Makalah
Stase Geriatri
1
2
Kata Pengantar
Alhamdulillah , segala puji bagi Allah SWT, atas segala rahmat dan
nikmatnya yang telah memberikan kelapangan dan kelancaran serta kekuatan bagi
kami sehingga bisa menyelasaikan penyusunan makalah ini dengan baik. Berkat
kuasa-Nya yang telah memberikan kami semangat untuk menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Penatalaksanaan Fisioterapi pada Lansia dengan Gangguan
Keseimbangan di RSUD Banyumas”, sebagai bagian persyaratan dalam Pendidikan
Profesi Fisioterapi.
Penulis menyadari bahwa masih banyak sumber yang perlu dikaji lebih
dalam pada pembahasan fisioterapi muskuloskeletal, terlebih yang berkaitan dengan
penatalaksanaan fisioterapi pada lansia dengan gangguan keseimbangan. Kritik dan
saran sangat diperlukan demi kemajuan keilmuan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat baik bagi kami sebagai penulis maupun para pembaca.
2
3
Daftar Isi
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keseimbangan dan Resiko Jatuh..........................................................4
2.2 Latihan Penguatan................................................................................6
2.3 Latihan Keseimbangan.........................................................................8
BAB III STATUS KLINIS......................................................................10
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.........................................................................................24
4.2 Saran...................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
kesehatan fisik dan mental. Yang mana dalam proses kehidupan manusia akan
sejak usia 45 tahun dan memimbulkan masalah di usia sekitar 60 tahun anatara
kesejahteraan lanjut usia, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia
jumlah lansia 24 juta jiwa yang belum terlalu mendapat perhatian. Tidak hanya
4
5
lanjut usia (60 tahun ke atas) karena usia harapan hidup yang makin panjang bisa
mencapai 77 tahun. (Merry, 2008). Aliran darah otak dipengaruhi terutama oleh
sistem vena, tahanan perifer diteruskan keotak dan faktor darah itu sendiri
kapiler otak konstan. Ketika tekanan darah arterial meningkat, arteriole otak
dalam periode singkat dan tekanan tidak terlalu tinggi maka tidak berbahaya.
Namun bila berlangsung bulan sampai tahun dapat terjadi hialinisasi otot
pembuluh darah dan diameter lumen menjadi tetap. Hal ini merupakan salah satu
bentuk penyakit degeneratif yang merupakan salah satu penyebab penyakit saraf.
Pada gangguan ini, satu atau lebih komponen sistem saraf menjadi malfungsi
setelah berfungsi normal beberapa tahun serta bersifat kronis, difus dan progresif
(Gelb, 1995).
Bila hipertensi tidak dikontrol dengan baik, maka dapat terjadi serangkaian
komplikasi serius seperti angina dan serangan jantung, stroke, kerusakan ginjal,
Prevalensi usia (per 100.000) untuk penyakit serebrovaskuler paling tinggi pada
usia lebih dari 65 tahun lalu diikuti usia 45-64 tahun (Hennerici, 1991).
5
6
neurologi pada sistem saraf pusat, antara lain hipertensi ensefalopati, stroke,
2007). Laporan Sidang Dunia Kedua tentang Lanjut Usia (2002) memperkirakan
(Trihandini, 2007).
jantung dan pembuluh darah yang tentu saja dipengaruhi oleh proses
Pada lansia usia diatas 70 tahun resiko jatuh mencapai 45%. Pada lansia
setahun (Alhasan, Hood, & Mainwaring, 2017; Kwak, Kim, & Lee, 2016;
Osoba, Rao, Agrawal, & Lalwani, 2019). Penelitian lain menyebutkan bahwa
6
7
jatuh menjadi penyebab utama dari morbiditas dan mortalitas pada lansia
pada lansia adalah pemberian terapi latihan berupa penguatan otot dan latihan
keseimbangan juga menjadi penyebab utama dalam kejadian jatuh pada lansia.
Lansia dengan usia diatas 60 tahun memiliki resiko jatuh 30% dan akan
exercise dan tandem exercise latihan terbukti dapat menurunkan resiko jatuh
pada lansia (Cuevas-trisan, 2019; Pattia et al., 2017). Salah satu yang memiliki
keseimbangan pada lansia adalah fisioterapis. Hal ini telah tercantum dalam
pelatihan fungsi dan komunikaasi. Tujuan yang ingin dicapai oleh fisioterapis
secara optimal.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penatalaksanaan fisioterapi dengan latihan core stability dalam upaya
kronis?
C. Tujuan Penulisan
7
8
hipertensi kronis.
hipertensi kronis.
8
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Hipertensi
Tekanan darah berarti kekuatan yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap
satuan luas dinding pembuluh. Tekanan darah hampir selalu dinyatakan dalam
milimeter air raksa (mmHg) karena manometer air raksa telah dipakai sebagai
rujukan baku untuk pengukuran tekanan darah. Pada pemeriksaan tekanan darah
akan didapatkan dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung
berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung
fungsi banyak organ, antara lain pembuluh darah, jantung, otak dan ginjal.
Sampai saat ini tidak ada kesatuan pendapat mengenai definisi hipertensi.
Sistolik Diastolik
ringan)
sedang)
Berat)
9
10
maligna) Lebih
Berat otak kira-kira hanya 2% dari total berat badan, namun otak
menerima 15% dari total curah jantung dan menggunakan 20% dari konsumsi
energi tubuh (Hennerici, 1991). Otak memperoleh darah melalui dua sistem yakni
sistem karotis interna dan sistem vertebral. Arteri karotis interna setelah
memisahkan diri dari arteri karotis komunis, naik dan masuk ke rongga kranium
a.oftalmika untuk nervus optikus dan retina, akhirnya bercabang dua: a.serebri
anterior dan a.serebri media. Untuk otak sistem ini memberi aliran darah bagi
batas medula oblongata dan pons, keduanya bersatu menjadi a.basilaris yang
serebri posterior, yang melayani darah bagi lobus oksipitalis, dan bagian medial
lobus temporalis.
Darah vena dialirkan dari otak melalui 2 sistem: kelompok vena interna,
yang mengumpulkan darah ke vena Galeni dan sinus rektus, dan kelompok vena
sinus sagitalis superior dan sinus-sinus basalis lateralis, dan seterusnya melalui
3. Konsep Keseimbangan
a. Definisi
mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi
pusat massa tubuh agar sejajar dan seimbang dengan bidang tumpu,serta
menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak. Kemampuan untuk
mampu untuk beraktivitas secara efektif dan efisien (Irfan, 2012 dalam Syapitri,
2016)..
secara cepat pada saat berdiri (static balance) atau pada saat melakukan gerakan
melakukan reaksi atas setiap perubahan posisi tubuh dimana tubuh tetap dalam
gerakan secara cepat sesuai dengan keadaan yang dialami saat itu (Zulvikar,
2016).
bergerak. Lanjut usia yang mempunyai kebugaran jasmani dituntut untuk tidak
tergantung pada orang lain, maka diharapkan masih bisa tetap berdiri dan berjalan
b. Fisiologi Keseimbangan
komponen penting dalam stabilitas gerak makhluk hidup. Tiga sistem informasi
dalam telinga (Barr,1984). Ketiga hal tersebut disebut sebagai equilibrial triad
(Noback, 1981). kekuatan otot, sistem adaptif, dan lingkup gerak sendi (Munawwarah,
2015).
mengenai posisi tubuh melalui sendi, tendon, otot, ligament, dan kulit, mengalami
12
13
kekuatan otot akibat proses penuaan, bahkan pada lansia yang sehat dan aktif
(Munawwarah, 2015).
c. Klasifikasi Keseimbangan
Contoh keseimbangan statis saat berdiri dengan satu kaki, menggunakan papan
keseimbangan.
mempertahankan posisi tubuh dimana (COG) selalu berubah, contoh saat berjalan.
gerakan atau saat berdiri pada landasan yang bergerak (dynamic standing) yang
interaksi yang kompleks dari integrasi sistem sensorik (vestibular, visual, dan
perubahan kondisi internal dan eksternal. Dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti
terdahulu.
1. Visual.
muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak
tubuh.
2. Sistem vestibular.
dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris
kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini
b.Penglihatan
14
15
gerakan linier atau gerakan dan selanjutnya informasi ini akan dipancarkan ke
bayangan penglihatan yang ada di retina, pergerakan cepat sekali atau bila mata
oftalmika, cabang besar pertama dari bagian intra kranial arteri karotis interna.
di dalam saraf optikus itu sendiri yang mengganggu pasokan darah atau
berlanjut, refleksi cahaya dinding pembuluh kolom darah mirip dengan “kawat
Ini terutama terlihat bila hipertensi bukan disebabkan oleh penyakit ginjal.
a. Proprioseptif
primer berasal dari kumparan otot dan organ tendon, misal: otot, tendon, sendi
sendi leher. Selain dari leher, informasi juga dapat berasal dari tapak kaki.
langsung ke nuklei vestibuler dan nuklei retikuler batang otak dan secara tak
c. Vestibular
intensif bila ada gerakan dari kepala atau tubuh. Akibat gerakan ini
sehingga ion kalsium menerobos masuk ke dalam sel (influks) dengan akibat
mantap pada waktu berjalan dan berdiri, serta kecenderungan untuk jatuh
pada semua tingkatan susunan saraf pusat, mulai dari medula spinalis hingga
korteks serebri (Wibowo, 2008). Struktur dalam sistem saraf pusat yang
penting dalam beberapa aspek berdiri dan berjalan, tapi pada binatang
meninggalkan cara berdiri dan gaya gerak pada dasarnya normal. Sedangkan
17
18
untuk daya gerak. Ringkasnya sikap berdiri dan gaya berjalan adalah hasil
tubuh. Untuk tujuan klinis, serebelum dibagi menjadi tiga garis longitudinal
1) Zona garis tengah, terdiri dari daerah vermal dengan nukleus fastigial.
Lesi pada zona ini menyebabkan gangguan cara berdiri dan berjalan, ataksia
pada zona ini menyebabkan gejala khas terkenanya zona garis tengah maupun
lateral.
sumsum tulang.
Mata
18
19
a. Tes romberg
Tangan dan kaki rapat berimpit samping lalu berdiri selama 20 sampai 30
detik. Tes Romberg dinilai positif bila dengan mata terbuka atau tertutup
b.Modifikasi romberg
c.Babinsky well
d.Barany
19
20
(Sudarman, 1994).
f. Writing Test.
garis vertikal yang lurus, posisi kepala bisa berubah menjadi ekstensi
atau fleksi menurut tujuannya. Pada waktu menulis tangan harus bebas
Aliran darah otak dipengaruhi terutama oleh 3 faktor yaitu tekanan untuk
darah otak dan faktor darah itu sendiri(viskositas dan koagulobilitas) (Harsono,
kapiler otak konstan. Ketika tekanan darah arterial meningkat, arteriole otak
periode singkat dan tekanan tidak terlalu tinggi maka tidak berbahaya. Namun bila
berlangsung bulan sampai tahun dapat terjadi hialinisasi otot pembuluh darah dan
diameter lumen menjadi tetap. Hal ini merupakan salah satu bentuk penyakit
degeneratif yang merupakan salah satu penyebab penyakit saraf. Pada gangguan
20
21
ini, satu atau lebih komponen sistem saraf menjadi malfungsi setelah berfungsi
normal beberapa tahun serta bersifat kronis, difus dan progresif (Gelb, 1995).
fungsi gabungan dari bagian serebelum, substansia retikuler dari medula, pons,
Gambar 2. Ilustrasi autoregulasi sirkulasi otak dan dipengaruhi oleh tekanan CO2
arterial dan hipertensi.
80
70
60
(Hennerici, 1991).
penurunan perfusi darah ke otak. Jika perfusi turun, membrane potensial juga
Karena kurangnya oksigen, produksi energi melalui siklus asam sitrat untuk
memproduksi ATP akan turun. Selain itu akan menimbulkan asidosis yang
dan gerak dari trunk, pelvic dan kaki, yang memungkinkan terjadinya
optimalisasi gerakan, transfer, dan kontrol kekuatan yang optimal. Core stability
exercise ini mengacu pada latihan yang mengaktifkan pola motorik spesifik
dengan stabilisasi tulang belakang dan kontrol postur tubuh pada trunk
posisi bagian pusat tubuh yaitu mengontrol gerak dan posisi dari trunk sampai
pelvic yang digunakan untuk melakukan gerakan secara optimal. Latihan ini
intradiskal berkurang dan akan mengurangi beban kerja dari otot lumbal,
sehingga jaringan disekitar tidak mudah cidera, ketegangan otot lumbal yang
abnormal berkurang.
Core stability exercise merupakan salah satu latihan yang dapat diberikan
untuk memperbaiki keseimbangan pada lansia dan core stability exercise akan
et al., 2019). Core terdiri dari komponen tulang, ligament, otot dan saraf yang
melakukan olahraga. Hal ini dikarenakan pada saat suatu otot berkontraksi, maka
stability exercise Adalah suatu jenis latihan,dalam latihan ini dipilih jenis latihan
yang mudah diterapkan oleh pasien secara mandiri. Adapun yaitu Bridging
kekuatan core muscle Jika stabilitas dan kekuatan core muscle baik maka akan
menyebabkan kontraksi otot sfingter uretra menjadi. Karena keempat grup otot
core muscle bekerja secara harmonis dalam suatu gerakan kompleks, Bridging
untuk melatih sikap atau posisi tubuh, koordinasi otot dan gerakan tubuh serta
dan posisi agar nuclei subcortical dan basal ganglia dapat menganalisis sensasi
posisi dan mengirimkan umpan balik berupa kontraksi otot yang diharapkan
total tubuh ketika berdiri pada satu titik. Sedangkan keseimbangan dinamis yaitu
keseimbangan dinamis pada lansia, maka lansia akan memiliki masalah seperti
dengan pemberian intervensi berupa core stability exercise dan tandem walking
posisi dan gerak dari trunk, pelvic dan kaki, yang memungkinkan terjadinya
optimalisasi gerakan, transfer, dan kontrol kekuatan yang optimal. Core stability
exercise ini mengacu pada latihan yang mengaktifkan pola motorik spesifik
dengan stabilisasi tulang belakang dan kontrol postur tubuh pada trunk
bertujuan untuk melatih sikap atau posisi tubuh, koordinasi otot dan gerakan
24
25
(Nyoman, 2013).
kekuatan otot anggota gerak bawah (Listyarini dan Alvita, 2018). Balance
melibatkan gerakan lambat dan metodis. Area yang Anda membutuhkan otot inti
yang kuat untuk keseimbangan yang baik. Banyak latihan stabilitas akan melatih
exercise juga menimbulkan kontraksi otot pada lansia yang dapat mengakibatkan
25
26
termasuk ATP yang dapat meningkatkan kekuatan otot pada lansia sehingga
adalah lansia yang berusia lebih dari 60 tahun dan mengalami gangguan
26
27
BAB III
STATUS KLINIS
N.I.M. : P27226022041
i. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny.Nursiti
Umur : 70 th
Agama : Islam
Alamat : Tegal
No. CM :0345
27
28
tanggal 8 Desember 2022 dengan keluhan sakit kepala yang hilang timbul, sulit tidur dan
semakin memberat sejak 2 hari yang lalu. Keluhan ini di sertai rasa berat di tengkuk.
Sakit kepala datang terutama datang saat banyak pikiran. Pasien mempunyai riwayat
hipertensi / tekanan darah tinggi mencapai 170/100mmHg, sejak saat itu dokter
menganjurkan rutin minum obat serta rajin memeriksa tekanan darah. Pasien merupakan
seorang ibu rumah tangga yang sehari-hari mengurusi pekerjaan rumah akan tetapi sering
28
29
29
30
2. Inspeksi / Observasi
Statis :
• Keadaan umm pasien tampak baik
Dinamis
:
• Pola napas normal.
• Pola jalan tidak terjadi fase initial contact dan swing pada kedua tungkai , jalan seperti
melayang
3. Palpasi
• Suhu pada kedua tungkai normal
• Terdapat spasme pada otot quadricep dan hamstring pada tungkai kedua tungkai.
4. Joint Test
tidak full ROM, tanpa rasa nyeri, kecuaali pada akhir gerakan fleksi ada nyeri dan terasa berat
Pemeriksaan Gerak Pasif: kedua lutut pasien mampu digerakkan ke arah fleksi
maupun ekstensikecuali ke arah fleksi ada nyeri pada akhir gerakan, soft endfeel
berikan baik pada gerakan fleksi mauun ekstensi tidak full ROM dan terasa nyeri pada
akhir gerakan.
a. Tes romberg
dorsalis. Penderita berdiri tegak dengan mata terbuka atau tertutup. Tangan dan kaki rapat
30
31
berimpit samping lalu berdiri selama 20 sampai 30 detik. Tes Romberg dinilai positif
bila dengan mata terbuka atau tertutup penderita bergoyang Tes ini digunakan untuk
b.Modifikasi romberg
Jalan di tempat, mata tertutup, tangan lurus ke depan, angkat kaki setinggi-
c.Babinsky well
Berjalan dengan mata tertutup tiga langkah atau 30 detik lurus ke depan, lalu
disuruh berbalik.
d.Barany
Penderita duduk di kursi, mata tertutup menunjukkan sesuatu sampai 20 kali, tidak
boleh bersandar. Modifikasi dari Barany yaitu dengan menyatukan kedua ujung telunjuk
Dengan mata terbuka atau tertutup kedua tangan direntangkan lalu saling
mengalami kesukaran dalam mempertemukan ujung telunjuk tangannya satu sama lain.
f. Writing Test.
Dengan mata tertutup, kepala menghadap ke muka, penderita diminta untuk menulis huruf-
huruf sepanjang 20 cm atau 15 kata. Pada garis vertikal yang lurus, posisi kepala bisa
berubah menjadi ekstensi atau fleksi menurut tujuannya. Pada waktu menulis tangan
harus bebas tidak boleh mengendur. Pada penderita dengan gangguan serebelum akan
31
32
7. Kemampuan Fungsional
(Efek Againg)
1. Gangguan sistem visual
kehilangan massa otot
dan jumlah serabut otot
2. Gangguan sistem vestibular
sehingga terjadi
penurunan kekuatan
3. Gangguan sistem somatosensory otot
4. Gangguan Respon Otot Postural
Penurunan kontrol
keseimbangan
INDENTIFIKASI
Intervensi /Modalitas
PROBLEM FISIOTERAPI
PENURUNAN
RESIKO JATUH
34
1. Body Functions
3. Environmenta
l Factors E 310
Immidiate family
E 355 Health
professional
35
4. Body Structures
C. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
1. Impairment
Functional Limitation
• Tidak mampu berjalan jauh
D. PROGRAM FISIOTERAPI
• Meningkatkan keseimbangan
E.RENCANA EVALUASI
Visual analog scale merupakan sebuah alat ukur yang digunakan untuk
mengukur suatu intensitas nyeri. Setiap garis dari vas ujungnya ditandai dengan suatu
level intensitas, untuk ujung kiri diberi tanda intensitas no pain atau tidak nyeri
sedangkan untuk ujung sebalah kanan diberi tanda bad pain atau nyeri hebat.
untuk menandai intensitas nyeri dengan cara menggeser garis pada vas sesuai dengan
intensitas nyeri yang dirasakan oleh pasien, kemudian setelah melakukan pengukuran
nyeri dengan vas hasil dari pengukuran dicatat agar dapat mengetahui kemajuan dari
Pengukuran terhadap satu seri keseimbangan yang terdiri dari 14 jenis tes
keseimbangan statis dan dinamis dengan skala 0-4 (skala didasarkan pada
1) Stopwatch
2) Kursi dengan penyangga lengan
3) Meja
4) Obyek untuk dipungut dari lantai
5) Blok ( step stool)
6) Penanda .
b. Waktu tes : 10 – 15 menit
c. Prosedur
1) Duduk berdiri
2) Berdiri tak
penyangga
atau stool
2 menit.
pengawasan
4) Berdiri ke duduk
5) Transfers
tangan minimal
tangan
pengawasan
membantu.
topangan.
yang dapat dicapai, saat lengan mencapai 90 derajat. Jari tidak boleh
maksimal).
> 25 cm
aman
butuh pengawasan
mengarahkan.
E. ROGNOSIS
Pasien melakukan aktifitas dengan baik dalam melakukan latihan rutin dan beradaptasi
dengan latihan core stability dan Balance exercise dapat kembali melakukan aktifitas
a. Inframerah
Pasien tidur terlentang kemudian arahkan sinar
inframerah ke arah otot vastus lateralis dan ilio tibial
band yang mengalami spasme. Aplikasikan dengan jarak
kurang lebih 30cm selama 15 menit. Intervensi ini
bertujuan untuk meningkatkan suhu pada otot dan
pembuluh darah sehingga terjadi vasodilatasi, yang
selanjutnya akan terjadi rileksasi.
b. Electrical Stimulation
Jenis arus yang digunakan pada kasus ini adalah TENS
Premodulated, diaplikasikan pada area nyeri. Tujuan
intervensi ini untuk menurunkan intensitas nyeri dengan
cara memblok stimulus nyeri menuju otak. Terapi
dilakukan selama 15 menit, dengan dosis carrier
frequency 4.0 KHz, beat frequency 80Hz, dan intensitas
menyesuaikan toleransi pasien.
1. PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN
Pemeriksaan postur dan latihan keseimbangan, hal ini untuk
menentukan porsi latihan keseimbangan untuk lansia. Apakah
latihan yang keseimbangan merupakan langkah paling awal
sebelum diberikan latihan diberikan bersifat ringan, sedang atau
latihan yang masuk dalam kriteria berat. Berikut bentuk
pemeriksaan keseimbangan yang lazim diberikan;
Keterangan Gambar:
A. Lansia berdiri tegak dengan pandangan tegak lurus ke depan,
B. Lengan disamping badan,
C. Kedua kaki rapat hingga mata kaki saling bersentuhan, kedua mata
tertutup. Pertahankan posisi badan tetap tegak tanpa goyah/ jatuh
selama 30 detik.
2. Keseimbangan Dinamis: Time Up & Go Test
a. Prosedur pengukuran:
1) Peralatan: kursi dengan penyangga, meterline, cone
atau penanda lainnya, dan stopwatch.
2) Lansia diberikan penjelasan terlebih dahulu tentang
prosedur dalam menjalankan test Timed Up and Go
Test.
3) Setelah itu pastikan pasien duduk dengan nyaman
dan bersandar diatas kursi dengan posisi lengan
berada diatas penyangga kursi.
4) Lansia menggunakan alas kaki yang nyaman.
5) Tempatkan cone atau penanda yang telah disiapkan
sejauh 3 meter dari posisi pasien duduk dan dapat
terlihat oleh pasien.
6) Pada saat kader memberi aba-aba “mulai”, lansia
berdiri dan mulai berjalan kearah cone atau tanda
yang telah disiapkan kemudian berputar di sekitar
cone/penanda tersebut kemudian berjalan kembali
ke kursi dan duduk.
7) Perhitungan waktu pada pasien dimulai ketika aba-
aba “mulai” sampai lansia duduk semula di tempat
duduknya.
8) Lansia tidak boleh dibantu saat melakukan test.
9) Hasil perhitungan dihubungkan dengan kecepatan
gaya berjalan dan keseimbangan tingkat fungsional.
b. Kriteria Penilaian:
Waktu Kriteria
Keterangan Gambar :
A. Lansia duduk dengan nyaman dan bersandar diatas kursi
dengan posisi lengan berada diatas penyangga kursi.
B. Pada saat kader memberi aba-aba “mulai” , lansia berdiri dan
berjalan kearah cone atau tanda yang telah disiapkan
C. Lansia berputar di sekitar cone/penanda kemudian berjalan
kembali ke kursi dan duduk.
51
Hasil Pencapaian pasien pertama berkunjung < 30 dalam berjalan dan naik
turun tangga pasien masih dibantu keluarga.
10. Melakukan gerakan fleksi dan ekstensi kepala sebanyak 8-15 kali,
lalu istirahatkan sebentar
Otot otot T0 T1 T2 T3 T4
AGA 4 4 4 4+
AGB 4 4 4 4+
T0 T1 T2 T3 T4
TUG
<30 38 40
SCORE <30 <25
Pasien inisial Tn. S yang merupakan pasien lansia dengan gangguan keseimbangan
akibat nyeri dan kelemahan otot fleksor-ekstensor knee, serta sedikit gangguan
vestibular. Pasien mendapatkan intervensi fisioterapi berupa IR, ES, MFR, dan Terapi
Latihan (penguatan otot dan keseimbangan), 1 kali seminggu. Setelah melakukan terapi
3x nyeri tekan dan spasme berkurang, namun untuk kekuatan otot dan keseimbangan
Catatan Pembimbing:
61
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan posisinya, baik
usia makan pada lansia akan mengalami fase degenaratif yang membuat
kekuatan otot, yang mana hal tersebut akan menurunkan keseimbangan pada
lansia dan meningkatkan resiko jatuh. Pada lansia diatas usia 60 tahun
dilaporkan setidaknya mengalami kejadian jatu sebanyak satu kali dalam setahun
dan jatuh merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada lansia.
4.2 Saran
Berdasakan simpulan yang telah dikemukakan di atas, dengan ini kami
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik
Daftar Pustaka
Alhasan, H., Hood, V., & Mainwaring, F. (2017). The effect of visual biofeedback on
Aging, 487–497.
Cuevas-trisan, R. (2019). Balance Problems and Fall Risks in the Elderly. Clinical
https://doi.org/10.1016/j.cger.2019.01.008
7. https://doi.org/10.1016/j.cger.2018.01.002
Kwak, C., Kim, Y. L., & Lee, S. M. (2016). Effects of elastic-band resistance
exercise on balance, mobility and gait function , flexibility and fall efficacy in
Osoba, M. Y., Rao, A. K., Agrawal, S. K., & Lalwani, A. K. (2019). Balance And Gait
Pattia, A., Biancoa, A., Karstenc, B., Montaltoa, M. A., Battagliaa, G., Bellafiorea, M.,
perception and balance in the elderly: A randomized controlled trial. IOS Press,
1– 8. https://doi.org/10.3233/WOR-172539
Priyanto, A., Putra, D. P., & Rusliyah. (2020). PENGARUH BALANCE EXERCISE
Indonesia, 19–27.
Otot, Fleksibilitas Dan Faktor Lain Terhadap Risiko Jatuh Pada Lansia Di
Sturnieks, D. L., George, R. S., & Lord, S. R. (2008). Balance disorders in the