Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PSIKOLOGI

GANGGUAN PERILAKU
DOSEN PENGAMPU:
Andi Bungawati S.KM, M.Si

Di susun oleh:
ISMAIL ARIANTO
NIM : PO7120120020
Prodi: D-III Keperawatan
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Psikologi yang
berjudul “GANGGUAN PERILAKU”  dengan tepat waktu tanpa halangan suatu apapun.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan wawasan dan informasi kepada pembaca
tentang perkembangan psikologi abnormal dalam kehidupan sehari-hari yang kami
fokuskan pada penyimpangan-penyimpangan dalam psikologi abnormal.
Bagaimana pun penulis telah berusaha membuat makalah ini dengan sebaik-
baiknya, namun tidak ada kesempurnaan dalam karya manusia. Penulis menyadari masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat penulis harapkan untuk lebih menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini
akan menjadi ilmu yang bermanfaat.

Palu, 1 Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. 1
DAFTAR ISI............................................................................................................. 2
BAB I........................................................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 3
1.2 Perumusan Masalah............................................................................................ 3
1.3 Tujuan................................................................................................................. 3
1.4 Manfaat............................................................................................................... 4
BAB II....................................................................................................................... 5
2.1 Pengertian Perilaku Abnormal............................................................................ 5
2.2 Penyebab Perilaku Abnormal............................................................................. 7
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Abnormal..................................... 9
2.4 Karakteristik Perilaku Abnormal........................................................................ 10
2.5 Jenis-Jenis Perilaku Abnormal............................................................................ 11
BAB III..................................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan......................................................................................................... 14
3.1 Saran................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Abnormalitas dilihat dari sudut pandang biologis berawal dari pendapat bahwa
patologi otak merupakan faktor penyebab tingkah laku abnormal. Pandangan ini
ditunjang lebih kuat dengan perkembangan di abad ke-19 khususnya pada bidang
anatomi faal, neurologi, kimia dan kedokteran umum. Berbagai penyakit neurologis saat
ini telah dipahami sebagai terganggunya fungsi otak akibat pengaruh fisik atau kimiawi
dan seringkali melibatkan segi psikologis atau tingkah laku.Akan tetapi kita harus
perhatikan bahwa kerusakan neurologis tidak selalu memunculkan tingkah laku
abnormal, dengan kata lain tidak selalu jelas bagaimana kerusakan ini dapat
mempengaruhi tingkah laku seseorang. Fungsi otak yang kuat bergantung pada efisiensi
sel saraf atau neuron untuk mentransmisikan suatu pesan melalui synaps ke neuron
berikutnya dengan menggunakan zat kimia yang disebut neurotransmiter. Dengan
ketidakseimbangan bio kimia otak inilah yang mendasari perspektif biologis munculnya
tingkah laku abnormal. Akan tetapi selain dari patologi otak sudut pandang biologis juga
memandang bahwa beberapa tingkah laku abnormal ditentukan oleh gen yang
diturunkan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.1.1   Apa pengertian perilaku abnormal ?
1.1.2   Apa penyebab dari perilaku abnormal ?
1.1.3   Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku abnormal ?
1.1.4   Apa karakteristik perilaku abnormal ?
1.1.5   Apa jenis-jenis perilaku abnormal ?
1.3  TUJUAN
1.3.1   Mengetahui pengertian perilaku abnormal ?
1.3.2   Mengetahui penyebab dari perilaku abnormal ?
1.3.3   Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku abnormal ?
1.3.4   Mengetahui karakteristik perilaku abnormal ?
1.3.5   Mengetahui jenis-jenis perlaku abnormal ?
1.4  MANFAAT
Psikologi abnormal dipelajari dengan harapan dapat diperoleh pengetahuan dan
pemahaman tentang seluk beluk kelainan jiwa (jenis, gejala, penyebab, cara mencegah
dan menanganinya, dst.). Pengetahuan dan pemahaman mengenai hal tersebut diperlukan
dalam bidang psikiatri, bimbingan dan konseling.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perilaku Abnormal


Psikologi Abnormal adalah ilmu jiwa yang mempelajari tingkah atau perilaku yang
maladatif atau abnormalitas. Abnormalitas atau yang disebut juga perilaku abnormal
adalah suatu bentuk perilaku yang maladaptif. Ada juga yang menyebutnya mental
disorder, psikopatologi,emotional discomfort, mental illness (penyakit mental),
ataupun insanity. Psikologi abnormal kadang-kadang disebut juga psikopatologi. Dalam
bahasa Inggris dinyatakan dengan istilah Abnormal Psychology. Apa yang dimaksud
dengan psikologi abnormal? Berikut dikemukakan beberapa definisi.  Menurut Kartini
Kartono, psikologi abnormal adalah salah satu cabang psikologi yang menyelidiki segala
bentuk gangguan mental dan abnormalitas jiwa. Menurut Singgih
Dirgagunarsa mendefinisikan psikologi abnormal atau psikopatologi sebagai lapangan
psikologi yang berhubungan dengan kelainan atau hambatan kepribadian, yang
menyangkut proses dan isi kejiwaan. Psikologi abnormal merupakan salah satu cabang
psikologi yang berupaya untuk memahami pola perilaku abnormal dan cara menolong
orang-orang yang mengalaminya.
Perilaku abnormal merupakan tampilan dari kepribadian seseorang baik penampilan
dari dalam maupun penampilan dari luar. Perilaku abnormal juga merupakan perilaku
spesifik, phobia, atau pola-pola perilaku yang lebih mendalam, misalnya skizofren.
Perilaku abnormal juga merupakan sebutan untuk masalah-masalah yang berkepanjangan
atau bersifat kronis dan gangguan-gangguan yang gejala-gejalanya bersifat akut dan
temporer, seperti intoksinasi (peracunan obat-obatan), terutama narkoba yang
kesemuanya itu diakibatkan dari gaya hidup seseorang.
Akhirnya, model-model perilaku abnormal juga mulai bermunculan, meliputi model-
model yang mewakili perspektif biologis, psikologis, sosiokultural, dan biopsikososial.
Di bawah ini adalah penjelasan-penjelasan singkatnya :
1.    Perspektif biologis: Seorang dokter Jerman, Wilhelm Griesinger (1817-1868)
menyatakan bahwa perilaku abnormal berakar pada penyakit di otak. Pandangan ini
cukup memengaruhi dokter Jerman lainnya, seperti Emil Kraepelin (1856-1926) yang
menulis buku teks penting dalam bidang psikiatri pada tahun 1883. Ia meyakini bahwa
gangguan mental berhubungan dengan penyakit fisik. Memang tidak semua orang yang
mengadopsi model medis ini meyakini bahwa setiap pola perilaku abnormal merupakan
hasil dari kerusakan biologis, namun mereka mempertahankan keyakinan bahwa pola
perilaku abnormal tersebut dapat dihubungkan dengan penyakit fisik karena ciri-cirinya
dapat dikonseptualisasikan sebagai simtom-simtom dari gangguan yang mendasarinya.
2.    Perspektif psikologis: Sigmund Freud, seorang dokter muda Austria (1856-1939)
berpikir bahwa penyebab perilaku abnormal terletak pada interaksi antara kekuatan-
kekuatan di dalam pikiran bawah sadar. Model yang dikenal sebagai model
psikodinamika ini merupakan model psikologis utama yang pertama membahas
mengenai perilaku abnormal.
3.    Perspektif sosiokultural: Pandangan ini meyakini bahwa kita harus mempertimbangkan
konteks-konteks sosial yang lebih luas di mana suatu perilaku muncul untuk memahami
akar dari perilaku abnormal. Penyebab perilaku abnormal dapat ditemukan pada
kegagalan masyarakat dan bukan pada kegagalan orangnya. Masalah-masalah psikologis
bisa jadi berakar pada penyakit sosial masyarakat, seperti kemiskinan, perpecahan sosial,
diskriminasi ras, gender, gaya hidup, dan sebagainya.
4.    Perspektif biopsikososial: Pandangan ini meyakini bahwa perilaku abnormal terlalu
kompleks untuk dapat dipahami hanya dari salah satu model atau perspektif. Mereka
mendukung pandangan bahwa perilaku abnormal dapat dipahami dengan paling baik bila
memperhitungkan interaksi antara berbagai macam penyebab yang mewakili bidang
biologis, psikologis, dan sosiokultural.

2.2  Penyebab Perilaku Abnormal perilaku abnormal di tinjau dari faktor psikososial


yaitu :
1)   Trauma pada masa kanak-kanak
Contoh : Ketika si anak menyaksikan orangtuanya kerap bertengkar, maka tidak menutup
kemungkinan ia akan memutuskan untuk tidak menikah karena ia menganggap bahwa
pernikahan menimbulkan penderitaan.
2)   Deprivasi Parental (kurangnya rangsangan emosi dari orang tua seperti pelukan, pujian,
ciuman dll)
Contoh : Ketika ayah dan ibu si anak pergi bekerja setiap dini hari dan pulang setiap
malam hari maka otomatis waktu bertemu antara orangtua dan anak sangat minim,
sehingga anak kurang mendapat perhatian, pelukan, pujian, pengasuhan dll dari orang
tuanya, hal itu dpt berpengaruh pd perkembangan emosi dan mentalnya.
3)   Hubungan orangtua dan anak yang tidak sehat
Contoh : polah asuh yang salah seperti terlalu mengekang, terlalu membebaskan, atau
contoh yang buruk dari orangtua yang kemudian di tiru oleh sang anak.
4)   Struktur keluarga yang tidak sehat
Contoh : orangtua yang tidak pecus dalam mendidik anak, orang tua yang anti
sosial seperti pengedar narkoba/perampok, keluarga yang tidak akur dan
bermasalah, keluarga yang tidak utuh.
5)   Stres berat
     Contoh : frustasi, merasa tidak di perhatikan, dll
Penyebab Perilaku Abnormal perilaku abnormal menurut tahap fungsinya yaitu :
1)   Penyebab Primer ( Primary Cause )
Penyebab primer adalah kondisi yang tanpa kehadirannya suatu gangguan tidak akan
muncul.
2)   Penyebab yang Menyiapkan ( Predisposing Cause )
Kondisi yang mendahului dan membuka jalan bagi kemungkinan terjadinya gangguan
tertentu dalam kondisi – kondisi tertentu di masa mendatang.
3)   Penyebab Pencetus ( Preciptating Cause )Penyebab pencetus adalah setiap kondisi yang
tak tertahankan bagi individu dan mencetuskan gangguan.
4)   Penyebab Yang Menguatkan ( Reinforcing Cause )
Kondisi yang cenderung mempertahankan atau memperteguh tingkah laku maladaptif
yang sudah terjadi.
5)   Sirkulasi Faktor – Faktor Penyebab
Dalam kenyataan, suatu gangguan perilaku jarang disebabkan oleh satu penyebab
tunggal. Serangkaian faktor penyebab yang kompleks, bukan sebagai hubungan sebab
akibat sederhana melainkan saling mempengaruhi sebagai lingkaran setan, sering menadi
sumber penyebab sebagai abnormalitas.
3.    Penyebab perilaku abnormal menurut sumber asalnya yaitu :
1)   Faktor Biologis
Adalah berbagai keadaan biologis atau jasmani yang dapat menghambat perkembangan
ataupun fungsi sang pribadi dalam kehidupan sehari –hari seperti kelainan gen, kurang
gizi, penyakit dsb. Pengaruh – pengaruh faktor biologis lazimnya bersifat menyeluruh,
artinya mempengaruhi seluruh aspek tingkah laku, mulai dari kecerdasan sampai daya
tahan terhadap stress.
2)   Faktor – faktor psikososial
a.    Trauma Di Masa Kanak – Kanak
Trauma Psikologis adalah pengalaman yang menghancurkan rasa aman, rasa mampu, dan
harga diri sehingga menimbulkan luka psikologis yang sulit disembuhkan sepenuhnya.
Trauma psikologis yang dialami pada masa kanak –kanak cenderung akan terus dibawa
sampai ke masa dewasa.
b.    Deprivasi Parental
Tiadanya kesempatan untuk mendapatka rangsangan emosi dari orang tua, berupa
kehangatan, kontak fisik,rangsangan intelektual, emosional dan social. Ada beberapa
kemungkinan sebab, misalnya : Dipisahkan dari orang tua dan dititipkan di panti asuhan,
kurangnya perhatian dari pihak orang tua kendati tinggal bersama orang tua di rumah.

c.    Hubungan orang tua – anak yang patogenik


Hubungan patogenik adalah hubungan yang tidak serasi, dalam hal ini hubungan antara
orang tua dan anak yang berakibat menimbulkan masalah atau gangguan tertentu pada
anak.
2.3  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Abnormal
1.    Faktor-faktor biologis
Dalam tiga studi adopsi berskala besar di Swedia, Denmark, dan Amerika Serikat,
mengindikasikan bahwa perilaku kriminal dan agresif dipengaruhi oleh faktor genetik
dan lingkungan dimana faktor lingkungan pengaruhnya sedikit lebih besar. Beberapa sifat
kepribadian yang umum dapat diturunkan dari orangtua kepada anaknya. Dari studi
terhadap orang kembar mengindikasikan bahwa perilaku agresif (kejam terhadap hewan,
berkelahi, merusak kepemilikan) jelas diturunkan, sedangkan perilaku kenakalan lainnya
(mencuri, lari dari rumah, membolos sekolah) kemungkinan tidak demikian. Dalam studi
terhadap 10 pasangan kembar, angka kriminalitas pada saat dewasa mencapai 50% untuk
kembar monozigot, dan 20% untuk kembar dizigot. Sebaliknya, tujuh penelitian pada
anak dengan perilaku antisosial pada remaja menunjukkan angka yang tinggi, namun
seimbang antara kembar monozigot dan dizigot.
Kelemahan neurologis, tercakup dalam profil masa kanak-kanak dari anak-anak
yang mengalami gangguan tingkah laku. Kelemahan tersebut termasuk keterampilan
verbal yang rendah, masalah dalam fungsi pelaksanaan (kemampuan mengantisipasi,
merencanakan, menggunakan pengendalian diri, dan menyelesaikan masalah) dan
masalah memori. Telah lama diketahui bahwa gangguan otak seperti trauma kepala,
ensefalitis, neoplasma, dan lain-lain dapat mengakibatkan perubahan kepribadian. Anak
dengan sindroma otak organik ini mungkin menunjukkan hiperkinesa, kegelisahan,
kecenderungan untuk merusak dan kekejaman
2.    Faktor-faktor psikologis
Teori pembelajaran yang melibatkan modelling dan pengondisian operant
memberikan penjelasan yang bermanfaat mengenai perkembangan dan berlanjutnya
masalah tingkah laku. Anak-anak dapat mempelajari agresivitas orang tua yang
berperilaku agresif. Anak juga dapat meniriu tindakan agresif dari berbagai sumber lain
seperti televisi. Karena agresi merupakan cara mencapai tujuan yang efektif, meskipun
tidak menyenangkan, kemungkinan hal tersebut dikuatkan. Oleh karena itu setelah ditiru,
tindakan agresif kemungkinan akan dipertahankan. Berbagai karakteristik pola asuh
seperti disiplin keras dan tidak konsisten dan kurangnya pengawasan secara konsisten
dihubungkan dengan perilaku antisosial pada anak-anak.
3.    Pengaruh Lingkungan
1)   Orangtua: sikap orangtua terhadap anak mereka merupakan faktor yang sangat penting
bagi kepribadian anak itu. Perkawinan yang tidak bahagia atau perceraian dapat
menimbulkan kebingungan pada anak. Bila orangtua tidak rukun, maka sering mereka
tidak konsekuen dalam mengatur kedisiplinan dan sering mereka bertengkar di depan
anak. Sebaliknya, disiplin yang dipertahankan secara kaku dapat menimbulkan frustasi
yang hebat. Kepribadian orangtua sendiri juga sangat penting.
2)   Saudara-saudara: rasa iri hati terhadap saudara adalah normal, biasanya lebih nyata pada
anak pertama dan lebih besar antara anak-anak dengan jenis kelamin yang sama. Perasaan
ini akan bertambah keras bila orangtua memperlakukan anak-anak tidak sama. Untuk
menarik perhatian dan simpati orangtuanya, anak-anak tersebut bisa menunjukkan
perilaku yang agresif atau negativistik.
3)   Orang-orang lain di dalam rumah, seperti nenek, saudara orangtua atau peayan, juga
dapat memengaruhi perkembangan kepribadian anak.
4)   Teman-teman seusia. Penelitian mengenai pengaruh teman seusia terhadap agresi dan
antisocial anak-anak memfokuskan pada dua bidang yaitu Penerimaan atau penolakan
dari teman-teman seusia. Penolakan menunjukkan hubungan yang kausal dengan perilaku
agresif, bahkan dengan tindakan pengendalian perilaku agresif yang terdahulu (Coie &
Dodge, 1998), dan Afiliasi dengan teman-teman seusia yang berperilaku menyimpang.
Pergaulan dengan teman seusia yang nakal juga dapat meningkatkan kemungkinan
perilaku nakal pada anak (Capaldi & Patterson, 1994)
4.    Faktor-faktor sosiologis
Tingkat pengangguran tinggi, fasilitas pendidikan yang rendah, kehidupan
keluarga yang terganggu, dan subkultur yang menganggap perilaku kriminal sebagai
suatu hal yang dapat diterima terungkap sebagai faktor-faktor yang berkontribusi (Lahey
dkk, 1999; Loeber & Farrington, 1998). Kombinasi perilaku antisosial anak yang timbul
di usia dini dan rendahnya status sosioekonomi keluarga memprediksikan terjadinya
penangkapan di usia muda karena tindakan criminal (Patterson, Crosby, & Vuchinich,
1992).
Gangguan perilaku lebih sering didapati pada anak-anak dari golongan sosio-
ekonomi tinggi atau rendah. Hal ini mungkin terjadi karena orangtua mereka terlalu sibuk
dengan kegiatan sosial (pada kalangan atas) atau sibuk dengan mencari nafkah (pada
kalangan bawah) sehingga lupa menyediakan waktu untuk berkomunikasi dengan baik
dengan anak-anak mereka.
2.4  Karakteristik Perilaku Abnormal
1.    Kriteria perilaku abnormal secara sederhana dapat dikategorikan sebagai berikut
:
1)   Segi Biologis. Tingkat abnormal dari unsur biokimia dalam sistem saraf. Gejala fisik,
terlihat dari tidur, nafsu makan dan tingkat energi. Adanya gangguan dalam struktur dan
fungsi dari bagian-bagian dalam otak.
2)   Segi Psikologis. Pengalaman persepsi dan penginderaan (sensori) yang luar biasa.
Fungsi kognitif yang mundur atau aneh.Status emosi terganggu. Distress personal:
perilaku menyimpang.
3)   Segi sosial.Bertentangan dengan norma-norma sosial. Berbahaya bagi orang lain.
    Kriteria perilaku abnormal dalam pandangan psikologi yaitu :
1)   Kriteria Statistik
Seorang individu dikatakan berperilaku abnormal apabila menunjukkan karakteristik
perilaku yang yang tidak lazim alias menyimpang secara signifikan dari rata-rata, Dilihat
dalam kurve distribusi normal (kurve Bell), jika seorang individu yang menunjukkan
karakteristik perilaku berada pada wilayah ekstrem kiri (-) maupun kanan (+), melampaui
nilai dua simpangan baku, bisa digolongkan ke dalam perilaku abnormal.
2)   Kriteria Norma
Banyak ditentukan oleh norma-norma yang berlaku di masyarakat,ekspektasi kultural
tentang benar-salah suatu tindakan, yang bersumber dari ajaran agama maupun
kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat , misalkan dalam berpakaian, berbicara, bergaul,
dan berbagai kehidupan lainnya. Apabila seorang individu kerap kali menunjukkan
perilaku yang melanggar terhadap aturan tak tertulis ini bisa dianggap sebagai bentuk
perilaku abnormal.
3)   Personal distress
Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi
individu. Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan distress. Misalnya psikopat
yang mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa bersalah atau
kecemasan. Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan merupakan abnormal.Misalnya
seseorang yang sakit karena disuntik. Kriteria ini bersifat subjektif karena susah untuk
menentukan standar tingkat distress seseorang agar dapat diberlakukan secara umum.
2.5  Jenis-Jenis Perilaku Abnormal Gangguan Kecemasan
Sebagian besar kita merasa cemas dan tegang bila menghadapi situasi yang
mengancam dan menekan. Persaan ini merupakan reaksi yang normal terhadap stress.
Kecemasan dianggap abnormal bila terjadi dalam situasi yang oleh kebanyakan orang
dapat diatasi dengan mudah. Gangguan kecemasan mencakup sekelompok gangguan
dimana rasa cemas merupakan gejala utama(kecemasan merata dan gangguan panik) atau
kecemasan dialami bila individu berupaya mengendalikan perilaku maladaptif
tertentunya (fobia dan obsesi kompulsif).

1)      Gangguan kecemasan merata dan Gangguan Panik


Macam-Macam Kecemasan merata dan Gangguan Panik yaitu :
a.    Kecemasan merata (generalized anxiety)
Selalu merasa bersalah/khawatir, cenderung memberikan respon yang berlebihan pada
stress yang ringan. Setiap hari hidup dalam ketegangan. Terus menerus mengkhawatirkan
segala macam masalah yang mungkin terjadi dan sult sekali berkonsentrasi dan
mengambil keputusan. Keluhan fisik yang lazim antara lain tidak dapat tenang,tidur
terganggu,kelelahan,macam-macam sakit kepala,kepeningan,jantung berdebar-debar.
b.      Gangguan  Panik (Panic attacks)
Keadaan tiba-tiba yang penuh dengan keprihatinan atau teror akut yang meluap-luap.
Pada saat serangan panik individu  merasa yakin bahwa sesuatu yang mengerikan akan
terjadi. Perasaan ini disertai dengan gejala seperti jantung berdebar-debar, kehabisan
nafas, berkeringat, otot-otot bergetar, kepusingan, dan rasa muak. Semua ini akibat dari
aktifnya bagian simpatetik sistem saraf otonomik.
Saat serangan panik individu takut bahwa dia akan mati. Individu yang mengalami
gangguan kecemasan merata dan serangan panik biasanya tidak tahu sebabnya mengapa
mereka tercekam ketakutan. Kecemasan semacam ini disebut “mengambang dengan
bebas” (free-floating) karena hal ini tidak disebabkan oleh suatu stimulus atau peristiwa
tertentu tetapi terjadi dalam berbagai situasi. Peristiwa eksternal tidak begitu menjadi
penyebabnya dibandingkan dengan perasaan dan konflik yang ada dalam individu itu
sendiri.
c.       Fobia
Berbeda dengan angguan kecemasn merata,gangguan fobia mengandung ketakutan yang
spesifik. Seseorang yang bereaksi dengan ketakutan yang amat sangat terhadap suatu
stimulus atau situasi yang menurut kebanyakan orang tidaklah sangat berbahaya,disebut
orang yang fobia. Orang tersebut biasanya menyadari bahwa ketakutanya itu tidak
rasional tapi dia tetap merasakan kecemasan (mulai dari rasa rasa serba salah yang amat
sangat sampai panik) yang hanya dapat diredakan dengan menghindari benda atau situasi
yang menakutkan itu. Rasa takut biasanya tidak didiagnosa sebagai gangguan fobia
apabila rasa takut tersebut tidak sangat mengganggu kehidupan sehari-hari individu
tersebut. Contoh gangguan fobia seorang wanita yang takut akan ruangan
tertutup,sehingga dia tidak berani naik lift (dia menolak beberapa tawaran kerja hanya
karena kantornya ada di atas lantai dua) atau seorang laki-laki yang takut akan
kerumunan orang banyak sehingga dia selalu mencegah untuk menghadiri gedung
pertunjukan atau berjalan di sepanjang trotoar yang penuh sesak.
Bagaimana fobia dapat berkembang ?
a)    Teori belajar : beberapa fobia mungkin disebabkan oleh pengalaman yang
menakutkan. Contoh : mengembangkan rasa takut naik pesawat setelah mengalami
musibah udara atau takut anjing setelah perah digigit anjing)
b)   Pengamatan    : Seorang anak yang mengamati orang tuanya yang bereaksi pada situasi
tertentu dengan rasa takut dapat menghayati reaksi tersebut sebagai reaksi yang normal.
Para orang tua yang penakut cenderung akan menghasilkan anak-anak yang penakut pula
karena orang tua yang penakut menjadi model untuk ditiru anak-anak.
c)    Diberi imbalan  : Fobia yang terjadi karena pada saat-saat tentu seseorang tidak mau
kehilangan/berpisah dengan orang terdekatnya(orang tua) sehingga selalu mencari alasan
untuk tetap dekat dengan orang yang disayanginya. Dan alasanya selalu diterima
sehingga dia mendapat imbalan yaitu bisa tetap dekat dengan orang-orang
tersayangnya. Misalnya fobia sekolah pada anak kecil biasanya bukan takut pada
sekolahnya tapi takut berpisah dengan ibunya. Karena selalu ingin berdekatan dengan
ibunya menciptakan berbagai alasan misalnya dengan sakit perut, jika si ibu juga takut
berpisah dengan anaknya akan mengalah pada alasannya maka si anak akan mendapat
imbalan yakni kesenangan tinggal di rumah dengan ibunya. Rasa takut berpisah yang
mendapat imbalan pada masa kanak-kanak dapat berkembang menjadi fobia agora
sebagai respon terhadap terhadap stress dikemudian hari.
d)   Teori Psikoanalisis  : Fobia berkembang sebagai pertahanan melawan impuls yang
dirasa individu dapat berbahaya. Misalnya individu yang mengalami kecemasan karena
memiliki dorongan homoseksualitas menghindari timbulnya impuls homoseksualitas
dengan tetap tinggal dirumahnya,menjauhi teman laki-laki, dan tidak menggunakan wc
umum.
c.    Gangguan obsesi kompulsif
Orang yang mengalami gangguan obsesi kompulsi merasa terpaksa berpikir tentang hal-
hal tidak mereka inginkan.
a)      Obsesi      : gangguan terus menerus dari pikiran/bayangan yang tidak diinginkan
b)      Kompulsi : desakan yang tak tertahankan untuk melaksanakan tindakan/ritual rutin
tertentu.
Pikiran obsesi dapat dikaitkan dengan tindakan kompulsif (misalnya,pikiran tentang
kuman penyakit yang dihubungkan dengan kompulsi untuk mencuci alat-alat makan
berkali-kali sebelum dipakai). Individu yang mengalami gangguan obsesi
kompulsif,pikiran dan desakan ini sangat mengganggu tetapi merasa tak berdaya
mengendalikannya.
    Gangguan afektif
 Gangguan afektif adalah gangguan pada afeksi atau suasana hati (mood). Orang yang
terganggu ini dapat mengalami depresi atau manik (girang yang tidak wajar) yang
parah atau dapat berganti-ganti antara saat-saat depresi atau manik (girang yang tidak
wajar) yang parah dan dapat berganti-ganti antara saat-saat depresi atau saat-saat panik.
Perubahan suasana hati semacam ini mungkin saja sangat parah sehingga individu
tersebut perlu dirumah sakitkan.
1)        Episode manik
Episode manik ringan (hipomania) orangnya penuh energi ,antusias  dan percaya
diri. Terus berbicara, berpindah-pindah kegiatan tanpa memikirkan waktu tidur yang
cukup, dan membuat rencana-rencana besar tetapi tidak diimbangi dengan
pelaksanaannya. Perilaku manik bersifat mendesak dan seringkali lebih mengekspresikan
rasa kebencian daripada kegembiraan.
Episode manik yang parah ( mania) berperilaku seperti konsep yang terkenal
tentang “raving maniak” . Mereka sangat bersemangat dan harus selalu aktif. Mereka
dapat bolak-balik,menyanyi,berteriak, atau memukul-mukul dinding selama berjam-jam.
Akan marah dan menjadi ganas bila ada orang yang mengganggu kegiatan mereka.
Rangsangan ( termasuk rangsangan seksual) segera diekspresikan dalam tindakan dan
kata-kata. Mereka bersifat rancu dan tidak terorientasi serta mungkin mengalami delusi
tentang kekayaan,pekerjaan, atau kekuatan yang besar.
2)        Gangguan manik- depresi
Individu yang mengalami manik dan mengalami depresi secara berganti-ganti
dalam suatu episode yang bersamaan. Kondisi ini disebut sebagai gangguan bipolar;
individu beralih dari satu kutub perasaan ke kutub perasaan yang lain. Gangguan bipolar
atau gangguan manik depresif jarang terjadi. Gangguan manik depresif berbeda dengan
gangguan afeksi lainnya karena gangguan ini cenderung terjadi pada usia yang lebih
muda,lebih mungkin terjadi dalam keluarga,memberi respons pada beberapa pengobatan
terapis yang berbeda, dan mudah terjadi lagi bila tidak diobati.
3)      Skisofrenia
Gangguan yang ditandai dengan parahnya yaitu :
a.       Kekacauan kepribadian.
b.      Distorsi realita.
c.       Ketidakmampuan untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.
Biasanya muncul pada umur sangat muda yaitu puncaknya antara umur 25 th-35 th.
Kadang-kadang berkembang secara lamban sebagai proses yang sedikit demi sedikit.
Meningkat pada perilaku mengasingkan diri dan perilaku yang tidak wajar. Gangguan
skisofrenia dapat juga terjadi secara tiba-tiba, ditandai dengan kerancuan yang intens dan
kekacauan emosi. Kasus ini timbul dengan segera yang disebabkan oleh adanya saat
stress pada individu yang memiliki gaya hidup :
a)    Cenderung menyendiri.
b)   Suka bekerja sendiri.
c)    Merasa tidak aman.
Ciri-ciri Skizofrenia yaitu :
a.  Kekacauan Pikiran dan Perhatian.
Kesulitan umum untuk menyaring stimulus yang relevan. Individu tersebut
menanggapi begitu banyak stimulus yang bersamaan dan sulit mengambil makna.
Pembicaraan para penderita ini tidak relevan, tidak ada ujung pangkalnya.
b. Kekacauan  Persepsi.
Dalam fase yang akut seringkali dilaporkan bahwa dunia tampak lain bagi penderita
tersebut. Ketidakmampuan memahami sesuatu sebagai suatu keseluruhan.
c.  Kekacauan Afektif.
Tidak dapat merespon rangsangan emosional secara wajar dan normal. Namun
ekspresi emosi yang datar ini/tumpul ini dapat menyembunyikan kekacauan dalam
hatinya dan dapat tiba-tiba sangat marah. Kadang-kadang penderita mengukapkan
perasan yang tidak relevan dengan situasi/pikiran yang diungkapkan.
d. Delusi dan  Halusinasi.
Penderita dengan tahap akut dalam proses pikiran dan persepsi yang
menyimpang disertai pula dengan berbagai delusi. Delusi yang paling umum adalah
keyakinan bahwa kekuatan eksternal mencoba mengendalikan pikiran dan tindakan orang
tersebut. Macam-macam delusi yaitu :
a)   Delusi penganiayaan    =  Paranoid.
b)   Delusi kehebatan          =  Orang tersebut kuat dan penting.
c)   Halusinasi dapat terjadi sendiri atau merupakan bagian dari keyakinan.
d)  Halusinasi Auditorik      =  Suara-suara.
e)   Halusinasi Visual            =  Melihat mahluk-mahluk aneh,malaikat.
f)    Halusinasi  Sensorik       =  Bau busuk, rasa racun, perasaan disentuh.

    Gangguan Kepribadian


Gangguan kepribadian merupakan pola perilaku mal adaptif yang sudah kuno.
Sebelumnya kita telah menjabarkan sifat-sifat kepriadian sebagai cara-cara yang tetap
dalam menghayati atau berhubungan dengan lingkungan atau berpikir tentang dirinya
sendiri. Bila sifat-sifat kepribadian menjadi tidak luwes dan bersifat maladaptif, sehingga
mengganggu kemampuan individu berfungsi, maka sifat-sifat tersebut
merupakan gangguan kepribadian. Gangguan kepribadian merupakan cara-cara yang
tidak dewasa dan tidak wajar dalam mengatasi stress atau memecahkan masalah. Sifat-
sifat tersebut biasanya muncul pada masa
remaja dan dapat berlangsung sepanjang hidup. Berbeda dengan orang yang mengalami g
angguan afektif dan kecemasan yang juga berperilaku maladaptif,
orang yang menderita gangguan kepribadian biasanya tidak merasa  sangat terganggu
atau cemas dan tidak punya motivasi untuk mengubah perilakunya. Mereka tidak
kehilangan kontak dengan realita atau tidak menunjukkan kekacauan perilaku yang
mencolok seperti orang yang menderita skisofrenik.

                                                                                                           
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa psikologi abnormal adalah ilmu
jiwa yang mempelajari tentang tingkah laku atau perilaku maladatif seseorang. Jika
seseorang mengalami psikologi yang abnormal maka orang tersebut akan cenderung
memperlihatkan perilaku-perilaku yang abnormal sehingga akan orang tersebut
melakukan penyimpangan-penyimpangan perilaku dalam kehidupannya.
Untuk menangani penyimpangan-penyimpangan, maka dilakukan berbagai
pendekatan, yang lebih berfokus pada pendekatan biologis yang memberikan terapi-terapi
obat dan pendekatan psikologis yang memfokuskan pada terapi konseling keseorang
psikolog, psikiater dan para pekerja kesehatan lainnya untuk meningkatkan kesejahteraan
serta ketenangan kehidupan perasaan penderita gangguan-gangguan psikologi tersebut.
3.2 Saran
Bagi para Mahasiswa diharapkan agar dapat memahami dengan baik konsep-konsep
dan teori, karateristik serta tipe-tipe abnormalitas, sehingga dapat membedakan antara
perilaku abnormal dan normal, mahasiswa juga diharapkan untuk dapat mengontrol diri
agar senantiasa berperilaku sehat dan normal baik secara mental maupun fisik dalam
kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

1.    http://echi090587.blogspot.com/2013/05/makalah-gangguan-tingkah-laku.html
2.    http://psikologi.ustjogja.ac.id/files/materi/1305626061Abnormal.pdf
3.    http://verawati-cogitoergosum.blogspot.com/2012/02/pembahasan-perilaku-
abnormal.html
4.    http://jainiyubmee.blogspot.com/2011/04/makalah-perilaku-abnormal.html
5.    http://dhinninuraeni.blogspot.com/2012/01/psikologi-abnormal.html?m=1
6.    http://aniendriani.blogspot.com/2011/03/konsepsi-psikologi-abnromal.html

Anda mungkin juga menyukai