KEPRIBADIAN MANUSIA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Dasar yang dibina oleh Dr.
Elok Halimatus Sa’diyah, M.Si.
Oleh:
KELAS D
FAKULTAS PSIKOLOGI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Kepribadian Manusia dengan lancar
dan mengumpulkan makalah ini tepat waktu.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai
pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang
telah diberikan, pertama, Dr. Elok Halimatus Sa’diyah, M.Si, Dosen mata kuliah
yang telah berkenan meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan bimbingan,
motivasi, dan pengarahan dalam penyusunan makalah ini. Kedua, keluarga besar
teman-teman Psikologi kelas D Angkatan 2022, yang selalu kompak dan saling
menguatkan satu sama lain.
Kami berharap makalah ini bisa memberikan manfaat bagi pembaca. Kami
pun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, oleh
karena itu kritik dan saran yang mendukung sangat kami harapkan untuk
memperbaiki makalah kami kedepannya.
Penulis
Kelompok 13
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan ................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kepribadian........................................................................3
2.1.1 Pengertian Kepribadian Menurut Para Ahli......................................3
2.2 Teori-teori Kepribadian........................................................................4
2.2.1 Tipe-tipe Kepribadian ......................................................................9
2.3 Gangguan-gangguan Psikologis.........................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mereka, akan tetapi gangguan tersebut bisa disembuhkan dengan bantuan tenaga ahli
seperti psikolog atau psikiater. Tingkat keparahan gangguan psikologis berbeda-beda
sesuai dengan jenisnya. Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan secara ringkas
mengenai beberapa teori kepribadian menurut para ahli serta gangguan-gangguan
psikologis yang bisa muncul dalam diri manusia.
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
3) Adolf Heuken, S.J. dkk.
Dari seluruh pengertian yang dipaparkan oleh para tokoh di atas, kita bisa
menyimpulkan bahwa kepribadian merupakan sebuah pola perilaku dan cara berpikir
yang sifatnya khas, yang berguna sebagai acuan untuk menentukan seseorang saat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Istilah khas berarti adanya konsistensi
antara cara berpikir seseorang dengan perilakunya ketika dihadapkan dengan berbagai
situasi. Sedangkan perilaku terbentuk dari karakteristik kepribadian, keadaan sosial,
dan keadaan fisik lingkungan yang saling berhubungan satu sama lain.
Berikut beberapa teori kepribadian menurut para ahli yang akan penulis bahas dalam
makalah ini:
1) Teori Sifat Kepribadian “Model Lima Besar” (Big Five Personality Traits
Model)
4
Teori ini dikemukakan oleh seorang psikolog terkenal yang bernama Lewis
Goldberg. Teori Big Five Personality Traits Model ini terdiri dari lima dimensi, yaitu
openness to experience, neuroticism, extraversion, agreeableness, dan
conscientiousness (Laura A. King, 2012). Lima dimensi tersebut diringkas dalam
sebuah kata, yaitu OCEAN yang diambil dari huruf awal masing-masing dimensi
agar mudah diingat (Simanullang, 2021).
b) Neuroticism (Neurotisisme)
c) Extraversions (Ekstraversi)
Dimensi kepribadian ini merupakan individu yang merasa senang dan lebih
nyaman saat berada di keramaian yang membuatnya banyak melakukan interaksi
dengan orang lain (Simanullang, 2021). Ciri-ciri dimensi kepribadian extraversion
adalah mudah bergaul dan bersosialisasi, sering terlibat dalam kegiatan sosial, dan
menyukai hidup berkelompok.
5
d) Agreeableness (Mudah Akur atau Mudah Bersepakat)
Teori ini ditemukan oleh Albert Bandura, seorang psikolog klinis lulusan
University of Lowa. Teori Kognitif Sosial (Social Kognitive Theory) ini merupakan
nama baru dari Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) (Yanuardianto, 2019).
Menurut teori ini perilaku, lingkungan, dan faktor manusia atau kognitif semuanya
memiliki peran penting dalam memahami kepribadian.
Berikut ini proses dan variabel penting yang digunakan Bandura untuk memahami
kepribadian:
6
a) Belajar melalui Pengamatan
b) Kendali Pribadi
Menurut teori ini, manusia memiliki kendali dan memiliki kemampuan untuk
mengatur dirinya sendiri, sekalipun lingkungan mereka mengalami perubahan.
Misalnya, apabila anda adalah seorang mahasiswa yang ditawari untuk mengikuti
organisasi tertentu dengan penawaran yang memikat, namun anda memikirkan
kembali minat dan bakat anda dengan penuh pertimbangan, dan akhirnya anda
memutuskan untuk tidak bergabung dengan organisasi tersebut. Di situlah terjadi
pengendalian diri yang membuat seseorang mampu melakukan perubahan terhadap
kehidupannya sendiri (self-efficacy).
c) Self-efficacy
7
masalah, menjadi lebih mudah bergaul, hingga menerapkan pola hidup sehat. Para
peneliti yang lain juga telah menemukan bahwa self-efficacy juga berkaitan dengan
keberhasilan dalam melakukan wawancara kerja (Laura A. King, 2012).
3) Teori Personologis
Teori ini ditemukan oleh Henry Muray, seorang psikolog asal Amerika
Serikat yang meraih gelar doktor di Universitas Cambridge. Awalnya Henry
merupakan seorang mahasiswa biokimia. Namun, setelah bertemu dengan Carl Jung,
Muray beralih ke ilmu psikologi hingga menjadi direktur rumah sakit psikologi di
Harvard.
Prinsip ini menekankan bahwa struktur dan fungsi otak memiliki hubungan
yang erat dengan proses psikologi, dimana fenomena yang membangun kepribadian
mutlak tergantung pada fungsi sistem syaraf pusat (Alwisol, 2018). Otak berperan
dalam mengontrol seluruh aspek kepribadian yang ada di otak, seperti kesadaran,
ingatan, keyakinan, sikap, ketakutan, dan lain-lain.
8
sumber distress, karena manusia cenderung memiliki keinginan untuk untuk terus
aktif, maju, dan bergerak di mana semua itu bisa meningkatkan ketegangan.
c) Organisasi Longitudinal
Menurut Muray, terdapat sebuah pusat yang mengatur proses dalam diri
individu. Proses tersebut memiliki fungsi untuk mengintegrasikan kekuatan yang
saling bertentangan yang dihadapi oleh individu, baik memuaskan kebutuhan maupun
merencanakan pencapaian tujuan hidup individu. Kepribadian harus mencerminkan
tingkah laku yang sudah ada dalam diri individu sebelumnya, maupun tingkah laku
yang baru muncul dalam diri individu (Alwisol, 2018).
Teori ini dikembangkan oleh Hipocrates, seorang dokter di era Yunani kuno.
Hipokrates mebagi kepribadian manusia menjadi empat jenis, yaitu koleris, sanguinis,
melankolis, dan plegmatis. Dengan mengenali karakter kita sebagai manusia, kita
akan mengenali kelebihan dan kekurangan kita, sehingga kita bisa bertindak secara
tepat di setiap situasi. Selain itu kita juga bisa memahami lawan bicara kita dengan
baik.
1) Koleris
9
tidak sabaran dan gampang marah, terlalu bergairah/sulit untuk santai, menyukai
kontriversi/pertentangan, terlalu kaku, serta emosi yang tidak simpatik.
2) Sanguinis
Tipe ini merupakan tipe yang paling fleksibel di bandingkan ketiga tipe
kepribadian yang lain. Seorang berkepribadian sanguinis adalah orang yang suka
mencari perhatian, ingin selalu disukai orang lain, dan menyukai popularitas. Mereka
juga memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan suka menjadi pusat perhatian. Mereka
adalah tipe people-oriented yang suka mengajak orang lain untuk bekerjasama dalam
kelompok.
3) Melankolis
10
situasi yang tidak sempurna dan berubah-ubah, melewatkan banyak waktu untuk
menganalisa dan mmbuat perencanaan, memiliki standar yang terlalu tinggi, sulit
bersosialisasi (terlalu pemilih), sulit mengungkapkan perasaan, serta memiliki rasa
curiga yang besar.
4) Plegmatis
11
penderita tidak memahami secara pasti apa yang penyebab kecemasannya (Kendler,
et al, 2007 seperti dikutip dalam Laura A. King, 2012). Mereka biasanya
menhkhawatirkan tentang pekerjaan mereka, Kesehatan, hubungan, hingga hal-hal
kecil dalam hidup mereka.
12
c) Gangguan Fobia (Phobic Disorder)
Fobia adalah sebuah ketakutan yang tidak bisa dikendalikan yang berkembang
dari sebuah ketakutan saat individu berada dalam situasi yang mencekam, sehingga
mereka selalu berusaha untuk menghindarinya.
13
tewas. Stres ekstrem yang disebabkan oleh kecelakaan dan ketakutan bahwa dia
dianggap bersalah memicu terjadinya amnesia.
3) Skizofrenia (Schizophrenia)
a) Pengertian Skizofrenia
Istilah skizofrenia berasal dari bahasa Latin Baru scizho yang berarti terpecah
dan phrenia yang berarti pikiran. Skizofrenia merupakan gangguan psikologis yang
parah dan membutuhkan waktu yang lama dalam penyembuhannya, gangguan ini
dicirikan dengan terganggunya proses berpikir pada penderita.
14
pikiran yang terganggu, komunikasi ganjil, emosi yang tidak tepat, perilaku motorik
yang tidak tepat, dan penarikan diri. Skizofrenia seringkali menjadi teror paling
menakutkan bagi penderitanya, kebanyakan penderita membutuhkan pengobatan
yang kuat untuk melawan gejala-gejalanya.
b) Gejala-Gejala Skizofrenia
(1) Gejala-Gejala Positif
Gejala ini ditandai dengan adanya kelebihan atau distorsi dalam fungsi normal.
Disebut positif karena mencerminkan sesuatu yang ditambahkan melebihi
perilaku normal yang mencakup halusinasi, delusi, pikiran yang terganggu, dan
gangguan pada pergerakan.
(a) Halusinasi (Hallucination)
Halusinasi adalah pengalaman sensoris ketika tidak ada pengalaman yang nyata.
Kebanyakan halusinasi yang dikeluhkan adalah berupa pendengaran suara-suara,
tetapi halusinasi juga bisa berupa penglihatan dan penciuman yang melibatkan
hal-hal yang tidak ada.
(b) Delusi (Dellution)
Delusi merupakan kepercayaan salah yang terkadang sangat tida masuk akal dan
bukan merupakan budaya daerah individu tumbuh.
(c) Pikiran Yang Terganggu
Istilah gangguan pikiran digunakan oleh para psikolog untuk dalam
mendeskripsikan proses-proses berpikir yang aneh, dimana pikiran penderita
skizofrenia menjadi membingungkan dan tidak terstruktur.
(d) Gangguan Dalam Pergerakan
Penderita skizorenia melakukan gerakan yang cenderung ceroboh, berbeda
dengan manusia pada umumnya dan ekspresi wajah mengernyitkan dahi yang
dilakukan secara berkali-kali. Dalam kasus yang sudah parah, penderita bisa
mengalami katatonik, yaitu keadaan dimana seseorang tidak bergerak dalam
waktu yang lama.
15
(2) Gejala-Gejala Negatif
Berbeda dengan gejala positif yang menunjukkan kelebihan fungsi normal,
gejala negatif menunjukkan kekurangan atau penurunan fungsi normal pada
perilaku manusia. Gejala ini ditunjukkan dengan kurangnya kemampuan untuk
menginisiasi atau terlibat dalam perilaku yang mempunyai orientasi pada tujuan.
Gejala ini terlihat jelas pada orang sehat, bahkan kita semua pasti pernah
mengalami gejala ini. Namun karena gejala ini kurang jelas, maka penderitanya
sering dianggap sebagai orang malas yang tidak mau merubah hidup menjadi
lebih baik.
(3) Gejala-Gejala Kognitif
Gejala ini ditandai dengan kesulitan dalam membuat keputusan, kesulitan dalam
mempertahankan minat, serta kesulitan dalam memasukkan informasi dalam
ingatan. Gejala ini sulit dideteksi dan hanya bisa dilihat melalui tes-tes
neuropsikologis.
c) Jenis-Jenis Skizofrenia
(1) Skizofrenia Disorganized
Penderita skizofrenia disorganized menarik diri dari lingkungannya, dia akan
menghindari interaksi dengan orang lain dengan menunjukkan tingkah laku
konyol seperti anak kecil. Kebanyakan penderita mengalami penyesuaian atau
isolasi yang tidak tepat saat remaja.
(2) Skizofrenia Katatonik
Penderita skizofrenia katatonik menunjukkan perilaku yang aneh, dimana
penderita tidak bergerak sama sekali dalam waktu yang lama (seperti orang
pingsan). Padahal ia sepenuhnya berada dalam keadaan sadar.
(3) Skizofrenia Paranoid
Penderita skizofrenia paranoid dicirikan dengan adanya delusi-delusi yang
muncul dalam sistem yang ditandai dengan pemaknaan individu yang salah
dalam menghadapi kejadian-kejadian tertentu.
(4) Skizofrenia Tidak Bergolong
16
Penderita skizofrenia jenis ini ditandai dengan perilaku yang tidak teratur,
halusinasi, delusi, dan tidak koheren. Gejala ini digunakan untuk mendiagnosis
apabila gejala-gejala penderita tidak termasuk dalam ketiga jenis skizofrenia di
atas.
d) Penyebab Skizofrenia
(1) Faktor-Fakor Biologis
(a) Hereditas
Menurut penelitian, sebagian skizofrenia disebabkan oleh faktor genetika.
Apabila kesamaan genetika terhadap skizofrenia meningkat, maka besar pula
potensi individu tersebut untuk mengembangkan skizofrenia melalui kromosom.
(b) Abnormalitas Struktur Otak
Penderita skizofrenia mengalami pembesaran ventrikel yang menunjukkan
adanya kemunduran di bagian otak. Penderita juga memiliki korteks frontal
(tempat terjadinya proses berpikir, perencanaan, dan pengambilan keputusan)
yang kecil. Ini menunjukkan bahwa penderita melakukan aktivitas yang lebih
sedikit daripada orang normal. Kebanyakan abnormalitas struktur otak terjadi
saat masa prenatal (sebelum kelahiran).
(c) Masalah dalam Regulasi Neurotransmitter
Tingginya neurotransmitter dopamin yang diproduksi penderita menyebabkan
kelebihan dopamine, sehingga mengakibatkan munculnya gangguan skizofrenia.
(2) Faktor-Faktor Psikologis
Para psikolog menjelaskan bahwa pengalaman masa kecil individu dengan
orangtuanya dan stres yang dialami merupakan penyebab terjadinya skizofrenia.
Oleh karena itu, dukungan keluarga serta pengurangan stres sangat dibutuhkan
dalam menangani skizofrenia.
(3) Faktor-Faktor Sosio-Kultural
Jenis dan kasus skizofrenia yang terjadi di satu budaya berdeda dengan
budaya yang lainnya. Individu yang hidup dalam lingkungan miskin lebih rentan
terkena skizofrenia dibanding individu yang hidup di lingkungan yang sosio-
17
ekonominya tinggi. Hal ini dapat dilihat dari banyakanya penderita skizofrenia di
negara berkembang yang belum memiliki dunia industri dibandingkan dengan
negara yang industrinya sudah maju.
4) Gangguan Kepribadian
Penderita gangguan kepribadian bisa menjadi masalah bagi orang lain dan
mereka memiliki sumber kebahagiaan yang sifatnya ilegal, tapi gangguan ini tidak
seaneh skizofrenia. Berbeda dengan skizofrenia, gangguan kepribadian tidak
menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan yang berlebihan sehingga gangguan ini
dianggap tidak terlalu mengkhawatirkan karena penderita masih dalam keadaan stabil
(Laura A. King, 2012). Karena itu, sulit untuk memberikan penanganan kepada
penderita.
18
(3) Borderline: Individu memiliki emosi yang tidak stabil, seringkali merasa cemas,
mudah terganggu, dan mudah merasa bosan.
(4) Antisosial: Individu seringkali bersikap seenaknya, tidak memiliki rasa tanggung
jawab, suka mengeksploitasi, dan suka mengganggu sehingga mereka memiliki
banyak catatan kejahatan. Kebanyakan penderita gangguan ini adalah pria.
c) Kluster Ketakutan Kronik / Menghindar
(1) Menghindar (avoidant): Individu merasa malu dan menolak untuk berhubungan
secara intens dengan orang lain. Mereka seringkali merasa rendah diri dan takut
akan penolakan sosial.
(2) Tergantung (dependent): Individu sulit mengekspresikan kepribadian mereka dan
memiliki kepercayaan diri yang rendah, sehingga mereka membutuhkan individu
lain yang lebih kuat untuk menggantungkan diri dalam membuat keputusan.
(3) Pasif-agresif : Individu suka menunda pekerjaan, besifat keras kepala atau
sengaja mempersulit orang lain.
(4) Obsesif-kompulsif : Individu menunjukkan sikap perfeksionisme dengan
menerapkan standar moral yang kuat. Mereka terlalu terobsesi dengan aturan,
tidak peka secara emosional, dan berorientasi pada kehidupan yang produktif dan
efisien. Mereka tidak mau terbuka dengan perbedaan, bagi mereka hanya ada
satu jawaban benar dari semua pertanyaan.
5) Adiksi
a) Pengertian Adiksi
19
suatu kondisi dimana seseorang mengalami ketergantungan secara fisik dan psikologis
terhadap suatu zat adiktif. Adiksi narkoba adalah suatu masalah yang sangat
kompleks. Untuk itu perlu dipahami bagaimana karakteristik adiksi itu sendiri. Roger
& Mc Millins (1991) mengatakan bahwa adiksi dapat digolongkan sebagai suatu
penyakit yang memiliki kriteria sebagai berikut:
Pada kriteria ini tidak diperlukan suatu kondisi awal yang khusus untuk menyebabkan
seseorang menjadi penyalahguna.
(2) Kronis
(3) Progresif
Penderita pada kondisi fisik dan psikologis yang semakin lama dibiarkan akan
mengarah pada keadaan yang semakin memburuk.
Pada kondisi potential fatal penderita yang akan mengalami komplikasi medis,
psikologis,dan sosial yang serius bahkan mengakibatkan kematian apabila tidak
tertolong.
20
Keadaan fisik dan psikis yang muncul ketika penyalahguna narkoba mulai
mengalami ketergantungan narkoba menyebabkan ketidaknyamanan yang ditunjukan
oleh perubahan perilaku dan ekspresi verbal dan non vebal. Pola perilaku negatif pada
diri penyalahguna membawa pada keadaan psikis yang sebaliknya akan juga
memperburuk keadaan perilaku penyalahguna narkoba tersebut.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
22
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. (2018). Psikologi Kepribadian Edisi revisi (S. R (ed.); 1st ed.). Universitas
Muhammadiyah Malang.
Yanuardianto. (2019). Teori Kognitif Sosial Albert Bandura. Auladuna, 01, 96.
Fitria. (2014). Profil keterampilan berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah
matematika ditinjau dari tipe kepribadian (sanguinis, koleris, melankolis, dan
phlegmatis). MATHEdunesa, 3(3).
Hambali & Jaenudin. (2013). Psikologi Kepribadian Lanjutan: Studi atas Teori dan
Tokoh Psikologi kepribadian. CV. Pustaka Setia.
Jess & Gregory. (2011). Teori Kepribadian (7th ed.). Salemba Humanika.
Tansen Simanullang. (2021). Pengaruh Tipe Kepribadian The Big Five Model
Personality Terhadap Kinerja Aparatur Sipil Negara. Manajemen Pendidikan
Dan Ilmu Sosial, 2(2), 749. https://doi.org/10.38035/jmpis.v2i2
23