Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Pengaruh Kateterisasi Jantung terhadap Kualitas Hidup Pasien Dengan


Jantung Koroner

Diusulkan oleh:
Slamet Tejo Pramono
201410420311074

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


MALANG
2017

2-1
DAFTAR ISI

BAB I .................................................................................................................................. 2
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 2
1.1 Latar Belakang...................................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 6
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 7
1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................................................... 7
1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................................ 7
1.4.1 Bagi Instansi Terkait ............................................................................................. 7
1.4.2 Bagi Masyarakat .................................................................................................... 7
1.4.3 Bagi Peneliti Lain .................................................................................................. 8
1.4.4 Bagi peneliti .......................................................................................................... 8
1.5 Keaslian Penelitian ............................................................................................... 8
BAB II ................................................................................................................................. 9
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................... 9
BAB IV .............................................................................................................................. 11
METODELOGI PENELITIAN ...................................................................................... 11
2 Bibliography .......................................................................................................... 12

2-2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Data jumlah penderita asam urat di indonesia, jatim, madura.

Asam urat disesbut juga artritis gout termasuk suatu penyakit degeneratif yang

menyerang persendian, dan paling sering di jumpai di masyarakat terutama di alami

oleh lanjut usia (Darmayanti, 2012). Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir

dari purin yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel

(Andry dkk, 2009). Pada kadar yang normal asam urat tidak berbahaya. Bahkan, bisa

berfungsi sebagai anti oksidan alami di dalam plasma. Namun, fungsi dari asam urat

ini akan hilang dan berbahaya jika kadarnya melebihi batas normal (hiperurisemia)

(Herliana, 2013).

Menurt Misnadiarly (2007), asam urat disebabkan oleh empat faktor. Penyebab.

pertama,meningkatnya produksi asam urat di dalam tubuh akibat terganggunya

metabolisme purin bawaan. Kedua, kadar asam urat meningkat di sebabkan oleh

faktor hirediter/keturunan. Kertiga, kadar asam urat meningkat karena berlebihan

mengkonsumsi makanan berkadar purin tinggi yaitu daging, jeroan, kepiting, kerang,

keju, kacang tanah, bayam, buncis, kembang kol. Keempat, disebabakan oleh seperti

leukemia, hemolisi, serta opengobatab kanker kemoterapi,radiograpi.Komplikasi yang

muncul akibat asam urat (gout) antara lain. Pertama, gout kronik berthopus

merupakan sernagan gout yang di sertai benjolan-benjolan (tofi) di sekitar sendi yang

sering meradang. Kedua, nefropati kronik gout, terjadi akibat pengendapan kristal

asam urat di dalam tibulus ginjal.pada jaringan ginjal terbentuk mikrofi yang

2
menyumbat dan merusak glomerulus. Ketiga,persendian menjadi rusak hingga

menyebabkan pincang. Dianita (2015).

Promosi kesehatan merupakan merupakan proses pemberdayaan atau

memandirikan masyarakat agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

Promosi kesehatan meliputi dan merangkum pengertian dari istilah penyuluhan

kesehatan, Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE), pendidikan kesehatan dan

istilah lainnya. Misnadiarly (2007). Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan

prilaku yang dinamis,bukan hanya proses pemindahan materi dari individu ke orang

lain dan bukan seperangkat prosedur yang akan di laksanakan ataupun hasil yang

akan dicapai. pendidikan kesehatan merupakan proses yang mencakup dimensi dan

kegiatan-kegiatan ,psikologi, dan sosial yang di perlukan untuk meningkatkan

kemapuan individu dalam mengambil keputusan secara sadar dan yang memengaruhi

kesejahteraan diri, keluarga, dan masyarakat (Nyswander, 1947 yang di kutip oleh

Maulana, 2009). Menurut WHO tahun ?, definisi pendidikan kesehatan adalah

mengubah prilaku individu atau masyarakat di bidang kesehatan.

Menurut bringgs yang di kutip oleh Darmadi (2017) media pembelajaran

merupakan peralatan fisik untuk menawarkan atau menyampaikan isi pembelajaran

(Rudi Brets, 2017). Berdasarkan ciri-cirinya,media dibagi menjadi delapan klasifikasi,

yakni : 1) media audiu visual gerak. 2) media audio visual diam. 3) media audio visual

semi gerak. 4) media visual gerak. 5) media visual diam. 6) media visual semi gerak. 7)

media audio dan 8) media cetak (Rudi Brets, 2017)

Media yang diteliti ? (liat video)

Menutut Purnama (2013) mengatakan bahwa penggunaan metode video

terbukti lebih efektif daripada penggunganaan media leflet terhadap pemahaman

siswa tentang bahaya merokok

3
Pengaruh media yang diteliti dalam pemahaman responden ?

Hasil studi pendahuluan ?

Kuali hidup seseorang dapat menurun ketika tertimpa masalah yang berupa

kesedihan, kesakitan maupun ketidak mampuan. Hal tersebut di pengaruhi oleh

beberapa factor, misalnya polafikir, tingkat keparahan masalah yang di alami, jenis

masalah dan lingkubgan. WHO mendefinisikan kualitas hidup sebagai presepsi

individu di kehidupan mereka dalam konteks kebudayaan dan norma kehidupan dan

hubungannya dengan tujuan, harapan, standar, dan perhatian mereka. Hal ini

dipengaruhi oleh linfkungan fisik, mental, psikologi, kepercayaan pribadi dan

hubungan social mereka dengan lingkungan sekitar. Maka dari itu adanya

pemasangan kateterisasi jantung dapat membantu mengurangi masalah yang di alami

oleh pasien jantung koroner.

kualitas hidup harus di nilai dan di laporkan setiap uji klinis dengan pasien yang

menjalani sebuah intervensi karena gejala pemasangan kateterisasi jantung

(Pontoppidan, 2012). Setiap item memiliki nilai dari 1 sapai 5 poin, skor tersebut

mewakili beban yang lebih serius: 0-20 (sedikit atau tanpa beban); 21-40( beban

ringan sampai sedang); 41-60 (sedang ringan sampai berat); 61-88 (beban berat), dan

harus sesui dengan perasaan subjektif (Du, et al., 2017).

Penyakit jantung pada orang dewasa yang sering ditemui adalah penyakit

jantung koroner dan gagal jantung. Responden biasanya mengetahui penyakit jantung

4
yang diderita sebagai penyakit jantung saja. Cara membedakannya dengan

menanyakan gejala yang dialami responden (RISKESDAS, 2013)

Penyakit jantung koroner adalah gangguan fungsi jantung akibat otot jantung

kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner. Secara

klinis, ditandai dengan nyeri dada atau terasa tidak nyaman di dada atau dada terasa

tertekan berat ketika sedang mendaki/kerja berat ataupun berjalan terburu-buru pada

saat berjalan di jalan datar atau berjalan jauh (Irmalita, et al., 2015). Penyakit Jantung

Koroner (PJK) merupakan suatu masalah kardiovaskular yang utama karena

menyebabkan angka perawatan rumah sakit dan angka kematian yang tinggi

(RISKESDAS, 2013).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2012 menunjukkan 17,5

juta orang di dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskuler atau 31% dari 56,5 juta

kematian di seluruh dunia. Lebih dari 3/4, kematian akibat penyakit kardiovaskuler

terjadi di Negara berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang. Dari

seluruh kematian akibat penyakit kardiovaskuler 7,4 juta atau setara dengan 42,3% di

antaranya di sebabkan oleh penyakit jantung koroner (PJK), dan 6,7 juta setara

dengan 38,3% disebabkan karena stroke. Prevalensi penyakit jantung koroner di

Indonesia tahun 2013 sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar 883.447 orang, sedangkan

berdasarkan diagnosis dokter/gejala sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar 2.650.340 orang.

Berdasarkan diagnosis dokter, estimasi jumlah penderita penyakit jantung koroner terbanyak

terdapat di Provinsi Jawa Barat sebanyak 160.812 orang (0,5%), sedangkan Provinsi Maluku

Utara memiliki jumlah penderita paling sedikit, yaitu sebanyak 1.436 orang (0,2%).

Berdasarkan diagnosis/gejala, estimasi jumlah penderita penyakit jantung koroner terbanyak

terdapat di Provinsi Jawa Timur sebanyak 375.127 orang (1,3%), sedangkan jumlah penderita

5
paling sedikit ditemukan di Provinsi Papua Barat, yaitu sebanyak 6.690 orang (1,2%). (RI,

2013)

PJK dapat di Klasifikasikan yaitu: (angina pektoris atau infark miokard) oleh

dokter atau belum pernah didiagnosis menderita PJK tetapi pernah mengalami gejala

atau riwayat: nyeri di dalam dada seperti rasa tertekan berat tidak nyaman di dada dan

nyeri/tidak nyaman di dada dirasakan di dada bagian tengah/dada kiri

depan/menjalar ke lengan kiri dan nyeri/tidak nyaman di dada dirasakan ketika

mendaki/naik tangga/berjalan tergesa-gesa dan nyeri/tidak nyaman di dada hilang

ketika menghentikan aktifitas/istirahat. Maka jika ada kendala seperti di atas tenaga

medis bisa mengambil tindakan dengan pemasangan kateterisasi jantung (Irmalita, et

al., 2015)

Kateterisasi jantung merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh dokter

untuk membantu mendiagnosis dan mengobati masalah penyakit jantung koroner

(American Medical Association, 2017). Dampak dari pemasangan kateterisasi jantung

menurut (PA-PSRS Patient Safety Advisory 2007 dalam sinaga, 2012) menyatakan

bahwa insiden komplikasi pembuluh darah pada tindakan kateterisasi jantung

dipengaruhi oleh berbagai factor, antara lain; jenis prosedur, terapi antikoagulan,

penggunaan alat penutup pembuluh darah, umur, jenis kelamin dan factor resiko lain

Maka dengan penelitian ini saya mengambil “Pengaruh Kateterisasi Jantung

terhadap Kualitas Hidup Pasien dengan Kateterisasi Jantung” untuk mengkaji apakah

ada hubungan pasien yang terpasang kateterisasi jantung dengan kualitas hidupnya.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah pasien yang terpasang kateterisasi jantung dapat efektif

dengan memperbaiki kualitas hidup pasien jantung koroner.

6
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui apakah pemberian kateterisasi jantung pada pasien

jantung koroner dapat efektif menanambah kualitas hidup pada pasien

jantung koroner.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui bagaimana pandangan pasien mengenai biologis pasien

2. Mengetahui bagaimana pandangan pasien mengenai psikologid pasien

3. Mengetahui bagaimana pandangan pasien mengenai social pasien

4. Mengetahui bagaimana pandangan pasien mengenai spiritual pasien

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Instansi Terkait

Sebagai tambahan informasi dan bahan masukan tentang efektifitas

pemasangan kateterisasi jantung dengan kualitas hidup pada pasien

kateterisasi jantung. Sehingga dapat meningkatkan dan membina dalam

masyarakat luas mengenai pemberian motifasi tentan bio, psiko, sosio, dan

spiritual pada pasien

1.4.2 Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan dan perilaku masyarakat untuk

meningkatkan pola management dan penanganan alternatif dalam

7
menangani mengenai pemberian motifasi tentan bio, psiko, sosio, dan

spiritual pada pasien

1.4.3 Bagi Peneliti Lain

Sebagai data dasar bagi peneliti selanjutnya mengenai apakah

semua tindakan pengobatan atau intervensi yang di berikan pada pasien

yang mengalami jantung koroner dapat memperbaiki kualitas hidup pasien

tersebut.

1.4.4 Bagi peneliti

Peneliti dapat mengetahui apakah dengan pemasangan kateterisasi

jantung ini dapat memperbaiki kualitas hidup pada pasien jantung koroner.

1.5 Keaslian Penelitian

1) Menurut penelitian Etienne Aliot, et al. (2014) meneliti tentang Quality of life in

patients with atrial fibrillation: how to assess it and how to improve it. Aliot

menerapkan Quality Of Life pada patients with atrial fibrillation denagn rata-rata

umur di atas 65 tahun. Menggunakan studi klinis dengan menggunakan

instrumen QOL dan menemukan hasil penurunan QOL pada pasien dengan

atrial fibrillation.

2)

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gastritis

Kateterisasi jantung merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh dokter

untuk membantu mendiagnosis dan mengobati masalah penyakit jantung koroner

(American Medical Association, 2017). Penyakit jantung koroner ( PJK) merupakan

penyakit tertingi di Indonesia hasil survey yang dilakukan oleh Departemen

Kesehatan RI tahun 2007 yaitu sebesar 71.079 jiwa, sedangkan pada tahun 2013

pendataan yang dilakukan Kementrian Kesehatan dikhususkan untuk penyakit

jantung koroner saja yaitu sebanyak 20.556 jiwa. Angka tersebut menempati urutan

kedua terbanyak setelah stroke (Kemenkes, 2013).

Indikator terjadinya Penyakit Jantung Koroner dibagi menjadi 3 yaitu: 1.

Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI: ST segment elevation myocardial

infarction), 2. Infark miokard dengan non elevasi segmen ST (NSTEMI: non ST segment

elevation myocardial infarction), 3. Angina Pektoris tidak stabil (UAP: unstable angina

pectoris). Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI) merupakan indicator

kejadian oklusi total pembuluh darah arteri koroner. Keadaan ini memerlukan

tindakan revaskularisasi untuk mengembalikan aliran darah dan reperfusi miokard

secepatnya; secara medikamentosa menggunakan agen fibrinolitik atau secara

mekanis, intervensi koroner perkutan primer. Diagnosis STEMI ditegakkan jika

terdapat keluhan angina pektoris akut disertai elevasi segmen ST yang persisten di

dua sadapan yang bersebelahan. Inisiasi tatalaksana revaskularisasi tidak memerlukan

menunggu hasil peningkatan marka jantung. NSTEMI dan angina pektoris tidak

stabil ditegakkan jika terdapat keluhan angina pektoris akut tanpa elevasi segmen ST

yang persisten di dua sadapan yang bersebelahan. Rekaman EKG saat presentasi

9
dapat berupa depresi segmen ST, inversi gelombang T, gelombang T yang datar,

gelombang T pseudo-normalization, atau bahkan tanpa perubahan. Sedangkan Angina

Pektoris tidak stabil dan NSTEMI dibedakan berdasarkan kejadian infark miokard

yang ditandai dengan peningkatan marka jantung. Marka jantung yang lazim

digunakan adalah Troponin I/T atau CK-MB. Bila hasil pemeriksaan biokimia marka

jantung terjadi peningkatan bermakna, maka diagnosis menjadi Infark Miokard Akut

Segmen ST Non Elevasi (Non ST-Elevation Myocardial Infarction, NSTEMI). Pada

Angina Pektoris tidak stabil marka jantung tidak meningkat secara bermakna

(Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2015)

10
BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

11
2 Bibliography

Du, Q., Salem, Y., Liu, H. (., Zhou, X., Chen, S., Chen, N., et al. (2017). A home-based
exercise program for children with congenital heart disease following
interventional cardiac catheterization: study protocol for a randomized
controlled trial. BioMed Central , 1-9.

Irmalita, juzar, D. A., Andrianto, Setianto, B. Y., Tobing, D. P., Firman, D., et al. (2015).
Dalam P. D. INDONESIA, PEDOMAN TATALAKSANA SINDROM KORONER AKUT
(hal. 1-88). Indonesia: Centra Communications.

Pontoppidan, J. (2012). The Impact of Atrial Fibrillation Ablation on Quality of Life. Jurnal
of Atrial Fibrillation , 1-8.

RI, K. K. (2013). Info DATIN pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI. Situasi
Kesehatan Jantung , 1-8.

WHO. 2006. The World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL)-BREF.


http://www.who.int/entity/substance_abuse/research_tools/en/indonesia-
whoqol.pdf. Diakses pada 17 oktober 2017

12

Anda mungkin juga menyukai