Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

(PERKEMBANGAN MANUSIA DITINJAU DARI PERSPEKTIF)

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan
Dan Teori Belajar

Dosen Pengampu:

Roiyan One Febriani, M.pd

Disusun oleh:

1. Azizatun Nurul Laili (210103110126)


2. Tatiana Cahyaningrum (210103110129)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kita dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Perkembangan Manusia Ditinjau Dari Perspektif”.

Dalam kesempatan kali ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah, teman-teman, dan kepada semua pihak yang telah memberikan
pengetahuan serta banyak membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, khususnya
dari dosen pengampu dan teman-teman semuanya. Kami akan sangat berterima kasih
atas segala kritik dan saran supaya kami dapat menyusun makalah dengan lebih baik
kedepannya.

Malang, 08 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................1
1.3 TUJUAN PENULISAN.........................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
2.1 TEORI PSIKOANALISA SIGMUND FREUD...................................3
2.1.1 PENGERTIAN PSIKOANALISA SIGMUND FREUD...........3
2.1.2 DINAMIKA KEPRIBADIAN.....................................................3
2.1.3 MEKANISME PERTAHANAN EGO.......................................3
2.1.4 TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN.........4
2.2 TEORI PSIKOSOSIAL ERICKSON...................................................4
BAB III PENUTUP..................................................................................................6
3.1 KESIMPULAN.......................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu psikologi mulai diakui sebagai ilmu yang mandiri sejak tahun 1879 saat
Wilhelm Mundt mendirikan laboratorium psikologi di Jerman. Sejak saat itu, ilmu
psikologi berkembang pesat yang ditandai dengan lahirnya berbagai aliran-aliran di
dalamnya. Salah satu aliran dalam ilmu psikologi tersebut adalah konsep
kepribadian.1

Teori psikoanalisis adalah teori yang berusaha memjelaskan hakikat dan


perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah
motivasi, emosi, dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa
kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis
tersebut, yang umumnya terjadi pada anak-anak atau usia dini. Pemahaman Sigmund
Freud tentang kepribadian manusia didasarkan pada pengalaman-pengalaman dengan
pasiennya, analisis tentang mimpinya, dan bacaannya yang luas tentang beragam
literatur ilmu pengetahuan dan kemanusiaan.

Teori perkembangan yang dikemukakan Erickson merupakan salah satu teori


yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi. Bersama dengan Sigmund Freud,
Erickson mendapat posisi penting dalam psikologi. Hal ini dikarenakan ia
menjelaskan tahap perkembangan manusia mulai dari lahir hingga lanjut usia. Selain
itu karena Sigmund Freud lebih banyak berbicara dalam wilayah ketidaksadaran
manusia, sedangkan teori Erickson yang membawa aspek kehidupan sosial dan
fungsi budaya dianggap lebih realistis.2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pandangan atau teori psikoanalisis menurut Sigmund Freud?

1
Helaluddin Helaluddin, Psikoanalisis Sigmund Freud Dan Implikasinya Dalam Pendidikan, hlm. 1.
2
Helaluddin Helaluddin, Psikoanalisis Sigmund Freud Dan Implikasinya Dalam Pendidikan, hlm. 2

1
2. Bagaimana teori psikososial beserta tahap-tahapannya menurut Erickson?

1
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penulisan pada makalah ini
adalah:
1. Mengetahui penjelasan mengenai pandangan atau teori psikoanalisis menurut
Sigmund Freud.
2. Mengetahui tentang teori psikososial dan tahap-tahapannya menurut
Erickson.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Teori Psikoanalisa Sigmund Freud


1.1. Pengertian psikoanalisa Sigmund Freud
Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud
dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Pada
mulanya istilah psikoanalisis hanya dipergunakan dalam hubungan dengan Freud
saja. Psikoanalisa merupakan suatu pandangan baru tentang manusia pada abad
20-an, dimana ketidaksadaran memainkan peranan sentral. Pandangan ini
mempunyai relevansi praktis, karena dapat digunakan dalam mengobati pasien-
pasien yang mengalami gangguan-gangguan psikis.3

Secara skematis Sigmund Freud menggambarkan jiwa sebagai Gunung Es


dimana bagian yang muncul dipermukaan air merupakan bagian terkecil yaitu
puncak dari Gunung Es itu yang dalam hal kejiwaan adalah bagian kesadaran
(conciousnes), agak dibawah permukaan adalah bagian pra kesadaran (sub
conciousness), dan bagian terbesar terletak didasar air yang dalam hal kejiwaan
merupakan alam ketidaksadaran (unconciousness).

Sehingga dapat dikatakan bahwa kehidupan manusia dikuasai oleh alam


ketidaksadaran dan berbagai kelainan tingkat laku dapat disebabkan karena
faktor-faktor yang terpendam dalam ketidaksadaran. Oleh karena itu, untuk
mempelajari seseorang kita dapat melihat keadaan dalam alam
ketidaksadarannya.
1.2. Dinamika Kepribadian
Menurut Sigmund Freud, dinamika kepribadian adalah bagaimana energi
psikis didistribusikan. Freud menyatakan bahwa energi yang ada pada individu
berasal dari sumber yang sama. Dalam ungkapan dari Sigmund Freud manusia
dibedakan hanya dari penggunaannya, yaitu energi fisik dan energi psikis. Energi

3
Andi Thahir, Ed.D, Psikologi Perkembangan, hlm. 52.

3
fisik aalah energi untuk aktivitas fisik dan energi psikis merupakan energi untuk
aktivitas psikis.

3
1.3. Mekanisme Pertahanan Ego
Dalam mekanisme pertahanan ego, Freud menyatakan bahwa mekanisme
pertahanan ego itu adalah mekanisme yang rumit dan banyak macamnya. Berikut
ini 7 macam mekanisme pertahanan ego yang menurut Freud umum dijumpai.
a. Represi
b. Sublimasi
c. Proyeksi
d. Displacement
e. Rasionalisasi
f. Pembentukan reaksi
g. Regresi
1.4. Tahap-tahap Perkembangan Kepribadian
Perkembangan kepribadian berlangsung melalui 5 fase yang berhubungan
dengan kepekaan-kepekaan pada daerah-daerah bagian tubuh tertentu yang
sensitif terhadap rangsangan. Kelima fase perkembangan kepribadian adalah
sebagai berikut:
A. Fase Oral (oral stage): 0 sampai dengan 18 bulan.
B. Fase Anal (anal stage): kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun.
C. Fase Falis (phallic stage): kira-kira usia 3 sampai 6 tahun.
D. Fase Laten (latency stage): kira-kira usia 6 tahun sampai pubertas.
E. Fase Genital (ginital stage): terjadi sejak individu memasuki masa pubertas
dan selanjutnya.

2. Teori psikososial Erickson


Erickson meyakini bahwa setiap tahapan perkembangan manusia merupakan
pergulatan psikososial spesifik yang memberikan kontribusi bagi pertumbuhan
kepribadian. Maksud dari hal tersebut adalah bahwa tahapan-tahapan kehidupan
seseorang dimulai dari lahir sampai kematian dan kemudian dibentuk oleh pengaruh-
pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme. Sehingga menjadikannya
matang secara fisik dan psikologis.

4
Dalam teori erickson, ada 8 tahap perkembangan yang berkembang sepanjang
sejarah hidup manusia. Setiap orang mengalami tahapan perkembangan dari bayi
sampai dengan lanjut usia. Delapan tahapan tersebut masing-masing mempunyai
nilai kekuatan yang membentuk karakter positif ataupun sebaliknya. Manusia
berkembang pada tiap sisi kelemahan sehingga karakter negatif itulah yang
mendominasi pertumbuhan seseorang. Erickson menyebut setiap tahapan tersebut
sebagai krisis atau konflik yang mempunyai sifat sosial dan psikologis yang sangat
berarti bagi kelangsungan perkembangan dimasa depan.4 Delapan tahapan tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Tahap I (usia 0 sampai 2 tahun)
Pada masa ini atau tahun pertama adalah titik awal pembentukan
kepribadian. Bayi akan belajar mempercayai orang lain agar kebutuhan
kebutuhan dasarnya terpenuhi. Peran ibu atau orang-orang terdekat seperti
pengasuh adalah mampu menciptakan keakraban dan kepedulian yang dapat
mengembangkan kepercayaan dasar. Persepsi yang salah pada diri anak
tentang lingkungannya karena penolakan dari orang tua atau pengasuh
mengakibatkan bertumbuhnya perasaan tidak percaya sehingga anak
memandang dunia sekelilingnya adalah tempat jahat. Pada tahap inilah
kekuatan yang perlu ditumbuhkan pada kepribadian anak adalah “harapan”.
2. Tahap II (usia 2 sampai 3 tahun)
Pada tahap ini konflik yang dialami anak pada usia ini adalah otonomi
versus rasa malu serta keragu-raguan. Kekuatan yang harus ditumbuhkan
pada masa ini ialah “keinginan atau kehendak” dimana anak akan belajar
menjaadi bebas untuk mengembangkan kemandiriannya. Kebutuhan tersebut
dapat terpenuhi melalui motivasi untuk melakukan kepentingannya sendiri.
3. Tahap III (usia 3 sampai 6 tahun)
Anak-anak pada tahap ini akan belajar menemukan keseimbangan antara
kemampuan yang ada dalam dirinya dengan harapan atau tujuannya. Oleh
sebab itu, anak cenderung menguji kemampuannya tanpa mengenal potensi

4
Andi Thahir, Ed.D, Psikologi Perkembangan, hlm. 32.

5
yang ada pada dirinya. Konflik yang terjadi pada tahap ini adalah
terbentuknya perasaan bersalah pada anak apabila lingkungan sosial kurang
mendukung.
4. Tahap IV (usia 6 sampai 12 tahun)
Anak pada tahap ini akan bekerja aktif bersaing dengan rendah diri. Oleh
sebab itu, kekuatan yang harus ditumbuhkan adalah “kompetensi”. Maksud
dari kompetensi adalah terbentuknya berbagai keterampilan pada anak. Pada
tahap ini akan umum terjadinya membandingkan kemampuan diri sendiri
dengan teman sebaya. Anak akan belajar mengenai keterampilan sosial dan
akademis melalui kompetisi yang sehat dengan kelompoknya. Keberhasilan
yang diraih anak akan memupuk rasa percaya diri, sebaliknya apabila anak
menemui kegagalan maka terbentuklah inferioritas.
5. Tahap V (usia 12 sampai 20 tahun)
Tahap ini adalah dimana anak menuju ketahap usia remaja. Diamana
pada tahap ini identitas diri baik dalam lingkup sosial maupun dunia kerja
mulai ditemukan. Bisa dikatakan bahwa masa remaja adalah awal usaha
pencarian diri sehingga anak berada pada tahap persimpangan antara masa
kanak-kanak dengan masa dewasa. Konflik utamanya adalah identitas
melawan dengan kekaburan peran sehingga perlu komitmen yang jelas agar
terbentuk kepribadian yang mantap untuk dapat menggali dirinya.
6. Tahap VI (usia 20 sampai 40 tahun)
Pada tahap usia ini kekuatan yang dibutuhkan adalah “kasih”, karena
pada tahap ini akan munculnya konflik antara keintiman atau keakraban
yang melawan keterasingan atau kesendirian. Agen sosial pada tahap ini
ialah kekasih, suami atau istri, termasuk juga sahabat yang dapat
membangun suatu bentuk persahabatan sehingga tercipta rasa cinta dan
kebersamaan. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka munculah
perasaan kesepian, kesendirian, dan tidak berharga.
7. Tahap VII (usia 40 sampai 65 tahun)
Seseorang yang telah berada pada tahap ini akan dihadapkan dengan
tugas utama yaitu menjadi lebih produktif dalam bidang pekerjaannya serta

6
terdapat tuntutan untuk berhasil mendidik keluarganya dan melatih generasi
penerusnya. Konflik utama pada tahap ini ialah generatifitas yang melawan
dengan stagnasi, sehingga kekuatan dasar yang penting untuk ditumbuhkan
ialah “kepedulian”. Kegagalan pada masa ini menyebabkan stagnasi atau
keterhambatan perkembangan.
8. Tahap VIII (usia 65 sampai kematian)
Seseorang yang sudah memasuki usia lanjut mulai mengalami penurunan
fungsi-fungsi kesehatan. Konflik utama pada tahap adalah integritas ego
melawan keputusasaan dengan kekuatan utama yang perlu dibentuk ialah
pemunculan “hikmat dan kebijaksanaan”. Fungsi pengalaman hidup
terutama yang bersifat sosial adalah memberi makna tentang kehidupan.

7
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud
dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Pada
mulanya istilah psikoanalisis hanya dipergunakan dalam hubungan dengan Freud
saja. Psikoanalisa merupakan suatu pandangan baru tentang manusia pada abad
20-an, dimana ketidaksadaran memainkan peranan sentral. Pandangan ini
mempunyai relevansi praktis, karena dapat digunakan dalam mengobati pasien-
pasien yang mengalami gangguan-gangguan psikis.

Erickson meyakini bahwa setiap tahapan perkembangan manusia


merupakan pergulatan psikososial spesifik yang memberikan kontribusi bagi
pertumbuhan kepribadian. Maksud dari hal tersebut adalah bahwa tahapan-
tahapan kehidupan seseorang dimulai dari lahir sampai kematian dan kemudian
dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu
organisme. Sehingga menjadikannya matang secara fisik dan psikologis.

8
DAFTAR PUSTAKA

Helaluddin Helaluddin, Psikoanalisis Sigmund Freud Dan Implikasinya Dalam


Pendidikan
Andi Thahir, Ed.D, Psikologi Perkembangan
Bertens, K. 2016. Psikoanalisis Sigmund Freud. Jakarta: Gramedia
OYH Yusuf, Jurnal Idrus Qaimuddin, 2020. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai