Anda di halaman 1dari 14

Makalah Kesehatan Mental

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Mental,

oleh dosen pembina

Dra. Mutingatu Sholichah, M.Si.

Disusun Oleh:

1. Wahyu Anggraeni 1700013140


2. Inka Anggisari 1700013139
3. Shovia Syah P 1700013080
4. Amallia Hasya SR 1700013109
5. Yuli Anggun P 1700013113
6. Natasya Aulya R 1700013088

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan anugerah-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Orang Sehat menurut
pandangan Freud Psikodinamika”, yang merupakan salah satu tugas mata kuliah
kesehatan mental.

Kami menyadari bahwa keberhasilan penulisan makalah ini tidak terlepas dari
dukungan, dorongan, bantuan, penyedia fasilitas, dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Dra. Mutingatu
Sholichah, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah kesehatan mental.

Kami senantiasa menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak demi penyempurnaan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini
dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan dan menjadi amal ibadah.
Aamiin.

Wassalamualaikum wr. wb.

Yogyakarta, 27 September 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………………

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………….

DAFTAR ISI .............................................................................................................. …

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH ……………………………………………………

1.2 TUJUAN PENULISAN ……………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………

2.1 TEORI PSIKOANALISIS…………………………………………………………..…

2.2 DINAMIKA KEPRIBADIAN…………………………………………………………..

2.3 PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN………………………………………………….

2.4 ANALISIS ORANG SEHAT MENURUT FREUD………………………………….

BAB III PENUTUP .................................................................................................... ….

3.1 KESIMPULAN………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Teori psikodinamika atau tradisi klinis berangkat dari dua asumsi dasar. Pertama,
manusia adalah bagian dari dunia binatang. Kedua, manusia adalah bagian dari sistem
enerji. Kunci utama untuk memahami manusia menurut paradigma psikodinamika
adalah mengenali semua sumber terjadinya perilaku, baik itu berupa dorongan yang
disadari maupun yang tidak disadari.

Teori psikodinamika ditemukan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Dia memberi


nama aliran psikologi yang dia kembangkan sebagai psikoanalisis. Banyak pakar yang
kemudia ikut memakai paradigma psikoanalisis untuk mengembangkan teori
kepribadiannya, seperti : Carl Gustav Jung, Alfred Adler, serta tokoh-tokoh lain seperti
Anna Freud, Karen Horney, Eric Fromm, dan Harry Stack Sullivan. Teori psikodinamika
berkembang cepat dan luas karena masyarakat luas terbiasa memandang gangguan
tingkah laku sebagai penyakit (Alwisol, 2005 : 3-4).

Ada beberapa teori kepribadian yang termasuk teori psikodinamika, yaitu :


psikoanalisis, psikologi individual, psikologi analitis, dan neo freudianisme. Berikut ini
dikemukakan pokok-pokok dari teori psikoanalisis, psikologi individual, dan psikologi
analitis.

1.2 TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:


1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah kesehatan mental,
2. Untuk mengetahui apa yang terjadi dengan orang sehat menurut teori
psikodinamika Freud
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Psikoanalisis

Teori Psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis dapat


dipandang sebagai teknik terapi dan sebagai aliran psikologi. Sebagai aliran psikologi,
psikoanalisis banyak berbicara mengenai kepribadian, khususnya dari segi struktur,
dinamika, dan perkembangannya.

1. Struktur Kepribadian

Menurut Freud (Alwisol, 2005 : 17), kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran,
yaitu sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious). Sampai
dengan tahun 1920an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur
tersebut. Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain,
yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Struktur baru ini tidak mengganti struktur
lama, tetapi melengkapi gambaran mental terutama dalam fungsi dan tujuannya
(Awisol, 2005 : 17).

Freud berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu sistem yang terdiri dari 3
unsur, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich (dalam bahasa Inggris dinyatakan
dengan the Id, the Ego, dan the Super Ego), yang masing memiliki asal, aspek, fungsi,
prinsip operasi, dan perlengkapan sendiri.

a. Das Es

Das Es yang dalam bahasa Inggris disebut The Id adalah aspek kepribadian yang
dimiliki individu sejak lahir. Jadi das Es merupakan factor pembawaan. Das Es
merupakan aspek biologis dari kepribadian yang berupa dorongan-dorongan instintif
yang fungsinya untuk mempertahankan konstansi atau keseimbangan. Misalnya rasa
lapar dan haus muncul jika tubuh membutuhkan makanan dan minuman. Dengan
munculnya rasa lapar dan haus individu berusaha mempertahankan keseimbangan
hidupnya dengan berusaha memperoleh makanan dan minuman.
Menurut Freud, das Es berfungsi berdasarkan prinsip kesenangan (pleasure
principle), munculnya dorongan-dorongan yang merupakan manifestasi das Es, adalah
dalam rangka membawa individu ke dalam keadaan seimbang. Jika ini terpenuhi maka
rasa puas atau senang akan diperoleh. Perlengkapan yang dimiliki das Es menurut
Freud berupa gerak-gerak refleks, yaitu gerakan yang terjadi secara spontan misalnya
aktivitas bernafas untuk memperoleh oksigen dan kerdipan mata. Selain gerak refleks,
das Es juga memiliki perlengkapan berupa proses primer, misalnya mengatasi lapar
dengan membayangkan makanan.

b. Das Ich

Das Ich yang dalam bahasa Inggris disebut The Ego merupakan aspek kepribadian
yang diperoleh sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Menurut Freud,
das Ich merupakan aspek psikologis dari kepribadian yang fungsinya mengarahkan
individu pada realitas atas dasar prinsip realitas (reality principle). Misal ketika individu
lapar secara realistis hanya dapat diatasi dengan makan. Dalam hal ini das Ich
mempertimbangkan bagaimana cara memperoleh makanan. Dan jika kemudian
terdapat makanan, apakah makanan tersebut layak untuk dimakan atau tidak. Dengan
demikian das Ich dalam berfungsinya melibatkan proses kejiwaan yang tidak simple
dan untuk itu Freud menyebut perlengkapan untuk berfungsinya das Ich dengan proses
sekunder.

c. Das Ueber Ich

Das Ueber Ich atau the Super Ego adalah aspek sosiologis dari kepribadian, yang
isinya berupa nilai-nilai atau aturan-aturan yang sifatnya normative. Menurut Freud das
Ueber Ich terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai dari figur-figur yang berperan,
berpengaruh atau berarti bagi individu. Aspek kepribadian ini memiliki fungsi :

1) sebagai pengendali das Es agar dorongan-dorongan das Es disalurkan dalam bentuk


aktivitas yang dapoat diterima masyarakat;.

2) mengarahkan das Ich pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan prinsip-prinsip moral;

3) mendorong individu kepada kesempurnaan.


Dalam menjalankan tugasnya das Ueber Ich dilengkapi dengan conscientia atau nurani
dan ego ideal. Freud menyatakan bahwa conscentia berkembang melalui internalisasi
dari peri-ngatan dan hukuman, sedangkan ego ideal berasal dari pujian dan contoh-
contoh positif yang diberikan kepada anak-anak.

2.2 Dinamika Kepribadian


a. Distribusi energi

Dinamika kepribadian, menurut Freud bagaimana energi psikis didistribusikan dan


dipergunakan oleh das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Freud menyatakan bahwa enerji
yang ada pada individu berasal dari sumber yang sama yaitu makanan yang
dikonsumsi. Bahwa enerji manusia dibedakan hanya dari penggunaannya, enerji untuk
aktivitas fisik disebut enerji fisik, dan enerji yang dunakan untuk aktivitas psikis disebut
enerji psikis.

Menurut Freud jumlah energy itu terbatas sehingga terjadi semacam persaingan di
antara ketiga aspek kepribadian untuk memperoleh dan menggunakannya. Jika salah
satu aspek banyak menggunakan energi maka aspek kepribadian yang lain menjadi
lemah.

Freud menyatakan bahwa pada mulanya yang memiliki enerji hanyalah das Es saja.
Melalui mekanisme yang oleh Freud disebut identifikasi, energi tersebut diberikan oleh
das Es kepada das Ich dan das Ueber Ich.

b. Mekanisme pertahanan ego

Menurut Freud, mekanisme pertahanan ego (ego defence mechanism) sebagai


strategi yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-
dorngan das Es maupun untuk menghadapi tekanan das Uber Ich atas das Ich, dengan
tujuan kecemasan yang dialami individu dapat dikurangi atau diredakan (Koeswara,
1991 : 46).
Freud menyatakan bahwa mekanisme pertahanan ego itu adalah mekanisme yang
rumit dan banyak macamnya. Berikut ini 7 macam mekanisme pertahanan ego yang
menurut Freud umum dijumpai (Koeswara, 1991 : 46-48).

1) Represi, yaitu mekanisme yang dilakukan ego untuk meredakan kecemasan


dengan cara menekan dorongan-dorongan yang menjadi penyebab kecemasan
tersebut ke dalam ketidak sadaran.

2) Sublimasi, adalah mekanisme pertahanan ego yang ditujukan untuk mencegah


atau meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan menyesuaikan dorongan
primitif das Es yang menjadi penyebab kecemasan ke dalam bentuk tingkah laku yang
bisa diterima, dan bahkan dihargai oleh masyarakat.

3) Proyeksi, adalah pengalihan dorongan, sikap, atau tingkah laku yang


menimbulkan kecemasan kepada orang lain.

4) Displacement, adalah pengungkapan dorongan yang menimbulkan kecemasan


kepada objek atau individu yang kurang berbahaya dibanding individu semula.

5) Rasionalisasi, menunjuk kepada upaya individu memutarbalikkan kenyataan,


dalam hal ini kenyataan yang mengamcam ego, melalui dalih tertentu yang seakan-
akan masuk akal. Rasionalissasi sering dibedakan menjadi dua : sour grape technique
dan sweet orange technique.

6) Pembentukan reaksi, adalah upaya mengatasi kecemasan karena insdividu


memiliki dorongan yang bertentangan dengan norma, dengan cara berbuat sebaliknya.

7) Regresi, adalah upaya mengatasi kecemasan dengan bertinkah laku yang tidak
sesuai dengan tingkat perkembangannya.

3. Perkembangan Kepribadian
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian

Perkembangan kepribadian individu menurut Freud, dipengauhi oleh kematangan


dan cara-cara individu mengatasi ketegangan. Menurut Freud, kematangan adalah
pengaruh asli dari dalam diri manusia. Ketegangan dapat timbul karena adanya
frustrasi, konflik, dan ancaman. Upaya mengatasi ketegangan ini dilakukan individu
dengan : identifikasi, sublimasi, dan mekanisme pertahanan ego.

b. Tahap-tahap perkembangan kepribadian

Menurut Freud, kepribadian individu telah terbentuk pada akhir tahun ke lima, dan
perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur
dasar itu. Selanjutnya Freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian
berlangsung melalui 6 fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada daerah-daerah
erogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitif terhadap rangsangan. Ke enam fase
perkembangan kepribadian adalah sebagai berikut (Sumadi Suryabrata, 1982 : 172-
173).1) Fase oral (oral stage): 0 sampai kira-kira 18 bulan Bagian tubuh yang sensitif
terhadap rangsangan adalah mulut. 2) Fase anal (anal stage) : kira-kira usia 18 bulan
sampai 3 tahun. Pada fase ini bagian tubuh yang sensitif adalah anus. 3) Fase falis
(phallic stage) : kira-kira usia 3 sampai 6 tahun. Bagian tubuh yang sensitif pada fase
falis adalah alat kelamin. 4) Fase laten (latency stage) : kira-kira usia 6 sampai
pubertas Pada fase ini dorongan seks cenderung bersifat laten atau tertekan. 5) Fase
genital (genital stage): terjadi sejak individu memasuki pubertas dan selanjutnya.
Pada masa ini individu telah mengalami kematangan pada organ reproduksi.

2.4 ANALISIS PEMBAHASAN MENGENAI ORANG SEHAT MENURUT FREUD

Dalam pandangn Frued, apa yang dilakukan manusia khususnya yang di


inginkan, dicita-citakan, dikehendaki untuk sebagian besar tidak disadari oleh yang
bersangkutan. Hal ini dinamakan “ketidaksadaran dinamis”, ketidaksadaran yang
mengerjakan sesuatu. Dengan pandangan seperti itu,frued telah melakukan sebuah
revolusi terhadap pandangan tentang manusia. Karena, psikologi sebelumnya hanya
menyelidiki hal-hal yang disadari saja. Segala perilaku yang di luar kesadaran manusia
dianggap bukan wilayah kajian psikologi. Pendekatan psikodinamika terhadap psikologi
berpusat pada proses-proses bawah sadar yang mempengaruhi perilaku. Teori
psikodinamika yang paling terkenal adalah teori dari Freud, yaitu teori ”struktur”
kepribadian, pertahanan ego, perkembangan psikoseksual, dan teori mimpi.
Asumsi-asumsi penting psikologi psikodinamika adalah:
1. Perilaku dan perasaan orang dewasa (termasuk masalah-masalah psikologis)
berasal dari pengalaman masa kecil

2.Hubungan antar manusia (terutama hubungan orang tua-anak) sangat penting


dalam menentukan perasaan dan perilaku manusia.

3. Perilaku dan perasaan sangat dipengaruhi oleh makna kejadian-kejadian


dalam pikiran bawah sadar dan motif-motif bawah sadar

4. Berlawanan dengan cabang-cabang lain dalam psikologi yang sangat


menekankan penelitian sistematis dan ilmiah, psikologi psikodinamika mencari
informasi melalui mimpi, gejala, tingkahlaku yang tidak masuk akal, dan semua ucapan
pasien selama terapi. Dia berpendapat bahwa perkembangan jiwa atau kepribadian
seseorang ditentukan oleh komponen dasar yang bersifat sosio-efektif, yakni
ketegangan yang ada di dalam diri seseorang itu ikut menentukan dinamikanya
ditengah-tengah lingkungannya. Sehingga freud membagi struktur kepribadian atau jiwa
seseorang menjadi tiga yaitu:

1. Id (das es) bisa dikaitkan dalam islam dengan nafsu

2. Ego (das ich) bisa disebut juga dengan akal

3. Superego (das ueber es) bisa disebut dengan hati nurani.

Menurut Freud ,seseorang bukan terletak pada apa yang ia tampilkan secara sadar ,
melainkan apa yang tersembunyi dalam ketidaksadarannya. Pendekatan
mengutamakan isi ketidaksadaran seseorang. Seseorang dikatakan sehat jika antara
id, ego dan super ego seimbang. Individu yang memiliki kepribadian sehat seringkali
dikenali sebagai mereka yang:

a. Dapat terbebas dari gangguan psikologis dan gangguan mental berat.

b. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan tanpa kehilangan identitas

c. Mampu mengembangkan potensi dan bakat.

d. Memiliki keimanan pada Tuhan dan berupaya untuk hidup sesuai ajaran-ajaran
agama yang dianutnya.
Teori Psikodinamik mejelaskan individu yang memiliki kepribadian sehat sebagai
individu yang:

a) Mampu untuk mencintai&bekerja (lieben und arbeiten) (Freud): individu mampu


peduli pada orang lain secara mendalam, terikat dalam suatu hubungan yang intim
dan mengarahkannya dalam kehidupan kerja yang produktif. Selain itu, impuls seksual
dapat diekspresikan dalam relasi dengan orang dewasa yang berlainan gender,
sedangkan impuls yang lain tersalurkan dalam kegiatan sosial produktif.

b) Memiliki ego strength. ego dari individu yang berkepribadian sehat memiliki
kekuatan mengendalikan dan mengatur id dan superego-nya, sehingga ekspresi primitif
id berkurang dan ekspresi yang sesuai dengan situasi yang munculkan padanya represi
dari ego secara berlebihan.

c) Merupakan creative self mengungkapkan bahwa individu yang berkepribadian


sehat merupakan self yang memiliki kekuatan untuk mengarahkan perilaku
mengembangkan potensi yang dimilikinya.

d) Mampu melakukan kompensasi bagi perasaan inferiornya: juga menambahkan


bahwa individu haruslah menyadari ketidaksempurnaan dirinya dan mampu
mengembangkan potensi yang ada untuk mengimbangi kekurangannya
tersebut.Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya
tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan
sebagainya. Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau
kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar,
tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna. Mampu
menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang
diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau
mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau
kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi,
tetapi dengan sikap optimistik.

Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk


mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu
mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri
dengan norma yang berlaku di lingkungannya.Dapat mengontrolemosi; merasa nyaman
dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara
positif atau konstruktif ,tidak destruktif (merusak). Berorientasi tujuan; dapat
merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan
pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan
berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan),
pengetahuan dan keterampilan.Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati
terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah
lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain
seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan
dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain,
karena kekecewaan dirinya.Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan
sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain. Memiliki
filsafat hidup mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari
keyakinan agama yang dianutnya. Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai
kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi) acceptance
(penerimaan), dan affection (kasih sayang).

BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa psikodinamika adalah psikologi yang mempelajari
tentang kepribadian atau kesehatan jiwa manusia. Psikodinamik membantu kita
untuk memahami beberapa perspektif tentang realitas dan membantu
meningkatkan hubungan antar manusia dengan lingkungannya.

DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. (2005) Psikologi Kepribadian. Malang : Penerbit Universitas
Muhammadyah Malang

Boeree, CG. (1997) Personality Theories :MelacakKepribadian Anda Bersama


Psikolog Dunia. (Alihbahasa: Inyiak Ridwan Muzir). Yogyakarta :Primasophie.

Koeswara, E. (1991) Teori-teori Kepribadian. Bandung Eresco.

Sumadi Suryabrata. (2005) Psikologi Kepribadian. Jakarta : CV Rajawali.

Semiun, Yustinus. (2006) TeoriKepribadian&TerapiPsikoanalitik Freud. Yogyakarta:


Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai