Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KELOMPOK DOSEN PENGAMPU

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN R. DECEU BERLIAN PURNAMA,DRA., M.SI.

TUGAS KELOMPOK 1

TEORI KEPRIBADIAN YANG BERORIENTASI PSIKODINAMIK

(BERCORAK KLINIS)

Disusun Oleh :

Irma Aulia ( 12111624265)

KELAS 3B

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIDKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah swt atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu R.
DECEU BERLIAN PURNAMA.DRA., M.SI. selaku dosen kami dalam Mata Kuliah Psikologi
Kepribadian dan kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 11 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I.....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN....................................................................................................................................5
TEORI KEPRIBADIAN YANG BERORIENTASI PSIKODINAMIK..............................................5
( BERCORAK KLINIS).......................................................................................................................5
A. Teori Psikoanalisis Sigmund Freud.................................................................................................5
1. Pengertian Psikoanalisis................................................................................................................5
2. Struktur Kepribadian...................................................................................................................6
3. Dinamika Kepribadian..................................................................................................................6
4. Perkembangan Kepribadian.......................................................................................................11
BAB III................................................................................................................................................13
PENUTUP...........................................................................................................................................13
A. Kesimpulan..................................................................................................................................13
B. Saran............................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam psikologi ada lima aliran fundamental yang wajib diketahui, salah satunya ialah
Psikoanlisa. Psikoanalisa dipelopori oleh Sigmund Freud, yang lahir pada tahun 1856. Meski
orang menilai bahwa teori psikoanalisa merupakan teori yang kontroversial dan psikoseksual,
karenanya membicarakan tentang dorongan-dorongan atau insting hewani yang ada didalam
diri manusia namun tidak bisa dipungkiri bahwa aliran psikoanalisa-lah yang menjadi tombak
bagi alat ukur para ahli psikolog diluar sana untuk mengukur sejauh mana mereka berusaha
untuk menggali dan memuaskan rasa ingin tahu mereka tentang ilmu jiwa ini. Mereka
berlomba untuk mengkritasi teori psikoanalisa Freud yang dianggap sebagai teori yang tidak
empiris, yang tidak bisa diukur dan tidak bisa dipertanggung jawabkan. Oleh karena
itu, makalah ini dibuat bermaksud untuk memberi pengetahuan dasar tentang psikoanalisa dan
berharap dapat menambah wawasan tentang aliran ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan teori Psikoanalisis Sigmund Freud?

2. Apa saja struktur kepribadian pada teori Psikoanalisis Sigmund Freud?

3. Bagaimana dinamika kepribadian pada teori Psikoanalisis Sigmund Freud?

4. Bagaimana perkembangan kepribadian pada teori Psikoanalisis Sigmund Freud?

5. Apa tahapan-tahapan perkembangan kepribadian pada teori Psikoanalisis Sigmund Freud?

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui apa itu teori Psikoanalisis Sigmund Freud

2. Mengetahui apa saja struktur kepribadian pada teori Psikoanalisis Sigmund Freud

3. Mengetahui dinamika kepribadian pada teori Psikoanalisis Sigmund Freud

4. Mengetahui perkembangan kepribadian pada teori Psikoanalisis Sigmund Freud

5. Mengetahui tahapan-tahapan perkembangan kepribadian pada teori Psikoanalisis Sigmund

Freud
4
BAB II

PEMBAHASAN

TEORI KEPRIBADIAN YANG BERORIENTASI PSIKODINAMIK

( BERCORAK KLINIS)

A. Teori Psikoanalisis Sigmund Freud

1. Pengertian Psikoanalisis

Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmun


d Freud dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Pada mul
anya istilah psikoanalisis hanya dipergunakan dalam hubungan dengan Freud saja, sehingga “p
sikoanalisis” dan “psikoanalisis Freud” sama artinya. Bila beberapa pengikut Freud dikemudia
n hari menyimpang dari ajarannya dan menempuh jalan sendiri-sendiri, mereka juga meningga
lkan istilah psikoanalisis dan memilih suatu nama baru untuk menunjukan ajaran mereka. Cont
oh yang terkenal adalah Carl Gustav Jung dan Alfred Adler, yang menciptakan nama “psikolo
gi analitis” (bahasa Inggris: analitycal psychology) dan “psikologi individual” (bahasa Inggris:
individual psychology) bagi ajaran masing-masing. Psikoanalisis memiliki tiga penerapan:
a. Suatu metode penelitian dari pikiran.
b. Suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia.
c. Suatu metode perlakuan terhadap penyakit psikologis atau emosional.

Teori Psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis dapat dipandang s


ebagai teknik terapi dan sebagai aliran psikologi. Sebagai aliran psikologi, psikoanalisis banya
k berbicara mengenai kepribadian, khususnya dari segi struktur, dinamika, dan perkembangan
nya.

5
2. Struktur Kepribadian

Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yaitu sadar
(conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious). Sampai dengan tahun
1920an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur tersebut. Baru pada ta
hun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yaitu das Es, das Ich, dan das
Ueber Ich. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi gambaran me
ntal terutama dalam fungsi dan tujuannya (Awisol, 2005:17)

Freud berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu sistem yang terdiri dari 3 uns
ur, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich (dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan the I
d, the Ego, dan the Super Ego), yang masing memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, da
n perlengkapan sendiri. Ketiga unsur kepribadian tersebut dengan berbagai dimensinya disaj
ikan dalam tabel berikut.

NO. UNSUR DI DAS ES (the DAS ICH (th DAS UEBER ICH (the Super
MENSI Id) e Ego) Ego)
1. ASAL Pembawaan hasil interaksi Hasil internalisasi nilai-nilai da
dengan lingk ri figur yang berpengaruh
ungan
2. ASPEK Biologis psikologis sosiologis
3. FUNGSI mempertahan mengarahkan 1) Sebagai pengen-dali Das Es.
kan konstansi individu pada 2) Mengarahkan das Es das Ich
realitas pada perilaku yang lebih berm
oral.
4. PRINSIP OP pleasure prin reality princi morality principle
ERASI ciple ple
5. PERLENGK 1) refleks dan proses sekund 1) conscientia 2) Ich ideal
APAN 2) proses pri er
mer

3. Dinamika Kepribadian

Dalam dinamika kepribadian, Freud menjelaskan tentang adanya tenaga pendorong


(cathexis) dan tenaga penekanan (anti–cathexis). Kateksis adalah pemakaian energi psikis
yang dilakukan oleh id untuk suatu objek tertentu untuk memuaskan suatu naluri, sedangkan
anti-kataeksis adalah penggunaan energi psikis (yang berasal dari id) untuk menekan atau
mencegah agar id tidak memunculkan naluri–naluri yang tidak bijaksana dan destruktif. Id
hanya memiliki kateksis, sedangkan ego dan superego memiliki anti-kateksis, namun ego
dan superego juga bisa membentuk kateksis-objek yang baru sebagai pengalihan pemuasan

6
kebutuhan secara tidak langsung, masih berkaitan dengan asosiasi–asosiasi objek pemuasan
kebutuhan yang diinginkan oleh id.

Tingkat kehidupan mental dan wilayah pikiran mengacu pada struktur atau komposisi
kepribadian. Sehingga, Freud mengusulkan sebuah dinamika atau prinsip motivasional
untuk menerangkan kekuatan-kekuatan yang mendorong tindakan manusia. Bagi Freud,
manusia termotivasi untuk mencari kesenangan serta menurunkan ketegangan dan
kecemasan. Motivasi ini diperoleh dari energi psikis dan fisik dari dorongan-dorongan dasar
yang mereka miliki.

a. Insting Sebagai Energi Psikis

Insting adalah perwujudan psikologi dari kebutuhan tubuh yang menuntut


pemuasan misalnya insting lapar berasal dari kebutuhan tubuh secara fisiologis sebagai
kekurangan nutrisi, dan secara psikologis dalam bentuk keinginan makan. Hasrat, atau
motivasi, atau dorongan dari insting secara kuantitatif adalah energi psikis dan kumpulan
enerji dari seluruh insting yang dimiliki seseorang merupakan enerji yang tersedia untuk
menggerakkan proses kepribadian.
Energi insting dapat dijelaskan dari sumber (source), tujuan (aim), obyek (object) dan
daya dorong (impetus) yang dimilikinya :
a)    Sumber insting : adalah kondisi jasmaniah atau kebutuhan. Tubuh menuntut keadaan
yang seimbang terus menerus, dan kekurangan nutrisi misalnya akan mengganggu
keseimbangan sehingga memunculkan insting lapar.
b) Tujuan insting : adalah menghilangakan rangsangan kejasmanian, sehingga
ketidakenakan yang timbul karena adanya tegangan yang disebabkan oleh meningkatnya
energi dapat ditiadakan. Misalnya, tujuan insting lapar (makan) ialah menghilangkan
keadaan kekurangan makan, dengan cara makan.
c) Obyek insting : adalah segala aktivitas yang menjadi perantara keinginan dan
terpenuhinya keinginan itu. Jadi tidak hanya terbatas pada bendanya saja, tetapi termasuk
pula cara-cara memenuhi kebutuhan yang timbul karena isnting itu. Misalnya, obyek
insting lapar bukan hanya makanan, tetapi meliputi kegiatan mencari uang, membeli
makanan dan menyajikan makanan itu.
d) Pendorong atau penggerak insting : adalah kekuatan insting itu, yang tergantung
kepada intensitas (besar-kecilnya) kebutuhan. Misalnya, makin lapar orang (sampai batas
tertentu) penggerak insting makannya makin besar.

b. Jenis-Jenis Insting
a). Insting Hidup (Life Instinct)
Insting hidup disebut juga Eros adalah dorongan yang menjamin survival dan
reproduksi, seperti lapar,haus dan seks. Bentuk enerji yang dipakai oleh insting hidup itu
disebut “libido”. Walaupun Freud mengakui adanya bermacam-macam bentuk insting
hidup, namun dalam kenyataannya yang paling diutamakan adalah insting seksual
(terutama pada masa-masa permulaan,sampai kira-kira tahun 1920). Dalam pada itu
sebenarnya insting seksual bukanlah hanya untuk satu insting saja, melainkan sekumpulan

7
insting-insting, karena ada bermacam-macam kebutuhan jasmaniah yang menimbulkan
keinginan-keinginan erotis.

b). Insting Mati (Death Instinct)


Insting mati disebut juga insting-insting merusak (destruktif). Insting ini
berfungsinya kurang jelas jika dibandingkan dengan insting hidup, karenanya tidak begitu
dikenal. Akan tetapi adalah suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri, bahwa tiap orang
itu pada akhirnya akan mati juga. Inilah yang menyebabkan Freud merumuskan bahwa
“Tujuan semua hidup adalah mati” (1920). Suatu derivatif insting mati yang terpenting
adalah dorongan agresif. Sifat agresif adalah pengrusakan diri yang diubah dengan obyek
subtitusi.

Insting hidup dan insting mati dapat saling bercampur, saling menetralkan. Makan
misalnya merupakan campuran dorongan makan dan dorongan destruktif, yang dapat
dipuaskan dengan menggigit, menguyah dan menelan makanan.

c. Kecemasan
Kecemasan (anxiety) adalah variabel penting dari hampir semua teori kepribadian.
Kecemasan sebagai dampak dari konflik yang menjadi bagian kehidupan yang tak
terhindarkan, dipandang sebagai komponen dinamika kepribadian yang utama.
Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan
datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Biasanya
reaksi individu terhadap ancaman ketidaksenangan dan pengrusakan yang belum
dihadapinya ialah menjadi cemas atau takut. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme
yang mengamankan ego karena memberi sinyal ada bahaya di depan mata.

Kecemasan akan timbul manakala orang tidak siap menghadapi ancaman. Hanya
ego yang bisa memproduksi atau merasakan kecemasan. Akan tetapi, baik id, superego,
maupun dunia luar terkait dalam salah satu dari tiga jenis kecemasan: realistis, neurotis
dan moral. Ketergantungan ego pada id menyebabkan munculnya kecemasan neurosis,
sedangkan ketergantungan ego pada superego memunculkan kecemasan moral, dan
ketergantungannya pada dunia luar mengakibatkan kecemasan realistis.

a) . Kecemasan Realistis (Realistic Anxiety)


Adalah takut kepada bahaya yang nyata ada di dunia luar. Kecemasan ini menjadi asal
muasal timbulnya kecemasan neurotis dan kecemasan moral.
b). Kecemasan Neurotis (Neurotic Anxiety)
Adalah ketakutan terhadap hukuman yang bakal diterima dari orang tua atau figur
penguasa lainnya kalau seseorang memuaskan insting dengan caranya sendiri, yang
diyakininya bakal menuai hukuman. Hukuman belum tentu diterimanya, karena orang tua
belum tentu mengetahui pelanggaran yang dilakukannya, dan misalnya orang tua
mengetahui juga belum tentu menjatuhkan hukuman. Jadi, hukuman dan figur pemberi

8
hukuman dalam kecemasan neurotis bersifat khayalan.
c). Kecemasan Moral (Moral Anxiety)
Adalah kecemasan kata hati, kecemasan ini timbul ketika orang melanggar standar nilai
orang tua. Kecemasan moral dan kecemasan neurotis tampak mirip, tetapi memiliki
perbedaan prinsip yakni : tingkat kontrol ego pada kecemasan moral orang tetap rasional
dalam memikirkan masalahnya sedang pada kecemasan neurotis orang dalam keadaan
distres – terkadang panik sehingga mereka tidak dapat berfikir jelas.

d.Mekanisme Pertahanan Ego


Freud mengartikan mekanisme pertahanan ego (ego defense mechanism) sebagai strategi
yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorongan id
maupun untuk menghadapi tekanan superego atas ego, dengan tujuan agar kecemasan
bisa dikurangi atau diredakan.

Menurut Freud mekanisme pertahanan ego itu adalah mekanisme yang rumit dan
banyak macamnya, adapun mekanisme yang banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari
ada tujuh macam, yaitu :

a.    Identifikasi (Identification)


Cara mereduksi tegangan dengan meniru (mengimitasi) atau mengidentifikasikan diri
dengan orang yang dianggap lebih berhasil memuaskan hasratnya dibanding dirinya. Diri
orang lain diidentifikasi tetapi cukup hal-hal yang dianggap dapat membantu mencapai
tujuan diri. Terkadang sukar menentukan sifat mana yang membuat tokoh itu sukses
sehingga orang harus mencoba mengidentifikasi beberapa sifat sebelum menemukan
mana yang ternyata membantu meredakan tegangan. Apabila yang ditiru sesuatu yang
positif disebut Introyeksi.
Mekanisme pertahanan identifikasi umumnya dipakai untuk tiga macam tujuan, yaitu :
•    Merupakan cara orang dapat memperoleh kembali sesuatu (obyek) yang telah hilang.
•    Untuk mengatasi rasa takut.
•    Melalui identifikasi orang memperoleh informasi baru dengan mencocokkan khayalan
mental dengan kenyataan.

b.    Pemindahan/Reaksi Kompromi (Displacement/Reactions Compromise)


Ketika obyek kateksis asli yang dipilih oleh insting tidak dapt dicapai karena ada
rintangan dari luar (sosial, alami) atau dari dalam (antikateksis) insting itu direpres
kembali ke ketidaksadaran atau ego menawarkan kateksis baru, yang berarti pemindahan
enerji dari obyek satu ke obyek yang lain, sampai ditemukan obyek yang dapat mereduksi
tegangan.
Proses mengganti obyek kateksis untuk meredakan ketegangan, adalah kompromi antara
tuntutan insting id dengan realitas ego, sehingga disebut juga reaksi kompromi. Ada tiga
macam reaksi kompromi, yaitu :
o    Sublimasi adalah kompromi yang menghasilkan prestasi budaya yang lebih tinggi,
diterima masyarakat sebagai kultural kreatif.
o    Subtitusi adalah pemindahan atau kompromi dimana kepuasan yang diperoleh masih

9
mirip dengan kepuasan aslinya.
o    Kompensasi adalah kompromi dengan mengganti insting yang harus dipuaskan. Gagal
memuaskan insting yang satu diganti dengan memberi kepuasan insting yang lain.

c.    Represi (Repression)


Represi adalah proses ego memakai kekuatan anticathexes untuk menekan segala sesuatu
(ide, insting, ingatan, fikiran) yang dapat menimbulkan kecemasan keluar dari kesadaran.

d.    Fiksasi dan Regresi (Fixation and Regression)


Fiksasi adalah terhentinya perkembangan normal pada tahap perkembangan tertentu
karena perkembangan lanjutannya sangat sukar sehingga menimbulkan frustasi dan
kecemasan yang terlalu kuat. Orang memilih untuk berhenti (fiksasi) pada tahap
perkembangan tertentu dan menolak untuk bergerak maju, karena merasa puas dan aman
ditahap itu.
Frustasi, kecemasan dan pengalaman traumatik yang sangat kuat pada tahap
perkembangan tertentu, dapat berakibat orang regresi : mundur ke tahap perkembangan
yang terdahulu, dimana dia merasa puas disana.
Perkembangan kepribadian yang normal berarti terus bergerak maju atau progresif.
Munculnya dorongan yang menimbulkan kecemasan akan direspon dengan regresi. Orang
yang puas berada ditahap perkembangan tertentu, tidak mau progres disebut fiksasi.
Progresi yang gagal membuat orang menarik diri atau regresi

e.    Proyeksi (Projection)


Proyeksi adalah mekanisme mengubah kecemasan neurotis atau moral menjadi
kecemasan realistis, dengan cara melemparkan impuls-impuls internal yang mengancam
dipindahkan ke obyek di luar, sehingga seolah-olah ancaman itu terproyeksi dari obyek
eksternal kepada diri orang itu sendiri.

f.    Introyeksi (Introjection)


Introyeksi adalah mekanisme pertahanan dimana seseorang meleburkan sifat-sifat positif
orang lain ke dalam egonya sendiri. Misalnya, seorang anak yang meniru gaya
tingkahlaku bintang film menjadi introyeksi, kalau peniruan itu dapat meningkatkan harga
diri dan menekan perasaan rendah diri, sehingga anak itu merasa lebih bangga dengan
dirinya sendiri. Pada usia berapapun, manusia bisa mengurangi kecemasan yang terkait
dengan perasaan kekurangan dengan cara mengadopsi atau melakukan introyeksi atas
nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan perilaku orang lain.

g.    Pembentukan Reaksi (Reaction Formation)


Tindakan defensif dengan cara mengganti impuls atau perasaan yang menimbulkan
kecemasan dengan impuls atau perasaan lawan/kebalikannya dalam kesadaran, misalnya
benci diganti cinta, rasa bermusuhan diganti dengan ekspresi persahabatan. Timbul
masalah bagaimana membedakan ungkapan asli suatu impuls dengan ungkapan pengganti
reaksi formasi : bagaimana cinta sejati dibedakan dengan cinta-reaksi formasi. Biasanya
reaksi formasi ditandai oleh sifat serba berlebihan, ekstrim, dan kompulsif.

10
4. Perkembangan Kepribadian

Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi tiga tahapan, yakni tahap infantil
(0-5 tahun), tahap laten (5-12 tahun), dan tahap genital (>12 tahun). Tahap infantil yang pali
ng menentukan dalam membentuk kepribadian, terbagi menjadi tiga fase, yakni fase oral, fa
se anal, dan fase falis. Perkembangan kepribadian ditentukan terutama oleh perkembangan b
iologis, sehingga tahap ini disebut juga tahap seksual infantil. Perkembangan insting seks be
rarti perubahan kateksis seks, dan perkembangan biologis menyiapkan bagian tubuh untuk d
ipilih menjadi pusat kepuasan seksual (erogenus zone).

a.    Fase Oral (Usia 0 – 1 tahun)


Fase oral adalah fase perkembangan yang berlangsung pada tahun pertama dari
kehidupan individu. Pada fase ini, daerah erogen yang paling penting dan peka adalah
mulut, yakni berkaitan dengan pemuasan kebutuhan dasar akan makanan atau air.
Stimulasi atau perangsangan atas mulut seperti mengisap, bagi bayi merupakan tingkah
laku yang menimbulkan kesenangan atau kepuasan.

b.    Fase Anal (Usia 1 – 2/3 tahun)


Fase ini dimulai dari tahun kedua sampai tahun ketiga dari kehidupan. Pada fase ini,
fokus dari energi libidal dialihkan dari mulut ke daerah dubur serta kesenangan atau
kepuasan diperoleh dari kaitannya dengan tindakan mempermainkan atau menahan
faeces (kotoran) pada fase ini pulalah anak mulai diperkenalkan kepada aturan-aturan
kebersihan oleh orang tuanya melalui toilet training, yakni latihan mengenai bagaimana
dan dimana seharusnya seorang anak membuang kotorannya.

c.    Fase Falis (Usia 2/3 – 5/6 tahun)


Fase falis (phallic) ini berlangsung pada tahun keempat atau kelima, yakni suatu fase
ketika energi libido sasarannya dialihkan dari daerah dubur ke daerah alat kelamin.
Pada fase ini anak mulai tertarik kepada alat kelaminnya sendiri, dan
mempermainkannya dengan maksud memperoleh kepuasan. Pada fase ini masturbasi
menimbulkan kenikmatan yang besar. Pada saat yang sama terjadi peningkatan gairah
seksual anak kepada orang tuanya yang mengawali berbagai pergantian kateksis obyek
yang penting. Perkembangan terpenting pada masa ini adalah timbulnya Oedipus
complex, yang diikuti fenomena castration anxiety (pada laki-laki) dan penis envy
(pada perempuan). Oedipus complex adalah kateksis obyek seksual kepada orang tua
yang berlawanan jenis serta permusuhan terhadap orang tua sejenis. Anak laki-laki
ingin memiliki ibunya (ingin memiliki perhatian lebih dari ibunya) dan menyingkirkan
ayahnya, sebaliknya anak perempuan ingin memiliki ayahnya dan menyingkirkan
ibunya.

d.    Fase Laten (Usia 5/6 – 12/13 tahun)


Fase ini pada usia 5 atau 6 tahun sampai remaja, anak mengalami periode peredaan
impuls seksual. Menurut Freud, penurunan minat seksual itu akibat dari tidak adanya
daerah erogen baru yang dimunculkan oleh perkembangan biologis. Jadi, fase laten
lebih sebagai fenomena biologis, alih-alih bagian dari perkembangan psikoseksual.

11
Pada fase ini anak mengembangkan kemampuan sublimasi, yakni mengganti kepuasan
libido dengan kepuasan non seksual, khususnya bidang intelektual, atletik,
keterampilan, dan hubungan teman sebaya. Dan pada fase ini anak menjadi lebih mudah
mempelajari sesuatu dan lebih mudah dididik dibandingkan dengan masa sebelum dan
sesudahnya (masa pubertas).

e.    Fase Genital (12/13 - dewasa )


Fase ini dimulai dengan perubahan biokimia dan fisiologi dalam diri remaja. Sistem
endokrin memproduksi hormon-hormon yang memicu pertumbuhan tanda-tanda
seksual sekunder (suara, rambut, buah dada, dll), dan pertumbuhan tanda seksual
primer. Pada fase ini kateksis genital mempunyai sifat narkistik : individu mempunyai
kepuasan dari perangsangan dan manipulasi tubuhnya sendiri, dan orang lain diingkan
hanya karena memberikan bentuk-bentuk tambahan dari kenikmatan jasmaniah. Pada
fase ini, impuls seks itu mulai disalurkan ke obyek diluar, seperti : berpartisipasi dalam
kegiatan kelompok, menyiapkan karir, cinta lain jenis, perkawinan dan keluarga.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam teori psikoanalisis, kepribadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari
tiga unsur atau sistem yakni id, ego dan superego. Ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain
saling berkaitan serta membentuk suatu totalitas.

1. Id, adalah sistem kepribadian yang paling dasar, yang didalamnya terdapat naluri-naluri
bawaan. Untuk  dua sistem yang lainnya, id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia
atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem terebut untuk operasi-operasi atau
kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Dalam menjalankan fungsi dan operasinya, id bertujuan
untuk menghindari keadaan tidak menyenangkan dan mencapai keadaan yang menyenangkan.
2. Ego, adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia
objek tentang kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Ego
tebentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Adapun
proses yang dimiliki dan dijalankan ego adalah upaya memuaskan kebutuhan atau mengurangi
tegangan oleh individu.
3. Superego,  adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang
sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk). Adapun fungsi utama dari superego adalah :
•    Sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri id agar impuls-impuls
teresbut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat.
•    Mengarahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral dari pada dengan
kenyataan.
•    Mendorong individu kepada kesempurnaan.

Freud menyatakan gagasan bahwa energy fisik bisa diubah menjadi energy psikis, dan
sebaliknya. Yang menjembatani energi fisik dengan kepribadian adalah id dengan naluri-
nalurinya (insting).
1.    Insting
2.    Macam-macam insting
3.    Penyaluran dan penggunaan energi psikis
4.    Kecemasan

5.Mekanisme Pertahanan Ego, yang dapat diuraikan menjadi tujuh macam mekanisme
pertahanan ego, yaitu :
o    Identifikasi
o    Displecement
o    Represi
o    Fiksasi and Regresi

13
o    Proyeksi
o    Introyeksi
o    Pembentukan Reaksi

Freud menyatakan bahwa pada manusia terdapat lima fase atau tahapan perkembangan
yang kesemuanya menentukan bagi pembentukan kepribadian. Lima fase tersebut adalah :
1.    Fase Oral
2.    Fase Anal
3.    Fase Falis
4.    Fase Laten
5.    Fase Genital

B. Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini tetapi


kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih
minimnya pengetahuan yang penulis milik. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan ke depannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Alwisol .2004. Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press

Kowara.1986. Teori Teori Kepribadian. Bandung : PT .Erosco

Syawal, H., & Helaluddin, H. (2018). Psikoanalisis Sigmund Freud Dan Implikasinya Dalam
Pendidikan. UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN· Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Islam

Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang:  UMM Press.


Suryabrata, Sumardi. 2012. Psikologi Kepribadian. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Feist, Jess and Gregory J. Feist. 2010. Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.
Koswara, E. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: Eresco.

Esyam mitra Mita rozalinda jurnal ilmu budaya 2020

Ab yasin,defasafah jurnal pendidikan 2021

AMM mushodiq AA Saputra, bulletin of counseling 2021

15

Anda mungkin juga menyukai