Disusun oleh:
1. Ainun Nuril Haq
(1114500063)/3D
2. Akhmad Arinal Haq
(1114500065)/3C
3. Devi Novianti
(1114500039)/3C
4. Pradita Anggi Ayuningtiyas
(1114500095)/3C
5. Sri Lutfiyati
6. Fatkhurrohman
(1114500076)/3D
Kelompok 1
(1114500101)/3D
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa. Sholawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada Rosulullah SAW. Atas limpahan rahmat serta
hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah tentang MARAMIS 1 sesuai waktu
yang ditentukan.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu penyusunan makalah ini diantaranya:
1. Ibu Sri Adi N., MM selaku dosen pembimbing yang memberikan arahan bagi kami
dalam penyusunan makalah ini.
2. Semua teman-teman yang terlibat dan ikut serta dalam penyusunan
makalah ini.
Tujuan dari penyusunan makalah ini guna memenuhi tugas dari salah satu mata
kuliah program studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Pancasakti Tegal yaitu BK Kelompok.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadaribahwa masih terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, kami dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah yang kami susun ini dimasa yang
akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
pembaca.
Penu
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
II.
Rumusan Masalah
III.
Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
VII.
VIII.
IX.
35
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Setiap individu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dituntut untuk bekerja
dan berusaha agar keinginan dari dirinya dapat terpenuhi. Untuk memenuhi
kebutuhannya tersebut manusia memerlukan jasmani yang sehat. Karena apabila
jasmani atau tubuh terganggu maka semua aktivitas individu tersebut terganggu.
Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah suatu keadaan berupa
kesejahteraan fisik, mental dan sosial secara penuh bukan semata-mata hanya terbebas
dari penyakit dan keadaan lemah tertentu. Apabila mental dan jasmani individu tersebut
sehat tentunya akan sedikit kemungkinan terjadinya gangguan untuk melakukan
aktivitas sehari-hari. Jika mental individu tersebut sehat maka individu tersebut dapa
terhindar dari gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa, sehingga ia dapat
menyesuaikan diri dan dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang dimiliki.
Dengan keadaan mental yang sehat maka individu tersebut dapat bekembang secara
optimal.
Sebagai calon konselor yang profesianal, kami perlu mempelajari
tentang kesehatan mental yang bersumber dari buku Ilmu kedokteran Jiwa karya Willy
F. Maramis, agar nanti saat menghadapi individu yang memiliki gejala-gejala gangguan
mental dapat segera diatasi sehingga individu tersebut tidak kearah patologi (sakit
mental). Maka dari itu kami menyusun makalah ini untuk membahas tentang maramis 1
sebagai penyelesaian tugas kelompok dari Ibu Sri Adi N., MM selaku
dosen mata kuliah Kesehatan Mental.
II. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan dalam berbagai teori kepribadian?
2. Apakah stresor, stres dan penyesuaian diri?
3. Bagaimana Gejala gangguan jiwa?
4. Apakah penyebab umum gangguan jiwa?
5. Bagaimana klasifikasi gangguan jiwa?
6. Bagaimana pemeriksaan psikiatrik?
4
BAB II
PEMBAHASAN
2. Dicirkan dengan hubunga antara invidu dan orang lain yang keliru serta berasal
dari konflik emosional dan kecemasan.
3. Menghasilkan ketidakcocokan antara potensi dan profesi, menimbulkan
kebingungan dan penderitaan serta gangguannya serta fungsi dalam kebanyakan
bidang hidup.
Teori ini menentang teori Freud tentang perkembangan psikosexual, konsep
tentang fase-fase biologis tertentu yang berubungan dengan daerah-daerah badan
tertentu, regresi dan sifat sexual mengenai hubungan anak-orang tua. Menurut
Horney perhatian yang terikat pada fungsi alat kelamin (atau alat lain) terjadi
karena sikap orang tua seperti keprihatinan yang berlebihan atau kekakuan seorang
ibu tentang fungsi alat itu.
dan
pendidikan
yang
ada,
dapat
menjurus
ke
serta
mernpertimbanglcan
ketiga-tiganya
sebagai
suatu
pada dfri seorang anal, karena pengaruh lingkungan yang tidak baik, seperti:
persaingan yang kejam antara saudara, diskriminasi atau pilih kasih baik di rumah,
maupun di sekolah, rumah tangga yang berantakan, keguncangan sosial, perubahan
sosial yang terlalu cepat (yang juga mengganggu orang dewasa), bencana alam,
peperangan, dan sebagainya. Tetapi, perilaku kultural dan spiritual orang tua dan
orang-orang lain di lingkungannya juga turut memengaruhi perilakunya.
Penyebab utama mula-mula mungkin terletak pada salah satu unsur, misalnya
pada badan, seperti gangguan otak waktu lahir. Hal ini memengaruhi
perkembangan jiwa anak dan sebaliknya anak dengan gangguan otak itu
memengaruhi lingkungannya yang kemudian bereaksi terhadap dia, dan seterusnya.
Sudah cukupkah bila kita hanya memberi obat saja? Sudah cukupkah bila anak
itu hanya dimasukkan ke sekolah luar biasa? Sudah cukupkah bila kita memberi
nasihat kepada orang tuanya atau pun 'orang tua mengikuti cara penanganan
kultural atau pun melakukan upacara spiritual saja? Kiranya tidak! Kita harus
mendekati anak itu sebagai manusia seutuhnya, yaitu merffelidiki dan merntngaruhi
sekaliegala faktor dalam semua unsur (yaitu badan, psike, unsur sosial, kultural dan
spiritual
prioritasnya yang sesuai dengan fase perkembangan anak dan jalannya gangguan.
B. Stres Psikologis
1 Kebutuhan
Untuk dapat hidup layak sebagai manusia ada beberapa syarat, yaitu
stipaya secara minimal kebutuhan (needs) badani, psikologis, sosial, kultural dan
spiritual harus terpenuhi. Kebutuhan badani atau somatis adalah: makanan,
minuman, hawa, istirahat, tidur dan sex (yang harus ditinjau secara seutuhnya,
karena sex itu juga somato-psiko-sosial-kultural-spiritual). Kebutuhan kultural
adalah perilaku yang "dituntur oleh kebudayaan dan kebutuhan spiritual adalah
perilaku yang sesuai dengan keyakinan agama atau kepercayaan. Akan
dibicarakan berikut ini empat kebutuhan psikologis-sosial dasar. Biarpun
kebutuhan badani juga sangat penting, namun pernenuharmya ada pada tingkat
lain. Begitu pun dengan kebutuhan kultural dan kebutuhan spiritual. Kita akan
menyinggung sedikit kebutuhan psikologis dan sosial. Kebutuhan psikologis
meliputi: kebutuhan akan kasih-sayang (need to be loved) dan kebutuhan akan
harga diri (need for self esteem). Kebutuhan sosial adalah: kebutuhan akan
keterlibatan dan kebutuhan akan kebebasan, kemandirian atau autonomi (need
for autonomy). Karena tidak terdapat batas yang jelas antara kedua kebutuhan
itu, maka sebaiknya digabung saja dan disebut kebutuhan psikososial.
11
tanggung jawab itu dalam keluarga sambil semua anggota berusaha mencapai
keseimbangan baru. Kebutuhan masyarakat merupakan faktor yang penting
sekali dalam menentukan perilaku manusia.
Kalau dorongan-badani dan psikologis lebih banyak bekerja melalui
perasaan puas, senang, cemas dan rasa salah (kontrol din atau self control), maka
dorongan kelompok sosial lebih banyak bekerja melalui perasaan bangga atau
malu, dengan pahala atau huktunan melalui sistem norma dan adat-istiadat
(kontrol sosial atau social control).
4
Kebutuhan Ganda
Mungkin hanya ada satu kebutuhan yang menonjol, akan tctapi pada
umumnya perilaku manusia dipengaruhi oleh lebih dari satu kebutuhan.
Berbagai kebutuhan itu sedikit banyak saling tergantung dan pemuasan atau
hambatan terhadap yang satu mungkin menguatkan atau melemahkan yang lain.
Misalnya saja, bila seorang anak tidak mendapatkan kasih-sayang yang
dibutuhkannya, maka mungkin sekali ia akan mencari pemuasan dirin-y-a dalam
makanan (jajan) atau overkompensasi lain. Atau bila seorang ayah sering gagal
dalam pekerjaannya, maka besar kemungkinan ia menjadi giat dalam hobinya
14
jawab
kelak
bila
sudah
jadi
(konflik
mau-tak-mau
atau
pendekatanpengelakan). Atau jika kita hams memilih antara sekolah terus atau
menikah; mengurus rumah tangga atau tents aktif dalam sebuah organisasi; antara
tugas dan ambisi, istri atau ibu, kesenangan sekarang atau ideologi, orang tua matt
panggilan (konflik pendekatan ganda).
Krisis adalah keadaan karena stresor mendadak dan besar yang
menimbulkan stres pada seorang individu atau pun suatu kelompok, misalnya:
kematian, kecelakaan, penyakit yang memerlukart operasi, masuk sekolah untuk
pertama. kali. Terdapat tempat-tempat dengan banyak krisis (konsentrasi krisis),
misalnya ruang gawat dantrat di rumah sakit, kamar bersalin, kamar bedah, taman
kanakkanak dan di tingkat pertama suatu fakultas pada minggu-minggu pertama
tahun kuliah baru, desa yang kena bencana alam dal, kekurangan makanan
sesudahnya, atau bila kemudian bantuan makanan datang (tadi krisis karena tidak
ada makanan, kemudian krisis karena tiba-tiba ada makanan).
Dahulu dikira bahwa krisis selalu tidak baik bagi kesehatan jiwa. Sekarang
ini ternyata tidak demikian. Setelah mengalarni krisis, maka murtgkin individu
atau kelompok menjadi:
1. terganggu atau lebih mudah terganggu bila stres. lagi;
2. lebih matang atau lebih kuat menghadapi stres di hari kemudian.
Yang terakhir ini adalah penting, karena mengandung unsur pencegahan.
Kita dapat mempraktikkan hal ini, misalnya, orang tua atau guru dengan sengaja
menimbulkan krisis pada anaknya, misalnya tergesa-gesa mau pergi, lalu mendapati
ban sepedanya kempes; mau menulis sesuatu di papan tulis, tetapi ternyata tidak
ada kapur tuns; sedang asyik bermain-main, tahu-tahu harus berhenii; sedang enak15
enak bertamasya, ternyata tidak ada makanan. Kita melihat 'reaksi anak-anak
terhadap krisis ini, lain kemudian membantu/membimbing mereka yang
menunjukkan reaksi tidak baik. Rila mereka dilatih dengan baik, maka seolah-olah
divaksinasi supaya menjadi kebal terhadap kuman-kuman (pencegahan).
7
Gejala Stress
Menurut
http://www.helpguide.org/articles/stress/stress-symptoms-causes-
16
Menurut teori, setiap orang dapat saja terganggu jiwanya, asal saja stresor
itu cukup besar, cukup lama atau cukup spesifik, bagaimana stabil pun
kepribadian dan emosinya.
Tiap orang mempunyai cara sendiri untuk penyesuaian din terhadap stres,
karena penilaian terhadap stresor dan stres berbeda (faktor internal), dan karena
tuatutan terhadap flap individu berbeda (faktor eksternal); ini antara lain
tergantung pada: umur, sex, kepribadian, inteligensi, emosi, status sosial dan
pekerjaan individu.
Holmes dan Rahe menyusun suatu daftar peristiwa kehidupan yang
kemudian diberikan kepada 394 orang. Mereka diminta untukmemberi bobot 0100 sesuai dengan pengalaman mereka mertgenai berat ringannya peristiwaperistiwa itu sebagai stresor, lalu diambil rata-ratanya untuk setiap perisitiwa.
Kemudian tersusunlah "Skala peristiwa hidup dan stres" menurut Holmes dan
9
17
Untuk mencegah stres yang paling baik adalah mengubah sikap terhadap
stresor. Makin panting stresor itu dianggap, makin besar stres yang timbul sebagai
akibatnya. Makin santai dan relax stresor itu dihadapi, makin banyak alternatif
penyelesaian yang dilihat, makin ringan stres itu. Berusahalah melihat peran dan
usaha kita dalam keadaan itu secara realistik dan dalam proporsi yang sebenarnya,
belajar mendeiegasikan sebagian pekerjaan kepada orang lain dan percayalah pada
orang itu. Melakukan relaxasi (relaxasi ringan, relaxasi progresif, meditasi, atau
cara-cara relaxasi lain) dapat membantu mengurangi stres atau pun mencegah
timbulnya stres patologis.
10 Ciri ciri orang yang dapat mengatasi stres dengan baik adalah:
a. Dapat menunda pikiran tmltang suatu masalah sampai pada waktu yang cock
untuk menghadapinya. Tidal( dan jauh sebelumnya sudah memikirkan secara
terperinci (orang yang terns menerus memikirkan secara terperinci
macammacam
kemungkinan
di
masa
depan,
cenderung
mengalami
kecemasan; memikirkan berulang-ulang secara terperinci kemungkinankemungkinan mengenai hal yang sudah laiu, cenderung mengalami depresi).
b. Mengenal dan mengakui adanya gejala-gejala kepayahan pada dithrya.
c. Menghindari pemakaian obat perangsang, obat penenang, minuman keras dan
rokok yang berlebihan. Ingatlah, zat-zat itu tidak dapat menghilangkan streser.
Obat hanya dapat meredakan reaksi stres untuk sementara waktu agar kita
lebih sanggup menghadapi serta mengatasinya, akan tetapi akhirnya kita
sendirilah yang harus menyelesaikan masalah stresor itu.
d. Mempunyai kehidupan keluarga yang hangat dan
stabil;
mampu
19
yang
tepat
mempertimbangkan
atau
berbagai
menentukait
norma,
pilihan,
sebab
memperkirakan
kita
hasilnya
harus
dan
dengan
keinginan
melebih-lebihkan
yang
sikap
dan
berbahaya
bila
perilaku
yang
yang
extrem
terhadap
lingkungan
sosial
yang
abnormal;
mempunyai
integrasi
kepribadian
yang
cukup
dan
23
c. Mempunyai perasaan bebas, ingin berdiri sendiri, dan rasa tanggung jawab
yang dewasa. Contoh, mahasiswa yang ingin mencari uang saku sendiri
lewat bekerja part time.
d. Mampu mencintai orang lain (tidak hanya diri sendiri, tidak egoistic, tetapi
mempertimbangkan kepentigan orang lain disamping kepentingan diri
sendiri). Contoh, pasangan kekasih yang saling memahami kegiatannya
masing-masing.
e. Memerlukan orang lain secara wajar, bersedia menerima nasehat, mampu
menerima kasih sayang atau hal lain yang ingin diberikan oleh orang lain.
Contoh, ada orang yang hanya mau diperhatikan oleh satu orang, yaitu
ibunya. Hal ini menandakan bahwa dia tidak mampu menerima kasih
sayang dari orang lain.
f. Agresif secara wajar. Contoh, agresif bila diserang, hanya untuk pembelaan
diri.
g. Mekanisme pembelaan yang wajar, sanggup menghadapi dirinya sendiri
dengan tenang, serta dapat menyelesaikannya secara realistic dan dewasa.
h. Melakukan penyesuaian seksual yang normal, menerima seks-nya sendiri.
Contoh, ada seorang anak perempuan yang tidak mau menerima seks-nya
sehinggga dia menghilangkan payudaranya sendiri dengan operasi.
i. Melakukan penyesuaian diri yang memuaskan dalam pekerjaan dan
hubungan antar manusia, mempunyai kemauan untuk menerima tanggung
jawab, tetapi dapat menghindarkan pekerjaan berlebihan yang disebabkan
oleh kecemasan (workaholic).
3. Pendekatan penelitian
Ada berbagai cara penelitian untuk mengetahui berbagai masalah yang
berhubungan dengan perilaku manusia, diantaranya :
a. Somatis, bertujuan untuk lebih banyak memahami proses genetik, fungsi
otak, efek berbagai jenis obat serta keadaan fisik terhadap fungsi somatik dan
psikologi
b. Psikologis, bertujuan untuk lebih dalam memahami perilaku manusia,
termasuk masalah yang berhubungan dengan belajar, persepsi, emosi,
motivasi dan berpikir.
c. Sosiologis, bertujuan untuk lebih baik memahami peran proses sosiobudaya
dalam perkembangan kepribadian serta pola sosial yang paling cocok sebagai
dasar manusia, juga untuk lebih baik memahami efek hubungan antarmanusia
yang terganggu, susunan keluarga yang patogenik sertapengaruh keadaan
sosial yang lain terhadap perilaku manusia.
24
25
bereaksi,
perbendaharaan kata,
26
proses berpikir seperti faktor somatik, psikologis dan sosial, ketiga unsur itu sangat
mempengaruhi perhatian individu.
1. Gangguan bentuk pikiran
a. Dereisime atau pikiran dereistik, proses mental tidak sesuai dengan
kenyataan atau pengalaman yang sedang berjalan.
b. Pikiran autistik, berpikir untuk memuaskan keinginannya yang tak
terpenuhi, dalam bentuk lamunan, fantasi dan waham.
c. Bentuk pikiran yang nonrealistik, bentuk pikiran yang tidak berdasarkan
kenyataan, seperti menyelidiki sesuatu yang spektakuler dan mengambil
kesimpulan yang tidak masuk akal.
2. Gangguan isi pikiran
a. Kegembiraan yang luar biasa atau ekstasi, bisa dialami oleh semua orang
karena hal ini berkaitan dengan isi pikiran, namun ekstasi ini bisa
disebabkan oleh narkotika atau kadang-kadang
skizofrenia.
b. Fantasi, merupakan isi pikiran yang berhubungan dengan suatu keadaan
yang diharapkan tetapi tidak nyata ada. Sesudah berfantasi seseorang akan
bertindak sesuai dengan fantasinya. Pada pseudologia fantastika, orang itu
percaya akan kebenaran fantasinya secara inherent selama jangka waktu
yang lama.
c. Fobia, adalah rasa takut pada suatu benda atau keadaan yang berlebihan dan
rasa takut itu sulit dihilangkan. Fobia bersifat irasional dan dapat
mengakibatkan
kompulsif.
Contohnya
seorang
yang
fobi
kotor
kebudayaannya. Waham
dapat menurun dan meninggi, selain itu kesadaran memiliki beberapa bentuk
seperti trance, fugue, hipnosis dll.
a. Kesadaran yang menurun, keadaan dimana kemampuan persepsi, perhatian
dan pemikiran yang berkurang secara keseluruhan. Tingkat penurunan
kesadaran dimulai dari : (1) apati (individu mulai mengantukdan acuh tak
acuh dengan respon biasa), (2) somnolensi (individu sudah mengantuk dan
membutuhkan respon yang lebih keras), (3) sopor (hanya berespon dengan
rangsang keras dan ingatan), (4) subkoma, (tidak ada lagi respon terhadap
rangsang yang keras) dan (5) koma (kesadaran menurun sangat dalam)
b. Kesadaran yang meninggi, keadaan dengan respons yang meninggi terhadap
rangsang, warna-warni kelihatan terang dan suara terdengan lebih keras.
c. Hipnosis, adalah kesadaran yang sengaja diubah melalui sugesti, orang
dalam hipnosis kelihatan seperti tidur dan mudah sekali disugesti, setelah
hipnosis timbul amnesia atau lupa dengan kejadian hipnosis yang dilakukan.
d. Trance, seseorang dalam keadaan sadar tetapi tidak memberikan reaksi yang
jelas dengan lingkungannya. Bisa ditimbulkan oleh hipnosis dan upacara
kepercayaan. Contoh : kuda lumping, kesurupan, tari sintren dll
e. Fugue, suatu periode penurunan kesadaran dengan pelarian secara fisik dari
suatu keadaan yang menimbulkan banyak stress tetapi kebiasaan dan
keterampilan sehari-hari tetap ada.
28
gangguan perhatian bila tidak mampu fokus, hanya bisa fokus pada satu hal saja
dan lamanya pemusatan perhatian seseorang berkurang.
3. Orientasi
Adalah kemampuan seseorang dalam mengenali lingkungan, waktu dan
dirinya sendiri serta orang lain. Gangguan orientasi disebut disorientasi dimana
seseorang tidak dapat mengenali tempat, waktu, identitas diri dan orang lain
sebagai akibat gangguan kesadaran.
G. Gangguan emosi (mood dan afek)
Emosi adalah reaksi spontan manusia yang bila tidak diaksikan maka tidak
dapat dinilai baik buruknya. Emosi dapat berupa emosi positif seperti gembira,
cinta, bangga, eforia dan emosi negatif seperti kecewa, depresi, marah takut, curiga
dll. Mood adalah perasaan menyenangkan atau tidak, seperti kebahagiaan atau
kekecewaan yang menyertai suatu pikiran dan biasanya berlangsung lama serta
kurang dibarengi oleh komponen fisiologis . sedangkan afek adalah ekspresi emosi
yang terlihat. Mood dan afek muncul karena adanya eksistensi manusia, jadi bila
manusia yang diakui keberadaannya maka akan memiliki mood yang positif begitu
pula sebaliknya bila manusia merasa keberadaannya tidak diakui maka akan
muncul mood yang negatif. Mood dan afek yang normal merupakan dorongan
untuk bertahan hidup, namun bila mood dan afek terjadi begitu tinggi atau sangat
berkurang intensitasnnya maka telah terjadi gangguan. Gangguan mood dan afek
berupa :
1. Euforia : elasi kuat dengan perasaan kuat dengan perasaan kebesaran.
2. Depresi : kesedihan yang psiko patologis.
3. Anhedonia: hilang minat menarik diri dari semua aktifitas rutin yang
menyenangkan.
4. Kecemasan: ciri psikisnya: khawatir, gugup, tegang, cemas. Rasa tak aman dan
takut. Ciri somatisnya: keringat dingin pada telapak tangan, tekanan darah
meninggi dan peristaltik bertambah.
5. Apati: berkurangnya afek dan emosi terhadap suatu atau semua hal dengan
disertai rasa terpencil dan tidak peduli.
29
sensoris yang normal pula, jadi persepsi dapat terganggu oleh gangguan otak, oleh
gangguan jiwa,oleh pengaruh lingkungan sosiobudaya. Berikut merupakan jenis
gangguan persepsi yang ada :
1. Halusinasi
Halusinasi adalah presepsi yang kuat atas suatu pristiwa atau objek yang
sebenarnya tidak nyata. Misalnya seseorang berhalusinasi melihat suatu
kursitetapi orang lainnya tidak melihat adanya kursi. Berikut jenis halusinasi :
a. Halusinasi auditoris, presepsi bunyi yang palsu. Misal suara hewan, manusia
dan musik
b. Halusinasi visual, presepsi palsu tentang penglihatan yang berupa citra yang
berbentuk dan citra yang tidak berbentuk. Misal : sinar, kilapan, orang dan
binatang.
c. Halusinasi penciuman, presepsi palsu tentang penciuman. Misal : mencium
bau wangi atau busuk.
d. Halusinasi pengecapan, presepsi palsu tentang pengecapan. Misal :
mengecap sesuatu rasa.
e. Halusinasi perabaan, presepsi palsu tentang perabaan. Misal merasa
disentuh, ditiup dan disinari.
2. Ilusi
Ilusi adalah mispresepsi atau interpretasi yang salah terhadap stimuli eksternal
yang nyata. Misalnya ada bunyi ombak didengarnya seperti bunyi bom atom.
3. Depersonalisis
Perasaan aneh tentang dirinya, merasa bahwa dirinya sudah tidak biasa lagi,
tidak sesuai kenyataan.
4. Derealisasi
Perasaan aneh tentang lingkungannya dan tidak sesuai dengan kenyataan.
Misalnya segala sesuatu dialaminya seperti mimpi.
I. Gangguan Psikomotor
Psikomotor adalah gerak tubuh yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa.
Gangguan psikomotor berupa :
1. Grimas, mimik yang aneh berulang-ulang
2. Fleksibilitas serea, mempertahankan posisi badan yang dibuat orang lain
padanya.
30
3. Bersikap aneh, sengaja mengambil sikap atau posisi badan yang tidak wajar
atau aneh.
4. Ekhopraxia, langsung meniru gerakan orang lain ketika melihatnya.
5. Stereotipi, gerakan yang berulang-ulang dan tidak bertujuan oleh salah satu
anggota badan.
6. Kompulsi, dorongan yang mendesak dan berkali-kali, walaupun si individu
tidak menyukai dan ingin melawan perbuatannya yang bertentangan dengan
norma. Kompulsi mungkin terjadi karena fobia.
7. Ekholalia, langsung meniru apa yang dikatakan seseorang.
J. Gangguan kemauan/dorongan kehendak
Seseorang yang mengalami gangguan ini dapat dilihat dari ada tidaknya
minat (kemauan) , motivasi (dorongan untuk sesuatu yang ingin dicapai), prakarsa
(kemampuan memulai aktivitas yang bertujuan), dorongan (kemampuan untuk
melakukan aktivitas setelah memiliki tujuan), ambisi, realistik atau tidak, perawatan
diri dan penggunaan waktu luang atau hobi.
K. Gangguan kepribadian
Kepribadian adalah keseluruhan pola pikiran, perasaan dan perilaku yang
muncul pada diri individu sebagai usaha dari adaptasi secara terus-menerus dalam
hidupnya. Gangguan kepribadian berupa : gangguan kepribadian paranoid, skizoid,
disosial, emosional tak stabil, histrionik dan anankastik.
L. Gangguan pola hidup
Gangguan pola hidup berhubungan dengan sosial dan sifat-sifat dalam
keluarga, pekerjaan, rekreasi dan masyarakat.
1. Gangguan pola hidup keluarga
Dalam kelompok keluarga pasti mempunyai perannya masing-masing, ada yang
berperan sebagai ibu, ayah dan anak dengan tanggung jawab masing-masing
yang kompleks. Apabila ada penukaran peran dalam keluarga dapat
mengganggu pola hidup.
2. Pekerjaan
Banyak orang yang bekerja jauh di bawah kemampuan mereka, sehingga
banyak hambatan pekerjaan yang mengganggu. Apabila ada di sekolah maka
akan mengganggu proses belajar dan masalah putus sekolah.
3. Rekreasi
Dalam rekreasi atau permainan, orang yang mengalami kompulsif, cemas
berlebihan, marah-marah, kemudian kalah bermain maka mereka akan depresi.
4. Seorang dewasa yang sudah matang secara emosional akan mempunya
tanggung jawab dalam kegiatan sosial. Akan tetapi ada orang yang melakukan
kegiatan sosial karena rasa bersalah, menarik perhatian dan kebutuhan akan
dicintai. Hal demikian merupan gangguan dalam pola hidup.
31
IV.
: klinis
axis II
: kepribadian
axis III
axis IV
axis V
: taraf fungsi
pada sex (sex linked), artinya bahwa efek genetik itu hanya terdapat pada
kromosom sex. Kaum wanita ternyata lebih kurang peka terhadap gangguan yang
terikat pada sex, karena mereka punya dua kromosom X, bila satu tudak baik, maka
yang lain biasanya akan melakukan fungsinya. Akan tetapi seorang pria hanya
mempunyai satu kromosom X dan atu Kromosom Y, dan bila salah satu tidak baik,
maka akan timbul gangguan.
C. Faktor Konstitusi
Konstitudipada
umumnya
menunjukkan
kepada
keadaan
manusia
seluruhya, termasuk baik yang ditirinkan mauoun yang diperoleh kemudian (hasil
interaksi genotipe dan fenotipe). Misalnya bntuk badan (perawakan), sex,
temperamen, fungsi endorin dan urat saraf serta jenis darah.
Jelas bahwa hal-hal ini mempengaruhi perilaku individu secara baik atau
pun tidak bail, misalnya bentuk badan yang atletik atau yag kurus, tinggi badan
yang terlalu tinggi atau pun terlalu oendek, paras muka yang cantik atau pun jelek,
sex wanita atau pria, fungsi hormonal yang seimbang atau yang berlebihan salah
satu hormon, urat saraf yang cepat reaksinya atau yang lembat sekali, dan
seterusnya. Semua ini turut mempengaruhi hidup seseorang.
D. Cacat Kongenital
Cacat kongenital dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak,terlebih
bila berat. Akan terapi pada umumnya apakah gangguan jiwa karena cacat akan
timbul tergantung terutama pada individu, bagaimana ia menilai dan menyesuaikan
diri terhadap kecacatan itu.
Orang tua fapat mempersulitkan penyesi=uaian diri dengan prokteksi
berlebihan, penolakan atau tuntutan yang di luar kemampuan anak.singkatnya,
kromosom dan gen yang defek bersama faktor lingkungan sebelum, pada waktu
dan sesudah lahir, dapat mengakibatkan gangguan badani. Cacat badani biasanya
dapat dilihat dengan jelas, tetapi gangguan fungsi biologis atau psikologis secara
langsung atau dapat memengaruhi daya tahan stres.
E. Perkrmbanga Psikologis Yang Salah
Dalam masa kanak-kanak diletakan dasar masa dewasa, bagaiman
lingkungan dan diri kita dinilai, bagaimana kebiasaan berfikir dan pola reaksi kita,
bagaimana lingkunga kultural dan spiritual. Biarpun demikian, kita dapat saja
berubah bila kita menjadi dewasa, kita dapat mengadakan perubahan-perubahan
33
besar dalam pola berfikir dan bertindak kita. Kita tidak terpaku atau terbatas pada
pola yang dibentuk dalam masa kanak-kanak saja.
Pada umumnya perkembangan psikologis yang salah mencakup:
a. Ketidak matangan atau fixasi, yaitu individu gagal berkembang lebih lanjut ke
fase berikutnya
b. titik-titik lemah yang di tinggalkan oleh pengalaman traumatik menjadi
kepekaan kita terhadap jenis stresor dan stres tertentu
c. Distorsi, yaitu bila kita ingin mengembangkan sikap atau pola reaksi yang tidak
sesuai atau bila kita ingin mengembangkan sikap atau pola reaksi yang tidak
sesuai atau bila kita gagal mencapai integrasi kepribadian yang normal. Kita
akan membicarakan beberapa faktor dalam perkembangan psikologis yang tidak
sehat.
F. Deprivasi Dini
Makin lama makin nyata bahwa deprivasi (ketidak perolehan) biologis atau
psikologis pada waktu bayi dapat mengakibatkan kerusakan yang tidak dapat
diperbaiki lagi.
Deprivasi maternal atau asuhan ibu rumah sendiri, terpisah dengan ibu atau
tinggal di asrama, dapat menimbulkan perkembangan yang abnormal. Deprivasi
rangsangan umum dari lingkungan, bila sangat ternyata berhubungan dengan
retardasi mental. Kekurangan protein dalam makanan, terutama dalam jangka
waktu lama sebelum anak berumur 4 tahun, dapat mengakibatkan retardasi mental.
Deprivasi atau frustasi dini dapat menimbulkan titik-titik lemah pada
jiwa, juga dapat mengakibatkan perkembangan yang salah satu pun perkembangan
yang berhenti. Untuk perkembangan psikologis ada masa-masa gawat.dalam
masa ini rangsangan dan pengalaman belajar yang berhungan dengan
perkembangan psokologis serta pemuasan berbagai kebutuhan sangat perlu bagi
urut-urutan perkembangan intelektual, emosional dan sosial yang normal.
terlalu sedikit dan tidak merangsang anak atau tidak memberi bimbingan dan
anjuran yang dibutuhkannya. Kadang-kadang mereka bahkan mengajarkan anak itu
pola-pola yang tidak baik.
Akan tetapi pengaruh cara asuhan anak tergantung pada keadaan sosial s
ecara keseluruhan dimana hal itu dilakukan. Dan anak-anak juga bereaksi
secara berlainan terhadap cara yang sama serta tidak semua akibat adala tetap
kerusakan doni sering diperbaiki sebagian oleh pengalaman di kemudian hari. Akan
tetapi beberapa jenis hubungan orang tua-anak sering terdapat dalam latar belakang
anak-anak yang terganggu, misalnya penolakan, perlindungan yang berlebihan,
manja berlebihan, tuntutan perfeksionistik,standar moral yang kaku dan tidak
realistik, disiplin yang salah, persaingan antara saudara yang tidak sehat, orang tua
memberi contoh yang salah, ketidak sesuaian dalam perkawinan, rumah tangga
yang berantakan, serta tuntutan yang bertentangan.
Perlu diingat bahwa hubungan orang tua-anak selalu merupakan suatu
interaksi (saling pengaruh), buak hanya pengaruh satu arah dari orang tua ke ank.
Pada waktu lahir dan telebih sesudahnya, anak itu masuk ke dalam interaksi bukan
sebagai suatu kertas yang putih, akan tetapi sebagai suatu organisme yang aktif dan
dengan kebutuhan-kebutuhannya yang khas. Dalam menilai hasil suatu keadaan
kita tidak boleh menganggap bahwa perilaku orangtua itu selalu yang menentukan
dan perilaku serta perkembangan anak itu selalu tergantung pada perilaku orang
tua.
Pada umumnya trauma (frustasi) dini rupanya mempunyai akibat yang lebih
jauh, karena mawas diri, penelitian yang baik dan pembelaan diri psikologis
sebagian besar belum terbentuk seperti pada oarang dewasa. Pada orang dewasa
lebih kebal terhadap pengalaman traumatik yang sama di kemudian hari,karena
sudah dikenal, keterbataannya telah diketahui, individu telah menyamakannya
dengan pengalaman lain yang dikenal dan pembelaan diri telah berkembang.
H. Masa Remaja
Masa remaja dikenal sebagai masa gawat badai dan stres dalam
perkembangan kepribadian. Dalam masa ini individu dihadapi dengan pertumbuhan
(bertambah besar) dan perkembangan (perubahan-perubahan) badani dan
pematangan sexual yang cepat. Pada waktu yang sama status sosialnya juga
35
mengalami perubahan. Bila dahulu ia sangat tergantung pada orang tuanya atau
orang lain, sekarang ia harus belajar berdiri sendiri dan belajar bertanggung jawab
atas perbuatannya sampai dengan pernikahan, pekerjaan dan status sosial umum.
Kebebasan yang lebihbesar membawa tanggung jawab yang lebih besar pula.
Perubahan-perubahan ini mengakibatkan bahwa ia harus mengubah konsep
tentang diri sendiri. Tidak jarang terjadi krisis identitas (Erikson, 1950). Ia harus
memantapkan dirinya sebagai seorang individu berkepribadian matang, lepas dari
keluarga. Ia harus menyelesaikan maslah pendidikan, pernikahan dan kehidupan
dalam masyarakat. Bila ia tidak dibekali dengan pegangan hidup yang kuat, maka ia
akan mengalami difusi identitas, yaitu ia bingung tentang apa sebenarnya ia ini
dan buat apa sebenarnya hidup ini. Sindrom ini disebut juga anomi, remaja itu
merasa terombang-ambing, terapung-apung dalam hidup ini tanpa tujuan tertentu.
Banyak remaja sebenarnya tidak memberontak, tetapi hanya sekedar sedang
mencari arti diri sendiri dan pegangan hidup yang bermakna bagi mereka.
Dapat dikatakan bahwa bagi banyak orang dengan gangguan emosi,
kegagalan untuk mempertahankan gizi yang baik dan istirahat yang cukup, tambah
melemahkan mereka secara keseluruhan dan menambah beban sehingga mereka
makin tambah terganggu.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa kemampuan utama dalam hidup
dan dalam menyesuaikan diri memerlukan penerangan tentang beberapa masalah
utama dalam hidup, seperti pernikahan, ke-orang tua-an, pekerjaan dan hari tua. Di
samping kemampuan umum ini dalam bidang badaniah, emosional, sosial dan
intelektual, kita memerlukan persiapan bagi masalah-masalah khas yang mungkin
sekali akan dihadapi dalam berbagai tahap hidup kita.
I. Faktor Sosiologis Dalam Perkembangan Yang Salah
Dalam kehidupan modern terdapat tidak bahaya terhadap pengarahan diri
yang baik. Sukar untuk memperoleh dan mempertahankan identitas diri yang stabil
di tengah-tengah perubahan yang komplex dan cepat. Alfin Toffler mengemukakan
bahwa yang paling berbahaya di zaman modern, di negara-negara dengar superindustrialisasi, adalah kecepatan perubahan dan pergantian yang makin epat dalam
hal ke-sementara-an (transience), ke-baru-an (novelty) dan ke-anekaragaman (diversity). Dengan demikian individu menerima rangsangan yang
berlebihan sehingga kemungkinan lebih besar terjadinya kekacauan mental. Karena
36
37
1989. Bab 5 tentang gangguan mental dan perilaku mengandung 78 kategori (dari
potensi 100) dengan kodifikasi tiga karakter.
C. PPDGJ-I DAN PPDGJ-II
Dalam tahun 1973 direktor kesehatan jiwa dari direktorat jendral pelayanan
kesehatan departemen kesehatan R.I, mengambil prakarsa untuk menyusun grosari
tentang gangguan jiwa. Suatu konsep disusun oleh Prof. Dr. R.Kusumanto
Setyonegoro, W.M. Roan dan R. Salan dari Direktorat kesehatan jiwa serta
Zebulon Taintor dari Universitas Buffalo U.S.A sebagai penasihat. Konsep
ini ditinjau oleh beberapa psikiater dari Fakultas kedokeran Universitas Indonesia.
Kemudian konsep yang telah ditinjau ini diajukan dalam suatu seminar yang
bertema masalah diagnostik dalam psikiater di indonesia, diselenggarakan oleh
direktorat kesehatan jiwa pada tanggal 10-14 september1973 dijakarta. Pembahas
resmi ialah O.P. Tandou (Universitas Indonesia), W.F. Maramis (Universitas
Airlangga), Soejono Prawirohardjo (Universitas Gajah Mada) dan Djamaludin
Sodjuangon (Universitas Sumatra Utara). Peserta lain ialah psikiater semua Rumah
Sakit Jiwa pemerintah dan swasta, bagian psikiatri rumah sakit angakatan
bersenjata, polisi dan fakultas kedokteran pemerintah.
Sebagian hasil seminar nasional ini adalah terbentuknya suatu panitia
dengan anggota para psikiater Direktorat Kesehatan Jiwa dan fakultas kedokteran
pemerintah. Tujuan ialah mengembangan glosari itu lebih lanjut. Panitia Penyusun
Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa ini berapat di Jakarta tanggal
20-23 Desember 1973, di Semarang tanggal 14-17 pebruari 1974 di Surabaya
tanggal 11-13 Maret dan terakhir di kaliurang. Yogyakarta tanggal 23-26 Mei 1974
dengan menghasilkan naskah akhir. Direktorat kesehatan jiwa kemudian
mempersiapkan untuk dicetak dan akhirnya pedoman penggolongan diagnosis
gangguan jiwa ke-1, 1973 (PPDGJ-I) diterbitkan tahun 1975.
Yang dipakai sebagai panduan dalam menyusun PPDGJ-I ini adalah
klasifikasi dan kodifikasi ICD-8 dari WHO serta glosari diagnostik yang telah ada,
yaitu :diagnostic and statistical manual of mental disorders biasa dari jeneral
register office di London perlu diingatkan apa yang dikatakan dalam ICD-8, yaitu
ICD itu lebih merupakan suatu klasifikasi PENYAKIT daripada PENDERITA.
Karena satu satu orang penderita dapat saja mempunyai lebih dari satu penyakit,
maka harus ada peratuaran prosedur yang menyatakan bagaimanakah berbagai
keadaan itu harus di catat peraturan ini akan berbeda, sesuai dengan tujuan
39
pengambilan data itu . Glosari ini terutama desriptif dan bukan berdasarka
etiologi atau patologi.
Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia edisi II
(PPDGJ-II) disusun pada thun 1983 dengan menggunakan ICD-9 dan diagnostic
and statisical manual for mental and behavioral disorders third edition (DSM-III).
D. PPDGJ-III
Setelah WHO menertibatkan Internatioanl classification of Disiases and
Related Health Problems (ICD-10) pada tahun 1992, maka persiapan untuk
merevisi PPDGJ-II dilakukan oleh direktorat kesehatan jiwa departemen kesehatan
R.I pada tanggal 2-7 februari 1993 di ciloto, jawa barat diadakan Work shop to
refview ICD-10 dan pelatihan Diagnosis sesuai PPDG-III dengan peserta yang
mewakili bidang pelayanan (departemen kesehatan, rumah sakit jiwa, bagian
psikiatri RSU Swasta dan ABRI), bidang pendidikan (laboratorium psikiatri
fakultas kedokteran universitas negeri swasta), bidang profesi (IDAJI/ikatan dokter
ahli jiwa indonesia, waktu itu) dan lain-lain.
Berbeda dengan PPDG-II yang juga mengambil DSM-III sebagai acuan,
PPDGJ-III sepenuhnya disusun berdasarkan kodofokasi, nomenklatur, dan
terminologi ICD-10 Classification of Mental and Behavioural Disorders. PPDGJIII ini direncanakan untuk dapat digunakan sebagai pegangan setidaknya untuk 10
tahun: 1994-2004.
Kalau PPDG-II menggunakan kode numerik (290-319), PPDGJ-III menggunakan
kode alfanumerik, satu huruf dan dua angka (F00-F99). Dengan demikian ada 100
kategori diagnosis, dibandingkan 30 kategori pada PPDG-II. Untuk spesikikasi
yang terlebih terperinci digunakan karakter keempat dan kealima.
E. DIAGNOSIS MULTIAXIAL
Tujuan diagnosis multiaxial adalah untuk mencakup informasi yang
menyeluruh (komprehensif) sehingga dapat membantu dalam perencanaan terapi
dan pembuatan prognosis. Karena formatnya mudah dan sistematis, maka dapat
membantu juga dalam menggambarkan perbedaan-perbedaan individual pada
pasien-pasien dengan diagnosis klinis yang sama. Komplexitas keadaan klinis
seorang pasien disederhanakan sehingga lebih mudah ditangkap dengan tetap
mengingat bahwa hal ini hanya suatu penyederhanaan artifisial. Diagnosis
multiaxial memperhatikan semua aspek manusia, yaitu bio-psiko-sosial, termasuk
kultural dan spiritual dalam aspek sosial.
40
hal,
seperti:
afek,mood,
cara
berbicara(ucapan),
proses
pasien:nama,umur,jenis
kelamin,suku
bangsa/latar
belakang
42
radoilogis,penunjang
43
1. Berceritakah pasien itu secara terus terang dan terbukia dan sebagai orang sakit
yang menghendaki pertolongan?
2. Apakah pasien itu sangat tergantung dan mengharapkan suatu pertolongan atau
mungkin suatu obat ajaib. Mungkin ia hanya hanya mau meminta persetujuan
dan anjuran dari dokter untuk perbuatan dan pikirannya?
3. Apakah pasien marah-marah tau curiga?
4. Adakah kecenderungan exihibisionistik,bujukan atau provokasi?
5. Beberapa pasien mencoba menyogok atau berlaku manis untuk mendapatkan
perhatian lebih banyak.
6. Ada yang terang-terangan menuduh dokter atau menjadi sangat sarkastik.
7. Yang lain lagi suka berlelucon atau lekas mengeluarkan air mata.
C. Teknik Dasar Wawancara
Wawancara harus berjalan secara spontan.biarkanlah pasien, bila ia
mengambil inisiatif sendiri untuk melanjutkan dan menghubungakan ceritanya.
Wawancara juga harus fleksibel,tidak kaku atau secara obsesif mengikuti suatu
skema tertentu. Kita hatus mengetahui apa yang perlu di periksa sambil dalam
pikiran kita mempunyai gambaran skema pemeriksaan. Wawancara sendiri harus di
sesuaikan dengan keadaan dan perasaan pasien. Jangan mengharapkan terlalau
banyak dari wawancara pertama, tetapi pupuklah kepercayaan secara pelan-pelan.
Jangan terlalu mendesak,sebab bila satu kali pasien sudah merasa dalam keadaan
defensif,maka sukar baginya lagi untuk menceritakan sesuatu dengan hati terbuka.
Pertanyaan-pertanyaan harus di susun sedemikian rupa sehingga pasien tidak salah
paham atau menerimanya sebagai tuduhan.
Dengan pertanyaan-pertanyaan yang halus kita dapat memeriksa hal-hal
yang bersifat rahasia bagi pasien tanpa menimbulkan rasa cemas yang
berlebihan.jangan berdebat dengan pesien.karena ini merupakan dasar dari
konseling dan wawancara,maka setiap dokter atau petugas medis perlu memiliki
dan mengembangkan keterampilan mikro-konseling,di butuhkan antara lain
kemampuan:
1) Mendengarkan dengan empati (mendengarkan aktif)
Untuk dapat mendengarkan yang baik,di butuhkan beberapa hal di bawah
ini:
a) Kontak mata ( sesuaikan dengan budaya)
b) Memberikan perhatian misal dengan anggukan kepala
c) Lakukan bantuan agar klien meneruskan ceritanya, misal dengan Mmhmm, ya
d) Kurangi hal-hal yang menarik perhatian,misal TV,telepon bising
e) Jangan melakukan pekerjaan selain wawancara saat wawancara
44
f)
g)
h)
i)
j)
perilakunya
f) Gunakan pertanyaan untuk menggali dan memahami isu dan meningkatkan
kesadaran
g) Jangan mengajukan pertanyaan hanya untuk memenuhi keingintahuan
saudara
h) Pertanyaan terlalu banyak akan membuat orang merasa di interogasi.
45
bersungut-sungut,
berkeluh
kesah,
perubahan tinggi nada, perubahan keras suara, kelancaran suara dan senyum
gugup.
D. Pemeriksaan Pasien Yang Tidak Kooperatif
Seseorang yang baru, tidak jarang putus asa bila menghadapi pasien yang
tidak dapat atau tidak mau berbicara atau tidak mau bekerja sama untuk
pemeriksaan. Dalam laporan kemudian di tulis: tak dapat di periksa. Pemeriksa itu
tidak sadar bahwa hal tidak mau brerbicara atau bekerja sama itu sudah merupakan
gejala yang penting. Reaksi pasien dalam keadaan seperti itu biasanya kurang jelas,
sebab itu untuk menemukan gejala dan untuk menilainya kita harus mengikuti
suatu skema pemeriksaan tertentu.
Skema yang diberikan oleh mayer-gross,slater dan roth adalah sebagai
berikut:
46
halnya
pemeriksaan
medis
yang
terdiri
atas
tiga
Riwayat psikiatrik
Riwayat
psikiatrik
terdiri
atas
keluhan
utama,riwayat
penyakit
Keluhan utama
Keluhan utama adalah alasan pasien datang memeriksakan dirinya atau
mencari pengobatan, yang dicatat sesuai dengan kata-kata pasien sendiri.
Dengan demikian dapat diketahui pula tingkat kemampuan pasien untuk
mengoservasi dan mengevaluasi diri.
47
pengobatan
(termasuk
psikoterapi)
sebelum
ini,
tanyakan
pembauan,pengecapan
atau
tenggorokan;masalah
kelenjar
Riwayat keluarga
Mengetahui nsiapa saja keluarga pasien yang menderita gangguan jiwa
akan bermanfaat untuk memperoleh gambaran diagnostik seutuhnya, karena
banyak gangguan jiwa bersifat familial dan mempunyai komponrn genetik.
48
Proses pikir
Pembicaraan:
kualitas
dan
kuantitas
pembicaraan
klien
dapat
Persepsi
Untuk menentukan apakah pasien mengalami halusinasi tanyakan:
apakah anda mendengarkan suara orang pada saat tidak ada orang di sekitar
anda? apakah anda dapat melihat hal-yang tidak dapat dilihat oleh orang
lain? tanyakan secara terperinci tentang halusinasi tersebut untuk meyakinkan
bahwa itu adalah benar suatu halusinasi.
Kemampuan kognitif
a. Kesadaran. Sebenarna ini di tentukan sejak awal pemeriksaan apakah pasien
dalam keadaan sadar penuh,apatis,somnolen,sopor,tau koma.
b.
Orientasi. Tentukan orientasi pasien terhadap waktu,tempat,dan
orang.apakah pasien dapat menentukan saat itu pagi atau siang,jam
,tanggal,bulan,tahun berapa
c. Perhatian dan konsentrasi. Konsentrasi adalah kemampuan untuk mengarah
d.
jangka panjang.
e. Pengetahuan umum dan intelegensi. Ditanyakan hal-hal umum yang
biasanya diketahui oleh orang dengan tingkat pendidikan seperti pasien dan
kemampuan aritmatika.
f. Fungsi eksekutif. Dalam aspek kemampuan pemahaman (comprehension),
analisis, pemecahan masalah (problem solving), pertimbangan (reasoning),
49
yang dapat melihat anatomi kepla menurut irisan dengan berbagai ketebalan.
Pemeriksaan neurofsiologis, elektroensefalografi (EEG) mengukur aktifitas
elektrik di permukaan otak,dan bukanlah alat yang memisahkan normal dari
abnormal,,karena hasil EEG yang normal tidak meniadakan kemungkinan
Tes intelegensi
50
Tes kepribadian
Tes kepribadian adalah keseluruhan perilaku manusia atau perannya
dalam hubungan antar manusia,pribadinya dapat dibedakan dari pribadi lain.
J. Tes Neuropsikologis
Tes neuropsikologis merupakan tes yang mempelajari hubungan antara otak
dan perilaku dengan menggunakan prosedur tes yang terstandarisasi dan objektif.
Tes ini menguji kemampuan kognitif dan memerluka seorang ahli yang terlatih dan
menerapkan tes ini. Tujuan tes neuropsikologis adalah identifikasi, kuantifikasi dan
deskripsi perubahan kognitif dan petilaku yang di sebabkan oleh disfungsi otak.
K. Diagnosis Dan Terapi
Beberapa hal perlu diperhatikan dalam diagnosis:
1. Penyakit yang lazim adalah yang paling mungkin di temukan dan tidak boleh
diterlewatkan.
2. Masalah yang tak lazim menjadi penting manakala tersedia pengobatan yang
efektif
3. Diagnosis gangguan psikiatrik yang menpunyai komplikasi ide-ide bunuh diri
atau pembunuhan,tidak boleh terlewatkan.
Mula-mula keluhan utama dan gejala-gejala yang berhubungan
dan yang di
temukan pada riwayat penyakit sekarang akan mengarah kepada suatu kategori
diagnostik. Kemudian dilakukan penajaman (diagnosis banding pertama) selama
proses wawancara dan pemeriksaan status mental untuk mendapatkan suatu
diagnosis yang paling ccocok dengan gambaran klinis tersebut. Setelah
mendapatkan suatu diagnosis psikiatrik, perlu di teliti diagnosis banding kedua;
yaitu kondisi yang mungkin berhubungan dengan sindrom tersebut atau juga
temuan-temuan pada riwayat penyakit,tinjauan sistem,pemerisaan status mental,
atau pemeriksaan lain yang tidak cocok dengan diagnosis pertama.
otak yang semula normal. Gangguan pada otak dapat bersifat akut atau kronik.
Gangguan akut brsifat sementara dan dapat dipulihkan, sedangkan gangguan kronik
biasanya tidak dapat dipulihkan sebab kerusakan pada sistem sarafnya bersifat menetap.
Gangguan otak organik didefinisikan sebagai gangguan dimana terdapat suatu
patologi yang dapat diidentifikasi (contohnya tumor otak. penyakit cerebrovaskuler,
intoksifikasi obat). Sedangkan gangguan fungsional adalah gangguan otak dimana tidak
ada dasar organik yang dapat diterima secara umum (contohnya Skizofrenia. Depresi)
Dari sejarahnya, bidang neurologi telah dihubungkan dengan pengobatan gangguan
yang disebut organik dan Psikiatri dihubungkan dengan pengobatan gangguan yang
disebut fungsional. Gangguan jiwa yang serius dapat timbul karena penyebab organik
ataupun fungsional. Berikut jenis gangguan mental organik terdiri dari :
A. Sindrom otak organik
Sindrom otak organik (SOO) merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau
nonpsikotik yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak. Sindrom otak
organik dinyatakan akut berdasarkan reversibilitas gangguan jaringan otak. Gejala
utama s.o.o. akut adalah kesadaran yang menurun dan seseudahnya amnesia, pada
s.o.o. menahun bernama demensia.
B. Delium dan Demensia
1. Delium
Delirium berasal dari bahasa latin; de = dari, lira = garis/line: yang berarti
menyimpang dari garis atau norma, dalam persepsi, kognitif, dan perilaku.
Delirium merupakan sindrom yang meliputi keadaan mental yang kacau dan
kesulitan dalam meusatkan perhatian/konsentrasi, yang mungkin disebabkan
oleh gangguan fisik seperti benturan pada kepala, infeksi otak, intoksikasi atau
pasca penggunaan zat-zat psikoaktif.
organik (karena anoxia dan tekanan intrakranial yang meninggi atau karena
efek toxik yang menahun dari obat-obatan), diikuti keruntuhan perilaku dan
kepribadian, dimanifestasikan dalam bentuk gangguan fungsi kognitif seperti
memori, orientasi, rasa hati dan pembentukan pikiran konseptual. Biasanya
52
kondisi ini tidak reversibel, sebaliknya progresif. Demensia terjadi pada usia 65
tahun atau sebelumnya disebut presenile dementia.
Simptom-simptomnya
mulai berkembang cepat pada usia 40-50 tahun. Terjadi perubahan mental dan
kerusakan-kerusakan otak dari tingkat ringan sampai tingkat berat. Jenis
demensia terdiri dari :
a. Demensia senilis
Dengan lanjutnya usia,
bicaranya
pelan.
Gejala
psikologis
kemunduran
mental,
kelainan peilaku. Namun Gejala awal yang paling umum dari Alzheimer
kesulitan mengingat informasi baru dipelajari karena perubahan Alzheimer
biasanya dimulai di bagian otak yang mempengaruhi belajar. Sebagai
kemajuan Alzheimer melalui otak itu mengarah ke gejala semakin parah,
termasuk disorientasi, mood dan perubahan perilaku; memperdalam
kebingungan tentang peristiwa, waktu dan tempat; kecurigaan tak berdasar
tentang keluarga, teman dan pengasuh profesional; kehilangan memori dan
perubahan perilaku yang lebih serius; dan kesulitan berbicara, menelan dan
berjalan. Pada tahap awal gejala penyakit Alzheimer bisa sangat halus.
Namun, sering dimulai dengan penyimpangan dalam memori dan kesulitan
dalam menemukan kata yang tepat untuk benda sehari-hari. Gejala lain
mungkin termasuk:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
54
sebelum kejadian kecelakaan (beberapa jam sampai beberapa hari). Hal ini
menunjukkan keterlibatan/gangguan pusat-pusat dikorteks lobus temporalis,
Post traumatik amnesia (anterogade amnesia) : lupa peristiwa beberapa saat
sesudah trauma, mual atau muntah
Sesudah beberapa hari atau beberapa minggu, bisa didapat gangguan
fungsi kognitif (konsentrasi, memori), lamban, sering-sering capek, depresi,
iritability. Jika mengenai daerah temporal nampoak gangguan kognitif pada
tingkah laku lebih menonjol.
2. Koma traumatikum
Koma traumatikum terjadi karena komosio yang hebat. Koma
berlangsung lebih dari 24 jam. Sesudah koma mungkin terjadi stupor, penderita
gelisah atau kesadarannya tetap tidak tenang dan pelan-pelan baru menjadi baik
atau ia masuk ke dalam delium atau sindrom.
3. Delirium traumatikum
Suatu keadaan dimana penderita mulai sadar kembali. Sebabnya karena
komosio. Gejala ringan : tidak kenal orang, lupa, tidak begitu mengerti
percakapan dan keadaan. Gejala berat : gelisah, marah-marah, agresif dan
berhalusinansi.
4. Sindrom korsakow
Gejala utamanya adalah konfabulasi (ingatan palsu) disorientasi, dan
ingatan yang baru.
Perubahan kepribadian sesudah rudapaksa, Secara psikologis kepribadian
seseorang dapat berubah karena rudapaksa. Penderita menjadi sangat mudah marah,
tidak lagi memperdulikan keluarganya, acuh tak acuh, egoistis, tidak tahu tanggung
jawab, agresif, gelisah atau menarik diri dan malas. Anak-anak lebih dapat menahan
trauma kapitis dibandingkan dengan orang dewasa. Tetapi sikap orang tua terhadap
anak dengan trauma dapat sangat mempengaruhi jalannya gangguan.
D. Aterosklerosis Otak
1. Pengertian
https://www.deherba.com/apakah-aterosklerosis-itu.html
Aterosklerosis adalah kondisi di mana terjadi penyempitan dan pengerasan
di dalam pembuluh darah arteri akibat pengendapan kolesterol dan zat-zat lemak
lainnya. Penyakit ini juga dikenal dengan istilah pengapuran pembuluh darah.
Awalnya, kolesterol yang dibawa oleh darah menumpuk. Semakin lama,
56
mulai merasa lekas lelah, sakit kepala, pusing-pusing, tidak dapat berkonsentrasi
lama. Pelan-pelan kemampuan fisik dan mental berkurang secara progresif.
Penderita tahu dan sadar bahwa ia mulai berubah. Pada tiap orang di atas 50
tahun yang berubah kepribadiannya kita baru ingat akan aterosklerosis otak bila
demensia sudah dapat disingkirkan. Tidak jarang pada penyakit sifat dan
kecenderungan yang sebelumnya laten menjadi manifes atau menjadi lebih
keras. Sering terjadi emosi yang labil. Penderita lebih agresif, suka bertengkar
dan paranoid. Tidak jaarang terjadi kebingungan dan gelisah. Orang itu tidak lagi
memperdulikan diri sendiri dan keluarganya. Timbul berbagai jenis waham.
Seperti pada demensia senilis mungkin juga penilaiannya berkurang dan
hambatan-hambatan terlepas sehingga timbul pelanggaran sexual. Gangguan
neurologis menunjukan gejala fokal. Terdapat tremor yang kasar sehingga
menyukarkan di waktu makan. Pada waktu infeksi yang ringan penderita dengan
aterosklerosis otak mudah menimbulkan episode kebingungan, disorientasi,
kecemasan, paranoid dan waham lain.
E. Sindrom otak organik karena epilepsi
1. Pengertian Epilepsi
Epilepsi ialah perubahan kesadaran yang mendadak, dalam waktu yang
terbatas dan berulang-ulang dengan atau tanpa pengerakan yang involuter dan
sebabnya bukan karena kelainan seperti gangguan peredaran darah, kadar
glukosa darah yang rendah, gangguan emosi, pemakaian obat tidur atau
keracunan.
Menurut Gibbs penyebab epilepsi adalah karena adanya kekacauan
proses elektrobiokimia. Seharusnya otak dapat menerima dan menyimpan
energi dan dapat mendistribusikan ke organ lainnya yang tepat. Pada epilepsi,
mekanisme yang mengatur semua ini rupanya sudah kacau sehingga sewaktuwaktu energi itu dikeluarkan kesembarang tempat atau keseluruh badan.
Epilepsi bisa dikarenakan faktor keturunan, namun ada juga yang tidak
diketahui secara jelas. Menurut Lennox ada beberapa Faktor yang dapat
mengurangi kemungkinan timbulnya epilepsi pada anak seorang yang
menderita epilepsi yaitu
1. Riwayat keluarga tanpa epilepsi atau migrain
2. Kelainan EEG hanya sedikit sekali
3. Terhadap suatu keadaan yang paling sedikit merupakan sebagian penyebab
epilepsinya
58
berjalan tanpa tujuan, bicara yang tidak dapat dimengerti. Biasanya ini
terjadi selama beberapa menit (sampai 10 menit) kadang-kadang lebih
lama, penderita dapat menjadi bingung, cemas dan agresif.
f. Narkolepsi
Merupakan variasi dari epilepsi yang bisa di kelompokan sebagai
gangguan tidur. Ciri-ciri narkolepsi ialah mengantuk dan tidur mendadak
yang tidak dapat ditahan, tidak peduli orang itu berada dalam keadaan atau
pekerjaan apa pun, ia langsung tidur nyenyak. Tidurnya kelihatan seperti
tidak biasa dan berlangsung dari beberapa detik hingga 30 menit.
Sesudahnya penderita bangun dan sering merasa lebih segar. Tidurnya pada
waktu malam tidak berubah.
g. Hipersomnia psikogenik
Hampir sama seperti narkolepsi namun terdapat perbedaan karena
tidurnya yang hanya beberapa jam lamanya, tidur pada malam hari sering
terganggu dan sifat pasif dengan rasa cemas yang mudah sekali ditimbulkan
oleh bermacam-macam keadaan. Hipersomnia sering mulai waktu emosi
meluap pada seseorang. Bisa disembuhkan dengan psikoterapi.
h. Kataplexi
Di bawah pengaruh emosi yang meluap-luap mendadak terjadi
paralisis otot tungkai dan lengan, penderita menjadi lemah, lututnya tertekuk
dunia jatuh. Ada yang tidak dapat berbicara pada waktu itu, tetapi kesadaran
tetap baik. Serangan ini mungkin ditimbulkan oleh tertawa, rasa cemas,
F.
60
61
Bila sindrom ini akut, maka individu terlihat gelisah, mudah disugesti,
bingung dalam kesadaran yang berkabut dengan halusinasi penglihatan dan
pikiran paranoid. Pada Intoxikasi yang menahun terdapat kemunduran
intelektual dengan gangguan orientasi dan ingatan.
D. Sindrom otak organik karena tumor intrakranial
Tumor intrakranial ini ada pada selaput otak, sistem ventrikel, plexus
khorioid, glandula pinealis serta hipofisis dan mungkin primer atau sekunder
sebagai metastase. Salah satu gejala dini dari sindrom ini adalah gangguan ingatan,
terutama ingatan tentang pristiwa yang baru saja terjadi. Kemudian timbul
gangguan pada emosi penderita, misalnya ia menjadi lekas marah, labil dan sering
juga timbul depresi. Pertimbangan dan kecerdasannya berkurang, kemudian
mungkin timbul disorientasi. Gejala-gejala ini adalah umum pada kebanyakan
sindrom otak organik, disertai juga gejala-gejala neurologis seperti sakit kepala,
muntah-muntah, kejang-kejang dan kelumpuhan.
Gejala-gejala psikiatrik mungkin timbul cepat atau pelan-pelan dan
bervariasi luas. Gejala ini tidak membentuk suatu sindrom psikiatrik yang khas,
karena itu tidak dapat dipakai buat menentukan jenis tumor.
VIII. SKIZOFRENIA
A. Pengertian
Skizofrenia adalah gangguan otak yang mempengaruhi cara seseorang
berperilaku, berpikir, dan melihat dunia. Orang dengan skizofrenia sering
memiliki persepsi yang berubah realitas. Mereka mungkin melihat atau
mendengar hal-hal yang tidak ada, berbicara dengan cara yang aneh atau
membingungkan, percaya bahwa orang lain berusaha untuk menyakiti mereka,
atau merasa seperti mereka terus-menerus diawasi. Hal ini dapat membuat sulit
untuk bernegosiasi aktivitas kehidupan sehari-hari, dan orang-orang dengan
skizofrenia mungkin menarik diri dari dunia luar atau bertindak dalam
kebingungan dan ketakutan.
http://www.helpguide.org/articles/schizophrenia/schizophrenia-signs-types-andcauses.htm Berikut teori-teori tentang skizofrenia :
B. Teori Somatogenik
Somatogenik, yaitu teori yang mencari penyebab skizofrenia dalam kelainan
badaniah. Meliputi :
1. Endokrin, Dahulu dikira bahwa skizofrenia mungkin disebabkan oleh
gangguan endokrin. Teori ini dikemukakan karena skizofrenia sering timbul
62
anatara lain berrupa berat otak yang rata-rata lebih kecil 6% dari pada otak
normal. Semua bukti tersebut melahirka hipotesis perkembangan saraf yang
menyatakan bahwa perubahan patologis gangguan ini terjadi pada awal
kehidupan, karena pengaruh genetik dan kemudian dimodifikasi oleh faktor
lingkungan.
D. Gejala-Gejala Skizofrenia
Gejala psikotik di tandai oleh abnormalitas dalam bentuk dan isi
pikiran,persepsi,dan emosi serta perilaku. Berikut ini beberapa gejala yang dapat
diamati pada skizofrenia :
1. Penampilan dan perilaku umum
Tidak ada penampilan ataupun perilaku yang khas skizofrenia. Beberapa
bahkan dapat berpenampilan dan berperilaku normal. Mungkin mereka
tampak berpreokupasi terhadap kesehatan, penampilan badan,agama atau
munatnya. Pasien dengan skizofrenia kronis cenderung menelantarkan
penampilannya. Penampilan dan higiene pribadi juga terabaikan. Mereka juga
cenderung menarik diri secara sosial.
2. Gangguan pembicaraan
a. Asosiasi longgar berarti tidak adanya hubungan antaride. Klimatkalimatnya tidak saling berhubungan. Kadang-kadang satu idea belum
selesai di utarakan, sudah di kemukakan idea lain. Atau terdapat
pemindahan maksud, misalnya maksudnya tani tetapi dikatakan
sawah. Bentuk yang lebih parah adalah inkoherensi.
b. Neologisme. Kadang-kadang pasien dengan skizofrenia membentuk kata
baru untuk menyatakan arti yang hanya di pahami oleh derinya sendiri.
c. Mutisme. Sering tampak pada pasien skizofrenia katatonik. Kadangkadang pikiran seakan-akan berhenti, tidak timbul ide sampai beberapa
hari.
3. Gangguan perilaku
Salah satu gangguan aktifitas motorik pada skizofrenia adalah gejala
katatonikyang dapat berupa stupor atau gaduh gelisah (excitement). Pasien
dengan stupor tidak bergerak,tidak berbicara,dan tidak berespons, meskipun
ia sepanuhnya sadar. Gangguan perilaku ini adalah streotopi dan manerisme.
Berulang-ulang melakukan suatu gerakan atau mengambil sikap badan
tertentu tersebut stereotipi; misalnya menarik-narik rambutnya, atau tiap kali
bila mau menyuap nasi mengetuk piring dulu bebera pakali. Negativisme:
menentang atau justru melakukan yang berlawanan dengan apa yang disuruh.
64
66
rangsangan dari luar. Penderita terus berbicara dan bergerak, tidak tidur, tidak
makan dan minum sehingga dapat mengakibatkan kematian.
4. Skizofrenia Simplex
Gejala utama pada jenis simplex adalah kedangkalan emosi dan
kemunduran kemauan. Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan.
Waham dan halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan
sekali.
5. Skizofrenia Residual
Jenis ini adalah keadaan kronis dari skizofrenia dengan riwayat
sedikitnya satu episode psikotik yang jelas dan gejala-gejala berkembang
kearah gejala negatif yang lebih menonjol. Gejala negatif terdiri dari
kelambatan psikomotor, penurunan aktivitas, penumpangan efek, pasif dan
tidak ada inisiatif, kemiskinan pembicaraan, ekspresi nonverbal yang menurun,
serta buruknya perawatan diri dan fungsi sosial.
F. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
Kondisi medis dan psikologis dokter harus mengesampingkan sebelum
mendiagnosis skizofrenia meliputi:
1. Gangguan psikotik lain, Skizofrenia adalah jenis gangguan psikotik, yang
berarti melibatkan kerugian yang signifikan dari kontak dengan realitas. Tapi
ada gangguan psikotik lain yang menyebabkan gejala yang mirip psikosis,
termasuk gangguan schizoafektif, gangguan schizophreniform, dan gangguan
psikotik singkat. Karena kesulitan dalam membedakan antara gangguan
psikotik, mungkin diperlukan enam bulan atau lebih untuk sampai pada
diagnosis yang benar.
2. Penyalahgunaan zat, gejala psikotik dapat dipicu oleh banyak obat, termasuk
alkohol, PCP, heroin, amfetamin, dan kokain. Beberapa over-the-counter dan
resep obat juga dapat memicu reaksi psikotik. Sebuah layar toksikologi bisa
mengesampingkan psikosis yang diinduksi obat. Jika penyalahgunaan zat yang
terlibat, dokter akan menentukan apakah obat ini sumber gejala atau hanya
merupakan faktor yang memberatkan.
3. Kondisi medis, gejala Skizofrenia-seperti juga dapat hasil dari gangguan
neurologis tertentu (seperti epilepsi, tumor otak, dan ensefalitis), endokrin dan
gangguan metabolisme, dan kondisi autoimun yang melibatkan sistem saraf
pusat.
67
Kusumanto
Setyonegoro
(1967)
membuat
pertama
(intinya
organobiologis),
yaitu:
berpikir
kepribadian,
yang
dengan
tidak
sesuai
dengan
memperhatikan
perkembangan
perkembangan
ego,
ketiga
(intinya
sosial),yaitu:
gangguan
pada
harus tinggal
70
dengan
teliti
(ruminativ), lenih banyak perasaan bersalah dan psikomotor lebih agitativ. Bila
terjadi pada umur lebih dari 50 tahun maka lebih parah, kurang ada
komorbiditas, lebih mirip gangguan bipolar I dan kurang mirip gangguan
unipolar dibandingkan dengan depresi mayor non psikotik. Memasukan
gangguan mood dengan gambaran katatonik dalam DSMIVTR akan
menyeimbangkan dengan adanya gangguan skizofrenia tipe katatonik.
6. Depresi pada keadaan premenstual, selama kehamilan, post partum dan
menopause: semua gangguan dari kelomok ini dalam DSM-IV termasuk dalam
gangguan mood dalam perjalanan khusus.
Premenstual Dysphorc Dissorder (PMDD) mempunyai gejala bersiklus dan
berkait erat dengan siklus menstruasi dan gejalanya menghilang selama
kehamilan dan setelah menopause. Gangguan mood ini terjadi saat fase luteal
72
akhir dari siklus menstruasi dan membaik segera setelah onset menstruasi. Peran
sistem serotonergik di duga kuat berperan pada gangguan ini. Wanita dengan
respon tolaktin yang tumpul terhadap pemberian buspiron selama fase folikuler
menunjukkan adanya kekurang-sensitif reseptor sorotoning 1A (5-HT1A).
Pemberian SSRI menjadi terapi limi pertama, disamping itu clomipramine dan
velavaxine dilaporkan juga efektif untuk gangguan ini. Pemberian terapi
intermiten hanya selama fase luteal jika efektif.
Gangguan mood pasca melahirkan sering dalam bentuk sprektrum mulai dari
transier sebagai glues ringan pasca melahirkan hingga depresi mayor, bahkan
psikosis. Glues pasca melahirkan di dapati pada 70% wanita setelah melahirkan,
gejalanya biasanya transier dan nonpatoligis. Perlu diobsevasi perjalannya
dengan kemungkinan berkembang menjadi depresi mayor pada bagia pasien.
Gejalanya tidak bisa dibedakan dengan depresi mayor pada wanita diluar
kehamilan dan setelah melahirkan. DSR-IV-TR mensyaratkan onset depresi jalan
4minggu setelah melahirkan walaupun pada sebagian wanita mengalami gejala
lebih lambat, beberapa minggu ingga beberapa bulan. Terapi gangguan ini sama
dengan terapi despresi mayor dilaporkan juga psikoterapi dengan CBT
(cognitive behavioral therapy) dan IPT (interpesonal psycotherapy) menunjukan
hasil yang baik. Gangguan depresi selama masa transisi menopause dan
perimenipause
menunjukan
perjalanan
dari
fase
reproduktif
ke
fase
nonreproduktif seorang wanita. Biasanya umur sekitar akhir 40an dengan ratarata umur 47,5 th dengan rata-rata lama perjalanan 4-8th masa transisi. Proses ini
bercirikan variasi dari perubahan endokrin dan klinis, lebih sering anovulatori,
adanya gejala fasomotor dan keluhan fisik lain. Fluktuasi harmonal lebih sering
menginduksi depresi pada wanita dengan riwayat sebelumnya. Beberapa study
menemukan adanya hubungan erat anatara beratnya gejala vasomotor yaitu
adanya hotflushes dan berkeringat malam dengan gejala depresi. Adanya dengan
gejala flasomotor yang berat meningkatkan resiko gangguan depresi.
Penanganan gangguan ini dengan anti depresan sebagai pilihan pertama dan
dapat ditambahkan terapi hormon repraslemen dengan pertimbangan ketat
mengenai efek negatif.
7. Gangguan efektif musiman: pernyataan Hipoocrates bahwa perubahan iklim
dapat menyebabkan penyakit dan tubuh sebagian individu lebih dapat
beradaptasi saat panas atau dingin. Dapat diamati juga adanya pengaruh musim
pada usaha bunuh diri dan perubahan prilaku. Biasanya episode depresi sering
73
dimulai dengan awal musim semi dan musim gugur sedangkan episode mania
pada musim panas. Bermacam macam intervensi seperti: terapi cahaya(light
therapy), dimulai setelah penemuan pencayaan dengan 2500 lux dapat menekan
sekresi melatoning nokturnal individu dari pada pencahayaan lampu ruangan
biasa. Pencahayaan hingga 10.000 lux dikatakan lebih tinggi evikasinya dan
dipakai sebagai standar terapi. Lama paparan juga menentukan, tergantung pada
reaksi individu, dapat ditingkatkan atau turunkan, tergantung efek samping yang
muncul, cuaca dan musim tahun itu. Pemberian pagi hari lebih berefek, individu
yang lebih aktif dan terjaga pada pagi hari lebih afektif, sehingga harus
disesuaikan dengan kecenderungan individual apakah individu tipe owl (burung
hantu lebih aktif pada malam hari) atau lark (burung kecil coklat lebih aktif pada
pagi hari) efek terapi cahaya adalah sakit kepala, ketegangan mata, mual dan
gitasi. Dapat diberi malam light fixtures,pemaparan dengan menggunakan
tabung cahaya flouresen; down setimulation, memberikan pencahayaan dini hari
sekitar pukul 5.30 dengan meningkatkan intensitas cahaya sampai pada kekuatan
tertinggi selama sekitar 45 menit untuk menstimulasi keaadaan fajar musim
panas; farma konterapy, walaupun terapi cahaya efektif, namun sering tidak
cukup hingga memerlukan interfensi farma koterapy juga; psikoterapy, dalam
bentuk CBT (cognitiv behavior therapy) sama efektifnya dengan terapi cahaya
untuk membalik gejala dari depresi musim dingin dan bentuk lain terapi seperti
aerobik, pemaparan pada ion negatif dengan densitas tinggi dan yang masih baru
didapatkan bukti awal dari vitamin D3 yang mungkin dapat mengubah kejalan
depresi saat musim dingin.
8. Depresi sekunder atau depresi akibat kondisi penyakit mendik fisik:depresi
akibat kondisi penyakit medis atau depresi sekunder akibat medis atau fisik
banyak terjadi. Kebanyakan menekankan pada beberapa bukti: bahwa depresi
lebih banyak terjadi pada populasi dengan penyakit medis-fisik dibanding
dengan yang tidak dengan penyakit medis-fisik; bahwa pasien dengan medisfisik, depresi sering tidak terdeteksi, tetapi depresi sebagai reaksi normal
terhadap penyakit medis-fisik yang deritanya; bahwa depresi lebih sulit
ditangani pada populasi dengan penyakit medis-fisik; penanganan standar
depresi cukup menolong; depresi yang tidak diterapi akan memperburuk
morbiditas penyakit fisiknya dan meningkatkan mortalitas fisiknya.
Beberapa penyakit yang sering disertai depresi adalah struk, penyakit parkinson,
multiple sclerosis, epilepsi, kanker, penyakit jantung, diabetes melitus, Hiv, dan
74
skala lebih kecil adalah irritble bowel sindrom, tinnitus sleep ap nea penyakit
kelanjar tiroid.
9. Gangguan mood dibawah umur: gangguan ini menarik perhatian karena
prevalensinya lebih tinggidan berkait dengan hendaya fungsi yang signitif
E. Bunuh diri dan gangguan mood:
pasien dengan gangguan mood mempunyai resko yang lebih tinggi untuk
melakukan prilaku bunuh diri, baik percobaan maupun completions (berhasil).
Resiko prilaku bunuh diri bervariasi dan tergantung pada tipe gangguan
psikiatriknya.
Dari studi klinis ditemukan 2 perbedaan pada gangguan mood dengan usaha bunuh
diri dan yang tidak.
1. Merasa depresi subjektif, keputusasaan yang hebat tidak ada alasan untuk hidup
lebih lama.
2. Adanya agresivitas dan impulsivitas.
Factor lain yang terkait dengan tingginya resiko bunuh diri yaitu
penyalahgunaan zat dan alcohol, riwayat pelecehan sexual, cedera kepala.
Ada factor genetic pada prilaku bunuh diri. Pada studi kembar, didapatkan angka
konkordasi yang lebih tinggi untuk bunuh diri pada monozigot dibandingkan
dizigot. Factor herediter ini bukan saja akibat penurunan perilaku bunuh diri
sendiri, tetapi juga penurunan gangguan mood atau agresivitas dan impilsivitasnya.
Dalam strategi manajemen pasien bunuh diri perlu diperhatikan yaitu:
1. Diagnosis dan pengobatan gangguan psikiatrik yang ada.
2. Penilaian resiko bunuh diri dan penghilangan arti bunuh diri.
3. Penanganan khusus untuk menurunkan kecenderungan usaha bunuh diri.
F. Perspektif biologis pada gangguan mood
1. Neuroimaging: berdasarkan penelitian yang berbeda terhadap hubungan yang
konsisten dan resiprokal antara daerah dorsokortikal serta ventrolimbik pada
depresi dan persaan negative yang transien. Variasi kelainan dalam region
ventromedial termasuk cingulata anterior konsisten pada gangguan depresi.
2. Neurokimiawi: terdapat peran neurotransmitter serotonin padaa gangguan mood.
Serotonin dinentesis dari asam amino esensial tryptophan dalam 2 tahapenzimatis.
Plasma tryptophan masuk blood-brain secara eektif dengan melalui large neutral
amino acid transporter protein. Perubahan fungsi sorotonergik otak menunjukan
perubahan fungsi tubuh dan prilaku yang merupakan gejala klinis utama dari
depresi, seperti nafsu makan, tiduur, fungsi sexual, sensivitas nyeri, temperature
tubuh dan irama sirkadian.
75
3.
70-73%.
4. Factor psokoneurimunologi: gangguan factor imune dengan gangguan mood
berdasarkan dua arah:
1. Bahwa adanya bukti perilaku sakit seperti penurunan nafsu makan, kelelahan,
somnolensi, seperti pada gangguan mood berhubungan dengan perubahan
fungsi imunitas
2. Berbagai gangguan medis dan pengobatan yang meregulasi fungsi imunitas
berhungan dengan gajala psikiatrik.
5. Factor genetic: studi keluarga, studi anak kembar, dan studi anak adopsi dari
gangguan bipolar dan gangguan depresi unipolar pada umumnya menunjukan
resiko yang mendasar dari komponen yang dapat diturunkan, dimana gangguan
bipolar mempunyai sifat menurun yang tinggi dibandingkan depresi unipolar.
G. Perspektif social dan cultural gangguan mood
lingkungan social memegang peran sebagai factor resiko gangguan mood
dalam hal terjadinya perjalanan dan pengobtan penyakit.
Paparan terhadap pengalaman kehidupan yang penuh tekanan penting dalam
meningkatakan resiko terjadinya gangguan mood. Pengalaman kehidupan yang
stressful dibagi dalam kejadian stressor akut dan kronis. Stressor akut adalah nyata,
jelas terlihat saat ini. Stressor kronis dapat dibagi menjadi dua: mayor yang
berhubungan dengan peran dan minor, adalah stressor iritasi dari kejadian kecil
sehari-hari.
Stressor penanganan kecil meningkatkan resiko gangguan mood, terutama
pelecehan masa anak-anak, kehilangan dan tidak pengoptimalan pengasuh ibu pada
masa kanak. Lebih lanjut pada masa setelah anak dan remaja, lewis (1998)
mengatakan bahwa kualitas hubungan pernikahan yaitu tidak ada dukungan
emosional yang baik dari pasangan atau konflik pernikahan adalah predictor dari
keparahan dan perjalanan buruk ganggun mood. Stressor makro adalah stressor
dalam skala besar dan berhunungan dengan system dalam masyarakat misalnya
perubahan ekonomi dan resensi ekonomi.
H. Penanganan
1. Penanganan depresi mayor dengan pemberian antidepresan golongan SSRI
(selective serotonim reuptake inhibitor), ECT (electro conoulsive therapy), dan
76
BAB III
PENUTUP
I. Simpulan
Dalam ilmu jiwa yang dikemukakan Maramis banyak membahas
tentang berbagai teori tentang kepribadian dalam mengungkap
individu yang mengalami gangguan jiwa. Seperti psikolanalisis Freud,
psikoanalisis kultural dan interpersonal, psikobiologi, teori-teori lain
yang berorientasi pada psikoanalisis dan teori yang diperoleh dari
psikologi. Maramis juga membahas tentang pendekatan holistik yang
dapat
mengakibatkan
penyebab
umum
stes
gangguan
psikologis,
jiwa,
77
gejala
gangguan
jiwa,
klasifikasi
gangguan
jiwa,
II. Saran
Dengan adanya makalah ini kita sebagai calon konselor diharapkan dapat
mengetahui tentang kesehatan dan gangguan jiwa yang bisa terjadi pada setiap individu
khususnya klien kita nantinya. Akan tetapi, karena setiap manusia memiliki keterbatasan
dan kekurangan maka penulis mengharapkan kritik dan dan saran dari dosen
pembimbing mata kuliah ini serta dari teman teman seperjuangan juga. Sebab jalan
menuju kesempurnaan adalah dengan saling mengisi. Seperti halnya dengan makalah ini
dengan adanya kritikan serta saran dari pihak yang terkait maka makalah ini menuju
jalan kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
Maramis, F. Willy. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University
Press. 31-303
None Name. 2015. Alzheimer's Disease.
https://fightdementia.org.au/national/about-dementia/types-ofdementia/alzheimers-disease Diunduh 10 Oktober 2015 08.14
78
79