Anda di halaman 1dari 79

MARAMIS 1

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan


Mental
Dosen Pengampu: Sri Adi Nurhayati, S.Psi, S.Pd, MM

Disusun oleh:
1. Ainun Nuril Haq
(1114500063)/3D
2. Akhmad Arinal Haq
(1114500065)/3C
3. Devi Novianti
(1114500039)/3C
4. Pradita Anggi Ayuningtiyas
(1114500095)/3C
5. Sri Lutfiyati
6. Fatkhurrohman
(1114500076)/3D

Kelompok 1

(1114500101)/3D

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa. Sholawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada Rosulullah SAW. Atas limpahan rahmat serta
hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah tentang MARAMIS 1 sesuai waktu
yang ditentukan.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu penyusunan makalah ini diantaranya:
1. Ibu Sri Adi N., MM selaku dosen pembimbing yang memberikan arahan bagi kami
dalam penyusunan makalah ini.
2. Semua teman-teman yang terlibat dan ikut serta dalam penyusunan
makalah ini.
Tujuan dari penyusunan makalah ini guna memenuhi tugas dari salah satu mata
kuliah program studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Pancasakti Tegal yaitu BK Kelompok.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadaribahwa masih terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, kami dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah yang kami susun ini dimasa yang
akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
pembaca.

Tegal, 16 November 2015

Penu

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI

iii

BAB I PENDAHULUAN
I.

Latar Belakang

II.

Rumusan Masalah

III.

Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN
I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
VII.
VIII.
IX.

Berbagai Teori Kepribadian


3
Stresor, Sters Dan Penyesuaian Diri 9
Gejala Gangguan Jiwa 25
Penyebab Umum Gangguan Jiwa
36
Klasifikasi Gangguan Jiwa
46
Pemeriksaan Psikiatrik 52
Gangguan Mental Organik
67
Skizofrenia
Ganggua Mood 92

BAB III PENUTUP


I. Simpulan
II. Saran 35

35

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Setiap individu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dituntut untuk bekerja
dan berusaha agar keinginan dari dirinya dapat terpenuhi. Untuk memenuhi
kebutuhannya tersebut manusia memerlukan jasmani yang sehat. Karena apabila
jasmani atau tubuh terganggu maka semua aktivitas individu tersebut terganggu.
Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah suatu keadaan berupa
kesejahteraan fisik, mental dan sosial secara penuh bukan semata-mata hanya terbebas
dari penyakit dan keadaan lemah tertentu. Apabila mental dan jasmani individu tersebut
sehat tentunya akan sedikit kemungkinan terjadinya gangguan untuk melakukan
aktivitas sehari-hari. Jika mental individu tersebut sehat maka individu tersebut dapa
terhindar dari gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa, sehingga ia dapat
menyesuaikan diri dan dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang dimiliki.
Dengan keadaan mental yang sehat maka individu tersebut dapat bekembang secara
optimal.
Sebagai calon konselor yang profesianal, kami perlu mempelajari
tentang kesehatan mental yang bersumber dari buku Ilmu kedokteran Jiwa karya Willy
F. Maramis, agar nanti saat menghadapi individu yang memiliki gejala-gejala gangguan
mental dapat segera diatasi sehingga individu tersebut tidak kearah patologi (sakit
mental). Maka dari itu kami menyusun makalah ini untuk membahas tentang maramis 1
sebagai penyelesaian tugas kelompok dari Ibu Sri Adi N., MM selaku
dosen mata kuliah Kesehatan Mental.
II. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan dalam berbagai teori kepribadian?
2. Apakah stresor, stres dan penyesuaian diri?
3. Bagaimana Gejala gangguan jiwa?
4. Apakah penyebab umum gangguan jiwa?
5. Bagaimana klasifikasi gangguan jiwa?
6. Bagaimana pemeriksaan psikiatrik?
4

7. Apakah gangguan mental organik?


8. Apakah skizofrenia?
9. Apakah gangguan mood?
III. Tujuan
1. Mengetahui berbagai teori kepribadian
2. Mengetahui stresor, stres dan penyesuaian diri
3. Memahami gejala gangguan jiwa
4. Memahami penyebab umum gangguan jiwa
5. Mengetahui klasifikasi gangguan jiwa
6. Mengetahui pemeriksaan psikiatrik
7. Apakah gangguan mental organik
8. Mengetahui skizofrenia
9. Mengetahui gangguan mood?

BAB II
PEMBAHASAN

I. BERBAGAI TEORI KEPRIBADIAN


A. Psikoanalisis Freud
Josef Breuer (1842-1925),seorang dokter terkemuka di Kota Wina. Ia telah
mengobati pasien dengan menggunakan hipnotis.
Sigmund Freud (1856-1939) mendengar kasus ini secara terperinci dari
Breuer,teman akrabnya. Hal ini merupakan salah satu faktor yang mendorong Freud
mengembangkan teori dan praktik psikoanalisisnya.
Freud juga mengembangkan teori naluri (instinct). Labido sebagai naluri adalah
suatu daya yang melambangkan naluri sexsual. Labido ini berkembang sejak masa
bayi sampai masa dewasa. Meurut Freud berjalan melalui beberapa fase:
1. Fase oral adalah fase pertama yang menunjukan bahwa bayi itu mendapat
kepuasan melalui mulutnya. Fase ini masi tergantung pada ibunya.
2. Fase anal-sadistik menunjukan pada kesenengan dalam mengeluarkan tinja dan
kecing. Pada fase ini bahwa seseorang harus melepaskan salah satu aspek
kebebasannya.
3. Fase falik dilalui dengan pengolakan pencarian objek cinta
B. Psikologi Individual Alfred Adler
Dua konsep Alfred Adler (1870-1937) mendasari ajarannya,yaitu: hubungan
antara individu dan lingkungan sosialnya serta sangkut paut antara badan dan jiwa.
Pada awalnya Adler bekerja sama dengan Freud tetapi semenjak Freud meninggal
Ia mengembangkan teoriya sendiri.
C. Teori Karen Horney
Karen Horney (1885-1952) diantara tahun 1937-1952 merasa perlu
mengemukakan beberapa konsep baru karena:
1. Perbedaan gejala-gejala neurosis dalam abad ke-19 dan ke-20 serta atara Eropa
dan Amerika
2. Fakta bahwa fariasi gejala diantara para penderita tidak dapat diterangkan secara
memuaskan berdasarkan biologi semata-mata
3. Ketidak puasan dengan hasil pengobatan pada waktu itu.
Horney mengemukakan konsep rangkap tiga tentang diri seseorang. Diri
sebenarnya (actual self) adalah individu sebagai jumlah keseluruhan
pengalamanya. Diri nyata (real self) adalah daya atau prinsip internal
utama,yang terdapat apada semua oang tetapi khas untuk semua invidu. Horney
menolak adanya insting mati da menganggap kecenderungan individu untuk
merusak sebagai neurotik. Diri yang diidamkan (idealized self) adalah
meniestasi neurotik.
Neurosis menurut Horney adalah gagguan kepribadan secara keseluruhan yang:
1. Bersumber pada hubungan orang tua-anak yang keliru dan berlanjut seterusnya.

2. Dicirkan dengan hubunga antara invidu dan orang lain yang keliru serta berasal
dari konflik emosional dan kecemasan.
3. Menghasilkan ketidakcocokan antara potensi dan profesi, menimbulkan
kebingungan dan penderitaan serta gangguannya serta fungsi dalam kebanyakan
bidang hidup.
Teori ini menentang teori Freud tentang perkembangan psikosexual, konsep
tentang fase-fase biologis tertentu yang berubungan dengan daerah-daerah badan
tertentu, regresi dan sifat sexual mengenai hubungan anak-orang tua. Menurut
Horney perhatian yang terikat pada fungsi alat kelamin (atau alat lain) terjadi
karena sikap orang tua seperti keprihatinan yang berlebihan atau kekakuan seorang
ibu tentang fungsi alat itu.

D. Harry Stack Sullivan


Ilmu kedokteran jiwa oleh Harry Stack sullivan (1892-1949) didefinisikan
sebagai studi hubungan antar manusia.
Sullivan merumuskan empat buah dalil sebagai dasar semua teorinya, yaitu:
1. Dalil biologis yang mengemukakan bahwa manusia sebagai binatang berbeda
dengan binatang lain dalam soal kesaling ketergantungan sosial.
2. Fungsi manusiawi yang esensial (mans essentially human mode of functioning).
Dalam segala macam kegiatan manusia tetap lebih dekat pada berfungsi secara
manusiawi daripada binaatang.
3. Pentingnya kecemasan hal ini menunjuk kepada peran utama kecemasan dalam
perkembangan manusia.
4. Dalil kelembutan hati dalam segala bentuk manifestasinya merupakan
perkembangan interpersonal dan bukan naluri.
Menurut Sullivan, semua manusia mempunyai tujuan utama yang dinamakan
keadaan akhir (end states). Yang pertama adalah kebutuhan biologis seperti:
makanan,minuman,hawa,sex,dan sebagainya, yang menuntut pemuasan. Yang
kedua kebutuhan akan keamanan seperti kebutuhan akan kedudukan dan hubungan
dengan orang lain. Semua kebutuhan ini menjadi nyata sebagai perasaan tenang.
E. Erich Fromm
Teori Erich Fromm (1900-1980) berorientasi ilmu sosial dan mencerminkan
peran masyarakat dalam gangguan jiwa,tidak seperti psikoanalisis klasik yang
hanya memperhatikan individu saja.
Fromm mengaku bahwa prilaku seorang manusia dimotivasi oleh kebutuhan
biologinya. Akan tetapi berpendapat bahwa prilaku tersebut ditentukan oleh
7

kebudayaan. Masyarakat menimbulkan kebetuhan dan sekaligus juga masalah baru


yang sama pentingnya dengan haus,lapar dan sex. Masyarakat dan kesesuian
(konformatis) sosial menghilangkan kebebasan dan spontanitas dasar.
Manusia diliputi oleh rasa kesunyian dan kesepian. Ia didorong untuk mencari
hubungan yang berarti dengan diri sendiri dan dengan orang lain, agar dapat
memberi arti pada hidupnya melalui realisasi daya pikiran, daya kasih sayang dan
pemenuhan kemampuannya untuk kegiatan produktif.
F. Adolf Meyer
Tahun 1909 Adolf Meyer (1866-1950) melontarkan istilah interprestasi
psikobiologis, yang berarti bahwa reaksi potologis kepribadian dapat diterangkan
sebagai regresi ke reaksi filogenetik yang sebelum itu melindunginya, tetapi tidak
sesuai dengan keadaan yang sedang berlaku.
Biografi sangat penting untuk dipelajari agar dapat memahami individu secara
keseluruhan dalam pemeriksaan psikiatrik yang meliputi:
1. Menentukan motif atau idikasi konsultasi dengan memusatkan perhatian kepada
riwayat hidup pasien (diperoleh melalui mempelajari biografinya) yang ada
hubungan dengan gangguan.
2. Membuat daftar tentang semua reaksi,faktor dan ciri kepribadian yang jelas ada
kaitan dengana gangguannya.
3. Mempelajari dengan seksama keaadaan fisik,neurlogis,genetik dan sosial serta
korelasi anatara variabel-variabel ini dengan faktor kepribadiannya.
4. Diagnosis banding.
5. Merumuskan suatu rancangan pengobatan yang disesuaikan dengan tia kasus.
G. Carl Gustav Jung
Carl Gustav Jung (1875-1961) melontarkan istilah alam tak sadar kolektif
yang banyak menimbulkan salah paham. Karena itu digantiya dengan nama psike
objektif yang berarti keseluruhan predisposisi dan gambaran dasar jiwa yang
sebenarnya, seluruh dasar berfungsinya jiwa secara autonom.
Hal-hal yang direpresi menurut freud dinamakan alam tak sadar pribadi. Hal ini
dapat timbul kembali secara khas pribadi dalam impian dan fantasi.
1. Interversi adalah pendekatan terhadap keadaan hidup yang dipengaruhi oleh
aksi dan reaksi dunia pribadinya,pemikiran,intuisi,emosi dan perasaan lain
2. Extroversi adalah sikap yang dipengaruhi oleh dunia luar, orang lain atau
materi.
Adaptasi secara intervasi sama nilaiya dengan extroversi. Intervasi yang
berlebihan dapat mengaibatkan penyesuaian diri ke luar yag inadekuat. Sebaliknya
extroversi extrem dengan perkembangan yang dibantu oleh berbagai nilai
kebudayaan

dan

pendidikan

yang

ada,

dapat

menjurus

ke

depersonalisasi,kehilangan rasa identitas dan tenggelamnya individu kedalam


psikologi kelompok konformitas.
H. Psikoanalisis Existensial
Psikiatri existensial beranggapan bahwa pasien berada di dunianya sendiri
yang tidak dapat didiami sepenuhnya bersama orang lain yang berorientasi pada
patokan dan nilai pikiran sehat. Martin heidegger (1889-1938) dianggap sebagai
bapak pemikirnan existensial sekarang ini.
Menurut pandangan existensial, regresi ke cara yang infatil bukan saja merupakan
gejala gangguan tetapi merupakan gejala gangguan, tetapi sekaligus juga
merupakam usaha mencari suatu permulaan baru.
I. Experimen Kuantitatif
Kuantitatif experimen dalam psikologi berkembang dan memusatkan
perhatiannya pada konsep hukum dan daya ramal tentang kepribadian. Dalam
experimen kuantitatif dikenal sifat permukaan dan sifat sumber. Sifat permukaan
adalah seperti pada suatu sindrom, didapatkan selalu bersama dengan sifat lain
yaitu timbul bersama dan hilangnya bersama. Sifat sumber adalah salah satu
pengaruh yang mendasari dan yang dapat ditemuka dengan analisis faktor.
J. Teori Psikologis Lain Tentang Kepribadian
1. Gardon W. Allport (1897-1967) dibandingkan dengan teoritas lain dalam
menyusun teori kepribadian lebih banyak memperhitungkan kompexitas dan
keunikan prilaku individu.
2. Kurt Lewin (1890-1947) menganggap orang dan lingkungan sosialnya sebagai
unsur dasar kepribadia.
3. Abraham H. Maslow (1908-1970) mendasarkan teori kepribadiannya pada
orang yang sehat jiwanya.
4. Teori stimulus-respon (S-R) mengikuti Ivan Pavlov (1849-1949), John B.
Watson (18781958), dan Edward L. Thorndike (1874-1949) untuk memberi
suatu pendekatan ilmiah yang ketat terhadap kepribadian.
K. Teori Perkembangan
Anggapan penting dalam semua teori perkembangan adalah:
1. Bila individu berkembang melewati tahap perkembangan maka terjadi prubahan
dasar dalam struktur respon yaitu dalam bentuk, pola dan organisasi.
2. Perkembangan merupakan hasil proses interaksi anatara struktur respon,
organisme, dan lingkungan.
3. Perkembangan mengarah kepada terciptanya keseimbangan yang semakin besar
dalam interaksi anatara organisme dengan lingkungan.
Menurut Jean Piaget (1896-1980) telah mengemukakan beberapa tahap
perkembangan yaitu :
1. Tahap sensorimotor (0-2 tahun)
9

2. Tahap pemikiran praoperasional (tahap intuisional; 2-7 tahun)


3. Tahap operasional kongret (7-12 tahun)
4. Tahap operasioanal formal (diatas 12 tahun)
Menurut Lawrence Kohlbreg (1927-1987) mulai terkenal sebagai pakar dalam
bidang pendidikan moral. Kohlbreg mengemukakan 3 tingkat dan 6 tahap
perkembangan moral yaitu:
1. Tingkat prakonvensional
a. Tahap 1: Orientasi hukuma ndan kepatuhan
b. Tahap 2: Orientasi relativis intrumental
2. Tingkat Konvensional
a. Tahap 3: Orientasi masu kelompok
b. Tahap 4: Orientasi hukum dan ketertiban
3. Tingkat pascakonvensional
a. Tahap 5: Orientasi kontrak sosial legalistis
b. Taha 6: Orientasi asas etika universal
II. STRESOR, STERS DAN PENYESUAIAN DIRI
A. Pendekatan Holistik
Manusia sebagaimana ia ada pada suatu waktu, merupakan basil interaksi
antara badan, jiwa dan lingkungan (fisik dan sosial). Ketiga unsur ini senantiasa
saling memengaruhi sejak saat pembuahan.
Dengan demikian, maka dalam memecahkan segala masalah manusia, kita
tidak boleh mernisahkan unsur yang satu dari yang lair., alcan,tetapi harm;
mernperhatikan

serta

mernpertimbanglcan

ketiga-tiganya

sebagai

suatu

keseluruhan. Pendekatan ini disebut pendekatan holistik.


Dengan demikian, maka baik dalam hal pemeriksaan, pengobatan,
pencegahart, rehabilitasi, maupun dalam hal pendidikan, perkawinan, pekerjaan,
organisasi, pemerintahan, dan sebagainya kita selalu harus memperhatikan peran
ketiga unsur itu. Dengan perkataan lain, kita selalu harus memakai pendekatan
holistik, karena manusia itu adalah makhluk somato-psiko-sosial dan karena itu
senantiasa beraksi dan bereaksi secara holistik pula.
Namun badan-jiwa-lingkungan belum cukup sebagai unsur-unsur yang
memengaruhi perilaku manusia. Dalam perkembangannya menjadi dewasa ia
dipengaruhi juga oleh faktor kebudayaan dan aga-ma-kepercayaan Karena-itu kita
harus memperhitungkan pula unsur kultural dan spiritual, yaitu perilaku manusia
yang tertuju kepada Sang Pencipta atau roh-roh (perilaku religius), sehingga
manusia seutuhnya adalah bio-psiko-sosial-kultural-spiritual.
Apakah sebabnya seorang anak misalnya menjadi nakal? Mungkin karena
gangguan badani, karena suatu penyakit otak atau pun penyakit lain. Mungkin juga
karena jiwanya yang terganggu, misalnya is merasa tidak senang, rendah depresi,
cemas, dart sebagainy-a. Ada kalanya pula, dan inilah yang paling sering berjadi
10

pada dfri seorang anal, karena pengaruh lingkungan yang tidak baik, seperti:
persaingan yang kejam antara saudara, diskriminasi atau pilih kasih baik di rumah,
maupun di sekolah, rumah tangga yang berantakan, keguncangan sosial, perubahan
sosial yang terlalu cepat (yang juga mengganggu orang dewasa), bencana alam,
peperangan, dan sebagainya. Tetapi, perilaku kultural dan spiritual orang tua dan
orang-orang lain di lingkungannya juga turut memengaruhi perilakunya.
Penyebab utama mula-mula mungkin terletak pada salah satu unsur, misalnya
pada badan, seperti gangguan otak waktu lahir. Hal ini memengaruhi
perkembangan jiwa anak dan sebaliknya anak dengan gangguan otak itu
memengaruhi lingkungannya yang kemudian bereaksi terhadap dia, dan seterusnya.
Sudah cukupkah bila kita hanya memberi obat saja? Sudah cukupkah bila anak
itu hanya dimasukkan ke sekolah luar biasa? Sudah cukupkah bila kita memberi
nasihat kepada orang tuanya atau pun 'orang tua mengikuti cara penanganan
kultural atau pun melakukan upacara spiritual saja? Kiranya tidak! Kita harus
mendekati anak itu sebagai manusia seutuhnya, yaitu merffelidiki dan merntngaruhi
sekaliegala faktor dalam semua unsur (yaitu badan, psike, unsur sosial, kultural dan
spiritual

yang ikut berperah dan

perkembangan dan perilakunya, dengan

prioritasnya yang sesuai dengan fase perkembangan anak dan jalannya gangguan.
B. Stres Psikologis
1 Kebutuhan
Untuk dapat hidup layak sebagai manusia ada beberapa syarat, yaitu
stipaya secara minimal kebutuhan (needs) badani, psikologis, sosial, kultural dan
spiritual harus terpenuhi. Kebutuhan badani atau somatis adalah: makanan,
minuman, hawa, istirahat, tidur dan sex (yang harus ditinjau secara seutuhnya,
karena sex itu juga somato-psiko-sosial-kultural-spiritual). Kebutuhan kultural
adalah perilaku yang "dituntur oleh kebudayaan dan kebutuhan spiritual adalah
perilaku yang sesuai dengan keyakinan agama atau kepercayaan. Akan
dibicarakan berikut ini empat kebutuhan psikologis-sosial dasar. Biarpun
kebutuhan badani juga sangat penting, namun pernenuharmya ada pada tingkat
lain. Begitu pun dengan kebutuhan kultural dan kebutuhan spiritual. Kita akan
menyinggung sedikit kebutuhan psikologis dan sosial. Kebutuhan psikologis
meliputi: kebutuhan akan kasih-sayang (need to be loved) dan kebutuhan akan
harga diri (need for self esteem). Kebutuhan sosial adalah: kebutuhan akan
keterlibatan dan kebutuhan akan kebebasan, kemandirian atau autonomi (need
for autonomy). Karena tidak terdapat batas yang jelas antara kedua kebutuhan
itu, maka sebaiknya digabung saja dan disebut kebutuhan psikososial.
11

Dorongan dan Perasaan


Untuk menjamin supaya manusia berusaha agar kebutuhan (needs)
terpenuhi, maka terdapat dorongan (drive) berupa sensasi fisik bagi kebutuhan
fisik dan perasaan emosional bagi kebutuhan psikologis. Ada dorongan yang
tidak menyenangkan (yang negatif) yang timbul bila kebutuhan tidak terpenuhi,
dan ada dorongan yang menyenangkan (yang positif) yang timbul bila
kebutuhan terpenuhi.
Satu doroxigan badani adalah untuk mencapai satu kebutuhan badani,
misalnya rasa lapar-kenyang untuk makanan, haus-lega untuk minuman, lelahkuat untuk istirahat, mengantulc-segar untuk tidur. Tidak ada dorongan
psikologis khas untuk satu kebutuhan psiko-sosial, tetapi semua perasaan
emosional, negatif dan positif, dapat menjadi dorongan, tergantung dari Situasi
dan mental manusia pada waktu itu.
Terdapat banyak sekali kata dan ekspresi yang menggambarkan
perasaanperasaan atau emosi (silakan lihat dalam kamus). Semua itu dapat
dibagi menjadi 4 kelompok besar, yaitu: kelompok gembira (bahagia, senang,
gembira, bangga, rasa dicintai, rasa diperhatik an, muka berseri-seri, dan
sebagainya), kelompok marah (tegang, tidak tenang, rasa kepala seperti mau
pecah, rasa kuduk kaku, rasa dada penuh, dan sebagainya), kelompok takut
(cemas, takut, was-was, jantung berdebar, lutut gemetar, keringat dingin, napas
sesak, bingung, dan sebagainya), dan kelompok scdih (susah, depresi, murung,
putus asa, masa depan suram, tidak ada harapan, rasa bersalah, dan sebagainya).
Rupanya di dalam otak keempat kelompok perasaan ini mempunyai jalur dan

neurotransmiter yang berbeda.


Kebutuhan Kelompok Sosial dan Dorongannya
Lingkungan manusia dapat dibagi menjadi lingkungan fisik, seperti :
makanan, air, hawa, tumbuh tumbuhan, binatang dan sebagainya serta
lingkungan social, yaitu manusia manusia lain. Yang berakhir ini merupakan
pengaruh yang penting sekali dalam perkembangan manusia setelah ia lahir.
Kelompok sosial pun mempunyai kebutuhan, misalnya mempertahankan
keadilan, ketertiban dan keamanan untuk kelangsungan hidup kelompok. Bila
keseimbangan kelompok terganggu, maka segera akan timbul dorongan untuk
memulihkannya. Bila misalnya seorang kepala sekolah meninggal dunia, segera
akan ada orang lain yang mengambil tempatnya. Bila seorang pencari nafkah
dalam keluarga meninggal, maka biasanya ada orang lain yang mengambil
12

tanggung jawab itu dalam keluarga sambil semua anggota berusaha mencapai
keseimbangan baru. Kebutuhan masyarakat merupakan faktor yang penting
sekali dalam menentukan perilaku manusia.
Kalau dorongan-badani dan psikologis lebih banyak bekerja melalui
perasaan puas, senang, cemas dan rasa salah (kontrol din atau self control), maka
dorongan kelompok sosial lebih banyak bekerja melalui perasaan bangga atau
malu, dengan pahala atau huktunan melalui sistem norma dan adat-istiadat
(kontrol sosial atau social control).
4

Kebutuhan Ganda
Mungkin hanya ada satu kebutuhan yang menonjol, akan tctapi pada
umumnya perilaku manusia dipengaruhi oleh lebih dari satu kebutuhan.
Berbagai kebutuhan itu sedikit banyak saling tergantung dan pemuasan atau
hambatan terhadap yang satu mungkin menguatkan atau melemahkan yang lain.
Misalnya saja, bila seorang anak tidak mendapatkan kasih-sayang yang
dibutuhkannya, maka mungkin sekali ia akan mencari pemuasan dirin-y-a dalam
makanan (jajan) atau overkompensasi lain. Atau bila seorang ayah sering gagal
dalam pekerjaannya, maka besar kemungkinan ia menjadi giat dalam hobinya

atau mungkin juga ia akan menjadi seorang peminum.


Stresor dan Stres
Kita harus berusaha (dan tidak jarang dengan susah-payah) untuk
mencapai tujuan kita. Sering ada penghalang, ada kesukaran, ada aral melintang,
yang merupakan stresor bagi kita. Keseimbangan badan dan/atau jiwa kita
terganggu, kita berusaha mengembalikannya. Usaha ini dinamakan stres.
Jadi, menurut http://www.helpguide.org/articles/stress/stress-symptomscauses-and-effects.htm stres adalah cara tubuh Anda merespon segala jenis
permintaan atau ancaman. Ketika Anda merasa terancam, sistem saraf Anda
merespon dengan melepaskan banjir hormon stres, termasuk adrenalin dan
kortisol, yang membangkitkan tubuh untuk tindakan darurat. Jantung Anda lebih
cepat pound, otot menegang, tekanan darah meningkat, napas mempercepat, dan
indra Anda menjadi lebih tajam. Perubahan fisik meningkatkan kekuatan dan
stamina, mempercepat waktu reaksi Anda, dan meningkatkan fokus Anda. Hal
ini dikenal sebagai "melawan atau lari" respon stres dan cara tubuh Anda
melindungi Anda. Ketika bekerja dengan baik, stres membantu Anda tetap fokus,
energik, dan waspada. Dalam situasi darurat, stres dapat menyelamatkan hidupmemberikan Anda Anda kekuatan ekstra untuk membela diri, misalnya, atau
13

memacu Anda untuk membanting rem untuk menghindari kecelakaan. Bisa


dibilang stress merupakan usaha penyesuaian diri. Bila kita tidak dapat
mengatasinya dengan baik, maka akan muncul gangguan badani, perilaku tidak
sehat atau pun gangguan jiwa. Stresor itu mungkin dari luar din kita misalnya
kecelakaan, di PHK, tidak lulus ujian, perkawinan yang tidak harmonis,
persaingan yang terlalu besar, penyakit, dan sebagainya. Stresor itu mungkin
juga dari dalam individu itu sendiri, suatu sifat atau ciri yang terlalu menonjol,
misalnya terlalu lekas marah, terlalu bersih atau kotor, terlalu disiplin atau
sembrono, obsesif, dan sebagainya.
Semua organisme, termasuk manusia, dipacu oleh stres untuk berusaha
lebih keras, tetapi pada semua ada batasnya. Tergantung pada kekuatan atau daya
tahan sires kita, lekas atau larnbat pada suatu waktu kita tidak dapat berfungsi
lagi sebagaimana mestinya bila stres itu besar, berlangsung lama atau spesifik.
Eustres memacu kita untuk berusaha lebih keras mencapai kebutuhan atau
tujuan. Stres patologis adalah bila dalam usaha mengaiasinya kita sudah tidak
dapat berfungsi dengart baik lagi, mungkin sampai dengan timbul gangguan jiwa
atau pun badan (hipertensi, gangguan jantung koroner, tukak larnbung, dan
sebagainya). Apakah seseorang akan mengalami stres patologis tergantung dari
daya tahan stresnya (nilai ambang stresnya), dan dari besar, lama dan spesifiknya
stresor. Dunia tanpa stresor tidak mungkin, seperti juga dunia tanpa kuman tidak
mungkin. Masalahnya bukan menghilangkan atau menghindari stresor, tetapi
bagaimana menghadapinya, yaitu membuat did lebih tahan stres dengan
6

rnengembangkan cara-cara penyesuaian diri yang efektif.


Sumber Stres Psikologis
Stresor dapat menimbulkan beberapa keadaan yang dapat menjadi sumber
stres, yaitu frustrasi, konflik, tekanan atau krisis.
Frustrasi timbul bila ada anal melintang (stresor) antara kita dan tujuan
kita, raisalnya bila kita mau berpiknik lantas mendadak hujan keras atau mobil
mogok; atau mangga di pohon kelihatan enak sekali bagi si anak, tetapi tiba-tiba
keluar anjing yang galak.
Ada frustrasi yang timbul karena stresor dari luar, seperti bencana alam,
kecelakaan, kematian prang tercinta, norma-norma, adat-istiadat, peperangan,
keguncangati ekonomi, dislcriminasi rasial atau agama, persaingan yang
berlebihan, perubahan yang terlalu cepat, pengangguran dan ketidakpastian sosial.

14

Kecelakaan dan penyakit dapat menimbulkan frustrasi dan dapat melemahkan


daya tahar stres.
Ada frustrasi yang timbul karena stresor dari dalam misalnya cacat
badaniali atau kegagalan dalam usaha dan moral sehingga penilaian diri sendiri
menjadi sangat tidak enak merupakan frustrasi yang berhubungan dengan
kebutuhan akan harga
Konflik terjadi bila kita tidak dapat memilih antara dua atau lebih macam
kebutuhan atau tujuan Memilih yang satu berarti tidak tercapainya yang lain.
Ibarat kita berada di persimpangan jalan dan tidak dapat memilih ke kiri atau ke
kanan, misalnya seorang pemuda ingin menjadi dokter, tetapi sekaligus takut akan
tanggung

jawab

kelak

bila

sudah

jadi

(konflik

mau-tak-mau

atau

pendekatanpengelakan). Atau jika kita hams memilih antara sekolah terus atau
menikah; mengurus rumah tangga atau tents aktif dalam sebuah organisasi; antara
tugas dan ambisi, istri atau ibu, kesenangan sekarang atau ideologi, orang tua matt
panggilan (konflik pendekatan ganda).
Krisis adalah keadaan karena stresor mendadak dan besar yang
menimbulkan stres pada seorang individu atau pun suatu kelompok, misalnya:
kematian, kecelakaan, penyakit yang memerlukart operasi, masuk sekolah untuk
pertama. kali. Terdapat tempat-tempat dengan banyak krisis (konsentrasi krisis),
misalnya ruang gawat dantrat di rumah sakit, kamar bersalin, kamar bedah, taman
kanakkanak dan di tingkat pertama suatu fakultas pada minggu-minggu pertama
tahun kuliah baru, desa yang kena bencana alam dal, kekurangan makanan
sesudahnya, atau bila kemudian bantuan makanan datang (tadi krisis karena tidak
ada makanan, kemudian krisis karena tiba-tiba ada makanan).
Dahulu dikira bahwa krisis selalu tidak baik bagi kesehatan jiwa. Sekarang
ini ternyata tidak demikian. Setelah mengalarni krisis, maka murtgkin individu
atau kelompok menjadi:
1. terganggu atau lebih mudah terganggu bila stres. lagi;
2. lebih matang atau lebih kuat menghadapi stres di hari kemudian.
Yang terakhir ini adalah penting, karena mengandung unsur pencegahan.
Kita dapat mempraktikkan hal ini, misalnya, orang tua atau guru dengan sengaja
menimbulkan krisis pada anaknya, misalnya tergesa-gesa mau pergi, lalu mendapati
ban sepedanya kempes; mau menulis sesuatu di papan tulis, tetapi ternyata tidak
ada kapur tuns; sedang asyik bermain-main, tahu-tahu harus berhenii; sedang enak15

enak bertamasya, ternyata tidak ada makanan. Kita melihat 'reaksi anak-anak
terhadap krisis ini, lain kemudian membantu/membimbing mereka yang
menunjukkan reaksi tidak baik. Rila mereka dilatih dengan baik, maka seolah-olah
divaksinasi supaya menjadi kebal terhadap kuman-kuman (pencegahan).
7

Gejala Stress
Menurut

http://www.helpguide.org/articles/stress/stress-symptoms-causes-

and-effects.htm gejala stress meliputi :


a. Gejala kognitif
1) Memori masalah
2) Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
3) Melihat hanya negatif
4) Cemas atau balap pikiran
5) Constant mengkhawatirkan
b. Gejala emosional
1) Kemurungan
2) Lekas marah atau pendek marah
3) Agitasi, ketidakmampuan untuk bersantai
4) Merasa kewalahan
5) Rasa kesepian dan isolasi
6) Depresi atau ketidakbahagiaan umum
c. Gejala fisik
1) Sakit dan nyeri
2) Diare atau konstipasi
3) Mual, pusing
4) Nyeri dada, denyut jantung yang cepat
5) Kehilangan gairah seks
6) Sering pilek
d. Gejala perilaku
1) Makan lebih atau kurang
2) Tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit
3) Mengisolasi diri dari orang lain
4) Menunda-nunda atau mengabaikan tanggung jawab
5) Menggunakan alkohol, rokok, atau obat-obatan untuk bersantai
6) Kebiasaan saraf (misalnya kuku menggigit, mondar-mandir)
8 Daya Tahan Stres
Daya tahan stres atau nilai ambang stres (stress/frustration
threshold/tolerance) pada setiap orang berbeda-beda. Hal ini tergantung pada
keadaan somato-psiko-sosial orang itu. Ada orang yang peka terhadap stresor
tertentu, yang dinamakan stresor spesifik, karena pengalaman dahulu yang
menyakitkan tidak dapat diatasinya dengan baik. Misalnya seorang istri setiap kali
berselisih dengan suaminya, lari pulang ke rumah ibunya; ia tidak dapat mengatasi
keadaan itu, karena sewaktu ia masih kanak-kanak, ia sering melihat ibu dipukuli
ayah yang menir' nbulkan stres padanya yang belum dapat diatasi dengan baik.

16

Menurut teori, setiap orang dapat saja terganggu jiwanya, asal saja stresor
itu cukup besar, cukup lama atau cukup spesifik, bagaimana stabil pun
kepribadian dan emosinya.
Tiap orang mempunyai cara sendiri untuk penyesuaian din terhadap stres,
karena penilaian terhadap stresor dan stres berbeda (faktor internal), dan karena
tuatutan terhadap flap individu berbeda (faktor eksternal); ini antara lain
tergantung pada: umur, sex, kepribadian, inteligensi, emosi, status sosial dan
pekerjaan individu.
Holmes dan Rahe menyusun suatu daftar peristiwa kehidupan yang
kemudian diberikan kepada 394 orang. Mereka diminta untukmemberi bobot 0100 sesuai dengan pengalaman mereka mertgenai berat ringannya peristiwaperistiwa itu sebagai stresor, lalu diambil rata-ratanya untuk setiap perisitiwa.
Kemudian tersusunlah "Skala peristiwa hidup dan stres" menurut Holmes dan
9

Rahe seperti di bawah ini setelah diuji coba.


Menghadapi Stres
Langkah pertama dalam menghadapi dan mengatasi stres adalah mengakui
bahwa sedang mengalarni stres. Kita harus menyadari apa yang sedang terjadi
dengan diri kita sendiri, yaitu memperhatikan gejala-gejala dalam diri dan
dengarkanlah "bahasa organ", karena organ yang terganggu menimbulkan gejalagejala yang dapat memberi petunjuk akan gangguan emosional.
Tanda-tanda stres yang perlu diperhatikan adalah:
a. Merasa gelisah dan tidak dapat bersantai
b. Menjadi lekas marah dan seperti akan meledak bila ada sesuatu yang berjalan
tidak sesuai dengan kemauan.
c. Ada waktu-waktu dengan perasaan sangat lelah atau lelah yang
berkepanjangan.
d. Sugar berkonsentrasi.
e. Kehilangan minat terhadap rekreasi yang sebelumnya dapat dinikmati dan
sudah bias dilakukan.
f. Menjadi khawatir mengenai hal-hal yang sebenarnya tidak dapat diselesaikan
dengan perasaan khawatir saja.
g. Bekerja berlebihan, biarpun tidak seluruhnya efektif.
h. Makin lama makin banyak perkerjaaan yang dibawa pulang ke rumahi. Makin banyak merokok atau makin banyak memakai minuman keras
dibandingkan dengan sebelumnya.
j. Berulang kali merasa kehilangan perspektif atau merasa masa depan suram
mengenai apa yang sebenarnya panting dalam pekerjaan dan keluarga atau
mungkin juga dalam hidup.

17

Untuk mencegah stres yang paling baik adalah mengubah sikap terhadap
stresor. Makin panting stresor itu dianggap, makin besar stres yang timbul sebagai
akibatnya. Makin santai dan relax stresor itu dihadapi, makin banyak alternatif
penyelesaian yang dilihat, makin ringan stres itu. Berusahalah melihat peran dan
usaha kita dalam keadaan itu secara realistik dan dalam proporsi yang sebenarnya,
belajar mendeiegasikan sebagian pekerjaan kepada orang lain dan percayalah pada
orang itu. Melakukan relaxasi (relaxasi ringan, relaxasi progresif, meditasi, atau
cara-cara relaxasi lain) dapat membantu mengurangi stres atau pun mencegah
timbulnya stres patologis.
10 Ciri ciri orang yang dapat mengatasi stres dengan baik adalah:
a. Dapat menunda pikiran tmltang suatu masalah sampai pada waktu yang cock
untuk menghadapinya. Tidal( dan jauh sebelumnya sudah memikirkan secara
terperinci (orang yang terns menerus memikirkan secara terperinci
macammacam

kemungkinan

di

masa

depan,

cenderung

mengalami

kecemasan; memikirkan berulang-ulang secara terperinci kemungkinankemungkinan mengenai hal yang sudah laiu, cenderung mengalami depresi).
b. Mengenal dan mengakui adanya gejala-gejala kepayahan pada dithrya.
c. Menghindari pemakaian obat perangsang, obat penenang, minuman keras dan
rokok yang berlebihan. Ingatlah, zat-zat itu tidak dapat menghilangkan streser.
Obat hanya dapat meredakan reaksi stres untuk sementara waktu agar kita
lebih sanggup menghadapi serta mengatasinya, akan tetapi akhirnya kita
sendirilah yang harus menyelesaikan masalah stresor itu.
d. Mempunyai kehidupan keluarga yang hangat dan

stabil;

mampu

mengembangkan hubungan baik dengan teman-teman; mempunyai rasa humor


dan dapat menertawai diri sendiri.
e. Mengambil cuti secara teratur dan tidur cukup (paling sedikit 6 jam sehari).
f. Berminat juga pada hal-hal yang di luar pekerjaannya; mengembangkan hobi
yang santai (membaca, musik atau kesenian lain, berkebun, dan lain-lain).
g. Mempunyai pandangan hidup yang mantap dan rasa sosial yang tinggi; terlibat
dalam gerakan-gerakan sosial.
h. Dapat memisahkan pekeriaan mencari nafkah dari kehidupan keluarga.
Belcerja keras di tempat tugasnya, tetapi sekali pulang, maka perhatian dan
pikirannya tidak lagi pada pekerjaannya, melainkan melibatkan diri dalam
kegiatan keluarga di rurnah,
i. Wawas diri mengenai reaksi dan perasaannya, apa saja yang dikhawatirkan;
menentukan mana yang perlu diprihatinkan dan rnana yang tidak perlu.
j. Dapat mendelegasikan tanggung jawab disertai kepercayaan; makin banyak
pekerjaan, makin banyak yang harus didelegasikan.
18

C. Cara Penyesuaian Diri Psikologis


Kita telah melihat, bahwa bila suatu organisme mengalami stres, maka
segera akan ada usaha untuk mengatasinya. Hal ini dikenal sebagai homeostasis,
yaitu usaha organisme untuk terus-menerus mempertahankan keseimbangan fungsi
internal dalam batas tertentu supaya dapat hidup terus.
Stresor itu mungkin terjadi terutama pada badan (stres fisik atau somatis),
seperti infeksi dan penyakit lainnya yang menggerakkan mekanisme penyesuaian
somatis untuk mengembalikan keseimbangan badani. Reaksi ini dapat berupa
pembentukan zat andkurnan atau zat antiracun; butir-butir darah putih dimobilisasi
dan dikerahkan ke tempat invasi Duman, lebih banyak adrenalin dan kortison
dilepaskan, dan sebagainya.
Stres psikologis menimbulkan kecemasan, kekecewaan, ketegangan, rasa
salah, dan sebagainya, yang menimbulkan mekanisme penyesuaian psikologis.
Mungkin pada suatu waktu tertentu. hanya gejala badani atau pun hanya gejala
psikologis saja yang menonjol, tetapi manusia senantiasa bereaksi secara holistik,
yaitu seluruh manusia terlibat dalam hal
Stresor mungkin sekaligus menimpa individu dan kelompoknya, seperti
keguncangan ekonomi, peperangan atau bencana alam yang menuntut penyesuaian
diri, baik dari individu, maupun dari kelompok bersama-sama.
1. Cara Penyesuaian yang Berorlentasi pada Tugas
Cara penyesuaian ini bertujuan menghadapi tuntutan secara sadar,
realistic, objektif dan rasional. Cara ini mungkin terbuka ata pun mungkin
terselubung dan dapat berupa :
a. serangan atau menghadapi tuntutan secara frontal (terang-terangan);
b. penarikan diri atau tidak mau tahu lagi tentang keadaan; 3. kompromi.
Misalnya bila seorang gagal dalam suatu usaha, maka mungkin is akan
bekerja lebih keras (serangan) atau menghadapinya secara terang-terangan,
atau pun menarik din dan tidak mau berusaha lagi (penarikan atau mengurangi
keinginannya lalu mernilih jalan tengah (kompromi).
Menyerang, menarik diri dan kompromi, untuk ketiga-tiganya, secara
sadar atau tidak sadar, dipakai langkah-langkah yang sama, yaitu:
a. mernpelajari dan menentukan masalah;
b. menyusun alternatif penyelesaian;
c. menyusun tindakan yang mempunyai kemungkinan paling besar untuk
berhasil dengan akibat yang paling menguntungkan;
d. bertindak;
e. mengevaluasi hasil tindakan supaya dapat diambil langkah yang lain bila
kurang memuaskan atau bila ada kesalahan.

19

Yang paling sukar mengenai langkah-langkah ini adalah mengambil


keputusan

yang

tepat

mempertimbangkan

atau

berbagai

menentukait
norma,

pilihan,

sebab

memperkirakan

kita

hasilnya

harus
dan

memperhitungkan untung ruginya, yang sernuanya tidak dapat dipastikan


secara seratus persen.
2. Mekanisrne Pembelaan Ego
a. Fantasi: Memuaskan keinginan yang terhalang, dengan prestasi dalam
khayalan.
b. Penyangkalan:

Melindungi did sendiri terhadap kenyataan yang tidak

menyenangkan dengan menolak menghadapi hal itu, sering dengan cara


melarikan did seperti menjadi "sakit' atau kesibukan dengan hal-hal lain.
c. Rasionalisasi: Berusaha membuktikan bahwa perilakunya itu masuk akai
(rasional) dan dapat dibenarkan sehingga dapat disetujui oleh did sendiri dan
masyarakat.
d. Identifikasi:

Menambah rasa harga did, dengan menyamakan dirinya

dengan orang atau institusi yang mempunyai reputasi.


e. Introyeksi: Menyatukan nilai dan norma luar dengan struktur egonya
sehingga individu tidak tergantung pada betas kasihan dad luar yang
dirasakan sebagai ancaman. .
f. Represi Mendorong pikiran yang menyakitkan atau berbahaya masuk ke
alam sadar.
g. RegresiMundur ke tingkat perkembangan yang kurang matang, dengan
recpons yang kurang matang dan biasanya juga dengan aspirasi yang
kurang.
h. Proyeksi

Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau

keinginannya yang tidak balk


i. Penyusunan reaksi
Mencegah
diekspresikan,

dengan

keinginan

melebih-lebihkan

yang
sikap

dan

berbahaya

bila

perilaku

yang

berlawanan dan menggunakannya sebagai 'rintangan`


j. Sublimasi
Mencari pemuasan atau menghilangkan keinginan sexual
dalam kegiatan nonsexual
k. Kompensasi Menutupi kelemahan dengan menonjolkan sifat yang
unnginkan atau pemuasan secara berlebihan dalam satu bidang karena
mengalami frustrasi dalam bidang lain.
l. Salah-pindah Melepaskan perasaan yang terkekang, biasanya permusuhan,
pada objek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya
membangkitkan emosi itu.
m. Pelepasan (penebusan)

Menebus dan dengan demikian meniadakan

keinginan atau tindakan yang tidak bemnoral


20

n. Penyekatan emosional Mengurangi keterlibatan ego dan menarik diri


menjadi pasif untuk melindungi did sendiri dari rasa sakit
o. lsolasi (intelektualisasi) Memutuskan pelepasan afektif karena keadaan yang
menyakitkan atau memisahkan sikap-sikap yang bertentangan dengan
tembok-tembok yang tahan logika.
p. Simpatisme
Berusaha memperoleh simpati dan orang lain dan dengan
demikian menyokong rasa harga diri, meskipun gagal dalam suatu usaha.
q. Pemeranan
Mengurangi kecemasan yang dibangkitkan oleh keinginan
yang terlarang dengan membiarkan ekspresinya.
D. Dekompensasi Mental
Bila perilaku penyesuaian diri fisik dan psikologis terhadap stres berjalan
relatif lancar, baik dan efektif, maka perilaku itu dikatakan sehat atau normal. Jika
penyesuaian tidak berhasil, maka individu akan dipaksa agar berusaha lebih keras
mempertahankan diri. Bila stres itu menjadi terlalu besar dan cara-cara penyesuaian
yang biasa dipakai tidak berhasil, maka penyesuaian menjadi berlebihan dan tidak
cocok lagi. Perilaku lalu menjadi "abnormal" dan individu dikatakan "terganggu"
atau "sakit". Individu menjadi sakit dengan gangguan primer pada badan atau pada
jiwa, akan tetapi yang menderita dan berinteraksi dengan lingkungannya adalatt
individu seutuhnya. Mungkin juga perilakunya itu hanya merupakan cara-cara
penyesuaian

yang

extrem

terhadap

lingkungan

sosial

yang

abnormal;

lingkungannya yang primer terganggu atau "sakit". Bagaimanapun juga, pola


penyesuaian yang berlebihan dan menyimpang ini mengakibatkan pengurangan
integrasi. Proses irui dinamakan dekompensasi dan dapat terjadi primer pada
tingkat badani, psikologis atau social
Dekompensasi badani oleh Selye (1953, 1956), sesudah penyelidikan yang
atendalam, digambarkan sebagai pembelaan hormonal yang disaluttkan melalui
alsunart saraf vegetatif. Dalam keadaan stres yang berlebihan, Selye melihat 3 asc
dalam dekompensasi fisiologis pada sistem hipofisis-adrenal, yaitu:
1. "reaksi bahaya", gaya pembelaan badani digerakkan dan disiapkan;
2. "lase pertahanan" dengan adaptasi yang optimal dalam hal sumber daya badani,
dan
3. "fase kepayahan" dengan kegagalan pembelaan hormonal, sehingga bila stres
'itu tents berlangsung, maka akan terjadi disintegrasi dan kematian.
Dekompensasi psikologis rupanya juga mengikuti Ease-fase yang
sama seperti pada dekompensasi badani. Mula-mula terjadi "tanda-tanda bahaya
dan mobifisasi", yang secara khas berupa kepekaan dan kewaspadaan yang
meningkat, pembangkitan emosi dan ketegangan, usaha mengawasi diri dan
penggunaan berbagai mekanisme pembelaan secara intensif. Individu dapat
21

memperlihatkan gejala-gejala maladaptasi, seperti kecemasan yang terns-menerus,


manifestasi somatis, dan efisiensi yang rendah Irui merupakar tanda-tanda bahwa
mobilisasi sumber daya penyesuaian tidak begitu berhasil untuk mengatasi stres.
III. GEJALA GANGGUAN JIWA
A. Pengertian Normal Dan Abnormal
Normal berarti tidak ada perbedaan yang signifikan dengan kelompoknya.
Sedangkan abnormal artinya menyimpang dari yang normal. Jadi untuk
menentuakan suatu perilaku yang normal dan abnormal harus memiliki suatu
norma yang jelas terlebih dahulu. Dengan adanya norma kita dapat mengatakan
bahwa perilaku itu abnormal atau masih termasuk batas wajar dari norma (normal).
Norma sendiri akan lebih mudah ditentukan bila berkaitan dengan unsur somatis,
tetapi akan sangat sulit jika berkaitan dengan psikologi. Untuk melihat gambaran
yang lebih jelas tentang perilaku normal dan abnormal terdapat beberapa patokan :
1. Patokan statistik, suatu patokan yang mudah dipakai dalam menentukan normal
atau abnormal, yaitu setiap penyimpangan dari dari mayoritas menjadi abnormal.
Contoh, seseorang yang jujur menjadi abnormal bila berada di sekumpulan
orang-orang yang tidak jujur.
2. Patokan penyesuaian pribadi, merupakan patokan yang bersifat somatis dan
psikologis, artinya seseorang dianggap normal bila dapat menyesuaikan atau
menangani masalahnya dengan memuaskan, namun bila menunjukan kecemasan
dan ketidakbahagiaan atau gejala yang memprihatinkan maka dianggap
abnormal.
3. Patokan integrasi kepribadian, menunjuk kepada keseluruhan manusia, yaitu
kepada kerja sama yang serasi antara semua komponen manusia dan antara
manusia dan lingkungannya. Dalam unsur psikologis antara pikiran, perasaan
dan tindakan bebas dari semua konflik yang merusak dan berbagai mekanisme
pembelaan yang kaku, dengan keterbukaan terhadap pengalaman baru dan
penyesuaian yang memadai terhadap lingkungannya.
4. Patokan kematangan pribadi, perilaku dianggap matang bila sesuai dengan umur,
namun karena penyesuaian individu dengan lingkungannya berbeda-beda dan
perkembangan individu yang panjang maka, kematangan pribadi merupakan
ukuran seberapa dewasa seorang individu.. sebagai contoh seorang yang telah
dewasa tetapi ada konflik sedikit langsung marah-marah itu menunjukan
perilaku yang tidak matang.
5. Patokan kesejahteraan dan kemajuan masyarakat, lebih mementingkan nilai
peran individu dalam masyarakat besar. Pencuri akan dianggap abnormal karena
22

telah mengganggu masyarakat besar, walaupun orangnya secara statistik normal


di dalam kelompoknya, sebab menunjukan penyesuaian diri yang baik dalam
lingkungannya

mempunyai

integrasi

kepribadian

yang

cukup

dan

memperlihatkan kematangan pribadinya.


B. Kesejahteraan jiwa
Untuk membuat definisi tentang perilaku normal dapat menggunakan
beberapa pendekatan, seperti pendekatan serangan dari depan, patokan ganda,
sistem teoritis dan penelitian.
1. Pendekatan Serangan dari Depan
Menurut WFMH kesehatan jiwa adalah suatu keadaan yang memungkinkan
perkembangan fisik, intelektual dan emosiaonal individu secara optimal dan
sejauh hal ini cocok dengan perkembangn optimal individuindividu yang lain.
Sedangkan menurut UU kesehatan RI pasal 2 kesehatan meliputi kesehatan
badan, mental dan sosial, bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat
dan kelemahan. Menurut WHO (1998) kesehatan meliputi kesejahteraan
spiritual, fifik, mental dan sosial. Dari definisi tersebut dapat menggambarkan
bahwa kesehatan jiwa menekankan pada individu dan lingkungan sosialnya.
Sehingga definisi kesehatan adalah keadaan kesejahteraan fifik, mental dan
sosial, tidak hanya bebas dari penyakit.
2. Pendekatan Patokan ganda
Menurut levine dalam pendekatan patokan ganda, Sanggup dituntut oleh
kenyataan dan buka oleh ketakutan. Contoh, sebuah keluarga kaya yang tiba-tiba
bangkrut, tapi karena memiliki semangat yang tinggi untuk bangkit sehingga
menjadi sukses kembali.
a. Mengenal hal-hal berharga dalam jangka panjang dengan mengutamakan
prinsip kenyataan diatas prinsip kesenangan dan mampu mengatasi
kekecewaan sementara. Contoh, orang yang bekerja bukan karena
sasarannya yang menginginkan uang untuk berfoya-foya, tetapi untuk
kelangsungan hidup.
b. Memiliki nurani yang dewasa, bukan kekanak-kanakan, yang mungkin
terlalu kaku, lemah, atau tidak sesuai dengan keadaan. Contoh, ada dua
orang sahabat, salah satu dari mereka sensitive. Ketika mereka bersenda
gurau dan tidak sengaja salah satunya menyinggung perasaan si sensitive,
dan si sensitive marah berhari-hari. Maka si sensitive itu bisa dikatakan
belum mempunyai nurani yang dewasa.

23

c. Mempunyai perasaan bebas, ingin berdiri sendiri, dan rasa tanggung jawab
yang dewasa. Contoh, mahasiswa yang ingin mencari uang saku sendiri
lewat bekerja part time.
d. Mampu mencintai orang lain (tidak hanya diri sendiri, tidak egoistic, tetapi
mempertimbangkan kepentigan orang lain disamping kepentingan diri
sendiri). Contoh, pasangan kekasih yang saling memahami kegiatannya
masing-masing.
e. Memerlukan orang lain secara wajar, bersedia menerima nasehat, mampu
menerima kasih sayang atau hal lain yang ingin diberikan oleh orang lain.
Contoh, ada orang yang hanya mau diperhatikan oleh satu orang, yaitu
ibunya. Hal ini menandakan bahwa dia tidak mampu menerima kasih
sayang dari orang lain.
f. Agresif secara wajar. Contoh, agresif bila diserang, hanya untuk pembelaan
diri.
g. Mekanisme pembelaan yang wajar, sanggup menghadapi dirinya sendiri
dengan tenang, serta dapat menyelesaikannya secara realistic dan dewasa.
h. Melakukan penyesuaian seksual yang normal, menerima seks-nya sendiri.
Contoh, ada seorang anak perempuan yang tidak mau menerima seks-nya
sehinggga dia menghilangkan payudaranya sendiri dengan operasi.
i. Melakukan penyesuaian diri yang memuaskan dalam pekerjaan dan
hubungan antar manusia, mempunyai kemauan untuk menerima tanggung
jawab, tetapi dapat menghindarkan pekerjaan berlebihan yang disebabkan
oleh kecemasan (workaholic).
3. Pendekatan penelitian
Ada berbagai cara penelitian untuk mengetahui berbagai masalah yang
berhubungan dengan perilaku manusia, diantaranya :
a. Somatis, bertujuan untuk lebih banyak memahami proses genetik, fungsi
otak, efek berbagai jenis obat serta keadaan fisik terhadap fungsi somatik dan
psikologi
b. Psikologis, bertujuan untuk lebih dalam memahami perilaku manusia,
termasuk masalah yang berhubungan dengan belajar, persepsi, emosi,
motivasi dan berpikir.
c. Sosiologis, bertujuan untuk lebih baik memahami peran proses sosiobudaya
dalam perkembangan kepribadian serta pola sosial yang paling cocok sebagai
dasar manusia, juga untuk lebih baik memahami efek hubungan antarmanusia
yang terganggu, susunan keluarga yang patogenik sertapengaruh keadaan
sosial yang lain terhadap perilaku manusia.
24

4. Pendekatan sistem teoritis


a. Naturalisme: bertitik pada dorongan naluri dasar seorang manusia, seperti
rasa lapar dan sex. Kesehatan dinilai sebagai kemampuan untuk memuaskan
kebutuhan dasar ini dan untuk menyelesaikan diri dalam batas-batas yang
ditentukan oleh lingkungannya tentang hal ini. gangguan jiwa dianggap
sebagai kegagalan adaptasi.
b. Humanisme: bertitik pada pandangan bahwa manusia itu secara alamiah
rasional adanya dengan kecondongan pada pengarahan diri yang bertanggung
jawab dan pada perwujudan diri dalam keadaan yang mengizinkan. Perilaku
abnormal timbul karena terhambatnya kecenderungan manusia pada
kesehatan jiwa dan pemenuhandirinya sebagai individu.
c. Kulturalisme: bertitik berat pada pandangan bahwa pada dasarnya manusia itu
adalah makhluk sosial dan penyesuaian dengan tuntutan sosial sangat penting.
Gangguan jiwa dianggap berhubungan erat dengan kemampuan untuk
mengadakan hubungan memuaskan dengan orang lain dalam masyarakat
yang sehat.
d. Existensialisme: bertitik pada runtuhnya nilai dan kepercayaan tradisional
serta individu harus menemukan identitas diri dan jalan hidup diri sendiri
dalam pengalaman pribadi eksistensinya. Abnormaitas dilihat sebagai
ketidakmampuan untuk menemukan identitas diri, nilai dan arti yang
memadai.
e. Teisme: bertitik pada ketergantungan manusia kepada Tuhan, menurut
pandangan ini penyelesaian terakhir masalah manusia adalah kepercayaan
atau agama untuk memberi arti kepada eksistensinya dan bimbingan kepada
perilakunya.
C. Gangguan penampilan dan perilaku
1. Penampilan secara fisik, apakah fisik tampak serasi dengan umur,postur tubuh,
mesomotorik, roman muka lebih tua/muda, dandanan rapi/berlebihan, pakaian
lusuh/rapi, perawatan dan kebersihan tubuh, warna rambut, kondisi kulit
bertato/normal, penampilan jender dan kebugaran fisik.
2. Penampilan psikis
a. Tanda obsesif-kompulsif : ketidak tenangan, gembira, cemas, takut,
canggung, binggung, menangis, murung, sinis, curiga, apatis, tegang dll.
b. Tanda depresi atau skizofrenia : menurunnya tingkat kebersihan dan
kerapian seseorang
c. Tanda histeia : seorang wanita yang bersolek dan berpakaian yang seakanakan ingin membangkitkan rangsangan seksual.

25

d. Regresi ke masa anak-anak : seseorang yang cara berpakaiannya kekanakkanakan.


e. Tanda paranoid : seseorang yang memakai kacamata hitam agar dapat
memata-matai orang lain tanpa dimata-matai orang lain.
3. Perilaku dan aktivitas motorik, misalnya wajar, gemulai, kaku, terlambat,
canggung, hiperaktif, sempoyongan dll.
4. Sikap pasien terhadap pemeriksa, yaitu ada tidaknya kontak mata, tatapan mata
yang mnyingkap kecurigaan, tatapan mata yang menjelajah mencerminkan
kebingungan dll.
D. Gangguan wicara dan bahasa
Gangguan Wicara dapat dinilai dari kecepatan, kerasnya, berbisik, berguman,
terdesak, bimbang,berapi-api, berlagu, gagap dan pelo. Sedangkan bahasa dinilai
kecepatan

bereaksi,

perbendaharaan kata,

kemampuan komperhensif dan

kemampuan baca-tulis.Macam gangguan wicara dan bahasa :


1. Gangguan artikulasi, dikarenakan adanya gangguan neurologi, intoksikasi
kususnya sedativa-hipnotika.
2. Gangguan ritme, seperti pengucapan kata-kata dengan penghentian diantara suku
kata, bicara pendek-pendek dan mengomel. Kerusakan pada pusat berbahasa
mempengaruhi kemampuan untuk berbicara dan menyebabkan berbagai bentuk
afasia sehingga wicara tidak lancar, dapat terhenti, kurang dalam pemakaian kata
penghubung, kata keterangan, kata depan, yang diucapkannya hanya kata depan
dan kata kerja. Keadaan itu disebut telegram style. Pada paraphasia seseorang
menggunakan kata yang salah, mengatakan kata baru, kata benda diganti kata
lain yang tidak tepat atau mendistorsi fonetik dari suatu kata. Kerasnya
pembicaraan juga sebagai indikator gangguan psikiatrik. Pasien mania bersuara
keras dan kasar karena gangguan pendengaran, sebaliknya suara lirih dan raguragu mungkin menunjukan depresi dan anxietas.
E. Gangguan proses berpikir
Proses berpikir dibagi menjadi bentuk dan isi. Bentuk menunjukkan
dimana seseorang dapat menyatukan ide dan asosiasi dalam bentuk pikirnya.
Bentuk pikir bisa logis dan tidak logis atau bahkan tidak dapat dipahami sama
sekali. Isi menunjuk pada apa yang sesungguhnya menjadi pemikiran seseorang
tentang ide-idenya, kepercayaannya dan obsesinya. Proses berpikir terdiri dari
proses pertimbangan, pemahaman dan ingatan serta penalaran. Proses berpikir yang
normal akan mengandung arus idea yang menghantarkan kepada penyesuaian yang
berorientasi kepada kenyataan. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

26

proses berpikir seperti faktor somatik, psikologis dan sosial, ketiga unsur itu sangat
mempengaruhi perhatian individu.
1. Gangguan bentuk pikiran
a. Dereisime atau pikiran dereistik, proses mental tidak sesuai dengan
kenyataan atau pengalaman yang sedang berjalan.
b. Pikiran autistik, berpikir untuk memuaskan keinginannya yang tak
terpenuhi, dalam bentuk lamunan, fantasi dan waham.
c. Bentuk pikiran yang nonrealistik, bentuk pikiran yang tidak berdasarkan
kenyataan, seperti menyelidiki sesuatu yang spektakuler dan mengambil
kesimpulan yang tidak masuk akal.
2. Gangguan isi pikiran
a. Kegembiraan yang luar biasa atau ekstasi, bisa dialami oleh semua orang
karena hal ini berkaitan dengan isi pikiran, namun ekstasi ini bisa
disebabkan oleh narkotika atau kadang-kadang

timbul spintas pada

skizofrenia.
b. Fantasi, merupakan isi pikiran yang berhubungan dengan suatu keadaan
yang diharapkan tetapi tidak nyata ada. Sesudah berfantasi seseorang akan
bertindak sesuai dengan fantasinya. Pada pseudologia fantastika, orang itu
percaya akan kebenaran fantasinya secara inherent selama jangka waktu
yang lama.
c. Fobia, adalah rasa takut pada suatu benda atau keadaan yang berlebihan dan
rasa takut itu sulit dihilangkan. Fobia bersifat irasional dan dapat
mengakibatkan

kompulsif.

Contohnya

seorang

yang

fobi

kotor

menimbulkan kompulsif cuci tangan. Macam-macam fobia : agorafobi


(terhadap ruang yang luas), ailurofobi (terhadap kucing), akrofobi (terhadap
tempat yang tinggi), algofobi (terhadap perasaan nyeri), astrafobi (terhadap
badai,guntur,kilat), bakteriofobi (terhadap kuman), monofobi (terhadap
keadaan sendirian) dan pirofobi (terhadap api).
d. Obsesi, berupa pikiran yang kokoh terhadap suatu hal walaupun tidak wajar
dan tidak mungkin. Obsesi selalu menggoda seseorang dan sangat sukar
dihilangkan
e. Preokupasi, pikiran yang terpaku hanya pada satu ide saja, yang biasanya
berhubungan dengan emosional
f. Pikiran bunuh diri, seseorang terkadang memikirkan hal bunuh diri secara
terus-menerus dan memikirkan bagaimana caranya dia bunuh diri.
g. Pikiran isolasi sosial, seseorang merasa terisolasi atau terkunci dari
masyarakat, rasa ditolak dan tidak disukai orang lain, lebih suka menyendiri
karena tidak enak bila berkumpul dengan orang lain.
27

h. Pikiran rendah diri, merndahkan, menghina dan menyalahkan dirinya


tentang suatu hal yang pernah atau tidak pernah dia lakukan.
i. Merasa dirugikan oleh orang lain, seseorang menyangka bahwa orang lain
sedang mengambil keuntungan dari dirinya.
j. Pesimisme, mempunyai pandangan yang suram mengenai banyak hal dalam
hidupnya.
k. Sering curiga, ketidakpercayaan dengan orang lain.
l. Waham (delusi), isi pikiran yang diyakininya, namun kenyataannya tidak
cocok dengan intelegensi dan latar belakang

kebudayaannya. Waham

memiliki berbagai jenis seperti, waham kejaran, waham somatik, waham


kebesaran, waham keagamaan, waham dosa, waham pengaruh, waham
sendirian dan waham nihilistik.
F. Sensorium Dan Fungsi Kognitif
1. Gangguan kewaspadaan atau keterjagaan dan kesadaran
Kesadaran itu merupakan kemampuan individu mengadakan hubungan
dengan lingkungannya serta dengan dirinya sendiri dan mengadakan
pembatasan terhadap

lingkungan serta terhadap dirinya sendiri. Kesadaran

dapat menurun dan meninggi, selain itu kesadaran memiliki beberapa bentuk
seperti trance, fugue, hipnosis dll.
a. Kesadaran yang menurun, keadaan dimana kemampuan persepsi, perhatian
dan pemikiran yang berkurang secara keseluruhan. Tingkat penurunan
kesadaran dimulai dari : (1) apati (individu mulai mengantukdan acuh tak
acuh dengan respon biasa), (2) somnolensi (individu sudah mengantuk dan
membutuhkan respon yang lebih keras), (3) sopor (hanya berespon dengan
rangsang keras dan ingatan), (4) subkoma, (tidak ada lagi respon terhadap
rangsang yang keras) dan (5) koma (kesadaran menurun sangat dalam)
b. Kesadaran yang meninggi, keadaan dengan respons yang meninggi terhadap
rangsang, warna-warni kelihatan terang dan suara terdengan lebih keras.
c. Hipnosis, adalah kesadaran yang sengaja diubah melalui sugesti, orang
dalam hipnosis kelihatan seperti tidur dan mudah sekali disugesti, setelah
hipnosis timbul amnesia atau lupa dengan kejadian hipnosis yang dilakukan.
d. Trance, seseorang dalam keadaan sadar tetapi tidak memberikan reaksi yang
jelas dengan lingkungannya. Bisa ditimbulkan oleh hipnosis dan upacara
kepercayaan. Contoh : kuda lumping, kesurupan, tari sintren dll
e. Fugue, suatu periode penurunan kesadaran dengan pelarian secara fisik dari
suatu keadaan yang menimbulkan banyak stress tetapi kebiasaan dan
keterampilan sehari-hari tetap ada.
28

f. Hysterical twilight state, kehilangan ingatan karena faktor psikologis.


Disosiasi terjadi mengenai suatu waktu tertentu dan biasanya selektif.
g. Serangan histerik, suatu penampilan emosional yang jelas dan mempunyai
unsur menarik perhatian. Kelihatannya tidak ada kontak dengan lingkungan.
2. Konsentrasi
Konsentrasi merupakan kemampuan untuk mengarahkan dan
mempertahankan

dan menyeleksi perhatian. Seseorang dapat mengalami

gangguan perhatian bila tidak mampu fokus, hanya bisa fokus pada satu hal saja
dan lamanya pemusatan perhatian seseorang berkurang.
3. Orientasi
Adalah kemampuan seseorang dalam mengenali lingkungan, waktu dan
dirinya sendiri serta orang lain. Gangguan orientasi disebut disorientasi dimana
seseorang tidak dapat mengenali tempat, waktu, identitas diri dan orang lain
sebagai akibat gangguan kesadaran.
G. Gangguan emosi (mood dan afek)
Emosi adalah reaksi spontan manusia yang bila tidak diaksikan maka tidak
dapat dinilai baik buruknya. Emosi dapat berupa emosi positif seperti gembira,
cinta, bangga, eforia dan emosi negatif seperti kecewa, depresi, marah takut, curiga
dll. Mood adalah perasaan menyenangkan atau tidak, seperti kebahagiaan atau
kekecewaan yang menyertai suatu pikiran dan biasanya berlangsung lama serta
kurang dibarengi oleh komponen fisiologis . sedangkan afek adalah ekspresi emosi
yang terlihat. Mood dan afek muncul karena adanya eksistensi manusia, jadi bila
manusia yang diakui keberadaannya maka akan memiliki mood yang positif begitu
pula sebaliknya bila manusia merasa keberadaannya tidak diakui maka akan
muncul mood yang negatif. Mood dan afek yang normal merupakan dorongan
untuk bertahan hidup, namun bila mood dan afek terjadi begitu tinggi atau sangat
berkurang intensitasnnya maka telah terjadi gangguan. Gangguan mood dan afek
berupa :
1. Euforia : elasi kuat dengan perasaan kuat dengan perasaan kebesaran.
2. Depresi : kesedihan yang psiko patologis.
3. Anhedonia: hilang minat menarik diri dari semua aktifitas rutin yang
menyenangkan.
4. Kecemasan: ciri psikisnya: khawatir, gugup, tegang, cemas. Rasa tak aman dan
takut. Ciri somatisnya: keringat dingin pada telapak tangan, tekanan darah
meninggi dan peristaltik bertambah.
5. Apati: berkurangnya afek dan emosi terhadap suatu atau semua hal dengan
disertai rasa terpencil dan tidak peduli.

29

6. Ambivalensi: emosi dan afek yang berlawanan timbul bersama-sama terhadap


seorang, objek atau suatu hal.
H. Gangguan Persepsi
Persepsi adalah suatu daya mengenal berbagai pengetahuan melalui proses
yang berhubungan dengan pancaindra seperti mengamati, meraba, mencium,
mendengar dan merasakan.

Persepsi normal berawal dari stimulasi reseptor

sensoris yang normal pula, jadi persepsi dapat terganggu oleh gangguan otak, oleh
gangguan jiwa,oleh pengaruh lingkungan sosiobudaya. Berikut merupakan jenis
gangguan persepsi yang ada :
1. Halusinasi
Halusinasi adalah presepsi yang kuat atas suatu pristiwa atau objek yang
sebenarnya tidak nyata. Misalnya seseorang berhalusinasi melihat suatu
kursitetapi orang lainnya tidak melihat adanya kursi. Berikut jenis halusinasi :
a. Halusinasi auditoris, presepsi bunyi yang palsu. Misal suara hewan, manusia
dan musik
b. Halusinasi visual, presepsi palsu tentang penglihatan yang berupa citra yang
berbentuk dan citra yang tidak berbentuk. Misal : sinar, kilapan, orang dan
binatang.
c. Halusinasi penciuman, presepsi palsu tentang penciuman. Misal : mencium
bau wangi atau busuk.
d. Halusinasi pengecapan, presepsi palsu tentang pengecapan. Misal :
mengecap sesuatu rasa.
e. Halusinasi perabaan, presepsi palsu tentang perabaan. Misal merasa
disentuh, ditiup dan disinari.
2. Ilusi
Ilusi adalah mispresepsi atau interpretasi yang salah terhadap stimuli eksternal
yang nyata. Misalnya ada bunyi ombak didengarnya seperti bunyi bom atom.
3. Depersonalisis
Perasaan aneh tentang dirinya, merasa bahwa dirinya sudah tidak biasa lagi,
tidak sesuai kenyataan.
4. Derealisasi
Perasaan aneh tentang lingkungannya dan tidak sesuai dengan kenyataan.
Misalnya segala sesuatu dialaminya seperti mimpi.
I. Gangguan Psikomotor
Psikomotor adalah gerak tubuh yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa.
Gangguan psikomotor berupa :
1. Grimas, mimik yang aneh berulang-ulang
2. Fleksibilitas serea, mempertahankan posisi badan yang dibuat orang lain
padanya.
30

3. Bersikap aneh, sengaja mengambil sikap atau posisi badan yang tidak wajar
atau aneh.
4. Ekhopraxia, langsung meniru gerakan orang lain ketika melihatnya.
5. Stereotipi, gerakan yang berulang-ulang dan tidak bertujuan oleh salah satu
anggota badan.
6. Kompulsi, dorongan yang mendesak dan berkali-kali, walaupun si individu
tidak menyukai dan ingin melawan perbuatannya yang bertentangan dengan
norma. Kompulsi mungkin terjadi karena fobia.
7. Ekholalia, langsung meniru apa yang dikatakan seseorang.
J. Gangguan kemauan/dorongan kehendak
Seseorang yang mengalami gangguan ini dapat dilihat dari ada tidaknya
minat (kemauan) , motivasi (dorongan untuk sesuatu yang ingin dicapai), prakarsa
(kemampuan memulai aktivitas yang bertujuan), dorongan (kemampuan untuk
melakukan aktivitas setelah memiliki tujuan), ambisi, realistik atau tidak, perawatan
diri dan penggunaan waktu luang atau hobi.
K. Gangguan kepribadian
Kepribadian adalah keseluruhan pola pikiran, perasaan dan perilaku yang
muncul pada diri individu sebagai usaha dari adaptasi secara terus-menerus dalam
hidupnya. Gangguan kepribadian berupa : gangguan kepribadian paranoid, skizoid,
disosial, emosional tak stabil, histrionik dan anankastik.
L. Gangguan pola hidup
Gangguan pola hidup berhubungan dengan sosial dan sifat-sifat dalam
keluarga, pekerjaan, rekreasi dan masyarakat.
1. Gangguan pola hidup keluarga
Dalam kelompok keluarga pasti mempunyai perannya masing-masing, ada yang
berperan sebagai ibu, ayah dan anak dengan tanggung jawab masing-masing
yang kompleks. Apabila ada penukaran peran dalam keluarga dapat
mengganggu pola hidup.
2. Pekerjaan
Banyak orang yang bekerja jauh di bawah kemampuan mereka, sehingga
banyak hambatan pekerjaan yang mengganggu. Apabila ada di sekolah maka
akan mengganggu proses belajar dan masalah putus sekolah.
3. Rekreasi
Dalam rekreasi atau permainan, orang yang mengalami kompulsif, cemas
berlebihan, marah-marah, kemudian kalah bermain maka mereka akan depresi.
4. Seorang dewasa yang sudah matang secara emosional akan mempunya
tanggung jawab dalam kegiatan sosial. Akan tetapi ada orang yang melakukan
kegiatan sosial karena rasa bersalah, menarik perhatian dan kebutuhan akan
dicintai. Hal demikian merupan gangguan dalam pola hidup.
31

IV.

PENYEBAB UMUM GANGGUAN JIWA


Biarpun gejala utama atau gejala yang menonjol terdapat pada unsur kejiwaan,
tetapi penyebab utamanya mungkin dibadan (somatogenik), dilingkungan sosial
(sosiogenik), di psike (psikogenik), ataupun kultural (tekanan kebudayaan) dan
spiritual (tekanan keagamaan). Mungkin dari salah satu unsur ada satu penyebab yang
menonjol, namun biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, tetapi beberapa penyebab
dari badan, jiwa dan lingkungan serta kultural-spiritual sekaligus timbul atau kebetlan
terjadi bersamaan, lalu timbulah gangguan badan dan jiwa. Misalnya karena masalah
sosial seseorang menjadi depresi, karena ia kurang makan dan tidur, daya tahan badan
berkurang sehingga mengalami keradangan tenggorokan. Seorang dengan mania
mendapat kecelakaan atau seorang dengan ateroklerosis otakatau tumor otak
mengalami depresi. Sudah lama di ketahui, bahwa penyakit pada otak sering
mengakibatkan gangguan jiwa komorbiditas, dua atau lebih gangguan terdapat
bersama-sama, kadang-kadang sampai sukar untuk menentukan mana yang lebih dulu.
Ini merupakan salah satu sebab mengapa sekarang kita membuat diagnosis multiaxial yang mencatat hal-hal dari berbagai unur:
axis I

: klinis

axis II

: kepribadian

axis III

: kondisi medis umum

axis IV

: psikososial dan lingkungan

axis V

: taraf fungsi

A. Perkembangan Badani Yang Salah


Perkembangan badani mempunyai suatu urut-urutan tertentu. Suatu
halangan dalam hal ini dapat mengakibatkan gangguan perkembangan. perilaku
kita berdasarkan juga pada keutuhan fungsisusunan saraf dan perlengkapan badani
yang lain. Setiap faktor yang menjadi penyebab perilaku abnormal. Faktor-faktor
ini mungkin dari keterununan ataupun dari lingkungan
B. Faktor Keturunan
Pada mongolosme atau sindrom Down (retardasi mental dengan mata
sipit,muka datar,telinga kecil,jari-jari pendek dll).
Sindrom Turner (dengan ciri-ciri khas: tubuh pendek, leher melebar,
infantilisme sexual) ternyata berhubungan dengan jumlah kromosom sex yang
abnormal. Gangguan yang berhubungan dengan kromosom sex di katakan terkait
32

pada sex (sex linked), artinya bahwa efek genetik itu hanya terdapat pada
kromosom sex. Kaum wanita ternyata lebih kurang peka terhadap gangguan yang
terikat pada sex, karena mereka punya dua kromosom X, bila satu tudak baik, maka
yang lain biasanya akan melakukan fungsinya. Akan tetapi seorang pria hanya
mempunyai satu kromosom X dan atu Kromosom Y, dan bila salah satu tidak baik,
maka akan timbul gangguan.
C. Faktor Konstitusi
Konstitudipada

umumnya

menunjukkan

kepada

keadaan

manusia

seluruhya, termasuk baik yang ditirinkan mauoun yang diperoleh kemudian (hasil
interaksi genotipe dan fenotipe). Misalnya bntuk badan (perawakan), sex,
temperamen, fungsi endorin dan urat saraf serta jenis darah.
Jelas bahwa hal-hal ini mempengaruhi perilaku individu secara baik atau
pun tidak bail, misalnya bentuk badan yang atletik atau yag kurus, tinggi badan
yang terlalu tinggi atau pun terlalu oendek, paras muka yang cantik atau pun jelek,
sex wanita atau pria, fungsi hormonal yang seimbang atau yang berlebihan salah
satu hormon, urat saraf yang cepat reaksinya atau yang lembat sekali, dan
seterusnya. Semua ini turut mempengaruhi hidup seseorang.
D. Cacat Kongenital
Cacat kongenital dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak,terlebih
bila berat. Akan terapi pada umumnya apakah gangguan jiwa karena cacat akan
timbul tergantung terutama pada individu, bagaimana ia menilai dan menyesuaikan
diri terhadap kecacatan itu.
Orang tua fapat mempersulitkan penyesi=uaian diri dengan prokteksi
berlebihan, penolakan atau tuntutan yang di luar kemampuan anak.singkatnya,
kromosom dan gen yang defek bersama faktor lingkungan sebelum, pada waktu
dan sesudah lahir, dapat mengakibatkan gangguan badani. Cacat badani biasanya
dapat dilihat dengan jelas, tetapi gangguan fungsi biologis atau psikologis secara
langsung atau dapat memengaruhi daya tahan stres.
E. Perkrmbanga Psikologis Yang Salah
Dalam masa kanak-kanak diletakan dasar masa dewasa, bagaiman
lingkungan dan diri kita dinilai, bagaimana kebiasaan berfikir dan pola reaksi kita,
bagaimana lingkunga kultural dan spiritual. Biarpun demikian, kita dapat saja
berubah bila kita menjadi dewasa, kita dapat mengadakan perubahan-perubahan
33

besar dalam pola berfikir dan bertindak kita. Kita tidak terpaku atau terbatas pada
pola yang dibentuk dalam masa kanak-kanak saja.
Pada umumnya perkembangan psikologis yang salah mencakup:
a. Ketidak matangan atau fixasi, yaitu individu gagal berkembang lebih lanjut ke
fase berikutnya
b. titik-titik lemah yang di tinggalkan oleh pengalaman traumatik menjadi
kepekaan kita terhadap jenis stresor dan stres tertentu
c. Distorsi, yaitu bila kita ingin mengembangkan sikap atau pola reaksi yang tidak
sesuai atau bila kita ingin mengembangkan sikap atau pola reaksi yang tidak
sesuai atau bila kita gagal mencapai integrasi kepribadian yang normal. Kita
akan membicarakan beberapa faktor dalam perkembangan psikologis yang tidak
sehat.
F. Deprivasi Dini
Makin lama makin nyata bahwa deprivasi (ketidak perolehan) biologis atau
psikologis pada waktu bayi dapat mengakibatkan kerusakan yang tidak dapat
diperbaiki lagi.
Deprivasi maternal atau asuhan ibu rumah sendiri, terpisah dengan ibu atau
tinggal di asrama, dapat menimbulkan perkembangan yang abnormal. Deprivasi
rangsangan umum dari lingkungan, bila sangat ternyata berhubungan dengan
retardasi mental. Kekurangan protein dalam makanan, terutama dalam jangka
waktu lama sebelum anak berumur 4 tahun, dapat mengakibatkan retardasi mental.
Deprivasi atau frustasi dini dapat menimbulkan titik-titik lemah pada
jiwa, juga dapat mengakibatkan perkembangan yang salah satu pun perkembangan
yang berhenti. Untuk perkembangan psikologis ada masa-masa gawat.dalam
masa ini rangsangan dan pengalaman belajar yang berhungan dengan
perkembangan psokologis serta pemuasan berbagai kebutuhan sangat perlu bagi
urut-urutan perkembangan intelektual, emosional dan sosial yang normal.

G. Pola Keuarga yang Patogenik


Dalam masa kanak-kanak keluarga memegang peranan penting dalam
pembentukan kepribadian. Hubungan orang tua-anak yang salah atau interaksi yang
patogenik dalam keluarga sering merupakan sumber gangguan penyesuaian diri.
Kadang-kadang orang tua berbuat terlalu banyak untuk anak dan tidak
memberi kesempatan anak itu berkembang sendiri. Adakalanya orang tua berbuat
34

terlalu sedikit dan tidak merangsang anak atau tidak memberi bimbingan dan
anjuran yang dibutuhkannya. Kadang-kadang mereka bahkan mengajarkan anak itu
pola-pola yang tidak baik.
Akan tetapi pengaruh cara asuhan anak tergantung pada keadaan sosial s
ecara keseluruhan dimana hal itu dilakukan. Dan anak-anak juga bereaksi
secara berlainan terhadap cara yang sama serta tidak semua akibat adala tetap
kerusakan doni sering diperbaiki sebagian oleh pengalaman di kemudian hari. Akan
tetapi beberapa jenis hubungan orang tua-anak sering terdapat dalam latar belakang
anak-anak yang terganggu, misalnya penolakan, perlindungan yang berlebihan,
manja berlebihan, tuntutan perfeksionistik,standar moral yang kaku dan tidak
realistik, disiplin yang salah, persaingan antara saudara yang tidak sehat, orang tua
memberi contoh yang salah, ketidak sesuaian dalam perkawinan, rumah tangga
yang berantakan, serta tuntutan yang bertentangan.
Perlu diingat bahwa hubungan orang tua-anak selalu merupakan suatu
interaksi (saling pengaruh), buak hanya pengaruh satu arah dari orang tua ke ank.
Pada waktu lahir dan telebih sesudahnya, anak itu masuk ke dalam interaksi bukan
sebagai suatu kertas yang putih, akan tetapi sebagai suatu organisme yang aktif dan
dengan kebutuhan-kebutuhannya yang khas. Dalam menilai hasil suatu keadaan
kita tidak boleh menganggap bahwa perilaku orangtua itu selalu yang menentukan
dan perilaku serta perkembangan anak itu selalu tergantung pada perilaku orang
tua.
Pada umumnya trauma (frustasi) dini rupanya mempunyai akibat yang lebih
jauh, karena mawas diri, penelitian yang baik dan pembelaan diri psikologis
sebagian besar belum terbentuk seperti pada oarang dewasa. Pada orang dewasa
lebih kebal terhadap pengalaman traumatik yang sama di kemudian hari,karena
sudah dikenal, keterbataannya telah diketahui, individu telah menyamakannya
dengan pengalaman lain yang dikenal dan pembelaan diri telah berkembang.

H. Masa Remaja
Masa remaja dikenal sebagai masa gawat badai dan stres dalam
perkembangan kepribadian. Dalam masa ini individu dihadapi dengan pertumbuhan
(bertambah besar) dan perkembangan (perubahan-perubahan) badani dan
pematangan sexual yang cepat. Pada waktu yang sama status sosialnya juga
35

mengalami perubahan. Bila dahulu ia sangat tergantung pada orang tuanya atau
orang lain, sekarang ia harus belajar berdiri sendiri dan belajar bertanggung jawab
atas perbuatannya sampai dengan pernikahan, pekerjaan dan status sosial umum.
Kebebasan yang lebihbesar membawa tanggung jawab yang lebih besar pula.
Perubahan-perubahan ini mengakibatkan bahwa ia harus mengubah konsep
tentang diri sendiri. Tidak jarang terjadi krisis identitas (Erikson, 1950). Ia harus
memantapkan dirinya sebagai seorang individu berkepribadian matang, lepas dari
keluarga. Ia harus menyelesaikan maslah pendidikan, pernikahan dan kehidupan
dalam masyarakat. Bila ia tidak dibekali dengan pegangan hidup yang kuat, maka ia
akan mengalami difusi identitas, yaitu ia bingung tentang apa sebenarnya ia ini
dan buat apa sebenarnya hidup ini. Sindrom ini disebut juga anomi, remaja itu
merasa terombang-ambing, terapung-apung dalam hidup ini tanpa tujuan tertentu.
Banyak remaja sebenarnya tidak memberontak, tetapi hanya sekedar sedang
mencari arti diri sendiri dan pegangan hidup yang bermakna bagi mereka.
Dapat dikatakan bahwa bagi banyak orang dengan gangguan emosi,
kegagalan untuk mempertahankan gizi yang baik dan istirahat yang cukup, tambah
melemahkan mereka secara keseluruhan dan menambah beban sehingga mereka
makin tambah terganggu.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa kemampuan utama dalam hidup
dan dalam menyesuaikan diri memerlukan penerangan tentang beberapa masalah
utama dalam hidup, seperti pernikahan, ke-orang tua-an, pekerjaan dan hari tua. Di
samping kemampuan umum ini dalam bidang badaniah, emosional, sosial dan
intelektual, kita memerlukan persiapan bagi masalah-masalah khas yang mungkin
sekali akan dihadapi dalam berbagai tahap hidup kita.
I. Faktor Sosiologis Dalam Perkembangan Yang Salah
Dalam kehidupan modern terdapat tidak bahaya terhadap pengarahan diri
yang baik. Sukar untuk memperoleh dan mempertahankan identitas diri yang stabil
di tengah-tengah perubahan yang komplex dan cepat. Alfin Toffler mengemukakan
bahwa yang paling berbahaya di zaman modern, di negara-negara dengar superindustrialisasi, adalah kecepatan perubahan dan pergantian yang makin epat dalam
hal ke-sementara-an (transience), ke-baru-an (novelty) dan ke-anekaragaman (diversity). Dengan demikian individu menerima rangsangan yang
berlebihan sehingga kemungkinan lebih besar terjadinya kekacauan mental. Karena

36

halmini kemungkinan lebih besar di masa depan, Toffler menanamkannya shok


masa depan (fulture shok)
Dari berbagai penelitian terdapat perbedaan antara gejala-gejala gangguan
jiwa disebabkan oleh perbedaan kebudayaan dan lingkungan sosial. Biarpun faktor
patogenetik (yang menyebabkan) mungkin sama, akan tetapi faktor patoplastik
(yang membentuk, memberi rupa/warna) berbeda-beda.
Seperi seoerang idivudu, suatu masyarakat secara keseluruhan dapat juga
berkembang kearah yang tidak baik. Hal ini dapat di pengaruhi oleh lingkungan
fisik ataupun oleh keadaan sosial masyarakat itu sendiri. Hal-hal ini merendahkan
daya tahan frustasi seluruh masyarakat dan menciptakan suasana sosial yang tidak
baik sehingga para anggotanya secara perorangan dapat menjurus ke gangguan
metal.
V. KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA
A. Klasifikasi Diagnosis Gangguan Jiwa
Dalam ilmu kedokteran Biossier Lacroix (1706-1777) menyusun
Nosologia Methodica, yaitu suatu daftar penyakit dan klasifikasinya. William
Cullen (1710-1790) mengembangkan Synopsis Nosologie Methodicae, yang di
terbitkan dalam tahun 1785 dan yang pemakaiannya tersebar luas pada waktu itu.
Banyak istilah teknis dalam psikiatri dari dongeng atau kepercayaan. Hal ini
tidak membantu kesepakatan tentang arti. Karena itu klasifikasi diagnosis gangguan
jiwa penting, terlebih glosari yang menyertainya, sehingga kita lebih dapat
berbicara dalam satu bahasa.
Gunanya sesuatu klasifikasi, walaupun tidak sempurna, ialah:
1. Memudahkan komunikasi
2. Memudahkan pendidikan
3. Membuka jalan untuk penelitian lebih lanjut
Suatu klasifikasi tidak dapat berpegang secara kaku pada satu dasar, misalnya
berdasarkan etiologi, atau patologi, atau somtomatologi melulu, terlrbih dalam
psikiatri, karena:
a. Satu etiologi menimbulkan berbagai gejala
b. Satu gejala dapat ditimbulkan oleh beberapa penyebab
c. Dalam menimbulkan gejala itu, kepribadian prasakit memegang peranan lebih
penting dari pada bahan toksik atau situasi stres itu
B. ICD

37

Dalam tahun 1853 Kongres Statistik Internasional meminta kepada Dr.


William Farr, ahli statistik pada Register General Office di London, dan Dr Marc
dEspine dari Geneva menyusun suatu daftar nama yang seragam tentang penyebab
kematian yang dapat dipakai di semua negara. Tindakan ini menghasilkan
Klasifikasi Internasioanal tentang penyebab kematian (juga disebut Klasifikasi
Bertillon). Klasifikasi ini diterima oleh Institusi Statistik Internasional di Paris
dalam tahun 1893 dan merupakan dasar klasifikasi internasional di kemudian hari.
Selanjutnya Internasioanal List of Causes of Death ini mengalami empat
kali revisi, berturut-turut pada tahun 1900, 1910, 1920, 1929. Pada revisi 5 tahun
1928 (ICD-5) gangguan jiwa dikelompokan dalam Bab Penyakit dan Defisiensi
Mental (Cat. 84. Mental diseases and dericiency) yang terdiri atas a. Defisiensi
Mental, b. Skizofrenia, c. Psikosis manik depresif, dan d. Penyakit mental lainnya.
Dalam tahun 1900 mulai dikembangkan daftar penyebab penyakit dan pada
tahun 1946 WHO menyiapkan revisi keenamInternational List of Causes of Death
dan membentuk daftar internasioanal tentang penyebab akit (International List
ofCauses of Morbidity). Hasil kerja ini berupa manual of the InternationalStatistical
Classification of Diseases, Injuries, and Causes of Death (ICD-6) yang secara resmi
diterima oleh the Firs Word Health Assembly pada tahun 1948.
Klasifikasi diagnosis gangguan jiwa makin berkembang pada ICD-7 tahun
1955 dengan dicantumkannya 26 kategori tiga tidikit dalam seksi V: gangguan
mental, psikoneurotik, dan kepribadian (Section V: Mental, psychoneuroti, and
personality disonders)
Dalam tahun 1965 diterbitkan klasifikasi internasioanl tentang penyakit
(international classification of dieases 8th revision atau ICD-8) dalam ICD-8 ini
hampir semua gangguan jiwa dikumpulkan didalam satu seksi (Seksi V: Gangguan
jiwa), hanya beberapa tersebar ditempat lain`
Dalam tahun 1974 oleh WHO diterbitkan suatu glosari gangguan jiwa dan
penetuan klasifikasinya (Glossary of Mental Disorders and Guide to thei
Classification).
Kategori gangguan jiwa bertambah menjadi 30 dalam Bab 5 ICD-9
tahun1975. Bab 5 tentang gangguan mental dan perilaku yang mengandung 78
kategori (dari potensi 100) dengan kodefikasi 3 karakter.
Yang terakhir adalah Internasioanal Statistical Classification of Diseases
and Related Health Problem, Tenth Revision (ICD-10) yang diadopsi pada tahun
38

1989. Bab 5 tentang gangguan mental dan perilaku mengandung 78 kategori (dari
potensi 100) dengan kodifikasi tiga karakter.
C. PPDGJ-I DAN PPDGJ-II
Dalam tahun 1973 direktor kesehatan jiwa dari direktorat jendral pelayanan
kesehatan departemen kesehatan R.I, mengambil prakarsa untuk menyusun grosari
tentang gangguan jiwa. Suatu konsep disusun oleh Prof. Dr. R.Kusumanto
Setyonegoro, W.M. Roan dan R. Salan dari Direktorat kesehatan jiwa serta
Zebulon Taintor dari Universitas Buffalo U.S.A sebagai penasihat. Konsep
ini ditinjau oleh beberapa psikiater dari Fakultas kedokeran Universitas Indonesia.
Kemudian konsep yang telah ditinjau ini diajukan dalam suatu seminar yang
bertema masalah diagnostik dalam psikiater di indonesia, diselenggarakan oleh
direktorat kesehatan jiwa pada tanggal 10-14 september1973 dijakarta. Pembahas
resmi ialah O.P. Tandou (Universitas Indonesia), W.F. Maramis (Universitas
Airlangga), Soejono Prawirohardjo (Universitas Gajah Mada) dan Djamaludin
Sodjuangon (Universitas Sumatra Utara). Peserta lain ialah psikiater semua Rumah
Sakit Jiwa pemerintah dan swasta, bagian psikiatri rumah sakit angakatan
bersenjata, polisi dan fakultas kedokteran pemerintah.
Sebagian hasil seminar nasional ini adalah terbentuknya suatu panitia
dengan anggota para psikiater Direktorat Kesehatan Jiwa dan fakultas kedokteran
pemerintah. Tujuan ialah mengembangan glosari itu lebih lanjut. Panitia Penyusun
Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa ini berapat di Jakarta tanggal
20-23 Desember 1973, di Semarang tanggal 14-17 pebruari 1974 di Surabaya
tanggal 11-13 Maret dan terakhir di kaliurang. Yogyakarta tanggal 23-26 Mei 1974
dengan menghasilkan naskah akhir. Direktorat kesehatan jiwa kemudian
mempersiapkan untuk dicetak dan akhirnya pedoman penggolongan diagnosis
gangguan jiwa ke-1, 1973 (PPDGJ-I) diterbitkan tahun 1975.
Yang dipakai sebagai panduan dalam menyusun PPDGJ-I ini adalah
klasifikasi dan kodifikasi ICD-8 dari WHO serta glosari diagnostik yang telah ada,
yaitu :diagnostic and statistical manual of mental disorders biasa dari jeneral
register office di London perlu diingatkan apa yang dikatakan dalam ICD-8, yaitu
ICD itu lebih merupakan suatu klasifikasi PENYAKIT daripada PENDERITA.
Karena satu satu orang penderita dapat saja mempunyai lebih dari satu penyakit,
maka harus ada peratuaran prosedur yang menyatakan bagaimanakah berbagai
keadaan itu harus di catat peraturan ini akan berbeda, sesuai dengan tujuan
39

pengambilan data itu . Glosari ini terutama desriptif dan bukan berdasarka
etiologi atau patologi.
Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia edisi II
(PPDGJ-II) disusun pada thun 1983 dengan menggunakan ICD-9 dan diagnostic
and statisical manual for mental and behavioral disorders third edition (DSM-III).
D. PPDGJ-III
Setelah WHO menertibatkan Internatioanl classification of Disiases and
Related Health Problems (ICD-10) pada tahun 1992, maka persiapan untuk
merevisi PPDGJ-II dilakukan oleh direktorat kesehatan jiwa departemen kesehatan
R.I pada tanggal 2-7 februari 1993 di ciloto, jawa barat diadakan Work shop to
refview ICD-10 dan pelatihan Diagnosis sesuai PPDG-III dengan peserta yang
mewakili bidang pelayanan (departemen kesehatan, rumah sakit jiwa, bagian
psikiatri RSU Swasta dan ABRI), bidang pendidikan (laboratorium psikiatri
fakultas kedokteran universitas negeri swasta), bidang profesi (IDAJI/ikatan dokter
ahli jiwa indonesia, waktu itu) dan lain-lain.
Berbeda dengan PPDG-II yang juga mengambil DSM-III sebagai acuan,
PPDGJ-III sepenuhnya disusun berdasarkan kodofokasi, nomenklatur, dan
terminologi ICD-10 Classification of Mental and Behavioural Disorders. PPDGJIII ini direncanakan untuk dapat digunakan sebagai pegangan setidaknya untuk 10
tahun: 1994-2004.
Kalau PPDG-II menggunakan kode numerik (290-319), PPDGJ-III menggunakan
kode alfanumerik, satu huruf dan dua angka (F00-F99). Dengan demikian ada 100
kategori diagnosis, dibandingkan 30 kategori pada PPDG-II. Untuk spesikikasi
yang terlebih terperinci digunakan karakter keempat dan kealima.
E. DIAGNOSIS MULTIAXIAL
Tujuan diagnosis multiaxial adalah untuk mencakup informasi yang
menyeluruh (komprehensif) sehingga dapat membantu dalam perencanaan terapi
dan pembuatan prognosis. Karena formatnya mudah dan sistematis, maka dapat
membantu juga dalam menggambarkan perbedaan-perbedaan individual pada
pasien-pasien dengan diagnosis klinis yang sama. Komplexitas keadaan klinis
seorang pasien disederhanakan sehingga lebih mudah ditangkap dengan tetap
mengingat bahwa hal ini hanya suatu penyederhanaan artifisial. Diagnosis
multiaxial memperhatikan semua aspek manusia, yaitu bio-psiko-sosial, termasuk
kultural dan spiritual dalam aspek sosial.
40

Contoh diagnosis multiaxial adalah sebagai berikut (diambil hanya 2 dari 4


contoh dari buku PPDGJ-III):
Contoh I:
Axis I : F32.2 Episode depresi berat tanpa gejala psikotik
F10.1 Penggunaan alkohol yang merugikan
Axis II : F60.7 Gangguan kepribadian dependen
Sering menggunakan mekanisme pembelaan penyangkalan (denial)
Axis III : Tidak ada
Axis IV : Ancaman kehilangan pekerjaan
Axis V : GAF (Global Assessement of funcion) = 53 (mutakhiri)
Contoh 2:
Axis I : Z63.0 Masalah dalam hubungan dengan pasangan
Axis II : Z03,2 Tidak ada diagnosis
Axis III: Tidak ada
Axis IV: Tidak ada pekerjaan
Axis V : GAF = 83 (taraf tertinggi tahun terakhir)
F. KEADAAN PERBATASAN
Keadaan perbatasan atau borderline state adalah suatu gambaran klinis
yang kadang disebut juga psikosis perbatasan, skizofrenia pseudoneurotik atau
psikosis ambulatoir. Penderita ini cendurung untuk menimbulkkan gejala-gejala
yang jelas pada waktu stres. Gejala-gejala sangat berubah-ubah kadang -kadang
jelas psikotik, lain kali seperti neorosis fobik atau obsesif-kompulsif, mungkin kirip
gangguan kepribadian. Sehingga terjadi perbaikan yang cepat bila stres itu sudah
hilangkan. Sesudah ini penderita dapat berfungsi lagi sehari-hari, biarpun tidak
jarang masih agak kaku, aneh dan banyak keluhan.
Diangnosis mungkin berbeda pada bebagai waktu timbulnya di kompensasi
mental yang jelas, karena gejala-gejala tidak tetap, sehingga dapat dikatakan bahwa
satu-satunya gejala yang tetap pada penderita perbatasan (boerderline patient)
adalah ketidak ketetapan gejala-gejala. Diagnosis keadaan perbatasan baru dapat
dibuat bila kita melihat secara longitudinal jalannya gangguan itu.
VI. PEMERIKSAAN PSIKIATRIK
Pemeriksaan psikiatrik dapat dilakukan dalam situasi yang secara umum dapat di
bagi menjadi: 1) pemeriksaan psikiatrik yang dilakukan di lingkungan psikiatrik. 2)
41

yang di lakukan di lingkungan nonpsikiatrik. Tetapi jika pemeriksaan dilakukan di


dalam lingkungan nonpsikiatrik, terlebih oleh seorang dokter umum atau spesialis non
psikiatri, maka tidak jarang di temui berbagai kesulitan. Ada beberapa alasan mengapa
pemeriksaan psikiatrik juga penting di lakukan di lingkungan nonpsikiatrik oleh dokter
nonpsikiater. Pertama-pertama,sebanyak 80% pasien dengan masalah psikiatrik berobat
di dokter umum (regier et al.,1978). Kedua, setatus mental pasien berpengaruh pada
penyakit fisiknya, begitu pula sebaliknya. Dan terakhir , kondisi psikologis pasien
berpengaruh pada kemampuan pasien untuk terlibat dalam proses pengobatan.
A. Tujuan Dan Laporan Pemeriksaan
Tujuan pemeriksaan psikiatrik pada umunya adalah untuk mendapatkan satu
atau lebih dari hal-hal di bawah ini.
1. Menemukan dan menilai gangguan jiwa yang ada,yang akan di pakai sebagai
dasar pembuatan diagnosis (atau diagnosis sementara), menentukan tingkat
gangguan dan pengobatannya dan selanjutnya penafsiran prognosis.
2. Menggambarkan struktur kepribadian yang mungkin dapat menerangkan
riwayat dan perkembangan gangguan jiwa yang di temukan.
3. Menilai kemampuan dan kemauan pasien untuk berpartisipasi secara wajar
dalam pengobatan yang cocok baginya.
Laporan pemeriksaan keadaan jiwa atau status mental yang dipakai dalam
psikiatri klinik meruapakan hasil pemeriksaan jiwa pasien. Adapun laporan
pemeriksaan keadaan jiwa itu merupakan suatu bentuk cerita yang mengandung
banyak

hal,

seperti:

afek,mood,

cara

berbicara(ucapan),

proses

berpikir,psikomotor,persepsi dan fungsi kognitif,termasuk orientasi.


Suatu formulir laporan pemeriksaan keadaan jiwa yang lebih lengkap biasanya
terdiri atas bagian-bagian berikut:
1. Identifikasi

pasien:nama,umur,jenis

kelamin,suku

bangsa/latar

belakang

kebudayaan,agama,status sipil,pekerjaan yang di alaminya.


2. Keluhan utama atau sebab utama yang menyebabkan ia datang berobat
(menurut pasien atau keluarganya)
3. Riwayat gangguan sekarang.
4. Riwayat gangguan sebelumnya.
5. Riwayat pribadi: ditanyakan antara lain mengenai perkembangan fisik dan
mental, hubungan antar-manusia, hidup emosi, sifat, minat, kemampuan dan
prestasi, tindakan antisosial/kriminal, kepercayaan/agama, dll

42

6. Riwayat keluarga:orang tua,saudara,susunan keluarga,susunan anggota keluarga


dalam rumah yang di tempatinya,anggota keluarga yang pernah atau sedang
menderita gangguan jiwa serta jenis gangguan jiwa itu.
7. Pemeriksaan fisik.
8. Pemeriksaan status mental.
9. Evaluasi psikologis.
10. Evaluasi sosiologis.
11. Pemeriksaan lainnya: pemeriksaan laboratorium,

radoilogis,penunjang

psikologis dan diagnostik lain.


12. Ikhtisar penemuan bermakna.
13. Formulasi psikodinamik.
14. Formulasi etiologi.
15. Problen list.
16. Formulasi diagnostik.
17. Diagnosis multiaxial atau klasifikasi.
18. Program penatalaksanaan dan hasilnya serta prognosisnya.
19. Data pengakhiran pengobatan atau pengeluaran pasien dari rumah sakit.
20. Tindak lanjut.
Di usahakan membuat formulasi psikodinamik untuk pemahaman
menyeluruh terhadap pasien dan untuk keperluan terapi selanjutnya. Ini meliputi
usaha menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.
1. Karena apa sampai pasien menjadi individu seperti sekarang ini?
2. Pengaruh lingkungan dan keturunan apa yang membentuk kepribadiannya
sewaktu ia masih kanak-kanak?
3. Bagaimana di ekspresikannya kecemasan dan amarahnya?
4. Apa yang merupakan sumber kesukaan dan kebanggaanya?
5. Bagaimana kenyataan keadaan hidupnya dapat mengakibatkan keadaanya yang
sekarang ini?
6. Bagaimana mekanisme penyesuaian dirinya dan bagaimana efektivitas
mekanisme itu?
B. Hubungan Pasien-Dokter
Pemeriksaan dan pengobatan akanterjadi denganlebih mudah, bila pasien
menganggap dokter itu sebagai seorang yang selalu siap untuk menolong, sabar dab
dapat di percaya.banyak pasien menganggap bahwa dokter hanya mengobati
penyakit badaniah dan karena itu pada umumnya mereka datang kepada dokter juga
dengan keluhan-keluhan badaniah.pada pertemuan pertama kali biasanya pasien
tidak menceritakan masalah tau perasaan yang sangat pribadi yang merupakan
rahasia pribadi. Hal berbeda-beda pada tiap pasien dan tergantung pada kepribadian
dan tanggungannya. Kita harus berusaha untuk melihat keadaan secara objektif.
Untuk ini perlu di perhatikan hal-hal sebagai berikut:

43

1. Berceritakah pasien itu secara terus terang dan terbukia dan sebagai orang sakit
yang menghendaki pertolongan?
2. Apakah pasien itu sangat tergantung dan mengharapkan suatu pertolongan atau
mungkin suatu obat ajaib. Mungkin ia hanya hanya mau meminta persetujuan
dan anjuran dari dokter untuk perbuatan dan pikirannya?
3. Apakah pasien marah-marah tau curiga?
4. Adakah kecenderungan exihibisionistik,bujukan atau provokasi?
5. Beberapa pasien mencoba menyogok atau berlaku manis untuk mendapatkan
perhatian lebih banyak.
6. Ada yang terang-terangan menuduh dokter atau menjadi sangat sarkastik.
7. Yang lain lagi suka berlelucon atau lekas mengeluarkan air mata.
C. Teknik Dasar Wawancara
Wawancara harus berjalan secara spontan.biarkanlah pasien, bila ia
mengambil inisiatif sendiri untuk melanjutkan dan menghubungakan ceritanya.
Wawancara juga harus fleksibel,tidak kaku atau secara obsesif mengikuti suatu
skema tertentu. Kita hatus mengetahui apa yang perlu di periksa sambil dalam
pikiran kita mempunyai gambaran skema pemeriksaan. Wawancara sendiri harus di
sesuaikan dengan keadaan dan perasaan pasien. Jangan mengharapkan terlalau
banyak dari wawancara pertama, tetapi pupuklah kepercayaan secara pelan-pelan.
Jangan terlalu mendesak,sebab bila satu kali pasien sudah merasa dalam keadaan
defensif,maka sukar baginya lagi untuk menceritakan sesuatu dengan hati terbuka.
Pertanyaan-pertanyaan harus di susun sedemikian rupa sehingga pasien tidak salah
paham atau menerimanya sebagai tuduhan.
Dengan pertanyaan-pertanyaan yang halus kita dapat memeriksa hal-hal
yang bersifat rahasia bagi pasien tanpa menimbulkan rasa cemas yang
berlebihan.jangan berdebat dengan pesien.karena ini merupakan dasar dari
konseling dan wawancara,maka setiap dokter atau petugas medis perlu memiliki
dan mengembangkan keterampilan mikro-konseling,di butuhkan antara lain
kemampuan:
1) Mendengarkan dengan empati (mendengarkan aktif)
Untuk dapat mendengarkan yang baik,di butuhkan beberapa hal di bawah
ini:
a) Kontak mata ( sesuaikan dengan budaya)
b) Memberikan perhatian misal dengan anggukan kepala
c) Lakukan bantuan agar klien meneruskan ceritanya, misal dengan Mmhmm, ya
d) Kurangi hal-hal yang menarik perhatian,misal TV,telepon bising
e) Jangan melakukan pekerjaan selain wawancara saat wawancara
44

f)
g)
h)
i)
j)

Kenali perasaan pasien, misal nampaknya anda sedih


Jangan menginterupsi,jika tidak di perlukan
Jika tidak mengerti,ajukan pertanyaan
Jangan ambil alih pembicaraan dan menceritakan dri anda sendiri
Ulangi kembali pokok-pokok dalam diskusi secara ringkas menggunakan
kata-kata kita sendiri untuk menunjukan bahwa kita mengerti benar apa
yang di katakan pasien.
Faktor penting dari keterampilan mendengarkan yang baik adalah

kemampuan terapis untuk berempati. Empati memungkinkan individu


memahami diri dan dunianya. Empati disampaikan dengan menggunakan
keterampilan mendengarkan.beberapa teknik penting di bawah ini dapat
digunakan:
Mengulangi frasa dengan kata sendiri,atau dengan apa yang di kata pasien
sendiri mengguanakan isi pembicraan yang di sampaikan pasien,namun di
ucapkan dengan kalimat terapis sendiri melalui mengulagi frasa dapat membuat
pasien merasa terapis sendiri melalui mengulangi frasa dapat membuat pasien
merasa terapis telah mendengarkannya, dengan membantu pasien menceritakan
masalah/situasi dengan jelas.
Merefleksikan perasaan: hal ini sama dengan mengulangi frasa, namun
fokusnya pada ekspresi perasaan oleh pasien. Refleksi emosi dapat membantu
pasien untuk menjadi sadar bagaimana perasaan mereka,dan untuk menggali
reaksi mereka terhadap berbagai peristiwa yang di ceritakannya.
2) Mengajukan pertanyaan
Mengajukan pertanyaan merupakan bagian ponting dalam wawancara.
Hal ini dapat membantu terapis mengerti keadaan pasien dan menilai kondisi
klinis.
Ketika bertanya:
a)
b)
c)
d)
e)

Tanyakan hanya satu pertanyaan pada satu saat


Padanglah klien
ingkat dan jelas
Gunakan pertanyaan yang bertujuan dan pertanyaan terbuka
Gunakan pertanyaan untuk membantu pasien berbicara tentang perasaan dan

perilakunya
f) Gunakan pertanyaan untuk menggali dan memahami isu dan meningkatkan
kesadaran
g) Jangan mengajukan pertanyaan hanya untuk memenuhi keingintahuan
saudara
h) Pertanyaan terlalu banyak akan membuat orang merasa di interogasi.
45

Ada tiga jenis pertanyaan utama:


1. Pertanyaan tertutup
Keterbatasan dari pertanyaan tertutup adalah klien memberikan respons
dengan jawaban satu kata.
2. Pertanyaan terbuka
Dengan pertanyaan terbuka di dapatkan jawaban lebih dari satu kata.
3. Pertanyaan mengarahkan
Pertanyaan mengarahkan adalah pertanyaan dimana terapis menuntun pasien
untuk memberikan jawaban yang mereka inginkan.
3) Hening
a) Memberi waktu pada pasien untuk berpikir tentang apa yang akan di
katakan.
b) Memberi ruang pada pasien untuk merasakan perasaan yang di alaminya.
c) Memberi kesempatan pada pasien berbicra sesuai iramanya.
d) Memberi waktu pada pasien untuk mengatasi ambivalensi antara
mengatakan atau tidak pada terapis.
e) Memberikan kebebasan pada pasien untuk melanjutkan bercerita atau
berhenti.
f) Perilaku non-verbal, Sebagian besar komunikasi dilakukan sevara
nonverbal.terapis perlu sadar akan apa yang di komunikasikannya kepada
pasien melalui pengamatan perilaku nonverbal.
4) Perilaku non-verbal antara lain:
a) Bahasa tubuh: gerak tangan, ekspresi wajah, postur, orientasi tubuh,
kedekatan tubuh/jarak, kontak mata, menjadi cermindan menghilangkan
pembatas (misalnya meja,bangku)
b) Paralinguistik: hembusan nafas,

bersungut-sungut,

berkeluh

kesah,

perubahan tinggi nada, perubahan keras suara, kelancaran suara dan senyum
gugup.
D. Pemeriksaan Pasien Yang Tidak Kooperatif
Seseorang yang baru, tidak jarang putus asa bila menghadapi pasien yang
tidak dapat atau tidak mau berbicara atau tidak mau bekerja sama untuk
pemeriksaan. Dalam laporan kemudian di tulis: tak dapat di periksa. Pemeriksa itu
tidak sadar bahwa hal tidak mau brerbicara atau bekerja sama itu sudah merupakan
gejala yang penting. Reaksi pasien dalam keadaan seperti itu biasanya kurang jelas,
sebab itu untuk menemukan gejala dan untuk menilainya kita harus mengikuti
suatu skema pemeriksaan tertentu.
Skema yang diberikan oleh mayer-gross,slater dan roth adalah sebagai
berikut:
46

1. Reaksai umum dan sikap badan


2. Ekspresi muka
3. Mata
4. Reaksi terhadap apa yang dikatakan atau dilakukan pemeriksa.
5. Reaksi otot.
6. Reaksi emosi yang kelihatan.
7. Bicara.
8. Tulisan
E. Prosedur Pemeriksaan Psikiatrik
Seperti

halnya

pemeriksaan

medis

yang

terdiri

atas

tiga

bagian:anamnesis,pemeriksaan fisik (dan pemeriksaan diagnostik lainnya),serta


diagnosis dan terapi.
1

Riwayat psikiatrik
Riwayat

psikiatrik

terdiri

atas

keluhan

utama,riwayat

penyakit

sekarang ,riwayat psikiatrik lampau,riwayat medis klampau,telaah sistem


badani,riwayat keluarga,serta briwayat perkembangan psikologis dan sosial. Ada
beberapa kendala untuk mendapatkan riwayat psikiatrik yang akurat. Pertama,
pasien dapat menderita penyakit seperti, dimensia atau dilerium,yang membuat
dia tidak dapat menceritakan awitan,dan macam gejala yang di alami. Kedua, ia
malu, curiga atau sengaja menipu, sehingga menyembunyikan keteranganketerangan yang penting. Dan ketiga, gejala dan perjalanan penyakitnya
bervariasi atau sulit digambarkan.
2

Keluhan utama
Keluhan utama adalah alasan pasien datang memeriksakan dirinya atau
mencari pengobatan, yang dicatat sesuai dengan kata-kata pasien sendiri.
Dengan demikian dapat diketahui pula tingkat kemampuan pasien untuk
mengoservasi dan mengevaluasi diri.

Riwayat penyakit sekarang


Informasi yang dicari antara lain mengenai gambaran detail dan akuran
tentang kesulitan atau gejala yang di alami, awitan(onset) dan lama penyakit,
perjalanan gejala-gejala itu konstan,hilang-timbul, atau makin memburuk; faktor
yang mencetuskan dan yang meringankan gejala,peristiwa yang baru terjadi
sepeti keluarga yang sakit atau meninggal, masalah perkawinan, keluarga,
keuangan, hukum, pekerjaan dan masalah sosial yang mungkin hubungan
dengan timbulnya gejala; serta pertolongan apa yang sudah di upayakan.

Riwayat psikiatrik lampau

47

Bagian ini menggambarkan semua episode dan gejala yang pernah di


alami dahulu sebelum ini, di obati ataupun tidak. Dimulai dari pertama kali
gejala tau episode tersebut muncul sampai dengan yang terakhir.jika pasien telah
mendapat

pengobatan

(termasuk

psikoterapi)

sebelum

ini,

tanyakan

jenisnya,dosis dan lama pengobatan.


5

Riwayat medik lampau


Tujuan pemeriksaan ini adalah menyaring penyakit medis dan
menemukan penyebab medis dari penyakit psikiatrik. Yang utama disini adalah
riwayat penyakit medis yang relevan terhadap keluhan utama, termasuk penyakit
medis sekarang dan pengobatannya serta penyakit keturunan.

Tujuan sistem badani


Telah dilakukan untuk menjaring hal-hal yang terlewatkan oleh pasien
pada pemeriksaan riwayat medik lampau. Ditanyakan apakah pasien mengalami
masalah nyeri kepala atau kejang; masalah penglihtan atau pendengaran;
masalah

pembauan,pengecapan

atau

tenggorokan;masalah

kelenjar

gondok,masalah jantung,lambung dan pencernaan seperti tukak lambung atau


konstipasi.
7

Riwayat keluarga
Mengetahui nsiapa saja keluarga pasien yang menderita gangguan jiwa
akan bermanfaat untuk memperoleh gambaran diagnostik seutuhnya, karena
banyak gangguan jiwa bersifat familial dan mempunyai komponrn genetik.

F. Pemeriksaaan Status Mental


Pemeriksaan status mental tidak tidak terpisah dari diagnosis psikiatrik.
Sejak awal wawancara psikiatrik, pemeriksa telah mulai mengamati dan
mengevaluasi status mental pasien. Karena tidak semua bidang dalam status mental
dapat tercakup pada wawancara riwayat psikiatrik, hal tersebut harus di teliti secara
langsung dengan pertanyaan yang di susun khusus untuk menilai fungsi mental atau
keadaan emosional.
1

Penampilan dan perilaku


Bagaimana penampilan pasien secara fisik dan psikis, apakah tampak
sesuai dengan umur yang tercatat, apakah rapi,kotor,berbau,baju tidak
sepadan,warna rambut. Hal lain yang perlu di perhatikan adalah raut dan

48

ekspresi wajah, kontak mata dan pemeriksa,ciri tertentu,kesan keehatan umum,


dan status gizi.
2

Alam perasaan (mood) dan afek


Alam perasaan atau mood adalah emosi yang mendalam dan bertahan
lama, bersifat subjektif dan didasarkan atas laporan pasien. Afek adalah
ekspresi persaaan yang dapat di observasi.

Proses pikir
Pembicaraan:

kualitas

dan

kuantitas

pembicaraan

klien

dapat

menginformasikan proses pikirnya.


Bentuk pikiran:bentuk pikiran atau proses pikiran adalah cara bagaimana buah
pikiran terhubungkan. Pikiran yang normal adalah pertujuan dan terangkai
berurutan dengan hubungan yang logis.
Isi pikiran: kadangkala pasien secara spontan menunjukan gangguan isi pikiran.
Tetapi seringkali kita harus mengajukan pertanyaan khusus tentang isi pikiran.
4

Persepsi
Untuk menentukan apakah pasien mengalami halusinasi tanyakan:
apakah anda mendengarkan suara orang pada saat tidak ada orang di sekitar
anda? apakah anda dapat melihat hal-yang tidak dapat dilihat oleh orang
lain? tanyakan secara terperinci tentang halusinasi tersebut untuk meyakinkan
bahwa itu adalah benar suatu halusinasi.

Kemampuan kognitif
a. Kesadaran. Sebenarna ini di tentukan sejak awal pemeriksaan apakah pasien
dalam keadaan sadar penuh,apatis,somnolen,sopor,tau koma.
b.
Orientasi. Tentukan orientasi pasien terhadap waktu,tempat,dan
orang.apakah pasien dapat menentukan saat itu pagi atau siang,jam
,tanggal,bulan,tahun berapa
c. Perhatian dan konsentrasi. Konsentrasi adalah kemampuan untuk mengarah
d.

dan mempertahankan perhatian.


Memori. Tentukan apakah ada ganguuan memori segera,jangka pendek dan

jangka panjang.
e. Pengetahuan umum dan intelegensi. Ditanyakan hal-hal umum yang
biasanya diketahui oleh orang dengan tingkat pendidikan seperti pasien dan
kemampuan aritmatika.
f. Fungsi eksekutif. Dalam aspek kemampuan pemahaman (comprehension),
analisis, pemecahan masalah (problem solving), pertimbangan (reasoning),

49

pengambilan keputusan (judgement), antisipasi, pencernaaan, pemahaman


abstrak dan kemampuan visouspatial.
6 Pertimbangan dan tilikan(insight)
Tilikan atau insight menunjukan kemampuan seseorang untuk
memahami faktor-faktor yang memengaruhi situasi yang dihadapinya.
7

Daya nilai realitas dan noma sosial


Taraf dapat di percaya (reliability)
Berisi impresi pemeriksa tentang reabilitas pasien dan kemampuan

seseorang untuk melaporkanm situasinya secara akurat.


G. Pemeriksaan Fisik
Gangguan jiwa dan penyakit fisik mempunyai hubungan dan timbal balik
yang erat. Karenanya pemeriksaan fisik tidak boleh dilupakan. Kealpaan ini dapat
berakibat fatal karena 30-50% pasien psikiatrik yang dirawat inap maupun yang
dirawat jalan menginap penyakit medik bersamaan dengan gelaja-gejala
psikiatriknya. Dan sebanyak 5-30% dari penyakit medis itu menyebabkan atau
mencetuskan masalah psikiatrik (laBruzza,1981). Maka dari itu, pemeriksaan fisik
sebagai bagian integral dari pemeriksaan psikiatrik perlu dilakukan pada semua
pasien baru, baik riwayat inap maupun riwayat jalan.
H. Pemeriksaan Laboratorik
Pemeriksaan laboratorik adalah pemeriksaan penunjang, tetapi perannya
penting dalam menjelaskan mengkuantifikasi disfungsi neurofisiologis, memilih
pengobatan,dan memonitor renspon klinis. Karenanya,dokter atau psikiater perlu
mengerti pemilihan pemerisaan laboratorik untuk pasien tertentu.
1

Pencitraan, CT(computerized tomography) adalah pemeriksaan non invasif

yang dapat melihat anatomi kepla menurut irisan dengan berbagai ketebalan.
Pemeriksaan neurofsiologis, elektroensefalografi (EEG) mengukur aktifitas
elektrik di permukaan otak,dan bukanlah alat yang memisahkan normal dari
abnormal,,karena hasil EEG yang normal tidak meniadakan kemungkinan

adanya gangguan organik atau epilepsi.


I. Pemeriksaan Psikologis
Bagi tes psikologis perlu dijaga reabilitas dan validitas,suatu tes mempunyai
reliabilitas tinggi bila tes itu dapat di percaya,dapat ditiadakan, artinya bila dipakai
berkali kali hasilnya sama (asal keadaan mental orang yang di tes tidak sangat
berubah antara due tes).
1

Tes intelegensi

50

Tes verbal tentang intelegensi lebih valid mengukur kesanggupan daya


berpikir daripada penanganan masalah pemikiran secara efektif. Dapat di
tentukan HI (hasil-bagi intelegensi) atau IQ sebagai suatu cara numerik untuk
menyatakan taraf intelegensi.
2

Tes kepribadian
Tes kepribadian adalah keseluruhan perilaku manusia atau perannya
dalam hubungan antar manusia,pribadinya dapat dibedakan dari pribadi lain.

J. Tes Neuropsikologis
Tes neuropsikologis merupakan tes yang mempelajari hubungan antara otak
dan perilaku dengan menggunakan prosedur tes yang terstandarisasi dan objektif.
Tes ini menguji kemampuan kognitif dan memerluka seorang ahli yang terlatih dan
menerapkan tes ini. Tujuan tes neuropsikologis adalah identifikasi, kuantifikasi dan
deskripsi perubahan kognitif dan petilaku yang di sebabkan oleh disfungsi otak.
K. Diagnosis Dan Terapi
Beberapa hal perlu diperhatikan dalam diagnosis:
1. Penyakit yang lazim adalah yang paling mungkin di temukan dan tidak boleh
diterlewatkan.
2. Masalah yang tak lazim menjadi penting manakala tersedia pengobatan yang
efektif
3. Diagnosis gangguan psikiatrik yang menpunyai komplikasi ide-ide bunuh diri
atau pembunuhan,tidak boleh terlewatkan.
Mula-mula keluhan utama dan gejala-gejala yang berhubungan

dan yang di

temukan pada riwayat penyakit sekarang akan mengarah kepada suatu kategori
diagnostik. Kemudian dilakukan penajaman (diagnosis banding pertama) selama
proses wawancara dan pemeriksaan status mental untuk mendapatkan suatu
diagnosis yang paling ccocok dengan gambaran klinis tersebut. Setelah
mendapatkan suatu diagnosis psikiatrik, perlu di teliti diagnosis banding kedua;
yaitu kondisi yang mungkin berhubungan dengan sindrom tersebut atau juga
temuan-temuan pada riwayat penyakit,tinjauan sistem,pemerisaan status mental,
atau pemeriksaan lain yang tidak cocok dengan diagnosis pertama.

VII. GANGGUAN MENTAL ORGANIK


Menurut Dr. A. Supratikya (1995: 81) yang dimaksud dengan gangguan mental
organik adalah jenis-jenis gangguan mental yang timbul karena terjadi kerusakan pada
51

otak yang semula normal. Gangguan pada otak dapat bersifat akut atau kronik.
Gangguan akut brsifat sementara dan dapat dipulihkan, sedangkan gangguan kronik
biasanya tidak dapat dipulihkan sebab kerusakan pada sistem sarafnya bersifat menetap.
Gangguan otak organik didefinisikan sebagai gangguan dimana terdapat suatu
patologi yang dapat diidentifikasi (contohnya tumor otak. penyakit cerebrovaskuler,
intoksifikasi obat). Sedangkan gangguan fungsional adalah gangguan otak dimana tidak
ada dasar organik yang dapat diterima secara umum (contohnya Skizofrenia. Depresi)
Dari sejarahnya, bidang neurologi telah dihubungkan dengan pengobatan gangguan
yang disebut organik dan Psikiatri dihubungkan dengan pengobatan gangguan yang
disebut fungsional. Gangguan jiwa yang serius dapat timbul karena penyebab organik
ataupun fungsional. Berikut jenis gangguan mental organik terdiri dari :
A. Sindrom otak organik
Sindrom otak organik (SOO) merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau
nonpsikotik yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak. Sindrom otak
organik dinyatakan akut berdasarkan reversibilitas gangguan jaringan otak. Gejala
utama s.o.o. akut adalah kesadaran yang menurun dan seseudahnya amnesia, pada
s.o.o. menahun bernama demensia.
B. Delium dan Demensia
1. Delium
Delirium berasal dari bahasa latin; de = dari, lira = garis/line: yang berarti
menyimpang dari garis atau norma, dalam persepsi, kognitif, dan perilaku.
Delirium merupakan sindrom yang meliputi keadaan mental yang kacau dan
kesulitan dalam meusatkan perhatian/konsentrasi, yang mungkin disebabkan
oleh gangguan fisik seperti benturan pada kepala, infeksi otak, intoksikasi atau
pasca penggunaan zat-zat psikoaktif.

Gejala utama dari delium adalah

kesadaran yang menurun. Gejala lainnya : penderita tidak mampu mengenal


orang dan berkomunikasi dengan baik, cemas, gelisah, behalusinasi dan
berbicara komat-kamit dan inkoheren. Delium dapat hilang bila penyakit
badaniah yang menyebabkannya sudah sembuh.
2. Demensia
Demensia ialah kondisi keruntuhan kemampuan intelek yang progresif setelah
mencapai pertumbuhan & perkembangan tertinggi

karena gangguan otak

organik (karena anoxia dan tekanan intrakranial yang meninggi atau karena
efek toxik yang menahun dari obat-obatan), diikuti keruntuhan perilaku dan
kepribadian, dimanifestasikan dalam bentuk gangguan fungsi kognitif seperti
memori, orientasi, rasa hati dan pembentukan pikiran konseptual. Biasanya
52

kondisi ini tidak reversibel, sebaliknya progresif. Demensia terjadi pada usia 65
tahun atau sebelumnya disebut presenile dementia.

Simptom-simptomnya

mulai berkembang cepat pada usia 40-50 tahun. Terjadi perubahan mental dan
kerusakan-kerusakan otak dari tingkat ringan sampai tingkat berat. Jenis
demensia terdiri dari :
a. Demensia senilis
Dengan lanjutnya usia,

energi mulai menurun, daya kreatif

menurun, reaksi terhadap kejadian di sekitarnya menjadi lambat, individu


berlahan-lahan menarik diri dari sekitarnya. Hal ini bisa menyebabkan
rasa cemas pada diri individu. Orang yang sudah tua karena merasa tidak
mungkin lagi, menjadi lekas marah, tersinggung dan menjadi sangat
bergantung. Gejala Dimensia senilis timbul sesudah usia 60 tahun. Gejala
jamaniah : kulit menjadi tipis, keriput, berat badan berkurang, suara kasar
dan

bicaranya

pelan.

Gejala

psikologis

kemunduran

mental,

kebingungan, depresi dan paranoid.


b. Demensia presenilis
Pada demensia akan dibicarakan dua macam penyakit yaitu
alzheimer dan pick.
Yang pertama mobus alzheimer, Penyakit Alzheimer adalah bentuk
paling umum dari demensia, yang mempengaruhi hingga 70% dari semua
orang dengan demensia. Ini pertama kali dicatat pada tahun 1907 oleh Dr
Alois Alzheimer. Dr Alzheimer melaporkan kasus Auguste Deter, seorang
wanita setengah baya dengan demensia dan spesifik perubahan dalam
otaknya. Untuk 60 tahun ke depan penyakit Alzheimer dianggap sebagai
kondisi langka yang mempengaruhi orang di bawah usia 65. Itu tidak
sampai tahun 1970-an yang Dr Robert Katzman menyatakan (bukan berani
pada saat itu) bahwa "pikun" dan penyakit Alzheimer yang sama kondisi
dan yang tidak adalah bagian normal dari penuaan. Penyakit ini sering
timbul antara usia 50 dan 60 tahun. Penyakit Alzheimer disebabkan karena
sebagian besar jaringan pada korteks otak mengalami degenerasi, juga
syaraf mengalami degenerasi dan membentuk gumpalan jaringan saraf
yang abnormal.

Keadaan tersebut menyebabkan kemunduran fungsi

mental secara progresif, termasuk daya ingat, kemampuan bahasa


(language), kemampuan problem solving. Penyakit ini mulai pelan-pelan
sekali. Pada alzheimer tidak ada ciri khas pada gangguan integelensi pada
53

kelainan peilaku. Namun Gejala awal yang paling umum dari Alzheimer
kesulitan mengingat informasi baru dipelajari karena perubahan Alzheimer
biasanya dimulai di bagian otak yang mempengaruhi belajar. Sebagai
kemajuan Alzheimer melalui otak itu mengarah ke gejala semakin parah,
termasuk disorientasi, mood dan perubahan perilaku; memperdalam
kebingungan tentang peristiwa, waktu dan tempat; kecurigaan tak berdasar
tentang keluarga, teman dan pengasuh profesional; kehilangan memori dan
perubahan perilaku yang lebih serius; dan kesulitan berbicara, menelan dan
berjalan. Pada tahap awal gejala penyakit Alzheimer bisa sangat halus.
Namun, sering dimulai dengan penyimpangan dalam memori dan kesulitan
dalam menemukan kata yang tepat untuk benda sehari-hari. Gejala lain
mungkin termasuk:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Persistent dan sering kesulitan memori, terutama peristiwa baru-baru


Ketidakjelasan dalam percakapan sehari-hari
Hilangnya semu antusiasme untuk kegiatan sebelumnya menikmati
Mengambil lebih lama untuk melakukan tugas-tugas rutin
Melupakan orang terkenal atau tempat
Ketidakmampuan untuk memproses pertanyaan dan petunjuk
Ketidakpastian Emosional

Gejala bervariasi dan penyakit berkembang pada kecepatan yang berbeda


sesuai dengan individu dan area otak yang terkena. Kemampuan seseorang
dapat berfluktuasi dari hari ke hari, atau bahkan dalam satu hari, menjadi
lebih buruk pada saat stres, kelelahan atau sakit-kesehatan.
https://fightdementia.org.au/national/aboutdementia/types-of-dementia/alzheimers-disease
Yang kedua mobus pick Penyakit ini berkembang pesat pada usia 60 70,
dan kondisi penderita akan semakin menurun setelah 70 tahun. Penyebab
gangguan ini belum diketahui pasti, tetapi ada dugaan karena adanya
transmisi genetik. usia sekita 75 tahun mempunyai resiko 17% terkena
penyakit pick .

perempuan memiliki probabilitas resiko lebih tinggi

terkena pick daripada laki-laki. Gejala pick adalah ingatan berkurang,


kesukaran dalam berpikir dan konsentrasi, penderita menjadi acuh tak
acuh, kadang-kadang bingung dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan.
c. Demensia Paralitika

54

Demensia paralitika dinamakan juga meningo-ensefalitis luetika


atau polio ensefalitis luetika (sifilitika). Penyakit ini disebabkan oleh
spiroketa Treponema pallidum yang menembus rintangan darah-otak
dengan mudah. Penerobosan rintangan ini terjadi selama spirokhetemia
pada waktu infeksi primer. Gejala pada dementia paralitika dibagi menjadi
3 kelompok yaitu: psikiatrik, somatik dan serologik.
1) Gejala psikiatrik, lekas lelah, mudah marah, sukar berkonsentrasi,
sukar tdur dan kadang-kadang bingung. Pada stadium lanjut penderita
lekas lupa, acuh tak acuh, egoistik, merosot dalam hal etik dan moral
serta mundur dalam keahlian pekerjann.
2) Gejala somatik, terjadi sakit kepala, otot muka kelihatan kosong dan
mimik berkurang, terjadi edema papil, retinitis sifilitika atau atrofi
N.optikus.
3) Gejala serologik, tekanan intrakranial meningkat sedikit.
C. Sindrom otak organik karena rudapaksa
Dengan bertambah majunya masyarakat dalam hal industri, lalu lintas dan
pembangunan, maka semakin banyak individu yang mengalami sindrom otak
organik karena rudapaksa atau trauma kapitis (benturan kepala). Trauma kapitis
dapat mengakibatkan skizofrenia. Berikut gangguan jiwa yang dapat timbul karena
rudapaksa :
1. Komosio serebri (gegar otak)
Komosio serebri adalah disfungsi neuron otak sementara yang
disebabkan oleh trauma kapitis tanpa menunjukkan kelainan makroskopis
jaringan otak. Benturan pada kepala menimbulkan gelombang tekanan didalam
rongga tengkorak yang kemudian disalurkan kearah lobang foramen megnum
kearah bawah canalis spinalis dengan demikian batang otak teregang dan
menyebabkan lesi iritatif/blokade sistem reversibel terhadap sistem ARAS.
Pada komosio seerebri secara komosionil batang otak lebih menderita dari pada
fungsi hemisfer. Keadaan ini bisa juga terjadi karena trauma tidak langsung
yaitu jatuh terduduk sehingga meregangkan batang otak.
Akibat proses patologi diatas maka terjadi gangguan kesadaran (tidak
sadar kurang dari 30 menit) bisa diikuti penurunan tekanan darah, dan suhu
tubuh. Muntah dapat juga terjdadi bila pusat muntah dan di medula oblongata
terangsang.
Gejala kilinis : Nyeri kepala/pusing, Tidak sadar atau pinsan kurang dari
30 menit, Amnesia retrogade : hilangnya ingatan pada peristiwa beberapa lama
55

sebelum kejadian kecelakaan (beberapa jam sampai beberapa hari). Hal ini
menunjukkan keterlibatan/gangguan pusat-pusat dikorteks lobus temporalis,
Post traumatik amnesia (anterogade amnesia) : lupa peristiwa beberapa saat
sesudah trauma, mual atau muntah
Sesudah beberapa hari atau beberapa minggu, bisa didapat gangguan
fungsi kognitif (konsentrasi, memori), lamban, sering-sering capek, depresi,
iritability. Jika mengenai daerah temporal nampoak gangguan kognitif pada
tingkah laku lebih menonjol.
2. Koma traumatikum
Koma traumatikum terjadi karena komosio yang hebat. Koma
berlangsung lebih dari 24 jam. Sesudah koma mungkin terjadi stupor, penderita
gelisah atau kesadarannya tetap tidak tenang dan pelan-pelan baru menjadi baik
atau ia masuk ke dalam delium atau sindrom.
3. Delirium traumatikum
Suatu keadaan dimana penderita mulai sadar kembali. Sebabnya karena
komosio. Gejala ringan : tidak kenal orang, lupa, tidak begitu mengerti
percakapan dan keadaan. Gejala berat : gelisah, marah-marah, agresif dan
berhalusinansi.
4. Sindrom korsakow
Gejala utamanya adalah konfabulasi (ingatan palsu) disorientasi, dan
ingatan yang baru.
Perubahan kepribadian sesudah rudapaksa, Secara psikologis kepribadian
seseorang dapat berubah karena rudapaksa. Penderita menjadi sangat mudah marah,
tidak lagi memperdulikan keluarganya, acuh tak acuh, egoistis, tidak tahu tanggung
jawab, agresif, gelisah atau menarik diri dan malas. Anak-anak lebih dapat menahan
trauma kapitis dibandingkan dengan orang dewasa. Tetapi sikap orang tua terhadap
anak dengan trauma dapat sangat mempengaruhi jalannya gangguan.
D. Aterosklerosis Otak
1. Pengertian
https://www.deherba.com/apakah-aterosklerosis-itu.html
Aterosklerosis adalah kondisi di mana terjadi penyempitan dan pengerasan
di dalam pembuluh darah arteri akibat pengendapan kolesterol dan zat-zat lemak
lainnya. Penyakit ini juga dikenal dengan istilah pengapuran pembuluh darah.
Awalnya, kolesterol yang dibawa oleh darah menumpuk. Semakin lama,
56

tumpukan kolesterol itu akan mengeras dan mempersempit saluran pembuluh


darah. Akibatnya, terjadi gangguan peredaran darah dan oksigen dalam tubuh.
Plak kolesterol yang terbentuk di dalam pembuluh darah bersifat rapuh dan
mudah pecah. Bila terjadi pecahan, dapat menimbulkan luka pada dinding
pembuluh darah. Luka yang terjadi dapat menyebabkan pembentukan bekuan
darah pada pembuluh darah yang semakin menyumbat rongga pembuluh darah.
Bekuan darah dapat berujung pada stroke dan serangan jantung. Aterosklerosis
bisa terjadi pada arteri di otak, jantung, ginjal, organ vital lainnya dan lengan
serta tungkai. Jika aterosklerosis terjadi di dalam arteri yang menuju ke otak
(arteri karotid), maka bisa terjadi stroke.
Aterosklerosis sekarang dianggap bukan lagi sebagai akibat langsung
daripada usia lanjut, tetapi ada hubungan yang tidak langsung dengan usia, yaitu
dengan berlalunya waktu, maka proses ini pelan-pelan bertambah luas dan
progresif. Yang khas adalah bahwa gejala-gejala tersebut timbul secara perlahan,
sejalan dengan terjadinya penyempitan arteri oleh ateroma yang juga
berlangsung secara perlahan. Tetapi jika penyumbatan terjadi secara tiba-tiba
(misalnya jika sebuah bekuan menyumbat arteri), maka gejalanya akan timbul
secara mendadak.
2. Gejala aterosklerosis Otak
Sebelum terjadinya penyempitan arteri atau penyumbatan mendadak,
aterosklerosis biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejalanya bergantung pada
lokasi terbentuknya sehingga bisa berupa gejala jantung, otak, tungkai atau
tempat lainnya. Jika aterosklerosis menyebabkan penyempitan arteri yang sangat
berat, maka bagian tubuh yang seharusnya dialiri oleh darah tidak akan
mendapatkan darah dalam jumlah yang memadai, yang mengangkut oksigen ke
jaringan. Kolesterol yang tinggi dan menumpuk pada pembuluh darah akan
menyebabkan saluran pembuluh darah menjadi kaku, tidak elastis, dan
menyempit. Sehingga apabila terjadi di otak maka sel-sel otak terganggu dan
akhirnya timbul degenerasi dan kematian sel.
Tanda patologis mungkin sudah mulai pada dewasa muda tetapi psikosa
sebab aterosklerosis otak biasanya timbul antara umur 50-65 tahun. Penderita
57

mulai merasa lekas lelah, sakit kepala, pusing-pusing, tidak dapat berkonsentrasi
lama. Pelan-pelan kemampuan fisik dan mental berkurang secara progresif.
Penderita tahu dan sadar bahwa ia mulai berubah. Pada tiap orang di atas 50
tahun yang berubah kepribadiannya kita baru ingat akan aterosklerosis otak bila
demensia sudah dapat disingkirkan. Tidak jarang pada penyakit sifat dan
kecenderungan yang sebelumnya laten menjadi manifes atau menjadi lebih
keras. Sering terjadi emosi yang labil. Penderita lebih agresif, suka bertengkar
dan paranoid. Tidak jaarang terjadi kebingungan dan gelisah. Orang itu tidak lagi
memperdulikan diri sendiri dan keluarganya. Timbul berbagai jenis waham.
Seperti pada demensia senilis mungkin juga penilaiannya berkurang dan
hambatan-hambatan terlepas sehingga timbul pelanggaran sexual. Gangguan
neurologis menunjukan gejala fokal. Terdapat tremor yang kasar sehingga
menyukarkan di waktu makan. Pada waktu infeksi yang ringan penderita dengan
aterosklerosis otak mudah menimbulkan episode kebingungan, disorientasi,
kecemasan, paranoid dan waham lain.
E. Sindrom otak organik karena epilepsi
1. Pengertian Epilepsi
Epilepsi ialah perubahan kesadaran yang mendadak, dalam waktu yang
terbatas dan berulang-ulang dengan atau tanpa pengerakan yang involuter dan
sebabnya bukan karena kelainan seperti gangguan peredaran darah, kadar
glukosa darah yang rendah, gangguan emosi, pemakaian obat tidur atau
keracunan.
Menurut Gibbs penyebab epilepsi adalah karena adanya kekacauan
proses elektrobiokimia. Seharusnya otak dapat menerima dan menyimpan
energi dan dapat mendistribusikan ke organ lainnya yang tepat. Pada epilepsi,
mekanisme yang mengatur semua ini rupanya sudah kacau sehingga sewaktuwaktu energi itu dikeluarkan kesembarang tempat atau keseluruh badan.
Epilepsi bisa dikarenakan faktor keturunan, namun ada juga yang tidak
diketahui secara jelas. Menurut Lennox ada beberapa Faktor yang dapat
mengurangi kemungkinan timbulnya epilepsi pada anak seorang yang
menderita epilepsi yaitu
1. Riwayat keluarga tanpa epilepsi atau migrain
2. Kelainan EEG hanya sedikit sekali
3. Terhadap suatu keadaan yang paling sedikit merupakan sebagian penyebab
epilepsinya
58

4. Permulaannya pada usia yang lebih lanjut


5. Kepribadia dan inteligensi yang normal
2. Jenis-jenis epilepsi
a. Serangan Sentrensefalik
1) Grand mal : dilihat dari auranya, terdiri dari fase tonik lalu fase klonik
(kejang-kejang), sesudahnya mungkin terjadi kebingungan post
konvulsi, kadang-kadang timbul status epileptikus (sebelum penderita
sadar sudah timbul kejang-kejang lagi)
2) Petit mal : sering pada anak-anak, terdapat triad gejala absense atau
kehilangan kesadaran selama beberapa detik, beberapa tarikan otot
(mata, muka atau lengan) dan serangan atonik (mendadak anak itu jatuh
lemas)
b. Serangan vegetatif : gejala-gejala gangguan susunan saraf vegetatif
(muntah, sakit kepala dan perut)
c. Serangan fokal
Terjadi di sekitar sulkus sentralis sehingga terjadi serangan motorik atau
sensorik. Serangannya terjadi mulai dari jempol tangan atau sudut mulut dan
menyebar ke seluruh badan. Bila hanya separuh badan, maka penderita tetap
sadar, tetapi mungkin serangan itu menjadi umum dan penderita menjadi
tidak sadar.
d. Serangan psikis
Macam-macam gejala mental yang timbul dalam bentuk serangan
berulang-ulang, misalnya :
1) perubahan persepsi : barang-barang kelihatan terlalu kecil atau besar
atau jauh
2) perubahan tahu diri : depersonalisasi (pernah melihat atau belum
pernah melihat)
3) perubahan pikiran : mendadak suatu kata, kalimat atau idea
mendesak ke alam sadar mengisi seluruhnya
4) perubahan afek : serangan cemas sampai panik, depresi, putus asa
atau lebih jarang senang, gembira,
5) otomatisme yang komplex : perilaku atau perbuatan yang komplex
dapat dilakukan, tetapi tidak cocok dengan keadaan dan pada
umumnya merupakan stereotipi (berulang-ulang sama saja)
e. Keadaan senja
1) Keadaan senja sesudah kejang-kejang : penderita kelihatan seperti
sudah sadar, tetapi masih bingung, bicara tidak karuan atau meraba-raba
pakaiannya.
2) Serangan keadaan senja : pada epilepsi psikomotor dengan fokus
biasanya pada lobus temporalis, penderita mungkin kelihatan bingung,
59

berjalan tanpa tujuan, bicara yang tidak dapat dimengerti. Biasanya ini
terjadi selama beberapa menit (sampai 10 menit) kadang-kadang lebih
lama, penderita dapat menjadi bingung, cemas dan agresif.
f. Narkolepsi
Merupakan variasi dari epilepsi yang bisa di kelompokan sebagai
gangguan tidur. Ciri-ciri narkolepsi ialah mengantuk dan tidur mendadak
yang tidak dapat ditahan, tidak peduli orang itu berada dalam keadaan atau
pekerjaan apa pun, ia langsung tidur nyenyak. Tidurnya kelihatan seperti
tidak biasa dan berlangsung dari beberapa detik hingga 30 menit.
Sesudahnya penderita bangun dan sering merasa lebih segar. Tidurnya pada
waktu malam tidak berubah.
g. Hipersomnia psikogenik
Hampir sama seperti narkolepsi namun terdapat perbedaan karena
tidurnya yang hanya beberapa jam lamanya, tidur pada malam hari sering
terganggu dan sifat pasif dengan rasa cemas yang mudah sekali ditimbulkan
oleh bermacam-macam keadaan. Hipersomnia sering mulai waktu emosi
meluap pada seseorang. Bisa disembuhkan dengan psikoterapi.
h. Kataplexi
Di bawah pengaruh emosi yang meluap-luap mendadak terjadi
paralisis otot tungkai dan lengan, penderita menjadi lemah, lututnya tertekuk
dunia jatuh. Ada yang tidak dapat berbicara pada waktu itu, tetapi kesadaran
tetap baik. Serangan ini mungkin ditimbulkan oleh tertawa, rasa cemas,
F.

marah atau benci.


Sindrom otak organik karena defisiensi vitamin, gangguan metabolisme dan
intoxikasi
1. Defisiensi Vitamin
Lokalisasi proses patologis di berbagai daerah di otak akibat defisiensi
vitamin menentukan gejala neurologis serta melepaskan juga gejala
gangguan jiwa. Ciri gangguan bergantung kepada bagian otak yang paling
terkena yang ditentukan pula oleh jenis vitamin yang relatif paling
kekurangan.
2. Sindrom Wernicke
Sindrom ini timbul karena defisiensi thiamin, tetapi bisa juga kerena
kekurangan niasin. Sindrom ini digambarkan seperti oftalmoplegia,
kehilangan ingatan, konfabulasi, apatia, demensia yang progresif, ataxia,
kesadaran menurun sampai dengan koma.

60

Karena kekurangan thiamin, maka oxidasi asam piruvik terganggu


sehingga terkumpul dalam darah. Asam piruvuk terbentuk dalam proses
pemecahan glukosa.
Sindrom wernicke dapat terjadi pada peminum alkohol yang
menahun, tetapi juga pada anemia pernisiosa, hiperemesis gravidarum dan
karsinoma lambung. Namun sindrom ini jarang ditemukan karena konsumsi
vitamin telah memasyarakat.
3. Gangguan jiwa pada Pelagra
Pelagra disebabkan oleh kekurangan asam nikotiik, mungkin juga
kekurangan triptofan. Biasanya terdapat juga kekurangan vitamin yang lain
terutama anerin dan riboflavin, sering juga vitamin C.
Gejala mental seperti sakit kepala, lekas tersinggung, kesukaran
berkonsentrasi, lekas lupa, gelisah, curiga, rasa tidak mampu melakukan
aktivitas fisik dan mental.
Gejala berat seperti gangguan ingatan, kebingungan, disorientasi,
delium yang berulang-ulang, sindrom korsakow dan demensia. Timbul juga
stomatitis, glositis serta kulit menjadi merah lalu pecah-pecah dan
terkupasdengan pigmentasi merah-coklat tua.
4. Gangguan metabolisme
Gangguan jiwa karena metabolisme biasanya bersifat menahun. Suatu
perubahan hormonal dapat menimbulkan gangguan mental yang gejalanya
tergantung pada kepribadian orang itu sebelum sakit dan juga kepada semua
faktor lain yang mempengaruhi kepribadiannya selama ia sakit.
Penderita dapat melihat dirinya sebagai sudah cacat dan bereaksi
dengan rasa cemas, bermusuhan, rasa salah serta menarik diri dari
pergaulan. Hal ini semua tergantung pada perasaan dan sikap orang itu
terhadap badannya yang telah mulai dirasakan lain karena gangguan
metabolisme itu.
5. Intoxikasi
Psikosis toxik dapat disebabkan karena pencernaan, penghirupan atau
kontak ang terus menerus dengan bahan-bahan toxik. Gejala mental bukan
saja tergantung pada jenis racun itu tetapi juga pada kepribadian,
pengalaman, umur dan keadaan emosi penderita.

61

Bila sindrom ini akut, maka individu terlihat gelisah, mudah disugesti,
bingung dalam kesadaran yang berkabut dengan halusinasi penglihatan dan
pikiran paranoid. Pada Intoxikasi yang menahun terdapat kemunduran
intelektual dengan gangguan orientasi dan ingatan.
D. Sindrom otak organik karena tumor intrakranial
Tumor intrakranial ini ada pada selaput otak, sistem ventrikel, plexus
khorioid, glandula pinealis serta hipofisis dan mungkin primer atau sekunder
sebagai metastase. Salah satu gejala dini dari sindrom ini adalah gangguan ingatan,
terutama ingatan tentang pristiwa yang baru saja terjadi. Kemudian timbul
gangguan pada emosi penderita, misalnya ia menjadi lekas marah, labil dan sering
juga timbul depresi. Pertimbangan dan kecerdasannya berkurang, kemudian
mungkin timbul disorientasi. Gejala-gejala ini adalah umum pada kebanyakan
sindrom otak organik, disertai juga gejala-gejala neurologis seperti sakit kepala,
muntah-muntah, kejang-kejang dan kelumpuhan.
Gejala-gejala psikiatrik mungkin timbul cepat atau pelan-pelan dan
bervariasi luas. Gejala ini tidak membentuk suatu sindrom psikiatrik yang khas,
karena itu tidak dapat dipakai buat menentukan jenis tumor.
VIII. SKIZOFRENIA
A. Pengertian
Skizofrenia adalah gangguan otak yang mempengaruhi cara seseorang
berperilaku, berpikir, dan melihat dunia. Orang dengan skizofrenia sering
memiliki persepsi yang berubah realitas. Mereka mungkin melihat atau
mendengar hal-hal yang tidak ada, berbicara dengan cara yang aneh atau
membingungkan, percaya bahwa orang lain berusaha untuk menyakiti mereka,
atau merasa seperti mereka terus-menerus diawasi. Hal ini dapat membuat sulit
untuk bernegosiasi aktivitas kehidupan sehari-hari, dan orang-orang dengan
skizofrenia mungkin menarik diri dari dunia luar atau bertindak dalam
kebingungan dan ketakutan.
http://www.helpguide.org/articles/schizophrenia/schizophrenia-signs-types-andcauses.htm Berikut teori-teori tentang skizofrenia :
B. Teori Somatogenik
Somatogenik, yaitu teori yang mencari penyebab skizofrenia dalam kelainan
badaniah. Meliputi :
1. Endokrin, Dahulu dikira bahwa skizofrenia mungkin disebabkan oleh
gangguan endokrin. Teori ini dikemukakan karena skizofrenia sering timbul
62

pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu


klimakterium. Tatapi hal ini tidak dapat dibuktikan.
2. Metabolise, ada orang yang menyangka bahwa skizofrenia disebabkan oleh
gangguan metabolisme, karena penderita dengan skizofrenia tampak pucat dan
tidak sehat.
C. Teori Psikogenik
Psikogenik yaitu skizofrenia dianggap sebagai suatu gangguan fungsional
dan penyebab utama adalah konfil, stres psikologis dan hubungan antarmanusia
yang mengecewakan. Dalam kelompok ini termasuk:
1. Teori adolf meyer: Skizofrenia tidak disebabkan oleh suatu penyakit badaniah,
kata meyer ( 1906 ), sebab dari dahulu hingga sekarang para sarjana tidak dapat
menemukan kelainan patologis-anatomis atau fisiologis yang khas pada
susunan saraf.
2. Teori sigmund freud: juga termasuk teori psikogenik. Bila kita memakai
formula freud, maka pada skizfrenia terdapat :
a. Kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun
somatis.
b. Superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi, Id yang berkuasa
dan terjadi suatu regresi ke fase narsisisme.
c. Kehilangan kapasitas untuk transferensi sehingga terapi psikoanalitik tidak
mungkin.
3. Eugen bleuler (1857-1938): Dalam tahun 1911 bleuler menganjurkan supaya
lebih baik dipakai istilah skizofrenia, karena nama ini dengan tepat sekali
menonjolkan gejala utama penyakit ini, yaitu jiwa yang terpecah-belah, adanya
keretakan atau disharmoni antara proses berpikir, perasaan dan perbuatan
(scizos = pecah-belah atau bercabang, phren = jiwa). Bleuler membagi gejala
gejala skizofrenia menjadi 2 kelompok : Gejala-gejala primer meliputi:
Gangguan proses pikir, Gangguan emosi, Gangguan kemauan dan Autisme.
Gejala-gejala sekunder meliputi: Waham, Halusinasi,Gejala katatonik atau
gangguan psikomotor yang lain
Genetik: Dapat dihasilkan bahwa ada faktor genetik yang turut menentukan
timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang
keluarga-keluarga penderita skizofrenia dan terutama anak-anak kembar satu telur.
Neurokimia: hipotesis dopamin menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan
oleh oferaktivitas pada jarasdopamim mesolimbik
Hipotesis perkembangan saraf: studi autopsi dan studi pencitraan otak
memperlihatkan abnormalitas struktur dan morfologi otak penederita skizofrenia,
63

anatara lain berrupa berat otak yang rata-rata lebih kecil 6% dari pada otak
normal. Semua bukti tersebut melahirka hipotesis perkembangan saraf yang
menyatakan bahwa perubahan patologis gangguan ini terjadi pada awal
kehidupan, karena pengaruh genetik dan kemudian dimodifikasi oleh faktor
lingkungan.
D. Gejala-Gejala Skizofrenia
Gejala psikotik di tandai oleh abnormalitas dalam bentuk dan isi
pikiran,persepsi,dan emosi serta perilaku. Berikut ini beberapa gejala yang dapat
diamati pada skizofrenia :
1. Penampilan dan perilaku umum
Tidak ada penampilan ataupun perilaku yang khas skizofrenia. Beberapa
bahkan dapat berpenampilan dan berperilaku normal. Mungkin mereka
tampak berpreokupasi terhadap kesehatan, penampilan badan,agama atau
munatnya. Pasien dengan skizofrenia kronis cenderung menelantarkan
penampilannya. Penampilan dan higiene pribadi juga terabaikan. Mereka juga
cenderung menarik diri secara sosial.
2. Gangguan pembicaraan
a. Asosiasi longgar berarti tidak adanya hubungan antaride. Klimatkalimatnya tidak saling berhubungan. Kadang-kadang satu idea belum
selesai di utarakan, sudah di kemukakan idea lain. Atau terdapat
pemindahan maksud, misalnya maksudnya tani tetapi dikatakan
sawah. Bentuk yang lebih parah adalah inkoherensi.
b. Neologisme. Kadang-kadang pasien dengan skizofrenia membentuk kata
baru untuk menyatakan arti yang hanya di pahami oleh derinya sendiri.
c. Mutisme. Sering tampak pada pasien skizofrenia katatonik. Kadangkadang pikiran seakan-akan berhenti, tidak timbul ide sampai beberapa
hari.
3. Gangguan perilaku
Salah satu gangguan aktifitas motorik pada skizofrenia adalah gejala
katatonikyang dapat berupa stupor atau gaduh gelisah (excitement). Pasien
dengan stupor tidak bergerak,tidak berbicara,dan tidak berespons, meskipun
ia sepanuhnya sadar. Gangguan perilaku ini adalah streotopi dan manerisme.
Berulang-ulang melakukan suatu gerakan atau mengambil sikap badan
tertentu tersebut stereotipi; misalnya menarik-narik rambutnya, atau tiap kali
bila mau menyuap nasi mengetuk piring dulu bebera pakali. Negativisme:
menentang atau justru melakukan yang berlawanan dengan apa yang disuruh.
64

Otomatisme komando (command automatism) sebetulnya merupakan lawan


dari negativisme: semua perintah dituruti secara otomatis, bagaimana
ganjilpun.
4. Gangguan afek
Kedangkalan respon emosi (emotional blunting), misalnya penderita
menjadi acuh-tak-acuh terhadap hal-hal yang penting untuk dirinya sendiri
seperti, keadaan keluarganya dan masa depannya. Perasaan halus sudah
hilang. Juga sering di dapati anhedonia. Pada parathimi, apa yang
seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira, pada penderita timbul
rasa sedih atau marah. Sedangkan pada paramini, penderita merasa senang
dan gembira, akan tetapi ia menangis. Parathimi dan paramimi bersama-sama
dinamakan incongruity of affect dalam bahasa ingris dan inadequaat dalam
bahasa belanda. Sensitivitas emosi,penderita ksifronia sering menunjukan
hipersensitifitas terhadap penolakan, bahkan sebelum menderita sakit. Sering
hal ini menimbulkan isolasi sosial untuk menghindari penolakan.
5. Gangguan Persepsi
Halusinasi: pada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan
kesadaran dan hal ini merupakan suatu gejala yang hampir tidak dijumpai
pada keadaan lain. Paling sering pada skizofrenia adalah halusinasi
pendengaran (auditorik atau akustik) dalam bentuk suara pengecapan
(gustatorik), atau halusinasi rabaan (taktil) jarang dijumpai.
6. Gangguan Pikiran
Pada skizofrenia waham sering tidak logis sama sekali dan sangat bizar.
Penderita tidak menginsafi hal ini dan baginya wahamnya merupakan fakta
yang tidak dapat diubah oleh siapapun. Mayer-gross membagi waham 2
kelompok yaitu:
1. Waham primer timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apaapa dari luar.
2. Waham skunder biasanya logis kedengarannya: dapat diikuti dan
merupakan cara bagi penderita untuk menerangkan gejala-gejala
skizofrenia lain.
E. Jenis-Jenis Skizofrenia
Kraepelin membagikan skizofrenia menjadi beberapa jenis. Penderita di
golongkan kedalam salah satu jenis menurut gejala utama yang terdapat padanya.
65

Akan tetapi batas-batas golongan-golongan ini tidak jelas, gejala-gejala dapat


berganti-ganti atau mungkin seorang penderita tidak dapat di golongkan ke dalam
salah satu jenis.
1. Skizofrenia paranoid
Skizofrenia paranoid agak berlainan dengan jenis-jenis yang lain dalam
jalannya penyakit. Skizofrenia hebefrenik dan katatonik sering lama kelamaan
menunjukan gejala-gejala skizofrenia simplex atau gejala-gejala hebefrenik dan
katatonik bercampuran.Jenis Skizofrenia ini sering mulai sesudah umur 30
tahun. Permulaannya mungkin subakut, tetapi mungkin juga akut. Kepribadian
penderita sebelum sakit sering digolongkan skizoid. Mereka mudah
tersinggung, suka menyendiri agak congkak dan kurang percaya pada orang
lain.
2. Skizofrenia Hebefrenik
Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa
remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang mencolok adalah: gangguan proses
berpikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi atau double
personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku
kekanak-kanakan sering terdapat pada skizofrenia hebefrenik. Waham dan
halusinasi banyak sekali.
3. Skizofrenia Katatonik
Timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun, dan biasanya akut serta
sering didahului oleh stres emosipnal. Mungkin terjadi gaduh-gelisah katatonik
atau Stupor katatonik: penderita tidak menunjukkan perhatian sama sekali
terhadap lingkungannya. Emosinya sangat dangkal. Gejala yang penting adalah
gejala psikomotor seperti:
a. Mutisme, kadang-kadang dengan mata tertutup
b. Muka tanpa mimik, seperti topeng
c. Stuor, penderita tidak bergerak sama sekali untuk waktu yang lama, berapa
hari, bahkan kadang-kadang sampai beberapa bulan
d. Bila diganti posisinya penderita menentang:negativisme
e. Makanan ditolak, air ludah tidak ditelan sehingga terkumpul didalam lumut
dan meleleh keluar, air seni dan fases ditahan
f. Terdapat grimas dan katalepsi.
Pada Gaduh-gelisah katatonik terdapat hiperaktivitas motorik, tetapi
tidak disertai dengan emosi yang semestinya dan tidak dipengaruhi oleh

66

rangsangan dari luar. Penderita terus berbicara dan bergerak, tidak tidur, tidak
makan dan minum sehingga dapat mengakibatkan kematian.
4. Skizofrenia Simplex
Gejala utama pada jenis simplex adalah kedangkalan emosi dan
kemunduran kemauan. Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan.
Waham dan halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan
sekali.
5. Skizofrenia Residual
Jenis ini adalah keadaan kronis dari skizofrenia dengan riwayat
sedikitnya satu episode psikotik yang jelas dan gejala-gejala berkembang
kearah gejala negatif yang lebih menonjol. Gejala negatif terdiri dari
kelambatan psikomotor, penurunan aktivitas, penumpangan efek, pasif dan
tidak ada inisiatif, kemiskinan pembicaraan, ekspresi nonverbal yang menurun,
serta buruknya perawatan diri dan fungsi sosial.
F. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
Kondisi medis dan psikologis dokter harus mengesampingkan sebelum
mendiagnosis skizofrenia meliputi:
1. Gangguan psikotik lain, Skizofrenia adalah jenis gangguan psikotik, yang
berarti melibatkan kerugian yang signifikan dari kontak dengan realitas. Tapi
ada gangguan psikotik lain yang menyebabkan gejala yang mirip psikosis,
termasuk gangguan schizoafektif, gangguan schizophreniform, dan gangguan
psikotik singkat. Karena kesulitan dalam membedakan antara gangguan
psikotik, mungkin diperlukan enam bulan atau lebih untuk sampai pada
diagnosis yang benar.
2. Penyalahgunaan zat, gejala psikotik dapat dipicu oleh banyak obat, termasuk
alkohol, PCP, heroin, amfetamin, dan kokain. Beberapa over-the-counter dan
resep obat juga dapat memicu reaksi psikotik. Sebuah layar toksikologi bisa
mengesampingkan psikosis yang diinduksi obat. Jika penyalahgunaan zat yang
terlibat, dokter akan menentukan apakah obat ini sumber gejala atau hanya
merupakan faktor yang memberatkan.
3. Kondisi medis, gejala Skizofrenia-seperti juga dapat hasil dari gangguan
neurologis tertentu (seperti epilepsi, tumor otak, dan ensefalitis), endokrin dan
gangguan metabolisme, dan kondisi autoimun yang melibatkan sistem saraf
pusat.

67

4. Gangguan mood, Skizofrenia sering melibatkan perubahan mood, termasuk


depresi dan mania. Sementara perubahan mood ini biasanya kurang parah
daripada yang terlihat pada gangguan bipolar dan gangguan depresi mayor,
mereka dapat membuat diagnosis sulit. Skizofrenia adalah sangat sulit untuk
membedakan dari gangguan bipolar. Gejala positif skizofrenia (delusi,
halusinasi, bicara tidak teratur dan) dapat terlihat seperti episode manik dari
gangguan bipolar, sedangkan gejala negatif skizofrenia (apatis, penarikan
sosial, dan energi rendah) dapat terlihat seperti episode depresi.
5. Gangguan stres pasca-trauma (PTSD), adalah gangguan kecemasan yang
dapat berkembang setelah paparan peristiwa traumatis, seperti pertempuran
militer, kecelakaan, atau serangan kekerasan. Orang-orang dengan gejala PTSD
pengalaman yang mirip dengan skizofrenia. Gambar, suara, dan bau kilas balik
PTSD dapat terlihat seperti halusinasi psikotik. Gejala PTSD mati rasa
emosional dan menghindari dapat terlihat seperti gejala negatif skizofrenia.
http://www.helpguide.org/articles/schizophrenia/schizophrenia-signs-types-andcauses.htm
Menurut Bleuler diagnisis skizofrenia sudah boleh dibuat bila terdapat
gangguan-gangguan primer dan disharmini (keretakan, perpecahan atau tidak
keseimbangan) pada unsur-unsur kepribadian (proses berpikir, efek/emosi,
kemauan dan psikomotor), diperkuat dengan adanya gejala sekunder.
Krut schneider (1939) menyusun 11 gejala ranking pertama (firs rank
symptomp) dan berpendapat bahwa diagnosis skizofrenia sudah boleh dibuat bila
terdapat satu gejala dari kelompok A dan satu gejala dari kelompok B, dengan
syarat bahwa kesadaran penderita tidakmenurun. Gejala-gejala ranking pertama
menurut Schneider ialah:
a. Halusinasi pendengaran.
1) Pikirannya dapat didengar sendiri
2) Suara-suara yang sedang bertengkar
3) Suara-suara yang mengomentari perilaku penderita
b. Gangguan batas ego
1) Tubuh dan gerak-gerakkan penderita dipengaruhi oleh suatu kekuatan dari
luar.
2) Pikirannya diaambil atau disedot keluar.
3) Pikirannya dipengaruhi oleh orang lain atau pikirannya itu dimaskkan
dalamnya oleh orang lain.
4) Pikirannya diketahui orang lain atau pikirannya disiarkan keluar secara
umum.
5) Perasaannya dibuat eleh orang lain.
68

6) Kemauannya atau tindakannya dipengaruhi oleh orang lain.


7) Dorongannya dikuasai oleh rang lain.
8) Persepsi yang dipengaruhi oleh waham.
Selanjutnya

Kusumanto

Setyonegoro

(1967)

membuat

diagnosis skizofrenia dengan memperhatikan gejala-gejala pada


tiga buah koordinat, yaitu:
Koordinat

pertama

(intinya

organobiologis),

yaitu:

autisme,gangguan afek dan emosi, gangguan asosiasi (proses


berpikir), ambivalensi (gangguan kemauan), gangguan aktivitas
(aubulia atau kemauan yang menurun) dan gangguan konsentrasi.
Koordinat kedua (intinya psikologis), yaitu: gangguan pada
cara

berpikir

kepribadian,

yang
dengan

tidak

sesuai

dengan

memperhatikan

perkembangan

perkembangan

ego,

sistematis motivasi dan psikodinamika dalam interaksi dengan


lingkungan.
Koordinat

ketiga

(intinya

sosial),yaitu:

gangguan

pada

kehidupan sosial penderita yang diperhatikan secara fenomologis


Skiozofrenia simplex kadang-kadang perlu dibedakan dari gangguan
kepribadian dan jenis hebefrenik dari retardasi mental. Skizofrenia paranoid tidak
jarang sukar dibedakan dari reaksi paranoid akut dan kadang-kadang dari
kepribadian paranoid dan obsesi yang berat.
G. PROGNOSIS
Untuk menetapkan pronogsis kita harus mempertimbangkan semua
faktor dibawah ini:
1. Kepribadian prepsikotik: bila skizoid dan hubangan antar manusia memang
kurang memuaskan, maka prognosis lebih jelek
2. Bila skizofrenia timbul secara akut, maka prognosis lebih baik dari pada bila
penyakit itu mulai secara pelan-pelan.
3. Umur: makin muda umur permulaannya, makin jelek prognosis.
4. Pengobatan: makin lekas diberi pengobatan, makin baik prognosisnya.
5. Faktor keturunan:prognosis menjadi lebih berat bila didalam keluarga terdapat
seorang atau lebih yang juga menderita skizofrenia.
H. PENGOBATAN
Pengobatan harus secepat mungkin, karena keadaan psikotik yang lama
menimbulkan kemungkinan lebih besar penderita mengalami kemunduran mental.
69

Terapi jangan melihat penderita skizofrenia sebagai penderita yang tidak


disembuhkan atau inferior, seperti orang dengan penyakit lepra dahulu. Bila sudah
dapat diadakan kontak, maka dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang praktis.
1. Farmakoterapi
Efektivitas antipsikotik dalam pengobatan skizofrenia dibuktikan oleh
berbagai penelitian buta ganda yang terkotrol. Untuk antipsikotik tipikal atau
generasi pertama, tidak ada bukti bahwa obat yang satu lebih baik dari pada obat
yang lain untuk gejala-gejala tertentu. Strategi pengobatan tergantung pada fase
penyakit apakah akut atau kronis.untuk pasien yang baru pertama kali
mengalami episode skizofrenia, pemberian obat harus diupayakan agar tidak
terlalu memberikan efek samping, kerena pengalaman yang buruk dengan
pengobatan akan mengurangi ketaat berobatan.
2. Psikoterapi dan Rehabilitasi
Psikoterapi dalam bentuk psikoanalisis tidak membawa hasil yang
diharapkan, bahkan ada yang berpendapat tidak boleh dilakukan pada penderita
dengan skizofrenia kerena justru dapat menambah isolasi dan autisme. Yang
dapat membantu penderita

adalah psikoterapi suportif individual atau

kelompok, serta bimbingan yang praktis dengan maksuk mengembalikan


penderita ke masyarakat. Terapi kerja adalah baik sekali untuk mendorong
penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain , perawat dan dokter.
Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi, kerena bila ia menarik diri ia
dapat membentuk kebiasaan kurang baik.
3. Lobotomi Prefrontal
Dapat dilakukan bila terapi lain yang diberikan secara intensif selama
kira kira 5 tahun tidak berhasil dan bila penderita sangat mengganggu
lingkungannya. Jadi prognosis skizofrenia tidak begitu buruk seperti yang
diduga orang sampai dengan pertengahan abad ke-20. Terlebih dengan obat
antipsikotik lebih banyak penderita dapat dirawat diluar rumah sakit jiwa. Dan
memang seharusnya demikian. Sedapat dapatnya penderita

harus tinggal

dilingkungan sendiri, harus tetap melakukan hubungan dengan keluarganya


untuk memudahkan proses rehabilitasi. Dalam hal ini dokter umum dapat
memegang peran penting mengingat kurangnya ahli kedokteran jiwa di negara
kita.

70

IX. GANGGUA MOOD


A. Sejarah Singkat
Banyak refrerensi ditemukakan dalam literatur medis Cina untuk mania dan
depresi. Mania dan depresi dikatakan sebagai 2 entitas yang terpisah dengan
gangguannya berupa perubahan mood yang sering terjadi kutub yang satu ke kutub
yang lain.
1. Philippe Pinel (1745-1826) mengatakan bahwa melancholia adalah tipe dari
kegilaan yang dicirikan adanya delusi yang terbatas pada lingkup berpikir
tertentu.
2. Wilhelm Griesinger seorang profesor meyakinkan bahwa pasti ada perubahan
diotak yang berhubungan dengan gangguan gangguan mental dan pada akhir
usahanyaia menemukan perubahan organik itu.
3. Eugen Bleuler dalam tahun 1911 mereformulasikan dementia praecox kedalam
istilah schizophrenia sebagai suatu kesatuan konsep yang luas dari psikosis.
B. Epidemiologi
Gangguan mood merupakan gangguan mental yang paling umum dalam
populasi dewasa dengan berberapa bukti yang mengarah pada peningkatan
prevalensinya.diproyeksikan bahwa pada tahun 2020, depesi mayor merupakan
gangguan yang paling banyak, juga dari segi beban pada kesejahteraan manusia
yang paling besar.
C. Perbedaan dan batasan
Gangguan Skizofrenia dan Skizoafektif: perbatasan antara skizofrenis dan
gangguan mood mayor dikemukakan oleh Kraepelin.
1. Gangguan Anxietas: Ada perdebatan yang panjang apakah gangguan depresi
dan gangguan anxiestas merupakan dua kondisi yang berbeda atau
keduannyamerupakan varian dari gangguan yang satu atau ada kategori ketiga,
yaitu depresi-anxiestas yang berbeda dari depresi dan axiestas murni.
2. Variasi mood yang normal: perbedaan antara gangguan mood dan variasi
normal dari mood, sebagai respons stres dan ketidakbahgiaan adalah sangat
komplex karena dipengaruhi oleh faktor kultur, sosial dan ekonomi dan dalam
porsinya berubah sepanjang waktu.
D. Bentuk Gangguan Mood
1. Gangguan bipolar: perdebatan tentang subtipe berpusat pada unipolar dan
bipolar.
2. Gangguan Depresi Mayor: individu dengan gangguan depresi ini mempunyai
gejala depresi yang lebih banyak,cenderung mempunyai gangguan yang relatif
stabil sepanjang waktu dan mempunyai lebih banyak keluarga yang
71

berpenyakitan gangguan efektif. Gangguan ini mungkin hanya episode tunggal


atau terjadi berulang.
3. Gangguan Distimia: gambaran klimis distimia menurut DSM-IV-TR adalah
mood yang disforik pada sebagian besar dari hari, paling sedikit berjalan 2
tahun, bersifat kronis, nonbipolar, dan nonpsikotik, ditambah 2-6 gambaran
gejala seperti depresi mayor.
4. Gangguan Siklotimik: gangguan siklotimik mempunyai ciri, yaitu paling
sedikit 2 tahun mengalami banyak perubahan mood termasuk periode gejala
hipomtik bergantian dengan disforik yang nonmayor dan periode perasaan
normal selama 2 bulan. Didapatkan pada 0,3 6% dari populasi dibeberapa
tempat bahkan mempunyai prevalenci lebih tinggi. Pada perempuan prevalenci
lebih besar : 52% dari perempuan yang mempunyai gejala hipomanik dan 57%
diantara perempuan umur 15 21 tahun mempunyai gejala hipomamik tanpa
gangguan bipolar tipe II mengalami gangguan siklotimik. Banyak dilaporkan
adanya peningkatan angka gangguan cemas perpisahan, gangguan panik,
gangguan obsesiv kongkulsif dan anqietas berlebihan, gangguan pemusatan
perhatian dan hyperaktifitas, gangguan tingkah laku, dan gangguan sikap
menentang serta deprisi mayor dan disforik.
5. Depresi psikotik: 20% dari para pasien gangguan depresi mayor memenuhi
kriteria psikosis berupa delusi, halusinasi baik serasi mood atau tidak serasi.
Pasien dengan gambaran depresi psikotik parah gejala depresinya dan onset
penyakitnya pada usia lebih muda dibandingkan dengan non psikotik. Gejala
yang umum pada pasien dengan depresi psikotik adalah lebih sering berfikir
terulang

dengan

teliti

(ruminativ), lenih banyak perasaan bersalah dan psikomotor lebih agitativ. Bila
terjadi pada umur lebih dari 50 tahun maka lebih parah, kurang ada
komorbiditas, lebih mirip gangguan bipolar I dan kurang mirip gangguan
unipolar dibandingkan dengan depresi mayor non psikotik. Memasukan
gangguan mood dengan gambaran katatonik dalam DSMIVTR akan
menyeimbangkan dengan adanya gangguan skizofrenia tipe katatonik.
6. Depresi pada keadaan premenstual, selama kehamilan, post partum dan
menopause: semua gangguan dari kelomok ini dalam DSM-IV termasuk dalam
gangguan mood dalam perjalanan khusus.
Premenstual Dysphorc Dissorder (PMDD) mempunyai gejala bersiklus dan
berkait erat dengan siklus menstruasi dan gejalanya menghilang selama
kehamilan dan setelah menopause. Gangguan mood ini terjadi saat fase luteal
72

akhir dari siklus menstruasi dan membaik segera setelah onset menstruasi. Peran
sistem serotonergik di duga kuat berperan pada gangguan ini. Wanita dengan
respon tolaktin yang tumpul terhadap pemberian buspiron selama fase folikuler
menunjukkan adanya kekurang-sensitif reseptor sorotoning 1A (5-HT1A).
Pemberian SSRI menjadi terapi limi pertama, disamping itu clomipramine dan
velavaxine dilaporkan juga efektif untuk gangguan ini. Pemberian terapi
intermiten hanya selama fase luteal jika efektif.
Gangguan mood pasca melahirkan sering dalam bentuk sprektrum mulai dari
transier sebagai glues ringan pasca melahirkan hingga depresi mayor, bahkan
psikosis. Glues pasca melahirkan di dapati pada 70% wanita setelah melahirkan,
gejalanya biasanya transier dan nonpatoligis. Perlu diobsevasi perjalannya
dengan kemungkinan berkembang menjadi depresi mayor pada bagia pasien.
Gejalanya tidak bisa dibedakan dengan depresi mayor pada wanita diluar
kehamilan dan setelah melahirkan. DSR-IV-TR mensyaratkan onset depresi jalan
4minggu setelah melahirkan walaupun pada sebagian wanita mengalami gejala
lebih lambat, beberapa minggu ingga beberapa bulan. Terapi gangguan ini sama
dengan terapi despresi mayor dilaporkan juga psikoterapi dengan CBT
(cognitive behavioral therapy) dan IPT (interpesonal psycotherapy) menunjukan
hasil yang baik. Gangguan depresi selama masa transisi menopause dan
perimenipause

menunjukan

perjalanan

dari

fase

reproduktif

ke

fase

nonreproduktif seorang wanita. Biasanya umur sekitar akhir 40an dengan ratarata umur 47,5 th dengan rata-rata lama perjalanan 4-8th masa transisi. Proses ini
bercirikan variasi dari perubahan endokrin dan klinis, lebih sering anovulatori,
adanya gejala fasomotor dan keluhan fisik lain. Fluktuasi harmonal lebih sering
menginduksi depresi pada wanita dengan riwayat sebelumnya. Beberapa study
menemukan adanya hubungan erat anatara beratnya gejala vasomotor yaitu
adanya hotflushes dan berkeringat malam dengan gejala depresi. Adanya dengan
gejala flasomotor yang berat meningkatkan resiko gangguan depresi.
Penanganan gangguan ini dengan anti depresan sebagai pilihan pertama dan
dapat ditambahkan terapi hormon repraslemen dengan pertimbangan ketat
mengenai efek negatif.
7. Gangguan efektif musiman: pernyataan Hipoocrates bahwa perubahan iklim
dapat menyebabkan penyakit dan tubuh sebagian individu lebih dapat
beradaptasi saat panas atau dingin. Dapat diamati juga adanya pengaruh musim
pada usaha bunuh diri dan perubahan prilaku. Biasanya episode depresi sering
73

dimulai dengan awal musim semi dan musim gugur sedangkan episode mania
pada musim panas. Bermacam macam intervensi seperti: terapi cahaya(light
therapy), dimulai setelah penemuan pencayaan dengan 2500 lux dapat menekan
sekresi melatoning nokturnal individu dari pada pencahayaan lampu ruangan
biasa. Pencahayaan hingga 10.000 lux dikatakan lebih tinggi evikasinya dan
dipakai sebagai standar terapi. Lama paparan juga menentukan, tergantung pada
reaksi individu, dapat ditingkatkan atau turunkan, tergantung efek samping yang
muncul, cuaca dan musim tahun itu. Pemberian pagi hari lebih berefek, individu
yang lebih aktif dan terjaga pada pagi hari lebih afektif, sehingga harus
disesuaikan dengan kecenderungan individual apakah individu tipe owl (burung
hantu lebih aktif pada malam hari) atau lark (burung kecil coklat lebih aktif pada
pagi hari) efek terapi cahaya adalah sakit kepala, ketegangan mata, mual dan
gitasi. Dapat diberi malam light fixtures,pemaparan dengan menggunakan
tabung cahaya flouresen; down setimulation, memberikan pencahayaan dini hari
sekitar pukul 5.30 dengan meningkatkan intensitas cahaya sampai pada kekuatan
tertinggi selama sekitar 45 menit untuk menstimulasi keaadaan fajar musim
panas; farma konterapy, walaupun terapi cahaya efektif, namun sering tidak
cukup hingga memerlukan interfensi farma koterapy juga; psikoterapy, dalam
bentuk CBT (cognitiv behavior therapy) sama efektifnya dengan terapi cahaya
untuk membalik gejala dari depresi musim dingin dan bentuk lain terapi seperti
aerobik, pemaparan pada ion negatif dengan densitas tinggi dan yang masih baru
didapatkan bukti awal dari vitamin D3 yang mungkin dapat mengubah kejalan
depresi saat musim dingin.
8. Depresi sekunder atau depresi akibat kondisi penyakit mendik fisik:depresi
akibat kondisi penyakit medis atau depresi sekunder akibat medis atau fisik
banyak terjadi. Kebanyakan menekankan pada beberapa bukti: bahwa depresi
lebih banyak terjadi pada populasi dengan penyakit medis-fisik dibanding
dengan yang tidak dengan penyakit medis-fisik; bahwa pasien dengan medisfisik, depresi sering tidak terdeteksi, tetapi depresi sebagai reaksi normal
terhadap penyakit medis-fisik yang deritanya; bahwa depresi lebih sulit
ditangani pada populasi dengan penyakit medis-fisik; penanganan standar
depresi cukup menolong; depresi yang tidak diterapi akan memperburuk
morbiditas penyakit fisiknya dan meningkatkan mortalitas fisiknya.
Beberapa penyakit yang sering disertai depresi adalah struk, penyakit parkinson,
multiple sclerosis, epilepsi, kanker, penyakit jantung, diabetes melitus, Hiv, dan
74

skala lebih kecil adalah irritble bowel sindrom, tinnitus sleep ap nea penyakit
kelanjar tiroid.
9. Gangguan mood dibawah umur: gangguan ini menarik perhatian karena
prevalensinya lebih tinggidan berkait dengan hendaya fungsi yang signitif
E. Bunuh diri dan gangguan mood:
pasien dengan gangguan mood mempunyai resko yang lebih tinggi untuk
melakukan prilaku bunuh diri, baik percobaan maupun completions (berhasil).
Resiko prilaku bunuh diri bervariasi dan tergantung pada tipe gangguan
psikiatriknya.
Dari studi klinis ditemukan 2 perbedaan pada gangguan mood dengan usaha bunuh
diri dan yang tidak.
1. Merasa depresi subjektif, keputusasaan yang hebat tidak ada alasan untuk hidup
lebih lama.
2. Adanya agresivitas dan impulsivitas.
Factor lain yang terkait dengan tingginya resiko bunuh diri yaitu
penyalahgunaan zat dan alcohol, riwayat pelecehan sexual, cedera kepala.
Ada factor genetic pada prilaku bunuh diri. Pada studi kembar, didapatkan angka
konkordasi yang lebih tinggi untuk bunuh diri pada monozigot dibandingkan
dizigot. Factor herediter ini bukan saja akibat penurunan perilaku bunuh diri
sendiri, tetapi juga penurunan gangguan mood atau agresivitas dan impilsivitasnya.
Dalam strategi manajemen pasien bunuh diri perlu diperhatikan yaitu:
1. Diagnosis dan pengobatan gangguan psikiatrik yang ada.
2. Penilaian resiko bunuh diri dan penghilangan arti bunuh diri.
3. Penanganan khusus untuk menurunkan kecenderungan usaha bunuh diri.
F. Perspektif biologis pada gangguan mood
1. Neuroimaging: berdasarkan penelitian yang berbeda terhadap hubungan yang
konsisten dan resiprokal antara daerah dorsokortikal serta ventrolimbik pada
depresi dan persaan negative yang transien. Variasi kelainan dalam region
ventromedial termasuk cingulata anterior konsisten pada gangguan depresi.
2. Neurokimiawi: terdapat peran neurotransmitter serotonin padaa gangguan mood.
Serotonin dinentesis dari asam amino esensial tryptophan dalam 2 tahapenzimatis.
Plasma tryptophan masuk blood-brain secara eektif dengan melalui large neutral
amino acid transporter protein. Perubahan fungsi sorotonergik otak menunjukan
perubahan fungsi tubuh dan prilaku yang merupakan gejala klinis utama dari
depresi, seperti nafsu makan, tiduur, fungsi sexual, sensivitas nyeri, temperature
tubuh dan irama sirkadian.

75

3.

Factor psikoneuroendokrinologi: gejala psikiatrik dari hiperkortisolisme seperti


anergia, anhedonia, dan modd depresi berhubugan positif degan tidak adanya
kortisol dalam kadar urine dan membaik perlahan setelah terapi dengan
antiglukokortikoid walaupun respon penuh sering lambat dan respons rate sekitar

70-73%.
4. Factor psokoneurimunologi: gangguan factor imune dengan gangguan mood
berdasarkan dua arah:
1. Bahwa adanya bukti perilaku sakit seperti penurunan nafsu makan, kelelahan,
somnolensi, seperti pada gangguan mood berhubungan dengan perubahan
fungsi imunitas
2. Berbagai gangguan medis dan pengobatan yang meregulasi fungsi imunitas
berhungan dengan gajala psikiatrik.
5. Factor genetic: studi keluarga, studi anak kembar, dan studi anak adopsi dari
gangguan bipolar dan gangguan depresi unipolar pada umumnya menunjukan
resiko yang mendasar dari komponen yang dapat diturunkan, dimana gangguan
bipolar mempunyai sifat menurun yang tinggi dibandingkan depresi unipolar.
G. Perspektif social dan cultural gangguan mood
lingkungan social memegang peran sebagai factor resiko gangguan mood
dalam hal terjadinya perjalanan dan pengobtan penyakit.
Paparan terhadap pengalaman kehidupan yang penuh tekanan penting dalam
meningkatakan resiko terjadinya gangguan mood. Pengalaman kehidupan yang
stressful dibagi dalam kejadian stressor akut dan kronis. Stressor akut adalah nyata,
jelas terlihat saat ini. Stressor kronis dapat dibagi menjadi dua: mayor yang
berhubungan dengan peran dan minor, adalah stressor iritasi dari kejadian kecil
sehari-hari.
Stressor penanganan kecil meningkatkan resiko gangguan mood, terutama
pelecehan masa anak-anak, kehilangan dan tidak pengoptimalan pengasuh ibu pada
masa kanak. Lebih lanjut pada masa setelah anak dan remaja, lewis (1998)
mengatakan bahwa kualitas hubungan pernikahan yaitu tidak ada dukungan
emosional yang baik dari pasangan atau konflik pernikahan adalah predictor dari
keparahan dan perjalanan buruk ganggun mood. Stressor makro adalah stressor
dalam skala besar dan berhunungan dengan system dalam masyarakat misalnya
perubahan ekonomi dan resensi ekonomi.
H. Penanganan
1. Penanganan depresi mayor dengan pemberian antidepresan golongan SSRI
(selective serotonim reuptake inhibitor), ECT (electro conoulsive therapy), dan
76

psikoterapi CBT ( cognitive behavior therapy) dan IPT (interpersonal therapy)


pada pasien gangguan depresi mayor menunjuikan respons yang baik, walaupun
belum ada bukti bahwa psikoterapi pada pasien gangguan depresi mayor
mempunyai respons yang sama dengan pemberian obat.
2. Penanganan lini pertama untuk gangguan bipolar adalah pemberian obat
golongan mood stabilizer (penstabil mood), misalnya lithium karbonat dan
lamotrigine.
3. Depresi atipikal responsive terhadap MAOI (mono-amine oxydase inhibitor).
Antidepresan golongan yang lebih baru masih memerlukan studi lebih lanjut
untuk kemantepan aktivitasnya terhadap depresi atipikal.
4. Gangguan distimia kurang responsive terhadap pengobatan antidepresan. Karena
gangguan distimia sangat controversial dan mempunyai entitas yang
beranekaragam.
5. Gangguan siklotimik oleh Akiskal (1983 dan 2003) dikatakan sebagai prodorma
kelainan bipolar yang berat karena itu direkomendasikan mood stabilizer, seperti
lithium karbonat atau asam valproat.
6. Penanganan gangguan depresi psikotik

BAB III
PENUTUP

I. Simpulan
Dalam ilmu jiwa yang dikemukakan Maramis banyak membahas
tentang berbagai teori tentang kepribadian dalam mengungkap
individu yang mengalami gangguan jiwa. Seperti psikolanalisis Freud,
psikoanalisis kultural dan interpersonal, psikobiologi, teori-teori lain
yang berorientasi pada psikoanalisis dan teori yang diperoleh dari
psikologi. Maramis juga membahas tentang pendekatan holistik yang
dapat

mengakibatkan

penyebab

umum

stes

gangguan

psikologis,
jiwa,

77

gejala

gangguan

jiwa,

klasifikasi

gangguan

jiwa,

pemeriksaan psikiatrik, gangguan mental organik, skizofrenia dan


gangguan mood.

II. Saran
Dengan adanya makalah ini kita sebagai calon konselor diharapkan dapat
mengetahui tentang kesehatan dan gangguan jiwa yang bisa terjadi pada setiap individu
khususnya klien kita nantinya. Akan tetapi, karena setiap manusia memiliki keterbatasan
dan kekurangan maka penulis mengharapkan kritik dan dan saran dari dosen
pembimbing mata kuliah ini serta dari teman teman seperjuangan juga. Sebab jalan
menuju kesempurnaan adalah dengan saling mengisi. Seperti halnya dengan makalah ini
dengan adanya kritikan serta saran dari pihak yang terkait maka makalah ini menuju
jalan kesempurnaan.

DAFTAR PUSTAKA

Maramis, F. Willy. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University
Press. 31-303
None Name. 2015. Alzheimer's Disease.
https://fightdementia.org.au/national/about-dementia/types-ofdementia/alzheimers-disease Diunduh 10 Oktober 2015 08.14

78

None Name. 2015. Apakah Aterosklerosis Itu?.


https://www.deherba.com/apakah-aterosklerosis-itu.html Diunduh
13 Oktober 2015 11.25
Supratiknya. 1995. Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta: Kanisius. 81
Smith, Melinda. 2015. Schizophrenia.
http://www.helpguide.org/articles/schizophrenia/schizophrenia-signs-types-andcauses.htm Diunduh 10 Oktober 2015 08.06
Segal, Jeanne. 2015. Stress Symptoms, Signs, and Causes.
http://www.helpguide.org/articles/stress/stress-symptoms-causes-and-effects.htm
Diunduh 10 Oktober 2015 08.10

79

Anda mungkin juga menyukai