Dosen Pembimbing :
Ambia Nurdin
Disusun Oleh :
1. Shinta Murti (22181003)
2. Nabila Syahfitri(22181008)
ILMU-ILMU KESEHATAN
PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ABULYATAMA
TAHUN AJARAN 2022/2023 FAKULTAS
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat tuhan yang maha esa atas atas rahmat dan hidayah Nya,penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ tingkah laku sakit” dengan tepat
waktu.Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah sosio antropolog
kesehatani.selain itu makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang tingkah laku sakit
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak
Ambia Nurdin,SKM,S.Pd,M,Pd.M selaku dosen mata kuliah Sosio antropologi.ucapan terima
kasih di sampaikan kepdada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini
Penulis menyadari makalah ini masi jauh dari sempurna.Oleh sebab itu,saran dan kritik
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN……………………………………………………………..1
BAB 1
B.RUMUSAN MASALAH…………………………………………………….
C.TUJUAN MASALAH……………………………………………………….
BAB 2
PEMBAHASAN……………………………………………………………….
. PENGERTIAN SAKIT……………………………………………………….
. PENGERTIAN PENYAKIT………………………………………………….
BAB 3
KESIMPULAN ……………………………………………………………...……….
SARAN……………………………………………………………………….…
BAB 1
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Kualitas hidup sebagai persepsi seseorang tentang posisinya dalam kehidupan, dalam
hubungannya dengan sistem budaya dan nilai setempat dan berhubungan dengan cita – cita,
pengharapan dan pandangan – pandangannya, yang merupakan pengukuran yang
multidimensi, tidak terbatas hanya efek fisik maupun pengobatan (Eiser & Morse, 2000).
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup remaja dengan penyakit thalasemia
adalah perilaku sakit dalam aspek psikososial. Dimana perilaku sakit dalam aspek psikososial
pada kualitas hidup remaja dengan penyakit kronis menjelaskan tentang kejiwaaan remaja
akibat yang ditimbulkan saat menghadapi penyakitnya, prognosis dan komplikasi penyakit
yang bisa memperburuk status kesehatan serta kualitas hidup seseorang (Eiser & Morse,
2000).) Perilaku sakit dapat dikonseptualisasikan sebagai respon seseorang terhadap ancaman
kesehatan yang dirasakan. Respon ini yang mendorong seseorang untuk mempersepsikan
ancaman kesehatan yang mendasari timbulnya perilaku sakit. Munculnya perilaku sakit pada
individu sakit bisa dianggap perilaku yang normal. Namun bila perilaku sakit pada individu
tersebut menimbulkan aspek psikososial yang berlebihan dan mengarah negatif, maka
perilaku sakit pun akan menjadi perilaku sakit abnormal. Bertahannya suasana hati yang tidak
pantas dan perubahan perilaku maladaptive menggambarkan perilaku sakit tidak hanya
menjadi perilaku yang terbuka tetapi perilaku yang mencakup sifat individu terhadap
pengalaman subjektif kesehatannya. Hal ini yang menjadikan istilah perilaku sakit menjadi
perilaku sakit abnormal yang terjadi pada indvidu sakit. (Pilowsky, 1993).
B.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas dapat di rumuskan beberapa masalah penting sebagai
berikut.
C.TUJUAN MASALAH
1.Definisi prilaku sakit
Perilaku sakit abnormal terbagi 2 aspek yaitu perilaku sakit yang berfokus somatik
(fisik) dan perilaku sakit yang berfokus psikologis (psikososial). Perilaku sakit yang berfokus
somatik terdiri dari perilaku sakit yang menegaskan dan perilaku sakit menyangkal. Perilaku
sakit menegaskan seperti perilaku berpura- pura sakit, syndrom buatan kronis dengan
syndrom fisik, gangguan buatan dengan gejala fisik, gangguan somatisasi, gangguan
konversi, gangguan nyeri somatoform, gangguan depresi mayor dengan fitur psikotik
kongruen dan gangguan skizofrenia. Perilaku sakit menyangkal seperti penolakan untuk
mendapatkan pekerjaan, penolakan untuk menghindari terapi medis yang akurat, penolakan
penyakit akibat rasa malu dan rasa bersalah, ketidakpatuhan setelah infark miokard, perilaku
counterphobic pada hemofilli, penolakan somatik patologi sebagai gangguan skizofrenia
berat. Perilaku sakit berfokus pada somatik melibatkan keluhan fisik seperti sakit kepala,
mual, muntah, tidak nafsu makan, insomnia.
Penanganan perilaku sakit ini dibutuhkan kolaborasi dari tim medis (dokter) yang
berkaitan dengan penanganan keluhan fisik yang dialami seseorang yang sakit. Perilaku sakit
yang berfokus psikologis (psikososial) terdiri dari perilaku sakit menegaskan dan perilaku
sakit yang menyangkal. Perilaku sakit menegaskan seperti berpura – pura sakit, gangguan
buatan dengan gejala psikologis, kecemasan, kehilangan memori atau hilangnya fungsi otak
dan perilaku sakit yang menyangkal penolakan simptomatology psikotik untuk menghindari
stigma ruamah sakit saat mendapatkan pearawatan, penolakan penyakit untuk menghindari
diskriminasi, penolakan untuk menerima pengobatan dengan adanya diagnosis gangguan
jiwa, penolakan penyakit (kurang pengetahuan) depresi psikotik.
Menurut Pilowsky (1978) “perilaku sakit abnormal terjadi pada awal individu
menerima suatu penyakit dengan faktor prediposisi stigma rawat inap dengan pengobatan
yang terus menerus diajalan serta orang tua yang oveprotektif. Untuk pendeteksian dari
munculnya perilaku sakit tidak selalu dilakukan di rumah sakit atau pun di lingkungan
komunitas. Sehingga digunakan suatu kuesioner perilaku sakit sebagai alat screening perilaku
sakit pada individu yang sakit”.
A.PENGERTIAN TINGKAH LAKU SAKIT
Gangguan tingkah laku dapat didefinisikan dari berbagai disiplin ilmu sesuai
dengan keperluan profesionalnya, adapun pengertian dari gangguan tingkah laku dari
beberapa ahli yakni :
1.Status Perkembangan
2.Pengaruh sosiokultural
Masing-masing kultur punya pandangan tentang sehat yang di turunkan dari orang
tua pada anaknya.contoh;Orang cina sehat ,sehat adalah keseimbngan anatara orang ekonomi
tinggi dan ekomomi rendah.
Faktor eksternal meliputi gejala yang dapat dilihat,gejala yang terlihat dari suatu penyakit
dapat mempengaruhi citra tubuh dan prilaku sakit .Misalnya ;orang yang mengalami bibir
kering dan pecah-pecah mungkin akan lebih cepat mencari pertolongan dari pada orang
dengan serak tenggorokan .
Pada tahap ini pasien menyadari bahwa ada sesuatu yang salah mereka mengenali
sensasi keterbatasan fungsi fisik tetapi belum menduga adanya diagnose tertentu.
A.Kesimpulan
Tingkah laku beragama adalah tingkah laku yang dilakukan oleh setiap manusia yang
mempunyai kepercayaan kepada agama tertentu. Tingkah laku ini dilakukan setiap masa
dalam kehidupan seharian mengikut kepercayaan agama yang dianuti. Persoalannya, kenapa
dan bagaimana setiap tingkah laku beragama itu terhasil sehingga manusia mengzahirkan
tingkah laku tersebut dalam kehidupan seharian mereka. Oleh itu, kertas kerja ini
menganalisis punca dan sebab manusia mengzahirkan tingkah laku beragama. Kajian ini
menggunakan metodologi kualitatif melalui pendekatan analisis kandungan dokumen secara
reduksi data, penyajian data dan membuat kesimpulan.
Kajian ini mensentesis karya klasik Freud dan karya kontemporari daripada Feierman bagi
mencapai objektif kajian. Hasil kajian menjelaskan, punca dan sebab tingkah laku beragama
adalah naluri manusia. Naluri tersebut adalah interaksi antara pemikiran dan perasaan
manusia terhadap persekitaran mereka. Freud menjelaskan, minda sedar dan bawah sedar
telah menjadi punca kepada perasaan takut sehingga mengzahirkan tingkah laku beragama.
Feierman menyatakan pemikiran terhadap kewujudan Tuhan dan perasaan takut kepada kuasa
Tuhan merupakan kecenderungan manusia untuk memenuhi keperluan mereka secara
mendalam. Kajian ini telah menjelaskan asal usul dari mana lahirnya tingkah laku beragama
yang dizahirkan oleh manusia dalam setiap hari malah setiap masa dilakukan kehidupan
seharian mereka.
B.Saran
Beberapa saran diberikan berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, saran
diberikan kepada lembagalembaga kesehatan agar meningkatkan promosi kesehatan kepada
masyarakat supaya lebih terdorong untuk melakukan pengobatan dan pemeriksaan ke layanan
kesehatan. Mengkolaborasikan pengobatan medis dan juga tradisional agar masyarakat bisa
mempertimbangkan penggunaan pengobatan medis, ataupun mengkombinasikan pengobatan
medis dan juga tradisional.
Kepada responden penelitian juga diberikan saran untuk mempertimbangkan pengobatan
medis sebagai pilihan kedua setelah pengobatan tradisional, agar dapat dijadikan solusi
alternatif ketika mengalami sakit. Melakukan cek rutin ketika mengalami gejala-gejala yang
tidak wajar, dan menyeimbangkan antara penggunaan pengobatan tradisional dan juga
pengobatan medis. Saran juga diberikan kepada penelitian berikutnya yaitu dapat
menggunakan pendekatan lain untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, menggunakan
responden penelitian yang lebih banyak, serta memperluas kajian penelitian dan juga
menggunakan lebih banyak referensi penelitian. Menggunakan lokasi penelitian yang berbeda
karena faktor demografi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi health seeking
behavior.
DAFTAR PUSTAKA
Nor Nazmi Moh Mustafa ,dan Amanah Saayah Ismail (2020).FAKTOR PEMBENTUKAN
TINGKAH LAKU MENURUT AHLI PSIKOLOGI;FACTORS FOR FORMING RELIGIUS
BEHAVIOR ACCORDING TO PSYCHOLOGISTS.Zulfaqar Journal Of Defence
Manajement Social Science & Humanities.