DISUSUN OLEH
SRIKA VELLA UTAMA 2114201046
DOSEN PEMBIMBING
Ns.Amelia Susanti,M.kep,sp.kep.j
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................
BAB I..............................................................................................................................
PENDAHULUAN.............................................................................................................
A. Latar Belakang..........................................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................................
C. Tujuan......................................................................................................................
BAB II.............................................................................................................................
PEMBAHASAN...............................................................................................................
2.1 Definisi Gangguan Jiwa...........................................................................................
2.2 Perspektif Keperawatan jiwa.................................................................................
2.3 Faktor Yang Menyebabkan Gangguan Jiwa..............................................................
2.4 Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa...........................................................................
2.5 Klasifikasi Gangguan Jiwa.......................................................................................
2.6 Macam-macam program pengobatan untuk pasien dengan gangguan jiwa..........
BAB III..........................................................................................................................
PENUTUP......................................................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah suatu penyakit yang bisa terjadi pada semua orang dan tanpa
mengenal ras,budaya,anak-anak,dewasa miskin ataupun kaya, ganguan jiwa
merupakan salah satu gangguan mental yang di sebabkan oleh beragam faktor yang
berasal dari dalam maupun luar. Gangguan mental ini dapat dikenali dengan
perubahan pola pikir, tingkah laku dan emosi yang berubah secara mendadak tanpa
disertai alasan yang jelas. Stres yang menjadi pemicu awal terjadinya gangguan jiwa
akan membuat seseorang tidak mampu beraktivitas secara normal. Jika stres ini
tidak ditangani secara cepat maka akan berlanjut pada gejala gangguan kejiwaan.
Pada umumnya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kejiwaan seseorang
yakni. Faktor Keturunan, Jika di dalam silsilah keluarga tersebut mempunyai riwayat
ganguan jiwa maka keturunan – keturunan dari keluarga tersebut bisa dan sangat
mungkin juga akan mengalami ganguan medis tersebut karena ada hubungan darah
dari orang tua mereka yang menyebabkan si anak juga bisa mengalami ganguan jiwa
tersebut. Faktor Lingkungan, di sini juga bisa berpengaruh terhadap penyakit medis
gangguan jiwa tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penyusunan makalah ini adalah :
C. Tujuan
C. Gangguan Ingatan
Ingatan berdasarkan tiga proses yaitu, pencatatan atau registrasi (mencatat atau
meregistrasi sesuatu pengalaman didalam susunan saraf pusat); penahanan atau
retensi (menyimpan atau menahan catatan tersebut) ; dan pemanggilan kembali
atau “recall” (mengingat atau mengeluarkan kembali catatan itu). Gangguan ingatan
terjadi apabila terdapat gangguan pada salah satu atau lebih dari ketiga unsur diatas.
D. Gangguan Orientasi
Gangguan orientasi atau Disorientasi timbul sebagai akibat gangguan kesadaran dan
dapat menyangkut waktu, tempat, atau orang. Gangguan Afek Dan Emosi. Afek Ialah
Nada Perasaan, Menyenangkan atau tidak (seperti kebanggaan, kekecewaan, kasih
sayang) yang menyertai suatu pikiran dan biasanya bermanifestasi afek ke luar dan
disertai oleh banyak komponen fisiologik. Emosi adalah manifestasi ke luar dan
disertai oleh banyak komponen fisiologi dan berlangsung relatif tidak lama.
Seseorang dikatakan telah mengalami gangguan afek atau emosi yaitu dapat jiwa,
gangguan psikomotor dapat berupa:
Hipokinesia atau hipoaktivitas : gerakan atau aktivitas berkurang
Stupor Katatonic : reaksi terhadap lingkungan sangat berkurang, gerakan dan
aktivitas menjadi sangat lambat.
Katalepsi : mempertahankan posisi tubuh secara kaku posisi badan tertentu.
Fleksibilitas serea : mempertahankan posisi badan yang dibuat padanya oleh orang
lain.
Hiperkinesia : pergerakan atau aktivitas yang berlebihan
Gaduh gelisah katatonik : aktivitas motorik yang kelihatannya tidak bertujuan, yang
berkali-kali dan seakan-akan tidak dipengaruhi oleh rangsangan dari luar
Bersikap aneh : dengan sengaja mengambil sikap atau posisi badan yang tidak wajar
Grimas : mimik yang aneh dan berulang-ulang
Stereotype : gerakan salah satu anggota badan yang berkali-kali dan tidak bertujuan.
berupa depresi, kecemasan, euforia, anhedonia, kesepian, kedangkalan, labil, dan
ambivalensi.
E. Gangguan Psikomotor merupakan gerakan badan yang dipengaruhi oleh keadaan
F. Gangguan Proses berpikir meliputi proses pertimbangan, pemahaman, ingatan serta
penalaran.
G. Gangguan persepsi
H. Gangguan intelegensi
I. Gangguan kepribadian.
2.5 Klasifikasi Gangguan Jiwa
Sistem klasifikasi pada ICD (International Classification of Disease) dan DSM (Diagnostic and
Sttistical Manual of Mental Disorer) menggunakan sistem kategori. ICD menggunakan sistem
aksis tunggal (uniaksis), yang mencoba menstandarkan diagnosis menggunakan definisi
deskriptif dari berbagai sindrom, serta memberikan pertimbangan untuk diagnosa banding.
Kriteria diagnosis pada DSM menggunakan sistem multtiaksis, yang menggambarkan
berbagai gejala yang harus ada agar diagnosis dapat ditegakkan. Multtiaksis tersebut
meliputi sebagai berikut:
1 : sindrom klinis dan kondisi lain yang mungkin menjadi fokus perhatian klinis
2 : gangguan kepribadian dan retardasi mental.
3 : kondisi medis secara umum
4 ; masalah lingkungan dan psikososisal
5 : penilaian fungsi secara global Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di
Indonesia (PPDGJ) pada awalnya disusun berdasarkan berbagai klasifikasi pada DSM, tetapi
pada PPDGJ III disusun berdasarkan ICD X. Secara singkat, klasifikasi PPDGJ III meliputi:
1) F00-R09 : gangguan mental organik (termasuk gangguan mental simtomatik)
2) F10-F19 : gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoakti
3) F20-F29: Skizofrenia , gangguan skizotipal, dan gangguan waha
4) F30-F39 : gangguan suasana perasaan (mood/afektif)
5) F40-F48 : gangguan neurotik, gangguan somaoform, dan gangguan terkait stress
6) F50-F59 : sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik
7) F60-F69 : gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa
8) F70-F79 : retardasi mental
9) F80-F89 : gangguan perkembangan psikologis
10) F90-F98 : gangguan perilaku dan emosional dengan omset biasanya pada anak dan
remaja Secara umum klasifikasi gangguan jiwa menurut hasil riset kesehatan Dasar tahun
2013 dibagi menjadi 2 bagian yaitu gangguan jiwa berat/kelompok psikosa dan gangguan
jiwa ringan meliputi semua gangguan mental emosional yang berupa kecemasan, panik,
gangguan alam perasaan dan sebagainya. Untuk skizofrenia masuk dalam kelompok
gangguan jiwa berat.
2.6 Macam-macam program pengobatan untuk pasien dengan gangguan jiwa
Pada pasien dengan gangguan jiwa dibutuhkan beberapa pengobatan untuk memulihkan
kondisi jiwanya dan mencegah terjadinya kekambuhan, beberapa terapi pengobatan pada
pasien gangguan jiwa menurut buku Ajar Keperawatan Jiwa tahun 2015, diantaranya :
A. Psikofarmaka adalah berbagai jenis obat yang bekerja pada susunan saraf pusat. Efek
utamanya pada aktivitas mental dan perilaku, yang biasanya digunakan untuk pengobatan
gangguan kejiwaan. Terdapat banyak jenis obat psikofarmaka dengan farmakokinetik
khusus untuk mengontrol dan mengendalikan perilaku pasien gangguan jiwa. Golongan dan
jenis psikofarmaka ini perlu diketahui perawat agar dapat mengembangkan upaya
kolaborasi pemberian psikofarmaka, mengidentifikasi dan mengantisipasi terjadinya efek
samping, serta memadukan dengan berbagai alternatif terapi lainnya.
B. Kejang Listrik Terapi kejang listrik adalah suatu prosedur tindakan pengobatan pada
pasien gangguan jiwa, menggunakan aliran listrik untuk menimbulkan bangkitan kejang
umum, berlangsung sekitar 25–150 detik dengan menggunakan alat khusus yang dirancang
aman untuk pasien. Pada prosedur tradisional, aliran listrik diberikan pada otak melalui dua
elektroda dan ditempatkan pada bagian temporal kepala (pelipis kiri dan kanan) dengan
kekuatan aliran terapeutik untuk menimbulkan kejang. Kejang yang timbul mirip dengan
kejang epileptik tonik-klonik umum. Namun, sebetulnya yang memegang peran penting
bukanlah kejang yang ditampilkan secara motorik, melainkan respons bangkitan listriknya di
otak yang menyebabkan terjadinya perubahan faali dan biokimia otak.
C. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan terapi yang
bertujuan mengubah perilaku pasien dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Cara ini
cukup efektif karena di dalam kelompok akan terjadi interaksi satu dengan yang lain, saling
memengaruhi, saling bergantung, dan terjalin satu persetujuan norma yang diakui bersama,
sehingga terbentuk suatu sistem sosial yang khas yang di dalamnya terdapat interaksi,
interelasi, dan interdependensi. Terapi aktivitas kelompok. (TAK) bertujuan memberikan
fungsi terapi bagi anggotanya, yang setiap anggota berkesempatan untuk menerima dan
memberikan umpan balik terhadap anggota yang lain, mencoba cara baru untuk
meningkatkan respons sosial, serta harga diri. Keuntungan lain yang diperoleh anggota
kelompok yaitu adanya dukungan pendidikan, Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah,Dan Meningkatkan hubungan interpersonal.
D. Terapi Kognitif Terapi kognitif adalah terapi jangka pendek dan dilakukan secara teratur,
yang memberikan dasar berpikir pada pasien untuk mengekspresikan perasaan negatifnya,
memahami masalahnya, mampu mengatasi perasaan negatifnya, serta mampu
memecahkan masalah tersebut.
E. Terapi Keluarga Terapi keluarga adalah suatu cara untuk menggali masalah emosi yang
timbul kemudian dibahas atau diselesaikan bersama dengan anggota keluarga, dalam hal ini
setiap anggota keluarga diberi kesempatan yang sama untuk berperan serta dalam
menyelesaikan masalah. Keluarga sebagai suatu sistem sosial merupakan sebuah kelompok
kecil yang terdiri atas beberapa individu yang mempunyai hubungan erat satu sama lain dan
saling bergantung, serta diorganisasi dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan
tertentu.
F. Terapi Lingkungan Terapi lingkungan adalah lingkungan fisik dan sosial yang ditata agar
dapat membantu penyembuhan dan atau pemulihan pasien. Milleu berasal dari Bahasa
Prancis, yang dalam Bahasa Inggris diartikan surronding atau environment, sedangkan
dalam Bahasa Indonesia berarti suasana. Jadi, terapi lingkungan adalah sama dengan terapi
suasana lingkungan yang dirancang untuk tujuan terapeutik. Konsep lingkungan yang
terapeutik berkembang karena adanya efek negatif perawatan di rumah sakit berupa
penurunan. Kemampuan berpikir, adopsi nilai-nilai dan kondisi rumah sakit yang tidak baik
atau kurang sesuai, serta pasien akan kehilangan kontak dengan dunia luar.
G. Terapi Perilaku akan dianggap sebagai hal yang mal adaptif saat perilaku tersebut dirasa
kurang tepat, mengganggu fungsi adaptif, atau suatu perilaku tidak dapat diterima oleh
budaya setempat karena bertentangan dengan norma yang berlaku. Terapi dengan
pendekatan perilaku adalah suatu terapi yang dapat membuat seseorang berperilaku sesuai
dengan proses belajar yang telah dilaluinya saat dia berinteraksi dengan lingkungan yang
mendukung. Dalam menunjang tercapainya kesembuhan tidak hanya terapi yang
dibutuhkan, tetapi juga program pengobatan pada pasien gangguan jiwa, menurut
Psychiatric-Mental Health Nursing tahun 2015 macam-macam pengobatan pada pasien
gangguan jiwa diantaranya:
a. Pengobatan rawat inap dirumah sakit Perawatan psikiatri rawat inap disebuah rumah
sakit merupakan cara utama untuk orang dengan penyakit mental. Unit psikiatri
menekankan terapi bicara atau interaksi antara pasien dengan staf dan lingkungan yang
ada. Terapi lingkungan juga merupakan salah satu aspek dalam pengobatan rawat inap
dirumah sakit untuk membantu pasien dalam menstabilkan pasien dengan gangguan jiwa
yang lebih akut. Dalam inti rawat inap ditujukan untuk mengidentifikasi gejala dan
ketrampilan dalam menangani gejala yang muncul, serta mengidentifikasi masalah jangka
panjang untuk menjalani terapi rawat jalan.
b. Pengobatan rawat jalan Rawat jalan adalah salah satu unit kerja dirumah sakit atau suatu
pelayanan kesehatan yang melayani pasien berobat jalan dan tidak lebih dari 24 jam
pelayanan, termasuk seluruh prosedur diagnostik dan terapeutik. Pelayanan rawat jalan
merupakan pelayanan kepada pasien untuk observasi, diagnosa pengobatan, rehabilitasi
medik dan pelayanan kesehatan lainnya yang bersifat umum, spesialistik, sub spesialistik
yang dilaksanakan di suatu rumah sakit atau layanan kesehatan tanpa tinggal rawat inap
(Agustiawan & Andri).
Salah satu program dalam rawat jalan adalah rehabilitasi kejiwaan yang mengacu pada
layanan yang dirancang untuk mempromosikan proses pemulihan untuk orang dengan
penyakit mental. Program rawat jalan bertujuan untuk mengontrol gejala dan
memanajemen pengobatan untuk pemberdayaan dan peningkatan kualitas hidup.
Pelayanan rawat jalan lebih mengedepankan komunitas yang berbasis masyarakat.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan jiwa atau penyakit kejiwaan adalah pola psikologis atau perilaku yang
pada umumnya terkait dengan stress atau kelainan jiwa yang tidak dianggap sebagai
bagian dari perkembangan normal manusia.[1] Gangguan tersebut didefinisikan
sebagai kombinasi afektif, perilaku, komponen kognitif atau persepsi yang
berhubungan dengan fungsi tertentu pada daerah otak atau sistem saraf yang
menjalankan fungsi sosial manusia. Penemuan dan pengetahuan tentang kondisi
kesehatan jiwa telah berubah sepanjang perubahan waktu dan perubahan budaya,
dan saat ini masih terdapat perbedaan tentang definisi, penilaan dan klasifikasi,
meskipun kriteria pedoman standar telah digunakan secara luas. Lebih dari sepertiga
orang di sebagian besar negara-negara melaporkan masalah pada satu waktu pada
hidup mereka yang memenuhi kriteria salah satu atau beberapa tipe umum dari
kelainan jiwa.
B. Saran
Calon perawat harus mengetahui cara berkomunikasi dengan baik pada pasien
terutama pada pasien yang mengalami gangguan kejiwaan.
DAFTAR PUSTAKA
Budi Anna Keliat & Mustikasari. (2013) Gambaran Klien Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit
Jiwa Pusat Jakarta. Jurnal Fakultas Ilmu Kesehatan. Keperawatan Jiwa. Budiman. (2010).
Jumlah Gangguan Jiwa. http://www.suarabandung.com. Diakses pada tanggal 9 Agustus
2016. Djamaludin. (2010). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Dwi Isyani.
(2012) Gambaran Karakteristik Klien Yang Dirawat di Rumah Sakit Khusus Dadi Makassar.
Jurnal Fakultas Ilmu Kesehatan. Kusumawati, F & Hartono Y. (2011). Buku Ajar Keperawatan
Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Maramis, W.F. (2010). Ilmu kedokteran jiwa, Erlangga
Universitas Press. Wahyu, S. (2012). Buku saku keperawatan jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wahyuni, Sri. (2011). “Hubungan Lama Hari Rawat Dalam Kemampuan Pasien Mengontrol
Halusinasi” Jurnal Ners Indonesia. Vol. 1. No.2. Wandani. (2014). Pengertian Pekerjaan
Profesi dan Profesional. Diakses pada tanggal 27 Juli 2016