Anda di halaman 1dari 17

Dosen Pengampu : Dr. Rohmah Rifani, S. Psi., M. Si.

, Psikolog

Ismalandari Ismail, S. Psi., M. Psi., Psikolog

MAKALAH KELOMPOK

“Penggunaan Layanan Kesehatan”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 7 / B

Rieska Cendra Ayu Wardhani (1971040010)

Saphira Salsabilah Syamsuddin (1971041050)

RR Atika Puspita Putri (1971042019)

Adzkiya Safitri (10011182025019)

PSIKOLOGI KESEHATAN

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2021

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
A. Latar Belakang................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................3
C. Tujuan.............................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
A. Pengenalan dan Interpretasi Gejala.................................................................................5
1. Pengenalan Gejala.......................................................................................................5
2. Interpretasi Gejala.......................................................................................................7
3. Representasi Kognitif Penyakit...................................................................................8
4. Jaringan Rujukan Awam.............................................................................................9
5. Internet.........................................................................................................................9
B. Pengguna Layanan Kesehatan.......................................................................................10
1. Usia............................................................................................................................10
2. Jenis Kelamin............................................................................................................10
3. Kelas Sosial dan Budaya...........................................................................................10
4. Faktor Psikologis Sosial............................................................................................11
C. Penyalahgunaan Layanan Kesehatan............................................................................11
1. Menggunakan Layanan Kesehatan untuk Gangguan Emosi.....................................11
2. Delay Behavior..........................................................................................................12
3. Penyebab Delay Behavior.........................................................................................12
BAB III.....................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................15
A. Kesimpulan...................................................................................................................15
B. Saran..............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan tubuh berperan penting dalam menjalani aktivitas sehari-hari baik fisik
maupun pikiran dengan membutuhkan energi sebagai modal utama untuk
menjalankan serta mengoptimalkan kinerja aktivitas. Kesehatan perlu diperhatikan
oleh tiap individu sebelum memulai kegiatan dilaksanakan. Sehat atau tidaknya suatu
kondisi tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu makanan atau minimuan yang
dikonsumsi, perawatan diri, lingkungan, hingga penyakit turunan. Tidak hanya itu,
kesehatan fisik juga dipengaruhi pada kesehatan psikologis individu. Ketika
melakukan aktivitas yang sudah melampui batas kemampuan fisiknya maka sesorang
akan mengalami kekelahan dan dapat mempengaruhi kondisi mood individu, salah
satunya yaitu stres. Respon tubuh terhadap kekelahan tersebut akan menurunkan
tingkat imunitas individu sehingga individu mengalami gangguan kesehatan.
Gangguan kesehatan ini akan menujukkan beberapa gejala yang dirasakan oleh
pengidapnya. Gejala gangguan kesehatan ini tergantung pada kestabilan imun maupun
dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti jenis kelamin dan usia. Sementara langkah
pengupayaan mencegah maupun pengobatan terhadap gangguan kesehatan dengan
menggunakan layanan kesehatan guna mengembalikan imunitas tubuh menjadi sehat.
Oleh karenanya hubungan fisik dengan psikologis sangat berkaitan dalam merubah
kekebalan tubuh yang dirasakan individu. Dengan ini maka perlu adanya pengetahuan
dibalik sehat atau tidaknya fisik tubuh seseorang juga dipengarhi faktor psikologis
yang tidak disadari. Banyak orang masih mengesampingkan psikologis individu
sebagai penyebab seseorang menjadi sakit dan banyak diantara mereka hanya
berfokus bahwa penyakit itu datang dari melemahnya imun sebagai perlawanan
terhadap penyakit yang ada di dalam tubuh.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil sebagai rumusan masalah dalam
makalah ini ialah :
1. Bagaimana pengenalan dan intepretasi gejala ?
2. Bagaimana pengguna layanan kesehatan ?

3
3. Apa yang dimaksud dengan penyalahgunaan layanan kesehatan ?

C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
tujuan makalah ialah :
1. Mengetahui pengenalan dan intepretasi gejala
2. Mengetahui pengguna layanan kesehatan
3. Mengetahui penyalahgunaan layanan kesehatan.

A.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengenalan dan Interpretasi Gejala


Pada dasarnya setiap manusia menyadari apapun yang terjadi didalam tubuhnya,
tetapi kesadaran ini tak jarang sifatnya terbatas dalam situasi-situasi tertentu.
keterbatasan inilah yang kemudian menjadi kajian dalam faktor sosial dan psikologis
dalam pengenalan dan interpretasi gejala seorang individu.

1. Pengenalan Gejala
Dalam kehidupan sehari-hari tak jarang kita menemukan dua tipe individu
ketika mereka menghadapi gejala-gejala atas suatu penyakit, sebagian diantara
mereka cenderung lebih senang untuk tetap beraktivitas seperti biasanya dan
menghiraukan gejala yang ia alami dengan alasan agar gejala tersebut tidak
melemahkan mereka dalam menjalani kehidupan. Sementara sebagian lainnya
akan berdiam diri ditempat tidur atau beristirahat secara total ketika sudah mulai
merasakan ada hal yang berbeda didalam tubuhnya atau gejala tertentu. Terdapat
lima faktor yang dapat mempengaruhi hal ini diantaranya ialah sebagai berikut.
- Perbedaan Antar Individu
Individu dalam mengenali gejala penyakit dalam dirinya menujukkan reaksi
yang berbeda-beda antar yang satu dan yang lainnya. Carmin, Weigartz, Hoff,
& Kondos (2003) serta Rief, Hessel, & Braehler (2001) menyatakan bahwa
individu yang kerap kali mengubah penderitaannya menjadi gejala fisik,
cenderung melaporkan gejala seperti nyeri punggung, nyeri sendi, nyeri pada
ekstremitas, sakit kepala, gejala berkaitan dengan perut seperti kembung,
alergi pada makanan tertentu, dan gejala kardiovaskular seperti palpitasi.
Ditinjau dari gender, ternyata dibandingkan dengan wanita, pria lebih banyak
melaporkan gejala-gejala ini. Usia juga berpengaruh dalam perbedaan individu
dalam mengenali gejala, mereka yang lebih tua melaporkan lebih banyak
gejala dibanding mereka yang lebih muda.
Individu yang memiliki tingkat neurotisme yang tinggi lebih cepat menyadari
gejala penyakit yang mereka alami dan lebih cepat juga dalam melaporkan
gejala tersebut, selain itu mereka juga tak jarang percaya bahwa gejala-gejala
yang mereka alami adalah gejala penyakit serius. Individu yang mengalami

5
neurotisme dan cemas mungkin akan lebih membesar-besarkan gejala yang
mereka alami, meskipun sebenarnya gejala yang dialami ialah gejala yang
umum dialami oleh setiap orang, atau mungkin saja mereka lebih
memperhatikan gejala yang sebenar-benarnya.
- Perbedaan Perhatian
Pennebaker (1983) memaparkan bahwa individu yang lebih banyak menaruh
perhatian pada dirinya atau secara internal, cenderung lebih cepat dalam
menyadari gejala penyakit yang ada dalam dirinya dibandingkan dengan
mereka yang lebih terfokus pada eksternal atau lebih fokus pada lingkungan
sekitarnya dan kegiatan kesehariannya. Mereka yang memiliki pekerjaan yang
membosankan, mereka yang kurang berinteraksi secara sosial, mereka yang
bekerja dirumah, atau mereka yang tinggal sendiri melaporkan lebih banyak
gejala fisik dibandingkan dengan mereka yang memiliki pekerjaan yang
menyenangkan, yang aktif berinteraksi secara sosial, yang bekerja diluar
rumah, atau mereka yang tinggal dengan orang lain. Pennebaker
menambahkan bahwa mereka yang aktif beraktivitas dan tidak terlalu terfokus
pada dirinya sendiri melaporkan lebih sedikit gejala penyakit dibandingkan
dengan mereka yang tidak secara aktif beraktivitas dalam kesehariannya.
- Faktor situasional
Ketika seseorang sedang berada dalam situasi yang membosankan mereka
akan lebih memperhatikan gejala-gejala yang muncul pada dirinya
dibandingkan ketika mereka berada didalam situasi yang menyenangkan atau
menarik. Berada dirumah tanpa adanya aktvitas yang berarti lebih
memungkinkan seseorang untuk merasakan gejala-gejala penyakit
dibandingkan ketika mereka melakukan aktivitas hiruk pikuk diluar rumah.
Padatnya kegiatan fisik yang dilakukan oleh individu akan mengalihan
perhatiannya dari gejala yang ia alami, sementara itu berdiam diri tanpa
melakukan hal berarti akan meningkatkan kepekaan mereka terhadap gejala
penyakit. Faktor-faktor situasional seperti ini yang akan mendorong
pengenalan individu akan gejala penyakit yang ia rasakan.
- Stres
Stres juga dapat menjadi salah satu faktor yang dapat memicu atau
memperburuk pengenalan atas gejala. Individu yang sedang berada di bawah
tekanan bisa saja mempunyai keyakinan bahwa mereka lebih rentan terhadap

6
penyakit dan akan lebih memberikan perhatian lebih atas setiap perubahan
yang ada pada dirinya. Ketegangan finansial, permasalahan personal, dan
stresor lainnya dapat membuat orang berkeyakinan bahwa mereka sedang
menderita penyakit-penyakit tertentu. Misalnya ketika seseorang sedang
mengalami stres dan mengalami perubahan fisiologis seperti detak jantung
yang meningkat atau kelelahan, ia bisa saja menafsirkan ini sebagai gejala
penyakit.
- Suasana Hati dan Emosi
Mereka yang berada dalam situasi hati atau emosi yang baik cenderung akan
menilai diri mereka sebagai pribadi yang sehat, melaporkan lebih sedikit
ingatan mengenai penyakit yang pernah diderita, dan melaporkan lebih sedikit
gejala penyakit. Bahkan hal ini juga berlaku pada mereka yang telah
didiagnosis penyakit, mereka akan melaporkan lebih sedikit gejala ketika
sedang dalam suasana hati yang baik. Sementara itu mereka yang berada
dalam suasana hati atau emosi yang buruk akan melaporkan lebih banyak
gejala; lebih pesimis akan hidupnya, yakni berpikir bahwa apa pun tindakan
mereka hal itu tidak akan lebih meringankan gejala mereka, juga mereka akan
menganggap dirinya lebih rentan terhadap penyakit di masa yang akan datang.

2. Interpretasi Gejala
Interpretasi gejala juga memiliki proses psikologis yang cukup kompleks.
Bagaimana seseorang menginterpretasikan gejalanya dapat ditinjau dari berbagai
macam faktor seperti, pengalaman sebelumnya atas suatu gejala, harapan individu,
tingkat keseriusan penyakit, dan lain sebagainya. Selain mempengaruhi
interpretasi individu atas suatu gejala, faktor-faktor ini juga dapat mempengaruhi
keputusan mereka dalam menggunakan layanan kesehatan.
- Pengalaman Sebelumnya
Interpretasi individu mengenai gejala dapat dipengaruhi oleh pengalaman
sebelumnya. Misalnya, karena kelelahan seseorang menderita demam dan
batuk, tetapi ia pernah melihat orang lain dengan gejala yang sama didiagnosis
dengan penyakit kronis. Maka tidak menutup kemungkinan orang yang
tadinya sebenarnya hanya kelelahan akan menginterpretasikan bahwa ia
sedang sakit kronis karena adanya pengalaman melihat orang lain dengan
gejala yang sama didiagnosis penyakit kronis. Tetapi Jemmot, Croyle, & Ditto

7
(1988) menegaskan bahwa hal ini hanya akan terjadi apabila individu tidak
memiliki riwayat kondisi itu sebelumnya, jika sebelumnya mereka telah
memiliki pengalaman pribadi atas hal tersebut maka sebagian besar akan
memperkirakan prevalensi gejala yang lebih besar dan akan berpikir bahwa
kondisi yang mereka rasakan tidak begitu serius.
- Harapan
Harapan juga dapat mempengaruhi seseorang dalam menginterpretasikan
gejalanya. Leventhal, Nerenz, & Strauss (1982) berpendapat bahwa seseorang
cenderung akan mengabaikan gejala yang tak ia harapkan dan memperkuat
gejala yang mereka harapkan. Miller & Maner (2012) menyatakan bahwa saat
seseorang merasa bahwa ia rentan terhadap penyakit, mereka akan cenderung
merespons sensasi tubuh sebagai indikasi dari penyakit tertentu, bahkan bisa
saja mereka akan menganggap bahwa orang lain disekitarnya merupakan
pembawa penyakit potensial.
- Keseriusan Gejala
Leventhal, Nerenz, Strauss (1982) menyatakan bahwa saat seseorang
merasakan gejala pada bagian tubuh yang ia anggap berharga, maka ia
cenderung akan menganggap bahwa gejala tersebut merupakan gejala yang
serius dan membutuhkan perhatian lebih dibandingkan ketika gejala dialami
dibagian tubuh yang dianggap kurang berharga. Misalnya, orang cenderung
akan menjadi lebih cemas ketika mereka mengalami gejala yang
mempengaruhi area mata atau wajahnya. Namun, Miller & Maner (2012)
mengemukakan bahwa, tetap saja individu akan lebih cepat untuk mencari
pengobatan dan berobat ke layanan kesehatan apabila gejala yang ditimbulkan
diiringi dengan rasa sakit dibandingkan dengan ketika gejala tersebut tidak
diiringi oleh rasa sakit sama sekali.

3. Representasi Kognitif Penyakit


Keyakinan seseorang tentang penyakit mereka dapat mempengaruhi perilaku
dalam mencari pengobatan. Nyatanya, setiap orang memiliki keyakinan tersendiri
dari penyakit mereka yang dipengaruhi oleh media, pengalaman pribadi, ataupun
pengalaman-pengalaman serupa dari teman atau keluarga. Persepsi ini bisa
dimulai dari yang cukup samar dan tidak akurat hingga dengan ekstensif, teknis,
dan lengkap. Hal ini penting mengingat mereka juga dapat mempengaruhi

8
pemahaman orang lain, seperti mempengaruhi perilaku preventif masyarakat,
reaksi mereka terhadap suatu gejala, dan lain-lain. Pandangan itu berkaitan dengan
informasi-informasi dasar penyakit, seperti faktor penyebab timbulnya penyakit,
gejalanya, pengobatannya, dan lainnya. Semua inilah yang mempengaruhi
keyakinan seseorang terhadap penyakitnya.
Ada 3 model penyakit :
- Penyakit akut, diyakini disebabkan oleh bakteri atau virus yang berjalan
singkat tanpa adanya konsekuensi jangka panjang. Contohnya penyakit flu.
- Penyakit kronis, disebabkan oleh banyak faktor, berlangsung lama, dan
disertai konsekuensi yang parah. Contohnya penyakit jantung.
- Penyakit siklik, terjadi dalam periode yang bergantian dan biasanya tidak
memiliki ataupun banyak memiliki gejala. Contohnya penyakit herpes.

Persepsi seseorang tentang penyakit sangatlah bervariasi dan hal ini dapat
mempengaruhi perilaku seseorang mengenai penyakitnya. Seperti dua orang yang
mengalami penyakit sama namun berbeda pandangan. Sehingga memperlakukan
gangguan mereka dengan berbeda, tingkat kewaspadaan yang berbeda, dan pola
pencarian pengobatan yang beda. Persepsi memberi seseorang dasar dalam
menafsirkan informasi baru, keputusan pencarian pengobatan, hingga kemauan
mereka untuk patuh terhadap pengobatan yang pastinya dapat mempengaruhi
kesehatan mereka di masa mendatang.

4. Jaringan Rujukan Awam


Jaringan rujukan awam ini biasanya dilakukan sebelum mencari perawatan
medis atau pergi ke berbagai pelayanan kesehatan, yakni dengan meminta
pendapat atau saran dari keluarga ataupun teman. Di banyak komunitas, jaringan
rujukan awam adalah hal yang sangat sering terjadi. Seorang ibu yang telah
merawat anaknya puluhan tahun pun dapat dikatakan sebagai praktisi awam
karena banyaknya pengalamannya. Biasanya, hal ini diisi dengan tanggapan
bahwa penyebab dan kesembuhan penyakit dipengaruhi oleh sesuatu yang
supranatural. Selain itu, pengobatan yang disarankan pun biasanya berupa obat
rumahan.

5. Internet
Internet juga termasuk bagian dari jaringan rujukan awam. Terhitung dua
pertiga dari pengguna internet telah memakai internet untuk mencari informasi

9
kesehatan dan setengah dari mereka berpendapat bahwa informasi ini sangat
membantu dalam merawat diri mereka. Menurut penelitian, internet akan
memengaruhi perawatan kesehatan secara positif, namun tak bisa dipungkiri
bahwa ada beberapa informasi yang tidak akurat dan berakibat pada
memburuknya penyakit yang diderita.

B. Pengguna Layanan Kesehatan


Perbedaan individu yang menggunakan layanan kesehatan juga dapat dikaji melalui
beberapa faktor, misalnya umur, gender, kelas sosial dan budaya, serta faktor
psikologis sosial.

1. Usia
Meara, White, & Cutler (2004) menyatakan bahwa kelompok usia yang paling
sering menggunakan layanan kesehatan adalah anak-anak dan orang tua. Anak-
anak rentan tertular penyakit karena lemahnya sistem imun mereka, sedangkan
orang tua mulai mengalami penyakit penuaan.

2. Jenis Kelamin
Perempuan lebih sering menggunakan layanan kesehatan dibandingkan dengan
laki-laki, sebab perempuan merasa cepat khawatir terhadap perubahan sedikit
yang dirasakan oleh tubuhnya seperti perubahan suhu badan. Perempuan merasa
lebih sensitif atas perubahan kondisi tubuhnya, dibandingkan laki-laki yang
kemungkinan tidak menyadari adanya perubahan fisik dialaminya. Adanya
tuntutan norma yang sudah tertanam dalam masyarakat bahwa laki-laki
diharapkan memproyeksikan dirinya untuk menjadi seseorang yang tangguh,
sehingga mengabaikan dan tidak mudah menyerah ketika mereka sakit. Selain itu
laki-laki juga berkunjung ke layanan kesehatan sebagai pemeriksaan fisik dalam
langkah pencegahan. Namun bagi perempuan penggunaan layanan kesehatan
untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka atas kekhwatiran yang dirasakannya
dan perawatan medisnya.

3. Kelas Sosial dan Budaya


Kelas sosial bawah (Lower class) lebih minim penggunaan layanan kesehatan
dibadingkan dengan kelas sosial atas (Upper class) sebab dipengaruhinya pada
sisi ekonomi. Namun, dalam peraturan juga diberikan fasilitas kepada orang
kurang mampu agar tetap dapat menggunakan layanan kesehatan sehingga tidak
ada kesenjangan berdasarkan tingkat kelas sosialnya. Fasilitas tersebut juga

10
tentunya tidak sebaik yang dibayarkan oleh kelas atas dalam memperoleh
pelayanan medisnya, sehingga itulah yang menjadi kesenjangan terbesar pada
tingkat kelas sosial ini dalam penggunaan layanan kesehatan preventif, seperti
tingkat kelas sosial bawah hanya menemui dokter dan tingkat kelas sosial atas
akan diberikan tambahan skrinning terhadap penyakitnya.

4. Faktor Psikologis Sosial


Sikap dan keyakinan individu mempengaruhi seseorang untuk menggunakan
layanan kesehatan. Model kepercayaan ini menyatakan apakah seseorang mencari
pengobatan terhadap gejala yang dirasakan, apakah seseorang merasakan ancaman
terhadap kesehatan dan apakah dia percaya bahwa tindakan kesehatan tertentu
dapat berhasil. Model kepercayaan kesehatan ini menjelaskan penggunaan
layanan oleh masyarakat cukup baik. Penggunaan layanan kesehatan juga
dipengaruhi adanya sosialisasi tentunya berasal dari orang tua maupun orang lain.
Ketika masih anak-anak akan belajar mengenai perilaku kesehatan dari orang
tuanya dan belajar kapan atau bagaimana untuk menggunakan layanan kesehatan.
Pada umumnya layanan kesehatan digunakan bagi orang-orang yang memiliki
atas kebutuhan medis maupun non meids, waktu, uang, pengalaman sebelumnya,
keyakinan hingga seseorang memutuskan untuk menggunakan layanan tersebut.

C. Penyalahgunaan Layanan Kesehatan


1. Menggunakan Layanan Kesehatan untuk Gangguan Emosi
Setengah hingga dua pertiga waktu dari pengguna layanan kesehatan dihabiskan
oleh pasien yang memiliki keluhan psikologis dibandingkan fisik. Keluhan
psikologis ini berasal dari adanya perasaan kecemasan dan depresi yang
mempengaruhi perubahan kondisi kesehatan tubuh secara fisik. Kecemasan dapat
menyebabkan diare, sakit perut, tangan berkeringat, sesak napas (orang mengira
gejala asma), kesulitan tidur, dan kosentrasi buruk. Sementara depresi dapat
menyebabkan kelelahan, kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari, lesu,
kehilangan nafsu makan, dan gangguan tidur. Orang mengira bahwa gangguan
mood ini adalah murni masalah kesehatan fisik, Padahal keadaan psikologisnya
yang mempengaruhi penurunan kesehatan. Alasan lain, seseorang menggunakan
layanan kesehatan bersifat gangguan medis lebih sah atau diterima daripada
keluhan yang bersifat psikologis. Individu masih menghindari untuk
mengungkapkan bahwa dirinya sakit secara psikologis, karena merasa lebih

11
memalukan sehingga membuat pernyataan terkait gangguan kesehatan fisik.
Selain itu masalah kesehatan fisik juga memberikan manfaat agar seseorang dapat
berisitirahat, dibebaskan dari tugas yang tidak menyenangkan, diperhatikan oleh
orang orang lain dan dapat bercuti.

2. Delay Behavior
Penyalahgunaan layanan kesehatan lainnya yaitu dimana individu seharusnya
memeriksakan simptom yang muncul, malah tidak melakukan pemeriksaan
karena ada beberapa penyakit yang memang harus disegerakan untuk mencari
pengobatan. Sayangnya, seseorang mungkin hidup dengan satu atau lebih
simptom yang serius selama berbulan-bulan tanpa melakukan pengobatan.
Perilaku itu dinamakan delay behavior.
Delay didefinisikan sebagai waktu antara sadarnya seseorang terhadap simptom
dan ketika orang tersebut mendapatkan pengobatan. Delay terdiri beberapa
periode yakni :
- Appraisal Delay, yakni waktu diperlukan individu untuk memutuskan bahwa
simptomnya serius.
- Illnes Delay, yakni waktu antara rekognisi bahwa gejala menandakan suatu
penyakit dan keputusan untuk mencari pengobatan.
- Behavioral Delay, yakni waktu antara memutuskan untuk mencari pengobatan
dan melakukan tindakan pengobatan.
- Medical Delay, yakni waktu yang berlalu ketika individu membuat
kesepakatan untuk melakukan pengobatan dengan pelayanan pengobatan yang
diterima.

3. Penyebab Delay Behavior


Secara umum, para delayer adalah individu yang bukan pengguna layanan
kesehatan. Faktor utama dari perilaku delay adalah biaya dari pengobatan. Ketika
uang tidak dimiliki oleh individu, maka mereka akan memersuasi dirinya sendiri
bahwa simptom yang muncul tidak terlalu serius. Individu dengan kategori usia
middle-aged akan lebih banyak melakukan delay dibandingkan individu yang
lebih tua. Delay juga sering terjadi pada individu yang jarang melakukan kontak
ke layanan kesehatan, juga terjadi pada individu yang hanya mengunjungi layanan
kesehatan apabila ada tekanan sosial dan rasa sakit; individu yang takut akan
dokter, operasi, diagnosa, fasilitas medis juga secara umum akan melakukan delay

12
lebih lama dibandingkan dengan yang tidak takut dengan hal-hal tersebut. Sedang,
individu yang memiliki kebiasaan medis yang secara umum baik akan lebih
sedikit melakukan delay.
 Simptom & Delaying
Faktor lain yang dapat memprediksi perilaku delay adalah simptom itu sendiri,
Ketika simptom yang muncul sama dengan simptom yang pernah muncul
yang kemudian menjadi minor, maka individu akan mencari pengobatan
kurang cepat dibandingkan jika simptom tersebut baru. Simptom yang tidak
menimbulkan rasa sakit atau yang tidak berubah dengan cepat akan membuat
individu lebih lama dalam mencari pengobatan. Kapanpun simptom dapat
muncul sewaktu-waktu dan tidak memunculkan peringatan, pengobatan
mungkin akan di delay oleh individu yang bersangkutan.
 Treatment Delay
Delay tidak hanya muncul pada saat kunjungan pengobatan pertama. Bahkan
setelah konsultasi, ada 25% pasien yang melakukan delay dalam mengambil
rekomendasi pengobatan, menghentikan pengetesan atau menunda penindak
lanjutan pengobatan. Dalam beberpa kasus, rasa penasaran pasien cukup
dengan hanya satu kali kunjungan dan tidak merasa khawatir lagi mengenai
kondisi mereka. Dalam kasus lain, pasien menjadi merasa sangat khawatir
dengan simptom yang dialami sehingga mereka tidak melakukan tindakan
apapun karenaa takut untuk memikirkannya.
 Provider Delay
Delay pada praktisi di pusat kesehatan juga merupakan faktor yang
signifikan. Diperkirakan paling tidak ada sekitar 15% dari keseluruhan
perilaku delay. Medical delay terjadi ketika tes atau treatment tidak dilakukan
terhadap pasien memang benar-benar dibutuhkan,. Delay ini terjadi karena
pihak layanan kesehatan melihat bahwa simptom yang muncul masih bersifat
umum. Sedangkan untuk melakukan tindakan medis lanjutan, dibutuhkan
simptom yang cukup spesifik sebelum melakukan tes yang diperlukan untuk
mencari tahu penyakitnya. Sehingga saat diagnosis yang lebih serius terjadi,
maka akan terlihat efek dari perilaku delay tersebut.
Medical delay lebih sering terjadi ketika pasien berada pada posisi deviasi
dengan kecenderungan orang-orang pada umumnya yang mengalami penyakit

13
tersebut. Contohnya, kanker payudara yang sering terjadi pada wanita dengan
usia 45 tahun atau yang lebih tua, sehingga apabila wanita berusia 25 tahun
memiliki simptom yang mirip dengan kanker payudara mungkin akan
mendapat diagnosis lain terhadap simptom tersebut tanpa adanya tes untuk
mengecek kemungkinan penyakit-penyakit yang berbahaya.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penggunaan layanan kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dimulai dari
bagaimana individu mengenai dan menginterpretasikan gejala yang mereka alami
hingga bagaimana individu menunjukkan perilaku menunda atau delay behavior
berkaitan dengan penggunaan layanan kesehatan. Semua kegiatan ini melibatkan
proses-proses psikologis didalamnya. Suryawati & Chriswardani (1996) berpendapat
bahwa individu akan memanfaatkan palyanan kesehatan apabila mereka memiliki
kebutuhan berkaitan dengan rasa sakit atau ketidaknyamanan yang mereka rasakan
atau berdasarkan hasil rekam medis mereka (dalam Baros, 2015). Dalam mengenali
gejala-gejala yang timbul sebelum seseorang memutuskan untuk menggunakan
pelayanan kesehatan, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya, diantaranya
ialah perbedaan antar individu, perbedaan perhatian mengenai gejala, faktor-faktor
situasional, stres, serta suasana hati dan emosi individu. Pengenalan mengenai gejala
tentu tidak lepas dari bagaimana individu menginterpretasikan gejala tersebut,
interpretasi ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni pengalaman sebelumnya
yang pernah dialami atau dilihat oleh individu, harapan individu akan gejala yang
mereka alami, dan tingkat keseriusan gejala yang dialami.
Persepsi individu mengenai gejala juga akan mempengaruhi perilaku mereka dalam
menggunakan layanan kesehatan untuk mengobati gejala-gejala yang muncul dalam
dirinya. Tak jarang, sebelum memeriksakan gejala yang mereka alami, individu juga
meminta pendapat atau saran dari keluarga ataupun teman mengenai perawatan medis
yang harus mereka dapatkan untuk mengobati gejala yang dialami, inilah yang disebut
dengan jaringan rujukan awam. Selain jaringan rujukan awam, individu juga kerap
kali mencari informasi mengenai gejala sebelum mereka membulatkan tekadnya
untuk menggunakan layanan kesehatan. Variasi pengguna layanan kesehatan juga
dapat ditinjau dari usia mereka, jenis kelamin, gender, kelas sosial dan budaya, serta
faktor psikologis sosial individu.
Penyalahgunaan layanan kesehatan juga tak dapat dihindari, dikatakan bahwa pada
umunya para pasien pengguna layanan kesehatan sebenarnya lebih banyak
menunjukkan keluhan psikologis dibandingkan keluhan fisik. Misalnya, ketika

15
mereka merasa depresi, mereka akan mengalami gangguan pencernaan ataupun
gangguan tidur, akan tetapi mereka malu untuk mengakui bahwa keluhan tersebut
merupakan keluhan psikologis. Selain itu ada yang disebut dengan delay behavior
atau perilaku penundaan yang dilakukan oleh individu ketika mereka sudah merasa
bahwa ada gejala yang muncul tetapi mereka enggan untuk melakukan pemeriksaan
ke layanan kesehatan. Faktor utama delay behavior ini biasanya kendala biaya
pengobatan. Tetapi faktor lain juga dapat menyebabkan delay behavior ini,
diantaranya ialah gejala yang dianggap tidak serius atau gejala yang tidak
menimbulkan rasa sakit.

B. Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, dapat dilihat bahwa masih ada
beberapa hal yang perlu dibenahi agar penggunaan layanan kesehatan dapat
berlangsung secara efektif dan individu dapat menggunakannya dengan nyaman.
Stigma-stigma dalam masyarakat mengenai layanan kesehatan perlu untuk
dihilangkan dengan cara edukasi, terkhusus mengenai keluhan-keluhan psikologis.
Melalui pembahasan ini, diharapkan masyarakat dapat dengan bijak dan tepat
menggunakan layanan kesehatan. Kesehatan merupakan hal yang berarti untuk
individu, sehingga individu perlu peka atas dirinya sendiri, peka atas gejala-gejala
yang mereka alami dan sesegera mungkin memeriksakannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Baros, W. A. (2015). Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Indonesia Analisa Data


Susenas–Modul Kesehatan Dan Perumahan Triwulan Iv Tahun 2013. Jurnal
Kebijakan Kesehatan Indonesia: JKKI, 4(2), 73-78.
Taylor, S. E. (2015). Health psychology (10th Ed.). New York: McGraw-Hill Education.

17

Anda mungkin juga menyukai