DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
DENI ATMAJA
NURAINI
RAPIAH
RESTINA DOMURIA. S
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang mana atas rahmat dan
karunianya, kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini Keperawatan Kritis ini
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Kritis gangguan sistem kardiovaskular:AMI”.
Pada kesempatan ini tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak terutama kepada Dosen pengajar Mata Kuliah Keperawatan Kritis yang
telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat
berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita, khususnya mengenai
“Asuhan Keperawatan Kritis gangguan sistem kardiovaskular:AMI”. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan
masih jauh dari apa yang diharapkan.
Untuk itu, kami berharap kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah ini di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa kritik dan
saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapa pun
yang membacanya.
Kelompok
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................3
BAB 1......................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................6
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................6
BAB 2......................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................7
2.1 Definisi...........................................................................................................7
2.2 Etiololgi.........................................................................................................7
2.3 Klasifikasi......................................................................................................8
2.4 Manifestasi klinis...........................................................................................9
2.5 Patofisiologi.................................................................................................10
2.6 Penatalaksanaan...........................................................................................11
2.7 Pencegahan Primer,sekunder ,Tersier........................................................13
BAB 3......................................................................................................................7
ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................7
3.1 pengkajian......................................................................................................7
3.2 Diagnosa keperawatan...................................................................................7
3.3 Intervensi Keperawatan.................................................................................8
3.3 Implementasi .................................................................................................9
3.4 Evaluasi........................................................................................................10
BAB 4....................................................................................................................22
KASUS..................................................................................................................22
BAB 6....................................................................................................................30
PENUTUP.............................................................................................................30
4.1 Kesimpulan..................................................................................................30
4.2 Saran............................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Data dari WHO pada tahun 2012 sebesar 17,5 juta (31%) orang meninggal
Akut (IMA), dan lebih dari 300.000 orang diperkirakan meninggal karena
(Christofferson, 2009).
Nyeri yang timbul merupakan tanda yang muncul saat adanya infarkyang
sering terjadi yaitu peningkatan ringan tekanan darah dan denyut jantung.
Nyeri akut merupakan permasalahan utama pada pasien Infark Miokard Akut
(IMA). Nyeri merupakan suatu rasa sensorik tidak nyaman yang sifatnya
cidera akut, penyakit atau intervensi bedah dan berawal yang cepat dengan
intensitas ringan sampai berat dalam waktu yang singkat atau kurang dari
2
dkk, 2013). Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan (care
(Potter&Perry, 2009).
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan tentang AMI dan Asuhan Keperawatan pada klien dengan kasus AMI.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
1. Definisi Infark Miokard Akut (IMA)
(Black&Joyce, 2014).
2.2 Etiololgi
Menurut Fakih Ruhyanuddin (2006), penyebab Infark Miokard Akut
(IMA) adalah :
thrombus.
6
5
2. Penurunan aliran darah system koronaria menyebabkan ketidak
1) Ateroskeloris
2) Spasme
3) Arteritis
b. Faktor sirkulasi :
1) Hipotensi
2) Stenosos aorta
3) Insufisiensi
c. Faktor darah :
1) Anemia
2) Hipoksemia
3) Polisitemia
Penyebab lain :
a. Aktifitas berlebih
b. Emosi
d. Hypertiroidisme
a. Kerusakan miocard
7
b. Hypertropi miocard
c. Hypertensi diastolic
3. Faktor predisposisi :
3) Hereditas
1) Mayor :
a) Hiperlipidemia
b) Hipertensi
c) Merokok
d) Diabetes Melitus
e) Obesitas
2) Minor :
a) In aktifitas fisik
kompetitif).
8
terjadinya aterosklerosis, atau penurunan aliran darah
2.3 Klasifikasi
Secara morfologis Infark Miokard Akut (IMA) dibedakan atas dua
seluruh dinding miokard dan terjadi pada daerah distribusi suatu arteri
pada distribusi satu arteri koroner) atau difus (terjadi pada distribusi
1. STEMI
9
pectoris tak stabil, Infark Miokard Akut (IMA) tanpa elevasi ST,
2. NSTEMI
biomarker jantung.
(Brunner&Suddart, 2005).
10
Aritmia merupakan penyulit Infark Miokard Akut (IMA) yang
seperti terbakar, rasanya tajam dan menekan atau sangat nyeri, nyeri
11
• Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk
2.5 Patofisiologi
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30-45 menit akan menyebabkan
kerusakan selular yang ireversibel dan kematian otot atau nekrosis. Bagian
daerah iskemik yang berpotensi dapat hidup. Ukuran infark akhir bergantung
dari nasib daerah iskemik tersebut. Bila pinggir daerah ini mengalami nekrosis
maka besar daerah infark akan bertambah besar, sedangkan perbaikan iskemia
12
Infark miokardium biasanya menyerang ventrikel kiri. Infark digambarkan lebih
anterior mengenai dinding anterior ventrikel kiri. Daerah lain yang biasanya
tampak memar dan sianotik akibat terputusnya aliran darah regional. Dalam
jangka waktu 24 jam timbul edema pada sel-sel, respon peradangan disertai
Menjelang hari kedua atau ketiga mulai proses degradasi jaringan dan
pembuangan semua serabut nekrotik. Selama fase ini dinding nekrotik relative
tipis. Kira-kira pada minggu ketiga mulai terbentuk jaringan parut. Lambat
16
mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi. Kerusakan jantung
5. Fasodilator
6. Antikoagulan
7. Trombolitik
dan juga luasnya infark. Agar efektif, obat ini harus diberikan pada
awal awitan nyeri dada. Tiga macam obat trombolitik yang terbukti
17
anistreplase. Pemberian oksigen. Terapi oksigen dimulai saat
19
senam, renang, dan bersepeda. Olahraga anaerobik adalah olahraga dimana
kebutuhan oksigen tidak dapat dipenuhi seluruhnya oleh tubuh. Sebagai contoh
angkat besi, lari sprint 100 M, tenis lapangan, dan bulu tangkis.
2. Pencegahan Sekunder
Yaitu upaya untuk mencegah atau menghambat timbulnya komplikasi melalui
tindakan deteksi dini dan memberikan pengobatan yang tepat pada penderita penyakit
jantung. Disini diperlukan perubahan pola hidup terhadap faktor-faktor yang dapat
dikendalikan dan kepatuhan berobat bagi mereka yang sudah menderita penyakit
jantung. Pencegahan ini ditujukan untuk menurunkan mortalitas.
a. Pemeriksaan Fisik
Penderita sering tampak ketakutan, gelisah dan tegang. Mereka sering mengurut-
urut dadanya (Levine sign). Penderita dengan disfungsi ventrikel kiri teraba
dingin, nadi bervariasi, bisa brakikardia atau bahkan takikardia. Kadang juga
disertai dengan nadi yang tidak teratur oleh aritmia. Tekanan darah biasanya
normal, tetapi karena terjadi penurunan curah jantung tekanan sitolik sering turun.
Pulse pressure (tekanan nadi) sering menurun karena tekanan diastolik meningkat.
Penderita dengan syok kardiogenik tekanan darah sistolik menurun <90 mmHg
disertai dengan tanda-tanda gangguan perfusi perifer. Pada pemeriksaan auskultasi
jantung suara jantung (S1) melemah dan sering tidak terdengar. Sering terjadi
suara gallop S3 atau S4. Jika disertai komplikasi regurgitasi mitral dapat
mendengar bising jantung sistolik blowing di apeks. Jika ada ruptur septum
ventrikel dapat terdengar bising pansistolik di parasternal kiri. Kadang (6-30%)
juga didapatkan adanya suara friction rub.
b. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Ada beberapa serum marker untuk Infark Miokard Akut, yaitu creatinekinase
(CK), CK isoenzim (CK-MB), serum glutamic oxaloacetic transaminase
(SGOT), lactic dehydrogenase (LDH) dan cardiac troponin (cTnI,cTnT).
20
Enzim CK meningkat dalam 4-8 jam dan menurun ke kadar normal dalam 2-3
hari dengan kadar puncak pada 24 jam. , CK isoenzim (CK-MB) meningkat
dalam 3-12 jam pertama dan mencapai puncak dalam 18-36 jam selanjutnya
menjadi normal setelah 3-4 hari. Sementara lactic dehydrogenase (LDH)
meningkat pada 10 jam dengan kadar puncaknya tercapai dalam 24-28 jam
kemabali normal setelah 10-14 hari.
2) Elektrokardiografi
Pemeriksaan EKG menunjukkan adanya elevasi segmen-ST sesuai dengan
lokasi dinding ventrikel yang mengalami infark. Pada fase hiperakut,
perubahan EKG didahului oleh gelombang T yang meninggi, kemudian
elevasi segmen-T selanjutnya terbentuk gelombang Q yang patologis disertai
elevasi segmen-ST.
3) Ekokardiografi
Ekokardiografi sangat berguna di dalam ruangan Coronary Care Unit (CCU)
karena dapat mendiagnosa dengan cepat dan tepat adanya iskemia miokard
terutama bila elektrokardiogram penderita tidak jelas dan kadar enzim jantung
belum meningkat. Ciri khas adanya nekrosis miokard ekokardiografi adalah
adanya abnormalitas pergerakan dinding ventikel.
4) Arteriografi Koroner
Dengan kateter khusus melalui cara kateterisasi perkutan, disuntikkan zat
kontras ke dalam arteri koroner yang hendak diperiksa. Dengan cara ini
tampaklah arteri koroner yang menyempit dan beratnya stenosis dapat pula
dinilai.
5) Radioisotop
Pemeriksaan sistem kardiovaskular dengan radionuklear dilakukan dengan
menyuntikkan zat radioaktif secara intravena, kemudian zat tersebut dideteksi
di dalam tubuh manusia. Zat-zat yang biasa digunakan adalah thallium dan
technetium 99m (Tc-99m).
c. Diagnosis Infark Miokard Akut
Berdasarkan kriteria WHO tahun 2000, diagnosis Infark Miokard Akut ditegakkan
berdasarkan terpenuhinya minimal 2 dari 3 kriteria berikut yakni : Nyeri dada
21
anterior tetapi timbulnya nyeri yang berkepanjangan tidak seketika itu juga ( > 30
menit, biasanya dirasakan sebagai rasa terbius), yang dapat menyebabkan aritmia,
hipotensi, shock atau gagal jantung.
Kadang-kadang tanpa nyeri, sehingga sering dikelirukan dengan gagal jantung
kongestif akut, pingsan, stroke dan syok.
Perubahan EKG (gelombang Q patologis dengan elevasi segmen-ST) dan
peningkatan kadar enzim jantung (CK-MB, troponin T atau trponin I). Dengan
teknik pencitraan tampak adanya gerakan dinding segmental yang abnormal.
d. Pengobatan Infark Miokard Akut
Infark Miokard Akut adalah keadaan gawat karena dapat menyebabkan kematian
yang mendadak. Penderita harus mendapat penanganan segera (cepat) dan tepat.
Segera dilakukan pemasangan infus dan diberikan oksigen 21/menit dan penderita
harus istirahat total serta dilakukan monitor EKG 24 jam (di ICCU). Selain itu
dilakukan pemberian obat seperti analgetik (biasanya golongan narkotik diberikan
secara intravena dengan pengenceran dan diberikan secara pelan-pelan), nitrat,
aspirin, trombolitik terapi, betablocker, ACE-inhibitor.
e. Revaskularisasi Koroner
1) Operasi Bedah Pintas Arteri Koroner (Coronary ArteryBypass Grafting)
Revaskularisasi bedah menggunakan CABG pertama kali dilakukan awal
tahun 1960-an dan sekarang merupakan salah satu prosedur pembedahan yang
paling sering dilakukan.
Operasi bedah pintas koroner harus dipertimbangkan pada kasus-kasus
komplikasi Infark Miokard Akut, pasien dengan kondisi klinik dan anatomi
koroner yang sesuai untuk tindakan bedah pintas koroner.
2) Angiosplasti/Stent Koroner
Implan stent intrakoroner manusia pertama kali dilakukan tahun 1986.
Perkembangan ini merupakan penanda dalam kardiologi intervensional karena
dengan ditemukannya sten intrakoroner ini menurunkan insidensi penutupan
mendadak pembuluh darah, Infark Miokard Akut, kematian mendadak dan
kebutuhan CABG darurat.
22
3. Pencegahan Tersier
Merupakan upaya untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat
atau kematian serta usaha untuk rehabilitasi. Komplikasi penyakit infark miokard
akut tak terbatas hanya saat pasien dirawat di rumah sakit saja, demikian pula
tanggung jawab para ahli kesehatan agar pasien hidup sehat sejahtera, tidak
berarti selesai dengan keluarnya pasien dari rumah sakit. Sedini mungkin, pasien
mengikuti program rehabilitasi kardiovaskular, dan kemudian terus dilanjutkan
meskipun pasien pulang ke rumah. Pengertian rehabilitasi jantung oleh American
Heart Association dan The Task Force on Cardiovascular Rehabilitation of the
National Heart, Lung and Blood Institute, adalah proses untuk memulihkan dan
memelihara potensi fisik, psikologis, sosial, pendidikan dan pekerjaan pasien.
Pencegahan ini merupakan upaya agar tidak terjadi kambuh pada penderita
dan penderita dapat melaksanakan aktivitasnya kembali. Ini dapat dilakukan
setelah penyakit jantung dianggap sudah tidak membahayakan lagi. Upaya
pencegahan ini mencegah terjadinya komplikasi yang lebih atau kematian.
Seringkali setelah terkena penyakit jantung seseorang merasa sudah lumpuh dan
tidak boleh melakukan pekerjaan, tetapi dengan mengikuti program rehabilitasi
ini diharapkan dapat kembali bekerja seperti biasanya dengan melakukan
aktivitas sehari-hari seperti biasa dan dibutuhkan pemantauan yang cukup ketat.
Genogram:
: Perempuan : Penderita
: Sudah menikah ------- : Tinggal serumah Riwayat keluarga yang
25
menggunakan simbol-simbol untuk menjelaskan hubungan, peristiwa, dan
masalah pada keluarga dalam beberapa generasi biasa disebut pohon
keluarga dan bersifat dari 3 generasi keluarga.
Riwayat alergi : Menunjukkan apakah pasien memiliki alergi makanan,
minuman atau obat-obatan. Biasanya pada penderita ARDS tidak memiliki
riwayat alergo obat ataupun makanan hanya terkadang mereka sering merasa
alergi pada udara sekitar.
3) Observasi dan Pemeriksaan Fisik
Menunjukkan tanda-tanda vital, keadaan umum, kesadaran dan antropometri.
Klien dengan ARDS umumnya akan mengalami penurunan kesadaran, karena
tidak kurangnya pasokan oksigen. Adanya perubahan pada tandatanda vital,
meliputi takikardi, dyspnea, hipotensi/hipertensi, dan penurunan frekuensi
pernapasan.
a) B1 (Breath)
Pada umumnya klien dengan mutiple sclerosis tidak mengalami gangguan
pada sistem pernapasan. Pada beberapa klien yang telah lama menderita
mutiple sclerosis
dengan tampak dari tirah baring lama, mengalami gangguan fungsi
pernapasan. Pemeriksaan fisik yang didapat mencakup hal-hal sebagai
beikut:
1. Inspeksi umum : didapatkan klien batuk kering atau penurunan
kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak
nafas, dan penggunaan otot bantu napas.
2. Palpasi : taktil premitus seimbang kanan dan kiri
3. Perkusi : adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru
4. Auskultasi : bunyi napas tambahan seperti napas stridor, crekels, ronkhi
atau terkadang whezzing pada klien dengan peningkatan produksi sekret
dan kemampuan batuk yang menurun.
b) B2 (Blood)
Pada umumnya klien dengan ARDS mengalami gangguan pada sistem
kardiovaskuler sehingga akan mengalami hipotensi akan mengakibatkan
klien shock, hipertensi, takikardi, serta bunyi jantung normal (lup tup)
tanpa murmur atau gallop. Biasanya klien merasa sakit kepala, pucat dan
terjadi sianosis.
26
c) B3 (Brain)
Pengkajian B3 (brain) merupakan pengkajian fokus atau lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya. Inspeksi umum didapatkan
berbagai manifestasi akibat perubahan tingkah laku. Klien juga akan
mengalami penurunan tingkat kesadaran karena kurangnya pasokan
oksigen yang akan membuat klien susah berkonsentrasi.
d) B4 (Bladder)
Pada pemeriksaan B4 yang berhubungan dengan pemeriksaan pada
kandung kemih baik intake maupun output. klien ARDS jarang mengalami
masalah pada kandung kemih, hanya dikarenakan intake cairan klien
(jarang minum) sedikit sehingga frekuensi outpunya juga sedikit.
e) B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang berhubungan dengan asupan nutrisi yang
kurang karena kelemahan fisik umum dan perubahan status kognitif.
Penurunan aktivitas umum klien sering mengalami konstipasi. Sering
mengalami sesak nafas akan membuat klien mengalami penurunan nafsu
makan.
f) B6 (Bone)
Pada keadaan klien ARDS biasanya didapatkan adanya kesuliatan untuk
beraktivitas karena kelemahan spastik anggota gerak. Kelemahan anggota
gerak pada satu sisi tubuh atau terbagi secara asimetris pada keempat
anggota gerak. Merasa lelah, pengontrolan yang kurang sekali karena
menahan nyeri pada bagian dada (thorax).
27
A. INTERVENSI DAN RASIONAL
NO DX TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
28
- Nafas tidak 9. Kolaborasi dengan dokter tentang - Peningkatan kualitas kesehatan klien
pemeriksaan GDA dan penggunaan dan mengetahui GDA yang
menggunakan cuping
alat bantu yang dianjurkan sesuai abnormal.
hidung dengan kondisi klien
- Klien tidak hipoksia
- Klien tidak gelisah
29
- Klien tidak terlihat 6. Lakukan pengeluaran/penghisapan atau - Membebaskan jalan nafas yang
pucat suction sesuai kebutuhan untuk terganggu karena adanya
- RR = 12-20 x/m mengeluarkan sekret (sputum) penumpukan sputum
7. Informasikan kepada klien dan - Meminimalisir rrasa gelisah yang
dirasakan klien
keluarga tentang teknik relaksasi - Mengeluarkan sputum/sekret yang
8. Ajarkan teknik batuk efektif menumpuk
9. Jelaskan kepada klien dan keluarga - Menghindari terjadinya komplikasi
bahwa merokok itu tidak baik bagi lebih lanjut
kesehatan klien Memantau fungsi mekanisme pada
sistem pernafasan klien agar tetap
10. Kolaborasi tim medis untuk tetap dalam keadaan stabil
memastikan keadekuatan fungsi
ventilator mekanis.
30
yang paten dengan 4. Lakukan auskultasi pada bagian dada - Mencegah faktor resiko yang
kriteria hasil : anterior dan posterior adanya suara akan terjadi
- Klien dapat nafas tambahan dan pengeluaran sekret - Agar keluarga dan klien dapat
mengeluarkan sekret
5. Fasilitasi kepatenan jalan nafas klien menggunaan alat bantu tanpa
secara efektif
6. Minimalkan faktor resiko pada klien adanya bantuan dari tim medis
Tidak memiliki suara
yang berisiko mengalami aspirasi walaupun jika masih
nafas tambahan
memerlukan pemantauan.
Tidak terjadi sianosis 7. Jelaskan penggunaan alat bantu yang
- Menghindari terjadinya
Klien tidak gelisah diperlukan kepada keluarga klien.
komplikasi lebih lanjut
8. Jelaskan kepada klien dan keluarga
- Peningkatan kualitas
bahwa merokok itu tidak baik bagi
kesehatan klien dan
kesehatan klien.
mengetahui GDA yang
9. Kolaborasikan kepada dokter tentang
abnormal.
hasil GDA klien dan kebutuhan
peralatan pendukung.
31
4. Kelebihan volume - klien tidak merasakan 1. penggunaan obat, dan efek samping
cairan b.d mual - Agar dilakukan pemantauan lebih
pada obat tersebut.
Gangguan - mempertahankan ketat terhadap keseimbangan cairan
mekanisme 3. Kolaborasi kepada tim medis jika pada klien.
TTV dalam batas
pengaturan : odema
normal. tanda gejala kelebihan volume cairan
paru
TD = 100-120/70-80 menetap atau memburuk.
mmHg
N = 70-80 x/m
RR = 12-20
x/m S = 36,5-
37oC
32
BAB 3
TINJAUAN KASUS
KASUS
Ny. AS, 30 tahun, seorang perempuan wisatawan dari Ukraina
beragama kristen datang ke RS dibawa oleh tim penjaga pantai dengan
penurunan kesadaran ke UGD. Menurut pernyataan yang diberikan oleh
penjaga pantai, pasien tenggelam dipantai seminyak ± 6 jam sebelum masuk
rumah sakit. Menurut temannya pasien tenggelam selama ± 15 menit. Pasien
dikatakan berada dipinggir pantai kemudian tiba-tiba ombak besar
menghantam mereka dan terlempar ke dalam air. Penjaga pantai segera
menolongnya. Pasien ditemukan tidak sadar, mata terbuka tapi tidak ada
respon, tidak bernafas oleh penjaga pantai segera diberikan resusitasi jantung
paru selama 5 menit. Pasien tiba-tiba dapat bernafas spontan kembali dan mata
kembali fokus namun tidak dapat bersuara, pernafasan terdengar wheezing,
pasien terlihat kesulitan bernafas dan terlihat sangat lemas. Pasien tiba di RS
pada tanggal 8-4-2018 pukul 15.30. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
sebelumnya. Menurut pengakuan dari teman pasien, ayah pasien menderita
asma sejak ayahnya duduk di bangku perkuliahan. Menurut teman pasien,
pasien tidak memiliki riwayat alergi pada makanan apapun dan obat jenis
apapun.
Identitas
Nama : Ny. AS
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Pekerjaan : Sekertaris
Pendidikan : Sarjana
Penanggung Biaya : Tn. PK
Status : Belum Menikah
Alamat :-
Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama : Sulit bernapas
33
Riwayat Penyakit Sekarang : Menurut pernyataan yang diberikan oleh penjaga
pantai, pasien tenggelam dipantai seminyak ± 6 jam sebelum masuk rumah
sakit.
34
B5 (Bowel)
Pasien mengalami penurunan nafsu makan, karena pasien merasa dadanya
sangat sesak B6 (Bone)
Nyeri dibagian dada karena sulitnya bernafas
Pemeriksaan Penunjang
1. CBC
WBC: 13.67 X 10 3 /μL
HGB 15.9 mg/dl
HCT 48.6 %
PLT 31 10 3 /μL.
2. Kimia darah
Na 144
mmol/L K 4,8
mmol/L.
3. Analisis Gas Darah pH 7.23 pCO2 66 mmHg pO2 93 mmHg HCO3 27
mmol/L BE -2.4 mmol/L
SO2 95 %.
4. Chest x-ray didapatkan edema paru dd/ pneumonia paru tidak terdapat
pneuomothorax.
35
ANALISA DATA
NO. Problem Etiologi Symptomp
1. Ds. – Penumpukan Gangguan
cairan di alveoli pertukaran gas
Do.
- Pasien tampak berat
saat bernafas - Bibir sianosis
- Terdapat wheezing
- Pada Chest x-ray
didapatkan edema paru dd/
pneumonia paru tidak terdapat
pneuomothorax.
PRIORITAS MASALAH
36
1 Setelah dilakukan 1. Kaji status 1. Memonitor tingkat respirasi
asuhan keperawatan pernapasan, catat pasien sehingga tidak terjadi
selama 2x24 jam, peningkatan penurunan atau peningkatan
diharapkan keadaan respirasi yang drastis
umum pasien membaik 2. Berikan istirahat 2. Istirahat dapat menenangkan
dengan kriteria hasil: yang cukup dan perasaan pasien pasca
- Pasien dapat posisi yang kejadian dan memberikan
bernafas spontan nyaman efek relaksasi terhadap
- Tidak terdapat 3. Ajarkan pasien pasien
sianosis teknik relaksasi 3. Membantu memberikan
- Wheezing (-) nafas dalam dan efek lega saat bernafas dan
- Cairan keluar batuk efektif membantu pasien
seutuhnya dari jalan 4. Kolaborasi dengan mengeluarkan sputum yang
nafas dokter pemberian
mengganggu pernapasan
obat
bronchodilator dan 4. Dicurigai gangguan
ekspektoran terburuk apabila pasien
gagal nafas dan membantu
pengeluaran cairan yang
tertumpuk
37
- RR normal 4. Kolaborasi 3. Oksigen dapat meningkatkan
20x/menit dengan dokter kadar O2 pasien sehingga
pemberian obat tidak terjadi hipoksia
nebulizer 4. Memperbaiki volume
sirkulasi
38
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No. Hari/Tgl Diagnosa Implementasi Ttd Evaluasi Ttd
Dx
1. Minggu, Gangguan 1. Mengkaji status pernapasan, catat jika √ S : Klien mengatakan sesak sedikit √
8-4-2018 berkurang
pertukaran ada peningkatan respirasi
O : Klien tampak lega saat bernafas
gas b.d 2. Memberikan istirahat yang cukup dan posisi √ A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4
penumpukan yang nyaman
cairan di 3. Mengajarkan pasien teknik relaksasi nafas √
alveoli dalam dan batuk efektif
4. Mengkolaborasi dengan dokter pemberian obat √
bronchodilator dan ekspektoran
28
2. Minggu, Pola nafas 1. Mengobservasi TTV √ S : Klien mengatakan, mampu √
8-4-2018 mempertahankan jalan napas paten
tidak efektif 2. Menghitung intake, output dan balance
√ dengan bunyi napas bersih
b.d 3. cairan Mengajarkan pasien penggunaan O : Terdengar tidak adanya suara
tambahan/Ronchi, RR 22x/menit
penurunan masker oksigen yang benar
√ A : Masalah belum teratasi
kemampuan 4. Mengkolaborasi dengan dokter pemberian P : Intervensi lanjut no. 2,3,4
oksigenasi obat nebulizer √
29
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
ARDS adalah Suatu penyakit yang disebabkan oleh kerusakan luas
alveolus dan/atau membrane kapiler paru. ARDS selalu terjadi setelah suatu
gangguan besar pada system paru, kardiovaskuler, atau tubuh secara luas.ARDS
merupakan bentuk gagal napas yang berbeda ditandai dengan hipoksemia berat
yang resisten terhadap pengobatan konvensional.
4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penyusun menyadari tentu banyak
kekurangan dan kejanggalan baik dalam penulisan maupun penjabaran materi
serta penyusunan atau sistematik penyusunan.
Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca semua. Dan penyusun juga berharap semoga makalah ini dapat
member manfaat bagi kita semua
DAFTAR PUSTAKA
Aplikasi Asuhan Keperawatan Nanda NIC-NOC Edisi Jilid 1. 2015.
Hudak, Gallo. 1997. Keperawatan Kritis. Pendekatan Asuhan Holistik. Edisi VIII. Vol. 1.
EGC. Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta.
EVIDENCE BASED PRACTICE
1 Yudi Elyas, ASPEK bertujuan untuk Penelitian ini penelitian kualitatif Airway Pasien Ny. SA, NRM:
Sri Yona, CARING memberikan gambaran merupakan dengan pendekatan management, namun 4521xxx, usia 33 thn
Agung PERAWAT caring perawat dalam penelitian kualitatif studi kasus dengan kehati-hatian masuk ke Rumah Sakit
Waluyo DALAM melakukan asuhan dengan pendekatan mengingat pasien tanggal 05 April 2021
PERAWATAN keperawatan kritis pada studi kasus. memiliki risiko melalui IGD dengan
2022 PASIEN ARDS pasien COVID-19 yang Pengumpulan data terjadi desaturasi keluhan demam dan
COVID-19 terpasang Extracorporeal dilakukan dengan dan terjadi sesak berat yang sudah
TERPASANG Membrane Oxygenation hasil observasi dan perdarahan akibat dirasakan semenjak 5
EXTRACORP (ECMO) di ruang ICU studi dokumentasi. penggunaan terapi hari sebelum masuk
OREAL dengan menggunakan Subjek penelitian pengencer darah Rumah Sakit. Pasien
MEMBRANE teori keperawatan Care, berjumlah 1 orang selama penggunaan dilakukan pemeriksaan
OXIGENATIO Core, Cure Lydia Hall. yaitu pasien wanita mesin ECMO. Swab PCR dan
N (ECMO): dewasa dengan Intervensi didapatkan hasil positif
STUDI diagnosa medis keperawatan yang COVID-19. Pasien
KASUS ARDS ec COVID- dilakukan adalah masuk ke Rawat Inap
DENGAN 19, P2A1, PPT (3140): untuk mendapatkan
PENDEKATA Spectrum Accrete, perawatan dengan Dx.
N TEORI hipertensi pro Monitor suara ARDS ec COVID-19,
KEPERAWAT tindakan radical ronkhi dan crackles P2A1, PPT spectrum
AN STUDI hysterectomy, di jalan nafas, accrete, Hipertensi pro
KASUS placenta previa pertahankan tindakan Radical
DENGAN accreta spectrum pengembangan Hysterectomy, Placenta
PENDEKATA balon (cuff) pada previa accreta spectrum.
N TEORI tekanan 15-25 Pasien dirawat di Ruang
KEPERAWAT mmHg, lakukan Rawat selama 3 hari lalu
AN CARE, suctioning dilakukan operasi pada
CORE AND jika diperlukan, tanggal 08 April 2021
CURE LYDIA berikan sedasi yang untuk tindakan Radical
HALL cukup sebelum hysterectomy, Placenta
melakukan previa accreta spectrum.
suctioning untuk Di dalam kamar operasi
menghindari pasien mengalami
peningkatan tekanan perdarahan dan
paru-paru yang diputuskan oleh tim
dapat mengganggu medis untuk masuk ke
sirkulasi mesin ruang ICU dalam kondisi
ECMO, monitor hemodinamik tidak stabil
warna, jumlah dan dan perdarahan. Setelah
konsistensi secret, perawatan 3 hari di ICU
gunakan alat suction kondisi klinis dan
steril setiap hemodinamik membaik,
melakukan tindakan, pasien dilakukan
prioritas ekstubasi pada tanggal
menggunakan 11 April 2021.
suction dengan jenis
close system untuk Pada hari berikutnya
suction pada ETT, tanggal 12 April 2021,
berikan O2 pasien mengalami
tambahan untuk peningkatan frekuensi
proses suctioning, nafas (takipnea) dan
monitor status kebutuhan oksigen
oksigen pasien meningkat. Pasien
sebelum, selama dan menggunakan terapi
setelah suctioning, oksigen nasal canul lalu
monitor penurunan diganti dengan
volume ekspirasi menggunakan sungkup.
dan peningkatan Dari hasil pemeriksaan
tekanan inspirasi, rontgen ulang ditemukan
letakkan adanya perburukan
perlengkapan dibandingkan dengan
intubasi dan BVM hasil rontgen
ditempat yang sebelumnya dimana
mudah dijangkau, tampak infiltrat di kedua
regulasi asupan lapang paru pasien.
cairan untuk Frekuensi nafas pasien
mengoptimalkan semakin meningkat dan
keseimbangan nilai Sat O2 turun
cairan, pantau status sampai dengan 90%.
pernafasan dan Pemasangan HFNC
oksigenasi dengan dilakukan, namun
memantau nilai kondisi pasien semakin
SatO2 dan nilai memburuk dan akhirnya
PaO2 dan pantau diputuskan untuk
apakah terdapat dilakukan intubasi dan
peningkatan nilai menggunakan ventilasi
PCO2, pantau hasil mekanik dengan fraksi
pemeriksaan oksigen yang tinggi
Rontgen Thoraks. (FiO2 90%).
2
Yuniyas VENO mengetahui efektifitas sepuluh artikel yang pencarian literatur Penelitian ini efektifitas veno venous
Ihsanidar, VENOUS veno-venous ditelaah dari beberapa menggunakan extracorporeal
Tuti EXTRACORP extracorporeal membrane database online metode tinjauan membrane oxygenation
Herawati OREAL oxygenation terhadap sistematik yang terhadap pemulihan
(2021) MEMBRANE pemulihan pasien diambil dari pasien COVID-19
OXYGENATI COVID-19 disertai acute berbagai literatur disertai acute respiratory
ON respiratory distress dari beberapa distress syndrome
TERHADAP syndrome serta faktor- database online. didukung oleh cara kerja
PEMULIHAN faktor yang mendukung Langkah-langkah veno venous
PASIEN efektifitasnya. yang digunakan extracorporeal
COVID-19 dalam studi literatur membrane oxygenation
DISERTAI ini adalah; 1) itu sendiri dan peran
ACUTE Mengidentifikasi perawat
RESPIRATOR topik berdasarkan perfusi/perfusionis dalam
Y DISTRESS tema yang diminati; penatalaksanaannya.
SYNDROME 2) Menentukan Salah satu cara kerja dari
keywords yang akan veno venous
ditelusur; 3) extracorporeal
Melakukan ekstraksi membrane oxygenation
dan analisis data; 4) pada kasus gagal nafas
Mengidentifikasi berat adalah dengan
hasil. Literatur yang memfasilitasi pertukaran
digunakan adalah oksigen dan
sejumlah artikel karbondioksida dari
yang diperoleh dari darah secara langsung.
database online Sedangkan seorang
seperti EBSCOhost perfusionis bertanggung
Research Databases, jawab atas operasional
Medical Resources: mesin ECMO serta
MEDLINE, Science perawatan dan
Direct dengan monitoring pasien
kriteria inklusi selama terpasang mesin
berupa artikel tahun ini
2016-2021, full text,
dan original article
3
Aditya Heparin Untuk menilai pengaruh Tiga puluh pasien Penelitian ini kelompok pertama Pemberian heparin intra
Kisara, Intravena pemberian heparin yang diperkirakan merupakan diberi heparin vena dengan dosis 10
Mohamad Terhadap Rasio intravena pada pasien membutuhkan penelitian klinis intravena dan unit/kgbb/ jam pada
Sofyan PF pada Pasien ALI/ARDS dengan ventilator minimal eksperimental yang kelompok kedua pasien ALI/ ARDS
Harahap, Acute Lung ventilator mekanik dua hari dipilih dilakukan secara sebagai kontrol, dengan ventilator
Uripno Injury (ALI) secara acak dan di acak tempat pemeriksaan mekanik menghasilkan
Budiono dan Acute ikutkan dalam laboratorium di rasio PF yang berbeda
Respiratory penelitian Laboratorium tidak bermakna dengan
Distress Patologi Klinik kelompok kontrol, baik
Syndrome RSUP Dr. Kariadi pada hari 0, 1 dan 2
(ARDS) Semarang. Dari
perhitungan, jumlah
sampel yang
diperlukan adalah 15
orang. Kriteria
inklusi meliputi:
usia 12-70 tahun,
didiagnosis
ALI/ARDS dan
menggunakan
ventilator. Kriteria
eksklusi berupa syok
perdarahan. Seleksi
penderita dilakukan
pada saat masuk
ICU, penderita yang
memenuhi kriteria
ditentukan sebagai
sampel. Penelitian
dilakukan terhadap
30 penderita. Semua
pasien diperiksa
laboratorium
lengkap pada waktu
masuk ICU. Sampel
dibagi menjadi dua
kelompok,
kelompok diberikan
heparin intravena 10
unit/kgbb/jam 50
dan kelompok tanpa
heparin. Pemberian
heparin intravena
dilakukan dengan
Syring Pump (SP)
dengan spuit 20 cc
dengan diencerkan
menggunakan Nacl
0,9%. Ventilator
disetting
berdasarkan
pedoman ARDS net.
Hari nol, satu dan
dua dilakukan
pemeriksaan
kembali kadar, PTT
dan BGA. Hasil
pemeriksaan
dibandingkan
dengan data dasar.
Setelah itu
dilakukan analisis
statistik.
5 Dwi PENGARUH Mengetahui efektifitas Pasien ICU RSUD Alat pengumpulan adanya pengaruh
Metode quasi
Ariyani CLAPPING, pemberian tindakan Kabupaten data yaitu lembar clapping, vibrasi dan
eksperimen
, Ria Setia VIBRASI, clapping, vibrasi dan Tangerang yang kuesioner yang suction terhadap nilai
Sari, Febi SUCTION suction terhadap tidal menggunakan berisi nama pasien tidal volume pada
Ratna Sari TERHADAP volume pada pasien ventilator dengan pasien yang
TIDAL yang menggunakan sebanyak 36 orang inisial,umur,berat menggunakan
(2020)
VOLUME ventilator pasien badan dan ventilator
PASIEN diagnosa medis
YANG (Umara et al.,
MENGGUNA 2017). Ventilator
KAN terdapat monitor
VENTILATO yang menunjukan
R yang menunjukan
DI besaran tidal
ICU volume nyang di
RSUD harapkan tercapai
KABUPATE oleh pasien serta
N hasil yang di capai
TANGERAN oleh pasien.
G Lembar observasi
tidal volume di
gunakan dalam
penilaian tidal
volume sebelu dan
sesudah di berikan
intervensi
clapping, vibrasi
dan suction
(Ambarwati,2018)