Anda di halaman 1dari 24

Perkembangan

Sosioemosional
Masa Dewasa Madya
Ditulis oleh Kelompok 3 yang beranggotakan :
1. Amara Fasya Ramadhani (21112141021)
2. Zulfa Rani (21112141028)
3. Nisa Berti Aprilasari (21112144020)
4. Zonarifa Aglis Namma (21112144035)
Tahap Generativitas versus Stagnasi dari Erikson

● generativitas : hasrat orang dewasa untuk mewariskan sesuatu dari diri


mereka kepada generasi berikutnya.
● stagnasi: individu merasa bahwa tidak ada apapun yang diwariskan untuk
generasi berikutnya.
● yang dilakukan ke generasi berikutnya yaitu: mengasuh, mengajar, memimpin.

apakah generativitas merupakan sebuah dimensi yang penting?? ya, dalam teori
erikson generativitas versus stagnasi menunjukan pola peningkatan yang lambat
tetapi pasti dalam proses menjadi semakin generatif. generativitas orang tua
berkaitan dengan perkembangan sukses anak. orang tua yang generatif memiliki
anak-anak dewasa muda yang tanggung jawab dan ramah.
Masa Kehidupan Manusia dari Levinson

● transisi menuju dewasa menengah berlangsung selama 5 tahun (usia


40-45). keberhasilan melampaui transisi terletak pada seberapa efektif
individu mengurangi popularitas dan menerima popularitas itu sebagai
bagian dari keberadaan mereka.
● memandang usia dewasa menengah sebagai masa krisis
● menurut Vaillant hanya sebagian kecil saja orang dewasa mengalami
masa krisis, banyak keterampilan, memori verbal, penalaran induktif,
banyak individu mengalami puncak kesuksesan di masa dewasa
madya. kesejahteraan hidup dan kepuasan hidup cenderung tinggi.
contohnya: sebuah studi longitudinal
yang melibatkan lebih dari 2.000 individu
menemukan ada beberapa orang yang
mengalami krisis. Dalam grafik ini
menjelaskan ketidakstabilan emosi
individu tidak meningkat secara
signifikan di masa dewasa.
sebuah studi terhadap Individu yang dinyatakan
sebagai dewasa muda (rata-rata 19tahun),
dewasa menengah (rata-rata 45 tahun), dewasa
akhir (rata-rata 75 tahun) mengungkapkan
kemampuan mengelola lingkungan dan
penentuan diri meningkat di usia pertengahan.
Pendekatan Peristiwa Hidup
● pengaruh terhadap perkembangan individual tidak hanya tergantung terhadap peristiwa
hidup itu sendiri (menikah, bercerai,kecelakaan, pekerjaan baru, kelahiran anak), tetapi juga
tergantung dalam faktor-faktor mediator (penghasilan,kepribadian,kesehatan fisik,dukungan
keluarga), adaptsi individu terhadap peristiwa kehidupan (penilaian terhadap ancaman dan
strategi mengatasi masalah).

contoh: jika kesehatan individu buruk dan dukungan keluarga kecil maka peristiwa hidup
cenderung lebih menekan

meskipun pendekatan ini memperkaya pemahaman terhadap perkembangan orang dewasa


tetapi memiliki kekurangan yaitu pendekatan ini tidak cukup mengenali stabilitas, minimal
dalam taraf tertentu dan memberi ciri-ciri pada perkembangan orang dewasa.
STRESS DAN KONTROL DIRI MASA DEWASA MADYA
● Orang dewasa menengah / paruh baya lebih banyak
dihadapkan pada stressor “yang berlebihan” yang melibatkan
berbagai aktivitas sekaligus dalam waktu yang bersamaan.
● Mengalami lebih sedikit stressor yang tidak dapat dikontrol.
● Beberapa aspek kendali diri meningkat seiring bertambahnya
usia sementara beberapa aspek lainnya menurun.
● Contoh : orang dewasa menengah / paruh baya merasa
memiliki kendali yang lebih besar terhadap keadaan finansial,
pekerjaan, dan pernikahan, tetapi memiliki kendali lebih kecil
terhadap kehidupan seks dan anak-anaknya.
KONTEKS PERKEMBANGAN DI USIA DEWASA MADYA
● Konteks historis
○ Kekuatan Nilai, sikap, ekspektasi, dan perilaku dipengaruhi oleh periode
ketika hidup. Lingkungan sosial dari kelompok usia tertentu dapat
merubah social clock (jadwal ketika individu diharapkan memenuhi tugas2
hidupnya). Social clock memberi bimbingan terhadap kehidupan dimana
individu yang hidupnya tidak sesuai dengan social clock akan merasa
hidupnya lebih menekan dibanding individu yang hidup sesuai dengan
social clock.
● Konteks Gender
○ Berisi stereotip dimana fokus utama pada masa ini terletak pada pilihan
karir dan prestasi kerja yang didominasi oleh pria sedangkan pada
kehidupan wanita lebih terfokus pada pentingnya membesarkan anak
dan mengurus keluarga.
● Konteks Budaya
○ dalam budaya nonindustri konsep mengenai dewasa menengah ini tidak
terlalu dirumuskan dengan jelas. Menurut beberapa antropolog wanita
paruh baya mengalami keuntungan tertentu seperti kebebasan mobilitas,
kebebasan mengurus anak dan tugas-tugas domestic.
STABILITAS DAN PERUBAHAN
Studi Baltimore Costa & Mcrae
Berfokus pada 5 faktor besar kepribadian Studi Helson’s Mill College
(big five factors of personality) yang terdiri
dari openness of experience, Wanita dibagi menjadi 3 berdasarkan
conscientiousnes, extraversion, orientasinya : memilih keluarga, karir,
agreeableness, neuroticism.
atau tidak berorientasi pada keduanya.
Studi Longitudinal Berkeley Para wanita paruh baya mengalami
Tidak mendukung atau membantah midlife consciousness, komitmen pada
perdebatan mengenai apakah kepribadian tugas-tugas masa dewasa awal (karir,
bersifat stabil atau dapat berubah. Terdapat keluarga, atau tidak keduanya)
karakteristik yang stabil yaitu sejauh mana membantu para wanita belajar untuk
individu memiliki orientasi seksual, memiliki
keyakinan diri, dan terbuka pada mengontrol impuls-impuls menjadi
pengalaman baru. Sedangkan karakteristik mandiri dan bekerja keras mencapai
yang banyak berubah adalah sejauh mana tujuannya.
individu memiliki sifat mengasuh atau
memusuhi kendali diri individu.
CINTA DAN PERNIKAHAN
Pada fase ini berada pada taraf kestabilan dalam berumah tangga. Asumsinya, karena
usia perkawinan yang sudah cukup panjang, sehingga di dalam keluarga, pola-pola
konflik lebih di kenal, lebih dapat diperkirakan, sehingga penyelesaian lebih realistik.
Namun, apabila komitmen emosional selama bertahun-tahun diwarnai dengan adanya
pengkhianatan maka pernikahan pada masa ini sering diakhiri dengan perceraian.

Bagi individu yang matang resiko dari perceraian dapat lebih kecil dan kurang intens
dibandingkan individu yang masih muda.
SINDROM SARANG KOSONG
Empty Nest Syndrom
orang tua yang hidupnya menyaksikan keberadaan
anak-anak mungkin mengalami empty nest syndrome. Yang
mencakup menurunnya kepuasan pernikahan setelah
anak-anak meninggalkan rumah. Meskipun demikian, pada
sebagian orang tua kepuasan pernikahan mereka tidak
berkurang setelah anak-anak meninggalkan rumah.
Sesungguhnya. pada sebagian besar orang tua kepuasan
pernikahan mereka justru meningkat di tahun tahun setelah
mengasuh anak-anak. Ketika anak-anak pergi pasangan
yang menikah memiliki waktu untuk melakukan apa yang
menjadi minat karirnya dan memiliki lebih banyak waktu
Presentation by Really Great Site
untuk bersama-sama.
Hubungan Persaudaraan dan Persahabatan
Pada masa ini biasanya individu mulai dituntut untuk membimbing
masa-masa sebelumnya. Begitupun dengan persahabatan, pada masa ini
mengalami peningkatan. Berbagai aktivitas sossial maupun olahraga
merupakan beberapa hal yang sering dilakukan bersama.

Dimasa dewasa menengah, persahabatan tetap merupakan hal yang


penting seperti di masa dewasa awal. Dibutuhkan waktu untuk
mengembangkan persahabatan yang akrab.
PENGISIAN WAKTU LUANG

Individu pada masa dewasa madya perlu


menyiapkan diri untuk masa pensiun, baik
secara keuangan maupun psikologis.
Sehingga peralihan ke masa usia lanjut
tidak begitu menekan individu yang dapat
menyebabkan cemas

Presentation by Really Great Site


Kakek-Nenek
&
Hubungan
Antargenerasi
Peran dan Tipe Kakek-Nenek
Peran kakek-nenek menurut beberapa orang dewasa :

● Sumber penghargaan dan kontinuitas biologis


● Sumber pemenuhan diri secara emosional
● Menciptakan perasaan persahabatan dan kepuasan
yang mungkin telah hilang dalam hubungan
dewasa-anak sebelumnya
● Remote role

Sebuah studi telah menunjukkan bahwa peran


kakek-nenek dapat memberikan rasa memiliki tujuan dan
perasaan dihargai selama masa dewasa menengah dan
akhir ketika kebutuhan generatif mereka kuat.
Peran dan Tipe Kakek-Nenek
Perbedaan budaya mempengaruhi cara kakek dan nenek
berinteraksi. Ada 3 tipe berinteraksi yang dominan :

● Formal : Melakukan apa yang dianggap tepat, cukup


perhatian tapi berhati-hati, >65 tahun
● Fun-seeking : Informal, menyenangkan, berkepuasan yang
mutual, <65 tahun
● Distant : Cukup baik tapi jarang berinteraksi,

Karena peran kakek-nenek itu berhubungan dengan 3


generasi, kakek-nenek, orang tua, dan cucu, terkadang
dalam peran tersebut ada orang tua sebagai perantara,
minimal sampai cucu mereka sudah dewasa
Perubahan Profil Kakek-Nenek
Sebuah studi mengungkapkan bahwa keterlibatan kakek-nenek dikaitkan
dengan penyesuaian yang lebih baik dalam keluarga single parent dan orang
tua tiri daripada keluarga biologis dengan dua orang tua.

● Perceraian, kehamilan remaja, dan penggunaan obat-obatan terlarang oleh


orang tua adalah alasan utama berubahnya peran kakek-nenek menjadi
pengasuh.
● Beberapa kasus, perceraian memang bisa merekatkan hubungan cucu
dengan kakek-neneknya ketika mereka memang memiliki peran pengasuhan
yang lebih kuat tetapi bisa jadi orang tua justru membatasi
interaksi kakek-nenek dengan cucunya.
Hubungan Antargenerasi
Berikut peran atau posisi dewasa madya dalam sebuah keluarga besar:
● Berbagi pengalaman hidup dan mewariskan nilai-nilai baik kepada
generasi selanjutnya.
● Memberi ataupun menerima bantuan keuangan
● Merawat orang tua yang sudah menjanda/duda atau sakit
● Beradaptasi menjadi generasi tertua ketika orang tua meninggal

Sandwich Generation, sebutan untuk generasi yang berada pada usia


dewasa tengah (usia produktif) yang memiliki peran ganda yaitu
bertanggung jawab atas anak sekaligus merawat orang tua. Tidak hanya
mencukupi kebutuhan sendiri dan pasangan tapi juga kebutuhan anak
ditambah kebutuhan orang tua. Tekanan yang datang bersamaan
tersebut dapat memicu stress.
Hubungan Antargenerasi
- Sebuah studi mengatakan bahwa ketika orang tua mereka sudah
semakin tua dan sakit-sakitan, mereka (orang tua dan anak) cenderung mendeskripsikan
hubungan mereka sebagai sebuah perubahan yang baik (Fingerman et all, 2007)
- Pada banyak kasus diperlihatkan bahwa hubungan orang tua dan
anak cenderung memiliki perasaan yang bertentangan. (Birditt et all, 2010; Davey et all, 2009;
Fingerman et all, 2008)

Konflik apa yang paling umum dialami orang tua dengan anaknya mulai tumbuh dewasa?
● Gaya komunikasi dan interaksi
● Kebiasaan dan gaya hidup
● Praktik dan nilai dalam pengasuhan
● Politik, agama, dan ideologi
Gambaran Parent-Grandparent Co-Parenting Relationship pada Kakek-Nenek
yang Mengasuh Balita
Abstrak
Pengasuhan balita oleh kakek-nenek menjadi fenomena yang mendunia seiring dengan meningkatnya jumlah
ibu yang bekerja. Pengasuhan kakek-nenek berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita,
sehingga diperlukan co-parenting yang baik agar tidak malah menimbulkan dampak negatif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran parent-grandparent coparenting relationship pada
kakek-nenek yang mengasuh balita yang ditinggal ibunya bekerja. Penelitian dilakukan menggunakan
pendekatan survei deskriptif dan teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu simple random sampling
Hasil penelitian menunjukkan bahwa parent-grandparent co-parenting pada kakek-nenek yang mengasuh
balita dalam kategori baik, yang ditandai dengan 65,7% co-parenting agreement responden baik, 73,3%
co-parenting closeness responden baik, 73,3% exposure of child to conflict responden baik, 78,1%
co-parenting support/undermining responden baik, 85,7% endorsement of partner’s parenting responden
baik, dan hanya 58,1% responden yang mempersepsikan division of labor dalam kategori cukup. Peran
kakek-nenek sebagai pengasuh utama balita ketika ditinggal ibu bekerja tidak akan mengganggu kelekatan
antara orangtua-anak apabila tercipta parent-grandparent co-parenting relationship yang harmonis.
PERAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN EKSPRESI EMOSI TERHADAP
KEPUASAN PERKAWINAN PADA PEREMPUAN DI USIA DEWASA MADYA
Kepuasan perkawinan merujuk pada suatu perasaan positif yang dimiliki pasangan dalam perkawinan yang
memiliki makna lebih luas daripada kenikmatan, kesenangan dan kesukaan. Terdapat beberapa faktor-faktor
memengaruhi kepuasan dalam perkawinan antara lain adalah gender, tahapan usia, komunikasi yang terjalin
antara pasangan, serta pengungkapan emosi terhadap pasangan. Perempuan cenderung lebih rendah merasakan
kepuasan perkawinan dibandingkan laki-laki serta perempuan dewasa madya cenderung lebih merasakan kepuasan
perkawinan dibandingkan dewasa awal karena perempuan dewasa madya telah memasuki masa sarang kosong
sehingga dapat menghabiskan waktu bersama dengan pasangan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran
komunikasi interpersonal dan ekspresi emosi terhadap kepuasan perkawinan pada perempuan di usia dewasa madya.
Subjek penelitian ini adalah perempuan yang berada pada usia dewasa madya yang telah memiliki anak yang
beranjak dewasa dan telah melangsungkan perkawinan serta berdomisili di Kota Denpasar. Alat ukur yang digunakan
pada penelitian ini menggunakan skala kepuasan perkawinan, skala komunikasi interpersonal, serta skala ekspresi
emosi. Hasil dari uji regresi berganda menunjukkan nilai regresi R=0,424 dengan taraf sigifikansi 0,000 (p<0,05) serta R
Square=0,180 sehingga dapat disimpulkan komunikasi interpersonal dan ekspresi emosi sama-sama berperan sebesar
18% terhadap kepuasan perkawinan pada perempuan di usia dewasa madya. Koefisien beta terstandarisasi
menunjukkan nilai 0,344 dengan taraf signifikansi 0,012 (p<0,05) yang menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal
berperan secara signifikan terhadap kepuasan perkawinan. Koefisien beta terstandarisasi menunjukkan nilai 0,100
dengan taraf signifikansi 0,454 (p<0,05) yang menunjukkan bahwa ekspresi emosi tidak berperan secara signifikan
terhadap kepuasan perkawinan.
KESIMPULAN
● Sifat kepribadian terus berubah selama tahun-tahun masa dewasa bahkan
hingga masa dewasa akhir, tetapi perubahan kepribadian terbesar tetap terjadi
di masa dewasa awal.
● Stabilitas paling besar terjadi pada masa dewasa menengah (mendukung model
kepribadian kumulatif yang menyatakan bahwa seiring bertambahnya waktu dan
usia, individu menjadi lebih terampil dalam berinteraksi dengan lingkungannya
dengan cara yang mendukung stabilitas kepribadiannya).
● Konteks sosial, pengalaman baru, dan perubahan sosiohistoris dapat
memengaruhi perkembangan kepribadian.
● Secara umum perubahan sifat kepribadian seseorang selama masa dewasa
terjadi ke arah yang lebih positif.
● Hubungan pada masa dewasa baik dengan teman dan keluarga dapat semakin
jauh juga dapat semakin dekat, tergantung situasi yang sedang terjadi
Daftar Pustaka
Paramita, N. K. P., & Suarya, L. M. K. S. (2018). Peran komunikasi
interpersonal dan ekspresi emosi terhadap kepuasan perkawinan
pada perempuan di usia dewasa madya. Jurnal Psikologi Udayana,
5(2), 241-253.

Purwaningtyas, R. A., Arief, Y. S., & Utami, S. (2020). Gambaran


parent-grandparent co-parenting relationship pada Kakek-Nenek yang
Mengasuh Balita. Jurnal Penelitian Kesehatan" SUARA
FORIKES"(Journal of Health Research" Forikes Voice"), 11(3),
327-330.

Santrock, John W.. (2010). Essentials of Life-Span Development (13th


Edition). New York: McGraw-Hill Education.

Santrock, J. (2020). A topical approach to life-span development, 10E.


Presentation by Really Great Site New York, NY: McGraw-Hill.
Terima kasih!

Ada yang ingin


ditanyakan?

Presentation by Really Great Site

Anda mungkin juga menyukai