Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS II

TUGAS KASUS KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA PTM

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

ANNISAA RAHMI KAROENIA RONI TRIO FINESYA

CAHAYU UTARI RINI JUANDA

IDJRA SAFITRI RIRI FEBRIKASARI

MUHAMMAD IQBAL REZA KHOIRO UMMAH

MUTHIA ARISTA PUTRI ULFI FHADILLAH

NURSAFFIZA SILVI DEPUTRIANDA MURNI

NOVTRI SILALAHI

DOSEN PEMBIMBING:

Ns.Yaslina, M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
2021 / 2022
DAFTAR ISI

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS II ................................................................................................. 1


TUGAAS KASUS KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA PTM ......................................................................... 1
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................. 2
BAB I ........................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .......................................................................................................................................... 3
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................................... 3
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................... 5
C. TUJUAN ........................................................................................................................................ 6
BAB II .......................................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................ 7
A. DEFINISI ....................................................................................................................................... 7
1. GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) ......................................................................... 7
2. PHBS.......................................................................................................................................... 8
3. CERDIK ................................................................................................................................... 10
B. KELEMAHAN DARI KEBIJAKAN TERKAIT PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN PENYAKIM TIDAK MENULAR (PTM) ................................................... 12
C. SOLUSI PENCEHAN DAN PENANGGULANGAN PTM DI INDONESIA YANG BERKAITAN
DENGAN PERAWAT KOMUNITAS YANG MENJALANKAN PERANNYA UNTUK
MENURUNKAN PTM ....................................................................................................................... 13
BAB III ....................................................................................................................................................... 14
PENUTUP .................................................................................................................................................. 14
A. KESIMPULAN ............................................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................... 15

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik
secara global, regional, nasional dan lokal. Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah salah
satu penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Penyakit menular masih merupakan
masalah kesehatan penting dan dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM
makin meningkat merupakan beban ganda dalam pelayanan kesehatan, tantangan yang
harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia (Depkes RI, 2011).
Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun
2008, sebanyak 36 juta disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular.
Salah satu PTM yang menyita banyak perhatian adalah Diabetes Melitus (DM), yaitu
kondisi kadar glukosa di dalam darah melebihi batas normal (hiperglikemia). Hal ini
disebabkan karena tubuh tidak dapat melepaskan insulin secara adekuat. Insulin adalah
hormone alami yang diproduksi oleh pankreas dan merupakan zat utama yang
bertanggung jawab untuk mempertahankan kadar gula darah dalam tubuh agar tetap
dalam kondisi seimbang (Mahdiana, 2010). Estimasi terakhir International Diabetes
Federation (IDF), terdapat 382 juta orang yang hidup dengan diabetes melitus di dunia
pada tahun 2013. Pada tahun 2035 jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi
592 juta orang (InfoDatin, 2014). Menurut laporan Riskesdas tahun 2013, Provinsi Jawa
Timur merupakan salah satu wilayah di Indonesia dengan prevalensi penderita DM
sebesar 2,1%, sedangkan di kota Malang terjadi 7.534 kasus penyakit DM (Riskesdas,
2013).
Penyakit Diabetes Melitus terdiri dari Diabetes Melitus Tipe I, Diabetes MelitusTipe II,
Diabetes Melitus Gestasional dan Diabetes Melitus tipe lainnya. Diabetes Melitus Tipe I
yaitu diabetes yang bergantung pada insulin karena tubuh tidak dapat memproduksi
hormon insulin. Diabetes Melitus Tipe II yaitu keadaan yang disebabkan hormon insulin
dalam tubuh tidak dapat berfungsi (Wright,2008). DM tipe II merupakan suatu kelompok
diabetes dimana sirkulasi insulin endogen cukup untuk mencegah terjadinya ketoasidosis
tetapi insulin tersebut sering dalam kadar kurang normal atau secara relatif tidak

3
mencukupi karena kurang pekanya jaringan dan terjadi juga suatu defisiensi respon sel β
pankreas terhadap glukosa. Kedua kerusakan tersebut dapat diperbaiki melalui terapi
dengan diberikan Anti Diabetik Oral (ADO) (Katzung, 2010). Obat-obat Antidiabetik
oral ditujukan untuk membantu penanganan pasien DM. Obat–obat ini hanya digunakan
jika pasien gagal memberikan respon terhadap setidaknya 3 bulan diet rendah karbohidrat
dan energi disertai aktivitas fisik yang dianjurkan. Pemilihan obat Antidiabetik oral yang
tepat sangat menentukan keberhasilan terapi Diabetes (PIONAS,BPOM). Ada lima
golongan ADO yang dapat digunakan untuk DM dan telah dipasarkan di Indonesia yakni
golongan: sulfonilurea, meglitinid, turunan fenilalanin, biguanida, penghambat
αglikosidase, tiazolidinedion, dan dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4). Kelima golongan ini
dapat diberikakn pada DM tipe II yang tidak dapat dikontrol hanya dengan diet dan
latihan fisik saja (Farmakologi UI, 2007).
Pengobatan DM bertujuan untuk mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup
pasien (Ambarwati, 2012). Pencegahan komplikasi dilakukan dengan cara menjaga
kestabilan gula darah dengan pengobatan secara rutin seumur hidup karena DM
merupakan penyakit seumur hidup yang tidak bisa disembuhkan secara permanen
(Pratita, 2012) sehingga ketepatan dalam penggunaan antidiabetik oral harus sangat
diperhatikan. Penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2008) di RS Sardjito
Yogyakarta mengenai Drug Related Problems (DRPs) obat yang tidak sesuai dosis yaitu
sebesar 56% kasus pasien yang mengalami dosis terlalu rendah, 67% kasus pasien yang
mengalami adverse drug reaction, 35% kasus pasien yang mengalami dosis terlalu tinggi.
Ketidaktepatan pemilihan terapi akan mempengaruhi outcome terapi pasien. Tidak
tepatnya penggunaan antidiabetik oral pada pasien diabetes mellitus dapat dipengaruh
oleh beberapa faktor-faktor presepsi, dan dapat diukur dengan
beberapa teori. Banyak teori yang telah digunakan yaitu antara lain health belief model,
theory of reasoned action, theory of planned behavior, integrated behavioral, dan health
belief model adalah yang paling sering digunakan (Hayden, 2009).
HBM merupakan salah satu teori yang dapat digunakan untuk memahami perilaku
kesehatan individu. Health belief model juga dapat diartikan sebagai sebuah konstruk
teoretis mengenai kepercayaan individu dalam berperilaku sehat (Conner, 2005).
Terdapat 6 komponen dari konsep HBM yang dapat menjelaskan faktor yang

4
mempengaruhi ketepatan dalam penggunaan ADO, yaitu persepsi yang dirasakan
sebagai hambatan dalam penggunaan ADO (perceived barriers), persepsi yang dirasakan
sebagai manfaat penggunaan ADO (perceived benefits), persepsi yang dirasakan sebagai
kerentanan dari penyakit DM (perceived susceptibility), persepsi yang dirasakan sebagai
keparahan dari penyakit DM (perceived severity), kepercayaan diri pasien DM dalam
melakukan pengobatan dengan ADO akan meningkatkan kualitas hidup (self eficacy),
dan perubahan perilaku ketepatan dalam penggunaan ADO didukung dengan faktor
internal maupun eksternal (cues to action). Pada penelitian ini diukur hanya pada 5
komponen didalam teori HBM yaitu, perceived barriers,perceived benefits, perceived
susceptibility, perceived severity, danself eficacy. Cues to action tidak diukur karena
adanya faktor eksternal yang dapat mempengaruhi Variabel lain pada struktur HBM
adalah variabel demografi (usia, jenis kelamin, pekerjaan, etnis), psikososial
(personality, tingkat sosial, peer group), dan variabel struktur (pengetahuan tentang
penyakit, lamanya menderita penyakit). Variabel tersebut juga dapat memberikan
konstribusi terhadap perilaku pasien dalam ketepatan penggunaan ADO. Menurut latar
belakang tersebut diperlukan dilakukan penelitian tentang faktor yang berpengaruh
terhadap ketepatan penggunaan ADO dengan pendekatan teori HBM di puskesmas Janti,
Kota Malang. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Janti karena berdasarkan data
dari 15 Puskesmas di Kota Malang Puskesmas Janti memiliki pasien DM terbanyak
dengan jumlah 2.989 orang sepanjang tahun 2016 (DINKES, 2016). Diharapkan
penelitian ini dapat membantu pasien yang mendapatkan ADO untuk mencapai
kesembuhan dari peyakit yang dideritanya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Germas, Cerdik, PHBS?
2. Apa saja kelemahan – kelemahan dari kebijakan yang ada berkaitan dengan
pencegahan dan penanggulangan PTM di Indonesia ?
3. Bagaimana Solusi pencegahan dan penanggulangan PTM di indoesia yang
berkaitan dengan perawat komunitas menjalankan perannya untuk membantu
menurunkan PTM?

5
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu Germas, Cermat, PHBS
2. Untuk mengetahui apa saja kelemahan kelemahan dari kebijakan yang ada
berkaitan dengan pencegahan dan penanggulangan PTM di Indonesia
3. Untuk mengetahui solusi pencegahan dan penanggulangan PTM di Indonesia
yang berkaitan dengan perawt komunitas menjalankan perannya untuk
membantu menurunkan PTM

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
1. GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat)
GERMAS mengajak masyarakat untuk membudayakan hidup sehat, agar mampu
mengubah kebiasaan-kebiasaan atau perilaku tidak sehat. Secara khusus,
GERMAS diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan peran serta masyarakat
untuk hidup sehat, meningkatkan produktivitas masyarakat, dan mengurangi
beban biaya kesehatan (Kemenkes RI, 2016).

GERMAS, tidak bisa hanya mengandalkan peran sektor kesehatan saja, Peran
Kementerian dan Lembaga di sektor lainnya juga turut menentukan, dan
ditunjang peran serta seluruh lapisan masyarakat. Mulai dari individu, keluarga,
dan masyarakat dalam mempraktekkan pola hidup sehat, akademisi, dunia usaha,
organisasi kemasyarakatan, dan organisasi profesi dalam menggerakkan
anggotanya untuk berperilaku sehat, baik Pemerintah di tingkat pusat maupun
daerah menyiapkan sarana dan prasarana pendukung, memantau dan
mengevaluasi pelaksanaannya (Kemenkes RI, 2016).

7 langkah Gerakan masyarakat hidup sehat:

a. Melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit


b. Makan buah dan sayur
c. Tidak merokok
d. Tidak mengkonsumsi minuman beralcohol
e. Melakukan cek kesehatan berkala
f. Menjaga kebersihan lingkungan
g. Menggunakan jamban

7
Tujuan gerakan masyarakat menurut Kemenkes (2016) yaitu :

a. Tujuan Umum
Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk
berperilaku sehat dalam upaya meningkatkan kualitas hidup.
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan partisipasi dan peran serta masyarakat untuk hidup
sehat.
2) Meningkatkan produktivitas masyarakat.
3) Mengurangi beban biaya kesehatan

2. PHBS
Semua perilaku kesehatan yang dilakukan karna kesaaran pribadi sehingga
keluarga dan seluruh anggotanya mampu menolong diri sendiri pada bidang
kesehatan serta memiliki peran aktif dalam aktivitas masyarakat.

PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar bagi perorangan,


keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi,
memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan,
sikap, dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana
(social support), dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sehingga dapat
menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara, dan
meningkatkan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2011).

Secara umum, tujuan PHBS adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat


untuk menjalankan gaya hidup bersih dan sehat, juga untuk mencegah dan
menanggulangi masalah kesehatan. Selain itu, penerapan PHBS diharapkan
mampu menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan meningkatkan kualitas
hidup masyarakat.
Beberapa indicator PHBS, yaitu:
a. Perilaku hidup besih dan sehat di sekolah
1) Anak-anak harus mencuci tangan dengan sabun sebelum dan
setelah makan.

8
2) Sediakan fasilitas toilet yang bersih dan sehat.
3) Buang sampah pada tempatnya.
4) Membuat sekolah sebagai kawasan bebas rokok
b. Perilaku hidup bersih dan sehat dirumah tangga
1) Persalinan sebaiknya dibantu oleh tenaga medis rumah sakit.
2) Selalu berikan ASI ekslusif untuk bayi hingga usia 6 bulan.
3) Gunakan air bersih dan sabun untuk mencuci tangan.
4) Penimbangan bayi dan balita secara berkala
5) Tidak merokok di dalam rumah
6) Gunakan air bersih untuk melakukan aktivitas apapun.
7) Bersihkan toilet secara rutin.
8) Berantas jentik--jentik nyamuk di dalam dan luar rumah.
9) Rutin mengonsumsi buah dan sayuran.
10) Olahraga setiap hari.
c. Perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja
1) Perusahaan wajib menerapkan larangan merokok di lingkungan
perusahaan.
2) Wajib menggunakan APD (alat pelindung diri).
3) Cuci tangan dengan air bersih sebelum masuk ke dalam ruangan
kerja.
4) Melakukan olahraga secara rutin tiap hari.
5) Mengonsumsi makanan dan minuman yang sehat dan bergizi.
6) Menghindari penggunaan NAPZA (Narkotika, Obat-obatan,
Psikotropika, dan Zat adiktif lain).
7) Membuang sampah pada tempatnya.
8) Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja.
9) Jaga kebersihan toilet saat membuang air besar/kecil.
10) Tidak membuang ludah sembarangan.
d. Perilaku hidup bersih dan sehat di tempat umum
1) Tidak merokok di tempat umum kecuali di tempat khusus yang
telah disediakan.

9
2) Tidak meludah sembarangan.
3) Memberantas jentik nyamuk.
4) Selalu gunakan air bersih untuk mencuci apapun.
5) Gunakan toilet dan jaga kebersihannya.
6) Buang sampah pada tempat yang telah disediakan
e. Perilaku hidup bersih dan sehat di sarana kesehatan
1) Jaga kebersihan toilet saat selesai menggunakannya.
2) Selalu gunakan air bersih yang mengalir dan sabun untuk mencuci
tangan sebelum masuk ke ruangan dan setelah keluar dari ruangan.
3) Tidak merokok di area rumah sakit atau tempat sarana kesehatan
umum lainnya.
4) Membersihkan jentik-jentik nyamuk.
5) Membuang sampah pada tempatnya.

3. CERDIK
Cerdik merupakan perilaku hidup sehat yang mampu menjauhkan anda dari
penyakit tidak menular. Beberapa perilaku cerdik, yaitu:

a. Cek kesehatan secara berkala


Banyak masyarakat Indonesia yang masih mengabaikan cek kesehatan
secara berkala. Padahal langkah ini bisa membantu masyarakat
mendeteksi penyakit-penyakit dalam sejak dini. Padahal cek kesehatan
secara berkala itu sangat penting karena semakin tepat informasi yang kita
dapatkan tentang kesehatan diri kita. Maka, semakin bijaksana pula
keputusan yang dapat kita lakukan. Cek kesehatan dapat dilakukan rutin
minimal 1 tahun sekali.
Beberapa cek yang paling umum dilakukan berikut ini berguna untuk
mendeteksi risiko penyakit tidak menular:
1) Cek tekanan darah
Tekanan darah adalah salah satu cara deteksi dini risiko hipertensi,
stroke, dan penyakit jantung
2) Cek kadar gula darah

10
Cek kadar gula darah menunjukkan kadar glukosa dalam darah.
Hasilnya membantu mendeteksi masalah diabetes

3) Cek lingkar perut


Lemak perut jika berlebihan akan memicu masalah kesehatan
yang serius seperti serangan jantung, stroke dan diabetes.
4) Cek kolestrol total
• LDL
Kolestrol ini dapat mengumpul di dinding arteri anda dan
meningkatkan resiko untuk terkena penyakit jantung,
karna itu kolestrol LDL disebut sebagai kolestrol jahat.
• HDL
Kolestrol ini disebut dengan kolestrol baik karena semakin
tinggi angkanya maka akan semakin rendah risik anda
terkena penyakit jantung.
• Trigliserida
Kadar trigliserida yang tinggi telah dikaitakn dengan risiko
yang lebih tinggi terkena penyakit arteri coroner
• Kolestrol total
Pengukuran dari kolestrol LDL, kolestrol HDL, dan
komponen lipid lainnya. Disarankan agar kadar total
kolestrol selalu di bawah 200
5) Cek Arus Puncak Espirasi
Arus Puncak Ekspirasi adalah salah satu cek kesehatan dalam uji
fungsi paru. Pengukuran ini bisa dilakukan pada penderita asma
atau berbagai penyakit obstruktif lainnya untuk melihat
kemampuan paru paru
6) Deteksi dini kanker leher Rahim
Untuk mendeteksi dini kanker leher Rahim dengan melakukan
pilihan pemeriksaan berkala yaitu:
• Tes pap smear

11
Tes pap smear dilakukan dengan cepat hanya memerkulak
waktu beberapa menit dan tidak menimbulkan rasa sakit.
Tes pap smear dapat dilakukan bila anda tidak dalam
keadaan haid ataupun hamil. Dan untuk hasil terbaik,
sebaiknya tidak berhubungan intim minimal 3 hari
sebelum pemeriksaan
• IVA
IVA digunakan untuk mendeteksi kanker leher Rahim
dengan cara mengoleskan larutan asam asetat pada leher
Rahim. Asam asetat mengeaskan dan menandai pra-kanker
dengan perubahan warna agak keputihan. Hasilnya dapat
diketahui dalam waktu 15 menit.
7) SADARI (Periksa Payudara Sendiri)
b. Tidak merokok
c. Rajin melakukan aktivitas fisik / olahraga minimal 30 menit
d. Diet sehat dan seimbang
e. Istirahat yang cukup
f. Kelola stres

B. KELEMAHAN DARI KEBIJAKAN TERKAIT PENCEGAHAN DAN


PENANGGULANGAN PENYAKIM TIDAK MENULAR (PTM)
1. Kurangnya akses pemerintah untuk menjangkau daerah pedalam juga menjadi
tidak tercapainya tujuan dari program yang telah dibuat pemerintah
2. Pemikiran masyarakat yang masih minim terhadap hidup sehat atau keinginan
untuk berpartisipasi dalam kegiatan itu bisa dibilang tidak ada,Atau bisa juga
kegiatan masyarakat yang padat membuat masyarakat jadi malas(mager)
mengikuti kegiatan
3. Keterbatasnnya petugas kesehatan
4. Keterbatasannya sumber daya manusia sesuai jenjang fasilitas pelayanan
kessehatan dan kompetensinya
5. Minimnya kesadaran dari masyarakat terutama perorangan

12
6. Akibat dari kurangnya sumber daya manusia mengakibatkan promosi kesehatan
belum terjalankan dengan optimal
7. Terdapatnya keterbatasan sarana, prasarana dan dana
8. Kurangnya dukungan dari tokoh penting dari masyarakat

C. SOLUSI PENCEHAN DAN PENANGGULANGAN PTM DI INDONESIA YANG


BERKAITAN DENGAN PERAWAT KOMUNITAS YANG MENJALANKAN
PERANNYA UNTUK MENURUNKAN PTM
1. berhubungan dengan keperawatan komunitas, dimana komunitas itu terdiri dari
kumpulan masyarakat Kita bisa mengandalkan orang yang disegani atau orang
yang dipercaya oleh masyarakat untuk menjadi kader,agar kader tersebut bisa
menganyomi masyarakat untuk berubah ke arah hidup sehat
2. Memperkuat atau meningkatkan edukasi tentang pentingnya pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular
3. Mencari pola strategi yang sesuai dengan karakteristik dan social budaya
masyarakat
4. untuk menjangkau daerah2 pedalaman,pemerintah harus berupaya dengan
semaksimal mungkin menjangkau kebijakan tersebut kepada masyarakat
pedalaman dengan melakukannya secara bertahap dan pasti Serta dengan
melibatkan anggota yang tidak mementingkan kepentingan diri sendiru,sehingga
tujuan dari kebijakan itu tidak jadi tercapai
5. meningkatkan kapasitas sumber daya manusia sesuai janjang fasilitas pelayanan
kesehatan dan kompetensi
6. penguatan jejaring dan kemitraan melalui pemberdayaan masyarakat melibatkan
pera serta tokoh masyarakat dan kelompok potensial lainnya

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit penyakit yang tidak bisa
ditularkan dari orang ke orang, yang perkembangannya berjalan perlahan dalam
jangka waktu yang panjang (kronis). Semakin hari kejadian PTM semakin meningkat,
umumnya disebabkan penyakit jantung, stroke, HT, kanker dan DM.
Hal tersebut seharusnya membuat kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri /
deteksi dini meningkat Sehingga banyak yang periksa ketika terjadi komplikasi dari
PTM, bahkan berakibat kematian lebih dini. Namun penanaman hidup sehat pada diri
sendiri masih belum terjalankan.
Kebijakan dari pemerintah untuk pencegahan dan penanggulangan PTM dengan
GERMAS, CERDIK, PHBS. Dari kebijakan pemerintah untuk penanggulangan dan
pencegahan PTM mash terdapat kelemahan dan terdapat rekomendasi solusi dalam
penanggulangan dan pencegahan PTM diindonesia yang dapat dikaitkan dengan
perawat komunitas dalam menjalankan perannya dalam menurunkan PTM

14
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan RI 2019.ISBN 978-602-416-204-5.


2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbkVobjRzUDN3UCs4eUJ0dVBndz09/2018/10/Buku_Renca
na_Aksi_Nasional_2015_2019.pdf#page=1&zoom=auto,-179,483 dakses pada 09 oktober
2022.

Non Communicable Diseases-Prevention And Control-Indonesia.Kementrian Kesehatan


RI.Direktorat Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ,RAN PP-PTM 2015-
2019,.Jakarta

https://kesmas.kemkes.go.id/assets/uploads/contents/others/Buku_Tiga_Tahun_Germas_Lesso
n_Learned.pdf

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3727/3/CHAPTER%201.pdf
http://repository.unmuha.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/970/11.BAB%20II.pdf?sequ
ence=9&isAllowed=y

https://promkes.kemkes.go.id/?p=7180

http://p2ptm.kemkes.go.id/dokumen-ptm/buku-pedoman-manajemen-ptm

15
16

Anda mungkin juga menyukai