Anda di halaman 1dari 4

KERTAS KERJA UJIAN  

Semester : Gasal / Genap / Pendek*) Tahun Akademik : . . .


         
 

Nomor Induk Mahasiswa  46119110136 Nomor Ujian : Paraf Mahasiswa


Nama   ADITYA BAGUS SIXTYANTO  
Fakultas / Program
PSIKOLOGI/S1 Paraf Pengawas
Studi
Mata Kuliah   PSIKOLOGI KLNIS  
Nilai Ujian (00-
Dosen   WINY NILA WISUDAWATI, M.Psi., Psikolog
100)
Waktu   Hari Tanggal Jam Ruang  
Pelaksanaan Ujian   SENIN 10 19:30 2A6611EL  

1. Terdapat 6 peranan yang dimiliki psikolog klinis sebagai seorang professional. Sebutkan keenam
peranan tersebut! CPMK 1 (S9, P1, P2, P6, P16, KU1) (20 POIN)

2. Apa yang dimaksud dengan aktualisasi diri? CPMK 2 (S9, P1, P2, P6, P16, KU1) (20 POIN) 3.

3.Jelaskan perbedaan sikap yang kongruen dan genuine! CPMK (S8, S9, P1, P2, P6, P16, KU1, KU2,
KU5) (20 POIN)

4. Jelaskan dengan menggunakan pendekatan biopsikososial mengapa individu dengan kepribadian


tipe A lebih rentan untuk terkena penyakit jantung coroner! CPMK 5 (S8, S9, P1, P2, P6, P16, KU1,
KU2, KU5) (20 POIN)

5. Martin Seligman terkenal dengan konsep learned helplessness yang merupakan salah satu
penyebab munculnya depresi. Dengan gerakan psikologi positif, Seligman mengajukan konsep
learned optimism. Apa yang dimaksud dengan learned helplessness dan learned optimism? Jelaskan
perbedaan keduanya dengan menggunakan contoh! CPMK 7 (S8, S9, P1, P2, P6, P16, KU1, KU2, KU5)
(20 POIN

JAWABAN

1. A. Intervensi: Terapi, konseling

Terapi adalah metode yang di gunakan psikolog untuk membantu dalam permasalahan
hidupnya,klien akan mengenali perasaan, emosi dan suasana hati, pikiran, serta perilaku
pada dirinya sendiri sehingga tau apa yang membuat dirinya tertekan, Terdapat banyak
tekhnik terapi tergantung dari kebutuhan klien

Psikologi konseling merupakan kegiatan antara dua pihak yaitu konselor yang merupakan
psikolog dan seorang klien dan berlangsung untuk menyelesaikan akar permasalahan.
Permasalahan yang biasa dialamai atau dikeluhkan dalam proses konseling ini adalah
masalah mengenai suatu hubungan antara dua individu atau lebih yang memberikan
dampak depresif atau tekanan pada individu.

B. Asesmen, Psikodiagnostika

psikodiagnostik dapat diartikan sebagai suatu metode diagnosa untuk mengenali


kepribadian seseorang secara mendalam.
Selain itu, berdasarkan hasil penelitian dari Hermann Rorschach (dalam lapangan klinis),
psikodiagnostik dapat diartikan sebagai suatu metode yang digunakan untuk menetapkan
kelainan-kelainan psikis, dengan tujuan untuk dapat memberikan pertolongan secara tepat

assesmen psikologi merupakan sebuah informasi dan juga analisis yang di dalamnya
berhubungan dengan klien maupun dengan individu yang dilakukan untuk bisa
mendapatkan sebuah pemahaman mengenai seorang klien. Dalam hal ini juga berkaitan
dengan tujuan asesment dalam psikologi klinis, dibuat sebuah pertimbangan untuk bisa
mendapatkan sebuah keputusan yang di dalamnya berhubungan dengan individu

c. Mengajar

Memberikan informasi dan pelatihan mengenai topic-topik yang termasuk ruang lingkup
pengetahuan keluarga yang melandasi profesinya, seperti psikologi klinis, psikologi
abnormal, landasan dan keterampilan wawancara, psikologi komunitas, dan modifikasi
perilaku.

d. Konsultasi
Memberikan bimbingan bagi perseorangan, kelompok, ataupun badan, sistem, dan
organisasi untuk mengembangkan kualitas diri, kelompok, sistem, dan organisasinya.

e. Administrasi
Dilaksanakan oleh psikologi klinis sesuai dengan jabatannya dalam posisi manajerial atau
sebagai eksekutif, seperti di universitas, rumah sakit, atau klinik pasien rawat jalan.

f. Penelitian
Dikerjakan oleh psikologi klinis dalam berbagai macam bentuk riset investigasi, mengkaji
keefektifan berbagai pendekatan terapi atau konsultasi, penyebab dan akibat dari suatu
disfungsi psikologis, dan akurasi prosedur asesmen yang berbeda.

Adapun untuk dapat melaksanakan tugas-tugas yang sesuai dangan ukuran kegiatan baku
seorang psikologi klinis, diperlukan kompetensi dasar yang dilandasi oleh penguasaan tiga
macam pengetahuan dan keterampilan dasar yang perlu dimilikinya, yaitu yang disebut
dengan pemahaman akademik, pengalaman riset yang terbimbing, dan pengalaman klinis
yang disupervisi. Ketiga hal itu pulalah yang secara konsisten dilaksanakan sebagai kurikulum
dasar pendidikan atau pelatihan psikologi klinis untuk melahirkan psikologi klinis

2. Menurut Maslow (dalam Friedman & Schustack, 2006) aktualisasi diri adalah proses bawaan
dimana orang cenderung untuk tumbuh secara spritual dan menyadari potensinya. Hanya
sedikit orang yang berhasil mengaktualisasikan diri sepenuhnya, namun banyak yang sedang
menuju arah tersebut. Menariknya, pemikiran mengenai aktualisasi diri pertama kali
diusulkan oleh Carl Jung. Rogers (dalam Syafitri, 2014) mengatakan bahwa aktualisasi diri
adalah kecenderungan untuk melihat ke depan menuju perkembangan kepribadian. Konsep
aktualisasi diri merujuk pada kecenderungan organisme untuk tumbuh dari makhluk yang
sederhana menjadi suatu yang kompleks, lalu berubah dari ketergantungan menuju
kemandirian dari sesuatu yang tetap dan kaku menuju proses perubahan dan kebebasan
berekspresi. Sedangkan Aktualisasi diri atau self-actulization dalam psikologi humanistik
yaitu kecenderungan untuk berjuang menjadi apapun yang mampu kita raih, motif yang
mendorong kita untuk mencapai potensi yang penuh dan mengekspresikan kemampuan kita
yang unik.

3. 1. Kongruen (congruence): Kongruen mengacu pada kesesuaian antara apa yang dirasakan,
dipercayai, dan diungkapkan oleh individu. Dalam konteks terapi, sikap kongruen
menggambarkan praktisi yang mampu secara akurat menyampaikan perasaan dan
pengalaman mereka kepada klien tanpa adanya ketidaksesuaian. Sikap kongruen
menekankan konsistensi antara apa yang dirasakan dan apa yang dikomunikasikan.

2. Genuine (keaslian): Genuine mengacu pada keaslian atau autentisitas seseorang. Dalam
konteks terapi, sikap genuine menggambarkan praktisi yang menunjukkan keaslian dan
kejujuran dalam interaksi dengan klien. Mengungkapkan diri dengan jujur berarti tidak
berpura-pura atau melakukan sandiwara. Praktisi yang genuine dapat menunjukkan sikap
yang akurat dan sesuai dengan diri mereka sendiri.

Perbedaan utama antara kedua sikap ini adalah bahwa kongruen berkaitan dengan
kesesuaian perasaan dan komunikasi, sedangkan genuine berkaitan dengan keaslian dan
autentisitas dalam interaksi. Sikap kongruen menekankan pada pemahaman dan
penerimaan perasaan diri sendiri oleh praktisi, sementara sikap genuine menekankan pada
kejujuran dan autentisitas dalam ungkapannya.

4. Kepribadian tipe A adalah tipe kepribadian yang sering dikaitkan dengan pola perilaku yang
cenderung berorientasi prestasi, kompetitif, dan serba cepat. Pendekatan biopsikososial
mendefinisikan bahwa penyakit jantung koroner merupakan hasil dari interaksi antara faktor
biologis (genetik, faktor hormon), faktor psikologis (stress, kepribadian), dan faktor sosial
(lingkungan, gaya hidup).

Secara biologis, individu dengan kepribadian tipe A cenderung memiliki tingkat kortisol yang
lebih tinggi dalam tubuh mereka. Kortisol adalah hormon stres yang dapat meningkatkan
tekanan darah dan inflamasi dalam jangka panjang. Peningkatan tekanan darah dan
inflamasi berkontribusi terhadap perkembangan penyakit jantung koroner.

Dari segi psikologis, individu dengan kepribadian tipe A memiliki ciri-ciri seperti tinggi ambisi,
keinginan kuat untuk mencapai kesuksesan, dan seringkali mengalami tingkat stres yang
tinggi. Tingkat stres yang tinggi dan terus-menerus dapat menyebabkan peningkatan
frekuensi denyut jantung, konstriksi pembuluh darah, dan koagulasi darah yang lebih besar.
Hal ini dapat meningkatkan risiko pengendapan plak dalam arteri dan pembentukan bekuan
darah, yang berkontribusi terhadap penyakit jantung coroner
5. Learned helplessness adalah konsep yang diajukan oleh Martin Seligman yang menjelaskan
bagaimana individu dapat mengalami kehilangan kontrol dan merasa tidak berdaya ketika
mereka menghadapi situasi yang tidak menyenangkan atau sulit. Hal ini terjadi ketika
individu secara berulang kali mengalami kegagalan dalam mengendalikan atau mengubah
situasi yang tidak diinginkan, sehingga individu menjadi percaya bahwa mereka tidak
memiliki kemampuan untuk mengubah atau mengontrol keadaan tersebut. Akibatnya,
individu dapat mengalami perasaan putus asa, kehilangan motivasi, dan merasa tidak
mampu menghadapi tantangan yang ada
6. Contoh: Ketika seseorang yang sudah gagal tidak mampu menjalani tujuannya di karenakan
individu tersbut sudah merasa demotivasi oleh kegagalan tersbut dan merasa sudah
hopeless atau idak ada harapan

learned optimism memiliki dampak positif terhadap kesehatan mental dan emosional
individu. Mereka cenderung lebih resilien dalam mengatasi tekanan dan stres, memiliki
tingkat kepuasan hidup yang lebih tinggi, dan lebih mampu memanfaatkan potensi diri untuk
menghadapi tantangan hidup learned optimism dipandang sebagai kunci untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan individu, serta membantu mereka mengatasi
depresi dan gangguan mental lainnya dengan membangun sikap mental yang positif dan
adaptif
contoh: seseorang anak yang direndahkan oleh orang di sekitarnya di saat mendaftar
menjadi tni/polri yang membuat amarah anak tersebut bangkit dan menjadi lebih semangat
dalam menjalani segalarintangan tes yang dihadapi, amarah yang di karenakan tekanan
tersebut berubah menjadi energi positif pada anak tersbut bukan sebagai hambatan

Anda mungkin juga menyukai