Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Psikologi yang berjudul
“GANGGUAN PERILAKU”  dengan tepat waktu tanpa halangan suatu apapun. Diharapkan
makalah ini dapat memberikan wawasan dan informasi kepada pembaca
tentang perkembangan psikologi abnormal dalam kehidupan sehari-hari yang kami fokuskan
pada penyimpangan-penyimpangan dalam psikologi abnormal.
Bagaimana pun penulis telah berusaha membuat makalah ini dengan sebaik-baiknya,
namun tidak ada kesempurnaan dalam karya manusia. Penulis menyadari masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis
harapkan untuk lebih menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini akan menjadi ilmu
yang bermanfaat.

Mojokerto , 25 November 2016

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................3
1.2 Perumusan Masalah.............................................................................................3
1.3 Tujuan..................................................................................................................3
1.4 Manfaat................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................5
2.1 Pengertian Perilaku Abnormal.................................................................5
2.2 Penyebab Perilaku Abnormal...................................................................7
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Abnormal..........................9
2.4 Karakteristik Perilaku Abnormal..............................................................11
2.5 Jenis-Jenis Perilaku Abnormal.................................................................12
BAB III.......................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan...............................................................................................19
3.1 Saran.........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG


Abnormalitas dilihat dari sudut pandang biologis berawal dari pendapat bahwa patologi
otak merupakan faktor penyebab tingkah laku abnormal. Pandangan ini ditunjang lebih kuat
dengan perkembangan di abad ke-19 khususnya pada bidang anatomi faal, neurologi, kimia
dan kedokteran umum. Berbagai penyakit neurologis saat ini telah dipahami sebagai
terganggunya fungsi otak akibat pengaruh fisik atau kimiawi dan seringkali melibatkan segi
psikologis atau tingkah laku.Akan tetapi kita harus perhatikan bahwa kerusakan neurologis
tidak selalu memunculkan tingkah laku abnormal, dengan kata lain tidak selalu jelas
bagaimana kerusakan ini dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang. Fungsi otak yang kuat
bergantung pada efisiensi sel saraf atau neuron untuk mentransmisikan suatu pesan melalui
synaps ke neuron berikutnya dengan menggunakan zat kimia yang disebut neurotransmiter.
Dengan ketidakseimbangan bio kimia otak inilah yang mendasari perspektif biologis
munculnya tingkah laku abnormal. Akan tetapi selain dari patologi otak sudut pandang
biologis juga memandang bahwa beberapa tingkah laku abnormal ditentukan oleh gen yang
diturunkan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1   Apa pengertian perilaku abnormal ?
2   Apa penyebab dari perilaku abnormal ?
3   Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku abnormal ?
4   Apa karakteristik perilaku abnormal ?
5   Apa jenis-jenis perilaku abnormal ?
1.3  TUJUAN
1   Mengetahui pengertian perilaku abnormal ?
2   Mengetahui penyebab dari perilaku abnormal ?
3   Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku abnormal ?
4   Mengetahui karakteristik perilaku abnormal ?
5   Mengetahui jenis-jenis perlaku abnormal ?

1.4  MANFAAT
Psikologi abnormal dipelajari dengan harapan dapat diperoleh pengetahuan dan
pemahaman tentang seluk beluk kelainan jiwa (jenis, gejala, penyebab, cara mencegah dan
menanganinya, dst.). Pengetahuan dan pemahaman mengenai hal tersebut diperlukan dalam
bidang psikiatri, bimbingan dan konseling.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perilaku Abnormal


Psikologi Abnormal adalah ilmu jiwa yang mempelajari tingkah atau perilaku yang
maladatif atau abnormalitas. Abnormalitas atau yang disebut juga perilaku abnormal adalah
suatu bentuk perilaku yang maladaptif. Ada juga yang menyebutnya mental disorder,
psikopatologi,emotional discomfort, mental illness (penyakit mental), ataupun insanity.
Psikologi abnormal kadang-kadang disebut juga psikopatologi. Dalam bahasa Inggris
dinyatakan dengan istilah Abnormal Psychology. Apa yang dimaksud dengan psikologi
abnormal? Berikut dikemukakan beberapa definisi.  Menurut Kartini Kartono, psikologi
abnormal adalah salah satu cabang psikologi yang menyelidiki segala bentuk gangguan
mental dan abnormalitas jiwa. Menurut Singgih Dirgagunarsa mendefinisikan psikologi
abnormal atau psikopatologi sebagai lapangan psikologi yang berhubungan dengan kelainan
atau hambatan kepribadian, yang menyangkut proses dan isi kejiwaan. Psikologi abnormal
merupakan salah satu cabang psikologi yang berupaya untuk memahami pola perilaku
abnormal dan cara menolong orang-orang yang mengalaminya.
Perilaku abnormal merupakan tampilan dari kepribadian seseorang baik penampilan dari
dalam maupun penampilan dari luar. Perilaku abnormal juga merupakan perilaku spesifik,
phobia, atau pola-pola perilaku yang lebih mendalam, misalnya skizofren. Perilaku abnormal
juga merupakan sebutan untuk masalah-masalah yang berkepanjangan atau bersifat kronis
dan gangguan-gangguan yang gejala-gejalanya bersifat akut dan temporer, seperti intoksinasi
(peracunan obat-obatan), terutama narkoba yang kesemuanya itu diakibatkan dari gaya hidup
seseorang.
Akhirnya, model-model perilaku abnormal juga mulai bermunculan, meliputi model-
model yang mewakili perspektif biologis, psikologis, sosiokultural, dan biopsikososial. Di
bawah ini adalah penjelasan-penjelasan singkatnya :
1.    Perspektif biologis: Seorang dokter Jerman, Wilhelm Griesinger (1817-1868)
menyatakan abnormal berakar pada penyakit di otak. Pandangan ini cukup memengaruhi
dokter Jerman lainnya, seperti Emil Kraepelin (1856-1926) yang menulis buku teks penting
dalam bidang psikiatri pada tahun 1883. Ia meyakini bahwa gangguan mental berhubungan
dengan penyakit fisik. Memang tidak semua orang yang mengadopsi model medis ini
meyakini bahwa setiap pola perilaku abnormal merupakan hasil dari kerusakan biologis,
namun mereka mempertahankan keyakinan bahwa pola perilaku abnormal tersebut dapat
dihubungkan dengan penyakit fisik karena ciri-cirinya dapat dikonseptualisasikan sebagai
simtom-simtom dari gangguan yang mendasarinya.
2.    Perspektif psikologis: Sigmund Freud, seorang dokter muda Austria (1856-1939)
berpikir bahwa penyebab perilaku abnormal terletak pada interaksi antara kekuatan-kekuatan
di dalam pikiran bawah sadar. Model yang dikenal sebagai model psikodinamika ini
merupakan model psikologis utama yang pertama membahas mengenai perilaku abnormal.
3.    Perspektif sosiokultural: Pandangan ini meyakini bahwa kita harus mempertimbangkan
konteks-konteks sosial yang lebih luas di mana suatu perilaku muncul untuk memahami akar
dari perilaku abnormal. Penyebab perilaku abnormal dapat ditemukan pada kegagalan
masyarakat dan bukan pada kegagalan orangnya. Masalah-masalah psikologis bisa jadi
berakar pada penyakit sosial masyarakat, seperti kemiskinan, perpecahan sosial, diskriminasi
ras, gender, gaya hidup, dan sebagainya.
4.    Perspektif biopsikososial: Pandangan ini meyakini bahwa perilaku abnormal terlalu
kompleks untuk dapat dipahami hanya dari salah satu model atau perspektif. Mereka
mendukung pandangan bahwa perilaku abnormal dapat dipahami dengan paling baik bila
memperhitungkan interaksi antara berbagai macam penyebab yang mewakili bidang biologis,
psikologis, dan sosiokultural.

2.2  Penyebab Perilaku Abnormal


a. perilaku abnormal di tinjau dari faktor psikososial yaitu :
1)   Trauma pada masa kanak-kanak
Contoh : Ketika si anak menyaksikan orangtuanya kerap bertengkar, maka tidak menutup
kemungkinan ia akan memutuskan untuk tidak menikah karena ia menganggap bahwa
pernikahan menimbulkan penderitaan.
2)   Deprivasi Parental (kurangnya rangsangan emosi dari orang tua seperti pelukan, pujian,
ciuman dll)
Contoh : Ketika ayah dan ibu si anak pergi bekerja setiap dini hari dan pulang setiap malam
hari maka otomatis waktu bertemu antara orangtua dan anak sangat minim, sehingga anak
kurang mendapat perhatian, pelukan, pujian, pengasuhan dll dari orang tuanya, hal itu dpt
berpengaruh pd perkembangan emosi dan mentalnya.
3)   Hubungan orangtua dan anak yang tidak sehat
Contoh : polah asuh yang salah seperti terlalu mengekang, terlalu membebaskan, atau contoh
yang buruk dari orangtua yang kemudian di tiru oleh sang anak.
4)   Struktur keluarga yang tidak sehat
Contoh : orangtua yang tidak pecus dalam mendidik anak, orang tua yang anti
sosial seperti pengedar narkoba/perampok, keluarga yang tidak akur dan
bermasalah, keluarga yang tidak utuh.
5)   Stres berat
Contoh : frustasi, merasa tidak di perhatikan, dll
b perilaku abnormal menurut tahap fungsinya yaitu :
1)   Penyebab Primer ( Primary Cause )
Penyebab primer adalah kondisi yang tanpa kehadirannya suatu gangguan tidak akan muncul.
2)   Penyebab yang Menyiapkan ( Predisposing Cause )
Kondisi yang mendahului dan membuka jalan bagi kemungkinan terjadinya gangguan
tertentu dalam kondisi – kondisi tertentu di masa mendatang.
3)   Penyebab Pencetus ( Preciptating Cause )Penyebab pencetus adalah setiap kondisi yang
tak tertahankan bagi individu dan mencetuskan gangguan.
4)   Penyebab Yang Menguatkan ( Reinforcing Cause )
Kondisi yang cenderung mempertahankan atau memperteguh tingkah laku maladaptif yang
sudah terjadi.
5)   Sirkulasi Faktor – Faktor Penyebab
Dalam kenyataan, suatu gangguan perilaku jarang disebabkan oleh satu penyebab tunggal.
Serangkaian faktor penyebab yang kompleks, bukan sebagai hubungan sebab akibat
sederhana melainkan saling mempengaruhi sebagai lingkaran setan, sering menadi sumber
penyebab sebagai abnormalitas.
c.    Penyebab perilaku abnormal menurut sumber asalnya yaitu :
1)   Faktor Biologis
Adalah berbagai keadaan biologis atau jasmani yang dapat menghambat perkembangan
ataupun fungsi sang pribadi dalam kehidupan sehari –hari seperti kelainan gen, kurang gizi,
penyakit dsb. Pengaruh – pengaruh faktor biologis lazimnya bersifat menyeluruh, artinya
mempengaruhi seluruh aspek tingkah laku, mulai dari kecerdasan sampai daya tahan terhadap
stress.
2)   Faktor – faktor psikososial
a.    Trauma Di Masa Kanak – Kanak
Trauma Psikologis adalah pengalaman yang menghancurkan rasa aman, rasa mampu, dan
harga diri sehingga menimbulkan luka psikologis yang sulit disembuhkan sepenuhnya.
Trauma psikologis yang dialami pada masa kanak –kanak cenderung akan terus dibawa
sampai ke masa dewasa.
b.    Deprivasi Parental
Tiadanya kesempatan untuk mendapatka rangsangan emosi dari orang tua, berupa
kehangatan, kontak fisik,rangsangan intelektual, emosional dan social. Ada beberapa
kemungkinan sebab, misalnya : Dipisahkan dari orang tua dan dititipkan di panti asuhan,
kurangnya perhatian dari pihak orang tua kendati tinggal bersama orang tua di rumah.

c.    Hubungan orang tua – anak yang patogenik


Hubungan patogenik adalah hubungan yang tidak serasi, dalam hal ini hubungan antara orang
tua dan anak yang berakibat menimbulkan masalah atau gangguan tertentu pada anak.

2.3  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Abnormal


1.    Faktor-faktor biologis
Dalam tiga studi adopsi berskala besar di Swedia, Denmark, dan Amerika Serikat,
mengindikasikan bahwa perilaku kriminal dan agresif dipengaruhi oleh faktor genetik dan
lingkungan dimana faktor lingkungan pengaruhnya sedikit lebih besar. Beberapa sifat
kepribadian yang umum dapat diturunkan dari orangtua kepada anaknya. Dari studi terhadap
orang kembar mengindikasikan bahwa perilaku agresif (kejam terhadap hewan, berkelahi,
merusak kepemilikan) jelas diturunkan, sedangkan perilaku kenakalan lainnya (mencuri, lari
dari rumah, membolos sekolah) kemungkinan tidak demikian. Dalam studi terhadap 10
pasangan kembar, angka kriminalitas pada saat dewasa mencapai 50% untuk kembar
monozigot, dan 20% untuk kembar dizigot. Sebaliknya, tujuh penelitian pada anak dengan
perilaku antisosial pada remaja menunjukkan angka yang tinggi, namun seimbang antara
kembar monozigot dan dizigot.
Kelemahan neurologis, tercakup dalam profil masa kanak-kanak dari anak-anak yang
mengalami gangguan tingkah laku. Kelemahan tersebut termasuk keterampilan verbal yang
rendah, masalah dalam fungsi pelaksanaan (kemampuan mengantisipasi, merencanakan,
menggunakan pengendalian diri, dan menyelesaikan masalah) dan masalah memori. Telah
lama diketahui bahwa gangguan otak seperti trauma kepala, ensefalitis, neoplasma, dan lain-
lain dapat mengakibatkan perubahan kepribadian. Anak dengan sindroma otak organik ini
mungkin menunjukkan hiperkinesa, kegelisahan, kecenderungan untuk merusak dan
kekejaman
2.    Faktor-faktor psikologis
Teori pembelajaran yang melibatkan modelling dan pengondisian operant
memberikan penjelasan yang bermanfaat mengenai perkembangan dan berlanjutnya masalah
tingkah laku. Anak-anak dapat mempelajari agresivitas orang tua yang berperilaku agresif.
Anak juga dapat meniriu tindakan agresif dari berbagai sumber lain seperti televisi. Karena
agresi merupakan cara mencapai tujuan yang efektif, meskipun tidak menyenangkan,
kemungkinan hal tersebut dikuatkan. Oleh karena itu setelah ditiru, tindakan agresif
kemungkinan akan dipertahankan. Berbagai karakteristik pola asuh seperti disiplin keras dan
tidak konsisten dan kurangnya pengawasan secara konsisten dihubungkan dengan perilaku
antisosial pada anak-anak.
3.    Pengaruh Lingkungan
1)   Orangtua: sikap orangtua terhadap anak mereka merupakan faktor yang sangat penting
bagi kepribadian anak itu. Perkawinan yang tidak bahagia atau perceraian dapat
menimbulkan kebingungan pada anak. Bila orangtua tidak rukun, maka sering mereka tidak
konsekuen dalam mengatur kedisiplinan dan sering mereka bertengkar di depan anak.
Sebaliknya, disiplin yang dipertahankan secara kaku dapat menimbulkan frustasi yang hebat.
Kepribadian orangtua sendiri juga sangat penting.
2)   Saudara-saudara: rasa iri hati terhadap saudara adalah normal, biasanya lebih nyata pada
anak pertama dan lebih besar antara anak-anak dengan jenis kelamin yang sama. Perasaan ini
akan bertambah keras bila orangtua memperlakukan anak-anak tidak sama. Untuk menarik
perhatian dan simpati orangtuanya, anak-anak tersebut bisa menunjukkan perilaku yang
agresif atau negativistik.
3)   Orang-orang lain di dalam rumah, seperti nenek, saudara orangtua atau peayan, juga
dapat memengaruhi perkembangan kepribadian anak.
4)   Teman-teman seusia. Penelitian mengenai pengaruh teman seusia terhadap agresi dan
antisocial anak-anak memfokuskan pada dua bidang yaitu Penerimaan atau penolakan dari
teman-teman seusia. Penolakan menunjukkan hubungan yang kausal dengan perilaku agresif,
bahkan dengan tindakan pengendalian perilaku agresif yang terdahulu (Coie & Dodge, 1998),
dan Afiliasi dengan teman-teman seusia yang berperilaku menyimpang. Pergaulan dengan
teman seusia yang nakal juga dapat meningkatkan kemungkinan perilaku nakal pada anak
(Capaldi & Patterson, 1994)
4.    Faktor-faktor sosiologis
Tingkat pengangguran tinggi, fasilitas pendidikan yang rendah, kehidupan keluarga
yang terganggu, dan subkultur yang menganggap perilaku kriminal sebagai suatu hal yang
dapat diterima terungkap sebagai faktor-faktor yang berkontribusi (Lahey dkk, 1999; Loeber
& Farrington, 1998). Kombinasi perilaku antisosial anak yang timbul di usia dini dan
rendahnya status sosioekonomi keluarga memprediksikan terjadinya penangkapan di usia
muda karena tindakan criminal (Patterson, Crosby, & Vuchinich, 1992).
Gangguan perilaku lebih sering didapati pada anak-anak dari golongan sosio-ekonomi
tinggi atau rendah. Hal ini mungkin terjadi karena orangtua mereka terlalu sibuk dengan
kegiatan sosial (pada kalangan atas) atau sibuk dengan mencari nafkah (pada kalangan
bawah) sehingga lupa menyediakan waktu untuk berkomunikasi dengan baik dengan anak-
anak mereka.

2.4  Karakteristik Perilaku Abnormal


1.    Kriteria perilaku abnormal secara sederhana dapat dikategorikan sebagai berikut :
1)   Segi Biologis. Tingkat abnormal dari unsur biokimia dalam sistem saraf. Gejala fisik,
terlihat dari tidur, nafsu makan dan tingkat energi. Adanya gangguan dalam struktur dan
fungsi dari bagian-bagian dalam otak.
2)   Segi Psikologis. Pengalaman persepsi dan penginderaan (sensori) yang luar biasa. Fungsi
kognitif yang mundur atau aneh.Status emosi terganggu. Distress personal: perilaku
menyimpang.
3)   Segi sosial.Bertentangan dengan norma-norma sosial. Berbahaya bagi orang lain.

   Kriteria perilaku abnormal dalam pandangan psikologi yaitu :


1)   Kriteria Statistik
Seorang individu dikatakan berperilaku abnormal apabila menunjukkan karakteristik perilaku
yang yang tidak lazim alias menyimpang secara signifikan dari rata-rata, Dilihat dalam kurve
distribusi normal (kurve Bell), jika seorang individu yang menunjukkan karakteristik perilaku
berada pada wilayah ekstrem kiri (-) maupun kanan (+), melampaui nilai dua simpangan
baku, bisa digolongkan ke dalam perilaku abnormal.
2)   Kriteria Norma
Banyak ditentukan oleh norma-norma yang berlaku di masyarakat,ekspektasi kultural tentang
benar-salah suatu tindakan, yang bersumber dari ajaran agama maupun kebiasaan-kebiasaan
dalam masyarakat , misalkan dalam berpakaian, berbicara, bergaul, dan berbagai kehidupan
lainnya. Apabila seorang individu kerap kali menunjukkan perilaku yang melanggar terhadap
aturan tak tertulis ini bisa dianggap sebagai bentuk perilaku abnormal.
3)   Personal distress
Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi
individu. Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan distress. Misalnya psikopat yang
mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa bersalah atau kecemasan.
Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan merupakan abnormal.Misalnya seseorang yang
sakit karena disuntik. Kriteria ini bersifat subjektif karena susah untuk menentukan standar
tingkat distress seseorang agar dapat diberlakukan secara umum.

2.5  Jenis-Jenis Perilaku Abnormal

Sebagian besar kita merasa cemas dan tegang bila menghadapi situasi yang mengancam
dan menekan. Persaan ini merupakan reaksi yang normal terhadap stress. Kecemasan
dianggap abnormal bila terjadi dalam situasi yang oleh kebanyakan orang dapat diatasi
dengan mudah. Gangguan kecemasan mencakup sekelompok gangguan dimana rasa cemas
merupakan gejala utama(kecemasan merata dan gangguan panik) atau kecemasan dialami
bila individu berupaya mengendalikan perilaku maladaptif tertentunya (fobia dan obsesi
kompulsif).
1. Gangguan kecemasan merata dan Gangguan Panik
Macam-Macam Kecemasan merata dan Gangguan Panik yaitu :
a.    Kecemasan merata (generalized anxiety)
Selalu merasa bersalah/khawatir, cenderung memberikan respon yang berlebihan pada stress
yang ringan. Setiap hari hidup dalam ketegangan. Terus menerus mengkhawatirkan segala
macam masalah yang mungkin terjadi dan sult sekali berkonsentrasi dan mengambil
keputusan. Keluhan fisik yang lazim antara lain tidak dapat tenang,tidur
terganggu,kelelahan,macam-macam sakit kepala,kepeningan,jantung berdebar-debar.
b.      Gangguan Panik (Panic attacks)
Keadaan tiba-tiba yang penuh dengan keprihatinan atau teror akut yang meluap-luap. Pada
saat serangan panik individu merasa yakin bahwa sesuatu yang mengerikan akan terjadi.
Perasaan ini disertai dengan gejala seperti jantung berdebar-debar, kehabisan nafas,
berkeringat, otot-otot bergetar, kepusingan, dan rasa muak. Semua ini akibat dari aktifnya
bagian simpatetik sistem saraf otonomik.
Saat serangan panik individu takut bahwa dia akan mati. Individu yang mengalami gangguan
kecemasan merata dan serangan panik biasanya tidak tahu sebabnya mengapa mereka
tercekam ketakutan. Kecemasan semacam ini disebut “mengambang dengan bebas” (free-
floating) karena hal ini tidak disebabkan oleh suatu stimulus atau peristiwa tertentu tetapi
terjadi dalam berbagai situasi. Peristiwa eksternal tidak begitu menjadi penyebabnya
dibandingkan dengan perasaan dan konflik yang ada dalam individu itu sendiri.
c.       Fobia
Berbeda dengan angguan kecemasn merata,gangguan fobia mengandung ketakutan yang
spesifik. Seseorang yang bereaksi dengan ketakutan yang amat sangat terhadap suatu
stimulus atau situasi yang menurut kebanyakan orang tidaklah sangat berbahaya,disebut
orang yang fobia. Orang tersebut biasanya menyadari bahwa ketakutanya itu tidak rasional
tapi dia tetap merasakan kecemasan (mulai dari rasa rasa serba salah yang amat sangat
sampai panik) yang hanya dapat diredakan dengan menghindari benda atau situasi yang
menakutkan itu. Rasa takut biasanya tidak didiagnosa sebagai gangguan fobia apabila rasa
takut tersebut tidak sangat mengganggu kehidupan sehari-hari individu tersebut. Contoh
gangguan fobia seorang wanita yang takut akan ruangan tertutup,sehingga dia tidak berani
naik lift (dia menolak beberapa tawaran kerja hanya karena kantornya ada di atas lantai dua)
atau seorang laki-laki yang takut akan kerumunan orang banyak sehingga dia selalu
mencegah untuk menghadiri gedung pertunjukan atau berjalan di sepanjang trotoar yang
penuh sesak.
   2. Gangguan afektif
Gangguan afektif adalah gangguan pada afeksi atau suasana hati (mood). Orang yang
terganggu ini dapat mengalami depresi atau manik (girang yang tidak wajar) yang parah atau
dapat berganti-ganti antara saat-saat depresi atau manik (girang yang tidak wajar) yang parah
dan dapat berganti-ganti antara saat-saat depresi atau saat-saat panik. Perubahan suasana hati
semacam ini mungkin saja sangat parah sehingga individu tersebut perlu dirumah sakitkan.

    3. Gangguan Kepribadian


Gangguan kepribadian merupakan pola perilaku mal adaptif yang sudah kuno. Sebelumnya
kita telah menjabarkan sifat-sifat kepriadian sebagai cara-cara yang tetap dalam menghayati
atau berhubungan dengan lingkungan atau berpikir tentang dirinya sendiri. Bila sifat-sifat
kepribadian menjadi tidak luwes dan bersifat maladaptif, sehingga mengganggu kemampuan
individu berfungsi, maka sifat-sifat tersebut merupakan gangguan kepribadian. Gangguan
kepribadian merupakan cara-cara yang tidak dewasa dan tidak wajar dalam mengatasi stress
atau memecahkan masalah. Sifat-sifat tersebut biasanya muncul pada masa
remaja dan dapat berlangsung sepanjang hidup. Berbeda dengan orang yang mengalami gang
guan afektif dan kecemasan yang juga berperilaku maladaptif,
orang yang menderita gangguan kepribadian biasanya tidak merasa  sangat terganggu atau
cemas dan tidak punya motivasi untuk mengubah perilakunya. Mereka tidak kehilangan
kontak dengan realita atau tidak menunjukkan kekacauan perilaku yang mencolok seperti
orang yang menderita skisofrenik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa psikologi abnormal adalah ilmu jiwa
yang mempelajari tentang tingkah laku atau perilaku maladatif seseorang. Jika seseorang
mengalami psikologi yang abnormal maka orang tersebut akan cenderung memperlihatkan
perilaku-perilaku yang abnormal sehingga akan orang tersebut melakukan penyimpangan-
penyimpangan perilaku dalam kehidupannya.
Untuk menangani penyimpangan-penyimpangan, maka dilakukan berbagai pendekatan,
yang lebih berfokus pada pendekatan biologis yang memberikan terapi-terapi obat dan
pendekatan psikologis yang memfokuskan pada terapi konseling keseorang psikolog,
psikiater dan para pekerja kesehatan lainnya untuk meningkatkan kesejahteraan serta
ketenangan kehidupan perasaan penderita gangguan-gangguan psikologi tersebut.

3.2 Saran
Bagi para Mahasiswa diharapkan agar dapat memahami dengan baik konsep-konsep
dan teori, karateristik serta tipe-tipe abnormalitas, sehingga dapat membedakan antara
perilaku abnormal dan normal, mahasiswa juga diharapkan untuk dapat mengontrol diri agar
senantiasa berperilaku sehat dan normal baik secara mental maupun fisik dalam kehidupan
sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
1.    http://echi090587.blogspot.com/2013/05/makalah-gangguan-tingkah-laku.html
2.    http://psikologi.ustjogja.ac.id/files/materi/1305626061Abnormal.pdf
3.    http://verawati-cogitoergosum.blogspot.com/2012/02/pembahasan-perilaku-abnormal.html
4.    http://jainiyubmee.blogspot.com/2011/04/makalah-perilaku-abnormal.html
5.    http://dhinninuraeni.blogspot.com/2012/01/psikologi-abnormal.html?m=1
6.    http://aniendriani.blogspot.com/2011/03/konsepsi-psikologi-abnromal.html

Anda mungkin juga menyukai