Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KELOMPOK

PENYAKIT KRONIS (DM)

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah
Keperawatan Komunitas Dosen Pembimbing Ns. Dini Qurrata SKM. S. Kep.
M. Kep

LOGO

Oleh:

Tiwy Putri Ananda

Chelsi indah k

Tasya angelina

Tita rosalia

Dilla fadila

Tiurlina

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU


KESEHATAN
UNIVERSITAS SUMATRA BARAT
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nyalah, kami dapat meyelesaikan Asuhan
Keperawatan Komunitas Pada Penyakit Diabetes Melitus
Tak lupa terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman satu
kelompok dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua terutama bagi para pembaca. Tentu saja makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan guna untuk menjadikan lebih baik kedepannya nanti.

Padang, 3 Juli 2021

Kelompok 3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................
1.1 Latar Belakang..............................................................................................
1.2 Tujuan...........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................
2.1 ......................................................................................................................
2.2 ......................................................................................................................
2.3 ......................................................................................................................
2.4 ......................................................................................................................

BAB III TINJAUAN KASUS...........................................................................


3.1 Proses asuhan keperawatan..........................................................................
3.2 Komposisi keluarga......................................................................................
3.3 Genogram.....................................................................................................
3.4 Tipe Keluarga...............................................................................................
3.5 Suku/Bangsa.................................................................................................
3.6 Agama dan kepercayaan...............................................................................
3.7 Status soisal ekonomi...................................................................................
3.8 Aktivitas rekreasi keluarga...........................................................................
3.9 Rencana, implementasi dan evaluasi............................................................
BAB IV PENUTUP...........................................................................................
4.1 Kesimpulan...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus adalah  kelainan metabolik yang ditandai dengan 


intoleren glukosa. Penyakit ini dapat dikelola  dengan menyesuaikan
perencanaan makanan , kegiatan jasmani dan pengobatan yang sesuai dengan
konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia dan perlunya diadakan
pendekatan  individual bagi edukasi diabetes, yang dikenal dengan Pentalogi
Terapi DM meliputi :

1. Terapi Primer, yang terdiri dari : Penyuluhan Kesehatan, Diet Diabetes,


Latihan Fisik.
2. Terapi Sekunder, yang terdiri dari : Obat Hipoglikemi

Diabetes Militus berhubungan dengan meningkatnya kadar glukosa


darah dan bertambahnya risiko komplikasi gawat darurat bila tidak dikelola
dengan baik (Soegondo,1999). Komplikasi dapat timbul  oleh karena ketidak
patuhan pasien  dalam menjalankan  program terapi  sebagai berikut :
pengaturan diet, olah raga dan penggunaan obat-obatan (Putra,1995).
Berbagai penelitian telah menunjukan ketidak patuhan pasien DM  terhadap
perawatan diri sendiri( Efendi Z,1991).

Disamping peningkatan prevalensi DM,   penderita memerlukan


perawatan yang komplek  dan perawatan yang lama. Kepatuhan  berobat
merupakan harapan dari setiap penderita DM. Berarti setiap penderita DM
sanggup melaksanakan instruksi–instruksi ataupun anjuran  dokternya agar
penyakit DM nya dapat dikontrol dengan baik(Haznam,1986). Pada
umumnya  penderita DM patuh berobat kepada dokter selama ia masih
menderita gejala / yang subyektif dan mengganggu hidup rutinnya sehari-
hari.  Begitu ia bebas dari keluhan – keluhan tersebut maka kepatuhannya
untuk berobat berkurang.

Ketidakpatuhan    ini sebagai masalah medis yang sangat berat, Taylor 


[ 1991]. La Greca & Stone  [ 1985] menyatakan bahwa mentaati rekomendasi
pengobatan yang dianjurkan dokter merupakan masalah yang sangat penting .
Tingkat ketidakpatuhan terbukti cukup tinggi  dalam populasi medis yang
kronis.

Walaupun  pasien DM telah mendapatkan pengobatan , masih banyak


pasien  tersebut mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan oleh berbagai
faktor antara lain: pengetahuan yang relatif  minim tentang penyakit DM,
tidak menjalankan diet dengan baik dan tidak melakukan latihan fisik secara
teratur (Tjokroprawiro,A.,1991).

Dalam meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit DM 


diperlukan suatu proses yang berkesinambungan  dan sesuai dengan prinsip-
prinsip penatalaksanaan DM. Prinsip tersebut meliputi :

1. Dukungan yang positif untuk menghindari kecemasan.


2. Pemberian informasi secara bertahap.
3. Mulai dengan hal sederhana
4. Penggunaan  alat bantu pandang (audio visual ).
5. Lakukan pendekatan dan stimulasi

Materi penyuluhan ini meliputi pengaturan diet yang ditekankan pada


3 J :  Jenis, jadwal dan Jumlah diet yang diberikan kepada pasien DM. 
Disamping itu materi penyuluhan difokuskan pada aktifitas fisik secara
teratur dan penggunaan obat anti  diabetik secara realistis. Ketiga hal ini
merupakan kunci pokok   keberhasilan program terapi DM.

Dari uraian diatas , maka perlu diadakan penelitian guna mengetahui


faktor-faktor  yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam
menjalankan program terapi, sehingga hasil penelitian ini dapat memberikan
masukan bagi perawat khususnya dalam menberikan asuhan keperawatan
pada pasien DM.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui asuhan keperawatan komunitas pada penderita DM
2. Mengetahui masalah-masalah dan diagnosa keperawatan komunitas pada
pasien DM
3. Merencanakan asuhan keperawatan komunitas pada penderita DM
4. Mengidentifikasi pengaruh tingkat pendidikan terhadap kepatuhan pasien
DM dalam menjalankan program terapi.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Penyakit krons didefinisikan World Health Organization (WHO) sebagai
penyakit dengan durasi yang lama dan biasanya menunjukkan progesifitas
yang lambat (Singh, 2008).
Diabetes militus adalam penyakit metabolik yang kebanyakan herediter
dengan tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya
gejala klinik akut maupun kronik, sebagai akibat dari kurangnya insulin
efektif maupun insulin absolut dalam tubuh. Gangguan primer terletak pada
metabolisme karbohidrat, yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme
protein dan lemak.
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
(Brunner dan Suddarth 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Arjatmo, 2002).
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi yang ditentukan oleh National Diabetes Data Group of
The National Institutes of Health, sebagai berikut :
1. Diabetes Melitus tipe I atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus)
atau tipe juvenil: yaitu ditandai dengan kerusakan insulin dan
ketergantungan pada terapi insulin untuk mempertahankan hidup. Diabetes
melitus tipe I juga disebut juvenile onset, karena kebanyakan terjadi
sebelum umur 20 tahun. Pada tipe ini terjadi destruksi sel beta pankreas
dan menjurus ke defisiensi insulin absolut. Mereka cenderung mengalami
komplikasi metabolik akut berupa ketosis dan ketoasidosis.
2. Diabetes Melitus tipe II atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes
melitus)
Dikenal dengan maturity concept, dimana tidak terjadi defisiensi
insulin secara absolut melainkan relatif oleh karena gangguan sekresi
insulin bersama resistensi insulin. Terjadi pada semua umur, lebih sering
pada usia dewasa dan ada kecenderungan familiar. NIDDM dapat
berhubungan dengan tingginya kadar insulin yang beredar dalam darah
namun tetap memiliki reseptor insulin dan fungsi post reseptor yang tidak
efektif.
3. Gestational Diabetes Disebut juga DMG atau diabetes melitus gestational.
Yaitu intoleransi glukosa yang timbul selama kehamilan, dimana
meningkatnya hormon – hormon pertumbuhan dan meningkatkan suplai
asam amino dan glukosa pada janin yang mengurangi keefektifitasan
insulin.
4. Intoleransi glukosa Berhubungan dengan keadaan atau sindroma tertentu.
Yaitu hiperglikemi yang terjadi karena penyakit lain. Penyakit
pankreas, obat – obatan, dan bahan kimia. Kelainan reseptor insulin dan
sindrome genetik tertentu. Umumnya obat – obatan yang mencetuskan
terjadinya hiperglikemia antara lain: diuretik furosemid (lasik), dan
thiazide, glukotikoid, epinefrin, dilantin, dan asam nikotinat (Long, 1996).

2.3 Etiologi
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat
menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya
memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap
sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
a) Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai
kegagalan sel beta melepas insulin.
b) Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain
agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat
dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
c) Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas
yang disertai pembentukan sel – sel antibodi antipankreatik dan
mengakibatkan kerusakan sel – sel penyekresi insulin, kemudian
peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
d) Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan
terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada
membran sel yang responsir terhadap insulin.

2.4 Patofisiologi
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan
salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang
mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200
mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai
dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.

Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat


mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi
sesudah makan. Pada hiperglikemia yng parah yang melebihi ambang ginjal
normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ), akan
timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat  menyerap
kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik
yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan
pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat
glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami
keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi
polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga
pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya
atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat
untuk energi.

Hiperglikemia yang lama  akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan


membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan
terjadinya gangren.

2.5 Manifestasi klinis


Gejala klasik pada DM adalah :
1. Poliuri (banyak buang air kecil), frekuensi buang air kecil meningkat
termasuk pada malam hari.
2. Polidipsi (banyak minum), rasa haus meningkat.
3. Polifagi (banyak makan), rasa lapar meningkat.
4. Gejala lain yang dirasakan penderita
5. Kelemahan atau rasa lemah sepanjang hari.
6. Keletihan.
7. Penglihatan atau pandangan kabur.
8. Pada keadaan ketoasidosis akan menyebabkan mual, muntah dan
9. penurunan kesadaran.
Tanda yang bisa diamati pada penderita DM adalah :
1. Kehilangan berat badan.
2. Luka, goresan lama sembuh.
3. Kaki kesemutan, mati rasa.
4. Infeksi kulit.

Pada pemeriksaan laboratorium:


a). Kadar gula darah meningkat
b). Peningkatan plasma proinsulin dan plasma C polipeptida
c). Glukosuria

2.6 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan secara medis
a. Obat Hipoglikemik oral
1) Golongan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan
denagn obat golongan lain, yaitu biguanid, inhibitor alfa glukosidase
atau insulin. Obat golongan ini mempunyai efek utama
meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel beta pankreas, karena itu
menjadi pilihan utama para penderita DM tipe II dengan berat badan
yang berlebihan. Obat – obat yang beredar dari kelompok ini adalah:
(a) Glibenklamida (5mg/tablet).
(b) Glibenklamida micronized (5 mg/tablet).
(c) Glikasida (80 mg/tablet).
(d) Glikuidon (30 mg/tablet).
2) Golongan Biguanid / Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati,
memperbaiki ambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer).
Dianjurkan sebagai obat tunggal pada pasien dengan kelebihan berat
badan.
3) Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di
saluran pencernaan, sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah
makan. Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gula puasa yang masih
normal.

b. Insulin
1) Indikasi insulin
Pada DM tipe I yang tergantung pada insulin biasanya
digunakan Human Monocommponent Insulin (40 UI dan 100 UI/ml
injeksi), yang beredar adalah Actrapid. Injeksi insulin juga diberikan
kepada penderita DM tipe II yang kehilangan berat badan secara
drastis. Yang tidak berhasil dengan penggunaan obat – obatan anti
DM dengan dosis maksimal, atau mengalami kontraindikasi dengan
obat – obatan tersebut, bila mengalami ketoasidosis, hiperosmolar,
dana sidosis laktat, stress berat karena infeksi sistemik, pasien
operasi berat, wanita hamil dengan gejala DM gestasional yang tidak
dapat dikontrol dengan pengendalian diet.
2) Jenis Insulin
(a) Insulin kerja cepat Jenis – jenisnya adalah regular insulin, cristalin
zink, dan semilente.
(b) Insulin kerja sedang Jenis – jenisnya adalah NPH (Netral Protamine
Hagerdon)
(c) Insulin kerja lambat Jenis – jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc
Insulin)
2. Penatalaksanaan secara keperawatan
a. Diet rendah kalori
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan
makan. Walaupun telah mendapat tentang penyuluhan perencanaan
makanan, lebih dari 50 % pasien tidak melaksanakannya. Penderita DM
sebaiknya mempertahankan menu diet seimbang, dengan komposisi
idealnya sekitar 68 % karbohidrat, 20 % lemak dan 12 % protein.
Karena itu diet yang tepat untuk mengendalikan dan mencegah agar
berat badan tidak menjadi berlebihan dengan cara : Kurangi kalori,
kurangi lemak, konsumsi karbohidrat komplek, hindari makanan yang
manis, perbanyak konsumsi serat.
b. Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena
membuat insulin bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu
menurunkan berat badan, memperkuat jantung, dan mengurangi stress.
Bagi pasien DM melakukan olahraga dengan teratur akan lebih baik,
tetapi jangan melakukan olahraga yang berat – berat.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 KASUS
Di RT 3 RW 5 kelurahan Margo Rukun terdapat penduduk yang
menderita diabetes melitus berjumlah 300 orang, 55 % wanita yaitu sebanyak
180 orang dan 45 % laki-laki sebanyak 120 orang. Dari jumlah penduduk
yang menderita diabetes melitus tersebut sebanyak 150 orang (50 %) usia
dewasa dan 30% usia lansia sebanyak 90 orang, serta 20% ibu hamil sebanyak
60 orang. Dari data tersebut diketahui Diabetes Melitus dengan tipe IDDM
25% sebanyak 75 orang, NIDDM 35% sebanyak 105 orang, dan DM dengan
gangren 30% sebanyak 90 orang, serta DM gestasional sebanyak 30 orang (10
%). Dari penduduk yang menderita DM sangat sedikit sekali penderita DM
yang rutin memeriksakan kadar gula darahnya. Asuhan keperawatan ini
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi : pengkajian
status kesehatan masyarakat, perumusan diagnosa keperawatan, dan
perencanaan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan melibatkan kader
kesehatan, tokoh masyarakat dan pimpinan wilayah tersebut.

3.2 PENGKAJIAN
Pengkajian menggunakan pendekatan community as partner meliputi :
data inti dan data sub sistem
a). Data Inti komunitas meliputi ;
Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
 Lokasi        :
 Propinsi : Jawa Timur
 Kabupaten/ kotamadya : Pacitan
 Kecamatan : Sumber Asri
 Kelurahan : Margorukun

 Rw : 05
 Rt  : 03
 Luas wilayah : 5.220 m2
 Batas wilayah/wilayah

 Utara  : Jalan raya melati


 Selatan : RT 06 /RW 04
 Barat : RT 07
 Timur : RT 18/ RW 03
 Keadaan tanah menurut pemanfaatannya

 Pemukiman : 4550 m2
1. Data demografi
1) Jumlah penderita hipertensi : 250 orang
2) Jumlah penderita TB Paru: 65 orang
3) Jumlah penderita asma : 20 orang
4) Jumlah penderita DM : 300 orang
 Berdasarkan kelompok penderita DM
 Anak-anak :-
 Remaja :-
 Dewasa : 150 orang (50 %)
 Lansia : 90 orang (30 %)
 Ibu hamil : 60 orang (20%)
 Berdasarkan agama
 Islam                           : 20 orang (80%)
 Kristen                         : 30 orang (10%)
 Hindu                           : 15 orang (5%)
 Budha                          : 15 orang (5%)
 Konghucu                    :-
 Katolik                         :-
 Berdasarakan suku bangsa
 Jawa : 210 orang (70%)
 Madura : 75 orang (25%)
 Sunda : 9 orang (3%)
 WNI keturunan : 6 orang (2%)
 Jumlah penderita DM gangrene : 90 orang
 Status perkawinan
 Kawin : 195 orang (65%)
 Tidak kawin : 60 orang (20%)
 Duda : 30 orang (10%)
 Janda : 15 orang (5%)
b). Data sub sistem
1. Data lingkungan fisik
a. Sumber air dan air minum
 Penyediaan Air bersih
 PAM : 180 orang (60%)
 Sumur : 120 orang (40%)
 Sungai :-
 Penyediaan air minum

 PAM : 150 orang (50%)


 Sumur : 90 orang (30%)
 Sungai :-
 Lain-lain/air mineral : 60 orang (20%)
 Pengolahan air minum
 Masak : 300 orang (100%)
 Tidak dimasak :-
 Pengelolaan air minum
 Selalu dimasak : 300 orang (100%)
 Air mentah :-
b. Saluran pembuangan air/sampah
 Kebiasaan membuang sampah
 Diangkut petugas : 30%
 Dibuang sembarangan : 70%
 Pembuangan air limbah
 Got/parit : 100%
 Sungai :-
 Keadaan pembuangan air limbah
 Baik/lancar : 25%
 Kotor : 75%

c. Jamban
 Kepemilikan jamban
 Memiliki jamban : 80%
 Tidak memiliki jamban : 20%
 Macam jamban yang dimiliki
 Septitank : 75%
 Disungai : 25%
 Keadaan jamban
 Bersih : 45%
 Kotor : 55%

d. Keadaan rumah
 Tipe rumah
 Tipe A/permanen : 210 orang (70%)
 Tipe B/semipermanen :  75 orang (25%)
 tipe C/tidak permanen :  15 orang (5%)
 Status rumah
 Milik rumah sendiri           : 180 orang (60%)
 Kontrak                             : 120 orang (40%)
 Lantai rumah

 Tanah                                : 30 orang (10%)


 Papan                                : 90 orang (30%)
 Tegel/keramik                   : 180 orang (60%)
 Ventilasi

 Ada                                   : 240 orang


(80%)
 Tidak ada                          : 60 orang
(20%)
 Luas kamar tidur

 Memenuhi syarat               : 180


orang (60%)
 Tidak memenuhi syarat     : 120
orang (40%)
 Penerangan rumah oleh matahari
 Baik                                   : 120 orang (40%)
 Cukup                               : 150 orang (50%)
 Kurang                              :  30 orang (10%)

e)      Halaman rumah

 Kepemilikan pekarangan
 Memiliki                            : 240 orang (80%)
 Tidak memiliki                  : 60 orang (20%)
 Pemanfaatan pekarangan
 Ya                               : 270 orang (90%)
 Tidak                           : 30 orang (10%)

2. Fasilitas umum dan kesehatan


a) Fasilitas umum
1 Sarana kegiatan kelompok
 Karang taruna                  : 1 kelompok
 Pengajian                         : 2  kelompok
 Ceramah agama               : 1  kelompok
 PKK                                : 1 kali per bulan
2 Tempat perkumpulan umum
 Balai desa : ada (1 buah)
 Dukuh : ada (1 buah)
 RW : ada (1 buah)
 RT : ada (1 buah)
 Masjid/Mushola : ada (2 buah)
b) Fasilitas kesehatan
1. Pemanfaatan fasilitas kesehatan
 Puskesmas : 150 orang (50%)
 Rumah sakit : 50 orang (16,6%)
 Para dokter swasta : 25 orang (8,3%)
 Praktek kesehatan lain : 75 orang (25%)
2. Kebiasaan check up kesehatan
 Rutin tiap bulan : 90 orang (30%)
 Jarang : 210 orang (70%)
3. Ekonomi
a. Karekteristik pekerjaan
 PNS/ABRI : 60 orang  (20%)
 Pegawai swasta : 60 orang  (20%)
 Wiraswasta : 30 orang  (10%)
 Buruh tani/pabrik :150 orang (50%)
b. Penghasilan rata-rata perbulan
 <dari UMR : 150 orang (50%)
 UMR  – 1.000.000,00 : 90 orang (30%)
 >dari UMR : 60 orang (20%)
c. Pengeluaran rata-rata perbulan
 <dari UMR : 165 orang (55%)
 UMR  – 1.000.000,00 : 105 orang (35%)
 >dari UMR : 30 orang (10%)
d. Kepemilikan usaha
 Toko : 30 orang (10%)
 Warung makanan : 15 orang (5%)
 UKM : 9 orang (3%)
 Tidak punya : 246 orang (82%)
4. Keamanan dan transportasi
a. Keamanan
1. Diet makan
 Kebiasaan makan makanan manis : 70%   ( 210 org )
 Kebiasaan makan makanan berlemak : 20%   (   60 org )
 Lain-lain :10%   (   30 org )
2. Kepatuhan terhadap diet
 Patuh : 25% ( 75 org )
 Kadang-kadang : 30% ( 90 org )
 Tidak patuh : 45% (135 org )
3. Kebiasaan berolah raga
 Sering : 15% (45 org )
 Kadang-kadang : 40% (120 org )
 Tidak pernah : 45% (135 org )
4. Kebiasaan sehari-hari
 Memakai alas kaki
 Setiap saat : 60% ( 180 org )
 Saat di luar rumah : 30% ( 90 org)
 Jarang memakai : 10% ( 30 org )
5. Kebiasaan mencuci kaki sebelum tidur
 Sering : 10% ( 30 org )
 Kadang-kadang : 15% ( 40 org )
 Tidak pernah : 75% ( 225 org )
b. Transportasi
1) Fasilitas transportasi : Jalan raya, angkutan umum,
ambulan
2) Alat transportasi yang dimiliki
 Sepeda : 90 orang (30%)
 Motor : 120 orang (40%)
 Mobil : 6 orang (2%)
 Lain-lain/ becak : 84 orang (28%)
3) Penggunaan sarana transportasi oleh masyarakat
 Angkutan umum : 165 orang (55%)
 Kendaraan pribadi : 135 orang (45%)

5. Politik dan pemerintahan


a) Struktur organisasi : ada
 Terdapat kepala desa dan perangkatnya
 Ada organisasi karang taruna
b) Kelompok layanan kepada masyarakat (pkk, karang taruna, panti,
posyandu)
c) Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan : ada yaitu
puskesmas
d) Kebijakan pemerintah khusus untuk penyakit DM : belum ada
e) Peran serta partai dalam pelayanan kesehatan : belum ada
6. Sistem komunikasi
a. Fasilitas komunikasi yang ada
 Radio :  225 orang (75 %)
 TV : 165 orang (55 %)
 Telepon/handphone : 120 orang (40 %)
 Majalah/Koran : 135 orang (45%)
b. Fasilitas komunikasi yang menunjang untuk kelompok DM
 Poster  tentang diit DM : ada
 Pamflet tentang penanganan DM : ada
 Leaflet tentang penanganan DM : ada
c. Kegiatan yang menunjang kegiatan DM
 Penyuluhan oleh kader dari masyarakat dan oleh petugas
kesehatan dari Puskesmas             : ada tapi jarang
7. Pendidikan

Distribusi pendudukan berdasarkan tingkat pendidikan formal

 SD                                           : 135 orang (45%)


 SLTP                                       : 90 orang (30%)
 SLTA                                      : 60 orang (20%)
 Perguruan tinggi                      : 15 orang (5%)

8. Rekreasi

 Tempat wisata yang biasanya dikunjungi taman kota dan alun – alun.
 Ada program setahun sekali diadakan program wisata bersama kader
kesehatan RT 05  RW 03 Kelurahan Margo Rukun.
3.3 Analisa Data
No
Pengelompokan Data Etiologi Masalah

Ds  :
1. Pengetahuan Ketidakpatuhan  terhadap
Dari hasil wawancara di
yang kurang diet Di RT 3 RW 5
dapat tingkat pendidikan
kelurahan Margo Rukun
ada 50% warga yang
tidak patuh menjalankan
diet
Do  :
- data menyebutkan
bahwa tingkat
pendidikan SD sebanyak
135 orang (45%)
- penyuluhan kader dari
masyarakat dan petugas
kesehatan dari
puskesmas jarang ada
- kebiasaan masyarakat
makan makanan yang
manis sebanyak 210
orang (70%)
Ds:
2 Faktor Ketidakpatuhan
Dari hasil wawancara
penghasilan masyarakat/penderita
didapat ketidak patuhan
yang rendah DM melaksanakan check
masyarakat untuk
up kesehatan  Di RT 3
melaksanakan check up
RW 5 kelurahan Margo
kesehatan sebanyak 219
Rukun
orang (70%)
Do:
- sebanyak 210 orang
jarang check up/bulan
- lulusan SD sebanyak
135 orang
- lulusan SLTP sebanyak
90 orang
- penghasilan < UMR
sebanyak 150 orang
- penghasilan UMR-
1.000.000 sebanyak 90
orang
- penghasilan > UMR 60
orang
Ds:
3 Kurangnya Resiko peningkatan
Dari hasil wawancara
pengetahuan penderita ganggren Di
didapat jumlah penderita
penderita DM RT 3 RW 5 kelurahan
DM 300 orang
tentang Margo Rukun
pencegahan
Do:
terjadinya luka
-jumlah penderita DM
ganggren
dengan ganggren
sebanyak 30%  (90
orang)
- distribusi penderita DM
berdasarkan tingkat
pendidikan formal
SD                     :45%
(135 orang)
SLTP                 :30% (90
orang)
SLTA                :20% (60
orang)
Perguruan tinggi:5%(15
orang)
-sebanyak 210 orang
(70%) penderita DM
tidak check up secara
rutin
- kebiasaan sehari hari
penderita DM yang
setiap saat memakai alas
kaki sebanyak 45 orang
(15%),saat dilauar rumah
75 orang (25%) dan
jarang memakai 180
orang (60%)
3.4 PRIORITAS MASALAH

Diagnosa keperawatan Pentingnya Perubahan positif Penelesaian untuk Score


penyelesaian untuk penyelesaian peningkatan kwalitas
masalah di komunitas hidup
1 : rendah 0 : tidak ada 0 : tidak ada
2 : sedang 1 : rendah 1 : rendah
3 : tinggi 2 : sedang 2 : sedang
3 : tinggi 3 : tinggi
Ketidakpatuhan  terhadap
diit di RT 5 RW 3
kelurahan Margo Rukun
3 3 3 9
berhubungan dengan 
Pengetahuan yang
kurang
Ketidakpatuhan
3 2 1 6
masyarakat/penderita
DM melaksanakan check
up kesehatan di RT 5
RW 3 kelurahan Margo
Rukun berhubungan
dengan  faktor
penghasilan yang rendah
Resiko peningkatan
penderita ganggren di RT
5 RW 3 kelurahan Margo
Rukun berhubungan
3 2 2 7
dengan  Kurangnya
pengetahuan penderita
DM tenytang pencegahan
terjadinya luka ganggren
3.5 PERENCANAAN

Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Sasaran Metode

1)      Ketidakpatuhan Tujuan 1. Bina 1. Kader 1. KIE


terhadap diet di RT 5 RW jangka pendek: hubungan saling kesehatan masyarakat1. Ceramah,
3 kelurahan Margo Rukun percaya dengan dan masyarakat yang tanya jawab,
Setelah dilakukan
berhubungan dengan  masyarakat menderita DM diskusi,
asuhan keperawatan
Pengetahuan yang kurang 1. Lakukan 1. Semua demonstrasi.
selama 1 minggu
ditandai dengan : pendidikan penderita DM di RT 5
diharapkan penderita
data menyebutkan kesehatan tentang RW 3 kelurahan
DM patuh tyerhadap
bahwa tingkat pendidikan diit untuk margorukun
pengobatan terhadap
SD sebanyak 135 orang penderita DM
diit Semua penderita DM
(45%)
Berikan di RT 5 RW 3
penyuluhan kader
Tujuan
penyuluhan kelurahan margorukun
dari masyarakat dan
jangka panjang:
tentang
petugas kesehatan dari
pentingnya
Puskesmas jarang ada -          Masyarakat
kebiasaan masyarakat mengetahui tentang kepatuhan
makan makanan yang diit untuk penderita pengobatan
manis sebanyak 210 orang DM terhadap diit bagi
(70%) penderita DM
-          Masyarakat
mengetahui tentang
pentingnya
kepatuahan
pengobatan

2)      Resiko peningkatan Setelah dilakukan 1. Berikan 1. Seluruh 1. KIE,


penderita ganggren di RT 5 asuhan keperawatan health education penderita DM di RT5 demonstrasi, dan
RW 3 kelurahan Margo dalam waktu 1 pada penderita RW 3 Kelurahan demonstrasi
Rukun berhubungan minggu tidak terjadi DM tentang cara Margo Rukun 1. Ceramah,
dengan  Kurangnya peningkatan pencegahan 1. Seluruh tanya jawab,
pengetahuan penderita DM penderita DM terjadinya luka penderita DM dan diskusi
tenytang pencegahan dengan ganggren gangren, dan keluarga di RT5 RW 31. Tindakan
terjadinya luka ganggren di Tujuan penyebab langsung
tandai dengan: jangka pendek : terjadinya luka 1. Ceramah,
jumlah penderita gangrene tanya jawab,
- Penderita DM
DM dengan ganggren 2. Ajarkan diskusi
mengetahui cara
sebanyak 30%  (90 orang) kepada penderita
pencegahan Laptop, LCD,
distribusi penderita DM maupun
terjadinya luka materi, screen, dan
DM berdasarkan tingkat keluarganya
ganggren leaflet
pendidikan formal tentang perawatan
luka gangrene
- Penderita DM
 SD         :45% (135
1. Berikan
orang) mengerti cara
 SLTP                 :30 penyuluhan
perawatan luka
% (90 orang) tentang
 SLTA                :20 ganggren
% (60 orang) pentingnya check
 Perguruan - Penderita DM up gula darah
tinggi:5%(15
mengetahui bagi penderita
orang)
penyebab terjadinya DM
sebanyak 210 orang luka ganggren 1. Lakukan
(70%) penderita DM tidak Check up gula
check up secara rutin Tujuan
darah gratis pada
jangka panjang:
penderita DM
kebiasaan sehari hari
penderita DM yang setiap Setelah dilakukan
saat memakai alas kaki asuhan keperawatan
sebanyak 45 orang selama 1 minggu
(15%),saat dilauar rumah diharapkan semua
75 orang (25%) dan jarang masyarakat
memakai 180 orang (60%) penderita DM dapat
patuh dalam
melaksanakan check
up gula darah

2. Berikan 2. Kelurahan
3)      Ketidakpatuhan - Masyarakat Laptop, LCD,
penyuluhan Margo Rukun
masyarakat/penderita DM penderita DM materi, screen, dan
tentang faktor 1. Seluruh
melaksanakan check up mengetahui tentang leafle
resiko tentang penderita DM di RT 5
kesehatan  di RT 5 RW 3 resiko
ketidakpatuhan RW 3 kelurahan
kelurahan Margo Rukun ketidakpetuhan
penderita DM margo Rukun
berhubungan dengan untuk melaksanakan
tentang check up1. Seluruh
faktor penghasilan yang check up gula darah
gula darah penderita DM di RT 5
RW 3 kelurahan
margo Rukun
rendah ditandai dengan:

sebanyak 210 orang


jarang check up/bulan
lulusan SD
sebanyak 135 orang
lulusan SLTP
sebanyak 90 orang
penghasilan <
UMR sebanyak 150 orang
penghasilan UMR-
1.000.000 sebanyak 90
orang
penghasilan >
UMR 60 orang
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa.
(1999).  Jakarta : EGC.

Carpenito, Lynda Juall. (1997). Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih
bahasa YasminAsih. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry
Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai