Disusun Oleh:
Kelompok 4
Kelas D
Dwi Tri Saprianti 171301032
FAKULTAS PSIKOLOGI
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kami mengucapkan syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah memberikan kami petunjuk dan rahmat sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah mengenai Adjustment and Growth. Adapun tugas ini telah kami
usahakan dengan sebaik-baiknya dan tentunya dengan bantuan dari berbagai pihak dan
sumber, sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu kami mengucapkan
banyak terimakasih atas segala macam bantuan dan informasinya.
Namun,tidak lepas dari semua ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan yang saya alami dari segi penyusunan bahasanya ataupun segi lainnya. Oleh
karena itu kami bersedia menerima saran maupun kritik dari para pembaca demi kebenaran
tugas yang telah kami susun ini. Dengan demikian, kami berharap semoga tugas ini dapat
memberikan manfaat dan informasi yang mudah dimengerti kepada pembaca.
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
ADJUSTMENT - PENYESUAIAN DIRI.................................................................................4
A. Defenisi Penyesuaian Diri...........................................................................................4
B. Aspek-Aspek Penyesuaian Diri...................................................................................5
C. Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri............................................................6
D. Karakteristik Penyesuaian Diri....................................................................................6
E. Tahapan Proses Penyesuaian Diri...................................................................................8
F. Penyesuaian Diri dan Kesehatan Mental.......................................................................11
GROWTH – PERTUMBUHAN DIRI.....................................................................................12
A. Defenisi Pertumbuhan Diri........................................................................................12
B. Tahapan Memulai Pertumbuhan Diri........................................................................12
C. Komponen Pertumbuhan Diri....................................................................................12
D. Perubahan sebagai Aktualisasi Diri...........................................................................16
E. Pemenuhan Potensi Diri................................................................................................17
F. Karakteristik Individu dengan Aktualisasi Diri............................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19
3
ADJUSTMENT - PENYESUAIAN DIRI
4
dan pandangan terhadap diri sendiri dan orang lain; adanya obyektivitas dan
penerimaan sosial; pengendalian diri dan perkembangan diri yang baik; memiliki
tujuan dan arah yang jelas; memiliki sudut pandang, penilaian dan pandangan hidup
yang memadai; memiliki rasa humor; memiliki rasa tanggung jawab sosial; memiliki
kemampuan untuk bekerja sama dan menaruh minat terhadap orang lain; memiliki
minat yang besar dalam melakukan pekerjaan dan bermain; memiliki perkembangan
kebiasaan yang baik; adaptabilitas, memiliki kepuasan dalam bekerja dan bermain;
serta memiliki orientasi yang menandai adanya realitas sosial [ CITATION Sch99 \l
1057 ].
5
Individu yang mengalami frustasi ditandai dengan perasaan tidak
berdaya dan tanpa harapan, sehingga sulit mengorganisasikan kemampuan
berpikir dan tingkah laku dalam menghadapi situasi yang menuntut
penyelesaian.
d. Pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri.
Seseorang yang memiliki kemampuan berpikir dan melakukan
pertimbangan terhadap masalah atau konflik dan kemampuan
mengorganisasikan pikiran, tingkah laku, dan perasaan untuk memecahkan
masalah, dalam kondisi sulit sekalipun akan menunjukkan penyesuaian diri
yang baik. Apabila seseorang dikuasai oleh emosi yang berlebihan ketika
berhadapan dengan situasi yang menimbulkan konflik, maka ia akan
mengalami kesulitan dalam menyesuaikan dirinya.
e. Kemampuan untuk belajar dan memanfaatkan pengalaman.
Penyesuaian diri yang ditunjukkan oleh individu merupakan proses
belajar berkesinambungan dari perkembangan individu sebagai hasil dari
kemampuannya mengatasi situasi konflik dan stres.
f. Sikap realistis dan objektif.
Sikap yang realistis dan objektif bersumber pada pemikiran yang
rasional, kemampuan menilai situasi, masalah, dan keterbatasan individu
sesuai dengan kenyataan.
Atwater mengemukakan salah satu konsep tentang penyesuaian yaitu
penyesuaian diri merupakan suatu perubahan yang dialami seseorang untuk mencapai
suatu hubungan yang memuaskan dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya.
Menurut Atwater (dalam Yasa, 2015) penyesuaian diri memiliki tiga elemen yaitu:
1. Diri sendiri.
Jika dilihat dari sisi kepribadian, dapat dilihat melalui pandangan Lazarus
(dalam Yasa, 2015) bahwa dalam situasi yang sama, dua orang seringkali
menampilkan jenis proses penyesuaian diri yang berbeda. Hal tersebut
disebabkan oleh adanya kualitas kepribadian yang membuat seseorang
menampilkan reaksi yang berbeda pada satu situasi yang sama.
2. Orang lain.
Martin menyatakan bahwa memiliki keluarga dan teman yang mendukung
merupakan hal yang penting bagi anak untuk mengembangkan diri. Dukungan
6
penuh dari kedua orangtua dapat membantu anak menyesuaikan diri. Hal
tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Powell bahwa salah satu
resources atau sumber daya yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri
seseorang adalah kemampuan untuk membina hubungan baik dengan keluarga
dan orang lain, dimana termasuk di dalamnya perhatian dan dukungan
[ CITATION Yas15 \l 1057 ].
3. Perubahan yang dialami oleh setiap individu.
Menurut Haber dan Runyon [ CITATION Hab84 \n \t \l 1057 ], penyesuaian
diri adalah suatu proses dan bukan keadaan yang statis sehingga efektivitas
dari penyesuaian diri itu sendiri ditandai dengan seberapa baik individu
mampu menghadapi situasi serta kondisi yang selalu berubah, dimana
seseorang merasa sesuai dengan lingkungan dan merasa mendapatkan
kepuasan dalam pemenuhan kebutuhannya.
1. Kondisi fisik yang bisa dipengaruhi oleh sistem saraf, hereditas, sistem otot.
Individu yang sehat secara fisik lebih siap menghadapi permasalah sehari-hari
dibandingkan dengan individu yang tidak sehat secara fisik.
2. Perkembangan unsur-unsur kepribadian yaitu kematangan emosional,
kematangan intelektual, kematangan sosial, matangan moral. Individu dengan
kematangan yang baik dapat memutuskan tindakan yang tetap untuk dilakukan
sehingga penyesuaian diri sosial individu tersebut baik.
3. Kondisi lingkungan, baik lingkungan kerja, rumah, keluarga ataupun
masyarakat.
4. Pengaruh budaya, yaitu pengaruh agama yang dianut dan adat istiadat yang
ada pada individu.
5. Kondisi psikologis, mulai dari pengalaman, prasangka, situasi emosional,
larangan, hubungan dengan orang lain, dan hal-hal lain yang bisa
mempengaruhi individu dalam memecahkan masalah dan pemenuhan
kebutuhan.
7
D. Karakteristik Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri yang normal merupakan cara bereaksi dan bertingkahlaku
yang wajar. Penyesuaian diri yang normal memiliki beberapa karakteristik.
Karakteristik penyesuaian diri menurut Schneiders [ CITATION Sch99 \n \t \l
1057 ] adalah:
8
4. Pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri (self-direction)
9
motivasi sehingga dapat menerima situasi dan berhubungan secara baik
dengan orang lain.
f. Rasa hormat pada sesama manusia dan mampu bertindak toleran, selalu
menunjukkan perilaku hormat sesuai dengan harkat dan martabat
manusia, serta dapat mengerti dan menerima keadaan orang lain
meskipun sebenarnya kurang serius dengan keadaan dirinya.
11
i. Dapat bertindak sesuai dengan norma yang dianut oleh lingkungannya
serta selaras dengan hak dan kewajibannya.
j. Secara positif ditandai oleh kepercayaan terhadap diri sediri, orang lain,
dan segala sesuatu di luar dirinya sehingga tidak pernah merasa tersisih
dan kesepian.
12
GROWTH – PERTUMBUHAN DIRI
Pola pikir adalah gambaran seseorang tentang masa kini dan masa
depan diri, dan kebutuhan untuk memenuhi harapan yang ada ditetapkan oleh
diri sendiri dan orang lain untuk memenuhi citra ini. Bahkan tanpa kesadaran
seseorang, seperti itu asumsi memainkan peran penting dalam perilaku sehari-
hari kita dan tindakan.
13
adalah bawaan sejak lahir (nature vs nurture), penelitian terbaru tentang
kognisi (Kuszewski & Sternberg dalam Jain, K.Apple, & Jr, 2015)
menunjukkan bahwa setiap orang memiliki potensi untuk menumbuhkan
kecerdasannya. Pilihan antara mindset tetap vs. mindset berkembang
tergantung pada keputusan sadar seseorang dan keyakinan emosional yang
muncul dengan menyadari pengembangan diri. Prosesnya dimulai saat
seseorang menerima bertanggung jawab atas kapasitas pertumbuhan diri
sendiri untuk meningkatkan status seseorang sebagai individu yang berdaya.
Visi hidup adalah realisasi siapa dan apa ingin menjadi dalam hidup.
Itu membutuhkan kesadaran nilai dan tujuan seseorang, dan mengetahui
caranya untuk mencapai tujuan yang diinginkan sesuai dengan tujuan
seseorang definisi pribadi sukses dalam hidup. Mengembangkan visi hidup
membutuhkan pemahaman yang jauh lebih dalam sistem kepercayaan implisit
seseorang. Pencapaian visi hidup bisa ditingkatkan menggunakan dua langkah
utama:
a. Metakognisi, atau analisis dan pengetahuan siapa anda, dari mana anda
berasal, ingin menjadi apa anda, dan apa yang ingin anda capai
b. Penataan rencana tindakan yang berkelanjutan untuk profil pribadi dan
pencapaian tujuan hidup.
14
4. Penilaian Diri: Pergeseran Dari Evaluasi Diri ke Penilaian diri
Hal ini penting untuk perjalanan hidup dan pertumbuhan diri seseorang
luangkan waktu untuk mundur dari "melakukan" untuk memahami alasannya dan
15
bagaimana kami melakukan apa yang kami lakukan, dan apa yang ingin kita
lakukan selama sisa hidup kita. John Dewey (dalam [ CITATION Han12 \l 1057 ]
membedakan tindakan reflektif sebagai sesuatu yang diberi pertimbangan dan
justifikasi secara cermat berlawanan dengan tindakan rutin, yang didorong oleh
tindakan kebiasaan dan rutinitas.
Melangkah keluar dari zona nyaman adalah hal lain aspek kritis dari
pertumbuhan diri karena membutuhkan satu untuk tampil di level yang lebih
tinggi dari saat ini. Pemecahan keluar dari zona nyaman seseorang dapat
memberikan pribadi dan pertumbuhan profesional yang membuat tantangan
berharga. Melangkah keluar dari zona nyaman seseorang juga membutuhkan
tinjauan kekuatan, peningkatan, dan wawasan untuk hindari pengulangan
kesalahan dan untuk memastikan perbaikan kinerja dalam menghadapi tantangan
berikutnya [ CITATION Han12 \l 1057 ].
8. Salah satu cara untuk keluar dari zona nyaman adalah dengan mengambil
resiko
16
Keterampilan non-kognitif, "ketabahan" adalah kemampuan untuk
berusaha dan berhasil dalam jangka panjang dan tingkattujuan yang lebih tinggi,
dan untuk bertahan dalam menghadapi tantangan dan rintangan yang dihadapi
sepanjang hidup. Konsep multifaset, ini melibatkan keuletan, tekad, dan
ketekunan, meliputi tujuan, tantangan, dan cara untuk mengelolanya.Orang
dengan pola pikir tetap mungkin percaya akan hal keturunan, keberuntungan, atau
takdir memainkan peran yang lebih signifikan dalam menciptakan masa depan
mereka daripada upaya; namun, orang-orang dengan mindset berkembang percaya
pada penciptaanmasa depan mereka sendiri. Padahal, mayoritas individudengan
mindset berkembang, gunakan ketabahan pada tingkat yang berbeda-
bedamengatasi kesulitan dan situasi hidup yang menantang.
10. Passion and Self-Motivation: Walking the Walk of One's Own Values
17
ini, individu perlu mewujudkan empat kebutuhan lain yang lebih rendah. Aktualisasi
merupakan penggunaan semua bakat, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas dalam
diri seorang individu. Mengacu pada teori psikologi tersebut bahwa setiap organisme
menunjukkan kecenderungan untuk mrngaktualisasikan potensi-potensi di dalam
dirinya[ CITATION Dew12 \l 1057 ].“Kecenderungan mengaktualisasikan diri”
tersebut memaksa individu untuk menyadari adanya “rasa untuk melakukan
pemenuhan diri”.Melalui aktualisasi diri, seseorang dapat meningkatkan kapasitas diri
mereka dan mengembangkan potensi yang dimiliki.
Orang-orang yang memiki fungsi optimal dari rata-rata yang di miliki orang
pada umumnya, seringkali disebut dengan “self—actualizing”. Kebutuhan aktualisasi
diri mencakup pemenuhan diri, sadar akan semua potensi diri dan keinginan untuk
menjadi sekreatif mungkin. Orangorang yang telah mencapai level aktualisasi diri
menjadi orang yang seutuhnya[ CITATION Eka14 \l 1057 ].
18
Sedangkan Duffy dan Atwater (dalamDewi, 2012) mengungkapkan bahwa individu
yang memiliki aktualisasi diri (otonomi) adalah mereka yang mampu menerima
tanggung jawab dalam hidupnya dan secara hati-hati melakukan pilihan yang tersedia
sepanjang hidupnya. Individu tersebut tetap membuka diri dan memperjuangkan
kehormatannya dengan menyadari kesalahan, serta memiliki kesadaran untuk
berubah.
1. Individu yang mampu mengaktualisasikan diri tidak sama dengan individu yang
sempurna.
2. Individu yang mampu mengaktualisasikan dirinya tetaplah mengalami problem
yang dapat membuatnya cemas, frustrasi, dan merasa bersalah. Akan tetapi
mereka selalu mengarahkan coping-nya secara nyata, menyelesaikan masalah,
tidak ke arah distorsi neurotik. Contohnya Abraham Lincoln, Jane Addams,
Albert Einstein, & Eleanor Roosevelt.
3. Individu dengan kecacatan juga dapat mencapai aktualisasi diri.
19
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M., & Asrori, M. (2005). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi
Aksara.
Betsy Amanda Syauta, R. Y. (2015). Hubungan Antara Kebutuhan Aktualisasi Diri Dengan
Motivasi Kerja Pada Wanita Karier di PT Kusuma Sandang Mekarjaya. InSight, Vol. 17 No.
1, .
Chaplin, J. P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi. (K. Kartono, Penerj.) Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada.
Dewi, K. S. (2012). BUKU AJAR KESEHATAN MENTAL. Semarang: UPT UNDIP Press
Semarang .
Haber, A., & Runyon, R. P. (1984). Psychology of Adjustment. California: The Dorsey Press.
Indrawati, E. S., & Fauziah, N. (2012). Attachment dan Penyesuaian Diri dalam Perkawinan.
Jurnal Psikologi Undip , 40-49.
Jain, C. R., Apple, D. K., & Jr, W. E. (2015). What is Self-Growth? International Journal of
Process Education , 41-52.
Rinthia, E. (2014). Aktualisasi Diri pada Anak Jalanan Berprestasi (Studi kasus anak jalan
berprestasi di rumah singgah dan rumah cantik borneo Samarinda). Psikoborneo, Vol 2, No 4,
, 253-261.
Schneiders, A. A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. New York: Holt,
Rinehart, and Winston.
Schneiders, A. A. (1999). Personal Adjustment and Mental Health. New York: Holt, Rinehart
and Winston.
20
Yasa, R. B. (2015). Penyesuaian Diri Anak Perempuan dalam Menghadapi Perubahan
Zaman. International Journal of Child and Gender Studies , 99-108.
21