Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH KESEHATAN PSIKOLOGI

TERHADAP KESEHATAN FISIK

Disusun oleh: (XI IPA 5)


1. M. Diaz Nur Farizki
2. Usama

SMA NEGERI 1 PURWAKARTA


JL. SINGAWINATA NO.113, NAGRI KIDUL, KEC.
PURWAKARTA, KABUPATEN PURWAKARTA, JAWA
BARAT 41111, INDONESIA
TAHUN AJARAN 2017/2018
Bab 1
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Gangguan psikologi dapat berpengaruh terhadap kesehatan fisik. Jika


psikologi seseorang terganggu maka kesehatan fisiknya juga akan menurun.
Contohnya saat kita stres kita akan merasakan dampak yang signifikan terhadap
tubuh kita sehingga akan menimbulkan penyakit dan memperburuk kesehatan
seperti menurunnya daya tahan tubuh.

Dalam perkembangan teknologi banyak orang yang dituntut untuk


memenuhi kebutuhannya dalam era globalisasi yang serba berubah, sehingga
membawa perubahan terhadap pola hidup bermasyarakat. Perubahan tersebut
membawa konsekuensi di bidang kesehatan fisik dan jiwa.

Manusia harus menyesuaikan diri dengan kehidupan dunia yang serba


berubah-ubah. Manusia ada pada suatu ruang dan waktu, merupakan hasil
interaksi antara jasmani, rohani, dan lingkungan. Ketiga unsur tersebut saling
memengaruhi satu dengan yang lain. Dalam segala masalah, kita harus
mempertimbangkan ketiganya sebagai suatu keseluruhan sehingga manusia
disebut makhluk somato-psiko-sosial.

Sumber gangguan jasmani maupun psikologis adalah stres. Penyesuaian


yang berorientasi pada tugas disebut adaptasi, sedangkan yang berorientasi pada
pembelaan ego merupakan pertahanan diri.

Pemahaman tentang stres dan akibatnya penting bagi upaya pengobatan


maupun pencegahan gangguan kesehatan jiwa. Masalah stres sering dihubungkan
pada kehidupan modern dan nampaknya kehidupan tersebut merupakan sumber
gangguan stres. Perlu diketahui, respon orang-orang terhadap stres berbeda. Hal
ini bergantung pada kondisi tubuh individu yang turut menampilkan gangguan
jiwa. Selain itu, kehidupan sosial dan didikan orang tua juga turut berpengaruh
terhadap respon orang dalam melawan stres.

Tuntutan hidup yang berdampak pada stres berlebih dapat mengakibatkan


ganguan psikologi yang buruk seperti kegilaan, ganguan mental, dan yang paling
parah adalah bunuh diri.WHO mengatakan bahwa pada tahun 2010, angka bunuh
diri akibat depresi di Indonesia mencapai 1,6 sampai 1,8 per 100.000 jiwa.1Data
tersebut menandakan bahwa gangguan psikologi akibat stres butuh penanganan
dan konsentrasi besar karena meningkatnya jumlah bunuh diri di negara yang
berpenghasilan rendah.

Gejala-gejala yang harus diperhatikan untuk mendeteksi secara dini


percobaan bunuh diri seperti kesedihan, kecemasan yang berlebih, perubahan
perasaan, keresahan, cepat marah, dan sulit tidur harus diatasi dengan upaya
pencegahan.

Maka dari itu, semua orang perlu mengetahui betapa pentingnya kesehatan
psikologi terhadap kesehatan fisiknya karena kedua unsur tersebut merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Manusia yang sehat secara psikologi yang
bisa menangani stresnya dapat menjalani kehidupannya dengan normal. Mereka
juga dapat menyesuaikan diri dalam menghadapi masalah-masalah, lewat
kemampuannya melawan stres.

Selain itu, manusia yang sehat secara psikologi dapat memaksimalkan


potensi dalam dirinya untuk menjalani kehidupan dan berkembang sesuai dengan
zamannya. Sebaliknya manusia yang kesehatan psikologinya terganggu akan
mengalami kemampuan berpikir yang kurang dan kontrol emosi yang buruk.Oleh
karena itu, makalah ini dibuat bertujuan untuk pembaca agar mengetahui betapa
pentingnya kesehatan psikologi dan mengetahui gangguan kesehatan psikologi
yaitu stres pasca trauma.

1
Herman, “WHO: Angka Bunuh Diri di Indonesia Capai 10.000 Per Tahun” diakses dari
https://www.beritasatu.com/kesehatan/209155-who-angka-bunuh-diri-di-indonesia-capai-
10000-per-tahun.html, pada tanggal 1 Maret 2019 pukul 8.24
1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan diatas, maka


masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut;

1. Pengaruh psikologi terhadap kesehatan fisik.


2. Gejala gejala yang mempengaruhi psikologis
3. Adaptasi fisik terhadap masalah stres atau tekanan berlebih

1.3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pada identifikasi masalah di atas, makalah ini dibatasi pada


Pengaruh psikologi terhadap kesehatan fisik.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas, maka perumusan masalah


pada makalah ini yaitu, Bagaimana pengaruh psikologi terhadap kesehatan fisik?

1.5. Tujuan

Adapun tujuan pembuatan makalah “Pengaruh kesehatan psikologi terhadap


kesehatan fisik”sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh kesehatan psikolog terhadap fisik.


2. Untuk mengetahui gejala gejala mengenai stres dan emosi berlebih.
3. Untuk mengetahui efek yang terjadi ketika menghadapi stres.
4. Untuk mengetahui cara menghadapi stres berlebih.

1.6. Manfaat

Adapun manfaat yang kami harapkan dari penyusunan mmakalah ini adalah
sebagai berikut;

1. Memberi pengetahuan mengenai kesehatan psikologi.


2. Mengetahui gejala mengenai stres dan efek bagi fisik.
3. Mengetahui reaksi tubuh menghadapi stres.
4. Mengetahui cara meghadapi stres berlebih.
Bab II

Kajian Teori

2.1. Pengertian Psikologi Secara Istilah dan Bahasa

Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno (Psyche
yang berarti jiwa) dan (logia yang artinya ilmu, sehingga secara etimologis,
psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Psikologi
(Ilmu Jiwa) adalah ilmu yang berbicara tentang jiwa sebagaimana lazimnya
definisi ilmu pengetahuan.2 Psikologi berbicara tentang tingkah laku manusia
yang diasumsikan sebagai gejala dari jiwanya.3 Selain itu psikologi berisi semua
penjelasan mengenai tingkah laku dan kepribadian manusia yang didasarkan pada
pemikiran dan penelitian ilmiah mengenai pikiran dan perilaku manusia. 4Oleh
karena itu ilmu psikologi berkaitan dengan kepribadian setiap orang yang
didapatkan dari kehidupan sehari-harinya sesuai dengan lingkungannya melalui
hasil observasi.

Psikologi didasarkan pada asumsi yang sama dengan ilmu lain bahwa ada
hukum yang mendasari tingkah laku dan pikiran manusia yang dapat dilihat dan
dirasakan keberadaannya.

2.2. Definisi Para Ahli Tentang Psikologi

Banyak para ahli yang merumuskan pengertian psikologi, berikut contohnya:

1. Dr. Singgih Dirgagunarsa

Mengemukakan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku

2. Plato dan Aristoteles

Mengemukakan bahwa, psikologi ialah pengetahuan yang mempelajari


tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir.

2
Prof. Ahmad Mubarok, Psikologi Keluarga dari Keluarga Sakinah hingga Keluarga Bangsa,
(Jakarta: Mubarok Institute, 2011), hal. 2-3
3
Ibid.
4
Ibid.
3. John Broadus Wasto

Menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari


tingkah laku tampak (lahiriah) dengan menggunakan metode observasi yang
objektif terhadap rangsangan dan jawaban (respon).

4. Wilhelm Wundt

Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman-


pengalaman yang timbul dalam diri manusia, seperti penggunaan pancaindra,
pikiran, perasaan, dan kehendak.

5. Woodworth dan Marquis

Psikologi ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas individu sejak


masih dalam kandungan sampai meninggal dunia dalam hubungannya dengan
alam sekitar.

6. Knight dan Knight

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari secara sistematis tentang pengalaman


dan tingkah laku manusia dan hewan, normal dan abnormal, individu dan sosial

7. Hilgert

Mengemukakan bahwa, Psikologi mempelajari tingkah laku manusia dan


hewan lainnya.

8. Ruch

Psikologi mempelajari tentang manusia. Definisi ini terlalu meluas, yang


paling tepat psikologi merupakan bagian dari ilmu-ilmu biologi dan ilmu sosial,
yang saling melengkapi, dan saling berhubungan.

9. Edwin G.Boring dan Herbert S.Langfeld

Mengemukakan bahwa Psikologi merupakan studiyang mempelajari tentang


hakikat manusia.
10. Garden Murphy

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang diberikan oleh makhluk
hidup terhadap lingkungannya.

Pengertian psikologi di atas menunjukkan beragamnya pendapat para ahli


psikologi. Namun dari semua itu dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu
dimana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya.

2.3. Unsur-Unsur Psikologi

1. Tingkah laku atau perbuatan

Tingkah laku lebih mudah dipelajari daripada jiwa dan melalui tingkah laku,
kita dapat mengenal seseorang. Tingkah laku disini adalah perbuatan-perbuatan
yang terbuka maupun tertutup. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang
dapat diketahui secara langsung dari orang yang bersangkutan, misalnya berbicara
bercakap-cakap, dan sebagainya. Tingkah laku tertutup adalah tingkah laku yang
hanya dapat diketahui secara tidak langsung melalui alat-alat atau metode khusus,
misalnya berpikir, sedih, berkhayal, bermimpi, takut, dan sebagainya.

2. Manusia

Manusia adalah makhluk yang sangat kompleks dibandingkan dengan makhluk


hidup lainnya. Manusia paling berkepentingan dengan ilmu psikologi. Manusia
membutuhkan ilmu ini dalam berbagai segi kehidupannya, misalnya di sekolah,
kantor, rumah tangga, dan sebagainya.

3. Lingkungan

Lingkungan yaitu tempat manusia hidup, menyesuaikan dirinya(beradaptasi),


dan mengembangkan dirinya. Berbeda dengan makhluk lainnya didunia ini,
manusia tidak diciptakan berbulu tebal untuk melawan udara dingin, tidak
bertaring untuk membunuh mangsanya, dan tidak berlari cepat untuk menghindar
dari musuhnya, tetapi manusia mempunyai alat yang tangguh yang menyebabkan
ia dapat bertahan hidup di dunia ini. Alat itu adalah akal budi. Dengan akal budi
manusia dapat menyusun simbol-simbol yang berupa bahasa, kesenian, ilmu
pengetahuan, agama, dan sebagainya. Dengan simbol itulah manusia dapat
menguasai dunianya.

2.4. Kesehatan Psikologis

Kesehatan psikologi adalah suatu keadaan sejahtera dari psikologi seseorang di


mana kesehatan mentalnya dapat terjaga dengan baik, sehingga dapat hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Keadaan psikologis yang baik adalah
kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan tenteram dan tenang.

2.5. Pengertian Stres


Stres adalah kemampuan diri dan penyesuaian diri yang memerlukan
tanggapan atau respon. Stres itu istilah polular dari adanya ketegangan dalam
perilaku dan bentuk perasaan yang bergejolak menekan-nekan merupakan
ketegangan.5 Lingkungan fisik sangat mempengaruhi tingkat stres manusia.
Beberapa penyebab stres bisa dari lingkungan fisik seperti misalnya gempa bumi
atau banjir yang bersifat mendadak dan kuat serta mampu mengubah lingkungan
manusia secara dramatis.6 Selain itu, kejadian harian seperti kebisingan, panas,
polusi udara, guncangan, juga dapat membuat stres. Stres juga merupakan reaksi
tubuh terhadap situasi yang tampak berbahaya atau sulit. Stres membuat tubuh
untuk memproduksi hormon adrenalin yang berfungsi untuk mempertahankan
diri.

2.6. Aspek Aspek Stres


Pada saat seseorang mengalami stres ada dua aspek utama yang terlihat, yaitu :

1. Aspek fisik

Berdampak pada menurunnya kondisi seseorang pada saat stres sehingga orang
tersebut mengalami sakit pada organ tubuhnya, seperti sakit kepala, gangguan
pencernaan.

5
Tri Rusmi Widayatun, Ilmu Prilaku, (Jakarta: Sagung Seto, 1999), hal. 105
6
David O’Sears, Jonathan L. Freedman, dan L. Anne Peplau, Psikologi sosial, Terjemahan Michael
Adryanto (Jakarta: Erlangga, 1994), hal. 238
2. Aspek psikologis

Terdiri dari gejala kognisi, gejala emosi, dan gejala tingkah laku. Masing-
masing gejala tersebut mempengaruhi kondisi psikologis seseorang dan membuat
kondisi psikologisnya menjadi negatif, seperti menurunnya daya ingat, merasa
sedih dan menunda pekerjaan. Hal ini dipengaruhi oleh berat atau ringannya stres.
Berat atau ringannya stres yang dialami seseorang dapat dilihat dari dalam dan
luar diri merekayang menjalani kegiatan akademik di kampus.

Berdasarkan teori yang diuraikan diatas maka dapat disimpulkan aspek-aspek


stres terdiri dari aspek fisik dan aspek psikologis, aspek-aspek tersebut dijadikan
sebagai indikator alat ukur skala stres akademik.

2.7. Macam-macam Stres

Stres dipicu oleh banyak hal yang dapat membuat emosi semakin terguncang.
Berikut jenis-jenisnya:

1. Stres baik

Stres tidak sepenuhnya dipicu oleh pengalaman negatif bahkan pengalaman


positif dapat membawa stres seperti upacara kelulusan atau pernikahan. Namun
tipe stres ini dalam dosis kecil sebenarnya baik untuk sistem imun manusia. Selain
itu, tipe stres ini juga dapat membuat banyak orang lebih mudah untuk
menciptakan tujuan dan menikmati proses mencapainya dengan penuh energi.

2. Distres Internal

Distres merupakan tipe stres negatif hasil dari pengalaman buruk, ancaman,
atau perubahan situasi yang tidak terduga dan tidak nyaman. Ini adalah tipe stres
yang buruk. Pada dasarnya, tubuh kita menginginkan rasa aman sehingga apabila
terusik, tubuh mengalami distres.

3. Distres akut

Distres akut terjadi ketika seseorang mengalami distres yang dipicu oleh
peristiwa buruk yang berlalu dengan cepat. Sementara stres kronik terjadi ketika
seseorang harus menahan stres dalam waktu yang lama. Kedua tipe stres tadi akan
memicu timbulnya hiperstres.

4. Hipostres

Hari-hari tanpa tantangan dan tekanan juga dapat memicu stres lainnya, yaitu
hipostres. Hipostres merupakan ketidakadaan stress, tetapi bisa juga dapat
diartikan kebosanan yang ekstrem. Seseorang yang mengalami hipostres mungkin
merasa tidak tertantang, tidak memiliki motivasi untuk melakukan apapun dan
dapat memicu depresi dan kesia-siaan.

5. Eustres

Eustres merupakan stres yang sangat berguna lantaran dapat membuat tubuh
menjadi lebih waspada. Eustres membuat tubuh dan pikiran menjadi siap
menghadapi banyak tantangan. Bahkan bisa disadari. Tipe stres ini dapat
membantu memberi kekuatan dan menentukan keputusan, contohnya menemukan
solusi untuk masalah.

2.8. Emosi
Emosi adalah pembahasan psikologi yang ditandai dengan bergejolaknya
perasaan sehingga terjadi sensasi jasmaninya yang mengandung subjektivitas
pengetahuan dengan terekspresi dari apa yang diketahui individu di luar batas
perilaku.7 Keadaan kompleks dari individu yang menyangkut kesadaran dalam
sensasi dan ekspresi luar yang berupa polemik yang mendorong kita untuk
menyatakan perilaku.8

Emosi merupakan suatu keadaan perasaan yang telah melampaui batas,


sehingga untuk melakukan interaksi dengan sekitarnya mungkin terganggu.
Perasaan seperti marah, takut, sedih, senang, bosan, dan lain lain, sebagai akibat
dari peristiwa yang terjadi di sekitar kita.9 Oleh karena itu emosi merujuk pada
suatu perasaan dan pikiran pikirannya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan
7
Tri Rusmi Widayatun, Loc. Cit.
8
Ibid.
9
Jean B. Rosenbaum, M.D., Pintu Bahagia, Terjemahan Victor H. Damanik (Bandung: Nuansa,
2010), hal. 52
serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi sebagai gejala kejiwaan
berhubungan dengan gejala kejasmanian. Apabila individu mengalami emosi,
individu tersebut akan merasakan perubahan-perubahan dalam kejasmanian
seperti muka pucat dan jantung berdebar-debar.

2.9. Kesehatan Fisik

Fisik atau jasmani adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan tubuh.
Kesehatan fisik atau kesehatan jasmani berarti kesehatan yang berhubungan
dengan kondisi tubuh manusia yang kasat mata yang memiliki lima alat
perlengkapan yang disebut pancaindra. Kesehatan fisik dapat diperoleh melalui
aktivitas fisik secara teratur (olahraga), gizi yang baik, dan istirahat yang cukup.
Kesehatan fisik dan jasmani merupakan definisi sehat yang paling sering
diketahui orang dan jadikan pengertian dari sehat itu sendiri, yaitu bebas dari
penyakit yang menyerang tubuh. kesehatan fisik berhubungan dengan segala
sesuatu tentang tubuh kita sebagai entitas fisik. Kesehatan fisik telah menjadi
dasar untuk kampanye hidup sehat dan asupan nutrisi yang tepat yang telah
melanda dunia. Berbagai produk suplemen dan nutrisi buatan telah di hasilkan
untuk mendukung kesehatan jasmani. Dengan berbagai iming-iming yang
menawarkan segala macam keuntungan dan fungsi yang diperoleh para pengguna.
Banyak orang yang tergoda untuk menciptakan dan memperoleh kesehatan fisik
sehinggalupa mempertimbangkan apa yang relevan atau yang tidak.10

2.10. Hubungan Kesehatan Psikologis dan Kesehatan Fisik

Hubungan antara kesehatan psikologis dan kesehatan fisik disebut dengan


istilah psikosomatik. Kata psikosomatik berarti keterlibatan pikiran, psikis dan
tubuh, soma.11 Gejala psikosomatik merupakan ekspresi fisik seputar tanda
peringatan atau bahaya-bahaya dari masalah-masalah emosional.12 Dalam gejala-

10
Kamus Q,” Kesehatan Fisik atau Jasmani adalah” di akses dari
https://www.kamusq.com/2016/11/kesehatan-fisik-atau-jasmani-adalah.html pada tanggal 24
Maret 2019 pukul 12.49
11
Jean B. Rosenbaum, M.D., Loc. Cit.
12
Ibid.
gejala psikosomatik, individu memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran
yang sama untuk diekspresikan secara fisik.

Seseorang yang pusing karena tekanan kerja dan seseorang yang sakit perut
karena gugup adalah contoh dari gejala psikosomatik. Hal ini menunjukkan bahwa
hubungan antara psikologis dan fisik erat sekali. Individu yang tidak bisa
mengekspresikan emosi atau tekanannya, akan mengalihkan semua emosinya ke
kondisi fisiknya sehingga kondisi tubuhnya akan mengalami penurunan.

Penelitian Edward E. Smith, dkk, pada tahun 2011 menunjukkan hubungan


antara keduanya. Mereka melakukan pengamatan pada 40 orang responden yang
mengalami patah hati selama 6 bulan terakhir. Pada percobaan pertama,
responden diminta memandang foto mantan orang terdekat untuk mengukur rasa
sakit psikis. Perlakuan tersebut bertujuan memunculkan efek penolakan di benak
responden.13

Pengukuran oleh MRI menyatakan rasa sakit psikis akibat penolakan mantan
setara dengan rasa sakit akibat kulit terbakar artinya, otak merespon rasa sakit
psikis serupa dengan respon rasa sakit fisik di tubuh.14

Penyakit psikologis yang kerap diterima individu kerap diekspresikan melalui


gejala fisik seperti alergi, sakit kepala, pusing, salah makan, sakit perut, dan
gangguan jantung.

Alan Fogel, Ph. D., seorang profesor psikologi di Universitas Utah mengatakan
depresi, kegelisahan, dan ragam penyakit psikologis lainnya berhubungan dengan
saraf tertentu. Mekanisme ini yang sering diabaikan para psikolog : bahwa otak
terhubung dengan saraf ke bagian tubuh lainnya– di mana ekspresi yang ingin
dimunculkan gagal terwujud.15

Ketika individu sedang menahan ekspresi seperti marah maka individu akan
merasakan ketegangan di antara otot leher dan rahang. Penyakit psikologis juga

13
Aditya Widya Putri, “Psikosomatik, Sakit Pikiran Yang Bikin Sakit Fisik” diakses dari
https://tirto.id/psikosomatik-sakit-pikiran-yang-bikin-sakit-fisik-cC4r pada tanggal 26 Maret 2019
pukul 15.30
14
Ibid.
15
Ibid.
membuat kehidupan individu menjadi tidak tenang dan tentram karena
menemukan penyebab penyakit psikologis terbilang susah jika individu sulit
terbuka untuk orang lain. Oleh karena itu, orang yang memiliki hubungan buruk
dengan orang lain cenderung punya banyak masalah kesehatan.

2.11. Tujuh Gejala Umum Psikosomatik

1. Sakit Kepala

Sakit kepala kerap dikaitkan dengan demam yang biasa terjadi ketika
menyerang tubuh manusia. Seperti yang bisa dilihat di iklan-iklan, ada banyak
obat populer untuk sakit kepala yang sifatnya temporer. Individu yang mengalami
sakit kepala karena gejala psikosomatik tidak akan sembuh sepenuhnya dari
kepusingan sampai individu tersebut menemukan dan menghilangkan
penyebabnya.

Biarpun ada penyebab-penyebab sakit kepala yang biasa dialami oleh orang-
orang, namun sebagian besar sakit kepala disebabkan oleh ketegangan. Jadi, sakit
kepala merupakan salah satu reaksi tubuh untuk bereaksi terhadap stres.

Biasanya, sakit kepala yang berlangsung lama mesti diperiksa oleh dokter
terdekat. Jika tidak ada dasar fisik sama sekali yang ditemukan untuk penyakit
sakit kepala ini, seorang individu mungkin mengekspresikan kemarahan, frustrasi,
rasa bersalah, ketakutan, serta rasa kecewa ke kondisi fisiknya sehinga mengalami
sakit kepala. Dalam beberapa kasus yang berat, sakit kepala akan mengganggu
pekerjaan individu dan tidak bisa menikmati waktu senggangtentunya.

2. Merasa pusing

Orang yang mengalami kepusingan tanpa tahu penyebabnya, sebetulnya takut


kehilangan kendali diri.

Anak-anak yang punya sifat pemarah kerap tumbuh menjadi orang-orang


dewasa yang rentan terhadap serangan pusing. Ketika berada dalam keadaan
marah atau mengalami kecemasan maka individu-individu ini biasanya rentan
merasa pusing jika mereka tidak mengekspresikan emosinya ke sekitarnya.
Memori-memori yang selalu ditekan oleh individu akan membuat individu
tersebut merasakan pusing yang berat. Kepusingan bisa menjadi begitu berat
rasanya sehingga membuat individu tersebut pingsan.

3. Kesulitan bernapas

Ada kesamaan antara megap-megap dan sesak pada bayi atau anak kecil yang
sedang menangis, dan kesulitan bernapas pada anak-anak yang lebih tua atau
orang dewasa. Untuk sejumlah orang, ternyata masalah-masalah pernapasan itu
merupakan cara untuk menyembunyikan tangisan.

Asma yang berasal dari aspek psikosomatik menimbulkan penyakit kesulitan


bernapas. Kepribadian orang yang menderita asma kerap merupakan orang yang
bergantung pada seseorang. Seorang individu mungkin menderita ketakutan akan
terpisah dari ibunya dan tidak bisa menerima kasih sayang darinya. Serangan
asma semacam ini mengekspresikan sebuah tangisan yang ditekan untuk ibunya.

Hiperventilasi atau bernapas secara cepat dan berlebihan merupakan sebuah


gejala umum dari kecemasan.

4. Gangguan jantung yang bersifat psikosomatik

Gangguan jantung yang terjadi merupakan ekspresi lain yang biasa muncul dari
ketegangan, kecemasan, atau kemarahan. Seorang individu yang ada di sekeliling
dan menderita serangan jantung entah itu benar-benar sifatnya karena fisik atau
psikosomatik maka secara tidak disadari memilih serangan jantung sebagai
penyakit khusus untuk dirinya sendiri.

5. Salah makan dan kejang perut

Salah makan, kejang perut dan sembelit biasanya terjadi karena individu
menunjukkan rasa bersalah, kemarahan, frustrasi dan kekhawatiran yang
disembunyikan. Perasaan-perasaan yang sesungguhnya memang ditekan, namun
mereka keluar dalam gejala-gejala fisik. Gangguan emosional pada anak kecil bisa
menyebabkan muntah.
6. Diare

Diare kerap merupakan sebuah tanda dari kecemasan yang meningkat. Dan itu
mungkin berasal dari kemarahan yang ditekan.

7. Kehilangan fungsi seksual secara mendadak

Baik laki-laki atau perempuan, bisa menderita hilangnya fungsi seksual secara
mendadak. Biasanya, hal ini bersifat psikosomatik dan ini bisa bersumber dari
rasa bersalah, kemarahan, atau ketakutan yang kuat.

Kondisi seperti ini pada wanita disebut vaginismus-scbulb kontraksi otot-otot


vagina. Hal ini bisa menimbulkan rasa sakit. Jadi, melakukan hubungan intim
(sexual intercourse) itu hampir tidak mungkin. Alasan-alasan emosional yang
dialami perempuan mungkin menyebabkan anesthesia atau hilangnya rasa pada
vagina atau klitoris.

Yang penting lagi, secara menyeluruh atau sebagian, masalah emosional yang
dialami seorang pria bisa menyebabkan hilangnya fungsi seksual. Sementara
akibat yang lainnya adalah ejakulasi dini.
BAB 3

Penutup

3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Daftar Pustaka

Rusmi Widayatun, Tri. 1999. Ilmu Prilaku. Jakarta: Sagung Seto

Herman

Anda mungkin juga menyukai