Disusun Oleh :
KEPERAWATAN JIWA
Segala puji dan syukur, kami panjatkan kepada Allah SWT, sehingga kelompok dapat
menyelesaikan makalah ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Jiwa pada klien dengan
Resiko Perilaku Kekerasan di Ruang Kasuari, RS Soeharto Heerdjan. Makalah ini merupakan
salah satu tugas akhir dalam rangka menyelesaikan Program Profesi STIKes Pertamedika
Jakarta dan didesiminasikan dalam seminar ilmiah di RS Soeharto Heerdjan. Dalam
menyelesaikan makalah ini, kelompok banyak menerima bantuan moril dan materiil, untuk
itu kelompok mengucapkan terimakasih terutama kepada:
1. Dr. Laurentius Panggabean, Sp.KJ, MKK selaku Direktur Utama Rumah Sakit Jiwa
Dr. Soeharto Heerdjan
2. Bpk. Muhammad Ali, S.Kep, MM selaku Ketua STIKes Pertamedika Jakarta.
3. Ibu. Wasijati, S.Kep., Msi., M.Kep selaku Koordinator S1 Keperawatan Ners di
Stikes Pertamedika.
4. Ibu Maryati, S.Sos. MARS selaku Koordinator mata ajar Keperawatan Jiwa.
5. Para dosen mata ajar Keperawatan Jiwa.
6. Seluruh Staff pemdamping di RS Soeharto Heerdjan
7. Teman Sejawat di Stikes Pertamedika.
Kelompok mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, peneliti juga mengharapkan agar penelitian ini memberikan manfaat
khususnya bagi perkembangan dan kemajuan keperawatan kesehatan jiwa.
Mahasiswa
i
DAFTAR ISI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan hidup
harmonis dan produktif sebagai bagian utuh dari kualitas hidup seseorang, dengan
memperhatikan semua segi kehidupan manusia. Kesehatan jiwa mempunyai rentang
sehat – sakit jiwa yaitu sehat jiwa, masalah psikososial dan gangguan jiwa ( Keliat et
al., 2016).
Menurut World Health Organization (2017) pada umumnya gangguan mental yang
terjadi adalah gangguan kecemasan dan gangguan depresi. Diperkirakan 4,4% dari
populasi global menderita gangguan depresi, dan 3,6% dari gangguan kecemasan.
Jumlah penderita depresi meningkat lebih dari 18% antara tahun 2005 dan 2015.
Depresi merupakan penyebab terbesar kecacatan di seluruh dunia. Lebih dari 80%
penyakit ini dialami orang-orang yang tinggal di negara yang berpenghasilan rendah
dan menengah (WHO, 2017).
Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil. Gangguan jiwa
berat terbanyak di DI Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah.
Proporsi RT (rumah tangga) yang pernah memasung ART (anggota rumah tangga)
gangguan jiwa berat 14,3% dan terbanyak pada penduduk yang tinggal di perdesaan
2
3
18,2%, serta pada kelompok penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah
19,5% (Riskesdas, 2013).
Secara umum klasifikasi gangguan jiwa menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun
2013 dibagi menjadi dua bagian, yaitu gangguan jiwa berat atau kelompok psikotik
dan gangguan jiwa ringan meliputi semua gangguan mental emosional yang berupa
kecemasan, gangguan alam perasaan dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk
gangguan jiwa berat salah satunya yaitu skizofrenia (Yusuf, dkk, 2015).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psiklogis. Berdasarkan definisi tersebut maka perilaku
kekerasan dapat dilakukakn secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan
lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu sedang
berlangsung kekerasan atau perilaku kekerasan terdahulu (riwayat perilaku
kekerasan). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun
orang lain dan lingkungan yang dirasakan sebagai ancaman (Kartika Sari, 2015:137)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum (TUM)
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan klien dengan gangguan jiwa
dengan permasalahan resiko prilaku kekerasan.
2. Tujuan Khusus (TUK)
Tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah :
a. Mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan pada klien
dengan Resiko Perilaku Kekerasan.
4
BAB II
GAMBARAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Klien bernama Tn. K berusia 34 tahun, berjenis kelamin laki-laki, status perkawinan
belum menikah, beragama Islam, suku bangsa betawi, pendidikan terakhir SMA,
alamat Kp. Belakang Cimone RT005/RW003 Kamal Jakarta Barat.
Data didapatkan dari berbagai sumber, yaitu informasi klien. Selain itu, data juga
diambil dari hasil pengamatan dan observasi selama melakukan asuhan keperawatan
di Ruang Kasuari Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, pada tanggal 2 Oktober
2019 sampai sekarang. Alasan klien masuk ke rumah sakit, karna klien bertengkar
dengan ayahnya. Klien mengatakan sewaktu dirumahnya klien disuruh makan oleh
ayahnya. Namun, klien masih sangat kenyang sekali sehingga klien merasa kesal dan
marah sampai akhirnya menhancurkan barang yang ada disekitar klien. Namun, ayah
klien masih tetap memaksa klien untuk makan. Setelah bertengkar dengan orang
tuanya klien diabaikan oleh keluarganya. Klien mengatakan ingin dinikahkan dengan
wanita pilihan orang tuanya. Namun, gagal menikah karna klien dibawa oleh
keluarganya ke Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta. Respon klien
setelah meluapkan amarahnya setelah mehancurkan barang disekitar klien, klien
merasa puas.
Klien mengatakan bahwa ia pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu karena
pengobatan sebelum nya tidak dihabiskan. Klien mengatakan jika di masa lalunya saat
klien bekerja sebagai kuli bangunan selama 2 bulan. Hasil jerih payah klien tidak
digaji oleh bosnya sehingga klien meluapkan amarahnya dengan menyayat area wajah
bosnya dengan pisau. Karena klien melakukan tindakan kekerasan terhadap bosnya,
klien akhirnya berhenti bekerja di bangunan. Dan sekarang klien bekerja di service ac
keliling serta tiap malam jadi juru parker di GOR futsal daerah Jakarta. Di tempat
kerja klien yang sekarang, klien juga mengatakan merusak kendaraan milik orang lain
yang parkir
6
Hasil observasi yang dilakukan kelompok terhadap klien pada saat komunikasi
dengan perawat, klien berbicara sangat pelan dan lambat, klien mampu menyelesaikan
pembicaraan sampai tujuan yang klien maksud walau berbelit-belit, klien harus di
stimulus oleh perawat untuk memulai pembicaraan, klien terlihat sangat lesu, klien
masih harus diarahkan untuk melakukan kegiatan harian klien, klien mengatakan
bahwa klien belum menikah, klien merupakan anak kedua dari 3 bersaudara, klien
tinggal bersama ayahnya dan juga kakak saudara kandung klien yang sudah menikah
dan di karunia 1 anak perempuan, ibu dan adik perempuan klien sudah meninggal.
Klien mengatakann bahwa ia jarang di jenguk dengan orang tuanya (ayahnya)
dikarenakan ayahnya bekerja juga.
Adapun masalah pada Klien Tn. K adalah Resiko Perilaku Kekerasan. klien
mengatakan setelah melukai orang lain atau barang disekitarnya, klien merasa puas
karena rasa amarah klien sudah terbalas, saat ditanya pengalaman masa lalu yang
tidak menyenangkan tentang pekerjaannya klien tampak mata melotot, ekpresi muka
tegang, nada suara tinggi.
B. MASALAH KEPERAWATAN
Berdasarkan hasil pengkajian dengan masalah utama Resiko Perilaku Kekerasan
didapatan masalah keperawatan sebagai berikut:
1. Resiko Perilaku Kekerasan
Data Subjektif:
Klie mengatakan bertengkar dengan orang tuanya (ayahnya) karena disuruh untuk
makan tapi klien menolak karena masih terasa kenyang. Klien mengatakan
memukul barang yang ada disekitar klien saat marah, klien mengatakan jika ada
yang buat klien tidak senang klien melampiaskannya dengan melukai
korban/merusak barang.
7
Data Objektif:
Klien tampak melotot matanya, ekspresi klien tegang nada suara klien mulai
tinggi , klien mengepal kedua tangannya.
3. Isolasi sosial
Data Subjektif:
Klien mengatakan hanya mengobrol seperlunya saja, klien mengatakan sulit untuk
berinteraksi dengan orang yang belum ia kenal. klien mengatakan setelah
bertengkar dengan ayahnya klien dikucilkan/diceukin oleh keluarganya terutama
kakak kandungnya sendiri.
Data Objektif:
Klien tampak lesu dan harus di stimulus perawat untuk berbicara, klien tampak
melamun, dan menyendiri, klien tampak lebih banyak diam, kontak mata klien
kurang.
C. POHON MASALAH
Isolasi Sosial
BAB III
LANDASAN TEORI
2. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya perilaku kekerasan
antara lain psikologi, perilaku, sosial budaya, neurobiology, dan psikososial.
Factor psikologis yang berupa kegagalan yang di alami dapat menyebabkan
frustasi yang kemudian dapat timbul atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dikhianati atau saksi
penganiayaan. Factor perilaku yang berupa reinforforcement yang diterima
pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah
atau di luar rumah, semua aspek ini mengstimulasi individu mengadobsi
perilaku kekerasan.
Faktor social budaya yang berupa budaya tertutup dan membalas
secara diam (pasifagresif), control sosial yang tidak pasti terhadap perilaku
kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan di terima
10
3. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi terbagi menjadi 2, stressor internal dan stressor
eksternal. Factor internal berasal dalam diri klien sendiri, seperti kelemahan
fisik, keputusaan, ketidakbedayaan, dan kurang percaya diri. Sedangkan
stressor eksternal berasal dari interaksi klien dan lingkungannya. Interaksi
yang terjadi berupa kritikan, penghinaan, kekerasan pada orang lain,
kehilangan yang dicintai, serta profokatif dan konflik. Lingkungan yang padat
dapat menjadi stressor pencetus terjadinya kekerasan (keliat,2005).
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien, sehingga
dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang
konstruksi dalam mengekspresikan kemarahannya. Mekanisme koping yang
umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti displacement,
sublimasi, proyeksi, represif, denial dan reaksi formasi. Perilaku yang
berkaitan dengan Perilaku Kekerasaan anatara lain:
Jenis – Jenis Resiko Perilaku Kekerasan :
a. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom
beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah
meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl meningkat,
peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat,
konstipasi, kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan otot, seperti
rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang
cepat.
b. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif
11
adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat
mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik
maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk pengembangan
diri klien.
c. Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting out”
untuk menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan
Klien pada fase ini mungkin mengalami kecemasan dan depresi dan
berfokus pada kemarahan dan kelelahan.
f. Return to normal functioning
Klien kembali pada keseimbangan normal dari perasaan cemas, depresi,
dan kelelahan.
4. Rentang Respon
ADAPTIF MALADAPTIF
Keterangan:
1. Asentif
Individu dapat membenarkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan ketenangan.
2. Frustasi
Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat menemukan
alternatif.
3. Pasif
Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.
4. Agresif
Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut tetapi masih
terkontrol.
5. Kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol.
13
A. POHON MASALAH
Isolasi Sosial
Data Objektif
a. Klien tampak ekspresinya tegang, mata melotot dengan nada suara tinggi saat
klien menceritakan tentang pekerjaannya
b. Klien tampak ekspresi wajahnya menahan amarah
c. Klien tampak kedua tangannya masih mengepal kencang
D. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko Perilaku Kekerasaan
b. Harga diri rendah
c. Isolasi social
d. Resiko GSP Halusinasi Pendengaran
E. Tindakan Keperawatan
1. Resiko Perilaku Kekerasan
Tujuan Khusus :
a. Membina hubungan saling percaya
Tindakan keperawatan :
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal / non verbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama klien dengan nama lengkap serta nama yang disukai klien
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Menunjukkan sikap empati, menerima klien apa adanya
7) Beri perhatian pada klien dan kebutuhan dasarnya
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab kekerasan
Tindakan Keperawatan :
1) Tanyakan perasaan klien dan masalah yang klien hadapi
2) Bantu klien mengungkapkan perasaannya
3) Bantu klien mengungkapkan penyebab timbulnya marah (orang lain,
situasi, diri sendiri)
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda tanda perilaku kekerasan yang biasa klien
lakukan.
Tindakan keperawatan :
1) Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang sering
dilakukan
15
2) Diskusi dengan klien apakah dengan cara tersebut masalah dapat selesai
3) Biacarakan akibat dan kerugian dari marah
d. Klien dapat mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam merespon
kemarahan
Tindakan keperawatan:
1) Tanyakan kepada klien apakah klien mengetahui cara yang lebih sehat
2) Beri reinforcement positif jika klien mengetahui caranya
3) Diskusikan dengan klien cara yang sehat : tarik napas dalam, pukul
bantal, kegiatan spiritual seperti beribadah
e. Klien dapat mendemonstrasikan perilaku yang terkontrol
Tindakan keperawatan:
1) Bantu klien memilihi cara yang disukai/cocok dengan klien
2) Anjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari pada saat klieb
kesal
3) Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien
3. Isolasi Sosial
Tujuan Khusus :
a. Membina hubungan saling percaya
Tindakan keperawatan :
8) Sapa klien dengan ramah baik verbal / non verbal
9) Perkenalkan diri dengan sopan
10) Tanyakan nama klien dengan nama lengkap serta nama yang disukai
klien
11) Jelaskan tujuan pertemuan
12) Jujur dan menepati janji
13) Menunjukkan sikap empati, menerima klien apa adanya
14) Beri perhatian pada klien dan kebutuhan dasarnya
17
5) Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain secara
bertahap :
K–P
K – P – P lain
K – P – P lain – K lain
K – Keluarga / Kelompok / Masyarakat
6) Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
7) Bantu klien mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang
8) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu
9) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
10) Beri reinforcemnt positif atas kegiatan klien dalam ruangan
PELAKSANAAN TINDAKAN
Pada kasus Tn. K dengan diagnosa keperawatan Resiko Prilaku Kekerasan telah dilaksanakan
tindakan keperawatan mulai dari SP I hingga SP III.
A. Tindakan Keperawatan
1. Resiko Perilaku Kekerasan
a. SP I
SP I untuk klien yaitu membina hubungan saling percaya antara perawat
dengan klien, mengidentifikasi penyebab resiko prilaku kekerasan,
mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya,
mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan, mengidentifikasi akibat
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, Latih mencegah perilaku kekerasan
dengan cara fisik : tarik nafas dalam ,Anjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
Pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga. Pertama perawat melakukan
pengkajian kepada klien lalu melaksanakan implementasi SP 1P yaitu
mengidentifikasi penyebab resiko prilaku kekerasan, mengidentifikasi penyebab
perilaku kekerasan yang dilakukannya, mengidentifikasi tanda dan gejala
perilaku kekerasan, mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan, Latih mencegah perilaku kekerasan dengan cara fisik : tarik nafas
dalam ,Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Selanjutnya
perawat melakukan evaluasi tindakan yang sudah dilakukan.
- Klien tampak menyebutkan kembali keuntungan mengontrol marah dengan
tarik napas dalam dan menyebutkan kerugian jika tidak mengontrol marah nya
- Klien mau dilatih latihan tarik napas dalam
- Pandangan mata klien masih kurang fokus
20
21
b. SP II P
SP II P yang dilakukan yaitu mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien,
memberikan kesempatan kepada klien mempraktekkan pukul bantal atau
benda yang lembut dan empuk, membantu klien memasukkan kegiatan pukul
bantal/benda lembut dan empuk sebagai salah satu kegiatan harian.
Pada pertemuan keempat (07 oktober 2019) perawat melaksanakan
implementasi SP II P yaitu mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien,
memberikan kesempatan kepada klien mempraktekkan pukul bantal atau
benda yang lembut dan empuk, membantu klien memasukkan kegiatan pukul
bantal/benda lembut dan empuk sebagai salah satu kegiatan harian. Klien
mengatakan masih bingung dalam pengisian jadwal kegiatan harian.
klien mengatakan senang mengikuti kegiatan TAKS karena bisa
mengontrol emosinya. Klien tampak bingung serta tidak bisa mengisi jadwal
kegiatan harian, klien dapat mengikuti TAKS sesi 1, 2, dan 3 sampai selesai
tetapi masih dengan bantuan.
c. SP 3P
SP III P yang di lakukan yaitu mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien, memberikan semangat dan motivasi pada klien agar rajin beribadah,
menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
Pada. pertemuan ke enam (Rabu 09 oktober 2019) perawat
melaksanakan implementasi SP III P mengevaluasi kegiatan harian
memberikan semangat dan motivasi pada klien agar rajin beribadah, dan
menganjurkan.
klien memasukan kedalam jadwal kegiatan harian.Klien mengatakan
lebih tenang Klien tampak rileks setelah mengerjakan sholat sunah, klien
tampak khusyu sekali mengerjakan sholat.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai keberhasilan yang telah dicapai di ruang
karsuari di Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan dan hambatan yang ditemukan pada saat
merawat klien serta pemecahan masalah yang telah dilakukan: Diagnosa keperawatan yang
pertama adalah resiko prilaku kekerasan. Masalah keperawatan diangkat sesuai data klien.
Klien mengatakan bertengkar dengan orang tuanya (ayahnya), Klien mengatakan jika ada
yang membuat dirinya kesal/dirinya merasa tidak senang klien lebih suka melukai korban
atau benda yang ada disekitar korban, Klien mengatakan setelah melaupakan amarahnya
klien merasa puas dan senang, SP 1 P yaitu membina hubungan saling percaya antara perawat
dengan klien, mengidentifikasi penyebab marah, berdiskusi dengan klien tentang kerugian
dari marah dan keuntungan mengontrol marahnya, mengajarkan klien cara latihan tarik napas
dalam, menganjurkan klien memasukan kegiatan latihan tarik napas dalam dalam kegiatan
jadwal harian. SP II P yaitu mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, melatih cara pukul
bantal, menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. SP III P yaitu
mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, mengajurkan dan memotivasi klien untuk
mengontrol emosi dengan cara spiritual (beribadah, mengaji). Pada Tn. K sudah dilakukan SP
I dengan 2 kali pertemuan, SP II dengan 2 kali pertemuan, SP III dengan 2 kali pertemuan.
22
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan makan penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian diperoleh data subjektif Klien mengatakan jika ada yang membuat
klien tidak senang hatinya klien lebih suka merusak atau melukai diri orang
lain. Klien mengatakan setelah melampiaskan amarahnya ke korban atau
benda klien merasa puas. Klien mengatakan bertengkar dengan ayahnya
selama dirumah. Klien mengatakan saat di rumah sakit lebih suka menunduk
untuk menahan amarahnya
2. Diagnosa keperawatan adalah penilaian kesimpulan yang diambil dari
pengkajian sedangkan diagnosa yang penulis angkat pada kasus klien Tn. K
adalah dengan Resiko Perilaku Kekerasan
3. Implementasi diatas penulis dapat memberikan 3 SP, yaitu SP 1
(mengidentifikasi penyebab marahnya, diskusi keuntungan mengontro marah,
latihan tarik napas dalam), SP 2 (latihan pukul bantal), SP 3 (dengan cara
spiritual beribadah).
B. Saran
Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, penulis memberi saran sebagai berikut:
a) Bagi perawat
Diharapkan dapat memberikan pelayanan dan meningkatkan komunikasi terapeutik
kepada klien, sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan klien.
b) Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat meninggalkan bimbingan klinik secara maksimal sehingga
mahasiswa mendapatkan gambaran dalam memberikan asuhan keperawatan yang
benar.
c) Bagi Penulis
Penulis dapat meningkatkan pengkajian dengan penyusunan rencana kerja melalui
makalah ini.
23
DAFTAR PUSTAKA
Stuart & Sundeen, , 1998, Buku saku Kesehatan Jiwa, Edisi 3, Jakarta,\ ; EGC
Stuart, G W & Sudden, S.J, 2007, Pocket guide to psychiatric nursing, 3/E (A.Y.S Hamid,
Penerjemah) St Louis : Mosby Year Book, Inc ( Sumber asli diterbitkan 1995)
TIM MPKP, 2000, Buku Pedoman Keperawatan Jiwa, teori dan tindakan keperawatan
Jakarta: Depkes RI, Dirjen Yanmed, Direktorat Pelayanan Keperawatan.
Dermawan, deden. 2013. Konsep Dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: goesyen publishing.
Herman, ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogyakarta: nuhamedika.
Stuart, gail w. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC
iii
iv
LAMPIRAN
FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
STIKes PERTAMEDIKA
A. Pengkajian
I. Identitas Klien
Nama : Tn. K (L)
Umur : 34 tahun
Status perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Sumber informasi : Klien
Suku bangsa : Betawi
Pendidikan : SMA
Alamat : Kp. Belakang Cimone RT005/RW003 Kamal, Jakarta
Barat
3.
Pelaku / usia Korban / usia Saksi / usia
Aniaya fisik (√ ) ( 32 ) (- ) (- ) (-) (-)
Aniaya seksual ( -) ( -) ( -) (- ) (-) (-)
Penolakan ( -) (-) (- ) (- ) (-) (-)
Kekerasan (√ ) ( 34 ) ( -) (- ) (-) (-)
dalam keluarga
Tindakan (-) (-) ( -) (- ) (- ) (-)
kriminal
Penjelasan:
Masalah Keperawatan :
Masalah keperawatan :
Resiko Perilaku Kekerasan
Jelaskan :
Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram : Gambarkan
Tn. K
34 th
Keterangan :
: Perempuan : meninggal
: Klien
: Garis keturunan
Jelaskan
Masalah keperawatan :
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien meyakini agama yang dianut klien dan klien mengerti siapa Tuhan
klien
b. Kegiatan ibadah
Klien mau beribadah sesuai agama klien tetapi saat diingatkan dan di
ajak saja klien beribadah.
Jelaskan
Klien berpenampilan bersih dan rapi, kuku bersih, rambut memutih (uban).
Klien mengatakan jika sedang gerah klien langsung mandi lagi.
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan
(-) Cepat ( - ) Keras ( - ) membisu
( - ) Apatis (√) Lambat ( - ) Inkhoheren
(√) Tidak mampu memulai ( - ) Gagap
pembicaraan
Jelaskan:
Masalah Keperawatan
Isolasi Sosial
3. Aktivitas Motorik
( √ ) Lesu ( - ) Tegang ( - ) tremor
( - ) Tik ( - ) Grimasem ( - ) Agitasi
( - ) Kompulsif ( - ) Gelisah
Jelaskan :
Klien terlihat sangat lesu, klien masih harus diarahkan untuk melakukan
kegiatan harian, klien membutuhkan motivasi sehingga klien merasa percaya
diri. Klien tampak tidak ada bersemangat.
Masalah Keperawatan :
Isolasi Sosial
4. Alam Perasaan
( √ ) sedih ( -) Ketakutan ( -) Putus Asa
( -) Khawatir ( -) Geembira
Berlebihan
Jelaskan
Klien mengatakn merindukan keluarga dan klien ingin pulang untuk berkumpul
dengan keluarganya.
Masalah Keperawatan
Tidak Ada Masalah Kperawatan
5. Afek
(-) Datar (√) Tumpul (-) Labil (-) Tidak sesuai
Jelaskan
Ekspresi klien tumpul dan harus di stimulus oleh perawat untuk memulai
pembicaraan.
Masalah Keperawatan :
Isolasi Sosial
Jelaskan
klien selama wawancara dengan perawat menunjukan kontak mata kurang ,
klien mau diajak wawancara.
Masalah Keperawatan :
Harga Diri Rendah
7. Persepsi
Halusinasi
(√ ) Pendengaran (- ) Penglihatan ( - ) Perabaan
( - ) Pengecapan ( - ) Penghidu
Jelaskan
Klien mengatakan sewaktu dirumah mendengar bisikan halus yang menyuruh
klien untuk kabur dari rumah membawa motor, klien mendengar jika sepulang
ia bekerja, respon klien mendengar bisikan halus hanya terdiam saja tidak
menghiraukan bisikan tersebut, selama klien dirawat di rumah sakit jiwa klien
mengatakan bisikan halus itu sudah tidak terdengar lagi.
Masalah Keperawatan :
8. Proses Pikir
(√) Sirkumstatisial (-) Teangesial
(-) fligh of ideas (√) Blocking
(-) Pengulangan pembicaraan/ Persevarasi (-) Kehilangan Asosiasi
Jelaskan
klien berbicara atau menjelaskan sesuatu berbelit-berit namun sampai pada
tujuan yang di maksud .
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
9. Isi Pikir
(√) Obsesi (-) Fobia (-) Hipokondria
(-) Depersonalisasi (-) Ide yang terkait (-) Pikiran Magis
Jelaskan
Klien mengatakan bisikan halus sering muncul waktu klien dirumah seabis
pulang kerja namun klien tetap tidak mengriaukannnya
Masalah Keperawatan :
Resiko GSP halusinasi
10. Tingkat Kesadaran
Jelaskan
Kesadaran klien composmentis. Klien kontak matanya kurang pandangan mata
klie terkadang focus terkadang tidak focus atau melihat ke
arah lain.
Masalah Keperawatan
Isolasi sosial
11. Memori
( - ) Gangguan daya ingat jangka panjang
( - ) Konfabulasi
Jelaskan:
Masalah Keperawatan:
Jelaskan:
Jelaskan:
Kemampuan penilaian klien baik. Terbukti ketika ditanya bapak memilih cuci
tangan dahulu atau makan, klien mengatakn cuci tangan dahulu. Dan
melakukannya secara mandiri.
Masalah Keperawatan:
Jelaskan :
Klien dapat menungkapkan bahwa dirinya saat ini sedang dirawat di RSJ Dr
Soeharto ` Herdjan, namun klien mengingkari penyakit yang diderita
Masalah Keperawatan:
6. Penggunaan obat
(√ ) Bantuan minimal ( ) Bantuan total
7. Pemeliharaan kesehatan Ya Tidak
Perawatan lanjutan (√) ( )
Sistem pendukung (√) ( )
8. Kegiatan di dalam rumah Ya Tidak
Mempersiapkan makan (-) (√)
Menjaga kerapihan rumah (-) (√)
Mencuci pakaian (-) (√)
Pengaturan keungan (-) (√)
9. Kegiatan diluar rumah Ya Tidak
Belanja (-) (√)
Transportasi (-) (√)
Lain-lain (-) (-)
Jelaskan
Klien makan 3 kali tanpa bantuan, klien dapat melakukan BAB, BAK secara
mandiri dikamar mandi, klien berpakaian secara mandiri, klien mau minum
obat secara rutin sesuai jadwal, hanya perlu dimonitor saja
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
Masalah Keperawatan :
XI. MEDIK
Diagnosa medik:
Skizofrenia
Terapi medik:
1. Rpd 2x1 2mg
2. Clozapin 2x1 1kpsl
3. Quentiapin seroquel 1x1 2tab
B. Masalah Keperawatan
MASALAH
TANGGAL/JAM DATA FOKUS
KEPERAWATAN
01 Oktober 2019 Ds:
10.00 WIB 1) Klien mengatakan jika ada
yang membuat klien tidak
senang hatinya klien lebih
suka merusak atau melukai diri
orang lain Resiko Perilaku
2) Klien mengatakan setelah Kekerasan
melampiaskan amarahnya ke
korban atau benda klien
merasa puas
3) Klien mengatakan bertengkar
dengan ayahnya selama
dirumah
4) Klien mengatakan saat di
rumah sakit lebih suka
menunduk untuk menahan
amarahnya
Do:
1) Klien tampak ekspresinya
tegang, mata melotot dengan
nada suara tinggi saat klien
menceritakan tentang
pekerjaannya
2) Klien tampak ekspresi
wajahnya menahan amarah
3) Klien tampak kedua tangannya
masih mengepal kencang
10 September 2019 Ds:
10.00 WIB Klien mengatakan malu dengan calon
besannya karena gagal menikah
dengan calon istri
Harga Diri Rendah
Klien mengatakan merasa gagal
menjadi calon kepala keluarga untuk
calon istrinya
Do:
Do:
Isolasi Sosial
DS: S:
- Klien mengatakan bertengkar dengan - Klien mengatakan senang diajarkan tarik
orang tuanya (ayahnya) napas dalam karena dapat melatih
- Klien mengatakan jika ada yang kesabaran klien
membuat dirinya kesal/dirinya merasa - Klien mengatakan mengetahui kerugian
tidak senang klien lebih suka melukai dari marah
korban atau benda yang ada disekitar - Klien mengatakan lebih tenang hatinya
korban setelah tarik napas dalam
- Klien mengatakan setelah melaupakan
amarahnya klien merasa puas dan O:
senang - Klien tampak menyebutkan kembali
- Klien mengatakan saat dirumah sakit keuntungan mengontrol marah dengan
lebih suka menunduk untuk menahan tarik napas dalam dan menyebutkan
emosinya kerugian jika tidak mengontrol marah
nya
- Klien mau dilatih latihan tarik napas
DO: dalam
- Pandangan mata klien masih kurang
- Klien tampak ekspresi mukanya tegang
fokus
- Klien tampak mata melotot
- Klien tampak kedua tangan klien A: Masalah keperawanan resiko perilaku
mengepal kekerasan teratasi sebagian
- Klien tampak bernada tinggi saat
ditanya tentang pengalaman pekerjaan
klien
P (Pasien)
DX: Resiko Perilaku Kekerasan - Anjurkan klien untuk menerapkan
latihan tarik napas dalam setelah
Tindakan Keperawatan: diajarkan perawat
1. Membina hubungan saling percaya - Masukkan kedalam jadwal kegiatan
2. Membantu pasien mengenal penyakit harian klien
RPK
3. Membantu pasien mengenali kerugian
dari marah
4. Membantu pasien latihan tarik napas
dalam untuk mengontrol marahnya
5. Mengajurkan pasien untuk
mempraktekannya disaat klien merasa
marah
6. Menganjurkan pasien memasukan
kegiatan latihan tarik napas dalam ke
dalam jadwal harian
RTL:
1. Evaluasi latihan tarik napas dalam
2. Kontrak waktu untuk kegiatan
selanjutnya
3. Melatih cara fisik yang ke 2: pukul
bantal atau benda yang lembut
dikegiatan berikutnya TTD
4. Memasukkan kedalam jadwal kegiatan
pasien
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA DR SOEHARTO HERDJAN
RTL:
1. Evaluasi latihan pukul bantal TTD
2. Lanjutkan SP3
3. Melatih cara mengontrol diri dengan
cara yng ke 3 dengan kegiatan
spiritual
4. Kontrak waktu untuk kegiatan
selanjutnya
5. Memasukkan kegiatan ke dalam
jadwal kegiatan harian
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA DR SOEHARTO HERDJAN
RTL:
1. Evaluasi latihan mengontrol emosi
dengan kegiatan spiritual
2. Memasukkan kegaiatn spiritual ke
dalam jadwal kegiatan harian klien