Anda di halaman 1dari 45

KELAS KAMIS

KESEHATAN MENTAL

PERILAKU SEHAT

OLEH

KELOMPOK 1

Elvi Samina Nasution 151301045

Sheila Hamdah Hanum RTG 151301098

Wulan Azizah Pulungan 161301012

Ianita Perangin-Angin 161301094

Reka Irayanti Sitanggang 161301096

Rizka Dwi Saputri Ginting 161301098

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020
i
Kata Pengantar

Segala puji kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan rahmat serta karuniaNYA, sehingga kami dapat menyelesaikan

Makalah Perilaku Sehat mata kuliah Kesehatan Mental.

Semoga isi makalah yang telah kami buat dapat memberikan manfaat

untuk kita semua dan dapat kita pahami sebagaimana mestinya. Kami sadar

bahwa tugas ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami menerima segala

kritik dan saran dengan lapang dada agar kami fapat memperbaiki kesalahan di

masa depan dan tidak mengulanginya kembali.

Medan, 22 September 2020

Kelompok 1

1
Daftar Isi
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Prologue 1
I. Health and Behavior ...............................................................................................1

1. Lifestyle Risk Factors And Health 2


2. Interdisciplinary Perspective In Preventing Illness 6

3. Problems In Promoting Wellness 7

II. General Factors In Health-Related Behavior .........................................................9

1.The Health Believe Models 12


2. The Stage Of Change Model 13
3. THE ROLE OF LESS RATIONAL PROCESSES 15
III.
1.

2.

3.

3.

4.

5.

Daftar Pustaka37

Prologue

Pada awal tahun 1800-an, penyakit mulai menyebar luas, wabah

penyakt menjadi hal umum dan dokter hanya memiliki sedikit metode efektif

untuk mencegah ataupun mengobati penyakit tersebut. Oleh sebab itu, reformis
kesehatan menyarankan masyarakat untuk mengubah gaya hidup mereka untuk

menjaga kesehatan mereka.

Beberapa reformis menyarankan untuk diet vegetarian, mengunyah

makanan hingga halus, dan berhenti merokok serta meminum minuman

beralkohol. Dalam bab ini akan dibahas mengenai kebiasaan sehat yang biasa

dipratekkan dan gaya hidup yang dapat mempengaruhi kesehatan mental.

I. Health And Behavior

Pentingnya peranan dalam perilaku kesehatan yang telah menarik

perhatian banyak negara, dikarenakan manusia memiliki kebiasaan kesehatan (

health habits) atau perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health- related

behavior) yang biasa dilakukan dan mempengaruhi kemungkinan

berkembangnya penyakit kronis seperti serangan jantung, kanker, serta AIDS.

Penyakit dan kematian dini bisa sangat berkurang apabila orang-orang

mengadopsi gaya hidup yang meningkatkan kesehatan, seperti makan makanan

yang sehat, dan tidak merokok. Persentase kematian yang diakibatkan oleh sebab

spesifik yang berubah seiring waktu. Perubahan faktor resiko dihasilkan dari

modifikasi yang dilakukan orang dalam perilaku yang menyebabkan penyakit

kronis. Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit yang paling mematikan di


dunia. Hampir diseluruh negara maju, penyakit pertama dan kedua yang

memetikan adalah penyakit kardiovaskular dan kanker (WHO, 2009).

Gambar 1 : Persentase Penyebab Kematian

1. LIFESTYLES, RISK FACTORS AND HEALTH

Gaya hidup orang biasa mencakup banyak perilaku yang merupakan

faktor resiko untuk penyakit dan cidera. Misalkan, jutaan orang makan, makanan

yang memiliki lemak yang tinggi serta kolesterol jahat yang tinggi, makan

terlalu banyak menjadi kelebihan berat badan (obesitas), memiliki aktivitas fisik

yang sedikit, berperilaku dengan cara yang tidak aman (seperti tidak

menggunakan sabuk pengaman ketika berkendara, atau sekarang yang populer

tidak menggunakan masker dan tidak sering mencuci tangan, tidak berdiam diri

dirumah, serta tidak social distancing (jaga jarak) saat berpergian). Banyak

orang menyadari bahwa bahaya ini menyesuaikan dari perilaku mereka dalam

melindungi kesehatan mereka. Khususnya, orang dewasa dengan gaya hidup

sehat termasuk olahraga, makan makanan diet ( seperti buah-buahan dan

sayuran), tidak merokok, dan tidak minum (alkohol) terlalu banyak, dapat

2
bertahan hidup 12 tahun lebih lama daripada seharusnya. Masing-

masing dari keempat perilaku ini meningkatkan kemungkinan hidup yang lebih

lama.

a. Health Behavior

Perilaku sehat adalah sejenis aktivitas yang dilakukan oleh seseorang

untuk meningkatkan ataupun menjaga kesehatannya terlepas dari status

kesehatan mereka dan apakah perilaku kesehatan tersebut tercapai. Peneliti

menemukan bahwa status kesehatan seseorang mempengaruhi tipe perilaku sehat

yang mereka tampilkan dan motivasi mereka untuk melakukannya. Untuk

mengilustrasikannya perbedaan ini, kamu mempertimbangkannya. Contohnya,

perilaku yang dilakukan orang ketika mereka baik-baik saja, mengalami gejala,

dan terkena penyakit.

Well behavior adalah sejenis aktivitas yang dilakukan seseorang untuk

menjaga atau meningkatkan kesehatannya saat ini dan menghindari penyakit.

Aktivitas tersebut berupa olahraga, makan makanan yang sehat, memeriksa

kesehatan mulut dan vaksinasi. Namun ketika seseorang masih merasa sehat dan

belum sakit, mereka mungkin tidak melakukan aktifitas diatas. Lagipula, untuk

melakukan perilaku sehat tergantung pada faktor motivasi seperti persepsi

seseorang terhadap penyakit, penyembuhannya, dan lain-lain. Beberapa perilaku

tidak sehat seperti minum (alkohol) atau merokok, sering dilihat sebagai hal

yang menyenangkan atau hal lainnya yang menjadi trend yang harus dilakukan.

Akibatnya banyak individu tidak menolak dimulainya perilaku tidak sehat dan

dapat menolak upaya atau saran untuk membuat mereka berhenti.

3
Symptom-based behavior adalah sejenis aktivitas yang dilakukan oleh

orang yang sakit untuk menentukan penyebab dan penyembuhannya. Seperti

mengeluh tentang gejala penyakit (seperti, sakit perut), dan mencari bantuan atau

nasihat dari keluarga, teman dan praktisi medis. Terdapat beberapa alasan

mengapa seseorang tetap mempertahankan tipe perilaku ini bahkan ketika sudah

terlihat simtom yang jelas. Alasan tersebut mungkin dikarenakan seseorang takut

akan dokter, rumah sakit dan kenyataan bahwa mereka mengidap suatu penyakit,

alasan lain mungkin karena orang tidak terlalu memperhatikan penyakitnya dan

mungkin mereka tidak memiliki uang untuk membayar biaya pengobatan.

Sick-role behavior adalah sejenis aktivitas yang dilakukan seseorang

untuk sembuh dari penyakit setelah dan telah mengetahui penyakit yang diderita.

Aktivitas tersebut mencakup anjuran yang diberikan oleh dokter, seperti istirahat

atau cuti bekerja.Perilaku seseorang ketika sakit tergantung pada pengalaman

yang dipelajari seseorang.

b. Practicing Health Behaviors

Apa perilaku sehat yang benar-benar orang lakukan? Terdapat

perbedaan gender, sosiokultural dan usia dalam mempraktekkan perilaku sehat

(Schoenborn, 1993; NCHS, 2009). Contoh, penelitian di berbagai negara Eropa

menemukan bahwa wanita menampilkan perilaku sehat yang lebih sering

dibandingkan dengan pria. Penelitian lain membandingkan perilaku sehat antara

mahasiswa kedokteran dengan non-kedokteran.

Penelitian ini menemukan bahwa mahasiswa kedokteran melakukan

olahraga lebih sering, merokok, minum alkolhol dan memakai obat-obatan lebih

4
sedikit dibandingkan dengan mahasiswa non-kedokteran. Kita mungkin

pernah melihat seseorang yang sangat sadar akan kesehatannya dan orang yang

menunjukkan sedikit perahtian terhadap kesehatannya. Pada beberapa orang

yang melakukan perilaku sehat tertentu akan cenderung untuk menunjukkan

perilaku sehat lainnya dan tetap melanjutkan perilaku sehat tersebut dari waktu

ke waktu. Sedangkan, ada beberapa orang yang tidak konsisten dalam

melakukan perilaku sehat.

Peneliti menemukan 3 kesimpulan atas fenomena tersebut. Pertama,

walaupun perilaku sehat seseorang agak stabil, namun mereka dapat berubah

pada waktu yang tak terduga. Kedua, perilaku sehat tidak saling terkait satu

sama lain. Ketiga, setiap perilaku sehat yang dilakukan seseorang mungkin tidak

didasarkan pada satu alasan tertentu. Contoh, seorang gadis yang menggunakan

sabuk pengaman mungkin memperhatikan berat badannya agar terlihat menarik

dan dia tidak merokok bukan karena dia tidak mau merokok namun dikarenakan

dia alergi terhadap rokok tersebut.

Kenapa perilaku sehat tidak stabil dan dan tidak terkait satu sama lain?

Ada beberapa alasan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Pertama, berbagai

faktor di kehidupan seseorang mungkin mempengaruhi perilaku yang berbeda.

Contoh, seseorang mungkin saja memiliki banyak dorongan sosial untuk makan

terus menerus, dan pada waktu yang sama melarang mereka untuk minum dan

merokok. Kedua, seseorang berubah sebagai hasil dari pengalaman. Contoh,

orang tidak akan berhenti merokok sampai mereka belajar bahwa rokok

berbahaya. Ketiga, keadaan hidup seseorang berubah. Dan juga faktor lain,

5
seperti dorongan teman yang mungkin berperan dalam mempengaruhi

perilaku sehat.

2. INTERDISCIPLINARY PERSPECTIVES IN PREVENTING ILLNESS

Usaha untuk menghindari penyakit dapat dibagi menjadi tiga jenis:

1. Behavioral influence. Kita mungkin menggosok gigi dan

membersihkan gigi dengan mengetahui dan mendemonstrasikan teknik

menggosok dan membersihkan gigi.

2. Environmental measures. Dinas kesehatan umum menyediakan air

bersih untuk masyarakat.

3. Preventive medical efforts. Dokter gigi menghilangkan tartar dari

gigi dan memperbaiki kavitis. Terdapat pula tiga level dalam prevensi penyakit,

berupa:

a. Primary Prevention

Prevensi primer meerupakan tindakan yang dilakukan seseorang untuk

menghindari penyakit atau cedera. Seperti untuk menghindari kecelakaan,

perilaku pencegahan primer seperti menggunakan sabuk pengaman, diingatkan

oleh teman untuk menggunakan sabuk pengaman, atau pengingat dari dinas

kesehatan umum di televisi atau radio.

b. Secondary Prevention

Secondary prevention tindakan yang dilakukan untuk mengidentifikasi

dan mengobati penyakit dan cedera secara dini dengan tujuan untuk

menghentikan atau mengurangi penyakit tersebut. Contoh, orang yang memiliki

ulser (luka) dapat melakukan prevensi sekunder dengan mencari bantuan medis

6
untuk penyakitnya, mencari resep obat, mengganti pola makan atau

dengan mengikuti anjuran dokter.

c. Tertiary Prevention

Apabila cedera serius terjadi atau gejala penyakit mulai muncul dimana

kondisi ini mengarah pada kerusakan yang permanen. Prevensi tersier

merupakan tindakan yang dilakukan untuk memperlambat kerusakan yang

dialami pasien. Contoh, pada pasien kanker, prevensi tersier yang dapat

dilakukan yaitu dengan menjaga agar pasien tetap nyaman dan penyakit

berkurang selama mungkin.

3. Problems In Promoting Wellness

Proses mencegah penyakit dan cedera dapat dilihat sebagai suatu sistem

dimana individu, keluarga, dan ahli kesehatan serta komunitas memainkan peran

penting dalam proses tersebut. Seperti yang sudah dijelaskan dalam buku

Sarafino, Craig Ewart mengatakan bahwa terdapat faktor-faktor yang saling

berhubungan dan permasalahan yang muncul dapat mempengaruhi setiap

komponen dalam setiap sistem satu sama lain.

a. Factors Within the Individual

Orang yang mempertimbangkancara-cara untuk meningkatkan

kesehatan mereka sering menghadapi halangan yang luar biasa dengan dirinya

sendiri. Salah satu masalahnya adalah banyak orang yang menganggap bahwa

beberapa perilaku sehat kurang menarik dan kurangnya mandiri pada perilaku

hidup yang tidak sehat.

7
Beberapa orang menghadapi situasi ini dengan menjaga kestabilan

hidup mereka dan mengatur batasan berperilaku hidup tak sehat. Sedangkan, ada

beberapa orang yang tidak melakukannya dan merasa dirinya sehat. Ada empat

faktor lain dalam individu yang penting. Pertama, mengadopsi gaya hidup sehat

membutuhkan individu untuk mengubah perilaku jangka panjang yang sudah

menjadi kebiasaan dan candu seperti rokok. Kebiasaan dan perilaku adiktif

sangat sulit untuk diubah. Kedua, seseorang perlu memiliki beberapa sumber

kognitif, seperti pengetahuan dan kemampuan, untuk mengetahui perilaku sehat

yang harus di adopsi dan untuk membuat rencana dalam mengubah perilaku

yang ada dan mengatasi halangan untuk berubah seperti tidak ada waktu dan

juga melakukan kegiatan olahraga. Ketiga, seseorang membutuhkan self-

efficacy yang cukup mengenai kemampuan mereka untuk melakukan perubahan.

Tanpa self-efficacy motivasi mereka untuk berubah akan hilang. Yang terakhir,

sakit atau menggunakan obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi mood dan

tingkat energi yang dapat mempengaruhi sumber kognitif dan motivasi.

b. Interpersonal Factors
Banyak faktor sosial yang mempengaruhi kemungkinan orang untuk

mengadopsi perilaku sehat. Sebagai contoh, pasangan yang berolahraga atau

makan secara tidak sehat sebelum menikah dapat membuat pasangan mereka

untuk mengadopsi perilaku yang sama. Pengaruh social mungkin melibatkan

individu memberikan dukungan sosial dan dorongan untuk mengubah gaya hidup

mereka.

8
c. Factors in the Community

Orang-orang lebih ingin mengadopsi perilaku sehat jika perilaku

tersebut diwajibkan atau didorong oleh organisasi atau komunitas, seperti

pemerintah dan dari sistem kesehatan. Tenaga professional dalam kesehatan

biasanya tidak memiliki informasi akurat mengenai perilaku sehat pasien dan

biasanya mereka berfokus dalam mengatasi daripada mencegah penyakit.

Komunitas yang lebih besar biasanya mengalami masalah lain yang sulit

diselesaikan dalam berusaha mencegah penyakit. Masalah ini termasuk adanya

kekurangan dana dalam projek kesehatan dan penelitian, kebutuhan untuk

menyesuaikan dan berkomunikasi dengan individu yang berasal dari usia dan

latar sosio- kultural yang berbeda ,dan menyediakan perawatan kesehatan untuk

mereka yang paling membutuhkan.

II. General Factors In Health-Related Behavior

Beberapa proses dapat mempengaruhi kebiasaan sehat, dan salah satu

faktornya adalah keturunan. Faktor genetik juga dapat mempengaruhi perilaku

sehat sebagai contohnya ialah penggunaan alkohol berlebihan.

1. Learning

Perilaku sehat juga suatu hal yang dipelajari dengan operant

conditioning, dimana perilaku berubah karena adanya konsekuensi. Tiga tipe

konsekuensi penting tersebut:

a) Reinforcement

Ketika kita melakukan sesuatu yang membawa kenyamanan atau

konsekuensi yang memuaskan, kecenderungan untuk mengulangi perilaku

9
tersebut dapat meningkat. Contohnya adalah ketika seorang anak

diberikan uang untuk menggosok giginya sebelum tidur akan membuat anak

tersebut mengulangi perilaku tersebut setiap malam. Uang dalam hal ini

merupakan contoh dari positive reinforcement.

b) Extinction

Proses atau prosedur dari penghilangan ada jika tidak ada lagi alternatif

mempertahankan stimuli untuk perilaku tersebut. Seperti contoh diatas, jika anak

tersebut tidak diberikan uang lagi, anak itu akan tetap menyikat gigi jika terdapat

reinforcer lain seperti pujian dari orangtua atau kepuasan tersendiri terhadap

penampilan giginya.

c) Punishment

Ketika kita melakukan sesuatu yang membawa konsekuensi yang tidak

diinginkan, perilaku tersebut akan ditekan. Pemikiran akan perilaku masa depan

dan kemungkinan hukuman dapat mempengaruhi pengulangan perilaku

Misalnya, ketika anak yang dimarahi oleh orangtuanya karena bermain korek api,

ada kemungkinan untuk anak tersebut tidak mengulanginya. Orang-orang dapat

belajar dengan mengamati perilaku orang lain sebagai sebuah proses yang

disebut modeling. Jika seorang remaja melihat orang menikmati dan menerima

perhatian dari merokok, orang-orang tersebut memiliki fungsi sebagai model

yang kuat dan meningkatkan keinginan anak remaja memulai merokok. Jika

model tersebut mendapatkan hukuman dari merokok, seperti dihindari oleh

teman di kelas, kecenderungan untuk merokok anak tersebut semakin berkurang.

10
d) Social, Personality, and Emotional Factors

Banyak perilaku sehat dipengaruhi oleh faktor sosial. Teman dan

keluarga dapat mendorong atau mencegah anak berperilaku seperti merokok dan

berolahraga dengan memberikan konsekuensi seperti pujian atau teguran untuk

sebuah perilaku dan melakukan modeling untuk orang sekitar dan

menyampaikan nilai untuk kesehatan yang baik dan berperilaku sehat.

Dua faktor lainnya yang memiliki hubungan perilaku sehat adalah

kepribadian dan keadaan emosional, terutama stres. Conscientiousness

merupakan kecenderungan seseorang untuk patuh, terencana, teroganisir, dan

rajin yang merupakan karakteristik kepribadian yang terasosiasi dengan

mempraktekkan perilaku sehat. Contohnya ialah wanita yang memiliki

kecenderungan dengan kanker payudara dan rendah dalam conscientiousness,

mereka akan sangat tertekan dan tidak mau mengikuti mammogram.

e) Perception and Cognition

Gejala yang dialami orang-orang dapat mempengaruhi perilaku sehat

mereka, mulai dari cara mereka bereaksi dalam mengabaikan masalah sampai

mencari pengobatan profesional. Ketika gejala tersebut tidak parah, orang sering

menyesuaikan kebiasaan sehat, seperti membatasi konsumsi beberapa makanan

dan minuman untuk memenuhi kebutuhan masalah kesehatan mereka saat

mereka mengalaminya. Faktor kognitif berperan penting dalam perilaku sehat, ia

harus memiliki pengetahuan tentang isu kesehatan dan kemampuan untuk

menyelesaikan masalah yang muncul ketika mereka mencoba

mengimplementasikan perilaku sehat, seperti bagaimana mereka mengatur

11
jadwal olahraga kedalam jadwal sehari-hari. Orang-orang juga dapat

melakukan keputusan-keputusan yang berhubungan dengan kesehatan mereka dan

mereka dapat menilai kondisi umum dari kesehatan mereka seperti baik atau

buruk.

1. The Health Belief Model

Menurut health belief model, kemungkinan seseorang dalam melakukan

tindakan pencegahan yaitu melakukan beberapa perilaku sehat. Terdapat 3 faktor

yang mempengaruhi perceived threat atau perasaan sejauh mana mereka merasa

terancam atau khawatir dari kemungkin masalah kesehatan tertentu:

1. Perceived seriousness terhadap masalah kesehatan.

Orang-orang mempertimbangkan seberapa parah konsekuensi sosial yang

mungkin terjadi jika mereka membiarkan masalah tersebut terus berkembang.

Semakin serius efek yang akan terjadi, semakin besar kemungkinan mereka

menganggapnya sebagai ancaman dan mengambil tindakan pencegahan.

2. Perceived susceptibility terhadap masalah kesehatan.

Orang-orang mengevaluasi kemungkinan masalah berkembang. Semakin

banyak resiko yang mereka rasakan pada diri sendiri, semakin banyak

kemungkinan mereka menganggapnya sebagai ancaman dan mengambil tindakan.

3. Cues to action.

Diingatkan dan waspada tentang potensi masalah kesehatan

meningkatkan kemungkinan untuk merasa terancam dan mengambil tindakan.

a. The Theory Of Planned Behavior

Theory of Planned Behavior mengindikasikan 3 keputusan yang

menentukan niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku, yaitu :

12
1. Attitude regarding the behavior, yang pada dasarnya adalah menilai

apakah perilaku itu baik untuk dilakukan atau tidak. Contohnya seseorang yang

memilih untuk berolahraga, ia berpikir bahwa ini merupakan hal yang baik untuk

dilakukan. Penilaian ini berdasarkan oleh 2 ekspetasi yaitu, jika ia berolahraga,

maka ia akan lebih sehat, atau menjadi sehat dan cantik yang merupakan kepuasan

tersendiri untuk diri sendiri.

2. Subjective norm. Penilaian ini berdasarkan cerminan dari dampak

tekanan sosial atau pengaruh dari penerimaan atau kesesuaian perilaku. Contoh

seorang tersebut memilih berolahraga dan berpikir bahwa ini merupakan hal yang

pantas untuk dilakukan. Keputusan ini berdasarkan pada kepercayaanya pada

opini orang lain, seperti “ keluarga dan teman saya mengatakan saya perlu

olahraga”, dan motivasinya dengan opini mereka “ saya akan melakukan apa yang

mereka inginkan”.

3. Perceived behavioral control atau harapan seseorang akan keberhasilan

dalam menampilkan perilaku yang ia pikirkan (konsep yang mirip dengan self-

efficacy). Contohnya, orang tersebut ingin berolahraga dan berpikir ia bisa

melakukannya dan akan menjalankan program olahraga tersebut.

2. The Stage Of Change Model

Ada banyak alasan mengapa kita belum melakukan perubahan pada

perilaku yang butuh untuk diubah, namun salah satu kemungkinannya adalah

karena kita belum “siap”. Model the stage of change ini memiliki fokus utama,

yaitu kesiapan untuk melakukan perubahan. Berikut ini adalah lima tahapan dari

intentional behaviour chage yang berbentuk spiral karena individu harus berada

13
pada satu tahapan dalam beberap waktu sebelum ia siap berpindah ke

tahapan selanjutnya.

Gambar 2 : Tahapan Perubahan Perilaku

a) Precontemplation. Pada tahap ini, orang tidak berpikiran untuk

berubah dan orang pada tahap ini bisa menolak untuk berubah atau tidak kepikiran

untuk berubah.

b) Contemplation. Pada tahap ini, orang sudah sadar dan kepikiran

untuk berubah. Namun, mereka belum benar-benar berkomitmen untuk berubah.

c) Preparation. Pada tahap ini, orang mulai mencoba untuk berubah

dan berencana untuk mencapai suatu tujuan perilaku, misalnya seperti berhenti

merokok. Perubahan pada tahap ini berlangsung sedikit demi sedikit.

d) Action. Tahap ini biasaya membutuhkan 6 bulan, dimulai dari

kesuksesan dan usaha aktif untuk merubah perilaku.

14
e) Maintenance. Pada tahap ini, seseorang berusaha untuk menjaga

perilaku sehat yang sudah dicapai. Di tahap ini, belum tentu bertahan untuk waktu

yang lama.

Menurut tahapan dalam teori ini, individu yang sedang berada dalam satu

tahap akan menunjukkan karakteristik psikososial yang berbeda dari individu yang

berada dalam tahap lain. Contohnya, individu yang berada dalam tahap

precontemplation masih berada dalam tahap perilaku tidak sehat dan cenderung

memiliki keyakinan yang lebih rendah dan melihat lebih banyak tantangan

dibandingkan individu yang berada dalam tahap yang lebih tinggi. Akan tetapi,

tahap-tahap perubahan tersebut bisa juga menurun. Orang yang sudah sampai pada

tahap action bisa gagal dan kembali ke tahap yang lebih rendah.

3. THE ROLE OF LESS RATIONAL PROCESSES

a. Motivational Factors
Keinginan dan pengaruh preferensi individu yang dibuat dari validitas dan

utilitas dari informasi baru yang prosesnya disebut motivated reasoning. Salah

satu bentuk motivated reasoning adalah individu yang memutuskan menggunakan

kesimpulan yang setengah-setengah, seperti tetap melakukan perilaku tidak sehat

karena adanya bias kognitif, yang memutuskan untuk menerima informasi yang

mendukung perilaku mereka dan tidak menghiraukan informasi yang tidak

mereka inginkan. Akhirnya seolah-olah alasan yang mereka pilih cukup masuk

akal, meskipun logika mereka cenderung salah.

Ada beberapa penelitian yang menunjukkan pemikiran yang tidak

rasional tersebut, diantaranya adalah individu yang mengalami penyakit kronis

seperti diabetes cenderung menggunakan pola pemikiran yang tidak logis dalam

15
situasi yang berhubungan dengan kesehatan dan tidak mengikuti saran-saran

untuk menjaga kesehatan mereka. Kedua, individu akan cenderung menggunakan

defense mechanism untuk bertahan dari informasi yang menimbulkan stress dan

menolak untuk resiko dari penyakit tersebut. Ketiga, individu yang merokok yang

menganggap resiko yang mereka alami lebih kecil dari orang yang tidak merokok.

b. False Hope and Willingness

Ada dua fitur perilaku yang berhubungan dengan kesehatan yang kita

anggap sudah tidak diperhitungkan dengan baik.

1) Kebanyakan orang yang menurunkan berat badan yang didapat

dalam waktu satu tahun atau lebih, namun mereka mencoba lagi di lain waktu.

Pola serupa terjadi dalam hal berhenti merokok atau memulai berolahraga.

2) Banyak perilaku berisiko terjadi secara spontan tanpa individu

berpikir terlebih dahulu. Mengapa mereka memutuskan untuk mencoba lagi ketika

mereka sudah gagal dan berkemungkinan akan gagal lagi? Alasannya adalah

karena false hopes, yaitu mempercayai tanpa dasar rasional bahwa mereka akan

berhasil. Mereka membentuk harapan yang salah karena mereka berhasil

semnetara waktu, yang mana memberikan reinforcement untuk usahanya dan

salah menginterpretasikan kegagalannya.

Orang sering menemukan diri mereka dalam situasi dimana mereka tidak

menyangka memiliki kesempatan untuk melakukan suatu perilaku menarik,

seperti minum alcohol terlalu banyak atau berhubungan seks, tetapi terdapat

resiko. Dalam keadaan seperti ini, masalah yang penting bukanlah apakah mereka

berniat untuk terlibat dalam perilaku yang beresiko, tapi apakah mereka mau

melakukannya. Tingginya willingness untuk terlibat dalam perilaku berisiko

15
tergantung pada empat faktor. Dua faktor yaitu positive subjective norms dan

sikap terhadap perilaku yang merupakan bagian dari theory of planned behavior.

Dua faktor lainnya yang meningkatkan willingness adalah meningkatnya kemauan

untuk melakukan perilaku sebelumnya dan mempunyai social imageyang positif

terhadap orang yang melakukan perilaku tersebut.

c. Emotional Factors

Stress juga mempengaruhi proses kognitif seseorang dalam mengambil

keputusan. Sebagai contoh, ketika diberi informasi promosi kesehatan, orang di

bawah tekanan tinggi cenderung tidak memberi perhatian dan tidak mengingat

informasi tersebut daripada orang yang keadaan stressnya rendah. Conflict theory

menjelaskan model yang akan mempertimbangkan baik rasional maupun irasional

dalam pengambilan keputusan dan stress adalah faktor penting dalam model ini.

Orang mengambil keputusan tergantung pada persepsi mereka dari ada

atau tidak adanya tiga faktor yaitu: risk, hope dan adequate time. Ketiganya

menghasilkan pola, dua diantaranya yaitu:

a) Hypervigilance

Masyarakat kadang-kadang melihat risiko serius dalam perilaku mereka

saat ini. Jika mereka percaya bahwa solusi masih mungkin untuk mendapatkan

yang lebih baik tetapi mereka berpikir bahwa sudah tidak ada kesempatan lagi,

maka ia akan mengalami stress yang tinggi.

b) Vigilance

Ketika orang melihat resiko serius dalam semua kemungkinan mereka

dan sudah mempertimbangkan dan percaya mereka mendapat alternatif yang lebih

15
baik dan punya waktu untuk mencarinya, mereka hanya mengalami stress

tingkat moderat.

III. DEVELOPMENTAL, GENDER, AND SOCIOCULTURAL FACTORSIN


HEALTH
1. DEVELOPMENTAL AND HEALTH

kesehatan seseorang dipengaruhi oleh faktor biologis, psikologis dan

sosial. Seiring perkembangan manusia, mereka dapat mengalami masalah dan

resiko kesehatan yang berbeda. Misalnya saja,pada remaja relatif mengalami

kecelakaan lalu lintas dan orang dewasa relatif mengalami masalah kesehatan

terkait tekanan darah. Oleh karena itu, kebutuhan preventif dan tujuan seseorang

berubah seiring dengan bertambahnya usia.

a. During Gestation and Infancy

Setiap tahun jutaan anak-anak lahir dengan keadaan cacat. Cacat

tersebut mulai dari ringan sampai cacat parah. Cacat lahir merupakan hasil dari

abnormalitas genetik dan faktor-faktor berbahaya di lingkungan janin. Orang tua

dapat mengontrol lingkungan janin melalui perilakunya. Pada awal kehamilan,

plasenta dan tali pusar berkembang dan mulai mengirimkan zat untuk janin dari

aliran darah ibu. Zat ini biasanya terdiri dari makanan, tetapi dapat juga

mencakup mikroorganisme berbahaya dan bahan kimia yang berada dalam darah

si ibu. Banyak bayi yang beresiko lahir dengan berat badan rendah, dimana

merupakan hasil dari tiga ancaman prenatal (prenatal hazards), yaitu: Ibu

mungkin kurang gizi karena persediaan makanan yang tidak memadai maupun

kurangnya pengetahuan kebutuhan gizi. Selain berat badan rendah, bayi yang

lahir dari ibu yang kekurangan gizi cenderung memiliki sistem kekebalan tubuh

16
dan saraf pusat yang kurang berkembang serta resiko kematian yang

tinggi pada minggu pertama setelah lahir. Kedua, infeksi tertentu mungkin

berkontraksi selama kehamilan juga dapat menyerang bayi dalam kehamilan,

kadang-kadang dapat menyebabkan cedera permanen atau kematian. Vaksinasi

dapat mencegah sebagian besar infeksi ini dan mengikuti saran dapat

meningkatkan kesehatan lingkungan janin. Ketiga, berbagai zat yang digunakan

ibu mungkin memasuki aliran darah dan membahayakan bayinya. Bayi yang

secara prenatal terpapar obat adiktif jauh lebih mungkin untuk mati pada masa

bayi atau lahir dengan bobot yang sangat rendah. Paparan dari asap rokok di

lingkungan juga diasosiasikan dengan berat badan rendah dan masalah kesehatan

lainnya. Jika ibu suka meminum alkohol maka dapat menyebabakan fetal alcohol

syndrome dengan simptom-simptom:

1. Perkembangan yang lambat sebelum dan sesudah lahir.


2. Intelligensi dibawah normal.
3. Karakteristik wajah tertentu, seperti mata terbuka kecil.

Edukasi kesehatan pada wanita hamil sangatlah penting. Pada awal masa

bayi, kekebalan bayi terhadap penyakit tergantung pada sel-sel darah putih dan

antibodi diteruskan oleh ibu sebelum lahir dan ASI. Karena kekebalan yang

diberikan kepada bayi, ASI sering disebut sebagai “nature’s vaccine” atau vaksin

alami.

b. Childhood and Adolescence

Pada tahun kedua kehidupan, balita berjalan dan mulai “get into

everything” dengan risiko cedera, seperti saat berenang atau dari benda tajam dan

bahan kimia di sekitar rumah. Orang tua, guru, dan pengasuh lainnya dapat

17
mengurangi kemungkinan cedera dengan mengajarkan anak safety

behavior atau perilaku yang aman, mengawasi mereka bila mungkin, dan

mengurangi akses mereka terhadap situasi berbahaya. Peran proses kognitif dalam

praktek perilaku yang berhubungan dengan kesehatan memiliki implikasi penting

di sini, karena kemampuan kognitif yang matang pada anak usia dini dan menjadi

lebih canggih seeiring dengan perkembangan umur mereka. Dengan kemajuan ini,

anak-anak lebih mampu membuat keputusan dan bertanggung jawab untuk

meningkatkan kesehatan dan keselamatan mereka sendiri.

Masa remaja adalah waktu yang sangat penting dalam pengembangan

perilaku preventif atau pencegahan. Meskipun remaja memiliki kemampuan

kognitif untuk membuat keputusan logis yang mengarah ke perilaku sehat, mereka

menghadapi banyak tekanan yang membuat mereka menyimpang. Banyak

perilaku beresiko yang mulai dicoba oleh mereka, seperti merokok, minuman

keras, penggunaan obat-obatan terlarang, serta seks bebas. Remaja juga belajar

mengemudi, dan terlalu sering menggabungkan keterampilan baru ini dengan

minum dan menggunakan narkoba. Sebagian besar kematian remaja di negara

maju akibat dari kecelakaan.

c. Adulthood and Aging

Ketika seseorang mencapai usia dewasa, mereka menjadi kurang

mengadopsi perilaku baru yang beresiko bagi kesehatan mereka dibandingkan

dengan remaja. Secara umum, orang dewasa yang lebih tua lebih mungkin

dibandingkan yang lebih muda untuk mempraktikkan berbagai perilaku kesehatan,

seperti makan diet sehat dan mendapatkan pemeriksaan medis. Hal ini mungkin

dikarenakan orang dewasa yang lebih menganggap diri mereka lebih rentan

18
terhadap penyakit daripada orang dewasa muda, sehingga memilih untuk

terlibat dalam tindakan preventif.

Orang tua di negara-negara industri hidup lebih lama dan berada dalam

kondisi keuangan dan fisik yang lebih baik daripada di masa lalu. Salah satu

perilaku kesehatan yang umumnya menurun ketika orang dewasa semakin tua

adalah olahraga secara teratur. Banyak orang tua menghindari latihan fisik karena

mereka cenderung membesar-besarkan bahaya mengeluarkan terlalu banyak

tenaga untuk kesehatan mereka, meremehkan kemampuan fisik mereka, dan

merasa malu dengan kinerja mereka.

2. GENDER AND HEALTH

Pada kebanyakan negara di dunia, rata-rata wanita hidup lebih lama

beberapa tahun daripada pria. Pada Eropa berjarak 4 sampai 6 tahun, Amerika

Serikat 5 tahun, dan biasanya lebih pendek pada negara berkembang. Mengapa

wanita bisa hidup lebih lama? Hal ini dikarenakan faktor biologis dan perilaku,

yaitu:

1. Reaktivitas fisiologis, seperti tekanan darah dan hormon stres. Stres

lebih besar pada pria daripada wanita, yang dapat membuat pria lebih

mungkin untuk mengembangkan penyakit jantung.

2. Hormon seks estrogen pada wanita tampaknya menunda penyakit

jantung dengan mengurangi kadar kolesterol darah dan pembekuan

trombosit.

3. Pria merokok dan minum lebih banyak daripada wanita, sehingga

membuat pria lebih rentan terhadap penyakit jantung dan pernapasan,

kanker, dan sirosis hati.

19
4. Pria memiliki tingkat penggunaan narkoba yang lebih tinggi, diet yang

tidak sehat, dan pengemudi dan aktivitas seksual beresiko.

5. Pria kurang mungkin dibandingkan perempuan untuk berkonsultasi

dengan dokter ketika mereka merasa sakit.

6. Lingkungan kerja laki-laki tertentu lebih berbahaya daripada

perempuan.

Salah satu perilaku kesehatan yang menguntungkan bagi pria adalah

mereka lebih banyak berolahraga. Praktik perilaku kesehatan lainnya relatif sama

antara pria dan wanita. Perempuan hidup lebih lama, bukan berarti mereka

memiliki masalah kesehatan yang lebih sedikit daripada pria. Sebagai contoh,

perempuan Amerika memiliki tingkat yang jauh lebih tinggi dibandingkan pria

dari penyakit akut, seperti penyakit pernapasan dan pencernaan, dan penyakit

kronis non-fatal, seperti varises, arthritis, anemia, dan sakit kepala. Mereka juga

menggunakan obat-obatan medis dan layanan yang jauh lebih banyak daripada

pria.

3. SOCIOCULTURAL FACTORS AND HEALTH


Apakah dokter pernah memberi tahu kalau kamu memiliki (kondisi

medis). Para peneliti menanyakan pertanyaan ini pada beribu orang usia paruh

baya di Amerika dan Inggris, termasuk delapan kondisi medis yang serius (Banks

et al., 2006). Survei mengungkapkan bahwa orang Amerika memiliki tingkat

prevalensi yang jauh lebih tinggi untuk semua penyakit. Misalnya, rata-rata

masing-masing untuk orang Amerika dan Inggris adalah 12,5% (Dua Belas Koma

Lima Persen) dan 6,1% (Enam Koma Satu Persen) untuk diabetes, 15,1% (Lima

Belas Koma Satu Persen) dan 9,6% ( Sembilan Koma Enam Persen) untuk

20
penyakit jantung, dan 9,5% ( Sembilan Koma Lima Persen) serta 5,5%

( Lima Koma Lima Persen) untuk kanker.

Orang-orang Inggris merokok dan minum jauh lebih banyak daripada

orang Amerika,tetapi Amerika memiliki presentasi obesitas yang lebih tinggi, dan

ketika obesitas disamakan secara statistik, orang Inggris masih termasuk sehat.

Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan kesehatan antar negara.

Perbedaan budaya juga terjadi didalam suatu negara. Misalnya, survey nasional

orang dewasa Amerika dari berbagai umur dan latar belakang menemukan bahwa

kurang dari 13% ( Tiga Belas Persen) yang mengklaim dalam keadaan kesehatan

mereka hanya “fair” sampai “poor”. Dibandingkan dengan populasi secara

keseluruhan, orang kebanyakan merating kesehatan mereka “fair” sampai “poor”

jika mereka diatas 45 ( Empat Puluh Lima Tahun), atau dari kelas bawah, atau

dengan latar belakang African American dan Asian American.

a. Social Class and Minority Group Background


Kelas sosial dan kesehatan saling berhubungan. Konsep kelas sosial, atau

status sosial ekonomi, menjelaskan perbedaan dalam sumber daya, prestise, dan

kekuasaan dalam suatu masyarakat. Perbedaan ini tercermin dalam tiga

karakteristik utama: pendapatan, prestise kerja, serta pendidikan. Kelas-kelas

sosial terendah dalam masyarakat industri merupakan orang-orang yang hidup

dalam kemiskinan atau tunawisma. Sebagai contoh, individu dari kelas bawah

lebih mungkin dibandingkan mereka dari kelas yang lebih tinggi untuk:

1. Dilahirkan dengan berat yang rendah.

2. Meninggal pada masa bayi atau masa kanak-kanak.

3. Mengembangkan tanda-tanda awal penyakit kardiovaskular,

seperti atherosclerosis.

21
4. Memiliki kondisi kesehatan yang lebih buruk dan

berkembangnya penyakit yang berlangsung lama di masa

dewasa.

5. Pengalaman stres yang besar, diikuti kesehatan yang buruk dan

keterbatasan yang lebih besar dalam fungsi sehari-hari.

Bukanlah suatu kebetulan jika individu dari kelas bawah memiliki

kebiasaan dan sikap hidup sehat yang lebih buruk daripada yang berasal dari kelas

yang lebih tinggi. Misalnya mereka yang banyak merokok, jarang olahraga dan

yang memiliki pola makan yang buruk dan kurang pengetahuan tentang faktor

resiko dari penyakit.

Latar belakang kelompok minoritas merupakan risiko penting untuk

faktor kesehatan yang buruk. Bayi yang lahir di Kuba memilikikesempatan yang

lebih baik mencapai usia satu tahun dari rata-rata kelahiran Afrika Amerika di

Amerika Serikat (WHO, 2009). Tingkat kematian bayi di Amerika dua kali lebih

tinggi untuk orang kulit hitam. Diantara bayi yang bertahan hidup pada tahun

pertama, harapan hidup untuk bayi Afrika Amerika adalah sekitar 41/2 tahun lebih

pendek dari bahwa untuk bayi kulit putih di Amerika (USBC 2010).

Banyak orang dalam kelompok minoritas ini hidup di lingkungan yang

tidak mendorong untuk praktek perilaku kesehatan. Afrika, Amerika dan Hispanik

juga berbagi kerentanan untuk empat masalah yang berhubungan dengan

kesehatan, yaitu: stres dari diskriminasi, penyalahgunaan zat, AIDS, dan cedera

atau kematian dari kekerasan. Mereka lebih mungki dibandingkan kulit putih

untuk merokok, menggunakan obat-obatan, dan melakukan seks yang tidak aman.

Mereka juga lebih mungkin menjadi korban pembunuhan daripada orang kulit

22
putih. Masalah-masalah ini sangat mengganggu dan membuat mereka

mengeluarkan banyak waktu, tenaga dan perubahan social.

b. Promoting Health with Diverse Populations

Imigran cenderung mengadopsi perilaku kesahatan dari budaya baru yang

mereka dapat melalui proses alkulturasi. Bagaimana masyarakat membantu

beragam populasi menjalani hidup sehat? Pendekatan jangka panjang dapat

mengurangi kemiskinan, meningkatkan kemampuan menulis membaca, dan

menyediakan layanan pencegahan penyakit. Sebuah pendekatan yang lebih

langsung akan menyajikan informasi kesehatan pada tingkat buta huruf. Karena

masyarakat terdiri dari orang-orang yang berbeda usia, jenis kelamin, dan latar

belakang sosial budaya, para ahli mencoba untuk mencegah dan mengobati

penyakit kebutuhan dengan mengambil perspektif biopsikososial.

Idealnya, program untuk meningkatkan kesehatan minoritas

menggunakan akar masalah yaitu pendekatan budaya yang relevan dengan

memberi pelatihan kesehatan pada pemimpin masyarakat tersebut. Contohnya,

program Por La Vita yaitu peningkatan tes payudara dan kanker serviks pada

wanita Hispanik dengan melatih para perempuan yang dihornati masyarakat

tersebut untuk menyediakan sesi pendidikan mingguan pada pencegahan kanker.

IV. PROGRAMS FOR HEALTH PROMOTION

Individu dapat menghemat untuk menyimpan uang biaya perawatan

kesehatan dan tidak kehilangan produktivitas, beberapa pengusaha telah mulai

menawarkan insentif untuk perilaku yang sehat, sebagai contohnya dengan

menurunkan berat badan, pekerja bisa mendapatkan bonus uang tunai, libur kerja

23
atau bahkan liburan tropis. Pendekatan kreatif lainnya untuk

meningkatkan kesehatan telah digunakan untuk perilaku lain dalam situasi yang

lain.

Program untuk promosi kesehatan mengatasi beberapa perilaku dapat

mencapai lebih banyak perubahan ketika lebih banyak perilaku ditangani. Hal ini

dilihat ada beberapa metode yang dapat digunakan.

1. METHODS FOR PROMOTING HEALTH

Intervensi untuk mempromosikan kesehatan dapat dilakukan dengan

berlatih hidup sehat dengan beberapa metode. Intervensi biasanya dimulai dengan

mengajari individu mengenai perilaku tersebut dan bagaimana mengerjakannya

dan mempengaruhi individu untuk mengubah kebiasaan yang tidak sehat. Langkah

penting dalam upaya ini adalah memotivasi individu untuk mau berubah, dan ini

sering membutuhkan modifikasi keyakinan dan sikap mereka mengenai kesehatan.

Apa metode yang digunakan program ini untuk mendorong perilaku sehat?

a. Providing Information

Setiap orag yang ingin hidup sehat membutuhkan informasi, mereka

butuh untuk mengetahui apa yang harus dilakukan dan kapan, dimana dan

bagaimana melakukannya. Hal ini ada beberapa sumber informasi dalam

mempromosikan kesehatan. Salah satunya adalah mass media: TV, radia, koran,

dan majalah dapat mempromosikan kesehatan dengan cara menunjukan peringatan

dan informasi seperti nasihat kepada seseorang untuk menghindari atau berhenti

merokok. Media masa terkadang menampilkan iklan layanan infomasi publik

mengenai konsekuensi negatif dari suatu tindakan seperti merokok. Tetapi ketika

orang-orang telah siap untuk mengubah kebiasaan buruknya, program pada

24
televisi itu akan menjadi lebih efektif, khususnya jika di kombinasikan

dengan metode lain.

Kedua, sumber lain dalam menpromosikan kesehatan adalah melalui

komputer,yang umumnya via internet. Di seluruh dunia individu yang tertarik

dalam mempromosi kesehatan mereka dan mempunyai akses internet dapat

mengunjungi website yang luas secara bebas. Beberapa data base yang besar

memiliki informasi dari semua aspek dalam mempromosikan kesehatan, sementara

yang lain menyediakan informasi yang lengkap mengenai suatu penyakit spesifik

seperti kanker dan arthritis atau dukungan kelompok untuk masalah kesehatan.

Setiap orang dapat belajar bagaimana menghindari masalah kesehatan dan jika

mereka sakit, apa penyakitnya dan bagaimana penyembuhannya.

Ketiga,sumber informasi dalam mempromosikan kesehatan berupa

layanan medis, dengan mengunjungi ahli kesehatan, mereka akan menawarkan

beberapa keuntungan dan kerugian. Tenaga media yang profesioal sekarang

mempunyai kesempatan lain untuk menyediakan informasi dalam

mempromosikan kesehatan. Mereka dapat menawarkan individu mengenai resiko

penyakit keturunan seperti kanker, memperkirakan peluang mereka terkena

penyakit dan kesempatan untuk menjalankan test seperti pemeriksaan berkala dan

tes genetik. Membuat keputusan untuk tes genetik mungkin cukup beresiko

karena mereka akan mengungkapkan penyakit anda dan konflik yang muncul

antara anggota keluarga yang melakukan dan yang tidak menginginkan informasi

tersebut.

25
b. Features of Information to Enhance Motivation

Salah satu pendekatan untuk meningkatkan motivasi seseorang dalam

mengikuti saran promosi kesehatan yaitu dengan menggunakan tailored content

( konten yang disesuaikan ), seperti nasihat yang disampaikan secara pribadi,

dalam bentuk tulisan atau melalui telepon yang di rancang untuk indvidu yang

spesifik yang berdasarkan karakteristik orang tersebut.

Sedangkan pendekatan lain untuk memperbesar motivasi yang didasari

pada konsep yang disebut message framing, yang mengacu pada apakah informasi

mengarah pada manfaat ( kemajuan ) atau biaya ( kerugian ) yang berkaitan

dengan perilaku atau keputusan. Untuk perilaku sehat, gain-framed message fokus

pada tercapainya konsekuensi yang diinginkan atau menghindari hal yang negatif.

Loss-frmaed message fokus untuk mendapatkan konsekuensi yang tidak

diinginkan dan menghindari salah satu yang positif. Gain-framed message bekerja

dengan lebih baik dalam memotivasi perilaku yang berfungsi untuk mencegah dan

menyembuhkan sakit atau luka seperti menggunakan kondom dan terapi fisik.

Loss-framed message berkerja dengan baik pada perilaku yang jarang terjadi dan

berfungsi untuk mencari tahu masalah kesehatan dengan mudah.

Khusus kasus loss-framed message ketika informasi menjadi fear-appeal

yaitu menimbulkan ketakutan. Menurut health belief Model, orang-orang akan

menerapkan perilaku yang sehat jika mereka percaya bahwa dengan tidak

melakukan perilaku sehat mereka rentan terkena masalah penyakit serius. Dengan

kata lain, mereka di motivasi untuk menjadi takut dalam melindungi kesehatan

mereka. Sebuah studi menemukan bahwa rasa takut dapat memotivasi seseorang

untuk menerapkan beragam sikap dan perilaku sehat. Tetapi dampaknya

26
cenderung sementara, terkadang tidak cukup panjang untuk membawa

niat yang diubah kedalam perilaku. Pesan untuk rasa takut ini dapat digunakan

dalam merubah perilaku yang tidak sehat jika mereka :

 Mengarah pada konsekuensi organ dan sosial yang diterima dengan

serius dalam mengembangkan masalah kesehatan.

 Ditunjukan sebagai testimoni pribadi dari pada perubahan secara

stastitik.

 Menyediakan informasi yang spesifik dan pelatihan untuk

menampilkan perilaku.

 Menolong dalam mendukung kepercayaan diri seseorang dalam

menampilkan perilaku sebelum terdesak untuk memulai rencana.

c. Motivational Interviewing

Satu-satunya teknik disebut dengan motivational interviewing yang

merupakan gaya konseling yang dirancang untuk menolong individu

mengembangkan dan menyelesaikan pertentangan dalam diri mereka dalam

merubah perilaku, yang pada umumnya digunakan untuk membantu orang-orang

yang kecanduan seperti alkohol dan narkoba. Konselor menggunakan cara yang

mengarah pada klien, dari pada konselor untuk menyuarakan pendapat mengenai

perubahan perilaku. Dua fitur penting dalam proses ini adalah decision balance

dan feedback pribadi. Dalam decision balance, klien menyusun daftar alasan

mereka untuk dan terhadap perubahan perilaku mereka yang dapat didiskusikan

dan dipertimbangan. Sedangkan personal feedback , klien menerima informasi

mengenai masalah perilaku mereka dan membandingkannya dengan norma sosial,

faktor resiko dan konsekuensi lainnya.

27
d. Behavioral and Cognitive Methods

Metode behavioral berfokus langsung pada luasnya perilaku seseorang

yang muncul pada tindakan pencegahan melalui pengaturan sebab dan akibatnya.

Penyebabnya dapat diatur melalui banyak cara misalnya dengan menggunakan

kalender, untuk mengindikasikan kapan tindakan pencegahan muncul dan

mengingat untuk tidak makan kalori dan minum terlalu banyak. Akibatnya dapat

diatur dengan membuat sebuah reinforcement ketika seseorang melakukan

perilaku sehat seperti tidak merokok. Tetapi keefektifan reinforcement yang

digunakan bergantung pada reward dan umur individu.

Metode kognitif dapat diaplikasikan untuk mengubah proses berfikir

seseorang, seperti meningkatkan self-efficacy mereka untuk berhenti merokok.

Terapis sering mengajarkan metode behavioral dan kognitif kepada klien sehingga

mereka dapat mengaplikasikannya kedalam diri mereka, hal yang demikian

disebut dengan self management . Meskipun setiap metode menolong dalam

mengubah perilaku, seperti makan makanan yang sehat, mereka akan terlihat

menjadi lebih efektif jika di kombinasikan dan di gunakan secara bersama-sama,

khususnya ketika individu mengawasi perilaku mereka dan tetap merekamnya.

e. Maintaining Healthy Behaviors

Ketika seserorang mengubah sebuah perilaku lama, keberhasilan mereka

biasanya juga akan mengalami kemunduran atau penurunan. Lapse adalah contoh

dari kemunduran, misalnya seseorang yang berhenti merokok sesekali masih

merokok. Lapse harus diharapkan : mereka tidak mengindikasikan kegagalan.

Kemunduran yang lebih serius adalah Relapse ( kambuh ) atau kembali ke salah

satu pola asli dari perilaku yang tidak diinginkan. Relapse sangat umum terjadi

28
ketika individu mencoba untuk mengubah kebiasaan lama mereka

seperti perilaku makan dan merokok.

3. PROMOTING HEALTH IN SCHOOLS AND RELIGIOUS

ORGANIZATION

Sekolah dan organisasi keagamaan memiliki keistimewaan dalam

mempromosikan kesehatan .Alasan yang pertama, sekolah dan organisasi

keagamaan memiliki akses ke semua anak-anak dan remaja di negara berkembang

yang kemungkinan memiliki banyak kritikan dalam perkembangan perilaku yang

berkaitan dengan kesehatan. Kedua, sekolah dan organisasi keagamaan dapat

mencari orang dewasa dari kaum minoritas dan imigran yang memiliki resiko

tertinggi untuk terkena penyakit serius, seperti sakit jantung dan kanker. Apakah

program promosi kesehatan di sekolah dan organisasi keagamaan efektif ?

Beberapa program disekolah telah dirancang untuk mempromosikan perilaku

kesehatan dengan jangkauan yang luas, misalnya nutrisi, olahraga, tembakau,

penggunaan alkohol dan aktifitas seksual. Keefektifan program promosi kesehatan

di sekolah lebih menyeluruh sampai ke keluarga si anak dan juga komunitasnya.

4. WORKSITE AND COMMUNITY-BASED WELLNESS PROGRAMS

Seperti yang diketahui program kesehatan berkembang dengan pesat di

tempat kerja dinegara industri. Survei nasional di tempat kerja di Amerika dengan

50 atau lebih karyawannya menemukan bahwa lebih dari 90% ditawarkan

beberapa bentuk promosi aktivitas kesehatan, seperti fitnes atau diet. Psikolog

yang belajar atau mengelola sebuah program disebut occupational health

psychologists.

29
Program kesehatan ditempat kerja memiliki tujuan yang bervariasi, tetapi

sering mengaplikasikan metode self-management dan menunjukan beberapa atau

29
seluruh faktor yang berisiko seperti : hipertensi, merokok, diet tidak sehat

dan kelebihan berat badan, kesehatan fisik yang lebih rendah, penyalahgunaan

alkohol dan tingkat stress yang tinggi. Program berbasis komunitas dalam

mempromosikan kesehatan dirancang untuk mencakup orang yang banyak dan

meningkatkan pengetahuan dan perilaku dalam pencegahan (Thompson et al.,

2003).

Namun, beberapa faktor resiko ada yang tidak terlalu bisa diubah.

Misalnya, meskipun self-management dapat berhasil digunakan untuk diet dan

olahraga, perilaku merokok juga memerlukan konseling dan pelayanan

farmakologi untuk mengatasi ketergantungan nikotin yang tinggi.Melakukan

intervensi di tempat kerja memiliki beberapa keuntungan. Program tempat kerja

mudah untuk dilakukan karena biayanya yang tidak mahal, dapat membuat

lingkungan untuk mendukung perilaku yang sehat, seperti menyediakan makanan

sehat di kantin kantor (Cohen, 1985).

Komunitas yang mempromosikan kesehatan programnya dirancang untuk

mencari anggota yang lebih besar, meningkatkan pengetahuan dan melakukan

intervensi. Mari kita lihat sebuah model intervensi di tempat kerja. Johnson &

Johnson merupakan produsen perawatan kesehatan terbesar di Amerika, memulai

program Live for Live pada tahun 1978. Program tersebut melibatkan ribuan

pekerja dan berlangsung sangat efektif (Maes & Boersma, 2004: Nathan, 1984).

Program Live for LIve dirancang untuk meningkatkan pengetahuan

kesehatan para pekerja, manajemen stres, keinginan untuk berolahraga, berhenti

merokok, dan mengontrol berat badan. Pada setiap pekerja yang mengikuti

program ini, Live for Live memberikan sebuah health screen yang mana

30
merupakan asesmen secara rinci mengenai kesehatan dan perilaku sehat

pekerja yang terbaru. Dan nantinya hasil ini akan diberikan kepada para pekerja

tersebut. Partisipan program ini tetap dipantau dalam jangka waktu yang

ditentukan. Perusahaan juga memberikan lingkungan yang mendukung dan

meningkatkan perilaku sehat, seperti tidak adanya area merokok, membangun

fasilitas olahraga, dan menyediakan makanan-makanan yang bernutrisi di kantin

kantor.

ELECTRONIC INTERVENTIONS FOR HEALTH PROMOTION

Mempromosikan kesehatan menggunakan elektronik sangat berkembang

saat ini . Internet-based program menggunakan www atau World Wide Web untuk

menyampaikan intervensi dan computer-based programs menggunakan perangkat

lunak yang berada di komputer masing-masing individu (Tate, 2008). Internet-

based programs sangat bermanfaat karena mudah diakses oleh banyak orang di

dunia.

PREVENTION WITH SPECIFIC TARGETS : FOCUING ON AIDS

Terkadang program pencegahan hanya fokus untuk mengurangi resiko.

Misalnya usaha untuk mengurangi penyebaran infeksi human immunodeficiency

virus (HIV) yang menyebabkan acquired immune deficiency syndrome (AIDS).

HIV Infection

Besarnya ancaman AIDS sangat mengkhawatirkan (UNAIDS, 2009)

puluhan juta korban meninggal diseluruh dunia, 33 juta orang pada umumnya

terserang HIV dan 1 juta orang baru terinfeki setiap tahunnya.Lebih dari 160

negara melaporkan kasus AIDS, namun kasus AIDS ini menyebar di seluruh

dunia.Pengobatan medis yang baru dapat memperpanjang hidup korban, yang

31
banyak digunakan di negara industri dan penggunaannya meningkat di

negara berkembang. Belum ada vaksin yang dapat melawan HIV dan banyak

komplikasi yang terjadi karena AIDS telah banyak merenggut nyawa manusia

yang mengidapnya.

HIV tersebar hanya melalui kontak cairan tubuh dan umumnya melalui

hubungan seksual atau ketika pengguna narkoba dengan berbagi

jarum.Kecenderungan untuk terkena infeksi meningkat ketika individu memiliki

luka atau peradangan penyakit seksual yang menular, seperti sifilis atau herpe,

ataupun seks yang kasar (Klimas, Koneru, & Fletcher, 2008).Ibu yang terinfeksi

kadang-kadang mengirimkan virus kepada bayinya selama hamil dan selama

menyusui.

Di US hubungan seks antar laki-laki memiliki tingkat infeksi yang tinggi

pada tahun 1980-an dan menurun beberapa tahun kemudian. Dan infeksi

meningkat antara orang-orang Amerika yang berpendapatan rendah dan kelompok

minoritas selama bertahun-tahun. Di bagian negara lain, pemaparan infeksi HIV

paling sering terjadi karena berbagi jarum suntik narkoba, dan para pekerja seks

komersial. Meningkatnya persentase wanita yang mengidap HIV, dan sekarang

50% pengidap HIV adalah wanita (UNAIDS, 2009). Pria yang telah disunat

memiliki resiko yang lebih rendah terkena infeksi dari hubungan seks

dibandingkan pria yang belum disunat (Klimas, Koneru, & Fletcher, 2008).

Namun perilaku yang tidak aman tetap menjadi masalah utama dan usaha prevensi

secara global fokus dalam membuat peringatan serta memberikan informasi

mengenai perilaku seks yang lebih aman (safer-sex behavior).

32
Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki kesalpahaman mengenai

penyebaran HIV, misalnya AIDS hanya terjadi pada homoseksual dan pengguna

narkoba, bahwa semua gay terinfeksi, nyamuk dapat menyebarkan virus atau virus

dapat menyebar melalui kontak biasa seperti sentuhan, pelukan atau berbagi

peralatan kantor yang mereka gunakan.Orang-orang juga percaya bahwa tenaga

kesehatan biasanya memiliki resiko yang tinggi terinfeksi ketika bekerja dengan

pasien AIDS, tetapi penelitian mengatakan bahwa kejadian itu sangat langkah

ketika mereka tertusuk jarum yang digunakan oleh pasien AIDS.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kenapa orang-orang melakukan

hubungan seks yang tidak aman:

1.Orang-orang yang berada dibawah pengaruh alkohol dan narkoba.

2.Anak-anak remaja yang orang tuanya menolak mereka untuk

berorientasi seksual

3.Pasangan yang belum menikah jarang untuk menggunakan kondom

jika mereka memiliki hubungan yang serius.

4.Membuat keputusan pada saat dalam hubungan seksual

5.Banyak orang yang memiliki kepercaynaan maladaptif mengenai

kepercayaan diri mereka yang rendah untuk menggunakan kondom

dan efeknya bahwa dengan melakukan itu memiliki kesenangan

seksual dan spontanitas.

6.Banyak orang khususnya wanita muda yang malu membeli kondom

dan membuat kesalahan ketika meletakkannya di penis.

33
Basic Messages to Prevent HIV Infection

Usaha awal untuk mengenalkan cara mencegah infeksi HIV di seluruh

dunia itu melalui media masa dan organisasi kesehatan yang memberikan

informasi mengenai beberapa perilaku mendasar (Carey, 1999; Kalichman, 1998).

Yang pertama, orang-orang harus menghindari atau mengurangi hubungan seks

diluar hubungan monogami, dengan kata lain melakukan hubungan seksual yang

lebih aman dengan pasangan yang baru. Seks yang aman itu meliputi memilih

pasangan dengan hati-hati, menghindari perbuatan yang dapat merusak jaringan

tubuh dan menggunakan kondom pada bagian vaginal dan anal. Kedua, tidak

semua orang yang terkena virus mengetahui bahwa ia terkena virus dan tidak

semua orang yang terinfeksi virus mengatakan kepada pasangannya bahwa ia

terkena virus(Ciccarone et al., 2003; Simoni et al., 1995). Ketiga, pengguna

narkoba tidak berbagi jarum suntik. Keempat, wanita yang telah terkena virus

harus tes darah sebelum hamil jika positif makan wanitu tersebut tidak diizinkan

untuk hamil. Banyak informasi tersebut dirancang untuk membangkitkan rasa

takut pada banyak orang.

Focusing on Sociocultural Groups and Women

Meskipun banyak usaha yang telah dilakukan untuk mengurangi resiko

HIV pada pria gay dan pengguna narkoba , usaha harus lebih di intensifkan lagi

antara wanita heteroseksual dan kelompok sociocultural yang memiliki

kekurangan (Alvarez et al., 2009; Logan, Cole, & Leukefeld, 2002; Raj, Amaro &

Reed, 2001). Untuk kelompok minoritas US, yaitu Afrika Amerika dan Hispanik ,

ada masalah tambahan mengenai sedikitnya pengetahuan mereka mengenai

perilaku beresiko dan kecurigaan pada informasi dari sistem peduli kesehatan yang

34
mereka percaya memperlakukan mereka dengan buruk. (Boulware et al.,

2003; Raj, Amarom & Reed, 2001).

Para wanita seringkali rentan terinfeksi HIV ketika pasangan pria mereka

menolak menggunakan kondom, sedangkan para wanita tersebut secara ekonomi

dan sosial bergantung kepada pasangan mereka sehingga tidak memiliki peran

yang kuat dalam hubungan tersebut (Sikkema, 1998).

Making HIV Prevention More Effective

Banyak pencegahan yang menyediakan konseling, seperti wawancara

motivasi untuk menghidari terinfeksi HIV (Carey, 1999; Kelly & Kalichman,

2002). Mesikpun metode itu pada umumnya efektif dalam mengurangi perilaku

beresiko, kesuksesan mereka terjadi pada pria dan wanita yng sudah terinfeksi

(Weinhardt et al., 1999). Individu yang tidak terinfeksi haruslah meminimalisir

perilaku seksual beresikonya, walaupun mereka bukan gay ataupun pengguna

narkoba.

Program pencegahan harus menyediakan informasi mengenai penyebaran

HIV dan pencegahan, menggunakan teknik untuk meningkatkan motivasi orang-

orang untuk menghindari seks yang tidak aman, dan mengajarkan kemampuan

behavioral dan kognitif yang digunakan untuk menjalankan

pencegahan(Albarracin et al., 2005; Carey & Vanable, 2004).

35
Beberapa cara untuk mengubah pola tersebut meliputi :

1. Menyesuaikan program untuk memenuhi kebutuhan kelompok

Sociokultural

2. Mengikutsertakan keluarga dalam program pencegahan

3. Memberikan tekanan yang kuat untuk melatih kemampun individu yang

sebenarnya yang perlu untuk menolak seks yang tidak aman.

4. Menggunakan metode untuk mengurangi perilaku, seperti penggunakan

alkohol dan narkoba yang meningkatkan resiko perilaku seks yang tidak

aman.

5. Membuat pelatihan yang mengarah pada penguatan kepercayaan diri dan

memajukan individu melalui tahap perubahan

6. Menggunakan orang-orang yang ahli dalam program, sehingga mereka

dapat mempromosikan program

7. Memberi dorongan kepada individu yang terinfeksi untuk tidak menutupi

status HIV ke pada pasangan seksualnya yang akan dating.

8. Menggunakan teknik untuk mengurangi pengaruh yang tidak rasional

dalam membuat keputusan ketika dalam situasi seksual.

36
DAFTAR PUSTAKA

Sarafino, E.P. dan Smith, T.W. (2011). Health Psychology Biopsychosocial

Interactions. Hart, S. D., Zapf, P. A., dan Roesch, R. (2010). Forensic

Psychology. 7 th Edition. John Wiley dan Sons, Inc: United States of

America.

37
37

Anda mungkin juga menyukai