DOSEN FASILITATOR :
KELOMPOK I
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillahirabbalalamin, puji syukur kami ucapkan kepada Allah yang telah memberi
kan begitu banyak nikmat hingga memudahkan jalan bagi kami dalam menyelesaikan tugas
makalah “KEPERAWATAN GAWAT DARURATAN” Selesai nya makalah ini, tidak terlep
as dari bantuan dan dukungan berbagai pihak yang sangat membantu kami baik berupa moril
maupun materil. Untuk itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah ik
ut serta membantu kelancaran penulisan sehingga akhirnya tugas ini dapat terselesaikan. Uca
pan terima kasih kami ucapkan kepada:Ns.T.Abdur Rasyid,M.Kep selaku Dosen Fasilitator m
ata kuliah keperawatan dewasa di Universitas Hang Tuah Pekanbaru.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritikan dan saran yang membangun agar makalah ini dapat
menjadi makalah yang baik dan bermanfaat nantinya. Akhir kata kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak, semoga mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
1.1. Definisi.................................................................................................................. 1
1.2. Etiologi.................................................................................................................. 1
1.3. Patofisiologi........................................................................................................... 2
1.4. Klasifikasi.............................................................................................................. 3
1.5. Pemeriksaan diagnostik......................................................................................... 5
1.6. Woc ....................................................................................................................... 7
1.1. Kesimpulan............................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi
pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan
irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis
(Doenges, 2000). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel
miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk
potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel. Gangguan irama jantung
tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan
kecepatan denyut dan konduksi. Aritmia letal merupakan artimia yang mengancam
jiwa terdiri dari fibrilasi ventrikel, ventrikel takikardi, supraventrikular takikardi.
asistole, dan Pulseless Electrical Activity (PEA) (Price, 2006).
2.2 Etiologi
Menurut Hudak (1997), penyebab dari gangguan irama jantung secara umum adalah
sebagai berikut :
1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, miokarditis karena infeksi.
Adanya peradangan pada jantung akan berakibat terlepasnya mediator-mediator
radang dan hal ini menyebabkan gangguan pada penghantaran impuls.
2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner, spasme arteri koroner,
iskemi miokard, infark miokard). Arteri koroner merupakan pembuluh darah
yang menyuplai oksigen untuk sel otot jantung. Jika terjadi gangguan sirkulasi
koroner, akan berakibat pada iskemi bahkan nekrosis sel otot jantung sehingga
terjadi gangguan penghantaran impuls.
3. Karena intoksikasi obat misalnya digitalis, obat-obat anti aritmia. Obat-obat anti
aritmia bekerja dengan mempengaruhi proses reenterallarisasi sel otot jantung.
Dosis yang berlebih akan mengubah reenterallarisasi sel otot jantung sehingga
terjadi gangguan irama jantung.
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiper atau hienteralkalemia). Ion kalium
menentukan enteraltensial istirahat dari sel otot jantung. Jika terjadi perubahan
kadar elektrolit, maka akan terjadi peningkatan atau perlambatan permeabilitas
terhadap ion kalium. Akibatnya enteraltensial istirahat sel otot jantung akan
memendek atau memanjang dan memicu terjadinya gangguan irama jantung.
5. Gangguan pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan
irama jantung. Dalam hal ini aktivitas nervus vagus yang meningkat dapat
memperlambat atau menghentikan aktivitas sel pacu di nodus SA dengan cara
meninggikan konduktansi ion kalium.
6. Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat. Peningkatan aktivitas simpatis
dapat menyebabkan bertambahnya kecepatan deenterallarisasi senteralntan.
7. Gangguan endokrin (hipertiroidisme dan hipotirodisme). Hormon tiroid
mempengaruhi proses metabolisme di dalam tubuh melalui perangsangan sistem
saraf autonom yang juga berpengaruh pada jantung.
8. Akibat gagal jantung. Gagal jantung merupakan suatu keadaan di mana jantung
tidak dapat memompa darah secara optimal ke seluruh tubuh.Pada gagal jantung,
fokus-fokus ektopik (pemicu jantung selain nodus SA) dapat muncul dan
terangsang sehingga menimbulkan impuls tersendiri.
9. Akibat kardiomiopati. Jantung yang mengalami kardiomiopati akan disertai
dengan dilatasi sel otot jantung sehingga dapat merangsang fokus-fokus ektopik
dan menimbulkan gangguan irama jantung.
10. Karena penyakit degenerasi misalnya fibrosis sistem konduksi jantung. Sel otot
jantung akan digantikan oleh jaringan parut sehingga konduksi jantung pun
terganggu.
2.3 Patofisiologi
Secara umum terdapat tiga macam mekanisme terjadi aritmia, termasuk aritmia
ventrikel, yaitu automaticity, reentrant, dan triggered activity
1. Automaticity terjadi karena adanya percepatan aktivitas fase 4 dari
enteraltensial aksi jantung. Aritmia ventrikel karena gangguan automaticity
biasanya tercetus pada gangguan akut seperti infark miocard akut, gangguan
elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa, dan tonus adrenergik yang
tinggi. Oleh karena itu bila berhadapan dengan aritmia ventrikel karena
gangguan automaticity, perlu dikoreksi faktor penyebabnya yang
mendasarinya.
2. Reentry adalah mekanisme aritmia ventrikel tersering dan biasanya
disebabkan oleh kelainan kronis seperti infark miokard lama atau
kardiomiopati dialtasi. Jaringan parut yang terbentuk akibat infark miokard
yang berbatasan dengan jaringan sehat menjadi keadaan yang ideal untuk
terbentuknya sirkuit reentry. Bila sirkuit ini terbentuk maka aritmia ventrikel
reentrant dapat timbul setiap saat dan menyebabkan kematian mendadak
3. Triggered activity memiliki gambaran campuran dari kedua mekanisme diatas
. mekanismenya adalah adanya kebocoran ion enteralsitif kedalam sel
sehingga terjadi lonjakan enteraltensial pada akhir fase 3 atau awal fase 4
dari aksi enteraltensial jantung. Bila lonjakan ini cukup bermakna maka akan
tercetus aksi enteraltensial baru. Keadaan ini baru disebut after
deenterallarization (Sudoyo, 2006)
2.4 Manifestasi
1. Fibrilasi Ventrikel
Fibrilasi ventrikel adalah denyutan ventrikel yang cepat dan tak efektif.
Pada disritmia ini denyut jatung tidak terdengar dan tidak teraba, dan tidak ada
respirasi. Polanya sangat ireguler dan dapat dibedakan dengan disritmia tipe
lainnya. Karena tidak ada koordinasi antivitas jantung, maka dapat terjadi henti
jantung dan kematian bila fibrilasi ventrikel tidak segera dikoreksi
Karateristik :
Frekwensi : Cepat, tak terkoordinasi dan tak efektif
Gelombang P : Tidak terlihat.
Kompleks QRS :Cepat, undulasi iregulertanpa pola yang khas (multifokal).
Ventrikel hanya memiliki gerakan yang bergetar.
Hantaran : Banyak focus di ventrikel yang melepaskan impuls pada saat yang
sama mengakibatkan hantaran tidak terjadi; tidak terjadi kontraksi ventrikel
Irama : Sangat ireguler dan tidak terkordinasi, tanpa pola yang khusus.
Penanganan segera adalah melalui defibrilator
2. Asistole Ventrikel
Pada asistole ventrikel tidak akan terjadi kompleks QRS. Tidak ada denyut
jantung, denyut nadi dan pernapasan. Tanpa penatalaksanaan segera, asistole
ventrikel sangat fatal.
Karakteristik :
Resusitasi jantung paru (CPR) perlu dilakukan agar pasien tetap hidup.
Untuk menurunkan stimulasi vagal, berikan atropine secara intravena. Efinefrin
(intrakardiak) harus diberikan secara berulang dengan interval setiap lima
menit. Natrium bikarbonat diberikan secara intravena. Diperlukan pemasangan
pacemaker secara intratoraks, transvena atau eksternal. lasi.
3. Takikardia Ventrikel
Irama : Biasanya regular, tetapi dapat juga terjadi takiakrdia ventrikel ireguler.
Terapi yang akan diberikan dtentukan oleh dapat atau tidaknya pasien
bertoleransi terhadap irama yang cepat ini. Penyebab iritabilitas miokard harus
dicari dan dikoreksi segera. Obat antidisritmia dapat digunakan. Kardioversi
perlu dilakukan bila terdapat tanda-tanda penurunan curah jantung.
Dalam hal ini gangguan irama yang timbul dapat berupa aritmia dengan
gelombang QRS lebar atau sempit. Pada prinsipnya gambaran irama jantung
tampak pada monitor tetapi nadi pasien tidak teraba, keadaan inilah yang
disebut dengan PEA kecuali VF dan VT. Prinsip penanganan PEA adalah segera
lakukan RJP, berikan bantuan ventilasi dan sirkulasi serta segera atasi penyebab
terjadinya PEA. Adapun penyebab terjadinya PEA antara lain : hipovolemia,
hipoksia, tamponade jantung, tension pneumotorak, hipothermia, emboli paru-
paru yang luas, kelebihan obat-obatan, hiper/hipokalemi, asidosis, dan
trombosis (koroner dan pulmonal)
Otomatisasi Reentry
Hipoksia
jaringan
Jalur distal
terangsang
ASUHAN KEPERAWATAN
1.1. Kasus
1.2. Pengkajian
1. Identifikasi
Nama : Tn. M. Y. L
Umur : 64 tahun
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Alamat : Fontein
Nomor registrasi : 304437
Diagnosa medik : Supra Ventrikular Takikardi (SVT)
Tanggal MRS : 14 Juli 2019 Jam : 23:30
Tanggal pengkajian: 15 Juli 2019 Jam : 08:00
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. B. M
Umur : 64 tahun
Alamat : Fontein
Hubungan dengan klien: Istri
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengeluh jantung berdebar cepat
d. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh merasakan jantung berdebar dengan cepat ± pukul 23.30 Wita
sebelum MRS. Pasien langsung dibawa ke IGD RSUD Prof Dr. W. Z. Johanes
Kupang, saat tiba di ruang IGD pasien segera di berikan penanganan: therapy
oksigen 2 lpm/nasal kanul, mengecek GDS Stick, melakukan EKG, diberikan
therapy infuse Nacl 0,9% drip amiodoron 7 tpm, melakukan pengambilan darah
untuk dilakukan pengecekan darah lengkap, kimia darah. Di observasi di IGD dan
dipindahkan ke ruang ICCU untuk perawatan intensif.
11
e. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit jantung sejak 9 tahun lalu tidak
terkontrol (diit, minum obat, control). Pasien juga mengatakan ia adalah perokok
sejak masih muda
2. Pengkajian Primer
a. Airways (jalan nafas)
Sumbatan: Tidak ada sumbatan pada jalan nafas
(-) benda asing (-) bronscospasme (-)
(-) darah (-) sputum lendir
Tanda-Tanda Vital:
TD: 120/80 mmHg Nadi: 150x/menit
Suhu: 36,7◦Celsius RR: 18x/menit
(-) lain-lain sebutkan:-
b. Breathing (pernafasan)
Sesak dengan: Pasien tidak mengeluh sesak nafas, terpasang O2 nasal kanul 2 lpm
(-) aktifitas (-) tanpa aktifitas
(-) menggunakan otot
tambahan
Frekuensi: 18 x/mnt
Irama : (√) teratur
Kedalaman: (-) dalam
(-) tidak teratur
(-) dangkal
Reflek batuk : (-) ada (√) tidak ada
Batuk: Tidak ada batuk
(-) produktif (-) non produktif
Sputum : (-) ada (√) tidak
Warna:-
Konsistensi:-
Bunyi napas: Vesikuler
(-) ronchi (-) creakles
BGA:-
12
3.3 Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1. DS : Peningkatan frekuensi Penurunan curah
Tn. M mengatakan jantung berdebar jantung
debar cepat
DO :
- Keadaan umum lemah
- Nadi 150 x/menit
- Irama tidak teratur
- Nadi teraba lemah
- Kulit lembab
- Ekstremitas dingin
- CRT > 3 detik
- Hb 11,4 g/dL
- SPO2 98 %
2. DS : Ketidakseimbangan Intoleransi aktivitas
Pasien mengeluh lemas dan pusing suplai dan kebutuhan
DO : oksigen
- Pasien tampak lemah
- Semua ADL (toileting, personal
hygiene) dibantu oleh perawat
dan keluarga
- Perubahan EKG:
sup
3.4 Intervensi
13
No Diagnosa Tujuan Intervensi
14
meringankan nyeri dada)
4) Monitor EKG, adakah
perubahan segmen ST,
sebagaimana mestinya
5) Lakukan penilaian
komprehensif pada sirkulasi
perifer (misalnya., cek nadi
perifer, edema,
pengisian ulang kapiler, warna
ekstremitas dan
suhu ekstremitas) secara rutin
sesuai kebijakan
agen
6) Monitor tanda-tanda vital
secara rutin
7) Monitor nilai laboratorium
yang tepat (enzim
jantung dan nilai elektrolit)
8) Kolaborasi pemberian obat
antiaritmia
15
BAB IV
PENUTUP
2.1. Kesimpulan
Gangguan irama jantung yang disebabkan karena kegagalan dari sistem konduksi baik
pacemaker sebagai pembentuk impulse maupun hantarannya. Aritmia timbul akibat
perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini
bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas
listrik sel (Price, 2006).
16
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi B. Trisnohadi. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed. 3. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
Santoso Karo karo. (1996) Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Smeltzer Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC
Sudoyo,D Arua, dkk. (2006). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI
17