Oleh:
Kelompok 3
SAP Reguler
PENDAHULUAN
Delivery System Design dilakukan pada kondisi kronis tidak hanya membutuhkan
penentuan perawatan apa yang dibutuhkan, tetapi juga memperjelas peran dan tugas untuk
memastikan pasien mendapatkan perawatan; memastikan bahwa semua dokter yang merawat
pasien memiliki informasi terkini dan terpusat tentang status pasien; dan menjadikan tindak
lanjut sebagai bagian dari prosedur standar. Delivery Design System merencanakan
kunjungan jauh sebelumnya, berdasarkan kebutuhan pasien dan tujuan manajemen diri (IHI,
2020).
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah “Untuk Mengetahui Aplikasi Komponen dari Chronic
Care Model yaitu Delivery System Design pada Kasus DM tipe 2”
1.3 Manfaat
1.2.1 Manfaat teoritis
Sebagai perkembangan bahan masukan atau kajian baru dalam mata kuliah
Keperawatan Kronis.
1.2.2 Manfaat praktis
1. Manfaat bagi institusi
Diharapkan dapat dijadikan bahan literatur (referensi) Penerapan Delivery System
Design dalam kasus DM tipe 2.
2. Manfaat bagi mahasiswa
Diharapkan dapat dijadikan sumber informasi dalam melakukan praktik Dalam
Delivery System Design pada CCM.
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Pada kasus DM tipe 2 yang dialami oleh Tn. DM usia 65 tahun yang baru
terdiagnosa. Pasien masuk ke IGD RSUP Cipto Mangunkusumo dengan keluhan
terdapat luka kehitaman pada punggung kaki kanan yang ridak sembuh-sembuh.
Pasien memiliki Riwayat penyakit DM sejak tahun 2013. Pasien telah menjalani
perawatan di RS selama beberapa hari dan akan dipulangkan. Selama di RS pasien
mengalami beberapa masalah baik itu dimensi fisik, psikologis, social kultural, dan
spiritual. Pada pengaplikasian Delivery System Design, direncanakan beberapa
intervensi dan juga follow up yang dilakukan oleh dokter, perawat, farmasi, dan juga
petugas asuransi, yang nantinya akan dijadwalkan dan diatur oleh case manager.
Namun, pada hal ini, tim juga akan memperhatikan aspek budaya yang dianut oleh
Tn. DM
Tim akan merencanakan 3 kali kunjungan, dimana jadwal kunjungan interaksi
pertama melalui kunjungan secara langsung, dan kunjungan dilakukan secara online.
Komponen yang akan dikaji pada kunjungan tersebut meliputi kondisi perkembangan
kesehatan pasien meliputi, dimensi fisik, yaitu dengan memantau diet pasien,
kemudian pada dimensi psikologis, membantu mengurangi rasa cemas, dan
memberikan pengetahuan kepada pasien tentang penyakit yang diderita, cara
pengobatan, cara mengubah gaya hidup yang lebih sehat agar tidak terjadi
kekambuhan. Pada dimensi social kultural, pasien diberikan informasi terkait
kebiasaan konsumsi makanan yang tidak sehat dan memicu kekambuhan penyakit.
Kemudian pasien akan diberikan pengarahan tentang asuransi kesehatan untuk
mengurangi dan membantu biaya kesehatan jangka panjang.
a) Pahami konsep budaya dan kepercayaan pasien terkait kondisi yang dihadapi
pasien
b) Kaji bagaimana sisi budaya dan kepercaaan dalam menilai kondisi
penyakitnya
c) Identifikasi ketidaksesuaian dengan tatalaksana (dengan analisis klinis)
d) Diskusikan ketidaksesuaian tersebut secara terbuka dan objektif
e) Jangan mempertentangkan → pendekatan solutif win-win
f) Kompromi dalam batas tertentu
E. Kesimpulan
CCM telah digunakan untuk diabetes di sejumlah pengaturan perawatan
kesehatan dan telah menunjukkan peningkatan faktor risiko kardiovaskular dan
pengurangan A1c, bersama dengan perbaikan dalam skrining komplikasi. bukti
menunjukkan bahwa praktik 70% berkinerja tinggi paling baik dilakukan ketika
mereka menggabungkan beberapa elemen CCM dalam pendekatan sistematis
(Stuckey, Adelman and Gabbay, 2011).
Diabetes Self Management Education/Support dapat mempengaruhi
penurunan komplikasi DM, meningkatkan kualitas hidup, perilaku hidup sehat,
meningkatkan koping dan menurunkan depresi (Grant & Steadman, 2016).
Dukungan manajemen diukur dari adanya data yang mengkaji tentang
pengelolaan makan dan olah raga pasien. Dukungan keputusan diukur dari adanya
data tentang pengelolaan makan, oalah raga, pola pengobatan, keperacayaan dan tata
nilai. Desain sistem layanan didapatkan melalui pengkajian tentang keterlibatan
pasien di lingkungan sosialnya seperti posyandu, prolanis, persadia, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Abeer El-Said Hassane El-sol, R. K. M. B. (2018) ‘Nursing: Chronic care model for
diabetes mellitus’, National Journal of Advanced Research, 4(1), pp. 118–123.
Available at: www.allnationaljournal.com.
American Diabetes Association, A. D. et al. (2013) ‘Standards of medical care in
diabetes--2013.’, Diabetes care, 36 Suppl 1(Supplement 1), pp. S11-66. doi:
10.2337/dc13-S011.
Barletta, V. et al. (2016) ‘Impact of Chronic Care Model on diabetes care in Tuscany: A
controlled before-after study’, European Journal of Public Health, 27(1), pp. 8–13.
doi: 10.1093/eurpub/ckw189.
Furtado, L. G. and Miriam, M. (2013) ‘Model of Care in Chronic Disease: Inclusion of A
Theory of Nursing’, Texto & Contexto Enfermagem, 22(4), pp. 1197–1204. doi:
10.1590/S0104-07072013000400039.
Hadiyani, dkk. (2017). Konsep Kualitas Pelayanan Kesehatan berdasar atas Ekspektasi
Peserta. KMB, 49(2). 109:120.
IHI. (2020). Delivery System Design to Improve Chronic Care.
http://www.ihi.org/resources/Pages/Changer/ChronicConditionsDeliverySystemDe
sign.aspx. diakses pada tanggal 27 September 2020.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI Tahun 2018.
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_2018/H
asil%20Riskesdas%202018.pdf. diakses pada tanggal 28 September 2020.
ADA (American Diabetes Association). (2018). StandardsofMedicalCare in Diabetes.
TurkishJournalofEndocrinologyandMetabolism, 14, 11–
16.https://doi.org/doi.org/10.2337/diacare.27.2007.s15
Alfiani, N., Yulifah, R., &Sutriningsih, A. 2017. Hubungan Pengetahuan Diabetes
Melitus Dengan Gaya Hidup Pasien Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Tingkat II
dr. Soepraoen Malang. Nursing News: Jurnal Ilmiah Keperawatan, 2(2).
Fatimah, R.N. 2015. Diabetes Mellitus Tipe 2. J Majority, 4(5): 93-101.
IHI. (2020). Delivery System Design toImproveChronicCare.
http://www.ihi.org/resources/Pages/Changer/ChronicConditionsDeliverySystemDe
sign.aspx. Diakses pada tanggal 23November 2020.
Isnaini, N., & Ratnasari, R. 2018. Faktor risiko mempengaruhi kejadian Diabetes
mellitus tipe dua. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Aisyiyah, 14(1), 59-68.
Kurniawaty, E., & Yanita, B. 2016. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
Diabetes Melitus tipe II. Jurnal Majority, 5(2), 27-31.
Nuraini, H. Y., & Supriatna, R. 2016. Hubungan Pola Makan, Aktivitas Fisik dan
Riwayat Penyakit Keluarga Terhadap Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat, 5(1), 5-14.
Perkeni. (2019). Pedoman Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (p. 28)
Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 1–100. https://doi.org/.
Zuccaro, L. (2015). ImprovingChronicKidneyDiseaseManagementUsingWagner’s
Model forChronicCare