Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH ETIKA HUKUM DAN KEPERAWATAN

ASPEK ETIK DALAM PERAWATAN PASIEN GANGGUAN JIWA


Dosen Pengajar : Ibu Tien Aminah,S.Kep,Ns

Disusun oleh :

Eko Satrio (201164)

1D/D3 Keperawatan

Institut Teknologi Sains dan Kesehatan dr.Soepraoen


Jl. S. Supriadi No.22, Sukun, Kec. Sukun, Kota Malang,
Jawa Timur 6514

1|ETIKA HUKUM DAN KEPERAWATAN


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Aspek Etik Dalam
Perawatan Pasien Gangguan Jiwa.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
pada mata kuliah Etika dan Hukum. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang  Aspek Etik Dalam Perawatan Pasien Gangguan Jiwa
bagi para pembaca dan juga penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Malang, 2021

Eko Satrio

2|ETIKA HUKUM DAN KEPERAWATAN


DAFTAR ISI

Cover.............................................................................................................................1

Kata Pengantar..............................................................................................................2

Dafar Isi.........................................................................................................................3

BAB I Pendahuluan

I.1 Latar Belakang....................................................................................................4


I.2 Rumusan Masalah .............................................................................................5
I.3 Tujuan Penulisan................................................................................................6

BAB II Landasan Teori

2.1 Pengertian Gangguan Jiwa ...............................................................................7


2.2 Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa.....................................................................8
2.3 Kode Etik Merawat Pasien Gangguan Jiwa.....................................................10
2.4 Pertanggungjawaban Pidana terkait dengan kondisi jiwa seseorang..............11
2.5 Standar Keperawatan.......................................................................................11
2.6 Hak pasien Jiwa secara umum (Stuart & Laraia, 2001)...................................14
BAB III Penutup...........................................................................................................16

Daftar Pustaka ............................................................................................................17

3|ETIKA HUKUM DAN KEPERAWATAN


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sakit jiwa adalah gangguan mental yang berdampak kepada mood, pola pikir, hingga


tingkah laku secara umum. Seseorang disebut mengalami sakit jiwa, jika gejala dan
tanda gangguan jiwa yang dialami membuatnya tertekan dan tidak mampu melakukan
aktivitas sehari-hari secara normal. Kejadian gangguan jiwa yang terjadi ini dapat
ditimbulkan akibat adanya suatu pemicu dari fungsi afektif dalam keluarga yang tidak
berjalan dengan baik. Apabila fungsi afektif ini tidak dapat berjalan semestinya, maka
terjadi gangguan psikologis yang berdampak pada kejiwaan dari seluruh unit keluarga
tersebut.

Salah satu tes yang resmi dan dapat digunakan untuk mendiagnosis gangguan jiwa
adalah dengan MMPI-2 (Minnesota Multifase Personality Inventory). Tes MMPI-2 adalah
sebuah alat tes inventori yang berisi banyak pertanyaan dengan option ya dan tidak,
tujuannya adalah untuk mengetahui kepribadian seseorang, terutama gangguan-gangguan
psikologis yang ada di dalam diri seseorang, seperti gangguan anti sosial, gangguan
seksual, gangguan depresi, kebohongan, dsb.

Keperawatan jiwa adalah salah satu cabang keperawatan yang dalam pelaksanaan
proses keperawatannya bersifat unik. Menurut Fortinash (1995) keunikan dalam
keperawatan jiwa itu dikarenakan seringnya pasien menunjukkan gejala yang sama untuk
kasus yang sama, permasalahan yang pasien miliki tidak dapat dilihat secara langsung
dengan penyebab yang bervariasi. Kebanyakan pasien mengalami kesulitan menceritakan
permasalah yang dihadapi, sehingga tidak jarang pasien menceritakan hal yang sama
sekali berbeda dengan permasalahan yang terjadi. Pada dasarnya keperawatan jiwa
memberikan pelayanan profesional berdasarkan ilmu perilaku pada manusia disepanjang
siklus kehidupan dengan respons psiko-sosial yang maladitif yang disebabkan oleh
gangguan biopsikososial dan memberikan terapi keperawatan jiwa melalui pendekatan
untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan

4|ETIKA HUKUM DAN KEPERAWATAN


jiwa individu, keluarga dan masyarakat (Riyadi & Purwanto, 2009). Dikutip dari Sri
Nyumirah (2014) WHO (2009) menyatakan bahwa prevalensi masalah kesehatan jiwa
mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan akan berkembang
menjadi 25% di tahun 2030 jika tidak dilakukan penanganan yang tepat untuk
menanggulanginya. Gangguan jiwa juga berhubungan dengan bunuh diri, lebih dari 90%
dari satu juta kasus bunuh diri setiap tahunnya dikarenakan gangguan jiwa. Prevalensi
terjadinya gangguan jiwa berat di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2007)
adalah sebesar 4,6 permil, dengan kata lain dari 1000 penduduk Indonesia empat sampai
lima diantaranya menderita gangguan jiwa berat (Balitbang Depkes RI, 2008). Kondisi
tersebut dapat terjadi kerena beberapa faktor yang meliputi faktor fisik yang meliputi
perubahan struktur fisik dan kimia otak, serta faktor genetik. Faktor psikologis yang memicu
gangguan kejiwaan meliputi stress yang dialami dan ketidakmampuan memanajemen
stress yang dialami (Purniawan, 2018). Salah satu kasus gangguan kejiwaan adalah isolasi
sosial. NANDA (2018) mendefinisikan isolasi sosial sebagai suatu keadaan dimana individu
mengalami kesendirian yang ditimbulkan karena orang lain sebagai suatu keadaan negatif
dan mengancam. Isolasi sosial menjadi salah satu tanda negatif skizofrenia yang timbul
akibat adanya gangguan dalam hubungan interpersonal yang terjadi dikarenakan
kepribadian yang tidak fleksibel (Riyadi & Purwanto, 2009). Isolasi sosial dipicu oleh
adanya perasaan rendah diri yang disebabkan oleh kegagalan-kegagalan yang terjadi
dalam sepanjang daur kehidupan (Dalami, E. et al., 2009). Oleh karena itu, asuhan
keperawatan yang tepat sangat diperlukan untuk menanggulangi resiko yang akan terjadi
sebagai akibat dari gangguan kejiwaan yang tidak ditangani dengan baik. Tahapan yang
pertama kali dilakukan adalah pengkajian (termasuk analisis data dan pembuatan pohon
masalah), perumusan diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana menyikapi pasien gangguan jiwa yang memiliki penyakit berat?


2. Apa yang harus dilakukan perawat untuk meyakinkan pasien tersebut?
3. Hal hal apa saja yang bias dilakukan untuk mendukung perawatan pada pasien
gangguan jiwa?

5|ETIKA HUKUM DAN KEPERAWATAN


1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana pandangan kesehatan terhadap gangguan jiwa
2. Untuk mengetahui contoh permasalahan pasien gangguan jiwa
3. Untuk mengetahui hasil analisa permasalahan pasien gangguan jiwa

6|ETIKA HUKUM DAN KEPERAWATAN


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa adalah manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya
distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam hal bertingkah laku. Hal ini terjadi
karena menurunnya semua fungsi kejiwaan(Akemat, Helena, Keliat, Nurhaeni (2011).
Sedangkan menurut Undang-Undang RI No. 18 Tahun 2014, orang dengan gangguan jiwa
yang disingkat ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan
perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan perubahan perilaku
yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan
fungsi orang sebagai manusia. Sama halnya dengan penyakit fisik, penyakit mental juga
ada obatnya. Di Indonesia, penderita gangguan mental diidentikkan dengan sebutan ‘orang
gila’ atau ‘sakit jiwa’, dan sering mengalami perlakuan yang tidak menyenangkan, bahkan
hingga dipasung. Padahal, penderita gangguan mental bisa dibawa ke rumah sakit untuk
diberikan pengobatan.

Ada banyak faktor yang bisa memicu terjadinya gangguan mental, mulai dari
menderita penyakit tertentu sampai mengalami stres akibat peristiwa traumatis, seperti
ditinggal mati orang yang disayang, kehilangan pekerjaan, atau terisolasi untuk waktu yang

7|ETIKA HUKUM DAN KEPERAWATAN


lama. Mengingat peristiwa-peristiwa traumatis tersebut kerap dialami banyak orang akhir-
akhir ini, maka tak heran adanya pandemi COVID-19 juga sering dikaitkan dengan
munculnya gangguan mental pada seseorang.

Ciri- ciri gangguan jiwa Akemat, Helena, Keliat & Nurhaeni (2011) adalah :

1) Sedih bekepanjangan
2) Tidak semangat dan cenderung malas
3) Marah tanpa sebab
4) Mengurung diri
5) Tidak mengenali orang
6) Bicara kacau
7) Bicara sendiri
8) Tidak mampu merawat diri

2.2 Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa

Menurut Hartono & Kusumawati (2010) terdapat beberapa tanda dan gejala gangguan
jiwa antara lain:

1) Gangguan kognisi. Kognisi adalah suatu proses mental di mana seseorang


menyadari dan mempertahankan hubungan dengan lingkungannya baik lingkungan
dalam maupun lingkungan luarnya.

2) Gangguan Asosiasi. Asosiasi adalah proses mental di mana perasaan, kesan, atau
gambaran ingatan cenderung menimbulkan kesan atau gambaran ingatan respon
atau konsep lain, yang sebelumnya berkaitan dengannya.

3) Gangguan perhatian. Perhatian adalah suatu proses kognitf yaitu pemusatan atau
konsentrasi.

4) Gangguan ingatan. Ingatan adalah kesanggupan untuk mencatat,menyimpan, serta


memproduksi isi dan tanda-tanda kesadaran. Proses ingatan terdiri atas tiga unsur
yaitu pencatatan, penyimpanan, pemanggilan data.

8|ETIKA HUKUM DAN KEPERAWATAN


5) Gangguan psikomotor. Psikomotor adalah gerakan badan yang dipengaruhi oleh
keadaan jiwa meliputi kondisi perilaku motorik, atau aspek motorik dari suatu
perilaku. Bentuk gangguan psikomotor dapat berupa aktivitas yang meningkat,
aktivitas yang menurun, aktivitas yang terganggu atau tidak sesuai, aktivitas yang
berulang-ulang, otomatisme perintah tanpa disadari, negativisme dan aversi (reaksi
agresif).

Gejala gangguan mental tergantung pada jenis gangguan jiwa yang dialami. Penderita


bisa mengalami gangguan pada emosi, pola pikir, dan perilaku. Ada beberapa contoh
gejala gangguan mental adalah:

1. Waham atau delusi, yaitu meyakini sesuatu yang tidak nyata atau tidak sesuai
dengan fakta yang sebenarnya.
2. Halusinasi, yaitu sensasi ketika seseorang melihat, mendengar, atau merasakan
sesuatu yang sebenarnya tidak nyata.
3. Suasana hati yang berubah-ubah dalam periode-periode tertentu.
4. Perasaan sedih yang berlangsung hingga berminggu-minggu, bahkan berbulan-
bulan.
5. Perasaan cemas dan takut yang berlebihan dan terus menerus, sampai
mengganggu aktivitas sehari-hari.
6. Gangguan makan misalnya merasa takut berat badan bertambah, cenderung
memuntahkan makanan, atau makan dalam jumlah banyak.
7. Perubahan pada pola tidur, seperti mudah mengantuk dan tertidur, sulit tidur, serta
gangguan pernapasan dan kaki gelisah saat tidur.
8. Kecanduan nikotin dan alkohol, serta penyalahgunaan NAPZA.
9. Marah berlebihan sampai mengamuk dan melakukan tindak kekerasan.
10. Perilaku yang tidak wajar, seperti teriak-teriak tidak jelas, berbicara dan tertawa
sendiri, serta keluar rumah dalam kondisi telanjang.

Selain gejala yang terkait dengan psikologis, penderita gangguan mental juga dapat
mengalami gejala pada fisik, misalnya sakit kepala, sakit punggung, dan sakit maag.

9|ETIKA HUKUM DAN KEPERAWATAN


2.3 Kode Etik Merawat Pasien Gangguan Jiwa

Etika berasal dari Bahasa Yunani ethos yang berarti karakter, watak kesusilaan, atau
adat kebiasaan yang etika tersebut berhubungan erat dengan konsep individu atau
kelompok sebagai alat penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu yang telah
dilakukan. Penerapan aspek etik dalam keperawatan jiwa sangat terkait dengan :

1. Accountability
Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap segala tindakan yang
dilakukan.
2. Confidentiality
Perawat selelu menjaga kerahasiaan info yang berkaitan dengankesehatan pasien
termasuk info yang tertulis, verbal dsb.
3. Respect for autonomi (penentuan pilihan)
Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari keunikaninduvidu
secara holistik Setiap individu harus memiliki kebebasan untuk memilih rencana
mereka sendiri.
4. Beneficience( do good)
Beneficence berarti melakukan yang baik. Perawat memiliki kewajiban
untuk melakukan dengan baik, yaitu, mengimplemtasikan tindakan yang
mengutungkan kliendan keluarga
5. Non-malefisience (tidak membahayakan klien)
Tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkanbahaya bagi kliennya. Prinsip ini
adalah prinsip dasar sebagaian besar kode etik keperawatan.
6. Justice (perlakuan adil)
Prinsip keadilan menuntut perlakuan terhadap orang lain yang adil danmemberikan
apa yang menjadi kebutuhanan klien
7. Fidelity (Setia)
Prinsip kesetiaan menyatakan bahwa perawat harus memegang janji yang
dibuatnya kepada klien.

10 | E T I K A H U K U M D A N K E P E R A W A T A N
8. Veracity (Kebenaran)
Veracity mengacu pada mengatakan kebenaran. Prinsip mengatakan
yangsebenarnya mengarahkan praktisi untuk menghindari melakukan kebohongan
pada klien atau menipu klien

2.4 Pertanggungjawaban Pidana terkait dengan kondisi jiwa seseorang

Tindakan kriminal yang dilakukan oleh seseorang yang diduga memiliki kelainan jiwa
perlu mendapatkan penyelididkan dari seorang ahli kesehatan jiwa (Visum etrepertum
psikiatrikum) Argumen yang menyebutkan bahwa seseorang yang didakwa melakukan
tindakan kriminal dianggap tidak bersalah karena orang tersebut tidak bisa mengontrol
perbuatannya atau tidak mengerti perbedaan antara benar dan salah yang dikenal sebagai
Peraturan M’Naghten. Saat orang tersebut memenuhi kriteria, dia dapat dinyatakan tidak
bersalah karena mengalami gangguan jiwa.

2.5 Standar Keperawatan

Pedoman praktek keperawatan yang aman dan tepat.

Menekakankan pada tanggung jawab, mengacu pada pelaksanaan tugas yang dikaitkan
dengan peran perawat, tanggung gugat dapat memberikan alasan atas tindakan
keperawatan yang diberikan atas diri, pasien, profesi, atasan dan masyarakat.

STANDAR I : PENGKAJIAN
Pernyataan . Perawat mengumpulkan data spesifik tentang kesehatan jiwa pasien yang
diperoleh dari berbagai sumber data dengan menggunakan berbagai metode pengkajian.
Rasional . Pengkajian yang terfokus memudahkan perawat membuat keputusan klinik
(diagnosa keperawatan) dan membuat perencanaan intervensi keperawatan yang sesuai
dengan kebutuhan pasien.
Kriteria struktur

1) Ada kebijakan pemberlakuan/ SAK dan SOP

2) Adanya petunjuk teknis

11 | E T I K A H U K U M D A N K E P E R A W A T A N
3) Tersedianya format pengkajian
Kriteria proses .
1) Melakukan kontrak dengan pasien/keluarga/masyarakat

2) Mengkaji keluhan utama pasien dan data penunjang lain dengan berbagai metode
pengkajian dan dari berbagai sumber

3) Mengelompokkan data yang diperoleh secara sistimatis

4) Memvalidasi data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai metode validasi

5) Mendokumentasi seluruh data yang diperoleh dalam format pengkajian


Kriteria hasil .

1) Diperolehnya keluhan utama dan data dasar pasien; yang dikelompokkan dan
didokumentasikan pada format pengkajian yang telah ditetapkan

2) Pasien dan keluarga berpartisipasi dalam proses pengumpulan data

STANDAR II : DIAGNOSA KEPERAWATAN


Pernyataan . Perawat menganalisa data hasil pengkajian untuk menegakkan diagnosa
keperawatan jiwa. Diagnosis keperawatan yang ditegakkan merupakan keputusan klinis
perawat tentang respons individu, keluarga dan masyarakat terhadap masalah kesehatan
jiwa yang aktual maupun resiko.
Rasional . Melalui diagnosis keperawatan yang ditegakkan, perawat memperlihatkan
kemampuan melakukan justifikasi ilmiah dalam membuat keputusan klinik
Kriteria struktur .
1) Adanya daftar diagnosa keperawatan
2) Kebijakan SAK
Kriteria proses .
1) Menganalisa data pasien
2) Mengidentifikasi masalah keperawatan pasien
3) Mendokumentasikan masalah keperawatan pasien
Kriteria hasil . Diperoleh serangkaian masalah keperawatan yang aktual maupun resiko
sesuai dengan kondisi pasien.

12 | E T I K A H U K U M D A N K E P E R A W A T A N
STANDAR III: PERENCANAAN
Pernyataan . Perawat mengembangkan serangkaian langkah-langkah penyelesaian
masalah kesehatan pasien dan keluarga yang terencana dan terorganisir dengan
melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lain. Perencanaan menggambarkan
intervensi yang mengarah pada kriteria hasil yang diharapkan.
Rasional . Rencana tindakan keperawatan digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
tindakan keperawatan yang terapeutik, sistematis dan efektif untuk mencapai hasil yang
diharapkan
Kriteria struktur .
1) Adanya kebijakan SAK
2) Adanya format rencana keperawatan
Kriteria proses .
1) Memprioritaskan masalah keperawatan
2) Merumuskan tujuan keperawatan
3) Menetapkan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan
masalah pasien
4) Memvalidasi kesesuaian rencana keperawatan dengan kondisi pasien terkini
5) Mendokumentasikan rencana keperawatan
Kriteria hasil . Adanya dokumentasi rencana keperawatan yang berfokus pada
kemampuan kognitif, afektif, psikomotor pasien dan keluarga
STANDAR IV : PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Pernyataan . Perawat melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan rencana
keperawatan sesuai dengan kewenangan.
Rasional . Pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan upaya mencegah munculnya
masalah kesehatan jiwa, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan pasien.
Kriteria struktur .
1) Adanya kebijakan SAK dan SOP
2) Tersedia pedoman pelaksanaan tindakan

13 | E T I K A H U K U M D A N K E P E R A W A T A N
Kriteria proses .
1) Melakukan tindakan keperawatan mengacu pada strategi pelaksanaan dengan
pendekatan hubungan terpeutik
2) Melibatkan pasien (keluarga) dan profesi lain dalam melaksanakan tindakan
3) Melakukan modifikasi tindakan berdasarkan perkembangan kesehatan pasien
4) Mendokumentasikan tindakan keperawatan
Kriteria hasil . Tindakan keperawatan dan respon pasien terdokumentasikan
STANDAR V : EVALUASI
Pernyataan . Perawat melakukan evaluasi perkembangan kondisi kesehatan pasien untuk
menilai pencapaian tujuan
Rasional . Evaluasi menggambarkan tingkat keberhasilan tindakan keperawatan.
Kriteria struktur . Adanya SOP dan instrumen
Kriteria proses .
1) Menilai kesesuaian respons pasien dan kriteria hasil
2) Memodifikasi rencana keperawatan sesuai kebutuhan
3) Melibatkan pasien dan keluarga
Kriteria hasil .
1) Hasil evaluasi tindakan terdokumentasikan
2) Perubahan data pasien terdokumentasikan
3) Perubahan pada masalah keperawatan pasien terdokumentasikan
4) Modifikasi pada rencana keperawatan terdokumentasikan

2.6 Hak pasien Jiwa secara umum (Stuart & Laraia, 2001)

Berikut adalah hak-hak yang berhak didapatkan oleh pasien gangguan jiwa menurut
Stuart dan Laraia , 2001 :Hak untuk berkomunikasi dengan orang lain di luar RS dengan
berkorespondensi, telepon dan mendapatkan kunjungan.

1. Hak untuk berpakaian


2. Hak untuk beribadah
3. Hak untuk dipekerjakan apabila memungkinkan
4. Hak untuk menyimpan dan membuang barang

14 | E T I K A H U K U M D A N K E P E R A W A T A N
5. Hak untuk melaksanakan keinginannya
6. Hak untuk memiliki hubungan kontraktual
7. Hak untuk membeli barang
8. Hak untuk pendidikan
9. Hak untuk pemeriksaan jiwa atas inisiatif pasien
10. Hak pelayanan sipil
11. Hak mempertahankan lisensi hukum; supir, lisensi profesi
12. Hak untuk memuntut dan dituntut
13. Hak untuk tidak mendapatkan restrain mekanik yang tidak perlu
14. Hak untuk perwalian hukum
15. Hak untuk privasi
16. Hak untuk informend consent
17. Hak untuk menolak perawatan

Dalam melakukan peran dan fungsinya seorang perawat harus memiliki keyakinan
terhadap nilai keperawatan yang menjadi pedoman dalam memberikan asuhan
keperawatan. Keyakinan yang harus dimiliki oleh seorang perawat yaitu:

1. Bahwa manusia adalah mahluk holistik yang terdiri dari komponen bio-psiko-sosio
dan spiritual.
2. Tujuan pemberian asuhan keperawatan adalah meningkatkan derajat kesehatan
manusia secara optimal
3. Tindakan keperawatan yang diberikan merupakan tindakan kolaborasi antara tim
kesehatan, klein amuapun keluraga.
4. Tindakan keperawatan yang diberikan merupakan suatu metode pemecahan
masalah dengan pendekatan proses keperawwan
5. Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat
6. Pendidikan keperawatan harus dilakukan secara terus-menerus

15 | E T I K A H U K U M D A N K E P E R A W A T A N
BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gangguan jiwa adalah manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya
distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam hal bertingkah laku. Ada
beberapa tanda dan gejala pasien dengan gangguan jiwa seperti yang sudah dibahas pada
bab II. Penerapan aspek etik dalam keperawatan jiwa sangat terkait dengan,
Accountability, Confidentiality, Respect for autonomi, Beneficience, Non-
malefisience, Justice, Fidelity, Veracity. Dalam melakukan peran dan fungsinya seorang
perawat harus memiliki keyakinan terhadap nilai keperawatan yang menjadi pedoman
dalam memberikan asuhan keperawatan.

16 | E T I K A H U K U M D A N K E P E R A W A T A N
DAFTAR PUSTAKA

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Keperawatan-Jiwa-
Komprehensif.pdf

https://www.google.com/search?
q=aspek+etik+dalam+perawatan+pasien+gangguan+jiwa&oq=aspek+etik+dalam+perawata
n+pasien+gangguan+jiwa&aqs=chrome..69i57j33i22i29i30l2.11558j0j4&sourceid=chrome&i
e=UTF-8

https://slideplayer.info/slide/12329801/

https://www.alodokter.com/kesehatan-mental#:~:text=Gangguan%20mental%20atau
%20gangguan%20jiwa,penyakit%20mental%20juga%20ada%20obatnya.

https://www.google.com/search?
q=gangguan+jiwaa+adalah&safe=strict&sxsrf=ALeKk00mCUYmL4_hXURYFZBodhEyea7q
cw
%3A1616946244844&ei=RKRgYMuOM8rNz7sP3Ju_kAE&oq=gangguan+jiwaa+adalah&gs
_lcp=Cgdnd3Mtd2l6EAMyBAgAEA0yBAgAEA0yBAgAEA0yBAgAEA0yBggAEA0QHjIGCAA
QFhAeMgYIABAWEB4yBggAEBYQHjIGCAAQFhAeMgYIABAWEB46BwgAEEcQsAM6Bw
gjELACECc6BwgAELEDEA06CAgAEA0QBRAeOgoIABANEAUQChAeUMZQWIFoYMN3a
AVwAngAgAGYA4gB3g2SAQkzLjUuMi4wLjGYAQCgAQGqAQdnd3Mtd2l6yAEIwAEB&scli
ent=gws-wiz&ved=0ahUKEwjLwK2UqtPvAhXK5nMBHdzNDxIQ4dUDCAw&uact=5

17 | E T I K A H U K U M D A N K E P E R A W A T A N

Anda mungkin juga menyukai