Anda di halaman 1dari 8

TUGAS BESAR 1

PENGARUH GAYA HIDUP TERHADAP KESEHATAN

FISIK DAN MENTAL

DISUSUN OLEH:

- ARDITA MEGA PRAMESTA (46118110012)


- ADITYA BAGUS SIXTYANTO (46119110136)
- MUHAMMAD RIFKI ABDULLAH (46118110089)
- JESSICA PERMATA SARI HAREFA (46121120059)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA


Kerangka Teori

Gaya hidup adalah cara yang digunakan oleh orang-orang, kelompok dan bangsa dan
dibentuk dalam teks geografis, ekonomi, politik, budaya dan agama tertentu. Gaya hidup mengacu
pada karakteristik penduduk suatu wilayah dalam waktu dan tempat khusus. Ini mencakup perilaku
dan fungsi sehari-hari individu dalam pekerjaan, aktivitas, kesenangan, dan diet.

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1997), gaya hidup sehat adalah
segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan
menghindari kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. Menurut Adler (Hall & Lindzey,
1993:294), yang dimaksud dengan gaya hidup adalah keunikan individu yang digunakan untuk
mencapai tujuan-tujuan yang diciptakan sendiri.

Menurut seorang ahli psikologi Alfred Adler (1929), gaya hidup adalah sekumpulan
perilaku yang mempunyai arti bagi individu maupun orang lain pada suatu saat di suatu tempat,
termasuk didalam hubungan sosial, konsumsi barang, entertainment dan berbusana. Perilaku-
perilaku yang nampak di dalam gaya hidup merupakan campuran dari kebiasaan, cara-cara yang
disepakati bersama dalam melakukan sesuatu, dan perilaku yang berencana. Gaya hidup
berkembang karena ada kebutuhan, tuntutan dan penguatan, adalah mahzab behavioristik yang
menyatakan bahwa suatu perilaku akan diulangi bila perilaku tersebut membawa kepuasan atau
kenikmatan dan tidak ada hukuman yang menyertainya.

 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Gaya Hidup


a. Faktor pembelajaran
Proses belajar merupakan suatu usaha untuk memperoleh hal-hal baru dalam
tingkah laku (pengetahuan, kecakapan, keterampilan dan nilai-nilai) dengan aktifitas
kejiwaan sendiri. Hal ini dapat diartikan bahwa seseorang dapat dikatakan belajar apabila
di dalam dirinya terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak dapat
mengerjakan sesuatu menjadi dapat mengerjakan sesuatu.

b. Faktor Sosial dan Emosi

Menurut Taylor (1995) perilaku sehat sangat efektif bila didukung oleh situasisosial
yang baik. Keluarga, teman dekat, teman kerja dan lingkungan sekitar merupakan
komponen penting dari terbentuknya kebiasaan sehat. Bila lingkungan mendukung
kebiasaan sehat dan mengerti tentang hakekat kesehatan maka tidak sulit bagi penderita
sakit untuk melakukan terapi kesehatan.

Begitu pula sebaliknya perilaku sehat sulit terwujud ketika lingkungan tidak
mendukung, sehingga dapat diketahui bahwa faktor sosial dapat berfungsi sebagai
terbentuknya perilaku sehat dan tidak sehat. Selain faktor sosial, faktor emosi juga dapat
berperan dalam terbentuknya perilaku sehat. Ketika seseorang mengalami
tekanan jiwa atau permasalahan yang rumit ada diantara mereka yang melampiaskan
dengan kegiatan positif namun bahkan ada pula yang melakukan kegiatan yang dapat
menambah buruk keadaan.

c. Faktor persepsi dan kogitif


Sarafino (1994) menyebutkan bahwa faktor kognitif memerankan
peranan penting dalam perilaku sehat seseorang. Seseorang diikutsertakan
untuk aktif mengetahui dengan pasti mengenai perilaku sehat yang mereka lakukan dan
mengerti cara mengatasi problematika yang mungkin timbul sehingga mereka tahu
apakah perilaku tersebut baik atau buruk.
Sebagian orang sadar bahwa sehat itu penting hanya di saat mereka sakit. Oleh
karenanya banyak diantara mereka melakukan perubahan kegiatan sehari-hari dengan
menghindari merokok, makan berlebih dan mulai memperlihatkan kandungan gizi
makanan hanya ketika mereka telah mendapatkan sakit dan ingin segera sembuh dari
sakitnya tersebut.

Dampak Gaya Hidup Terhadap Kesehatan Fisik

Gaya hidup atau life style seseorang berbeda-beda. Seperti halnya merokok.
Kebiasaan merokok dapat mempengaruhi kesehatan seseorang. Merokok dapat
memicu timbulnya berbagai penyakit. Rokok tidak hanya berbahaya bagi bagi orang yang
merokok (perokok aktif) namun juga berbahaya bagi orang di sekitarnya yang terkena paparan
asap rokok (perokok pasif). Rokok dapat pula menyebabkan berbagai penyakit seperti penyakit
paru, penyakit kardiovaskular, resiko terjadinya neoplasma larynx, esophagus, dan merokok juga
dapat memicu timbulnya penyakit pada rongga mulut dan menimbulkan kelainan pada gigi. Tidak
hanya gaya hidup merokok yang berbahaya bagi kesehatan, namun alcoholic atau peminum
alkohol juga merupakan gaya hidup yang tidak baik. Menurut penelitian yang dilakukan
Deappen JB tahun 2014 di Inggris menyebutkan bahwa individu yang tidak
mengkonsumsi alkohol memiliki kualitas hidup yang lebih baik dibanding individu yang
mengkonsumsi alkohol.

Gaya hidup sangat berpengaruh dengan kesehatan fisik kita, jika gaya hidup kita buruk,
maka kesehatan fisik kita juga akan menjadi buruk, oleh karena itu aktivitas fisik diperlukan
untuk menstimulasi sistem pemeliharaan dan perbaikan tubuh secara alami. Organ-
organ tubuh, khususnya tulang, sendi, otot, dan jantung akan selalu terpelihara
meskipun tubuh memiliki aktivitas tinggi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa aktivitas fisik
berkaitan dengan kondisi fisik yang baik. Secara umum ada tiga komponen utama yang berkaitan
dengan kondisi fisik yang baik, yaitu stamina, kekuatan, dan fleksibilitas tubuh. Kondisi fisik yang
baik dapat dimiliki dengan berbagai cara yang sederhana dan murah untuk dijalankan secara rutin
seperti berjalan kaki, bersepeda, jogging, atau berenang.

Dampak Gaya Hidup Terhadap Kesehatan Mental

Kesehatan mental dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk perilaku sehari-


hari yang dapat diubah oleh individu. Informasi mengenai pengaruh gaya hidup terhadap gejala
depresi dan gangguan kesehatan mental lainnya masih sedikit. Gaya hidup sehat
dapat mengurangi kerentanan remaja terhadap stres dan dapat meningkatkan kesejehateraan
mental. Penelitian Ferreira (2016) menyebutkan bahwa remaja pada tingkat akhir lebih memiliki
kemungkinan untuk tidak bergerak (perilaku menetap). Remaja pada masa ini kemungkinan
memiliki lebih banyak mata pelajaran dan tekanan akademis yang besar sehingga memperpanjang
waktu duduk mereka dan menggantikan waktu untuk aktivitas fisik.

Gaya hidup yang tidak sehat seperti konsumsi alkohol dan merokok meningkatkan resiko
keinginan bunuh diri. Gaya hidup yang berisiko lebih cenderung berhubungan dengan usia muda
atau remaja, jenis kelamin laki-laki, tingkat pendidikan yang rendah, dan gangguan mental.
Selain itu, gaya hidup yang berisiko berhubungan dengan kesehatan yang dinilai diri sendiri.
Misalnya, kondisi kesehatan yang positif berkorelasi dengan tidak atau minim konsumsi alkohol
dan merokok, serta dengan gizi yang sehat dan aktivitas fisik yang tinggi. Penelitian yang
dilakukan oleh Hoare menyatakan bahwa seseorang yang memiliki gangguan kesehatan mental
lebih cenderung mengkonsumsi makanan yang tidak sehat sehingga mempengaruhi
berat badan. Perilaku berisiko yang didapat pada saat remaja dapat berlanjut hingga dewasa.

Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi & Djuwita (2022) menunjukkan bahwa
gabungan efek dari perilaku gaya hidup tidak sehat memiliki hubungan yang kuat dengan
gangguan kesehatan mental berupa kecemasan, kesepian dan upaya bunuh diri. Selain itu, terdapat
kemungkinan meningkatnya masalah kesehatan mental dengan meningkatnya jumlah perilaku
gaya hidup tidak sehat. Individu yang sudah mengalami gangguan kesehatan mental lebih
berpotensi untuk mengadopsi gaya hidup tidak sehat seperti kebiasaan diet yang buruk, gaya hidup
tidak aktif secara fisik, terlibat dalam merokok atau mengkonsumsi alkohol.

Kesehatan mental dalam diri manusia merupakan suatu hal yang sangat penting, dimana
sehat secara mental bukan hanya dilihat dari fisiknya saja, melainkan dilihat dari berbagai aspek
mulai dari fisik, psikis, spiritual, mental, hingga keadaan sosialnya.

Seperti definisi sehat mental menurut World Health Organization (WHO) “health as a
state of complete physical, mental and social well-being and not merely the absence of disease or
infirmity” (Dumillah, 2018). Zakiah Drajat mengatakan bahwa gangguan kesehatan mental terdiri
dari dua faktor , yaitu faktor eksternal maupun faktor internal dari diri sendiri. Faktor eksternal
seperti, faktor status ekonomi yang rendah, adanya tekanan dari lingkungan, baik lingkungan
keluarga maupun lingkungan masyarakat. Faktor internalnya seperti, kurangnya kematangan
dalam menghadapi problem hidup, kondisi psikologis yang tidak seimbang dalam berfikir,
kepribadian, serta keyakinan dalam beragama (Dawan, 2015).

Karena mental yang sehat dapat mempengaruhi fisik, seperti Menurut American
Psychological Associatin (APA) mengemukakan bahwa individu yang mengalami stress
seringkali merasa sakit perut. Begitupun dengan individu yang memiliki emosi negatif berupa
kemarahan yang tidak bisa dikontrol ternyata dapat menyebabkan serangan jantung dan masalah
kesehatan fisik lainnya.

Tokoh psikologi yang sudah membahas tentang kesehatan mental itu sendiri, salah satunya
ialah Abraham Maslow dalam teori Humanistiknya. Asumsi dasar dari teori Humanistik sendiri
lebih memandang manusia seutuhnya dan menganggap manusia itu unik. Menurutnya manusia itu
berpotensi untuk mengekspresikan kemauannya serta mereka dapat bertanggung jawab dengan
pilihannya.

Sommer (2011) mengatakan bahwa perilaku manusia bisa disebabkan oleh alasan-alasan
atau kemungkinan yang berbeda, hal ini berarti bahwa keyakinan seseorang tentang konsekuensi
dari sikap/perilaku, keyakinan akan ekspektasi terhadap orang lain dan adanya faktor-faktor yang
mungkin menghalangi perilaku tersebut. Teori ini menunjukkan bahwa latar belakang seperti
gender, usia, pengalaman, pengetahuan akan mempengaruhi keyakinan seseorang terhadap
sesuatu yang pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku seseorang tersebut.

Teori Behaviorisme

Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang dicetuskan di Amerika Serikat dan


dipelopori oleh John B. Watson (1878-1958). Watson menentang pendapat yang umum berlaku di
saat itu bahwa dalam eksperimen-eksperimen psikologi diperlukan introspeksi (seperti dalam
aliran strukturalis). Aliran Behaviorisme adalah aliran psikologi yang memandang orang sebagai
makhluk rektif yang memberikan responsnya terhadap lingkungannya, serta pengalaman lampau
dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka (Warsah & Daheri, 2021, hlm. 39).

Dalam aliran behaviorisme, berbagai perilaku yang terjadi sebagai akibat dari stimulus
yang menghasilkan respons itu haruslah tampak dari luar dan dapat diobservasi atau diamati secara
lahiriah. Bahkan, menurut Saleh (2018, hlm. 13) behaviorisme adalah aliran psikologi yang hanya
mengakui tingkah laku yang nyata dapat diamati sebagai objek studinya dan menolak anggapan-
anggapan psikologi lainnya yang mempelajari tingkah laku yang tidak nampak dari luar.

Behaviorisme ikut dibesarkan secara tidak langsung pula oleh para ahli faal yang meneliti
sistem kerja tubuh sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, sebagian ahli seperti Purwanto (dalam
Thobroni, 2015, hlm. 55) berpendapat bahwa aliran behaviorisme adalah aliran psikologi yang
beranggapan bahwa berpikir adalah tindakan-tindakan dari reaksi yang dijalankan oleh urat saraf
dan otot-otot bicara dengan contoh apabila kita mengatakan atau mengungkapkan sebuah gagasan

Teori Psikologi Sosial


. Menurut Allport (1954), psikologi sosial adalah suatu disiplin ilmu yang mencoba
memahami dan menjelaskan bagaimana pikiran, perasaan, dan perilaku individu dipengaruhi oleh
keberadaan orang lain, baik nyata, imajinasi, maupun karena tuntutan peran sosial. Tokoh yang
lain, Myers (2002) menyebutkan bahwa psikologi sosial sebagai cabang ilmu psikologi yang
mempelajari secara menyeluruh tentang hakikat dan sebab-sebab perilaku individu dalam
lingkungan sosial. Dalam wacana yang lebih umum, psikologi sosial merupakan suatu studi ilmiah
tentang cara-cara berperilaku individu yang dipengaruhi sekaligus memengaruhi perilaku orang
lain dalam konteks sosial. Dalam hal ini, perhatian para ahli psikologi sosial terutama diarahkan
pada dinamika psikologis terkait dengan cara-cara individu berhubungan dengan kekuatan-
kekuatan sosial di sekitar dirinya. Cara berhubungan itu meliputi interaksi saling pengaruh di
antara mereka dalam berpikir, berperasaan, dan berperilaku (Stephan & Stepan, 1990).

Rencana Pembuatan Video

Dalam pembuatan video psikoedukasi, video tersebut akan dibuat dengan jenis dokumenter
pendek selama kurang lebih 3 menit dengan menjelaskan fenomena yang ada di Indonesia dan di
kaitkan dengan tema yang kita dapat, lalu menggunakan bahasa yang lebih ringan sehingga viewer
atau penonton tertarik dan mudah mengerti penyampaian psikoedukasi tersebut, lalu untuk
penyebaran video akan menggubakan instagram, tiktok, twitter dan youtube akan tetapi kita
mengutamakan penggunaan instagram dan tiktok di karenakan platform media sosial tersbut paling
di minati remaja/ anak muda dan target viewer kita adalah remaja dan dewasa awal.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.iainpare.ac.id/3342/1/PSIKOLOGI%20SOSIAL.pdf

https://repository.uin-suska.ac.id/6184/3/BAB%20II.pdf

http://etheses.uin-malang.ac.id/1660/6/11410100_Bab_2.pdf

https://www.jurnal.syntaxliterate.co.id/index.php/syntax-literate/article/view/9810

Anda mungkin juga menyukai