Anda di halaman 1dari 12

KONTROL DIRI DAN DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN

COPING STRESS PADA REMAJA

Agustina Ekasari dan Suhertin Yuliyana

ABSTRAK

Coping stress ini adalah kemampuan yang sangat penting untuk dimiliki
setiap individu sebelum ia menguasai keterampilan coping stress. Kemampuan ini
perlu dimiliki remaja untuk peka terhadap perasaan atau respon-respon psikologis
dan peristiwa tertentu terutama saat mengalami masalah ataupun kesulitan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kontrol diri dan dukungan teman
sebaya dengan coping stress pada remaja. Hasil penelitian ini tingkat dukungan
teman, kontro diri dan pada remaja di SMP PGRI Klapanunggal Bogor sebagian
besar pada kategori sedang. Terdapat hubungan positif antara dukungan teman
sebaya dan kontrol diri dengan kemampuan coping stress pada remaja di SMP
PGRI Klapanunggal Bogor.

Kata kunci: control diri, dukungan teman sebaya dan coping stress

Pendahuluan

Dukungan teman sebaya berkembang kelompok atau organisasinya, dan


karena adanya dorongan rasa ingin sejanisnya.
tahu terhadap segala sesuatu yang ada Hubungan sosial ini mula-mula
didunia sekitarnya. Dalam dimulai dari lingkungan rumah sendiri
perkembangannya, setiap individu kemudian berkembang lebih luas lagi
ingin tahu bagaimanakah cara ke lingkungan sekolah, dan
melakukan hubungan secara baik dan dilanjutkan kepada lingkungan yang
aman dengan dunia sekitarnya, baik lebih luas lagi, yaitu tempat
bersifat fisik maupun sosial. berkumpulnya teman sebaya. Namun
Hubungan sosial diartikan sebagai” demikian, yang sering terjadi adalah
cara-cara individu bereaksi dengan bahwa lingkungan sosial anak dimulai
orang-orang sekitarnya dan bagaimana dari rumah, kemudian ke sekolah.
pengaruh hubungan itu terhadap Kesulitan hubungan sosial dengan
dirinya” (Alisyahbana, 1984). teman sebaya atau sekolah sangat
Hubungan sosial ini menyangkut juga mungkin terjadi manakala individu
penyesuain diri terhadap lingkungan, dibesarkan dalam suasana pola asuh
seperti makan dan minum sendiri, orang tua yang penuh unjuk kuasa ini
berpakaian sendiri, mentaati peraturan, adalah timbul dan berkembangnya
membangun komitmen bersama dalam rasa takut yang berlebihan pada anak
Agustina Ekasari dan Suhertin Yuliyana

sehingga tidak berani mengambil Namun remaja sebagai individu


inisiatif, tidak berani mengambil yang masih mengalami pengolahan
keputusan, dan tidak berani emisonal, masa pencarian identitas diri
memutuskan pilihan teman sebaya menyebabkan perilaku yang diluar
yang dianggap sesuai. kontrol diri mereka selayaknya remaja.
Situasi kehidupan dalam Seperti contoh yang terjadi pada siswa
keluarga berupa pola asuh orang tua, SMP PGRI Klapanunggal Bogor,
pada umumnya masih dapat diperbaiki mereka melakukan perkelahian,
(Sunarto, 1998) oleh orang tua itu tawuran antar sekolah biasanya karena
sendiri.dukungan emosional dan masalah-masalah yang sepele. (Hasil
persetujuan sosial dalam bentuk wawancara dengan guru BP, 1 April
konfirmasi orang lain merupakan 2011). Fenomen tersebut
pengaruh yang penting bagi rasa memperlihatkan bahwa para siswa
percaya diri remaja. Dukungan belum memilki kecakapan membaca
interpersonal yang positif dari teman situaisi diri dan lingkungan sekitarnya.
sebaya, pengaruh keluarga, dan proses Menurut Calhoun dan Acocella
pembelajaran yang baik dapat (2010) mendefinisikan kontrol diri
meminimalisir stres yang terjadi pada sebagai pengaturan proses fisik,
remaja. Karena pada masa remaja psikologis dan perilaku seseorang,
terjadi perubahan baik sikap, perilaku dengan kata lain serangkaian proses
dan perubahan fisik. yang membentuk dirinya sendiri.
Oleh karena itu dukungan Dalam hal ini remaja memiliki
teman sebaya yang muncul memiliki masalah dalam kemampuan coping
arti yang lebih mendalam, karena stres (mengatasi stres) baik stres di
adanya dukungan sosial ini mereka sekolah, di rumah, lingkungan maupun
percaya bahwa dicintai dan teman sebaya.
diperhatikan, berharga dan benilai, Coping stres ini adalah
menjadi jaringan sosial yang kemampuan yang sangat penting
dibutuhkan oleh sekitarnya. Masa untuk dimiliki setiap individu sebelum
remaja ini banyak perubahan yaitu ia menguasai keterampilan coping
perubahan fisik dan juga perubahan stres. Yakni kemampuan untuk peka
emosiaonal. Pada masa ini remaja juga terhadap perasaan atau respon-respon
cenderung mengarah kepada psikologis dan peristiwa tertentu.
komunitasnya, bereksperimen dengan Terutama pada remaja yang sedang
hal-hal baru, mencari kebahagian atau mengalami masalah ataupun kesulitan.
kesenangan, mencari perhatian, dan Untuk terus menerus mengasah
penghargaan dirinya. Seperti menurut keterampilan menghadapi stres.
House (1994), Thoist (1986) Tujuannya adalah untuk bertahan
mengatakan bahwa dukungan tema hidup di tengah situasi yang tidak
sebaya bersumber dari orang-orang menyenangkan. Kemampuan ini salah
yang memiliki hubungan yang berarti satu keterampilan psikologis yang
bagi individu seperti keluarga, teman dapat mendukung remaja pada
dekat, pasangan hidup, rekan kerja, keadaan emergensi, atau minimal saat
tetangga dan saudara.

56 Jurnal Soul, Vol. 5, No 2,September 2012


Kontrol Diri dan Dukungan Teman Sebaya Dengan Coping Stress Pada Remaja

situasi yang tidak terduga terjadi, serta memanagemen tingkah laku kepada
kejadian yang penuh tekanan. pemecahan masalah yang paling
Beberapa orang bisa sederhana dan realistis, berfungsi
menangani stres lebih baik dari pada untuk membebaskan diri dari masalah
orang lain, ini wajar karena setiap diri yang nyata maupun tidak nyata, dan
pada individu berbeda-beda. coping merupakan semua usaha secara
Pendidikan pada masa sekarang dan kognitif dan perilaku untuk mengatasi,
kepribadian individu sangat mengurangi, dan tahan terhadap
menentukan sikap-sikap dan harapan- tuntutan-tuntutan.
harapan individu. Setiap individu Coping stres ini adalah
menentukan cara menghadapi individu kemampuan yang sangat penting
harus bisa belajar lebih banyak untuk dimiliki setiap individu,
manfaat stres dan bagaimana cara terutama saat individu berada pada
mengelola stres. situasi yang mengancam. Terdapat
Banyak remaja yang beberapa hal yang mendasar untuk
mengalami tekanan atau stres tidak perlu dikuasai oleh individu sebelum
hanya dalam fenomena perkelahian di ia menguasai keterampilan coping
SMP PGRI Klapanunggal Bogor, stres. Yakni keterampilan untuk peka
tetapi juga terjadi ditempat lain terhadap perasaan atau respon-respon
seperti, stres menghadapi ujian seperti psikologis dan peristiwa tertentu.
(berita dalam Pos Kota , 7 april 2011) Coping stres artinya sendiri
yang menyebutkan Ujian Nasional adalah kemampuan mengatasi atau
menjadi sumber stres siswa SMP mengelola stres, dimana pada masa
Negri Tangerang-Banten, meski para remaja masalah stres kurang mampu
siswa dan siswi telah melakukan diselesaikan, sebab pada masa remaja
serangkaian acara pemantapan mata adalah tahap penyesuaian dan
pelajaran ataupun bimbingan belajar. perubahan, baik perubahan secara
Kejadian serupa juga terjadi di DKI emosional ataupun fisik. Namun,
dalam (Berita Kota) siswa takut dan dengan adanya dukungan teman
tertekan mengikuti ujian ulang yang sebaya remaja bisa manjadi lebih
diselenggarakan dikantor DPD. (berita paham atau mengerti dalam mangatasi
dalam Kota, 6 Mei 2010). masalah coping stres. Sebab dengan
Stres yang terjadi pada siswa adanya dukungan teman sebaya
tersebut bisa dikatakan sebagai sebuah remaja bisa lebih leluasa dalam
tekanan yang mempengaruhi perilaku. menceritakan permasalahan-
Artinya siswa tersebut tidak mampu permasalahan mereka dengan lebih
memahami, dan menghadapi stres. terbuka.
Pada dasarnya stres adalah bagian Berdasarkan uraian diatas
penting yang dibutuhkan dalam penulis ingin melihat sejauh mana
kehidupan Terry (dalam hubungan dukungan teman sebaya
Santrock,2007). Namun dibutuhkan yang terjadi pada remaja dan kontrol
kemampuan individu dalam mengatasi diri dengan kemampuan coping stres
stres (coping stres). pada remaja di SMP PGRI
Menurut Lazarus (1984) klapanunggal Bogor.
Coping merupakan strategi untuk

Jurnal Soul, Vol .5, No.2, September 2012 57


Agustina Ekasari dan Suhertin Yuliyana

Tujuan penelitian ini adalah 2008) mengemukakan bahwa


1) untuk ngetahui tingkat dukungan keterlibatan remaja dengan teman
teman sebaya pada remaja kelas 3 di sebayanya, selain menjadi sumber
SMP PGRI Klapanunggal Bogor. 2) dukungan emosional yang penting
Mengetahui hubungan dukungan sepajang masa transisi masa remaja.
teman sebaya dan kemampuan coping Sebuah grup sebaya remaja
stress pada remaja kelas 3 di SMP yang mungkin merujuk pada orang-
PGRI Klapanunggal Bogor. 3) orang tetangga, orang-orang tempat
Mengetahui hubungan kontrol diri dan ibadah, tim olahraga, kelompok
kemampuan coping stress pada remaja sahabat, dan teman Brown (dalam
kelas 3 di SMP PGRI Klapanunggal Santrock 2007). Teman sebaya
Bogor. 4) Mengetahui hubungan merupakan sumber penting dukung
dukungan teman sebaya dan kontrol social yang berpengaruh terhadap rasa
diri dengan kemampuan coping stress percaya diri remaja. Dukungan
pada remaja kelas 3 di SMP PGRI emosional dan persetujuan social
Klapanunggal Bogor. dalam bentuk konfirmasi dari orang
lain merupakan pengaruh yang penting
TINJAUAN TEORI bagi rasa percaya diri remaja
(Santrock, 2007).
Dukungan Teman Sebaya Remaja yang mendapatkan
Menurut Sarafino (1994) dukungan teman sebaya yang tinggi
berpendapat bahwa dukungan teman dari teman sebayanya akan merasa
sebaya adalah suatu kesenangan, dirinya dicintai, diperhatikan sehingga
perhatian, penghargaan, ataupun meningkatkan rasa harga diri mereka.
bantuan yang dirasakan dari orang lain Seseorang dengan harga diri yang
atau kelompok. Cobb (dalam Sarafino tinggi cenderung memilki rasa
1994) seseorang yang mendapatkan kepercayaan diri, keyakinan diri
dukungan teman sebaya percaya bahwa mereka mampu menguasai
bahwa mereka dicintai dan situasi dan memberikan hasil positif,
diperhatikan, berharga dan bernilai, dalam hal ini adalah keyakinan diri
dan menjadi bagian dari jaringan dalam menghadapi permasalahan.
sosial, seperti keluarga dan komunitas Keadaan ini akan membantu remaja
organisasi, yang dapat membekali dalam mengatasi stres yang sangat
kebaikan, pelayanan, dan saling berat.
memperhatikan ketika dibutuhkan. Sebaliknya, remaja yang
Sarason (1983) mengatakan bahwa dukungan sosialnya rendah dari teman
individu dengan dukungan teman sebayanya merasa bahwa dirinya
sebaya tinggi memiliki pengalaman terasing, kurang mendapatkan
hidup yang lebih baik, harga diri yang perhatian dan kasih sayang dari teman-
lebih tinggi, serta pandangan hidup teman sebayanya. Bahkan mereka
yag lebih positif dibandingkan dengan merasa sebagai orang yang tertolak
individu yang memiliki dukungan sehingga pengembangan harga dirinya
teman sebaya yang lebih rendah. rendah.
Menurut Robinson (dalam Papalia

58 Jurnal Soul, Vol. 5, No 2,September 2012


Kontrol Diri dan Dukungan Teman Sebaya Dengan Coping Stress Pada Remaja

mampu mengontrol kognitifnya


Kontrol Diri dengan baik, sehingga dapat
Menurut Gufron dan mengambil keputusan yang sesuai
Risnawati (2010) kontrol diri dengan permasalahan yang dihadapi
merupakan suatu kecakapan membaca remaja.
situasi diri dan lingkungannya. Selain
itu, juga kemampuan untuk CopingStress
mengontrol dan mengelola faktor- Stress merupakan pengalaman
faktor perilaku sesuai dengan situasi subjektif, sehingga setiap individu
dan kondisi untuk menampilkan diri dapat memiliki respon yang berbeda-
dalam melakukan sosialisasi beda terhadap stress. Stress dapat
kemampuan untuk mengendalikan berdampak secara fisik maupun
perilaku, kecenderungan menarik psikologis. Stress yang dialami oleh
perhatian, keinginan mengubah individu biasanya disertai dengan
perilaku agar sesuai untuk orang lain, ketegangan emosi dan ketegangan
dan menutupi perasaannya. Sedangkan fisik yang menyebabkan
Menurut Goldfried dan Merbau ( ketidaknyamanan. Situasi seperti ini
2010) mendefinisikan kontrol diri membuat individu termotivasi untuk
sebagai suatu kemampuan untuk melakukan suatu tindakan yang bias
menyusun, membimbing, mengatur, meredaka stress. Tindakan yang
dan mengarahkan bentuk perilaku dilakukan adalah coping (Sarafino,
yang dapat membawa individu kearah 2006).
konsekuensi positif. Kontrol diri Coping adalah tindakan
secara langsung sangat relevan untuk mental dan fisik untuk mengontrol,
melihat hubungan antara pribadi mengatur, mengurangi atau membuat
dengan lingkungan masyarakat dalam pengaruh stress baik dari eksternal dan
mengatur kesan masyarakat yang internal (Rice, 1992). Coping
sesuai dengan isyarat situasional merupakan usaha individu untuk
dalam bersikap dan berpendirian yang melakukan perubahan kognitif dan
efektif (Synder dan Gangestad 2010). perilaku yang tetap dalam upaya
Dari beberapa uraian di atas, dalam mengatur kebutuhan khusus
dapat disimpulkan bahwa kontrol diri ekstrenal dan internal yang dinilai
adalah suatu kemampuan menyusun, mengganggu atau melampaui sumber-
membimbing, mengatur, mengarahkan sumber yang dimiliki individu
perilaku, kecakapan membaca situasi, (Folkman, 1986). Sedangkan menurut
dan kemampuan membentuk diri (Lazarus, 1984) coping merupakan
sendiri. Sedangkan kontrol diri yang strategi untuk manajeman tingkah laku
rendah yaitu, tidak bisa mengontrol kepada pemecahan masalah yang
perilaku dengan baik, tidak bisa paling sederhaa dan realitas, berfungsi
mengontrol kognitif atau cara berpikir untuk membebaskan diri dari masalah
yang baik, tidak bisa mengambil yang nyata, dan coping merupaka dari
keputusan dan tindakan untuk semua usaha secara kognitif dan
penyelesaian suatu masalah yang perilaku untuk mengatasi, mengurangi,
terjadi. Sebaliknya jika kontrol diri dan tahan terhadap tuntutan-tuntutan.
yang tinggi seorang individu akan

Jurnal Soul, Vol .5, No.2, September 2012 59


Agustina Ekasari dan Suhertin Yuliyana

Coping terpusat pada depresinya bisa diatasi atau dikelola


masalah, yaitu usaha-usaha individu dengan baik.
untuk mengurangi atau menghilangkan Menurut Adams dan Gullota
stres yang dirasaka dengan tidak (1997), masa remaja meliputi usia
menghadapi stres secara langsung antara 11 hingga 20 tahun. Masa
tetapi lebih pada untuk remaja adalah masa menyenangkan
mempertahankan keseimbangan sekaligus masa tersulit bagi kehidupan
afeksi. Folkman dan (Lazarus, 1998), seseorang. Di masa ini seorang anak
coping merupakan usaha kognitif, mencari jati diri. Seorang remaja tidak
emosi, dan perilaku seseorang saat lagi dapat disebut sebagai anak kecil,
memodifikasi, beradaptasi atau tetapi belum juga dapat dianggap
menghilangkan stressor yang sebagai orang dewasa disatu sisi
mengancam dirinya. Penelitian remaja ingin bebas dan mandiri, lepas
mengidentifikasikan bahwa coping dari pengaruh orang tua disisi lain
memiliki peranan penting dalam pada dasarnya remaja tetap
interaksi antara situasi stres dan membutuhkan bantuan, perlindungan
adaptasi (Rutter, 2008). Pemulihan orang tua serta dukungan teman
individu cenderung menggunakan sebaya.
strategi coping yang aktif seperti Seseorang yang mendapatkan
merubah lingkungan atau dukungan teman sebaya percaya
merencanakan aktifitas, untuk bahwa mereka dicintai dan
mengatur situasi yang menyebabkan diperhatikan, berharga dan bernilai,
stres (Cambells, 2008). dan menjadi bagian dari jaringan
Berdasakan uraian diatas, social, seperti keluarga, dan komunitas
dapat disimpulkan bahwa coping organisasi, yang dapat membekali
stress merupakan perubahan kognitif kebaikan, pelayanan, dan saling
dan perilaku yang tetap, dimana memperhatikan ketika dibutuhkan.
meliputi segala usaha untuk Pada diri remaja sendiri sebenarnya
menghadapi tuntutan eksternal dan masih banyak permasalahan-
internal yang terjadi pada diri permasalahan yang belum dapat
seseorang. Dengan cara memodifikasi, diselesaikan oleh remaja atau dalam
beradaptasi atau menghilangkan hal mengatasi masalah coping stress
stressor yang mengancam dirinya. yang artinya cara mengelola stress.
Individu atau remaja yang memiliki Menurut Lazarus (1984),
tingkat coping stress yang rendah coping stress merupakan strategi
biasanya depresinya lebih tinggi, untuk memanajemen tingkah laku
tingkat tekanan psikologisnya kepada pemecahan masalah yang
meningkat, menurunnya rasa sosialisi paling sederhana dan realitas,
(Michel, 2011). Sedangkan pengertian berfungsi untuk membebaskan diri
tingkat coping stress yang tinggi dari masalah yang nyata, dan coping
menurut (Michel, 2011), tingkat merupakan semua usaha secara
tekanan psikologisnya rendah, daya kognitif dan perilaku untuk mengatasi,
sosialisasinya tinggi dan tingkat mengurangi dan tahan terhadap
tuntutan-tuntutan. Dan kebanyakan

60 Jurnal Soul, Vol. 5, No 2,September 2012


Kontrol Diri dan Dukungan Teman Sebaya Dengan Coping Stress Pada Remaja

remaja belum dapat membedakan adanya kemampuan kontrol diri pada


mana permasalahan berat dan mana diri remaja tersebut.
masalah yang sepele.
Sehingga dalam diri remaja METODE
memerlukan yang namanya kontrol
diri, dan dari hasil penelitian ternyata Populasi dan Sampel
kontrol diri mempunyai peranan Populasi dalam penelitian ini
penting dalam pengendalian diri adalah kelas 3 SMP PGRI
remaja dan cara mengatasi Klapanunggal yang terdiri dari 150.
permasalahan remaja yang baru Jumlah tersebut terbagi atas siswa
dilakukan Santrock (2003). Dan pola laki-laki 65 orang dan perempuan 85
asuh orangtua yang efektif dimasa orang dengan rentang usia 15 sampai
remaja (penerapan strategi yang 16 tahun kelas 3A, 3B, 3C, 3D, 3E.
konsisten yang berpusat pada masa SMP PGRI Klapanunggal Bogor pada
remaja) berhubungan dengan tahun ajaran 2011.
dicapainya kontrol diri oleh anak. Pengambilan sampel
dukungan teman sebaya dilakukan dengan menggunakan cara
berarti teman-teman yang sesuai dan simple random sampling, dimana
sejenis, perkumpulan atau kelompok- penarikan sampel didasarkan atas
kelompok yang mempunyai sifat-sifat pemikiran bahwa keseluruhan unit
dari satu jenis Sudarsono (1997). populasi memiliki kesempatan yang
Teman sebaya adalah anak-anak atau sama untuk dijadikan sampel. Dengan
remaja dengan tingkat usia atau demikian peneliti dapat
tingkat kedewasaan yang sama memperkirakan besarnya error dalam
Santrock (2003). Selanjutnya Sarwono pengambilan sampling (sampling
(2005), kelompok teman sebaya error). Dalam penelitian ini sampelnya
adalah kumpulan dua individu atau adalah 60 siswa-siswi SMP PGRI
lebih yang berinteraksi tatap muka, Klapanunggal Bogor pada kelas IX
yang masing-masing menyadari (kelas 9) tanpa harus membedakan
keanggotaannya dalam kelompok dana jenis kelamin.
masing-masing menyadari saling
ketergantungan dalam mencapai Cara Pengumpulan Data
tujuan bersama. Cara pengumpulan data yang
Berdasarkan uraian di atas digunakan dalam penelitian ini adalah
biasa dikatakan bahwa dukungan dengan melakukan observasi,
teman sebaya dan kontrol diri sangat wawancara, dan memberikan
mempengaruhi kemampuan coping kuesioner (angket) yang langsung
stress pada remaja kelas 3 di SMP diberikan kepada sumber data primer
PGRI Klapanungga Bogor. (responden) dalam bentuk pernyataan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka Untuk mengungkapkan ketiga variabel
dapat dikatakan bahwa tingkat peer dalam penelitian ini digunakan suatu
group atau dukungan teman sebaya kuesioner atau skala yang
yang tinggi pada remaja bisa penyusunannya dibuat berdasarkan
memuculkan kemampuan coping pernyataan-pernyataan dari indikator
stress yang baik yang didukung oleh perilaku yang diukur (diamati), dan

Jurnal Soul, Vol .5, No.2, September 2012 61


Agustina Ekasari dan Suhertin Yuliyana

dalam penelitian ini digunakan skala dan Rini (2010), yang meliputi
model likert (sangat setuju, setuju, dimensi kontrol diri perilaku, kontrol
tidak setuju dan sangat tidak setuju). kognitif, kontrol keputusan. Hasil uji
Kuesioner yang digunakan dalam validitas yang dilakukan terhadap 30
penelitian ini yaitu skala dukungan item skala kontrol diri yang disebar
teman sebaya yang merupakan kepada 20 responden, diperoleh 18
variabel bebas pertama (X1), kontrol item yang dinyatakan valid pada
diri yang merupakan variabel bebas signifikan 5% (0.05;18) = 0,299 dan
kedua (X2), dan coping stres yang tersisa 12 item yang dinyatakan tidak
merupakan variabel terikat (Y). Skala valid (gugur). Penghitungan uji
akan diberikan beberapa pernyataan reliabilitas terhadap skala kontrol diri
dengan dua kategori, pertama adalah menghasilkan nilai koefisien korelasi
pernyataan yang bersifat favourable atau r alpha = 0,761 pada taraf signifikan
dan yang kedua adalah pernyataan 5% .
yang unfavourable. Item favourable Skala Coping Stres disusun
dan unfavourable adalah dimaksudkan berdasarkan teori menurut Lazarus
untuk memberikan alternatif jawaban (1984), memiliki dua dimensi yaitu :
subjek, sehingga lebih bebas dalam emotion-focused coping, problem-
mengungkapkan hal-hal yang sesuai focused coping. Hasil uji validitas
atau tidak dengan keadaan dirinya. yang dilakukan terhadap 40 item skala
Sebelum didigunakan dalam coping stres yang disebar kepada 20
pengambilan data semua instrumen responden, diperoleh 22 item yang
dilakukan pengujian reliabilitas dan dinyatakan valid pada signifikan 5%
validitas. Skala Dukungan Teman (0.05;18) = 0,299 dan tersisa 18 item
Sebaya disusun berdasarkan pada yang dinyatakan tidak valid (gugur).
teori Cohen dan Wills (dalam Penghitungan uji reliabilitas terhadap
Sarafino, 1994), yang meliputi skala coping stres menghasilkan nilai
dimensi emosional, dimensi koefisien korelasi atau r alpha = 0,660
penghargaan, dimensi instrumental, pada taraf signifikan 5%.
dimensi informative, dimensi jaringan
sosial. Hasil uji validitas yang Analisis Data
dilakukan terhadap 50 item skala Kegiatan dalam analisis data
dukungan teman sebaya yang disebar adalah mengelompokkan data
kepada 20 responden, diperoleh 25 berdasarkan variabel atau jenis
item yang dinyatakan valid pada responden, menstabulasi data
signifikan 5% (0.05;18) = 0,299 dan berdasarkan variabel dari seluruh
tersisa 25 item yang dinyatakan tidak responden, menyajikan data tiap
valid (gugur). Penghitungan uji variabel yang diteliti, melakukan
reliabilitas terhadap skala dukungan perhitungan untuk menguji hipotesis
teman sebaya menghasilkan nilai yang telah diajukan. Analisis
koefisien korelasi atau r alpha = 0,769 karakteristik variabel pada responden
pada taraf signifikan 5%. menggunakan metode statistik
Skala Kontrol Diri disusun analisis deskriptif. Selanjutnya
berdasarkan pada teori dari M. Gufron karakteristik variabel, responden

62 Jurnal Soul, Vol. 5, No 2,September 2012


Kontrol Diri dan Dukungan Teman Sebaya Dengan Coping Stress Pada Remaja

dikategorisasikan dengan Skor 62 33 50


menggunakan rumus kategorisasi min
jenjang (Azwar , 2008) dengan Skor 88 61 68
kategorisasi rendah, sedang dan tinggi. mak
Sedangkan untuk menganalisis mean 62 50.4 62
hubungan antar variable dengan
Korelasi Rank Spearman sedangkan
untuk mengetahui pengaruh Hubungan Dukungan Teman
menggunakan Regresi Linear Ganda. Sebaya dan Kontrol diri dengan
Coping Stres
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji kolerasi product
moment antara variabel dukungan
Karakteristik Responden teman sebaya dan coping stres
Subjek memiliki tingkat usia diperoleh koefisien kolerasi r = 0, 485
antara 13-16 tahun. Siswa-siswi dengan probabilitas (0,000) < α (0,
dengan usia 15 tahun berjumlah 35 05). Artinya hubungan antara
siswa atau 58 %, usia 16 tahun 25 dukungan teman sebaya dengan
siswa atau 41 %. Sedangkan jenis coping stres terdapat kolerasi yang
kelamin responden laki-laki berjumlah sedang atau cukup. Hal ini
29 siswa atau 48 %, dan siswi berjenis mengandung makna bahwa tingkat
kelamin perempuan berjumlah 31 dukungan teman sebaya yang
siswi atau 51 %. diperoleh remaja seiring kemampuan
Tabel 1 menunjukkan sebaran coping stress pada remaja kelas 3 di
kategori setiap variable. Dukungan SMP PGRI Klapanunggal Bogor
teman sebaya yang diperoleh remaja Uji korelasi antara kontrol diri
sebagian besar ( dalam kategori dan coping stress nilai r sebesar 0,291
sedang. Kontrol diri yang dimiliki dengan probabilitas (0,000) < α (0, 05)
remaja sebagian besar sedang (93%). yang menunjukkan bahwa terdapat
Demikian pula coping stress hubungan positif antara kontrol diri
responden dalam kategori sedang dengank kemampuan coping stres .
(97%). Dengan melihat besar nilai
koefisiennya menunjukkan bahwa
Tabel 1 Sebaran kategori setiap kontrol diri dan coping stress
variable hubungan positif yang kurang nyata.
Interpretasi data tersebut
Dukungan menunjukkan bahwa nilai r dukungan
Kontrol Coping teman sebaya dengan kontrol diri
Kategori teman
diri stress sebesar 0,417(**) yang menunjukkan
sebaya
Tinggi 9 siswa 3 siswa 1siswa bahwa hubungan antara dukungan
(15%) (5%) (2%) teman sebaya dengan kontrol diri
Sedang 48 siswa 56 58 adalah positif dan memiliki korelasi
(80 %) siswa siswa yang sedang. Hal ini dapat diartikan
(93 %) (97 %) bahwa semakin tinggi dukungan
rendah 3 siswa 1 siswa 1 siswa teman sebaya seseorang, maka
(5%) (2%) (2%)
semakin tinggi kontrol diri. Dari hasil
pengolahan data variabel dukungan
Jurnal Soul, Vol .5, No.2, September 2012 63
Agustina Ekasari dan Suhertin Yuliyana

teman sebaya dengan kontrol diri ketegangan, memebantu dalam


diperoleh koefisien determinan sebesar menyelesaikan masalah yang sedang
14%, artinya variabel dukungan teman dihadapi oleh remaja, dan memberikan
sebaya menyumbang 14% untuk bantuan kepada remaja dalam
kontrol diri. menstabilkan emosisnya. 2)
Lingkungan Sekolah. Kehadiran di
Diskusi sekolah merupakan perluasan
Berdasarkan hasil penelitian lingkungan sosialnya dalam proses
ditemukan hubungan antara dukungan sosialisai remaja dan sekaligus
teman sebaya dan kontrol diri dengan merupakan factor lingkungan baru
kemampuan Coping Stres pada remaja yang sangat menantang atau bahkan
kelas 3 di SMP PGRI. Remaja yang mencemaskan dirinya. Para guru dan
memiliki tingkat kontrol diri yang baik teman-teman sebaya disekolah
akan mampu menangani masalah- membentuk suatu system yang
masalah yang ada pada dirinya, kemudian menjadi semacam
lingkungan, teman sebaya, keluarga lingkungan norma bagi diri remaja itu
bahkan organisasi yang diikuti oleh sendiri. 3) Lingkungan Masyarakat.
remaja. Dalam hal ini akan membantu Salah satu masalah yang dialami oleh
proses coping stress yang lebih baik remaja dalam proses sosialnya adalah
dimana yang menjadi sumber stressor bahwa tidak jarang masyarakat
akan di jadikan peningkat semangat. bersikap tidak konsisten terhadap
Dan bergaul dengan teman sebaya remaja. Di satu sisi remaja dianggap
merupakan bantuan dari seseorang sudah mulai beranjak dewasa, namun
yang kemudian diberikan kepada kenyataannya di sisi lain mereka tidak
orang lain yang berusia lebih kurang berikan kesempatan atau peran penuh
sama, dimana dukungan tersebut sebagaimana orang yang suda dewasa.
bertujuan memberikan motifasi atau Untuk masalah-masalah yang
menimbulkan minat dalam diri dipandang penting dan menentukan,
seseorang ketika melakukan kegiatan remaja masih sering dianggap anak
(Widiastuti, 2004). kecil sehingga menimbulkan
Adapun factor-faktor yang kekecewaan atau kejengkelan pada
mempengaruhi perkembangan remaja. Keadaan semacam ini sering
dukungan teman sebaya remaja kelas 3 kali menjadi penghambat
di SMP PGRI Klapanunggal Bogor perkembangan sosial remaja.
adalah1) Lingkungan keluarga. Ada Sebagaimana dalam
sejumlah faktor dari dalam keluarga lingkungan keluarga dan sekolah maka
yang sangat dibutuhkan oleh remaja kehidupan dalam masyarakat yang
dalam proses perkembangan sosialnya, kondusif juga sangat diharapkan
yaitu kebutuhan aka rasa aman, kemunculannya bagi perkembangan
meliputi perasaan aman secara hubungan sosial remaja. Remaja telah
material dan mental. Perasaan aman mengarungi perjalanan masa mencari
secara mental berarti pemenuhan oleh jati diri sehingga factor keteladanan da
orang tua berupa perlindungan kekonsistenan system nilai dan norma
emosional, menjauhkan dari dalam masyarakat juga menjadi

64 Jurnal Soul, Vol. 5, No 2,September 2012


Kontrol Diri dan Dukungan Teman Sebaya Dengan Coping Stress Pada Remaja

sesuatu yang sangat penting. penurunan tingkat kenakalan remaja


Toegogoel P. Siagian (dalam M. karena sitem pendidikan di sekolah
asrori, 2010) mengatakan bahwa, masa juga terjadi peningkatan. Sekolah
remaja adalah masa untuk menentuka memberikan sarana bagi siswa-siswi
identitas dan menentukan arah, tetapi untuk lebih berkreasi ketimbang
masa yang sulit ini menjadi bertambah berkelahi seperti : ruangan untuk band,
sulit oleh adanya kontadiksi dalam ruangan kesenian karawitan,
masyarakat. organisasi-organisai pengenbangan
Hasil penelitian yang bakat remaja, perpustakaan, ruang
dilakukan pada siswa kelas 3 di SMP elektronik, ruang komputer, musolah,
PGRI Klapanunggal Bogor dukungan kantin. Penambahan guru BK serta
teman sebaya pada kategori sedang, fasilitas ruang kedap suara yang
hal tersebut menunjukkan bahwa sangat digemari siswa-siswi untuk
kedekatan antar siswa dan siswi SMP berkonsultasi dengan guru-guru BK.
kelas 3 di PGRI klapanunggal
memiliki cukup baik. Misalkan dalam SIMPULAN DAN SARAN
hal pertemanan, kekompakkan dalam
melakukan kegiatan-kegiatan yang Simpulan
dilakukan di dalam lingkungan Tingkat dukungan teman
sekolah, juga saat seorang teman sebaya, kontrol diri dan kemampuna
memilki masalah dalam belajar, maka coping stress pada remaja di SMP
teman lain akan membantu siswa yang PGRI Klapanunggal Bogor sebagian
kesulitan tersbut, bahkan juga saat besar pada kategori sedang. Terdapat
sekolah mengadakan perlombaam. hubungan positif antara dukungan
Seperi lomba gerak jalan antar sekolah teman sebaya dan kontrol diri dengan
dimana satu sama lain siswa kelas 3 kemampuan coping stress pada remaja
yang lebih senior saling bekerja sama di SMP PGRI Klapanunggal Bogor.
menjadi panitia dalam pembentukan
anggota lomba. Kehadiran remaja did Saran
lam lingkungan sekolah mampu Penelitian yang sejenis akan
meningkatka rasa solidaritas, dan lebih berarti jika dilakukan pada
kedekatan antara murid dan guru yang wilayah populasi yang lebih luas yang
nantinya membentuk suatu lingkungan lebih mendorong anggota populasinya
sosialitas sekolah. untuk memiliki motivasi berprestasi
Seiirng dengan meningkatnya tinggi. Penelitian selanjutnya juga
dukungan teman sebaya yang di dapat dilanjutkan dengan
dapatkan remaja maka meningkat pula mempertimbangkan status sosial, latar
kontrol diri pada remaja SMP kelas 3 belakang keluarga, kebudayaan,
di PGRI Klapanunggal Bogor. tingkat ekonomi, latar belakang
Kontrol diri tersebut mampu pendidikan, dan kelompok acuan.
membendung peningkatan kasus
tawuran dan perkelahian baik dengan
lingkungan diluar sekolah, maupun
dengan teman satu sekolah sendiri.
Lingkungan sekolah juga mendukung

Jurnal Soul, Vol .5, No.2, September 2012 65


Agustina Ekasari dan Suhertin Yuliyana

DAFTAR PUSTAKA Ghufron, M. 2010. Teori-teori


Psikologi. Yogyakarta :
Arikunto, Suharsimi.1997. Prosedur Perpustakaan Nasional
Penelitian Suatu Pendekatan Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Praktek. Jakarta : Rineka Kuantitatif Kualitatif Dan
Cipta. R&D. Bandung : Alfabeta.
Azwar, Saifudin.2001. Reliabilitas Wawan, A. 2010. Teori dan
dan Validitas. Yogyakarta : Pengukuran. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar. Nuha Medika.
Hadi, Soetrisno. 2004. Statistic. Oka, Abdurahman. 2009. Stress.
Yogyakarta : Andi Yogyakarta : Surya Media.
Hurlock, Elizabeth B. 1994. Psikologi Santrock, W John. 2007.
Perkembangan Suatu Perkembangan Anak. Jakarta :
Pendekatan Sepanjang Erlangga.
Rentang Kehidupan edisi Sarwono, Wiraman sarlito. 2004.
kelima. Jakarta : Erlangga. Psikologi Remaja. Jakarta :
Kerlinger, N. Fred. 2000. Asas-asas PT. Raja Grafindo.
Penelitian Behavioral Bimo, Walgito. 2005. Bimbingan
(Terjemahan). Edisi Ketiga. Koseling. Yogyakarta : Andi
Yogyakarta : Gajahmada Offiest.
Univercity Press.
Nazir, Muhammad. 2005. Metode
Penelitian. Bogor : Ghalia
Indonesia.
Pratisto, Arif. 2004. Cara Mudah
Mengatasi Masalah Statistik
dan Rancangan Percobaan
dengan SPSS 12. Jakarta :
Gramedia.
Sudijono, Anas. 1996. Pengantar
Statistik Pendidikan. Jakarta :
Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. 2004. Metode Statistik.
Bandung : Tarsito.
Sugiyono. 2005. Statistika untuk
Penelitian. Bandung :
Alfabeta.
Suryabrata, Sumadi. 1998. Metodologi
Penelitian I. Jakarta : Raja
Grafindo.
Ali, Muhammad. 2010. Psikologi
Remaja. Jakarta :PT Bumi
Aksara.

66 Jurnal Soul, Vol. 5, No 2,September 2012

Anda mungkin juga menyukai