STROKE
Disusun oleh :
DESIANASYFITRI
NIM.2160033
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas nikmat iman, nikmat sehat dan nikmat sempat kepada
Allah SWT sehingga kami bisa menyelasaikan makalah yang berjudul “STROKE
NON HEMORAGIK ”. Saya merasa bahwa makalah ini masih banyak memiliki
kekurangan. Namun, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami sebagai
makalah ini. Makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritikan dan
saran sangat kami butuhkan. Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini
dengan penuh rasa terimakasih dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
2.4 Patofisiologi............................................................................................ 7
3.1 Kesimpulan............................................................................................. 15
3.2 Saran....................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 16
BAB I
PENDAHULUAN
saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir
diseluruh dunia. Hal tersebut dikarenakan serangan stroke yang mendadak dapat
stroke sebesar 51% di seluruh dunia disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Selain
glukosa darah dalam tubuh. Tingginya kadar gula darah dalam tubuh secara
pencetus beberapa penyakit vaskuler. Kadar glukosa darah yang tinggi pada saat
terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75 tahun keatas (43,1%) dan terendah
pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar 0,2%. Prevalensi stroke
perempuan (6,8%).
1
(8,2%) dibandingkan dengan daerah pedesaan (5,7%). Berdasarkan data 10 besar
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7,0 per mill dan 12,1 per mill
untuk yang terdiagnosis memiliki gejala stroke. Prevalensi kasus stroke tertinggi
(2,3%), sedangkan Provinsi Jawa Tengah sebesar 7,7%. Prevalensi stroke antara
stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Prevalensi stroke hemoragik di Jawa
Tengah tahun 2012 adalah 0,07 lebih tinggi dari tahun 2011 (0,03%). Prevalensi
tertinggi tahun 2012 adalah Kabupaten Kudus sebesar 1,84%. Prevalensi stroke
non hemoragik pada tahun 2012 sebesar 0,07% lebih rendah dibanding tahun
2011 (0,09%). Pada tahun 2012, kasus stroke di Kota Surakarta cukup tinggi.
Kasus stroke hemoragik sebanyak 1.044 kasus dan 135 kasus untuk stroke
non hemoragik. Berdasarkan data yang didapat dari bagian rekam medis RSUD
Dr. Moewardi, jumlah kasus stroke pada semua kelompok usia meningkat dari
tahun 2011-2012 dan menurun pada tahun 2013. Walaupun terjadi penurunan
kasus pada tahun 2013, namun jumlah kasus stroke di RSUD Dr. Moewardi masih
tergolong tinggi dibandingkan dengan rumah sakit yang lainnya. Pada tahun 2011
terdapat 240 kasus, tahun 2012 terdapat 391 kasus, dan tahun 2013 terdapat 350
kasus untuk stroke hemoragik. Sedangkan untuk stroke non hemoragik, pada
tahun 2011 terdapat 113 kasus, tahun 2012 sebanyak 636 kasus, dan tahun 2013
sebanyak 270 kasus (RSUD Dr. Moewardi, 2014). Seseorang menderita stroke
karena memiliki perilaku yang dapat meningkatkan faktor risiko stroke. Gaya
hidup yang tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan tinggi
terkena penyakit stroke (Aulia dkk, 2008). Gaya hidup sering menjadi penyebab
berbagai penyakit yang menyerang usia produktif, karena generasi muda sering
makanan tinggi lemak dan kolesterol tapi rendah serat. Selain banyak
Penyakit stroke sering dianggap sebagai penyakit monopoli orang tua. Dulu,
stroke hanya terjadi pada usia tua mulai 60 tahun, namun sekarang mulai usia 40
tahun seseorang sudah memiliki risiko stroke, meningkatnya penderita stroke usia
muda lebih disebabkan pola hidup, terutama pola makan tinggi kolesterol.
1.3 Tujuan
shoulder.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Stroke adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara
mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan
tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24
jam, disebabkan oleh terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke
hemoragik) ataupun sumbatan (stroke non hemoragik) dengan gejala dan tanda
sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan
Kurang lebih 83% dari seluruh kejadian stroke berupa stroke non hemoragik, dan
kurang lebih 51% stroke disebabkan oleh trombosis arteri, yaitu pembentukan
dibedakan menjadi dua subkategori, yaitu trombosis pada arteri besar (meliputi
arteri karotis, serebri media dan basilaris), dan trombosis pada arteri kecil. Tiga
puluh persen stroke disebabkan trombosis arteri besar, sedangkan 20% stroke
menyebabkan stroke trombosis adalah tipe lakuner. Kurang lebih 32% stroke
disebabkan oleh emboli, yaitu tertutupnya arteri oleh bekuan darah yang lepas dari
tempat lain di sirkulasi. Stroke perdarahan frekuensinya sekitar 20% dari seluruh
Stroke non hemoragik terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-
oleh trombosis, emboli dan hipoperfusi fokal, yang semuanya dapat menyebabkan
penurunan atau gangguan dalam aliran darah otak (CBF) yang mempengaruhi
fungsi neurologis akibat perampasan glukosa dan oksigen. Sekitar 45% dari stroke
iskemik disebabkan oleh trombus arteri kecil atau besar, 20% adalah emboli
berasal, dan lain-lain memiliki penyebab yang tidak diketahui. Stroke iskemik
fokal disebabkan oleh gangguan aliran darah arteri ke daerah tergantung dari
parenkim otak oleh trombus atau embolus. Dengan kata lain, stroke iskemik
didefinisikan sebagai onset akut, (menit atau jam), dari defisit neurologis fokal
konsisten dengan lesi vaskular yang berlangsung selama lebih dari 24 jam.
etiologi dan manifestasi klinis. Dalam waktu 10 detik setelah tidak ada aliran
2.3 Etiologi
dinding pembuluh menjadi lemah dan terjadi aneurisma yang kemudian dapat
robek. Embolus akan menyumbat aliran darah dan terjadilah anoksia jaringan otak
di bagian distal sumbatan. Di samping itu, embolus juga bertindak sebagai iritan
berada. Gejala kliniknya bergantung pada pembuluh darah yang tersumbat. Ketika
arteri tersumbat secara akut oleh trombus atau embolus, maka areasistem saraf
pusat (SSP) yang diperdarahi akan mengalami infark jika tidak ada perdarahan
iskemik’yang tetap viabel untuk suatu waktu, artinya fungsinya dapat pulih jika
aliran darah baik kembali. Iskemia SSP dapat disertai oleh pembengkakan karena
dua alasan, Edema sitotoksik yaitu akumulasi air pada sel-sel glia dan neuron
yang berat beberapa hari setelah stroke mayor, akibat peningkatan tekanan
nyeri
labil, berubah ubah, dan dapat mengarah ke kondisi yang lebih buruk.
a. Emboli
Hampir 20%, stroke non hemoragik disebabkan emboli yang berasal dari
jantung. Sekali stroke emboli dari jantung terjadi, maka kemungkinan untuk
rekuren relatif tinggi. Resiko stroke emboli dari jantung meningkat dengan
yang lebih besar. Timbulnya perdarahan otak tanpa tanda-tanda klinis memburuk
dan terjadi 12-48 jam setelah onset stroke emboli yang disertai infark besar.
b. Trombosis
normal terhadap injury yang terjadi pada lapisan endotel pembuluh darah arteri.
Proses aterosklerosis ini lebih mudah terjadi pada pembuluh darah arteri karena
arteri lebih banyak memiliki sel otot polos dibandingkan vena. Proses
aterosklerosis ditandai oleh penimbunan lemak yang terjadi secara lambat pada
bekuan darah atau trombus yang teragregasi platelet pada dinding pembuluh darah
dan akan membentuk 12 fibrin kecil ya ng menjadikan sumbatan atau plak pada
pembuluh darah, ketika arteri dalam otak buntu akibat plak tersebut, menjadikan
kompensasi sirkulasi dalam otak akan gagal dan perfusi terganggu, sehingga akan
akan memacu mikroglia memproduksi Nitrit Oxide secara banyak dan pelepasan
sitokin pada daerah iskemik yang akan menyebabkan kerusakan atau kematian sel
( Lakhan et al, 2009). Apabila bagian trombus tadi terlepas dari dinding arteri dan
ikut terbawa aliran darah menuju ke arteri yang lebih kecil, maka hal ini dapat
menyebabkan sumbatan pada arteri tersebut, bagian dari trombus yang terlepas
c. Vasokontriksi
meningkatkan faktor risiko stroke. Gaya hidup yang tidak sehat seperti
mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan tinggi kolesterol, kurang aktivitas fisik,
dan kurang olahraga, meningkatkan risiko terkena penyakit stroke. Gaya hidup
seringnya mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol tapi rendah serat.
penumpukan energi dalam tubuh (Dourman, 2013). faktor risiko stroke dibagi
menjadi dua yaitu, faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat
dimodifikasi.
a. Usia
Stroke dapat terjadi pada semua orang dan pada semua usia, termasuk anak-
anak. Kejadian penderita stroke iskemik biasanya berusia lanjut (60 tahun keatas)
b. Jenis kelamin
Pria memiliki kecenderungan lebih besar untuk terkena stroke pada usia
stroke lebih tinggi terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan rata-rata
25%-30% Walaupun para pria lebih rawan daripada wanita pada usia yang lebih
muda, tetapi para wanita akan menyusul setelah usia mereka mencapai
menopause.
c. Genetik
stroke. Namun, sampai saat ini belum diketahui secara pasti gen mana yang
a. Life style
b. hipertensi
terutama otak, jantung, ginjal, mata, dan pembuluh darah perifer. Kemungkinan
seberapa lama dibiarkan, seberapa besar kenaikan dari kondisi sebelumnya, dan
berkurang bila tekanan darah dapat dipertahankan di bawah 140/90 mmHg, baik
Tanda dan gejala stroke yang dialami oleh setiap orang berbeda dan
bervariasi,tergantung pada daerah otak mana yang terganggu. Beberapa tanda dan
g) Kepala pusing atau sakit kepala secara mendadak tanpa diketahui sebabnya
h) Gangguan penglihatan
i) Gerakan tidak terkontrol
E. JOINT TEST
Gerak aktif : pasien dapat menggerakan anggota gerak kanan tidak full rom
F. KETERANGAN ICF
Body struktur
kelemahan otot
Atrofi otot
Sulit berjalan
Body function
Everirontmental Faktor
G. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
Impairment
Fungsional limitation
Disability
Pasien sulit dalam aktivitas sehari hari seperti ibadah dan bekerja.
H. INTERVENSI FISIOTERAPI
IR
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Stroke adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak (dalam
beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan tanda dan gejala klinis
baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, disebabkan oleh
sumbatan (stroke non hemoragik) dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang
terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian.
3.2 Saran
namun alangkah baiknya jika pembaca puas dengan materi yang saya susun dan
Aulia, Basjiruddin ; darwin Amir (ed.). 2008. Buku Ajar Ilmu Penyakit Saraf
Universitas Andalas.
Siti Setiadi. ed.). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 3, edisi 4. Jakarta:
Guyton, Arthur C; John E Hall. 2007. Textbook of Medical Physiology edisi 11.
Srie Sisca Prima Rianti; Titiek Resmisari; Joko Suryono. 2008. Buku Ajar
Harsono. ed. 2005. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Junaidi, I Putu Yuda; Harry Freitag L.M. 2011. Deteksi Dini dan Pencegahan
Lakhan et al., 2009. Klasifikasi stroke. Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1, edisi 5.
Jakarta.
Universitas Indonesia.
K; Siti Setiadi. ed.). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 3, edisi 5. Jakarta:
Disusun oleh :
Desiana Syafitri
NIM.2160033
18
HALAMAN PENGESAHAN
2
kognitif, gangguan tidur, dan disfungsi autonom. Penyakit ini menyebabkan penderita
tidak bisa mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak disadarinya.7-9
Pengobatan Penyakit Parkinson saat ini bertujuan untuk mengurangi gejala
motorik dan memperlambat progresivitas penyakit. Tetapi selain gangguan motorik
penyakit Parkinson juga mengakibatkan gejala non motorik seperti depresi dan
penurunan kognitif, disamping terdapat efek terapi obat jangka panjang. Hal tersebut
tentu saja mempengaruhi kualitas hidup penderita Parkinson. Peningkatan kualitas hidup
adalah penting sebagai tujuan pengobatan.7-9
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah
Parkinson’s Disease (Penyakit Parkinson) adalah penyakit neurodegeneratif yang
bersifat kronis progresif, dan merupakan penyakit terbanyak kedua setelah demensia
Alzheimer. Penyakit ini memiliki dimensi gejala yang sangat luas sehingga baik
langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kualitas hidup penderita maupun
keluarga.6 Pertama kali ditemukan oleh seorang dokter inggris yang bernama James
Parkinson pada tahun 1887. Penyakit ini merupakan suatu kondisi ketika seseorang
mengalami ganguan pergerakan.7
Tanda-tanda khas yang ditemukan pada penderita diantaranya; resting tremor,
rigiditas, bradikinesia, dan instabilitas postural. Tanda-tanda motorik tersebut
merupakan akibat dari degenerasi neuron dopaminergik pada sistem nigrostriatal.
Namun, derajat keparahan defisit motorik tersebut beragam. Tanda-tanda motorik pasien
sering disertai depresi, disfungsi kognitif, gangguan tidur, dan disfungsi autonom.8
Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan
wanita seimbang. 5 – 10 % orang yang terjangkit Gejala awalnya muncul sebelum usia
40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65 tahun. Secara keseluruhan,
pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di seluruh dunia dan 1,6 % di Eropa,
meningkat dari 0,6 % pada usia 60 – 64 tahun sampai 3,5 % pada usia 85 – 89 tahun.8,9
Definisi
Parkinson’s Disease (Penyakit Parkinson) merupakan suatu penyakit karena
gangguan pada ganglia basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman
dopamine dari substansia nigra ke globus palidus/neostriatum (striatal dopamine
deficiency).10
Penyakit parkinson merupakan proses degeneratif yang melibatkan neuron
dopaminergik dalam substansia nigra (daerah ganglia basalis yang memproduksi dan
menyimpan neurotransmitter dopamin). Daerah ini memainkan peran yang penting
dalam sistem ekstrapiramidal yang mengendalikan postur tubuh dan koordinasi gerakan
motorik volunter, sehingga penyakit ini karakteristiknya adalah gejala yang terdiri dari
bradikinesia, rigiditas, tremor dan ketidakstabilan postur tubuh (kehilangan
keseimbangan).31, 32
Parkinson’s Disease adalah penyakit neurodegeneratif progresif yang berkaitan
erat dengan usia. Penyakit ini mempunyai karakteristik terjadinya degenerasi dari
neuron dopaminergik substansia nigra pars kompakta, ditambah dengan adanya inklusi
intraplasma yang terdiri dari protein yang disebut dengan Lewy Bodies.
Neurodegeneratif pada parkinson juga terjadi pada daerah otak lain termasuk lokus
ceruleus, raphe nuklei, nukleus basalis Meynert, hipotalamus, korteks cerebri, motor
nukelus dari saraf kranial, serta sistem saraf otonom.11
Epidemiologi
Penyakit parkinson merupakan salah satu kelumpuhan yang paling umum di
Amerika Serikat. Penyakit tersebut terjadi pada satu dari setiap seratus orang yang
berusia lebih dari 60 tahun dan lebih mempengaruhi pria daripada wanita. Secara kasar
60.1 kasus baru didiagnosis tiap tahun di Amerika Serikat, dan insidensnya
32
diprediksikan akan meningkat seiring pertambahan usia populasi.
Penyakit parkinson menyerang penduduk dari berbagai etnis dan status sosial ekonomi.
Penyakit parkinson diperkirakan menyerang 876.665 orang Indonesia dari total jumlah
penduduk sebesar 238.452.952. Total kasus kematian akibat penyakit parkinson di
Indonesia menempati peringkat ke-12 di dunia atau peringkat ke-5 di Asia dengan
prevalensi mencapai 1100 kematian pada tahun 2002.13
Klasifikasi
Parkinsonism dapat dibagi atas 3 bagian besar, yaitu :14
a. Primer atau idiopatik : Penyakit Parkinson, Juvenile Parkinsonism
b. Sekunder atau simtomatik : berhubungan dengan infeksi, obat, toksin,
penyakit vaskuler, trauma, dan tumor otak.
c. Parkinson plus (disebut juga sebagai paraparkinson) : progressive supranuclear
palsy, degenerasi kortikobasal ganglionik, kelainan herediter seperti penyakit
Wilson, penyakit Huntington, dan lain-lain.
Etiologi
Etiologi Parkinson primer masih belum diketahui. Terdapat beberapa dugaan, di
antaranya ialah; infeksi oleh virus yang non-konvensional (belum diketahui), reaksi
abnormal terhadap virus yang sudah umum, pemaparan terhadap zat toksik yang belum
diketahui, serta terjadinya penuaan yang prematur atau dipercepat.11
Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi nigra.
Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki
(involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan gerakan-gerakan yang
tidak disadarinya. Mekanisme bagaimana kerusakan itu terjadi belum jelas benar.
Beberapa hal yang diduga bisa menyebabkan parkinson adalah sebagai berikut:11
1. Usia
Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200 dari 10.000
penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan dengan reaksi mikrogilial yang
mempengaruhi kerusakan neuronal, terutama pada substansia nigra.
2. Genetik
Penelitian menunjukkan adanya mutasi genetik yang berperan pada Parkinson’s
Disease. Yaitu mutasi pada gen sinuklein pada lengan panjang kromosom 4 (PARK1)
pada pasien dengan Parkinsonism autosomal dominan. Pada pasien dengan autosomal
resesif, ditemukan delesi dan mutasi point pada gen parkin (PARK2) di kromosom.
Selain itu juga ditemukan adanya disfungsi mitokondria.15
Adanya riwayat Parkinson’s Disease pada keluarga meningkatkan faktor resiko
menderita Parkinson’s Disease sebesar 8,8 kali pada usia kurang dari 70 tahun dan 2,8
kali pada usia lebih dari 70 tahun. Meskipun sangat jarang, jika disebabkan oleh
keturunan, gejala parkinsonisme tampak pada usia relatif muda. Kasus-kasus genetika di
USA sangat sedikit, belum ditemukan kasus genetika pada 100 penderita yang diperiksa.
Di Eropa pun demikian. Penelitian di Jerman menemukan hasil nol pada 70 penderita.
Contoh klasik dari penyebab genetika ditemukan pada keluarga-keluarga di Italia karena
kasus penyakit itu terjadi pada usia 46 tahun.13
3. Faktor Lingkungan
a. Xenobiotik
Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat menimbulkan kerusakan
mitokondria.
b. Pekerjaan
Lebih banyak pada orang dengan paparan metal yang lebih tinggi dan lama.
c. Infeksi
Paparan virus influenza intra-utero diduga turut menjadi faktor predesposisi Parkinson’s
Disease melalui kerusakan substansia nigra. Penelitian pada hewan menunjukkan adanya
kerusakan substansia nigra oleh infeksi Nocardiaastroides.
d. Diet
Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stress oksidatif, salah satu mekanisme
kerusakan neuronal pada Parkinson’s Disease. Sebaliknya, kopi merupakan neuroprotektif.
e. Trauma kepala
Cedera kranio serebral bisa menyebabkan Parkinson’s Disease, meski mekanismenya
masih belum jelas benar.
f. Stres dan depresi
Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat mendahului gejala motorik. Depresi dan
stres dihubungkan dengan Parkinson’s Disease karena pada stres dan depresi terjadi
peningkatan turnover katekolamin yang memacu stres oksidatif.
g. Ras
Angka kejadian Parkinson lebih tinggi pada orang kulit putih dibandingkan kulit hitam.
Patofisiologi 11
Secara umum dapat dikatakan bahwa penyakit parkinson terjadi karena
penurunan kadar dopamin akibat kematian neuron di substansia nigra pars compacta
(SNc) sebesar 40-50% yang disertai dengan inklusi sitoplamik eosinofilik (Lewy bodies)
dengan penyebab multifaktor. 31, 33
Substansia nigra (sering disebut black substance), adalah suatu region kecil di
otak (brain stem) yang terletak sedikit di atas medulla spinalis. Bagian ini menjadi pusat
kontrol/koordinasi dari seluruh pergerakan. Sel-selnya menghasilkan neurotransmitter
yang disebut dopamine, yang berfungsi untuk mengatur seluruh gerakan otot dan
keseimbangan tubuh yang dilakukan oleh sistem saraf pusat. Dopamine diperlukan
untuk komunikasi elektrokimia antara sel-sel neuron di otak terutama dalam mengatur
pergerakan, keseimbangan dan refleks postural, serta kelancaran komunikasi (bicara).
Dopamin diproyeksikan ke striatum dan seterusnya ke ganglion basalis. Reduksi ini
menyebabkan aktivitas neuron di striatum dan ganglion basalis menurun, menyebabkan
gangguan keseimbangan antara inhibitorik dan eksitatorik. Akibatnya kehilangan kontrol
sirkuit neuron di ganglion basalis untuk mengatur jenis gerak dalam hal inhibisi
terhadap jaras langsung dan eksitasi terhadap jaras yang tidak langsung baik dalam jenis
motorik ataupun non-motorik. Hal tersebut mengakibatkan semua fungsi neuron di
sistem saraf pusat (SSP) menurun dan menghasilkan kelambatan gerak (bradikinesia),
tremor, kekakuan (rigiditas) dan hilangnya refleks postural.31, 33,34
Lewy bodies adalah inklusi sitoplasmik eosinofilik konsentrik dengan halo
perifer dan dense cores . Adanya Lewy bodies dengan neuron pigmen dari substansia
nigra adalah khas, akan tetapi tidak patognomonik untuk penyakit parkinson, karena
terdapat juga pada beberapa kasus parkinsonism atipikal. Untuk lebih memahami
patofisiologi yang terjadi perlu diketahui lebih dahulu tentang ganglia basalis dan sistem
ekstrapiramidal.33
Dalam menjalankan fungsi motoriknya, inti motorik medula spinalis berada
dibawah kendali sel piramid korteks motorik, langsung atau lewat kelompok inti batang
otak. Pengendalian langsung oleh korteks motorik lewat traktus piramidalis, sedangkan
yang tidak langsung lewat sistem ekstrapiramidal, dimana ganglia basalis ikut berperan.
Komplementasi kerja traktus piramidalis dengan sistem ekstapiramidal menimbulkan
gerakan otot menjadi halus, terarah dan terprogram.33
Ganglia Basalis (GB) tersusun dari beberapa kelompok inti, yaitu:33
1. Striatum (neostriatum dan limbic striatum) Neostriatum terdiri dari putamen
(Put) dan Nucleus Caudatus (NC).
2. Globus Palidus (GP)
3. Substansia Nigra (SN)
4. Nucleus Subthalami (STN)
Pengaruh GB terhadap gerakan otot dapat ditunjukkan lewat peran sertanya GB
dalam sirkuit motorik yang terjalin antara korteks motorik dengan inti medula spinalis.
Terdapat jalur saraf aferen yang berasal dari korteks motorik, korteks premotor dan
supplementary motor area menuju ke GB lewat Putamen. Dari putamen diteruskan ke
GPi (Globus Palidus internus) lewat jalur langsung (direk) dan tidak langsung (indirek)
melalui GPe (Globus Palidus eksternus) dan STN. Dari GPe diteruskan menuju ke inti-
inti talamus (antara lain: VLO: Ventralis lateralis pars oralis, VAPC: Ventralis anterior
pars parvocellularis dan CM: centromedian). Selanjutnya menuju ke korteks dari mana
jalur tersebut berasal. Masukan dari GB ini kemudian mempengaruhi sirkuit motorik
kortiko spinalis (traktus piramidalis).33
Agak sulit memahami mekanisme yang mendasari terjadinya kelainan di ganglia
basalis oleh karena hubungan antara kelompok-kelompok inti disitu sangat kompleks
dan saraf penghubungnya menggunakan neurotransmitter yang bermacam-macam.
Namun ada dua kaidah yang perlu dipertimbangkan untuk dapat mengerti perannya
dalam patofisiologi kelainan ganglia basalis.33
Patofisiologi GB dijelaskan lewat dua pendekatan, yaitu berdasarkan cara kerja
obat menimbulkan perubahan keseimbangan saraf dopaminergik dengan saraf
kolinergik, dan perubahan keseimbangan jalur direk (inhibisi) dan jalur indirek
(eksitasi). 33
Hipotesis terbaru proses patologi yang mendasari proses degenerasi neuron SNc
adalah stres oksidatif. Stres oksidatif menyebabkan terbentuknya formasi oksiradikal,
seperti dopamin quinon yang dapat bereaksi dengan α-sinuklein (disebut protofibrils).
Formasi ini menumpuk, tidak dapat di gradasi oleh ubiquitin-proteasomal pathway,
sehingga menyebabkan kematian sel-sel SNc. Mekanisme patogenik lain yang perlu
dipertimbangkan antara lain: 33
Efek lain dari stres oksidatif adalah terjadinya reaksi antara oksiradikal dengan
nitric-oxide (NO) yang menghasilkan peroxynitric-radical.
Kerusakan mitikondria akibat penurunan produksi adenosin trifosfat (ATP) dan
akumulasi elektron-elektron yang memperburuk stres oksidatif, akhirnya
menghasilkan peningkatan apoptosis dan kematian sel.
Perubahan akibat proses inflamasi di sel nigra, memproduksi sitokin yang
memicu apoptosis sel-sel SNc.
Dua hipotesis yang disebut juga sebagai mekanisme degenerasi neuronal pada
penyakit Parkinson ialah: hipotesis radikal bebas dan hipotesis neurotoksin.
Gejala Klinis
Gejala klinis yang sering timbul adalah :
1. Gejala Motorik
a. Tremor/bergetar
Gejala Parkinson’s Disease sering luput dari pandangan awam, dan
dianggap sebagai suatu hal yang lumrah terjadi pada orang tua. Salah satu ciri
khas dari Parkinson’s Disease adalah tangan tremor (bergetar) jika sedang
beristirahat. Namun, jika orang itu diminta melakukan sesuatu, getaran tersebut tidak
terlihat lagi. Itu yang disebut resting tremor, yang hilang juga sewaktu tidur.13
Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi metakarpofalangeal,
kadang-kadang tremor seperti menghitung uang logam atau gerakan memilin (pil rolling).
Pada sendi tangan fleksi-ekstensi atau pronasi- supinasi pada kaki fleksi-ekstensi, kepala
fleksi-ekstensi atau menggeleng, mulut membuka menutup, lidah terjulur-tertarik. Tremor
ini menghilang waktu istirahat dan menghebat waktu emosi terangsang (resting/
alternating tremor).10
Tremor tidak hanya terjadi pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga terjadi pada
kelopak mata dan bola mata, bibir, lidah dan jari tangan (seperti orang menghitung uang).
Semua itu terjadi pada saat istirahat/tanpa sadar. Bahkan, kepala penderita bisa bergoyang-
goyang jika tidak sedang melakukan aktivitas (tanpa sadar). Artinya, jika disadari, tremor
tersebut bisa berhenti. Pada awalnya tremor hanya terjadi pada satu sisi, namun semakin
berat penyakit, tremor bisa terjadi pada kedua belah sisi.13
b. Rigiditas/kekakuan
Tanda yang lain adalah kekakuan (rigiditas). Jika kepalan tangan yang tremor
tersebut digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan ke atas bertumpu pada pergelangan
tangan, terasa ada tahanan seperti melewati suatu roda yang bergigi sehingga gerakannya
menjadi terpatah-patah/putus-putus. Selain di tangan maupun di kaki, kekakuan itu bisa
juga terjadi di leher. Akibat kekakuan itu, gerakannya menjadi tidak halus lagi seperti
break-dance. Gerakan yang kaku membuat penderita akan berjalan dengan postur yang
membungkuk. Untuk mempertahankan pusat gravitasinya agar tidak jatuh, langkahnya
menjadi cepat tetapi pendek-pendek.13
Adanya hipertoni pada otot fleksor ekstensor dan hipertoni seluruh gerakan, hal ini
oleh karena meningkatnya aktifitas motorneuron alfa, adanya fenomena roda gigi
(cogwheel phenomenon).10
c. Akinesia/Bradikinesia
Kedua gejala di atas biasanya masih kurang mendapat perhatian sehingga tanda
akinesia/bradikinesia muncul. Gerakan penderita menjadi serba lambat. Dalam pekerjaan
sehari-hari pun bisa terlihat pada tulisan/tanda tangan yang semakin mengecil, sulit
mengenakan baju, langkah menjadi pendek dan diseret.
Kesadaran masih tetap baik sehingga penderita bisa menjadi tertekan (stres) karena
penyakit itu. Wajah menjadi tanpa ekspresi. Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara
menjadi kecil, refleks menelan berkurang, sehingga sering keluar air liur.13
Gerakan volunteer menjadi lambat sehingga berkurangnya gerak asosiatif, misalnya
sulit untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lambat mengambil suatu obyek, bila
berbicara gerak lidah dan bibir menjadi lambat. Bradikinesia mengakibatkan berkurangnya
ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan yang berkurang, misalnya wajah seperti
topeng, kedipan mata berkurang, berkurangnya gerak menelan ludah sehingga ludah suka
keluar dari mulut.10
d. Tiba-tiba berhenti atau ragu-ragu untuk melangkah
Gejala lain adalah freezing, yaitu berhenti di tempat saat mau mulai melangkah,
sedang berjalan, atau berputar balik; dan start hesitation, yaitu ragu- ragu untuk mulai
melangkah. Bisa juga terjadi sering kencing, dan sembelit. Penderita menjadi lambat
berpikir dan depresi.13 Bradikinesia mengakibatkan kurangnya ekspresi muka serta mimik
muka. Disamping itu, kulit muka seperti berminyak dan ludah suka keluar dari mulut
karena berkurangnya gerak menelan ludah.
e. Mikrografia
Tulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada beberapa kasus hal ini
merupakan gejala dini.10
g. Bicara Monoton
Hal ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara, otot laring,
sehingga bila berbicara atau mengucapkan kata-kata yang monoton dengan volume suara
halus ( suara bisikan ) yang lambat.10
h. Gangguan Behavioral
Lambat-laun menjadi dependen ( tergantung kepada orang lain ), mudah takut,
sikap kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan respon terhadap pertanyaan lambat
(bradifrenia) biasanya masih dapat memberikan jawaban yang betul, asal diberi waktu
yang cukup.10
(1) tubuh condong ke depan, (2) bahu adduksi, (3) siku fleksi 90˚, (4) pergelangan
tangan ekstensi, (5) Hip dan lutut semifleksi.
i. Gejala Lain
Kedua mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan diatas pangkal
hidungnya (tanda Myerson positif)10
Diagnosis
Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Pada setiap kunjungan penderita :
1. Tekanan darah diukur dalam keadaan berbaring dan berdiri, hal ini untuk
mendeteksi hipotensi ortostatik.
2. Menilai respons terhadap stress ringan, misalnya berdiri dengan tangan
diekstensikan, menghitung surut dari angka seratus, bila masih ada tremor dan
rigiditas yang san gat, berarti belum berespon terhadap medikasi.
3. Mencatat dan mengikuti kemampuan fungsional, disini penderita disuruh
menulis kalimat sederhana dan menggambarkan lingkaran-lingkaran konsentris
dengan tangan kanan dan kiri diatas kertas, kertas ini disimpan untuk perbandingan
waktu follow up berikutnya.
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang10
- EEG
Biasanya terjadi perlambatan yang progresif
- CT Scan kepala
Biasanya terjadi atropi kortikal difus, sulkus-sulkus melebar
- Positron emission tomography (PET) dapat dilakukan untuk
menunjukkan pemendekan sinyal yang tinggi antara nukleus rubra dan
substansia nigra.
- Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT) Scan
Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson,
sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena
parkinson, maka penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya.16
Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi total
disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat
menyebabkan kematian.18
Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda-berbeda. Kebanyakan
pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan lamanya gejala
terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang dapat sangat parah.19
Parkinson’s Disease (PD) sendiri tidak dianggap sebagai penyakit yang fatal,
tetapi berkembang sejalan dengan waktu. Rata-rata harapan hidup pada pasien PD pada
umumnya lebih rendah dibandingkan yang tidak menderita PD. Pada tahap akhir, PD
dapat menyebabkan komplikasi seperti tersedak, pneumoni, dan memburuk yang dapat
menyebabkan kematian.20
Progresifitas gejala pada PD dapat berlangsung 20 tahun atau lebih. Namun
demikian pada beberapa orang dapat lebih singkat. Tidak ada cara yang tepat untuk
memprediksikan lamanya penyakit ini pada masing-masing individu. Dengan terapi
yang tepat, kebanyakan pasien PD dapat hidup produktif beberapa tahun setelah
diagnosis.19
I. Terapi Farmakologik
Selegiline (Eldepryl), Rasagaline (Azilect). Inhibitor MAO diduga berguna pada penyakit
Parkinson karena neurotransmisi dopamine dapat ditingkatkan dengan mencegah
perusakannya. Selegiline dapat pula memperlambat memburuknya sindrom Parkinson,
dengan demikian terapi levodopa dapat ditangguhkan selama beberapa waktu. Berguna
untuk mengendalikan gejala dari penyakit Parkinson yaitu untuk mengaluskan pergerakan.
Selegilin dan rasagilin mengurangi gejala dengan dengan menginhibisi monoamine
oksidase B (MAO-B), sehingga menghambat perusakan dopamine yang dikeluarkan oleh
neuron dopaminergik.
Metabolitnya mengandung L-amphetamin and L-methamphetamin. Biasa dipakai sebagai
kombinasi dengan gabungan levodopa-carbidopa. Selain itu obat ini juga berfungsi sebagai
antidepresan ringan. Efek sampingnya adalah insomnia, penurunan tekanan darah dan
aritmia.
B. Bekerja pada sistem kolinergik
Antikolinergik33
Obat ini menghambat sistem kolinergik di ganglia basal dan menghambat aksi
neurotransmitter otak yang disebut asetilkolin. Obat ini mampu membantu mengoreksi
keseimbangan antara dopamine dan asetilkolin, sehingga dapat mengurangi gejala tremor.
Ada dua preparat antikolinergik yang banyak digunakan untuk penyakit parkinson, yaitu
thrihexyphenidyl (artane) dan benztropin (congentin). Preparat lainnya yang juga termasuk
golongan ini adalah biperidon (akineton), orphenadrine (disipal) dan procyclidine
(kamadrin). Efek samping obat ini adalah mulut kering dan pandangan kabur. Sebaiknya
obat jenis ini tidak diberikan pada penderita penyakit Parkinson usia diatas 70 tahun,
karena dapat menyebabkan penurunan daya ingat.
Amantadin33
Berperan sebagai pengganti dopamine, tetapi bekerja di bagian lain otak. Obat ini dulu
ditemukan sebagai obat antivirus, selanjutnya diketahui dapat menghilangkan gejala
penyakit Parkinson yaitu menurunkan gejala tremor, bradikinesia, dan fatigue pada awal
penyakit Parkinson dan dapat menghilangkan fluktuasi motorik (fenomena on-off) dan
diskinesia pada penderita Parkinson lanjut. Dapat dipakai sendirian atau sebagai kombinasi
dengan levodopa atau agonis dopamine. Efek sampingnya dapat mengakibatkan
mengantuk
.
D. Bekerja sebagai pelindung neuron
Neuroproteksi33
Berbagai macam obat dapat melindungi neuron terhadap ancaman degenerasi akibat
nekrosis atau apoptosis. Termasuk dalam kelompok ini adalah :
a. Neurotropik faktor, yaitu dapat bertindak sebagai pelindung neuron terhadap
kerusakan dan meningkatkan pertumbuhan dan fungsi neuron. Termasuk dalam
kelompok ini adalah BDNF (brain derived neurotrophic factor), NT 4/5
(Neurotrophin 4/5), GDNT (glia cell line-derived neurotrophic factorm artemin),
dan sebagainya. Semua belum dipasarkan.
b. Anti-exitoxin, yang melindungi neuron dari kerusakan akibat paparan bahan
neurotoksis (MPTP, Glutamate). Termasuk disini antagonis reseptor NMDA, MK
801, CPP remacemide dan obat antikonvulsan riluzole.
c. Anti oksidan, yang melindungi neuron terhadap proses oxidative stress akibat
serangan radikal bebas. Deprenyl (selegiline), 7-nitroindazole, nitroarginine
methyl-ester, methylthiocitrulline, 101033E dan 104067F, termasuk didalamnya.
Bahan ini bekerja menghambat kerja enzim yang memproduksi radikal bebas.
Dalam penelitian ditunjukkan vitamin E (tocopherol) tidak menunjukkan efek
anti oksidan.
d. Bioenergetic suplements, yang bekerja memperbaiki proses metabolisme energi
di mitokondria. Coenzym Q10 ( Co Q10 ), nikotinamide termasuk dalam
golongan ini dan menunjukkan efektifitasnya sebagai neuroprotektant pada
hewan model dari penyakit parkinson.
e. Rotigotine, rotigotine transdermal yang disampaikan adalah tambahan yang
secara klinis inovatif dan berguna untuk kelas agonis dopamin reseptor.
Rotigotine transdermal patch mewakili pilihan efektif dan aman untuk
pengobatan pasien dengan awal untuk maju penyakit Parkinson. Kemungkinan
non-invasif dan mudah digunakan formulasi yang memberikan stimulasi terus-
menerus dopaminergik mungkin langkah menuju meminimalkan komplikasi
yang timbul dari stimulasi pulsatil dopaminergik. Karena pasien penyakit
Parkinson biasanya harus mengambil banyak dosis obat setiap hari, patch ini
diharapkan akan membantu banyak penderita.
f. Bahan lain yang masih belum jelas cara kerjanya diduga bermanfaat untuk
penyakit parkinson, yaitu nikotin. Pada dasawarsa terakhir, banyak peneliti
menaruh perhatian dan harapan terhadap nikotin berkaitan dengan potensinya
sebagai neuroprotektan. Pada umumnya bahan yang berinteraksi dengan R
nikotinik memiliki potensi sebagai neuroprotektif terhadap neurotoksis, misalnya
glutamat lewat R NMDA , asam kainat, deksametason dan MPTP. Bahan
nikotinik juga mencegah degenerasi akibat lesi dan iskemia.8 Terapi
neuroprotektif dapat melindungi neuron dari kematian sel yang diinduksi
progresifitas penyakit. Yang sedang dikembangkan sebagai agen neuroprotektif
adalah apoptotic drugs (CEP 1347 and CTCT346), lazaroids, bioenergetics,
antiglutamatergic agents, dan dopamine receptors. Adapun yang sering digunakan di klinik
adalah monoamine oxidase inhibitors (selegiline and rasagiline), dopamin agonis, dan
complek I mitochondrial fortifier coenzyme Q10.
Bertujuan untuk memperbaiki atau mengembalikan seperti semula proses patologis yang
mendasari (neurorestorasi). Tindakan pembedahan untuk penyakit parkinson dilakukan bila
penderita tidak lagi memberikan respon terhadap pengobatan / intractable , yaitu masih
adanya gejala dua dari gejala utama penyakit parkinson (tremor, rigiditas, bradi/akinesia,
gait/postural instability), Fluktuasi motorik, fenomena on-off, diskinesia karena obat, juga
memberi respons baik terhadap pembedahan .
Ada 2 jenis pembedahan yang bisa dilakukan :
a. Pallidotomi , yang hasilnya cukup baik untuk menekan gejala :
- Akinesia / bradikinesia
- Gangguan jalan / postural
- Gangguan bicara
b. Thalamotomi, yang efektif untuk gejala :
- Tremor
- Rigiditas
- Diskinesia karena obat.
Transplantasi
Percobaan transplantasi pada penderita penyakit parkinson dimulai 1982 oleh Lindvall dan
kawannya, jaringan medula adrenalis (autologous adrenal) yang menghasilkan dopamin.
Jaringan transplan (graft) lain yang pernah digunakan antara lain dari jaringan embrio
ventral mesensefalon yang menggunakan jaringan premordial steam atau progenitor cells,
non neural cells (biasanya fibroblast atau astrosytes), testis-derived sertoli cells dan carotid
body epithelial glomus cells. Untuk mencegah reaksi penolakan jaringan diberikan obat
immunosupressant cyclosporin A yang menghambat proliferasi T cells sehingga masa
hidup graft jadi lebih panjang. Transplantasi yang berhasil baik dapat mengurangi gejala
penyakit parkinson selama 4 tahun kemudian efeknya menurun 4 – 6 tahun sesudah
transplantasi. Teknik operasi ini sering terbentur bermacam hambatan seperti ketiadaan
donor, kesulitan prosedur baik teknis maupun perijinan.
a. Rehabilitasi medik
Peranan rehabilitasi medik pada penyakit Parkinson adalah :
- Mencegah kontraktur oleh karena rigiditas, dengan gerakan pasif perlahan namun
full ROM.
- Meningkatkan nilai otot secara general dengan fasilitasi gerak yang dimulai dari
sendi proximal, misalnya dengan menggunakan PNF, NDT atau konvensional.
- Meningkatkan fungsi koordinasi.
- Meningkatkan transfer dan ambulasi disertai dengan latihan keseimbangan.
Fisioterapi
Gelombang Panjang
Gelombang panjang ini diatas 12.000 A sampai dengan 150.000 A. Penetrasi sinar ini
hanya sampai pada lapisan superficial epidermis, yaitu sekitar 0,5 mm.
Gelombang Pendek
Panjang gelombang ini antara 7.700 A sampai dengan 12.000 A. Daya penetrasi ini lebih
dalam dari gelombang panjang, yaitu sampai jaringan subcutan darah kapiler, pembuluh
lymph, ujung-ujung saraf dan jaringan lain dibawah kulit.
Berdasarkan tipe sinar infra red dapat dibedakan sebagai berikut:
Tipe A: panjang gelombang 780 – 15000 mm, penetrasi dalam
Tipe B: panjang gelombang 1500 – 3000 mm, penetrasi dangkal
Tipe C: panjang gelombang 3000 – 10.000 mm, penetrasi dangkal
Efek Fisiologis
Pengaruh sinar infra red jika sinar infra red diabsorbsi oleh kulit, maka panas
akan timbul pada tempat sinar tadi diabsorbsi. Dengan adanya panas ini temperature
naik dan pengaruh-pengaruh lain akan terjadi antara lain adalah:
Meningkatkan proses metabolisme
Vasodilatasi pembuluh darah
Pigmentasi
Pengaruh terhadap jaringan otot
Menaikkan temperatur tubuh
Mengaktifkan kerja kelenjar keringat
Efek Terapeutik
Relaksasi otot
Meningkatkan suplai darah
2. Terapi latihan
Latihan penguluran adalah suatu metode terapi untuk memanjangkan struktur jaringan
kontrktil dan non kontraktil yang memendek secara patologis sehingga ROM meningkat.
c. Strengthening Exercise
Latihan penguatan merupakan bentuk dari latihan aktif dimana suatu kontraksi dinamik
maupun statis melawan suatu tenaga/kekuatan dari luar.
Tujuan dari strengthening exercise yaitu :
1) Posisi duduk
Pasien duduk di tempat tidur, terapis di belakang pasien dengan memegang salah
satu tangan pasien dan tangan yang lain memfiksasi pada bahu yang kontralateral. Lalu
terapis menarik tangan pasien secara perlahan ke arah samping secara perlahan dan
pasien di minta untuk mempertahankan keseimbangan agar tidak jatuh ke samping.
Setelah itu dilakukan pada tangan yang lain dengan prosedur yang sama.
2) Posisi berdiri
Pasien berdiri dengan tumpuan 10 cm, terapis memfiksasi pada pevis pasien, lalu
terapis menggerakkan ke depan, belakang, samping kanan dan samping kiri dan pasien
diminta agar menjaga keseimbangan agar tidak jatuh.
h. Latihan koordinasi
Dilakukan pada posisi berdiri maupun duduk untuk gerak jari ke hidung, jari
pasien ke jari terapis, jari ke jari tangan pasien, gerak oposisi jari tangan dan gerakan
lain yang ada pada pemeriksaan koordinasi non-ekuilibrium. Pasien duduk atau berdiri
dengan kedua lengan ke depan (fleksi sendi bahu 90ᵒ) sehingga ke dua jari telunjuk
pasien dan terapis saling bersentuhan, lalu pasien di minta mempertahankannya setelah
itu pasien di minta mengikuti gerakan tangan terapis, usahakan jari telunjuk masih saling
bersentuhan selama pergerakan tangan terapis.
Frenkel’s exercise 27
Merupakan suatu bentuk latihan gerak untuk perbaikan koordinasi dengan
menggunakan indra yang lain (visual, pendengaran, reseptor). Program ini terdiri seri
latihan yang sudah terencana yang didesain untuk membantu mengkompensasi ketidak
mampuan dari lengan dan tungkai untuk melakukan gerakan yang terkoordinasi, yaitu
ketidak mampuan untuk meletakkan posisi dan mengatakan dimana posisi lengan dan
tungkai jika bergerak tanpa pasien melihat gerakan.
Dasar fisiologi Frenkel’s exercise sebagai berikut :
a. Perbaikan koordinasi melalui indra yang lain
b. Belajar kembali tentang fungsi dan pola fungsional yang
hilang Prinsip latihan antara lain sebagai berikut :
a. Tujuan latihan untuk melatih koordinasi bukan untuk tujuan penguatan otot.
b. Selama latihan harus diberikan instruksi dan aba-aba, suara yang lembut, dan
selama latihan harus dihitung.
c. Pasien diposisikan sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah melihat
gerakan yang dilakukan.
d. Untuk menghindari kelelahan setiap gerakan dilakukan tidak boleh lebih dari
empat kali dan diselingi istirahat diantara setiap gerakan.
e. Latihan dilakukan dalam ROM yang normal untuk menghindari over-streching
dari otot.
f. Latihan dimulai dari gerakan yang sederhana kemudian ditingkatkan pada
pola gerakan yang lebih sulit.
Gerakan dalam Frenkel’s exercise antara lain :
a. Fine motor, Gerakan halus yang memerlukan keterampilan dan koordinasi
visual yang prima serta melibatkan extremitas superior
b. Gross motor, gerakan kasar yang melibatkan aktivitas tungkai atau axtremitas
inferior.
d) Tekuk dan luruskan satu tungkai pada lutut dan panggul dengan tumit digeser
pada tempat tidur kemudian berhenti jika diberi aba-aba. ulangi pada tungkai
yang lainnya.
e) Tekuk satu tungkai pada lutut dan panggul dan letakkan tumit pada lutut tungkai
yang lain, kemudian geser kebawah sepanjang tulang kering kearah pergelangan
kaki dan kembali keatas kearah lutut, kembali keposisi awal. ulangi pada tungkai
yang lainnya.
f) Tekuk kedua lutut dan panggul, rapatkan kedua pergelangan kaki dan geser
kedua tumit sepanjang tempat tidur dengan kedua pergelangan kaki tetap rapat,
luruskan kedua pergelangan kaki tepat rapat, luruskan kedua tungkai dan
kembali keposisi awal.
g) Tekuk satu tungkai pada lutut dan panggul bersamaan dengan satu tungkai yang
lain diluruskan seperti gerakan mengayuh sepeda.
2. Posisi duduk
Posisi awal : Duduk tegak pada kursi dengan kedua kaki menempel dilantai.
Gerakannya :
a) Buatlah tanda, angkat sebatas tumit, kemudian tingkatkan gerakan dengan
mengangkat seluruh kaki dan letakkan kaki secara perlahan pada gambar telapak
kaki yang digambar dilantai.
b) Buat dua garis menyilang dilantai, secara bergantian geser kaki sepanjang garis
ke arah depan, belakang, kiri dan kanan.
c) Belajar untuk bangkit berdiri dan duduk kembali dengan hitungan gerakan :
Hitungan kesatu : tekuk kedua lutut geser kebelakang
Hitungan kedua : condongkan badan kedepan
Hitungan ketiga : angkat badan dengan meluruskan kedua tungkai dan luruskan
punggung
Ulangi proses ini untuk ke posisi duduk kembali.
3. Posisi berjalan
Posisi awal : Berdiri tegak dengan jarak kedua kaki 4-6 inchi. Gerakannya :
a) Berjalan ke samping dimulai dari setengah langkah ke kanan. Lakukan gerakan
ini dengan urutan hitungan.
Hitungan pertama : Pindahkan berat badan pada kaki kiri
Hitungan kedua : Letakkan kaki kanan 12 inchi kekanan
Hitungan ketiga : Pindahkan berat badan kekaki kanan.
Hitungan keempat : Angkat kaki kiri melewati kaki kanan.
Ulangi pada tungkai yang lainnya.
b) Berjalan kedepan diantara kedua garis sejajar dengan jarak 14 inchi, letakkan
kaki kanan disamping garis kanan, letakkan kaki kiri disamping garis kiri, dan
kemudian berjalan dengan koreksi pada langkah kaki. Istirahat setelah 10
langkah.
c) Berjalan kedepan dengan meletakkan setiap kaki pada gambar kaki yang sudah
digambar dilantai. Latihan dengan quarter steps, half steps, three quarter streps
dan full streps.
d) Berputar kekanan, dengan hitungan pertama : Angkat jari-jari kaki kanan dan
putar keluar, pivot pada tumit. Hitungan kedua : Angkat tumit kiri dan pivot pada
jari-jari kaki putar kedalam. Hitungan ketiga : Berputar penuh. Ulangi gerakan
untuk berputar kekiri.
e) Berjalan naik dan turun tangga. Berjalan satu langkah, letakkan kaki kanan
ditangga kemudian angkat kaki kiri letakkan disamping kaki kanan, kemudian
lanjutkan ke anak tangga selanjutnya dengan pola sama. Kemudian lanjutkan
latihan dengan melangkah bergantian dengan langkah biasa setiap anak tangga.
Awal latihan gunakan pegangan kemudian keseimbangan ditingkatkan tanpa
pegangan
4. Latihan untuk ekstremitas atas.
a) Gerakan fleksi dan ekstensi bergantian
b) Gerakan abduksi dan adduksi bergantian Satu lengan fleksi dan abduksi, lengan
lain ekstensi da adduksi bergantian
c) Latihan dipapan tulis : merubah tanda minus menjadi plus dan mengkopi garis
lurus, silang, lingkar, dan lain-lain.
d) Latihan koordinasi mata tangan
e) Latihan menggunakan puzzle, balok susun, dan lain-lain. Satu lengan fleksi dan
abduksi, lengan lain ekstensi da adduksi bergantian
f) Latihan dipapan tulis : merubah tanda minus menjadi plus dan mengkopi garis
lurus, silang, lingkar, dan lain-lain.
g) Latihan koordinasi mata tangan
h) Latihan menggunakan puzzle, balok susun, dan lain-lain
i. Senam Parkinson29
Fungsi: Melatih rasa gerak sendi panggul dan otot-ototnya agar siap menghadapi
perubahan posisi. Penting untuk mengatur strategi agar tidak jatuh terutama saat berdiri.
Cara: Posisi awal duduk tegak di atas bola. Kemudian, gerakkan bola dengan pantat ke
kanan. Tahan dengan kedua tangan dan sebagian badan digerakkan ke arah berlawanan.
Ini dilakukan untuk menahan berat badan jangan sampai jatuh menggelinding ke kanan.
Ulangi 10 kali dengan arah berlawanan secara bergantian.
Fungsi: Menguatkan otot pinggang, perut, dan paha yang merupakan bagian dari
penjaga keseimbangan.
Cara: Duduk tegak di atas bola. Kedua tangan saling bersentuhan. Angkat salah satu
kaki perlahan hingga lurus sejajar paha. Lakukan gerakan dengan kaki yang berbeda.
Ulangi 10 kali.
Cara: Duduk tegak di atas bola. Kemudian gerakkan bola dengan pantat sedikit ke
belakang. Kedua tangan diluruskan ke depan untuk menahan berat badan agar tidak
jatuh ke belakang. Kembali lagi ke depan. Ulangi 10 kali.
Fungsi: Stabilisator sendi lutut. Mengurangi kemungkinan jatuh akibat kelemahan otot
paha. Mengurangi nyeri otot.
Cara: Berdiri tegap dengan bola di belakang punggung. Turunkan bola dengan
menggunakan tubuh bagian belakang. Turunkan hingga posisi kaki menekuk 90 derajat
seperti mau duduk. Saat turun tahan 5 detik. Kemudian naik ke posisi semula dan ulangi
lagi sebanyak 10 kali.
Fungsi: Otot punggung menjadi lentur. Membuat gerak fleksibel, mengurangi risiko
jatuh dan mencegah kekakuan pada panggul.
Cara: Duduk tegap di atas bola. Kemudian gerakkan dan turunkan badan ke salah satu
sisi. Posisikan kedua tangan sejajar menyentuh lantai sesuai arah badan. Ulangi dengan
arah bergantian. Masing-masing arah (kanan-kiri) diulangi sampai lima.
Fungsi: Mencegah kekakuan dan nyeri pada punggung. Menjaga kelenturan otot-otot
punggung.
Cara: Berlutut dengan bola di samping badan. Gerakkan badan bersama kedua tangan ke
sisi yang terdapat bola. Saat miring ke kanan, tangan yang terdekat dengan bola
menyentuh bola. Lakukan dengan arah berbeda. Masing-masing arah lima repetisi.
Fungsi: Meningkatkan ekspansi thorax atau dada. Sehingga, pengembangan paru lebih
bagus. Masukan oksigen juga lebih banyak.
Cara: Berlutut dengan bola di depan badan. Kemudian dorong bola ke depan dengan
kedua tangan. Dorong hingga tulang punggung dan tangan lurus.
Edukasi dan home program prinsipnya adalah tindakan yang dapat dilakukan
oleh keluarga dan penderita untuk menunjang pemulihan kemampuan gerak dan fungsi.
Dengan melakukan program rumah ini akan sangat membantu proses perkembangan
motorik. Namun demikian, program latihan di rumah hendaknya dilakukan dengan
benar agar proses pembelajaran motorik yang diberikan oleh fisioterapis tidak
berlawanan dengan yang dilakukan di rumah.
a. Mengatur Posisi di Tempat Tidur
Umumnya penderita Parkinson’s Disease akan mengalami imobilisasi atau kurang gerak
karena menurunnya kemampuan fungsional. Dengan kondisi tersebut, maka beberapa
komplikasi mungkin terjadi seperti pembentukan bekuan darah, dekubitus, pneumonia,
kontraktur otot, keterbatasan sendi, dan lain lain.
Pada dasarnya penderita Parkinson’s Disease juga dapat melakukan latihan mandiri, hal
ini ditujukan untuk membantu proses pembelajaran motorik. Setiap gerakan yang
dilakukan hendaknya secara perlahan dan berkelanjutan dan anggota gerak yang
mengalami gangguan ikut aktif melakukan gerakan seoptimal mungkin.
Salah satu ciri khas dari Parkinson’s Disease adalah tangan tremor jika sedang
beristirahat. Namun, jika orang itu diminta melakukan sesuatu, getaran tersebut tidak
terlihat lagi. Itu yang disebut resting tremor, yang hilang juga sewaktu tidur. Fungsi
tangan begitu penting dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan merupakan bagian
yang paling aktif.
Membuka tangan.
Menutup jari-jari untuk menggenggam objek.
Menggeser engsel kunci pintu atau lemari.
Membuka menutup kran air
Membuka dan mengancingkan baju, dll
Salah satu mesalah yang sering muncul pada penderita Parkinson’s Disease adalah
menurunnya kemampuan bicara dan ekspresi wajah. Latihan pada wajah dan mulut
antara lain, latihan tersenyum, memembentuk bibir menjadi huruf “O” dan lain lain.
e.Therapi okupasi
b. Nutrisi
Beberapa nutrien telah diuji dalam studi klinik klinik untuk kemudian
digunakan secara luas untuk mengobati pasien Parkinson. Sebagai contoh, L-
Tyrosin yang merupakan suatu perkusor L-dopa mennjukkan efektifitas sekitar 70
% dalam mengurangi gejala penyakit ini. Zat besi (Fe), suatu kofaktor penting
dalam biosintesis L-dopa mengurangi 10%- 60% gejala pada penelitian terhadap
110 pasien.16
THFA, NADH, dan piridoxin yang merupakan koenzim dan perkusor
koenzim dalam biosintesis dopamine menunjukkan efektifitas yang lebih rendah
dibanding L- Tyrosin dan zat besi. Vitamin C dan vitamin E dosis tinggi secara
teori dapat mengurangi kerusakan sel yang terjadi pada pasien Parkinson. Kedua
vitamin tersebut diperlukan dalam aktifitas enzim superoxide dismutase dan
Belum lama ini, Koenzim Q10 juga telah digunakan dengan cara kerja yang mirip
dengan vitamin A dan E. MitoQ adalah suatu zat sintesis baru yang memiliki
struktur dan fungsi mirip dengan koenzim Q10.katalase untuk menetralkan anion
superoxide yang dapat merusak sel.16
Belum lama ini, Koenzim Q10 juga telah digunakan dengan cara kerja
yang mirip dengan vitamin A dan E. MitoQ adalah suatu zat sintesis baru yang
memiliki struktur dan fungsi mirip dengan koenzim Q10.
BAB III
KESIMPULAN
Parkinson’s Disease (Penyakit Parkinson) adalah penyakit neurodegeneratif yang
bersifat kronis progresif, merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada
ganglia basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia
nigra ke globus palidus/ neostriatum (striatal dopamine deficiency). Di Amerika Serikat,
ada sekitar 500.000 penderita parkinson. Di Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk
210 juta orang, diperkirakan ada sekitar 200.000-400.000 penderita.
Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan penanganan
secara holistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi untuk
menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang
timbul. Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson,
sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena
parkinson, maka penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya.
Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progres hingga terjadi total
disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat
menyebabkan kematian. Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda-
berbeda. Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang,
dan lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang
dapat sangat parah.
Peranan rehabilitasi medik pada penyakit Parkinson adalah mencegah kontraktur
oleh karena rigiditas, dengan gerakan pasif perlahan namun full ROM, meningkatkan
nilai otot secara general dengan fasilitasi gerak yang dimulai dari sendi proximal,
dengan menggunakan PNF, NDT atau konvensional, meningkatkan koordinasi,
meningkatkan transver dan ambulasi disertai dengan latihan keseimbangan.
DAFTAR PUSTAKA
Dick, F.D. et al. 2007. Environmental Risk Factors for Parkinson’s Disease and
Parkinsonism: the Geoparkinson Study on Behalf of the Geoparkinson Study Group.
Occup Environ Med. 64:666–672.
Samii, A., Nutt J.G., Ransom B.R. 2004. Parkinson’s Disease. Lancet. 363: 1783-
93.
World Health Organization. Department of Measurement and Health Information.
December 2004. Estimated total deaths (2000), by cause and WHO Member State,
2002.
Leah, M..R. dan Salil K.D. 2007. Cigarette Smoking and Parkinson’s Disease.
EXCLI Journal. 6:93-99.
Departemen Kesehatan RI : Profil Kesehatan Indonesia 1995.
Dinas Kesehatan Tingkat I Jawa Tengah : Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah
tahun 2003.
Thomson F, Muir A, Stirton J et al. Parkinson′s Disease . The Parmaceutical Journal
2001; Vol.267 : 600 – 612
Stephen K, Eeden VD, Caroline M. Incidence of Parkinson’s Disease: Variation by
Age, Gender, and Race/Ethnicity. Am J Epidemiol, 2003; 157: 1015 – 22.
Husni A: Parkinson’s Disease, patofisiologi, diagnosis dan wacana terapi.
Disampaikan pada Temu Ilmiah Nasional I dan konferensi kerja III PERGEMI .
Semarang, 2002 .
Andi M, 2003. Parkinson. http://medlinux.blogspot.com/2008/03/parkinson.html. 3
Juni 2008.
Jankovic J, Tolosa E, 2002. Parkinson’s Disease And Movements Disorders
4th.Philadelpia : Lippincott &Wilkins. Pp 91-99, 39-53
Clarke CE, Moore AP. Parkinson’s Disease. http://www.aafp.org/afp/
20061215/2046.html, 3 Juni 2008.
Hanifah M. Pengaruh Ekstrak Biji Korobenguk Hasil Soxhletasi Terhadap Gejala
Penyakit Parkinson. 2013.
Parkinson’s Disease and Other Movement Disorders. Editor: Hasan Sjahrir,
Darulkutni Nasution, Abdul Gofir. Cetakan pertama, Mei 2007. Penerbit : Pustaka
Cendikia Press. Yogyakarta
Yayasan peduli parkinson Indonesia. Parkinson disease. http://www. parkinson-
indonesia.com/. 3 Juni 2008
Anisa R., 2003. Parkinson. http://www.neurologychannel.com /parkinsonsdisease. 3
Juni 2008.
http://ningrumwahyuni.wordpress.com/2010/02/16/status-pemeriksaan-
neurologi/
Sobha S. Rao, M.D., Laura A. Hofmann, M.D., and Amer Shakil, M.D.,
“Parkinson’s Disease: Diagnosis and Treatment”,http://www.aafp.org/afp/
20061215/2046.html, 15 Desember 2006.
Terapi deep brain stimulation bantu kendalikan Parkinson’s Disease.
2007.http://www.medicastore.com/med/index.php?
id=&iddtl=&idktg=&idobat=&UID=20080527174540125.163.140.209
Maurice Victor, Allan H. Ropper, Raymond D, 2000. Adams & Victor’s
Principles Of Neurology 7th edition. Parkinson Disease (Paralysis Agitans)
Greg Juhn, M.T.P.W., David R. Eltz, Kelli A. Stacy, Daniel Kantor, M.D., 2006.
University of Florida Health Science Center, Jacksonville, FL. Parkinson’s
disease.http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000755.htm#Treatment
Lewis P. Rowland, 2000. Merritt’s Neurology 10th Edition. Parkinsonism: Stanley
Fahn and Serge Przedborski
Physical Therapy in Parkinson’s Disease. Available at: http://www.emedicine.com
Lee JM. Prosedur-prosedur Termal, Listrik dan Manipulatif. Dalam: Segi Praktis
Fisioterapi. Edisi kedua. Jakarta: Binarupa Aksara. 1990.
Marques PAMC, Soares LGP, do Nascimento CM, Neto AAPV, Marques RC,
Pinheiro ALB. In : Laser phototherapy a case report.2010.
Teixeira LJ. Soares BGDO, Vieira VP. Physical therapy for Parkinson’s Disease.
The Cochrane Collaboration. 2007. 2: 1-5.
Frenkel’s Exercise. Available at :
http://ipuy-fullmoon.blogspot.com/2009/07/frenkels-exercise.html.
Penatalaksanaan Terapi Latihan. Blog ortotis prostetis. Available at http://ortotik-
prostetik.blogspot.com/2009/02/penatalaksanaan-terapilatihanpada.html
Irfan M. Fisioterapi pada Parkinson’s Disease. Graha Ilmu. Yogyakarta. 2010
Dikutip dari: Soetini N. Senam Parkinson, Latih Kesimbangan. Blog Fisioterapi
Praktis. Available at http://fisio-praktis.blogspot.com/2009/02/senam-parkinson-
latih-keseimbangan.html.
Silitonga R. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup Penderita
penyakit parkinson di poliklinik saraf rs dr kariadi. Semarang: Universitas
Diponegoro; 2007.
Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012.
Baehr MF, Michael. Duu,s Topical Diagnosis in Neurology. 4th ed. United States of
America: Thieme; 2005.
Purba JS. Penyakit Parkinson. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2012.
H. Ropper AHB, Robert. Adams and Victor's Principles of Neurology. 8th ed. United States of
America: McGraw-Hill; 2005.