriteria hasil :  Identifikasi skala nyeri
 Kemampuan menuntaskan  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
aktifitas meningkat frekuensi, intensitas nyeri
 Keluhan nyeri menurun Terapeutik :
 Meringis menurun  Berikan terknik non farmakologis untuk
 Ikap protektif menurun mengurangi nyeri
 Gelisah menurun  Sediakn materi dan media pendidian
 Kesulitan tidur menurun keehatan
 Menarik diri menurun  Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
 Berfokus pada diri sendiri yang disepakati
menurun  Berikan kesempatan untuk bertanya
Lanjutan…
 Diaforesis menurun Edukasi :
 Perasaan depresi menurun  Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
 Perasaan takut mengalami cidera mengurangi nyeri
ulang menurun  Jelaskan penyebab,periode, dan pemicu
 Anoreksia menurun nyeri
 Perineum terasa terasa tertekan  Anjrkan mamonitor nyeri secara mandiri
menurun  Anjurkan menggunakan anaalgetik
 Keteganggan otot menurun secara tepat
 Muntah menurun
 Mual menurun
 Frekuensi nadi membaik
 Pola napas membaik
 Tekanan darah membaik
 Proes berfikir membaik
 Fokus membaik
 Proses berkemih membaik
 Nafsu makan membaik
 Pola tidur membaik
Lanjutan…
2. Defisit perawatan diri b.d Setelah dilakukan intervensi Dukungan Perawatan Diri
gangguan psikologis dan keperawatan selama ... x24 jam Tindakan
atau psikotik (kelemahan) maka perawatan diri meningkat Observasi :
dengan kriteria hasil :  Identifikasi kebiaasaan aktivitas
 Kemampuan mandi meningkat perawatan diri sesuai usia
 Kemampuan mengganakan  Monitor tingkat kemandirian
pakaian meningkat  Identifikasi kebutuhan alat bantu
 Kemampuan makan meningkat kebersihan diri,berpakaian ,berhias,dan
 Kemampuan ke toilet makan
(BAK/BAB)meningkat  
 Verbalisasi keinginan Terapeutik :
melakukan perawatan diri  Sediakan lingkungan yang terapeutik
meningkat  Siapkan keperluan pribadi
 Minat melakukan perwatan diri  Dampingi dalam melakukan perawatan
meningkat diri sampai mandiri
 Mempertahankan kebersihan diri  Fasilitassi untuk menerima keadaan
meningkat ketergantungan
 Mempertahankan kebersihan  Fasilitasi kemandirian ,bantu jika tidak
mulut meningkat mampu melakukan perawatan diri
 Jadwalkan rutinits perawatan diri
Lanjutan… Edukasi :
 Anjurkan melakukan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan
3. Resiko cedera b.d Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Cedera
perubahan fungsi keperawatan selama ... x24 jam maka Tindakan
psikomotor (penurunan tingkat cedera menurun dengan Observasi :
fungsi tulang) kriteria hasil :  Identifikasi area lingkungan yang
 Toleransi aktivitas meningkat berpotensi menyebabkan cedera
 Nafsu makan meningkat  Identikfikasi obat yang berpotensi
 Toleransi makanan meningkat menyebabkan cedera
 Kejadian cedera menurun  Identifikasi kesesuaian alas kakiatau
 Luka/lecet menurun stoking elastis pada eksremitas bawah
 Ketegangan otot menurun Terapeutik :
 Fraktur menurun  Sediakan pencahayaan yang memadai
 Pendarahan menurun  Gunakan lampu tidur selama jam tidur
 Ekspresi wajah kesakitan  Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan
menurun lingkungan ruang rawat (misal :
 Agitasi menurun penggunaan telepon,tempat
 Iritabilitas menurun tidur,penerangan ruangan dan lokasi
 Gangguan mobilitas menurun kamar mandi)
 Gangguan kognitif menurun
Lanjutan…
 Tekanan darah membaik  Gunakan alas lantai jika berisiko mengalami
 Frekuensi nadi membaik cedera serius
 Frekuensi nafas membaik  Sediakan alas kaki anti slip
 Denyut jantung apical  Pastikan roda tempat tidur atau kursi roda
membaik dalam posisi terkunci
 Denyut jantung radialis  Gunakan pengaman tempat tidur sesuai
membaik dengan kebijakan fasilitas pelayanan
 Pola istirahat/tidur membaik kesehatan
 Pertimbangkan penggunaan alarm elektronik
pribadi atau alarm sensor pada tempat tidur
atau kursi
 Diskusikan mengenai latihan dan terapi fisik
yang diperlukan
 Diskusikan mengenai alat bantu mobilitas
yang sesuai (misal: tongkat atau alat bantu
jalan)
 Diskusikan bersama anggota keluarga yang
dapat mendampingi pasien
 Tingkatkan frekuensi observasi dan
pengawasan
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai