Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.

DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG KASURARI

RUMAH SAKIT JIWA Dr. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA BARAT

Disusun Oleh :

MAHASISWA PROFESI STIKES PERTAMEDIKA

KEPERAWATAN JIWA

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur, kami panjatkan kepada Allah SWT, sehingga kelompok dapat
menyelesaikan makalah ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Jiwa pada klien dengan
Resiko Perilaku Kekerasan di Ruang Kasuari, RS Soeharto Heerdjan. Makalah ini merupakan
salah satu tugas akhir dalam rangka menyelesaikan Program Profesi STIKes Pertamedika
Jakarta dan didesiminasikan dalam seminar ilmiah di RS Soeharto Heerdjan. Dalam
menyelesaikan makalah ini, kelompok banyak menerima bantuan moril dan materiil, untuk
itu kelompok mengucapkan terimakasih terutama kepada:

1. Dr. Laurentius Panggabean, Sp.KJ, MKK selaku Direktur Utama Rumah Sakit Jiwa
Dr. Soeharto Heerdjan
2. Bpk. Muhammad Ali, S.Kep, MM selaku Ketua STIKes Pertamedika Jakarta.
3. Ibu. Wasijati, S.Kep., Msi., M.Kep selaku Koordinator S1 Keperawatan Ners di
Stikes Pertamedika.
4. Ibu Maryati, S.Sos. MARS selaku Koordinator mata ajar Keperawatan Jiwa.
5. Para dosen mata ajar Keperawatan Jiwa.
6. Seluruh Staff pemdamping di RS Soeharto Heerdjan
7. Teman Sejawat di Stikes Pertamedika.

Kelompok mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, peneliti juga mengharapkan agar penelitian ini memberikan manfaat
khususnya bagi perkembangan dan kemajuan keperawatan kesehatan jiwa.

Jakarta, 17 Oktober 2019

Mahasiswa

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 1
BAB I ......................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 2
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 2
B. Tujuan ............................................................................................................................. 3
C. Proses Pembuatan Makalah ............................................................................................ 4
BAB II........................................................................................................................................ 5
GAMBARAN KASUS .............................................................................................................. 5
A. PENGKAJIAN ................................................................................................................ 5
B. MASALAH KEPERAWATAN ..................................................................................... 6
C. POHON MASALAH ...................................................................................................... 8
BAB III ...................................................................................................................................... 9
LANDASAN TEORI ................................................................................................................. 9
A. Proses Terjadinya Masalah ............................................................................................. 9
B. Tindakan Keperawatan ................................................................................................. 14
BAB IV .................................................................................................................................... 20
PELAKSANAAN TINDAKAN .............................................................................................. 20
A. Tindakan Keperawatan ................................................................................................. 20
BAB V ..................................................................................................................................... 22
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 22
BAB VI .................................................................................................................................... 23
PENUTUP................................................................................................................................ 23
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 23
B. Saran ............................................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. iii
LAMPIRAN

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan hidup
harmonis dan produktif sebagai bagian utuh dari kualitas hidup seseorang, dengan
memperhatikan semua segi kehidupan manusia. Kesehatan jiwa mempunyai rentang
sehat – sakit jiwa yaitu sehat jiwa, masalah psikososial dan gangguan jiwa ( Keliat et
al., 2016).

Gangguan jiwa menurut American Phychiatric Association (APA) merupakan


sindrom atau pola psikologis atau pola perilaku yang penting secara klinis yang terjadi
pada individu dan sindrom itu dihubungkan dengan adanya distress (misalnya gejala
nyeri, menyakitkan) atau disabilitas (ketidakmampuan pada salah satu bagian dan
beberapa fungsi yang penting) atau disertai dengan peningkatan resiko yang sera
bermakna untuk mati, sakit, ketidakmampuan atau kehilangan kebebasan (APA dalam
Prabowo, 2014). Gangguan jiwa merupakan suatu perubahan dan gangguan pada
fungsi jiwa yang menyebabkan timbulnya penderitaan pada individu atau hambatan
dalam melaksanakan peran sosial (Keliat et al., 2016).

Menurut World Health Organization (2017) pada umumnya gangguan mental yang
terjadi adalah gangguan kecemasan dan gangguan depresi. Diperkirakan 4,4% dari
populasi global menderita gangguan depresi, dan 3,6% dari gangguan kecemasan.
Jumlah penderita depresi meningkat lebih dari 18% antara tahun 2005 dan 2015.
Depresi merupakan penyebab terbesar kecacatan di seluruh dunia. Lebih dari 80%
penyakit ini dialami orang-orang yang tinggal di negara yang berpenghasilan rendah
dan menengah (WHO, 2017).

Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil. Gangguan jiwa
berat terbanyak di DI Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah.
Proporsi RT (rumah tangga) yang pernah memasung ART (anggota rumah tangga)
gangguan jiwa berat 14,3% dan terbanyak pada penduduk yang tinggal di perdesaan

2
3

18,2%, serta pada kelompok penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah
19,5% (Riskesdas, 2013).

Secara umum klasifikasi gangguan jiwa menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun
2013 dibagi menjadi dua bagian, yaitu gangguan jiwa berat atau kelompok psikotik
dan gangguan jiwa ringan meliputi semua gangguan mental emosional yang berupa
kecemasan, gangguan alam perasaan dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk
gangguan jiwa berat salah satunya yaitu skizofrenia (Yusuf, dkk, 2015).

Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa yang ditandai adanya penyimpangan


dasar dan adanya perbedaan dari pikiran, disertai dengan adanya ekspresi emosi yang
tidak wajar (Sulistyono, dkk, 2013). Gejala skozofrenia dapat dibagi menjadi dua
kategori yaitu positif meliputi adanya waham, halusinasi, disorentasi pikiran, bicara
dan perilaku yang tidak teratur. Sedangkan gejala negatif meliputi afek datar, tidak
memiliki kemauan, menarik diri dari masyarakat atau mengisolasi diri.

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psiklogis. Berdasarkan definisi tersebut maka perilaku
kekerasan dapat dilakukakn secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan
lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu sedang
berlangsung kekerasan atau perilaku kekerasan terdahulu (riwayat perilaku
kekerasan). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun
orang lain dan lingkungan yang dirasakan sebagai ancaman (Kartika Sari, 2015:137)

B. Tujuan
1. Tujuan Umum (TUM)
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan klien dengan gangguan jiwa
dengan permasalahan resiko prilaku kekerasan.
2. Tujuan Khusus (TUK)
Tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah :
a. Mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan pada klien
dengan Resiko Perilaku Kekerasan.
4

b. Mahasiswa mampu mengkaji, merumuskan diagnosa keperawatan,


merencanakan tindakan keperawatan, mengimplementasikan rencana
tindakan, mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang dilakukan.
c. Mahasiswa mampu mendokumentasikan hasil dari tindakan keperawatan.
d. Mahasiswa mampu mendesiminasi hasil dari tindakan keperawatan

C. Proses Pembuatan Makalah


Pembuatan makalah ini diawali dengan proses pengidentifikasian mengenai
kasus yang ada di ruang Kasuari RS Soeharto Heerdjan. Kelompok praktek selama 3
minggu, dari tanggal 30 September 2019 – 18 Oktober 2019. Setelah melakukan
praktek keperawatan jiwa di ruang Kasuari, kelompok memilih Tn K sebagai klien
kelolaan bersama. Kelompok memilih Tn K sebagai pasien kelolaan karena kelompok
tertarik melakukan asuhan keperawatan jiwa pada klien, karena klien memiliki
masalah keperawatan resiko prilaku kekerasan, yang secara langsung dapat diketahui
dan sangat terlihat dari hasil wawancara, secara subyektif didapat ungkapan-ungkapan
bahwa klien melalukan kekerasan kepada ayahnya. Klien merasa sangat marah. Non
verbal yang mendukung masalah resiko prilaku kekarasan antara lain klien tampak
tegang, mata melotot dan suara nada tinggi.
Proses pelaksanaan implementasi keperawatan yang dilakukan kelompok
dimulai semenjak 02 oktober 2019 – 16 oktober 2019, dimana setiap anggota
kelompok yang telah berinteraksi dengan klien melaporkan dan mencatat apa yang
telah dicapai saat berinteraksi agar anggota kelompok yang lain dapat melanjutkan
intervensi sesuai dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya.
Selanjutnya kelompok melakukan proses konsultasi dengan pembimbing
mengenai perkembangan dan pencapaian tujuan pada setiap diagnosis yang
dirumuskan. Kelompok akan melakukan perbaikan sesuai saran pembimbing baik
dalam melakukan tindakan maupun pendokumentasian dalam bentuk laporan akhir
dan didesiminasikan melalui seminar.
5

BAB II

GAMBARAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Klien bernama Tn. K berusia 34 tahun, berjenis kelamin laki-laki, status perkawinan
belum menikah, beragama Islam, suku bangsa betawi, pendidikan terakhir SMA,
alamat Kp. Belakang Cimone RT005/RW003 Kamal Jakarta Barat.

Data didapatkan dari berbagai sumber, yaitu informasi klien. Selain itu, data juga
diambil dari hasil pengamatan dan observasi selama melakukan asuhan keperawatan
di Ruang Kasuari Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, pada tanggal 2 Oktober
2019 sampai sekarang. Alasan klien masuk ke rumah sakit, karna klien bertengkar
dengan ayahnya. Klien mengatakan sewaktu dirumahnya klien disuruh makan oleh
ayahnya. Namun, klien masih sangat kenyang sekali sehingga klien merasa kesal dan
marah sampai akhirnya menhancurkan barang yang ada disekitar klien. Namun, ayah
klien masih tetap memaksa klien untuk makan. Setelah bertengkar dengan orang
tuanya klien diabaikan oleh keluarganya. Klien mengatakan ingin dinikahkan dengan
wanita pilihan orang tuanya. Namun, gagal menikah karna klien dibawa oleh
keluarganya ke Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta. Respon klien
setelah meluapkan amarahnya setelah mehancurkan barang disekitar klien, klien
merasa puas.

Klien mengatakan bahwa ia pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu karena
pengobatan sebelum nya tidak dihabiskan. Klien mengatakan jika di masa lalunya saat
klien bekerja sebagai kuli bangunan selama 2 bulan. Hasil jerih payah klien tidak
digaji oleh bosnya sehingga klien meluapkan amarahnya dengan menyayat area wajah
bosnya dengan pisau. Karena klien melakukan tindakan kekerasan terhadap bosnya,
klien akhirnya berhenti bekerja di bangunan. Dan sekarang klien bekerja di service ac
keliling serta tiap malam jadi juru parker di GOR futsal daerah Jakarta. Di tempat
kerja klien yang sekarang, klien juga mengatakan merusak kendaraan milik orang lain
yang parkir
6

Hasil observasi yang dilakukan kelompok terhadap klien pada saat komunikasi
dengan perawat, klien berbicara sangat pelan dan lambat, klien mampu menyelesaikan
pembicaraan sampai tujuan yang klien maksud walau berbelit-belit, klien harus di
stimulus oleh perawat untuk memulai pembicaraan, klien terlihat sangat lesu, klien
masih harus diarahkan untuk melakukan kegiatan harian klien, klien mengatakan
bahwa klien belum menikah, klien merupakan anak kedua dari 3 bersaudara, klien
tinggal bersama ayahnya dan juga kakak saudara kandung klien yang sudah menikah
dan di karunia 1 anak perempuan, ibu dan adik perempuan klien sudah meninggal.
Klien mengatakann bahwa ia jarang di jenguk dengan orang tuanya (ayahnya)
dikarenakan ayahnya bekerja juga.

Adapun masalah pada Klien Tn. K adalah Resiko Perilaku Kekerasan. klien
mengatakan setelah melukai orang lain atau barang disekitarnya, klien merasa puas
karena rasa amarah klien sudah terbalas, saat ditanya pengalaman masa lalu yang
tidak menyenangkan tentang pekerjaannya klien tampak mata melotot, ekpresi muka
tegang, nada suara tinggi.

Obat yang diberikan:


Quentiapin Seroquel 200mg 1x1 (2tab)
Clozapin 25mg 2x1
RPD 2mg 2x1

B. MASALAH KEPERAWATAN
Berdasarkan hasil pengkajian dengan masalah utama Resiko Perilaku Kekerasan
didapatan masalah keperawatan sebagai berikut:
1. Resiko Perilaku Kekerasan
Data Subjektif:
Klie mengatakan bertengkar dengan orang tuanya (ayahnya) karena disuruh untuk
makan tapi klien menolak karena masih terasa kenyang. Klien mengatakan
memukul barang yang ada disekitar klien saat marah, klien mengatakan jika ada
yang buat klien tidak senang klien melampiaskannya dengan melukai
korban/merusak barang.
7

Data Objektif:
Klien tampak melotot matanya, ekspresi klien tegang nada suara klien mulai
tinggi , klien mengepal kedua tangannya.

2. Harga Diri Rendah


Data Subjektif:
Klien mengatakan merasa gagal menjadi calon kepala keluarga untuk calon
istrinya, klien mengatakan merasa malu dengan calon besannya karna gagal
menikah kiln mengatakan merasa tidak berguna jika hasil jeri payahnya tidak di
hargai
Data Objektif:
Klien tampak lesu, dan tidak bersemangat kontak mata kurang, klien harus diberi
stimulus untuk memotivasi klien sehingga klien tampak percaya diri

3. Isolasi sosial
Data Subjektif:
Klien mengatakan hanya mengobrol seperlunya saja, klien mengatakan sulit untuk
berinteraksi dengan orang yang belum ia kenal. klien mengatakan setelah
bertengkar dengan ayahnya klien dikucilkan/diceukin oleh keluarganya terutama
kakak kandungnya sendiri.
Data Objektif:
Klien tampak lesu dan harus di stimulus perawat untuk berbicara, klien tampak
melamun, dan menyendiri, klien tampak lebih banyak diam, kontak mata klien
kurang.

4. Resiko Gangguan Sensori Persepi: Halusinasi


Data Subjektif:
Klien mengatakan sewaktu dirumah setiap malam sehabis pulang kerja mendengar
bisikan palsu yang menyuruh dia untuk kabur dari rumah membawa motor namun
klien hanya terdiem dan tidak menghiraukan bisikan palsu itu, klien mengatakan
selama dirumah sakit jiwa bisikan palsu itu sudah tidak ada lagi
Data Objektif:
Klien tampak memalingkan penglihatannya, seperti melihat sesuatu di arah lain,
klien tampak memandangi sesuatu, klien tampak berbicara sendiri.
8

C. POHON MASALAH

Resiko Perilaku Kekerasan

Resiko Gangguan Sensori Persepsi:


Halusinasi Pendengaran

Isolasi Sosial

HARGA DIRI RENDAH

Kegagalan Regimen Terapeutik In Efektif

Koping Keluarga In Efektif

Diagnosa Keperawatan Prioritas

1. Resiko Perilaku Kekerasan


2. Harga Diri Rendah
3. Isolasi Sosial
4. Resiko Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran
9

BAB III

LANDASAN TEORI

A. Proses Terjadinya Masalah


1. Kasus (Masalah Utama)
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditunjukkan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikolog (Budi Ana Keliat,
2005). Perilaku kekerasan suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik kepada diri sendiri
maupun orang lain, sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk dimana
seseorang marah berespon terhadap sesuatu stresor dengan gerakan motorik
yang tidak terkontrol (Yosep, 2007).
Perilaku kekerasaan adalah suatu keadaan di mana seseorang
melakukan tindakan yang dapat berbahaya keadaan secara fisik, baik pada
dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduk gelisah
yang tidak terkontrol (kusumawati dan hartono, 2010).Perilaku kekerasan
merupakan suatu keadaan seseorang di mana melakukan tindakan yang dapat
berbahaya keadaan secara fisik, baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan (stuart dan sundeen, 2010).

2. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya perilaku kekerasan
antara lain psikologi, perilaku, sosial budaya, neurobiology, dan psikososial.
Factor psikologis yang berupa kegagalan yang di alami dapat menyebabkan
frustasi yang kemudian dapat timbul atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dikhianati atau saksi
penganiayaan. Factor perilaku yang berupa reinforforcement yang diterima
pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah
atau di luar rumah, semua aspek ini mengstimulasi individu mengadobsi
perilaku kekerasan.
Faktor social budaya yang berupa budaya tertutup dan membalas
secara diam (pasifagresif), control sosial yang tidak pasti terhadap perilaku
kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan di terima
10

(permissive). Kerusakan system limbic (ekspresi emosi dan perilaku merusak),


lobus frontal (kerusakan pada penilaian, kepribadian, pengambilan keputusan,
perilaku yang tidak sesuai, agresif), dan temporal (epilapsi) juga merupakan
factor neurobiologist yang menyebabkan terjadinya perilaku kekerasan. Selain
itu dorongan untuk hidup hanya berupa seksualitas dan dorongan untuk mati
yang berupa agresifitas merupakan factor psikoanalisa terjadinya perilaku
kekerasan (keliat, 2005).

3. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi terbagi menjadi 2, stressor internal dan stressor
eksternal. Factor internal berasal dalam diri klien sendiri, seperti kelemahan
fisik, keputusaan, ketidakbedayaan, dan kurang percaya diri. Sedangkan
stressor eksternal berasal dari interaksi klien dan lingkungannya. Interaksi
yang terjadi berupa kritikan, penghinaan, kekerasan pada orang lain,
kehilangan yang dicintai, serta profokatif dan konflik. Lingkungan yang padat
dapat menjadi stressor pencetus terjadinya kekerasan (keliat,2005).
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien, sehingga
dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang
konstruksi dalam mengekspresikan kemarahannya. Mekanisme koping yang
umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti displacement,
sublimasi, proyeksi, represif, denial dan reaksi formasi. Perilaku yang
berkaitan dengan Perilaku Kekerasaan anatara lain:
Jenis – Jenis Resiko Perilaku Kekerasan :
a. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom
beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah
meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl meningkat,
peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat,
konstipasi, kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan otot, seperti
rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang
cepat.
b. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif
11

adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat
mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik
maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk pengembangan
diri klien.
c. Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting out”
untuk menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan

Fase – Fase Resiko Perilaku Kekerasan


a. Triggering incidents
Ditandai dengan adanya pemicu sehingga muncul agresi klien. Beberapa
faktor yang dapat menjadi pemicu agresi antara laian: provokasi, respon
terhadap kegagalan, komunikasi yang buruk, situasi yang menyebabkan
frustrasi, pelanggaran batas terhadap jarak personal, dan harapan yang
tidak terpenuhi. Pada fase ini klien dan keluarga baru datang.
b. Escalation phase
Ditandai dengan kebangkitan fisik dan emosional, dapat diseterakan
dengan respon fight or flight. Pada fase escalasi kemarahan klien
memuncak, dan belum terjadi tindakan kekerasan. Pemicu dari perilaku
agresif klien gangguan psikiatrik bervariasi misalnya: halusinasi, gangguan
kognitif, gangguan penggunaan zat, kerusakan neurologi/kognitif, bunuh
diri dan koping tidak efektif.
c. Crisis point
Sebagai lanjutan dari fase escalasi apabila negosiasi dan teknik de
escalation gagal mencapai tujuannya. Pada fase ini klien sudah melakukan
tindakan kekerasan.
d. Settling phase
Klien yang melakukan kekerasan telah melepaskan energi marahnya.
Mungkin masih ada rasa cemas dan marah dan berisiko kembali ke fase
awal.
e. Post crisis depression
12

Klien pada fase ini mungkin mengalami kecemasan dan depresi dan
berfokus pada kemarahan dan kelelahan.
f. Return to normal functioning
Klien kembali pada keseimbangan normal dari perasaan cemas, depresi,
dan kelelahan.

4. Rentang Respon

ADAPTIF MALADAPTIF

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Keterangan:

1. Asentif
Individu dapat membenarkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan ketenangan.
2. Frustasi
Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat menemukan
alternatif.
3. Pasif
Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.
4. Agresif
Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut tetapi masih
terkontrol.
5. Kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol.
13

A. POHON MASALAH

Resiko Perilaku Kekerasan

Resiko Gangguan Sensori Persepsi:


Halusinasi Pendengaran

Isolasi Sosial

HARGA DIRI RENDAH

Kegagalan Regimen Terapeutik In Efektif

Koping Keluarga In Efektif

B. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji


Resiko Perilaku Kekerasan
C. Data Penunjang
Data subjektif
a. Klien mengatakan jika ada yang membuat klien tidak senang hatinya klien
lebih suka merusak atau melukai diri orang lain
b. Klien mengatakan setelah melampiaskan amarahnya ke korban atau benda
klien merasa puas
c. Klien mengatakan bertengkar dengan ayahnya selama dirumah
d. Klien mengatakan saat di rumah sakit lebih suka menunduk untuk menahan
amarahnya
14

Data Objektif

a. Klien tampak ekspresinya tegang, mata melotot dengan nada suara tinggi saat
klien menceritakan tentang pekerjaannya
b. Klien tampak ekspresi wajahnya menahan amarah
c. Klien tampak kedua tangannya masih mengepal kencang
D. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko Perilaku Kekerasaan
b. Harga diri rendah
c. Isolasi social
d. Resiko GSP Halusinasi Pendengaran
E. Tindakan Keperawatan
1. Resiko Perilaku Kekerasan
Tujuan Khusus :
a. Membina hubungan saling percaya
Tindakan keperawatan :
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal / non verbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama klien dengan nama lengkap serta nama yang disukai klien
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Menunjukkan sikap empati, menerima klien apa adanya
7) Beri perhatian pada klien dan kebutuhan dasarnya
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab kekerasan
Tindakan Keperawatan :
1) Tanyakan perasaan klien dan masalah yang klien hadapi
2) Bantu klien mengungkapkan perasaannya
3) Bantu klien mengungkapkan penyebab timbulnya marah (orang lain,
situasi, diri sendiri)
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda tanda perilaku kekerasan yang biasa klien
lakukan.
Tindakan keperawatan :
1) Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang sering
dilakukan
15

2) Diskusi dengan klien apakah dengan cara tersebut masalah dapat selesai
3) Biacarakan akibat dan kerugian dari marah
d. Klien dapat mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam merespon
kemarahan
Tindakan keperawatan:
1) Tanyakan kepada klien apakah klien mengetahui cara yang lebih sehat
2) Beri reinforcement positif jika klien mengetahui caranya
3) Diskusikan dengan klien cara yang sehat : tarik napas dalam, pukul
bantal, kegiatan spiritual seperti beribadah
e. Klien dapat mendemonstrasikan perilaku yang terkontrol
Tindakan keperawatan:
1) Bantu klien memilihi cara yang disukai/cocok dengan klien
2) Anjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari pada saat klieb
kesal
3) Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien

2. Harga Diri Rendah


Tujuan umum : klien dapat meningkatkan harga dirinya
Tujuan Khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
2) Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki
3) Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan
4) Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat
6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan Keperawatan :

1) Bina hubungan saling percaya


a). Membina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi teraupetik
2) Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
a). Diskusikan dengan klien tentang kemampuan klien, aspek positif, keluarga,
lingkungan
b). Bersama klien buat daftar tentang kemampuan klien, aspek positif,
keluarga, lingkungan
16

c). Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi penilaian postif


3) Bantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan
a). Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan
b). Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya
4) Bantu klien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai kemampuan
a). Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan klien
b). Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien
c). Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan
5) Latih klien sesuai kemampuan yang dipilih
a). Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan
b). Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien
c). Beri pujian atas usaha yang telah dilakukan oleh klien
d). Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang
6) Berikan reinforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh klien
a). Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
dengan harga diri rendah
b). Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
c). Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah
7) Anjurkan klien memasukkan ke jadwal kegiatan harian

3. Isolasi Sosial
Tujuan Khusus :
a. Membina hubungan saling percaya
Tindakan keperawatan :
8) Sapa klien dengan ramah baik verbal / non verbal
9) Perkenalkan diri dengan sopan
10) Tanyakan nama klien dengan nama lengkap serta nama yang disukai
klien
11) Jelaskan tujuan pertemuan
12) Jujur dan menepati janji
13) Menunjukkan sikap empati, menerima klien apa adanya
14) Beri perhatian pada klien dan kebutuhan dasarnya
17

b. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik


Tindakan Keperawatan :
4) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda – tandanya
5) Berikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri.
6) Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri dan tanda – tanda
serta penyebab menarik diri yang muncul
7) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

c. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan


kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan keperawatan :
4) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan orang lain
5) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya
6) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang
lain
7) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
8) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan
orang lain
9) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
kerugian bila berhubungan dengan orang lain
10) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
11) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian berhubungan dengan orang lain

d. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap


Tindakan keperawatan:
4) Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
18

5) Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain secara
bertahap :
K–P
K – P – P lain
K – P – P lain – K lain
K – Keluarga / Kelompok / Masyarakat
6) Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
7) Bantu klien mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang
8) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu
9) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
10) Beri reinforcemnt positif atas kegiatan klien dalam ruangan

e. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang


lain
Tindakan keperawatan:
4) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan
dengan orang lain
5) Diskusikan dengan klien tentang perasaan, manfaat berhubungan dengan
orang lain
6) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan dan manfaat berhubungan dengan orang lain

f. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga mampu


mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain
Tindakan keperawatan:
1) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga ( salam, perkenalan diri,
sampaikan tujuan, buat kontrak dan ekplorasi perasaan klien)
2) Diskusikan dengan keluarga tentang ( perilaku menarik diri, penyebab
perilaku menarik diri, akibat yang akan terjadi jika perilaku menarik diri
tidak ditanggapi, cara keluarga menghadapi klien menarik diri)
3) Dorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain
19

4) Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien


minimal satu kali seminggu
5) Beri reinforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga

4. Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi


Tujuan Umum : Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialami.
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengenal halusinasi
c. Klien dapat mengendalikan halusinasi
d. Klien dapat menggunakan obat secara teratur
Tindakan keperawatan Untuk klien :

a. Identifikasi jenis, isi, waktu, frekuensi, situasi, dan respon klien


b. Ajarkan klien menghardik halusinasi
c. Anjurkan klien menghardik halusinasi
d. Ajarkan klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap – cakap dengan
orang lain
e. Ajarkan klien mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan kegiatannya
f. Anjurkan klien memasukan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
g. Ajarkan klien penggunaan obat secara teratur.
BAB IV

PELAKSANAAN TINDAKAN

Pada kasus Tn. K dengan diagnosa keperawatan Resiko Prilaku Kekerasan telah dilaksanakan
tindakan keperawatan mulai dari SP I hingga SP III.

Tujuan umum: Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan.

A. Tindakan Keperawatan
1. Resiko Perilaku Kekerasan
a. SP I
SP I untuk klien yaitu membina hubungan saling percaya antara perawat
dengan klien, mengidentifikasi penyebab resiko prilaku kekerasan,
mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya,
mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan, mengidentifikasi akibat
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, Latih mencegah perilaku kekerasan
dengan cara fisik : tarik nafas dalam ,Anjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
Pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga. Pertama perawat melakukan
pengkajian kepada klien lalu melaksanakan implementasi SP 1P yaitu
mengidentifikasi penyebab resiko prilaku kekerasan, mengidentifikasi penyebab
perilaku kekerasan yang dilakukannya, mengidentifikasi tanda dan gejala
perilaku kekerasan, mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan, Latih mencegah perilaku kekerasan dengan cara fisik : tarik nafas
dalam ,Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Selanjutnya
perawat melakukan evaluasi tindakan yang sudah dilakukan.
- Klien tampak menyebutkan kembali keuntungan mengontrol marah dengan
tarik napas dalam dan menyebutkan kerugian jika tidak mengontrol marah nya
- Klien mau dilatih latihan tarik napas dalam
- Pandangan mata klien masih kurang fokus

20
21

b. SP II P
SP II P yang dilakukan yaitu mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien,
memberikan kesempatan kepada klien mempraktekkan pukul bantal atau
benda yang lembut dan empuk, membantu klien memasukkan kegiatan pukul
bantal/benda lembut dan empuk sebagai salah satu kegiatan harian.
Pada pertemuan keempat (07 oktober 2019) perawat melaksanakan
implementasi SP II P yaitu mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien,
memberikan kesempatan kepada klien mempraktekkan pukul bantal atau
benda yang lembut dan empuk, membantu klien memasukkan kegiatan pukul
bantal/benda lembut dan empuk sebagai salah satu kegiatan harian. Klien
mengatakan masih bingung dalam pengisian jadwal kegiatan harian.
klien mengatakan senang mengikuti kegiatan TAKS karena bisa
mengontrol emosinya. Klien tampak bingung serta tidak bisa mengisi jadwal
kegiatan harian, klien dapat mengikuti TAKS sesi 1, 2, dan 3 sampai selesai
tetapi masih dengan bantuan.

c. SP 3P
SP III P yang di lakukan yaitu mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien, memberikan semangat dan motivasi pada klien agar rajin beribadah,
menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
Pada. pertemuan ke enam (Rabu 09 oktober 2019) perawat
melaksanakan implementasi SP III P mengevaluasi kegiatan harian
memberikan semangat dan motivasi pada klien agar rajin beribadah, dan
menganjurkan.
klien memasukan kedalam jadwal kegiatan harian.Klien mengatakan
lebih tenang Klien tampak rileks setelah mengerjakan sholat sunah, klien
tampak khusyu sekali mengerjakan sholat.
BAB V

PEMBAHASAN

Pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai keberhasilan yang telah dicapai di ruang
karsuari di Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan dan hambatan yang ditemukan pada saat
merawat klien serta pemecahan masalah yang telah dilakukan: Diagnosa keperawatan yang
pertama adalah resiko prilaku kekerasan. Masalah keperawatan diangkat sesuai data klien.
Klien mengatakan bertengkar dengan orang tuanya (ayahnya), Klien mengatakan jika ada
yang membuat dirinya kesal/dirinya merasa tidak senang klien lebih suka melukai korban
atau benda yang ada disekitar korban, Klien mengatakan setelah melaupakan amarahnya
klien merasa puas dan senang, SP 1 P yaitu membina hubungan saling percaya antara perawat
dengan klien, mengidentifikasi penyebab marah, berdiskusi dengan klien tentang kerugian
dari marah dan keuntungan mengontrol marahnya, mengajarkan klien cara latihan tarik napas
dalam, menganjurkan klien memasukan kegiatan latihan tarik napas dalam dalam kegiatan
jadwal harian. SP II P yaitu mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, melatih cara pukul
bantal, menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. SP III P yaitu
mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, mengajurkan dan memotivasi klien untuk
mengontrol emosi dengan cara spiritual (beribadah, mengaji). Pada Tn. K sudah dilakukan SP
I dengan 2 kali pertemuan, SP II dengan 2 kali pertemuan, SP III dengan 2 kali pertemuan.

22
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan makan penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengkajian diperoleh data subjektif Klien mengatakan jika ada yang membuat
klien tidak senang hatinya klien lebih suka merusak atau melukai diri orang
lain. Klien mengatakan setelah melampiaskan amarahnya ke korban atau
benda klien merasa puas. Klien mengatakan bertengkar dengan ayahnya
selama dirumah. Klien mengatakan saat di rumah sakit lebih suka menunduk
untuk menahan amarahnya
2. Diagnosa keperawatan adalah penilaian kesimpulan yang diambil dari
pengkajian sedangkan diagnosa yang penulis angkat pada kasus klien Tn. K
adalah dengan Resiko Perilaku Kekerasan
3. Implementasi diatas penulis dapat memberikan 3 SP, yaitu SP 1
(mengidentifikasi penyebab marahnya, diskusi keuntungan mengontro marah,
latihan tarik napas dalam), SP 2 (latihan pukul bantal), SP 3 (dengan cara
spiritual beribadah).

B. Saran
Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, penulis memberi saran sebagai berikut:
a) Bagi perawat
Diharapkan dapat memberikan pelayanan dan meningkatkan komunikasi terapeutik
kepada klien, sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan klien.
b) Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat meninggalkan bimbingan klinik secara maksimal sehingga
mahasiswa mendapatkan gambaran dalam memberikan asuhan keperawatan yang
benar.
c) Bagi Penulis
Penulis dapat meningkatkan pengkajian dengan penyusunan rencana kerja melalui
makalah ini.

23
DAFTAR PUSTAKA

Stuart & Sundeen, , 1998, Buku saku Kesehatan Jiwa, Edisi 3, Jakarta,\ ; EGC

Townsend, M.C (2009) Psychiatrich Mental Health Nursing Concepts Of Care in


Evidence-Based Practice. 6 ed. Philadelphia: F.A Davis Company

Stuart, G W & Sudden, S.J, 2007, Pocket guide to psychiatric nursing, 3/E (A.Y.S Hamid,
Penerjemah) St Louis : Mosby Year Book, Inc ( Sumber asli diterbitkan 1995)

TIM MPKP, 2000, Buku Pedoman Keperawatan Jiwa, teori dan tindakan keperawatan
Jakarta: Depkes RI, Dirjen Yanmed, Direktorat Pelayanan Keperawatan.
Dermawan, deden. 2013. Konsep Dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: goesyen publishing.

Herman, ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogyakarta: nuhamedika.

Keliat, budianna. 2005. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Stuart, gail w. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC

iii
iv
LAMPIRAN
FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

STIKes PERTAMEDIKA

A. Pengkajian

Tanggal pengkajian : 02 Oktober 2019


No register : 02.27.21
Ruangan rawat : Ruang Kasuari
Diagnosa Medis : Skizofrenia
Tanggal dirawat : 19 September 2019

I. Identitas Klien
Nama : Tn. K (L)
Umur : 34 tahun
Status perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Sumber informasi : Klien
Suku bangsa : Betawi
Pendidikan : SMA
Alamat : Kp. Belakang Cimone RT005/RW003 Kamal, Jakarta
Barat

II. ALASAN MASUK


Klien mengatakan masuk ke RS Jiwa Dr Soeharto Herdjan tanggal 19 september
2019 pukul 14.00 WIB dengan alasan bertengkar dengan ayahnya saat dirumah
sampai membanting perabotan yg ada di sekitar klien. Karena bertengkar klien
merasa dikucilkan oleh keluarganya. Klien mengatakan gagal menikah dengan
calon istri karena dibawa ke rumah sakit jiwa oleh keluarganya

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan (√ ) YA (-) TIDAK
jiwa di masa lalu ?
2. pengobatan sebelumnya ? ( - ) Berhasil ( - ) Kurang Berhasil
(√)Tidak Berhasil

3.
Pelaku / usia Korban / usia Saksi / usia
Aniaya fisik (√ ) ( 32 ) (- ) (- ) (-) (-)
Aniaya seksual ( -) ( -) ( -) (- ) (-) (-)
Penolakan ( -) (-) (- ) (- ) (-) (-)
Kekerasan (√ ) ( 34 ) ( -) (- ) (-) (-)
dalam keluarga
Tindakan (-) (-) ( -) (- ) (- ) (-)
kriminal

Penjelasan:

Klien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya namun klien


sering lupa dan enggan minum obat, klien mengatakan pernah melakukan
tindakan kekerasan dengan rekan kerjanya di proyek bangunan, dan terhadap
pelanggannya saat klien jadi juru parkir di GOR, klien mengatakan bertengkar
dengan ayahnya saat disuruh makan..

Masalah Keperawatan :

Regimen terapetik infektif

Resiko Perilaku Kekerasan

4. Adakah keluarga yang menglami ( - ) YA (√) TIDAK


gangguan jiwa ?
Tidak ada keluarga yang
mengalami gangguan jiwa.

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Klien mengatakan tidak menyukai jika hasil kerja kerasnya tidak
dihargai/dibayar sampai klien nekad untuk melukai tubuh korban dan merusaki
kendaraan milik orang lain

Masalah keperawatan :
Resiko Perilaku Kekerasan

IV. PEMERIKSAAN FISIK

1. Tanda vital : TD: 122/80 mmHg N : 92 x/menit


S : 36,5 oC P : 20 x/menit
2. Ukur TB : 160 cm BB : 55 kg
3. keluhan fisik: ( ) YA (√) TIDAK

Jelaskan :
Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram : Gambarkan

Tn. K
34 th

Keterangan :

: Perempuan : meninggal

: Laki-laki : tinggal serumah

: Klien

: Garis keturunan
Jelaskan

Klien usia 34 tahun anak ke 2 dari 3 bersaudara, klien tinggal bersama


ayahnhya dan kakak kandung yang sudah menikah dan dikaruniai anak laki-
laki, ibu klien dan adik perempuan klien sudah meninggal. klien mengatakan
semenjak ibunya meninggal klien lebih dekat dengan ayahnya dan ingin
membahagiakan ayahnya. pola interaksi klien dirumah mengobrol dengan
keluarga jika ada waktu senggang saja. pengambilan keputusan dirumah
diambil alih oleh ayahnya.

Masalah keperawatan :

Tidak ada masalah keperawatan


2. Konsep Diri
a. Gambaran Diri
Klien mengatakan sangat menyukai seluruh anggota tubuhnya. Terutama
pada bagian mata klien.
b. Identitas
Klien merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara, pendidikan terakhir klien
SMA, klien pernah bekerja sebagai service ac keliling dan juru parkir.
c. Peran
Klien mengatakan mengerti perannya sebagai anak laki-laki. Klien
mengerti harus bisa bekerja dan mendaptkan penghasilan untuk
keluarganya. Klien mengatakan merasa gagal menjadi calon kepala
keluarga karena klien merasa usainya sudah cukup untuk berumah
tangga namun klien gagal untuk menikah dengan pasangannya.
d. Ideal diri.
Klien mengatakan ingin cepat pulang dan klien mengatakan ingin cepat
berkumpul dengan keluarganya.
e. Harga diri
Klien mengatakan merasa malu dengan calon mertuanya karena gagal
menikah dan klien merasa dirinya tidak berguna jika hasil jerih payah
klien tidak dihargai/dibayar.
Masalah Keperawatan :
Harga Diri Rendah (HDR)
3. Hubungan Sosial
a. Orang Yang berarti
Menurut klien orang yang berarti dalam hidupnya adalah keluarga klien,
yaitu ayahnya, karena hanya ayahnya orang tua satu-satunya yang klien
miliki, klien mengatakan ayahnya sesekali menjenguk klien di rumah
sakit.
b. Peran serta dalam kegiatan Kelompok/Masyarakat
Klin mengatakan jika tidak ada pekerjaan klien ikut kegiatan pos ronda,
menghabiskan waktu senggang dengan memancing dan bermain futsal.
c. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain
Klien mengatakan tidak ada hambatan untuk berinteraksi dengan
masyarakat, jika ada waktu luang klien ikut berkumpul di pos ronda
bersama teman-temannya.
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien meyakini agama yang dianut klien dan klien mengerti siapa Tuhan
klien
b. Kegiatan ibadah
Klien mau beribadah sesuai agama klien tetapi saat diingatkan dan di
ajak saja klien beribadah.

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan
(-) Tidak Rapih ( - ) Penggunaan Pakaian Tidak Sesuai
( - ) Cara berpakaian tidak seperti biasanya

Jelaskan
Klien berpenampilan bersih dan rapi, kuku bersih, rambut memutih (uban).
Klien mengatakan jika sedang gerah klien langsung mandi lagi.
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

2. Pembicaraan
(-) Cepat ( - ) Keras ( - ) membisu
( - ) Apatis (√) Lambat ( - ) Inkhoheren
(√) Tidak mampu memulai ( - ) Gagap
pembicaraan
Jelaskan:

Klien berbicara sangat lambat, tampak melamun, klien terlihat kebingunan,


pandangan mata tidak focus, klien tidak mampu memulai pembicaraan dan
harus di stimulus oleh perawat untuk berbicara. Tetapi jika menceritakan
tentang pekerjaan tampak mata melotot, ekspresi muka tegang, kedua tangan
mengepal dan nada suara mulai tinggi.

Masalah Keperawatan
Isolasi Sosial
3. Aktivitas Motorik
( √ ) Lesu ( - ) Tegang ( - ) tremor
( - ) Tik ( - ) Grimasem ( - ) Agitasi
( - ) Kompulsif ( - ) Gelisah

Jelaskan :
Klien terlihat sangat lesu, klien masih harus diarahkan untuk melakukan
kegiatan harian, klien membutuhkan motivasi sehingga klien merasa percaya
diri. Klien tampak tidak ada bersemangat.
Masalah Keperawatan :
Isolasi Sosial

4. Alam Perasaan
( √ ) sedih ( -) Ketakutan ( -) Putus Asa
( -) Khawatir ( -) Geembira
Berlebihan
Jelaskan
Klien mengatakn merindukan keluarga dan klien ingin pulang untuk berkumpul
dengan keluarganya.

Masalah Keperawatan
Tidak Ada Masalah Kperawatan

5. Afek
(-) Datar (√) Tumpul (-) Labil (-) Tidak sesuai
Jelaskan

Ekspresi klien tumpul dan harus di stimulus oleh perawat untuk memulai
pembicaraan.
Masalah Keperawatan :
Isolasi Sosial

6. Interaksi selama wawancara


(-) Bermusuhan (-) Tidak koopertif (-) Mudah Tersinggung
(√) Kontak mata kurang (-) Defenitif (-) Curiga

Jelaskan
klien selama wawancara dengan perawat menunjukan kontak mata kurang ,
klien mau diajak wawancara.
Masalah Keperawatan :
Harga Diri Rendah

7. Persepsi
Halusinasi
(√ ) Pendengaran (- ) Penglihatan ( - ) Perabaan
( - ) Pengecapan ( - ) Penghidu

Jelaskan
Klien mengatakan sewaktu dirumah mendengar bisikan halus yang menyuruh
klien untuk kabur dari rumah membawa motor, klien mendengar jika sepulang
ia bekerja, respon klien mendengar bisikan halus hanya terdiam saja tidak
menghiraukan bisikan tersebut, selama klien dirawat di rumah sakit jiwa klien
mengatakan bisikan halus itu sudah tidak terdengar lagi.
Masalah Keperawatan :

Resiko GSP : Halusinasi Pendengaran

8. Proses Pikir
(√) Sirkumstatisial (-) Teangesial
(-) fligh of ideas (√) Blocking
(-) Pengulangan pembicaraan/ Persevarasi (-) Kehilangan Asosiasi

Jelaskan
klien berbicara atau menjelaskan sesuatu berbelit-berit namun sampai pada
tujuan yang di maksud .

Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

9. Isi Pikir
(√) Obsesi (-) Fobia (-) Hipokondria
(-) Depersonalisasi (-) Ide yang terkait (-) Pikiran Magis

Waham : (-) Sisip Pikir (-) Curiga


(-) Agama (- ) Kebesaran (- ) Kontrol Pikir
(-) Nihilistik (-) Siar Pikir
(-) Somatik

Jelaskan
Klien mengatakan bisikan halus sering muncul waktu klien dirumah seabis
pulang kerja namun klien tetap tidak mengriaukannnya

Masalah Keperawatan :
Resiko GSP halusinasi
10. Tingkat Kesadaran

(√) Bingung (-) Sedasi (-) Stupor


Disorientasi :
(-) Waktu (-) Tempat (-) Orang

Jelaskan
Kesadaran klien composmentis. Klien kontak matanya kurang pandangan mata
klie terkadang focus terkadang tidak focus atau melihat ke
arah lain.
Masalah Keperawatan
Isolasi sosial

11. Memori
( - ) Gangguan daya ingat jangka panjang

( - ) Gangguan daya ingat jangka pendek

( - ) Gangguan daya ingat saat ini

( - ) Konfabulasi

Jelaskan:

Klien mampu menceritakan kejadian masa lampaui

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


( - ) Mudah beralih

( - ) Tidak mampu berkonsentrasi

( - ) Tidak mampu berhitung sederhana

Jelaskan:

Selama berinteraksi klien mampu berkonsentrasi untuk berhitung sederhana.


Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan.

13. Kemampuan penilaian

( √ )Gangguan ringan ( - )Gangguan bermakna

Jelaskan:

Kemampuan penilaian klien baik. Terbukti ketika ditanya bapak memilih cuci
tangan dahulu atau makan, klien mengatakn cuci tangan dahulu. Dan
melakukannya secara mandiri.

Masalah Keperawatan:

Tidak terdapat masalah keperawatan

14. Daya tilik diri


(√) Mengingkari penyakit yang di derita
( -) Menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan :

Klien dapat menungkapkan bahwa dirinya saat ini sedang dirawat di RSJ Dr
Soeharto ` Herdjan, namun klien mengingkari penyakit yang diderita

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
( √) Bantuan minimal ( ) Bantuan total
2. BAB/BAK
(√ ) Bantuan minimal ( ) Bantuan total
3. Mandi
(√ ) Bantuan minimal ( ) Bantuan total
4. Berpakain/berhias
(√ ) Bantuan minimal ( ) Bantuan total
5. Istirahat dan tidur
(√) Tidur siang lama : 13.30 wib s.d 14.00 wib.
( √) Tidur malam lama : 20.00 wib s/d 05.00 wib
(-)Kegiatan sebelum/sesudah tidur

6. Penggunaan obat
(√ ) Bantuan minimal ( ) Bantuan total
7. Pemeliharaan kesehatan Ya Tidak
Perawatan lanjutan (√) ( )
Sistem pendukung (√) ( )
8. Kegiatan di dalam rumah Ya Tidak
Mempersiapkan makan (-) (√)
Menjaga kerapihan rumah (-) (√)
Mencuci pakaian (-) (√)
Pengaturan keungan (-) (√)
9. Kegiatan diluar rumah Ya Tidak
Belanja (-) (√)
Transportasi (-) (√)
Lain-lain (-) (-)
Jelaskan
Klien makan 3 kali tanpa bantuan, klien dapat melakukan BAB, BAK secara
mandiri dikamar mandi, klien berpakaian secara mandiri, klien mau minum
obat secara rutin sesuai jadwal, hanya perlu dimonitor saja
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan

VIII. MEKANISME KOPING


Adaftif Maladaptif
( ) Bicara dengan orang lain ( ) Minum Alkohol
( ) Mampu menyelesaikan masalah ( √ ) Reaksi lambat/berlebih
( ) Teknik relaksasi ( ) Bekerja berlebihan
( ) Aktivitas konstruktif ( ) Menghindari
( √ ) Olahraga ( ) Mencederai diri
( ) Lainnya........................ ( ) Lainnya (Marah-marah)
Jelaskan:
Klien mengatakan melakukan senam olahraga, reaksi klien senang dimotivasi oleh
perawat.
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


(√) Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik
Klien mengatakan merasa terkucilkan di keluarganya setelah bertengkar
dengan ayahnya .

(√) Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik


Klien berinteraksi dengan lingkungan klien seperlunya saja

( -) Masalah dengan pendidikan, spesifik


Klien menyelesaikan pendidikan sampai SMA dan lulus

(√ ) Masalah dengan pekerjaan, spesifik


Klien mengatakn pernah bekerja di bangunan namun tidak di gaji, klien
mengatakan pernah kesal dengan pelanggan yang parkir di sekitar GOR namun
tidak membayar uang sewa parkir hingga meluakai korban lain dan kendaraan
orang lain.

(√) Masalah dengan perumahan, spesifik


Klien lebih merasa nyaman tinggal dirumah, klien tidak suka bergaul dengan
orang lain. Klien mengatakan akan mengobrol jika ada perlunya saja.

(√) Masalah ekonomi, spesifik


Klien hanya bekerja sebagai service ac keliling dan juru parkir yang
penghasilannya tidak menentu.

( - ) Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik


Tidak ditemukan masalah keperawatan
( - ) Masalah lainnya, spesifik
Tidak ditemukan masalah keperawatan
( - ) Masalah dengan dukungan lingkungan, spesifik
Klien mengatakan tidak ada teman dilingkungan yang mendukung dalam
kesembuhan klien

Masalah Keperawatan :

- Koping keluarga in efektif


- Isolasi Sosial

X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG :


(√) Penyakit jiwa (-) Sistem pendukung

(-) Faktor presipitasi (-) Penyakit fisik


(-) Koping (-) Obat-obatan
(-) Lainnya
Masalah Keperawatan :
Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit jiwa, klien mengatakan tidak
mengetahui klien sedang menderita penyakit jiwa jenis apa.

XI. MEDIK
Diagnosa medik:
Skizofrenia
Terapi medik:
1. Rpd 2x1 2mg
2. Clozapin 2x1 1kpsl
3. Quentiapin seroquel 1x1 2tab
B. Masalah Keperawatan

Inisial Nama: Tn. K Kelas: Kasuari NRM: 02.27.21

MASALAH
TANGGAL/JAM DATA FOKUS
KEPERAWATAN
01 Oktober 2019 Ds:
10.00 WIB 1) Klien mengatakan jika ada
yang membuat klien tidak
senang hatinya klien lebih
suka merusak atau melukai diri
orang lain Resiko Perilaku
2) Klien mengatakan setelah Kekerasan
melampiaskan amarahnya ke
korban atau benda klien
merasa puas
3) Klien mengatakan bertengkar
dengan ayahnya selama
dirumah
4) Klien mengatakan saat di
rumah sakit lebih suka
menunduk untuk menahan
amarahnya
Do:
1) Klien tampak ekspresinya
tegang, mata melotot dengan
nada suara tinggi saat klien
menceritakan tentang
pekerjaannya
2) Klien tampak ekspresi
wajahnya menahan amarah
3) Klien tampak kedua tangannya
masih mengepal kencang
10 September 2019 Ds:
10.00 WIB Klien mengatakan malu dengan calon
besannya karena gagal menikah
dengan calon istri
Harga Diri Rendah
Klien mengatakan merasa gagal
menjadi calon kepala keluarga untuk
calon istrinya

Klien mengatakan dirinya merasa


tidak dihargai jika hasil jerih payah
klien kerja tidak dibayar

Do:

1) Klien tampak menyendiri


2) Kontak mata kurang
3) Klien berbicara sangat lambat
dan pelan
10 September 2019 Ds:
10.00 WIB 1) Klien mengatakan semenjak
bertengkar dengan ayahnya Isolasi Sosial
klien merasa dirinya di
kucilkan dirumahnya sehingga
perasaa
2) Klien mengatakan
berkomunikasi seperlunya saja
jika di stimulus atau ditanya
dulu oleh lawan bicara/perawat
3) Klien mengatakan lebih suka
menyendiri selama dirumah
sakit

Do:

1) Klien tampak kontak mata


kurang
2) Klien tampak lesu
3) Klien tampak kurang
bersemangat
4) Klien tampak sering
menyendiri
5) Afek tumpul
10 September 2019 Ds: Klien mengatakan sewaktu
10.00 WIB dirumah sehabis pulang kerja klien
mendengar suara aneh yang menyuruh
klien pergi dari rumah namun respon Resiko gangguan sensori
klien terhadap suara aneh tidak di persepsi : Halusinasi
hiraukan oleh klien. Pendengaran
Klien mengatakan sering mendengar
tengah malam sehabis pulang kerja
Klien mengatakan semenjak dirawat
dirumah sakit bisikan halus itu sudah
tidak ada lagi
Do:
1) Klien tampak memalingkan
penglihatannya, seperti melihat
sesuatu diarah lain
2) Klien tampak memandangi
sesuatu
3) Klien tampak berbicara sendiri
4) Klien tampak sering melamun
C. Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan

Resiko Gangguan Sensori Persepsi:


Halusinasi Pendengaran

Isolasi Sosial

HARGA DIRI RENDAH

Kegagalan Regimen Terapeutik In Efektif

Koping Keluarga In Efektif

D. Diagnosa Keperawatan Prioritas

1. Resiko Perilaku Kekerasan


2. Harga Diri Rendah
3. Isolasi Sosial
4. Resiko Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA DR SOEHARTO HERDJAN

Nama: Tn.K Ruangan: Kasuari No. RM: 02.27.21


Implementasi Tindakan Keperawatan Evaluasi
03 Oktober 2019

DS: S:
- Klien mengatakan bertengkar dengan - Klien mengatakan senang diajarkan tarik
orang tuanya (ayahnya) napas dalam karena dapat melatih
- Klien mengatakan jika ada yang kesabaran klien
membuat dirinya kesal/dirinya merasa - Klien mengatakan mengetahui kerugian
tidak senang klien lebih suka melukai dari marah
korban atau benda yang ada disekitar - Klien mengatakan lebih tenang hatinya
korban setelah tarik napas dalam
- Klien mengatakan setelah melaupakan
amarahnya klien merasa puas dan O:
senang - Klien tampak menyebutkan kembali
- Klien mengatakan saat dirumah sakit keuntungan mengontrol marah dengan
lebih suka menunduk untuk menahan tarik napas dalam dan menyebutkan
emosinya kerugian jika tidak mengontrol marah
nya
- Klien mau dilatih latihan tarik napas
DO: dalam
- Pandangan mata klien masih kurang
- Klien tampak ekspresi mukanya tegang
fokus
- Klien tampak mata melotot
- Klien tampak kedua tangan klien A: Masalah keperawanan resiko perilaku
mengepal kekerasan teratasi sebagian
- Klien tampak bernada tinggi saat
ditanya tentang pengalaman pekerjaan
klien
P (Pasien)
DX: Resiko Perilaku Kekerasan - Anjurkan klien untuk menerapkan
latihan tarik napas dalam setelah
Tindakan Keperawatan: diajarkan perawat
1. Membina hubungan saling percaya - Masukkan kedalam jadwal kegiatan
2. Membantu pasien mengenal penyakit harian klien
RPK
3. Membantu pasien mengenali kerugian
dari marah
4. Membantu pasien latihan tarik napas
dalam untuk mengontrol marahnya
5. Mengajurkan pasien untuk
mempraktekannya disaat klien merasa
marah
6. Menganjurkan pasien memasukan
kegiatan latihan tarik napas dalam ke
dalam jadwal harian

RTL:
1. Evaluasi latihan tarik napas dalam
2. Kontrak waktu untuk kegiatan
selanjutnya
3. Melatih cara fisik yang ke 2: pukul
bantal atau benda yang lembut
dikegiatan berikutnya TTD
4. Memasukkan kedalam jadwal kegiatan
pasien
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA DR SOEHARTO HERDJAN

Nama: Tn.K Ruangan: Kasuari No. RM: 02.27.21


Implementasi Tindakan Keperawatan Evaluasi
16 September 2019
DS S: klien mengatakan lebih efektif pukul
- Klien mengatakan sudah melakukan tarik bantal untuk mengontrol emosinya
napas dalam jika dirinya ingin marah Klien mengatakan lebih senang meluapkan
- Klien mengatakan sudah emosinya dengan memukul benda yang
mempraktekkannya secara mandiri lembut
latihan tarik napas dalam Klien mengatakan senang di ajarkan pukul
- Klien mengatakan lebih tenang setelah benda empuk dengan perawatnya
menerapkan latihan tarik napas dalam
yang diajarkan perawat kemarin O:
- Klien mau mempraktekan latihan pukul
DO: bantal
- Klien tampak mata melotot - Klien mampu mempraktekan sendiri
- Klien tampak mengepal kedua tangan latihan pukul bantal
masing-masing - Klien tampak meluapkan emosinya saat
- Klien tampak bernada tinggi saat memukul benda lembut
ditanya pengalaman pekerjaannya - Padangan mata klien masih melotot
- Ekspresi wajah klien tampak tegang - Klien tampak ekspresi wajahnya tegang

DX: Resiko Perilaku Kekerasan A: Masalah keperawanan resiko perilaku


kekerasan teratasi sebagian
Tindakan Keperawatan:
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengevaluasi latuhan tarik napas P (Pasien): lanjutkan intervensi
dalam - Anjurkan klien menerapkan latihan
3. Membantu klien mengenali pukul bantal dan tarik napas dalam
keuntungan latihan pukul bantal setiap klien marah
4. Melatih cara mengontrol perilaku - Anjurkan klien untuk memasukan
kekerasan secara fisik : Pukul benda kegiatan latihan pukul benda
lembut/bantal lembut/bantal kedalam jadwal harian
5. Mencatat kegiatan di jadwal kegiatan klien
harian klien
6. Menganjurkan klien memasukan
kegiatan latihan pukul bantal ke dalam
jadwal harian klien dan menerapkan
latihan pukul bantal disaat pasien
merasa kesal
7. Menyusun kontrak jadwal kegiatan
selanjutnya

RTL:
1. Evaluasi latihan pukul bantal TTD
2. Lanjutkan SP3
3. Melatih cara mengontrol diri dengan
cara yng ke 3 dengan kegiatan
spiritual
4. Kontrak waktu untuk kegiatan
selanjutnya
5. Memasukkan kegiatan ke dalam
jadwal kegiatan harian
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA DR SOEHARTO HERDJAN

Nama: Tn.K Ruangan: Kasuari No. RM: 02.27.21


Implementasi Tindakan Keperawatan Evaluasi
17 September 2019
DS: S: Klien mengatakan hatinya lebih merasa
Klien mengatakan mempraktekkan tarik tenang setelah dianjurkan shalat sunnah
napas dalam dan latihan pukul bantal secara Klien mengatakan akan rajin ibadahnya
mandiri saat dirinya sedang kesal Klien mengatakan dirinya lebih segar
Klien mengatakan lebih tenang setelah setelah terkena air wudhu
mempraktekkan kegiatan yang sudah Klien mengatakan membaca surat-surat
diajarkan perawat pendek saat mengerjakan shalat
Klien mengatakan menjadi lebih tau cara
mengontrol emosi yang baik O:
Klien mengatakan melakukan shakat jika di - Klien mau mempraktekkan shalat
stimulus atau di motivasi oleh perawat atau - Klien mampu mempraktekkan ibadah
temennya - Klien tampak khusyuk sekali saat
mengerjakan shalat
DO: - Klien tampak lebih rileks setelah selesai
- Klien masih tampak melotot shalat
- Klien masih tampak tegang ekspresi
wajahnya A: Masalah keperawanan Resiko perilaku
- Klien masih berbicara dengan nada tinggi kekerasan teratasi sebagian
saat ditanya tentang pekerjaannya
- Klien tampak mengepal kedua tangannya P (Pasien) :
masing-masing
- Anjurkan klien untuk rutin melakukan
DX: Resiko Perilaku Kekerasan tarik napas dalam, pukul bantal dan
kegiatan spiritual setiap hari terutama
Tindakan Keperawatan: saat dirinya merasa kesal
1. Membina hubungan saling percaya - Anjurkan klien untuk rajin shalat sunnah
2. Mengevaluasi latihan pukul bantal dan dan wajib serta mengaji
tarik napas - Anjujrkan klien untuk memasukkan
3. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian kegiatannya ke dalam jadwal kegiatan
klien harian
4. Membantu klien keuntungan dari
mengontrol emosi dengan kegiatan
spiritual
5. Melatih cara mengontrol emosi
dengan kegiatan spiritual TTD
6. Menganjurkan klien untuk
menerapkan kegiatan spiritual
(ibadah) setiap waktu
7. Menganjurkan klien memasukkan
kegiatan ibadah ke dalam adwal
kegiatan harian

RTL:
1. Evaluasi latihan mengontrol emosi
dengan kegiatan spiritual
2. Memasukkan kegaiatn spiritual ke
dalam jadwal kegiatan harian klien

Anda mungkin juga menyukai