PROPOSAL
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
Disusun Oleh:
Gebinaraseki
NIM P1337420921231
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................6
1.3. Tujuan...................................................................................................6
1.4. Manfaat Penelitian................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................8
2.1. Definisi Rheumathoid Arthritis............................................................8
2.2. Etiologi Rheumatoid ArthritiS..............................................................8
2.3. Faktor Risiko Rheumatoid Arthritis....................................................10
2.4. Patofisiologi Rheumatoid arthritis.....................................................11
2.5. Manifestasi Klinis Rheumatoid Arthritis............................................11
2.6. Penatalaksanaan Rheumatoid arthritis................................................13
2.7. Definisi Nyeri......................................................................................14
2.8 Fisiologis Nyeri...................................................................................15
2.9. Klasifikasi Nyeri.................................................................................16
2.10. Pengukuran Intensitas Nyeri...............................................................19
2.11. Penatalaksanaan Rasa Nyeri Pada Lansia...........................................21
2.12. Konsep Askep Keluarga Pada Tahap Perkembangan Lansia.............23
2.13. Konsep Kompres Air Sereh Hangat....................................................32
2.14. Kerangka Konsep...............................................................................34
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................35
3.1. Desain Penelitian.................................................................................35
3.2. Subjek Penelitian.................................................................................35
3.3. Fokus Studi..........................................................................................35
3.4. Definisi Operasional............................................................................36
3.5. Lokasi dan Waktu Penelitian..............................................................36
3.6. Instrumen Penelitian............................................................................37
3.7. Pengumpulan Data..............................................................................37
3.8. Pengolahan dan Analisis Data.............................................................38
3.9. Penyajian Data....................................................................................38
3.10. Etika Penelitian...................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
(Chintyawati, 2014).
Perubahan yang wajar dalam usia lanjut dapat dilihat terkait dengan
masalah kesehatan yang paling banyak dialami adalah penyakit tidak menular
salah satu diantaranya penyakit kronis. Salah satu penyakit kronis yang paling
banyak menyerang pada lanjut usia adalah arthritis rheumatoid (Diantri dan
Chandra, 2013).
Artritis Reumatoid (AR) merupakan penyakit reumatik autoimun yang
paling sering dijumpai dan merupakan penyakit dengan inflamasi kronik yang
progresif dan menimbulkan kerusakan sendi yang permanen.1,2 Inflamasi
sistemikpada Reumatik juga dikaitkan dengan komorbiditas pada ekstra
articular termasuk penyakit kardiovaskular, sindrom metabolik, osteoporosis,
interstisiallungdisease, infeksi, keganasan, fatigue, depresi dan disfungsi
kognitif sehingga dapat meningkat anmorbiditas dan mortalitas pada pasien
Reumatik. 3 Hal tersebut pada akhirnya akan mengakibatkan biaya sosial
ekonomi yang tinggi dan menurunkan kualitas hidup serta harapan hidup
pasien. Dibandingkan dengan individu tanpa artritis, 36% pasien dilaporkan
memiliki kondisi kesehatan yang lebih buruk dan dua kali lebih tinggi
mengalami limitasi kegiatan serta hampir 30% lebih cenderung membutuhkan
bantuan untuk perawatan pribadi.
Reumatik (Artritis Rhematoid) merupakan suatu penyakit autoimun
yang melibatkan semua kelompok ras maupun etnik terutama pada lansia.
Reumatik pada lansia disebabkan oleh proses penuaan sehingga terjadi
penurunan fungsi tubuh dan penurunan fisik terutama pada sistem
musculoskeletal (Maryam,2008).
World Health Organization (WHO) tahun 2020 jumlah lansia mencapai
28,800,000 (11,34%) dari total populasi. Proporsi jumlah lansia di Indonesia
pada di tahun 2020 mengalami peningkatan 11.34%. sedangkan Data Badan
Pusat Statistik Aceh (2021) jumlah lansia tahun 2020 di provinsi Aceh
mencapai 16,69%.
Penderita reumatik di dunia telah mencapai angka 335 juta dari 2. 130
juta jiwa, artinya 1 dari 6 orang di dunia menderita reumatik. Penderita
reumatik akan terus meningkat. Angka kejadian reumatik menurut World
3
kareng Banda Aceh mendapatkan data pada tahun 2022 (bulan Januari -
Mei) jumlah pasien yang mengalami Arthritis rheumatoidyaitu 434 pasien.
jumlah tersebut merupakan data dari poli lansia yang ada di PKM ule kareeng
Banda Aceh. Kemudian peneliti melakukan wawancara terhadap 10 orang
lansia yang mengeluh nyeri sendi Arthritis Rheumatoid, dan mendapatkan
hasil bahwa mereka biasanya untuk menghilangkan rasa nyeri menggunakan
balsam atau minyak gosok. Dari uraian tersebut peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang pengaruh kompres hangat rebusan air serai
terhadap penurunan nyeri Arthritis Rheumatoid pada lansia.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan umum
Untuk menggambarkan penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan
lansia dengan intervensi kompres sereh hangat terhadap penurunan
intensitas nyeri artritis rheumatoid di wilayah kerja Puskesmas Ulee
Kareng
1.3.2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengkajian keperawatan gerontik dengan kasus Arthritis
rheumatoid.
b. Mengetahui diagnosa keperawatan gerontik dengan kasus
c. Mengetahui intervensi keperawatan gerontik dengan kasus Arthritis
rheumatoid.
d. Mengetahui implementasi dan evaluasi keperawatan gerontik dengan
kasus Arthritis rheumatoid.
e. Mengetahui gambaran nyeri artritis rheumatoid sebelum diberikan
kompres sereh hangat pada lansia.
f. Mengetahui gambaran nyeri artritis rheumatoid setelah diberikan
7
9
10
a. Faktor genetik
Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks
histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR
seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relative 4:1 untuk
menderita penyakit ini. Genetik, berupa hubungan dengan gen HLA-DRB1
dan faktor ini memiliki angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60%
(Suarjana, 2009).
b. Hormon Sex
Hormon Sex, perubahan profil hormon berupa stimulasi dari Placental
Corticotraonin Releasing Hormone yang mensekresi dehidropiandrosteron
(DHEA), yang merupakan substrat penting dalam sintesis estrogen
plasenta. Dan stimulasi esterogen dan progesteron pada respon imun
humoral (TH2) dan menghambat respon imun selular (TH1). Pada RA
respon TH1 lebih dominan sehingga estrogen dan progesteron mempunyai
efek yang berlawanan terhadap perkembangan penyakit ini (Suarjana,
2009).
c. Faktor lingkungan termasuk infeksi oleh bakteri atau virus
Umumnya onset penyakit ini terjadi secara mendadak dan timbul dengan
disertai oleh gambaran inflamasi yang mencolok. Faktor Infeksi, beberapa
agen infeksi diduga bisa menginfeksi sel induk semang (host) dan merubah
reaktivitas atau respon sel T sehingga muncul timbulnya penyakit RA
(Suarjana, 2009).
d. Faktor stress
Pada saat stress keluar heat shock protein (HSP) yang merupakan
sekelompok protein berukuran sedang (60-90 kDa) yang dibentuk oleh
seluruh spesies pada saat stres
e. Penuaaan
Seiring dengan bertambahnya usia, struktur anatomis dan fungsi organ
mulai mengalami kemunduran. Pada lansia, cairan synovial pada sendi
mulai berkurang sehingga pada saat pergerakan terjadi gesekan pada
tulang yang menyebabkan nyeri.
11
f. Inflamasi
Inflamasi meliputi serangkaian tahapan yang saling berkaitan. Antibodi
imunoglobulin membentuk komplek imun dengan antigen. Fagositosis
komplek imun akan dimulai dan menghasilkan reaksi inflamasi
(pembengkakan, nyeri serta edema pada sendi)
2. Manifestasi ekstraartikular
Tabel 2.1 Manifestasi ekstraartikular artritis reumatoid
Sistem Organ Manifestasi Klinis
Konstitusional Demam, anoreksia, kelelahan
Nodul reumatoid, vaskulitis reumatoid, pioderma
Kulit
gangrenosum
Keratokonjungtivitis sika, episkleritis, skleritis,
Mata
skleromalasia perforans
Perikarditis, miokarditis, endokarditis, efusi
Kardiovaskular
pericardium
Pleuritis, efusi pleura, nodul reumatoid pada paru,
Paru-paru penyakit paru
interstisial
2. Terapi Farmakologi
• DMARD (Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs) sintetis
konvensional (csDMARD)
Tabel 2.2 Pilihan obat csDMARD
csDMARD Dosis
Metotreksat (MTX) 7,5–25 mg/minggu, p.o
2x500 mg/hari, dapat ditingkatkan sampai 3x
Sulfasalazin
1000 mg/hari
Hidroksiklorokuin 200–400 mg/hari, p.o.
Leflunomide 20 mg/hari, p.o
Siklosporin 2,5–5 mg/kgBB/hari, dibagi 2 dosis, p.o.
15
c. Nyeri psikogenik
Nyeri ini berhubungan dengan adanya gangguan jiwa misalnya cemas
dan depresi. Nyeri akan hilang apabila keadaan kejiwaan pasien tenang.
b. Terapi Non-Farmakologis
1) Intervensi fisik
Intervensi fisik bertujuan menyediakan kenyamanan, mengubah
respon fisiologis, dan mengurangi rasa takut yang berhubungan
dengan imobilitas akibat rasa nyeri atau keterbatasan aktivitas
(Kozier, et al., 2010).
2) Aplikasi panas dan dingin
Aplikasi panas dan dingin dapat dilakukan dengan mandi air hangat,
bantalan panas, kantong es, pijat es, kompres panas atau dingin dan
mandi rendam hangat atau dingin. Aplikasi ini secara umum
meredakan nyeri dan meningkatkan penyembuhan jaringan yang luka
(Kozier, et al., 2010). Terapi panas meningkatkan aliran darah,
meningkatkan metabolisme jaringan, menurunkan vasomotor tone,
dan meningkatkan viskoelastisitas koneksi jaringan, menjadikannya
efektif untuk mengatasi kekakuan sendi dan nyeri. Kompres hangat
memiliki beberapa pengaruh meliputi melebarkan pembuluh darah
dan memperbaiki peredaran daerah di dalam jaringan tersebut, pada
otot panas memiliki efek menurunkan ketegangan, meningkatkan sel
24
darah putih secara total dan fenomena reaksi peradangan serta adanya
dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi
darah serta peningkatan tekanan kapiler (Anugraheni, 2013).
3) Stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS)
TENS adalah sebuah metode pemberian stimulasi elektrik bervoltase
rendah secara langsung ke area nyeri yang telah teridentifikasi, ke
titik akupresur, di sepanjang kolumna spinalis. Stimulasi kutaneus
dari unit TENS diperkirakan mengkativasi serabut saraf berdiameter
besar yang mengatur impuls nosiseptif di sistem saraf tepi dan sistem
saraf pusat sehingga menghasilkan penurunan nyeri (Kozier, et al.,
2010).
masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang
terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan
saling kebergantungan. Duval dan Logan (1986 dalam Zakaria,
2017)mengatakan keluarga adalahsekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan menciptakan,
mempertahankan budaya dan meningkatkan pertumbuhan fisik, mental,
emosional serta sosial dari tiap anggota keluarganya.Dari hasil analisa
Walls, 1986 (dalam Zakaria, 2017) keluarga sebagai unit yang perlu
dirawat, boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau hukum, tetapi
berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka menganggap diri mereka
sebagai suatu keluarga.
Keadaan sejahtera 1
Tidak dapat 0
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
Masalah berat, harus segera ditangani 2
Ada masalah, tetapi tidak perlu segera ditangani 1 1
b. Objektif :
1) Respon nonverbal pada perubahan dan persepsi tubuh
2) Hubungan sosial berubah.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur ditandai
dengan :
Gejala dan tanda minor :
a. Subjektif :
1) Klien mengeluh sulit tidur
2) Klien mengeluh tidak puas tidur
3) Klien mengeluh pola tidur berubah.
Diagnosis keperawatan SDKI (2017) tersebut dapat
dirumuskan dalam diagnosi keperawatan keluarga dengan masalah
Atrhtritis rheumatoid pada lansia sebagai berikut:
1. Nyeri akut pada Klien berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga dengan penyakit Arthritis
Rheumatoid
2. Gangguan mobilitas fisik pada klien berhubungan dengan
ketidakmampuan keluara merawat anggota keluarga dengan
penyakit Arthritis Rheumatoid.
29
nyaman setelah nyeri berkurang 9. (nonfarmakologi : kompres hangat) penanganan farmakologi dan tindakan
10. Ajarkan tentang teknik non farmakologi mandiri keperawatan
(kompres hangat) 9. Agar klien mampu
11. Anjurkan klien untuk meningkatkan menggunakan teknik non farmakologi
istirahat agar nyeri yang dirasakan dalam
berkurang. management nyeri yang dirasakan.
10. Untuk mengurangi nyeri yang
dirasakan klien
2 Gangguan NOC 1. Exercise therapy : ambulation 1. Program latihan teratur meliputi
mobilitas fisik 1. Joint Movement : Active 2. Monitoring vital sign sebelum/sesudah aktivitas rentang gerak dapat
2. Mobility Level latihan dan lihat respon pasien saat latihan membantu mempertahankan
3. Self care : ADLs 3. Bantu klien untuk menggunakan tongkat integritas fungsi sendi.
4. Transfer performance saat berjalan dan cegah terhadap cedera 2. Menghilangkan tekanan pada
Kriteria Hasil : 4. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi jaringan dan meningkatkan sirkulasi.
1. Klien meningkat dalam 5. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain Mempermudah
aktivitas fisik tentang teknik ambulasi perawatan diri dan
2. Mengerti tujuan dari peningkatan 6. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan kemandirian pasien.
mobilitas ADLs secara mandiri sesuai kemampuan 3. Mengetahui sebatas mana
3. Memverbalisasikan perasaan 7. Berikan alat Bantu jika klien kemandirian pasien
dalam meningkatkan kekuatan memerlukan. 4. Klien dapat mencontoh dan
dan kemampuan 8. Ajarkan pasien bagaimana melakukan latihan secara mandiri.
Berpindah 5. Jadwal yang dibuatkan akan
membimbing klien dalam
melakukan aktivitas sehingga
31
merubah posisi dan berikan bantuan jika klien dapat istirahat dan meluangkan
diperlukan waktu untuk yang lainnya.
6. Membantu dalam kemandirian
pasien seeta membantu klien untuk
mandiri dalam beraktivitas.
7. Meningkatkan kemampuan klien
dalam melakukan aktivitas
3 Gangguan citra NOC NIC
tubuh 1. Body image 1. Body image enhancement : 1. Berikan kesempatan untuk
2. Self esteem 2. Kaji secara verbal dan non verbal mengidentifikasi rasa takut/
Kriteria hasil : respon klien terhadap tubuhnya kesalahan konsep yang menghadapi
1. Body image positif 3. Monitor frekuensi mengkritik dirinya dirinya secara langsung.
2. Mampu 4. Jelaskan tentang pengobatan, 2. Dapat menunjukkan emosional
mengidentifikasi kekuatan perawatan, kemajuan dan prognosis ataupun metode koping maladaptif,
personal penyakit membutuhkan intervensi lebih lanjut
3. Mendeskripsikan secara faktual atau dukungan psikologis
perubahan fungsi tubuh 3. Meningkatkan perasaan kompetensi/
4. Mempertahankan interaksi sosial harga diri, mendorong kemandirian,
dan mendorong partisipasi dalam
terapi.
32
6. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang merupakan komponen dari proses
keperawatan adalah katagori dari perilaku keperawatan dimana tindakan
yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan yang dilakukan dan di selesaikan. Dalam kategori,
implementasi dari rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen
perencanaan dari proses keperawatan. Namun demikian, dibanyak
lingkungan keperawatan dikesehatan, implementasi mungkin dimulai
secara langsung setelah pengkajian. Tahapannya yaitu :
a. Mengkaji kembali klien
b. Menelaah dan memodifikasi rencana keperawatan yang sudah ada
c. Melakukan tindakan keperawatan
7. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir
yang teramati daan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan
melibatkan klien dengan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi
menunjukkan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari
siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali
kedalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang (re-assesment).
Secara umum, evaluasi ditujukan untuk:
a. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan
b. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum
c. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai
Asmadi, 2008).
(Oyen & Dung, 1999). Tanaman ini dikenal dengan istilah Lemongrass
karena memiliki bau yang kuat seperti lemon, sering ditemukan tumbuh
alami di Negara-negara tropis.
2. Kandungan kimia
Kandungan kimia yang terdapat di dalam tanaman sereh antara
lain pada daun sereh dapur mengandung 0,4 % minyak atsiri dengna
komponen yang terdiri dari sitral, sitronelol (66-85%), a-pinen, kamfen,
sabinen, mirsen, b-felandren, p-simen, limonene, cis-osimen, terpinol,
sitronelal, borneol, tarpinen-4-ol, a-terpineol, geraniol, farnesol, metil
heptenon, n-desialdehida, dipenten, metil hepteno, bornilasetat,
garnilformat, terpinil asetat, sitronelil asetat, geranil asetat, dan b-
kariofilen oksida (Rusli dkk, 2010).
serai. Cuci 5 batang serai dan potong menjadi 2 bagian secara horizontal.
air mendidih. Tuang air rebusan serai ke dalam baskom tunggu hingga
air rebusan menjadi hangat. Masukkan kain atau handuk kecil ke dalam
air rebusan serai. Peras kain atau handuk kecil hingga lembab kemudian
hangat rebusan serai dapat dilakukan setiap hari saat gejala nyeri muncul
(Andriani, 2016)
36
PICOT
No Nama Peneliti Judul Tahun
Problem Intervensi Comparsion Outcome Time
1 1. NiFadli Pengaruh 2018 Populasi dalam Pada kelompok Pada penelitian Hasil penelitian
DiWilayah
Syamsuddin, Kompres Sereh penelitian ini perlakuan ini untuk ini menunjukan kerja
Abdul Wahab Hangat adalah seluruh diberikan mengetahui penurunan nyeri puskesmas
lansia yaitu 20 kompres sereh variabel pada kelompok
Pakaya Terhadap boloyoh
orang yang hangat 7 batang independen yaitu intervensi dari
Penurunan
mengalami yang telah mengukur menilai Hasil uji paried T
Nyeri
nyeri direbus dengan air tingkat nyeri kedua test didapatkan
Rheumatoid
rheumathoid 6 gelas kemudian kelompok yaitu nilai P=0.000
Arthritis Pada arthritis di dikompres pada kelompok . Disimpulkan
Lanjut Usia Di wilayah kerja daerah sendi yang perlakuan dan terdapat pengaruh
Wilayah Kerja puskesmas sakit kelompok kontrol yang signifikan
Puskesmas Boliyohuto selama 20 menit, terhadap lansia pemberian
Boliyohuto pada 1 bulan setelah yang menderita kompres sereh
terakhir yaitu pengompresan Rheumatoid hangat
bulan selama 20 menit, arthritis. terhadap
37
Terhadap penelitian ini hangat 7 batang penilaian hasil ukur hangat terhadap Bukittinggi
Penurunan adalah semua yang telah menggunakan penurunan
Intensitas lanjut usia direbus dengan air numeric intensitas nyeri
6 gelas kemudian rantingscale
Nyeri Artritis yang artritis
dikompres pada (NRS) dan melalui
Rheumatoid menderitaartr rheumatoid pada
daerah sendi yang observasi dengan
Pada Lanjut itis lanjut usia
sakit penilaian hasil ukur
Usia rheumatoid dengan
selama 20 menit, menggunakan skala
yang setelah Wong Barker
rata-rata
mengalami pengompresan (skala penurunan
nyeri artritis. selama 20 menit, wajah), mean intensitas nyeri
Jumlah lanjut ukur kembali intensitas nyeri yang
usia tingkat sebelum kompres dirasakan setelah
artritis tingkat nyeri lansia serei hangat 4,90 dilakukan
3 3. Dwi Kartika Kompres Serai 2022 sasaran Sosialisasi mengenai Kegiatan ini
yang seluruh sasaran
DiKelurahan
Pebrianti1 , Mila
Hangat dijadikan terapi kompres terdiri dari dapat memahami Lebak
Triana Sari
pemberian edukasi dan mampu
Mengurangi untuk serei Bandung
dengan media mendemonstrasika
Nyeri kegiatan ini hangat terhadap Kota Jambi
leaflet dan n penerapan
Rheumatoid adalah warga Rematik
demonstrasi kompres hangat
Arthritis kelurahan menggunakan
menggunakan serai
Lebak media leaflet
model. Setelah
Bandung
dilakukan edukasi
sebanyak 20 seluruh sasaran
orang dapat memahami
dan mampu
mendemonstrasikan
penerapan
kompres hangat
40
serai
orang. probabilitas
(p=0,0000) atau
(p<0,05),
sehingga dapat
dinyatakan bahwa
kompres serei
hangat yang diteliti
mempunyai
pengaruh terhadap
penurunan
intensitas nyeri
arthritis
rheumatoid pada
lanjut usia
55 5. Laila Arum Penerapan 2021 Asuhan Int Tindakan yang
dilakukan dengan Evaluasi yang
di dirumah ny.s
Lestari kompres hangat keperawatan dilakukan yaitu proses diperoleh yaitu magelang
rebusan serai pada Ny. S kompres hangat asuhan masalah
pada ny. S dengan rebusan serai keperawatan yang keperawatan
dengan reumatik untuk dimulai dari teratasi sesuai
gangguan nyeri mengurangi pengkajian dengan kriteria
42
Rawat di rumah
Pengkajian Keperawtan
Keluarga Lansia
Masalah Keperawatan:
Nyeri Akut
Ganggaun Mobilitas Fisik Gangguan Citra Tubuh Gangguan Pola Tidur
44
45
2. Tanpa Nama
Kerahasiaan identitas responden harus di jaga. Oleh karena itu peneliti
tidak boleh mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan
data (observasi). Peneliti cukup memberi nomor kode pada masing-masing
lembar tersebut.
3. Kerahasiaan (confidendentiality)
Kerahasiaan informasi responden di jamin oleh peneliti karena hanya
kelompok data tertentu saja yang akan di sajikan atau laporan sebagai hasil
riset (Wahyunita, 2011)
49
DAFTAR PUSTAKA
5. Jakarta : EGC.