Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

“KEMAMPUAN MENJELASKAN BERBAGAI TEORI


PSIKOLOGI (TEORI ALLPORT)“

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan


Dosen Pengampuh : Dr. Herson Kadir, S.Pd. M.Pd

Disusun Oleh :
Rania Bahmid (311421048)
Sri Aditya Datunugu (311421043)
KELAS 2 A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT karena atas kuasanya yang
memberikan kekuatan dan kesehatan serta kemampuan yang dimilikinya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kemampuan
Menjelaskan Berbagai Teori Psikologi (Teori Allport)”. Kami ucapkan terima
kasih banyak kepada dosen pengampu mata kuliah, Dr. Herson Kadir S.Pd, M.Pd,
karena beliau telah memberi kami ilmu.

Ada tujuan pembuatan makalah bukan hanya sekedar pemenuhan sebagian


tugas untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Psikologi Pendidikan namun
diharapkan menjadi bahan tambahan pengetahuan dan ilmu pengetahuan sebagai
pengembangan kualitas mahasiswa. Dalam penulisan makalah ini penulis
mengucapkan terima kasih atas bantuan dan kerjasama yang diberikan oleh semua
pihak. Khususnya dosen dan teman-teman yang memberikan ide dan masukan
sehingga tugas ini dapat diselesaikan dengan lancar dan tepat waktu.

Kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam


penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Gorontalo, 24 Mei 2022

(………………………….)

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ 2


DAFAR ISI................................................................................................. 3
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................ 4
1.2 RUMUSAN MASALAH....................................................................... 5
1.3 TUJUAN.............................................................................................. 5
1.4 MANFAAT........................................................................................... 6
BAB 2 PEMBAHASAN ............................................................................ 7
2.1 KEPRIBADIAN................................................................................... 7
2.2 PSIKOLOGI....................................................................................... 12
2.3 PSIKOLOGI KEPRIBADIAN.............................................................. 16
2.4 TEORI PSIKOLOGI ALLPORT.......................................................... 20
2.5 HASIL PENELITIAN PEMBAHASAAN TEORI ALLPORT DALAM
SASTRA.............................................................................................. 29
BAB 3 PENUTUP...................................................................................... 32
3.1 KESIMPULAN.................................................................................... 32
3.2 SARAN.............................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 34
LAMPIRAN .............................................................................................. 35

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Allport tidak setuju dengan teori psikoanalisis. Menurutnya manusia normal


adalah makhluk yang rasional yang diatur terutama oleh tujuan kesadarannya yang
berakar di masa kini dan masa yang akan datang, bukan di masa lalu. Prinsip dasar
tingkah laku adalah terus menerus bergerakmengalir. Karena itu konsep, utama
teori kepribadiannya menyangkut motivasi, yang membuat orang bergerak. Arus
aktivitas itu memiliki unsur yang tetap (traits) dan unsur yang berubah-ubah
(functional autonomy: kecenderungan tingkah laku untuk berlanjut oleh alasan yang
berbeda dengan alasan motivasi awalnya.
Definisi kepribadian adalah organisasi dinamik dalam sistem psikofisik
individu yang menentukan penyesuaian yang unik dengan lingkungannya. Suatu
fenomena dinamik yang memiliki elemen psikologik dan fisiologik, yang
berkembang dan berubah, yang memainkan peran aktif dalam berfungsinya
individu.
Istilah dynamic organization dipakai merangkum dua pengertian; (1)
kepribadian terus menerus berkembang dan berubah, dan (2) didalam diri individu
ada pusat organisasi yang mewadahi semua komponen kepribadian dan
menghubungkan satu dengan lainnya. Istilah psychophysical systems menyiratkan
bahwa kepribadian bukan hanya konstruk hipotetik (yang dibuat oleh pakar) tetapi
merupakan fenomena nyata yang merangkum elemen mental + neural, disatukan
kedalam unitas kepribadian. Istilah determine mempertegas kembali bahwa
kepribadian adalah sesuatu dan mengerjakan sesuatu, bukan sekedar konsep yang
menjelaskan tingkah laku tetapi bagian dari individu yang berperan aktif dalam
tingkah laku orang itu. Allport juga mempertimbangkan untuk tidak memakai istilah
character dan temperament sebagai sinonim personality. Menurutnya, character
mengesankan suatu aturan tingkah laku dengan mana orang atau perbuatannya
akan dinilai: orang Sering digambarkan memiliki character yang baik atau jelek.
Temperament mengacu ke disposisi yang terkait erat dengan determinan biologis
atau fisologis. Hereditas memainkan peran penting dalam temperamen, sebagai
bahan baku bersama-sama kecerdasan dan fisik membentuk kepribadian.
4
konsep kepribadian menurut teori psikologi individu Gordon Allport, dinamika
kepribadian, serta perkembangan kepribadian berdasarkan teori tersebut. Gordon
Allport menekankan keunikan individu. Dia percaya bahwa upaya untuk
menggambarkan orang dalam hal ciri-ciri umum menghilangkan mereka dari
individualitas unik mereka. Untuk alasan ini, Allport keberatan dengan sifat dan teori
faktor yang cenderung mengurangi perilaku individu dengan ciri-ciri umum.
Misalnya, bahwa sikap keras kepala seseorang berbeda dari sifat keras kepala
lainnya dan cara di mana kekeraskepalaan seseorang berinteraksi dengan
extroversion dan kreativitasnya diduplikasi bukan dari individu lain, Allport
melakukan studi tentang ilmu morfogenik individu dan membandingkannya dengan
metode nomotetik yang digunakan oleh sebagian besar psi kolog lainnya. Metode
morfogenik adalah metode yang mengumpulkan data pada satu individu,
sedangkan metode nomotetik mengumpulkani data pada sekelompok orang. Allport
juga menganjurkan pendekatan eklektik untuk membangun teori. Dia menerima
beberapa kontribusi dari Freud, Maslow, Rogers, Eysenck, Skinner, dan lain-lain,
tetapi ia percaya bahwa tidak seorang pun dari ahli teori ini mampu menjelaskan
secara memadai total kepribadian yang berkembang dan unik.

1.2 Rumusan Masalah


a. Siapa itu Gordon Allport?
b. Apa konsep struktur kepribadian menurut Gardon Allport?
c. Bagaimana proses individualisasi sebagai jalan mencapai realisasi diri
menurut Gardon Allport?
d. Bagaimana contoh kajian teori Gardon Allport dalam penulisan sastra?

1.3 Tujuan
A. Menguraikan Biografi Gordon Allport.
B. Menguraikan konsep struktur kepribadian menurut Gordon Allport.
C. Menjelaskan proses individualisasi sebagai jalan mencapai realisasi diri
menurut Gordon Allport.
D. Menguraikan contoh kajian teori Gardon Allport dalam penelitian sastra.

5
1.4 Manfaat

1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangan pengetahuan dan pemikiran di bidang ilmu
Psikolog.
b. Memberikan masukan dan penjelasan mengenai Teori Psikologi Allport.
c. Memberikan sumbangan dalam memperbanyak referensi ilmu tentang Teori
Psikolog Kepribadian.
2. Manfaat Praktis
a. Meningkatkan daya kritis, mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir
dinamis serta untuk menerapkan ilmu yang penulis peroleh di bangku kuliah.
b. Memberikan masukan pemikiran bagi pihak-pihak yang terkait serta
tambahan pengetahuan bagi para pihak yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti serta bermanfaat bagi para pihak yang berminat pada masalah
yang sama.
c. Memberikan pengetahuan bagi masyarakat mengenai Psikologi Allport.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kepribadian

2.1.1 Biografi Gordon Allport


Gordon Willard Allport lahir pada 11 November 1897 lahir di Montezuna,
Indiana, dari pasangan John E. Allport dan Nellie Wise Allport sebagai anak
bungsu dari 4 bersaudara. Awalnya ayahnya adalah seorang pengusaha , namun
ketika Allport lahir beliau beralih pekerjaan dibidang obat – obatan (medis). Ibunya
seorang guru dan merupakan protestan yang alim. Gordon Alport merupakan
seorang psikolog. Ia meraih gelar doktor psikologi dari Harvard pada tahun 1922.
Ia menghabiskan kariernya untuk mengembangkan teori, mengkaji persoalan-
persoalan sosial, seperti prasangka, kecurigaan, komunal, serta mengembangkan
tes kepribadian.

2.1.2 Pengertian Kepribadian


Kepribadian bahasa inggrisnya personaliti berasal dari bahasa yunani "per"
dan "sonare" yang berarti topeng tetapi juga berasal dari kata personae yang berarti
pemain sandiwara, yaitu pemain yang memakai topeng tersebut. Akhirnya kata
persona itu menunjukan pengertian tentang kualitas dari watak/krater yang
dimainkan di dalam sandiwara itu. Menurut Pervin kepribadian merupakan
karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi perasaan,
pemikiran, dan perilaku. Sedangkan menurut Sjarkawi mendefinisikan kepribadian
adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang
bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan. Pengertian
kepribadian berdasarkan para ahli (Sukmadinata, 2011:136).

a. Ross Stagner (1961) mengartikan kepribadian dalam dua macam Pertama


kepribadian sebagai topeng (mask personality) yaitu kepribadian yang berpura-
pura, yang di buat-buat, yang semu atau mengandung kepalsuan. Kedua
kepribadian sejati (real personality) yaitu kepribadian yang sesungguhnya, yang
asli.

7
b. Floyd Allport (1924), melihat kepribadian sebagai suatu yang terjalin dalam
hubungan sosial," Personality is the individual characteristic reactions to social
stimuli and the quality of his adaptation to the social inportance that are stable
and resitance to change" yang lain yaitu May (1929) mengemukan rumusan
yang sejalan dengan Allport, bahwa "Personality is the social stimulus value of
the individuals".
c. Gordon Allport (1961,h.28) mengemukakan rumusan yang lebih menyeluruh
dan tegas, bahwa kepribadian adalah "... the dynamic organizations within the
individual of those psychophysical systems that determine his unique
adjustment with the environment. Sejalan dengan pendapat Gordon Allport
adalah rumusan yang diberikan oleh Walter Mischel (1981 h.2) bahwa
"Personality usually refers to the distinctive patterns of behavior (including
thoughts and emotions) that terize each individuals adaptation to the situations
of his or her life".

2.1.3 Aspek-Aspek Kepribadian


Beberapa aspek kepribadian yang penting berhubungan dengan
pendidikan, dalam rangka pembentukan pribadi anak-anak didik. Aspek aspek
kepribadian menurut Ngalim (2011:157) terdiri-dari:
a. Sifat-sifat kepribadian (personality traits)
Sifat-sifat kepribadian seperti yang telah dikemukakan dalam pasal-pasal
yang lalu, yaitu sifat-sifat yang ada pada individu seperti antara lain: penakut,
pemarah, suka bergaul, peramah, suka menyendiri, sombong, dan lain-lain.
b. Intelijensi
Kecerdasan atau intelijensi juga merupakan aspek kepribadian yang
penting. Termasuk di dalamnya kewaspadaan, kemampuan belajar. kecepatan
berpikir, kesanggupan untuk mengambil keputusan yang tepat, kepandaian
menangkap dan mengolah kesan-kesan atau masalah, dan kemampuan
mengambil kesimpulan.
c. Pernyataan diri dan cara menerima kesan-kesan (appearance.and
impression) Termasuk dalam aspek ini antara lain ialah kejujuran, berterus
terang, meyelimuti diri, pendendam, tidak dapat menyimpan rahasia, mudah
melupakan kesan-kesan, dan lain-lain.

8
d. Kesehatan
Kesehatan jasmaniah atas bagaimana kondisi fisik sangat erat hubungannya
dengan kepribadian seseorang bentuk tubuh. Bentuk tubuh seseorang
berhubungan erat dengan appearance-nya, meskipun mungkin dua orang yang
berbentuk tubuh sama berbeda dalam appearance-nya. Namun demikian bentuk
tubuh merupakan faktor yang penting dalam kepribadian seseorang.
e. Sikap terhadap orang lain
Tentang sikap juga telah dibicarakan dalam permulaan bab ini. Sikap
seseorang terhadap orang lain tidak terlepas dari sikap orang itu terhadap dirinya
sendiri. Bermacam-macam sikap yang ada pada seseorang turut menentukan
kepribadiannya.

f. Pengetahuan
Kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki seseorang, dan jenis
pengetahuan apa yang lebih di kuasainya, semua itu turut menentukan
kepribadiannya. Pengetahuan yang dimiliki seseorang memainkan peranan penting
di dalam pekerjaan/jawabannya, cara cara penerimaan dan penyesuaian sosialnya,
pergaulan dan sebagainya.
g. Keterampilan (Skills)
Keterampilan seseorang dalam mengerjakan sesuatu. sangat mempengaruhi
bagaimana cara orang itu bereaksi terhadap situasi situasi tertentu. Termasuk
didalam keterampilan ini antara lain: kepandaiannya dalam atletik, kecakapan
dalam mengemudi mobil atau kenderaan-kenderaan bermotor lainnya, kecekatan
dalam mengerjakan membuat pekerjaan-pekerjaan tangan, seperti tukang kayu,
tukang batu, dan lain-lain.
h. Nilai-nilai (Values)
Bagaimana pandangan dan kenyakinan seseorang terhadap nilai-nilai atau
ide-ide turut pila menentukan kepribadiannya. Nilai-nilai yang ada pada seseorang
dipengaruhi oleh adat istiadat, etika, kepercayaan dan agama yang dianutnya.
Semua itu mempengaruhi sikap. pendapat dan pandangan kita, yang selanjutnya
tercermin dalam cara-cara kita bertindak dan bertingkah laku.

9
i. Penguasaan dan kuat-lemahnya perasaan
Ada orang yang pandai menguasai perasaan yang timbul dalam dirinya, ada
yang tidak. Ada orang yang pemarah ada pula orang yang sabar. Sesorang muda
merasa tersinggung, yang lain tidak. Demikian pula intensitas atau kuat lemahnya
perasaan tidak sama pada tiap orang. Keadaan perasaan yang berbeda-beda pada
tiap individu sangat mempengaruhi kepribadiannya. Apa yang dibicarakan dalam
pasal yang lalu tentang temperamen, pembagian tipe watak dari Heymans, dan
juga tentang frustasi sangat erat huubungannya dengan masalah ini.
j. Peran (Roles)
Peran Yang dimaksud dengan peranan disini ialah kedudukan atau posisi
seseorang di dalam masyarakat di mana ia hidup. Termasuk dalam peranan ini
ialah tempat dan jabatannya, macam pekerjaannya, dan tinggi rendahnya
kedudukan itu. Kedudukan seseorang dalam masyarakat menentukan tugas
kewajiban dan tanggung jawabnya, yang selanjutnya menentukan sikap dan
tingkah lakunya.

2.1.4 Tipe Kepribadian


Kepribadian merupakan suatu kesatuan yang menyeluruh dan kompleks.
Walaupun demikian para ahli tetap berusaha untuk menyederhanakannya dengan
cara melihat satu atau beberapa faktor dominan, atau ciri utama atau melihat
beberapa kesamaan. Atas dasar itu maka sejak lama para ahli mengadakan
pengelompokkan kepribadian atau tripologi kepribadian (Sukmadinata, 2011:143)
Tipologi kepribadian yang bersifat psikis diberikan oleh Carl Gustav Jung seorang
psikiatris dari Swis. Berdasarkan kecenderungan hubungan sosialnya, maka Jung
membedakan tiga tipe manusia, yaitu Ekstrovert, Introvert dan ambivert.
a. Tipe Extrovert
Tipe extrovert orang-orang dengan tipe kepribadian ekstrovert memiliki ciri-
ciri antara lain orientasinya lebih banyak tertuju ke luar (lahiriah). Pikiran, perasaan
dan tindakan orang-orang dengan tipe kepribadian exxtrovert terutama ditentukan
oleh lingkungan sosial maupun non sosial di luar dirinya. Sifatnya positif terhadap
masyarakat, cepat beradaptasi dengan lingkungan, tindakan cepat dan tegas,
hatinya terbuka, mudah bergaul dan hubungan dengan orang lain lancar (Budi,
2010), Orang-orang yang perhatiannya lebih diarahkan keluar darinya, kepada
10
orang-orang lain, kepada masyarakat. Eysenck mengemukakan bahwa orang
dengan tipe kepribadian exxtrovert lebih kuat mengarahkan dirinya pada lingkungan
sekelilingnya, dan pada umumnya suka berteman, ramah menyukai pesta-pesta,
mempunyai banyak teman, membutuhkan orang lain untuk menjadi lawan bicara
mereka, tidak suka membaca ataupun belajar sendirian, senang humor, selalu siap
menjawab, menyenangi perubahan dan santai. Individu yang memiliki tipe
kepribadian ekstrovert juga lebih memilih untuk bergerak dan melakukan sesuatu
dibandingkan harus beri 8/92 lebih agresif, mudah marah dan terkadang ia bukan
orang yang dipercaya (Ulya, 2016).
Kelemahan orang-orang dengan tipe kepribadian ekstrovert adalah
perhatian terhadap dunia luar terlalu kuat yang akan membuatnya tenggelam dalam
dunia objektifnya, sehingga akan mengalami kehilangan dirinya atau asing
terhadap dunia subjektifnya. Di samping itu, mereka cenderung cepat melakukan
tindakan tanpa pertimbangan yang matang. Orang dengan tipe kepribadian
ekstrovert lebih efektif belajar melalui pengalaman yang konkret, kontak dengan
dunia luar dan berhubungan dengan orang lain. Mereka akan merasa lebih
bersemangat ketika bersama orang lain dan berinterakasi dengan mereka, serta
sering dapat mengungkapkan ide terbaik mereka jika dapat mengungkapkannya
pada orang lain. Mereka tergantung pada stimulasi dari luar dan interaksi dengan
orang lain (Budi, 2010).
b. Tipe introvert
Tipe introvert menurut Sunaryo (2002) orang-orang dengan tipe kepribadian
introvert memiliki ciri-ciri antara lain orientasinya tertuju ke dalam dirinya (batiniah).
Pikiran, perasaan dan tindakan orang-orang dengan tipe kepribadian introvert
terutama ditentukan oleh faktor subjektif. Adaptasi dengan dunia luar kurang baik,
jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar berhubungan dengan orang lain, kurang
dapat menarik hati orang lain, tingkah lakunya lamban dan ragu-ragu, serta
penyesuaian dengan batinnya baik. Kehidupan batiniahnya kaya dan terdidik
secara baik. Orang-orang dengan tipe kepribadian introvert bertindak hati-hati dan
penuh perhitungan (Budi, 2010). Orang-orang yang perhatiannya lebih tertuju ke
dalam dirinya, lebih banyak dikuasai oleh nilai-nilai subjektif.
Eysenck mengemukakan bahwa individu yang termasuk dalam tipe
introvert adalah individu yang selalu mengarahkan pandangannya pada dirinya
sendiri. Seluruh perhatian diarahkan kedalam hidup jiwanya sendiri. Tingkah
11
lakunya terutama ditentukan oleh apa yang terjadi dalam pribadinya sendiri.
Sedangkan dunia luar baginya tidak banyak berarti dalam penentuan dengan tipe
kepribadian introvert terutama ditentukan oleh faktor subjektif. Adaptasi dengan
dunia luar kurang baik, jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar berhubungan dengan
orang lain, kurang dapat menarik hati orang lain, tingkah lakunya lamban dan ragu-
ragu, serta penyesuaian dengan batinnya baik. Kehidupan batiniahnya kaya dan
terdidik secara baik. Orang-orang dengan tipe kepribadian introvert bertindak hati-
hati dan penuh perhitungan (Budi, 2010). Orang-orang yang perhatiannya lebih
tertuju ke dalam dirinya, lebih banyak dikuasai oleh nilai-nilai subjektif. Eysenck
mengemukakan bahwa individu yang termasuk dalam tipe introvert adalah individu
yang selalu mengarahkan pandangannya pada dirinya sendiri." perhatian diarahkan
kedalam hidup jiwanya sendiri. Tingkat terutama ditentukan oleh apa yang terjadi
dalam pribadinya sendin. Sedangkan dunia luar baginya tidak banyak berarti dalam
penentuan tingkah lakunya, sebab itu individu dengan tipe ini kerapkali tidak
mempunyai kontak dengan lingkungan sekelilingnya (Ulya, 2016).
Kelemahannya adalah jarak dengan dunia objektif terlalu jauh sehingga
lepas dari dunia objektif. Orang-orang dengan tipe kepribadian introvert dapat
berpikir dengan lebih baik dengan memprosesnya menggunakan pikiran mereka
sendiri. Mereka dapat belajar dengan lebih efektif secara individual dan lebih
memerlukan situasi yang bebas. Kekuatan mereka terletak pada kemampuan
mereka untuk berkonsentrasi pada tugas.

2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian


Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian menurut Ngalim
(20011:160), faktor-faktor yang memperkembangkan dan kepribadian sebagai
berikut:
a. Faktor biologis
Faktor biologis Yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani,
atau seringkali pula disebut faktor fisiologis. Sifat jasmani yang ada pada setiap
orang ada yang diperoleh dari keturunan, dan ada pula yang merupakan
pembawaan anak/orang itu masing-masing.
b. Faktor sosial
Faktor sosial yang dimaksud dengan faktor sosial di sini ialah masyarakat,
yakni manusia-manusia lain sekitar individu yang bersangkutan. Termasuk ke
12
dalam faktor sosial ini juga tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan peraturan bahasa
dan sebagainya yang berlaku dalam masyarakat itu. Keadaan dan suasana
keluarga yang berlainan, memberikan pengaruh yang bermacam-macam pula
terhadap terhadap perkembangan pribadi anak.
c. Faktor kebudayaan
Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing masing
anak orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana anak itu
dibesarkan.

2.2 Psikologi
Mendefinisikan psikologi bukan merupakan hal yang mudah karena
cakupan yang luas serta perbedaan dasar pemikiran atau filosofi dari para ahli
psikologi. Kata psikologi muncul sekitar abad 16 dan berasal bahasa Yunani, yaitu
dari kata “psyche” yang berarti jiwa dan “logos” yang berarti ilmu. Bila diartikan
secara harfiah psikologi adalah ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari gejala
kejiwaan. Jadi psikologi pada mulanya adalah pengetahuan tentang jiwa manusia.
Namun demikian pengertian jiwa merupakan sesuatu yang abstrak, tidak
bisa dilihat dan diungkapkan dengan jelas sehingga sulit untuk diukur secara
obyektif. Sedangkan syarat utama dari ilmu adalah keobyektifannya. Artinya dapat
diukur dan harus dapat dibuktikan dengan nyata. Oleh karena itu orang cenderung
mempelajari “jiwa yang meraga atau menjasmani” yaitu dalam bentuk tingkah laku.
Keadaan jiwa seseorang akan melatar belakangi timbulnya tingkah laku. Maka para
ahli bersepakat bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku.
Dengan mempelajari tingkah laku, kita dapat mengetahui keadaan kejiwaan
seseorang. Berbeda dengan jiwa, tingkah laku ini dapat diukur secara obyektif dan
dibuktikan secara nyata melalui metode-metode tertentu. Hal ini berarti definisi ini
telah memenuhi syarat psikologi sebagai ilmu pengetahuan. Di bawah ini ada
beberapa definisi dari ahli-ahli psikologi yang menunjukkan bahwa psikologi adalah
ilmu yang mempelajari tingkah laku:
Charles G. Morris dan Albert A. Maisto menyatakan sebagai berikut:
“Psychology is the scientific study of behavior and mental process” (Psikologi
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental).
Clifford T. Morgan, dkk.: “Psychology is the science of human and animal
behaviour; it includes the application of this science to human problems” (Psikologi
13
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan,
termasuk juga penerapan ilmu tersebut untuk mengatasi permasalahan yang
dihadapi manusia).
Sarlito W. Sarwono: “Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungan”. Kartini Kartono:
“Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan kehidupan psikis
(jiwani manusia)”.
Dari definisi-definisi itu dapat disimpulkan bahwa ada 2 hal penting dalam
psikologi. Pertama, psikologi merupakan ilmu pengetahuan. Kedua, psikologi
mempelajari tingkah laku.

2.2.1 Psikologi Merupakan Ilmu Pengetahuan

Sebagai suatu ilmu pengetahuan, ahli psikologi harus mengikuti kaidah ilmu
pengetahuan dalam mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang timbul. Data
harus diperoleh secara sistematis melalui observasi, eksperimen atau metode-
metode ilmiah lainnya. Data tersebut dianalisa dalam usahanya untuk
mengembangkan suatu teori.
Selain sebagai suatu ilmu pengetahuan, psikologi juga merupakan ilmu
terapan. Penerapan psikologi dalam kehidupan manusia merupakan suatu seni
yang memerlukan pengalaman dan latihan. Misalnya pengetahuan tentang
psikologi perkembangan dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang berkaitan
dengan pubertas. Pengetahuan mengenai tingkat kecerdasan dapat berguna dalam
proses ajar belajar di sekolah.

2.2.2 Psikologi Mempelajari Tingkah Laku


Sebagian orang berpendapat bahwa psikologi hanya tertarik untuk
mempelajari tingkah laku bermasalah atau tingkah laku yang tidak normal. Pada
kenyataannya psikologi mempelajari seluruh aspek tingkah laku manusia.
Tingkah laku yang dipelajari dalam psikologi bukan hanya tingkah laku yang
dapat diobservasi secara langsung tetapi termasuk juga perasaan, sikap, pemikiran
dan proses mental lainnya yang tidak dapat diobservasi secara langsung.
Walaupun demikian tingkah laku semacam itu tetap dapat diukur yaitu dari apa
yang mereka katakan atau dari reaksi mereka terhadap masalah yang dihadapi.
14
Tingkah laku yang dapat diamati atau diobservasi secara langsung oleh orang lain
disebut sebagai tingkah laku terbuka atau ”overt behavior”. Contoh tingkah laku
terbuka antara lain makan, minum, tertawa, berlari, mencari buku di rak, membuka
buku. Sedangkan tingkah laku yang hanya dapat diketahui secara tidak langsung
melalui metode-metode khusus disebut sebagai tingkah laku tertutup atau ”covert
behavior”. Contoh tingkah laku tertutup adalah berpikir, melamun, mengingat,
berfantasi, persepsi (misalnya persepsi pemakai terhadap pelayanan
perpustakaan), motivasi (misalnya mengapa ia pergi ke perpustakaan), sikap
(misalnya sikap pustakawan terhadap profesinya).
Walaupun psikologi menitik beratkan pada tingkah laku manusia, tetapi
tingkah laku hewan juga dipelajari di sini. Mengapa tingkah laku hewan juga
dipelajari dalam psikologi? Banyak ahli yang juga mempelajari tingkah laku
binatang karena mereka berpendapat bahwa tingkah laku hewan ada
kesamaannya dengan tingkah laku manusia. Sering kali penelitian yang dilakukan
terhadap hewan digunakan untuk mempelajari tingkah laku dasar manusia.. Selain
itu, kita dapat menggunakan hewan untuk eksperimen yang tidak mungkin dapat
dilakukan pada manusia, karena dengan menggunakan hewan penyelidik lebih
bebas melakukan percobaan. Walaupun demikian, banyak kritik yang dilontarkan
mengingat manusia berbeda dengan hewan.
Di sini kita memfokuskan psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tingkah
laku manusia. Mempelajari psikologi berarti berusaha mengenal manusia.
Mengenal manusia berarti memahami serta dapat menggambarkan tingkah laku
dan kepribadian manusia beserta aspek-aspeknya. Pada tiap manusia terdapat
aspek kepribadian yang khas, unik, lain dari pada yang lain yang membedakan satu
individu dengan individu lainnya. Berarti kita mengakui adanya perbedaan antar
individu (individual differences). Namun demikian suatu ilmu mengenal apa yang
disebut ilmiah universal, yaitu dalildalil, pengertian atau aksioma yang berlaku
umum. Psikologi harus mempelajari manusia dalam pengertian yang berlaku umum
tanpa mengabaikan adanya kepribadian yang unik dari tiap individu.
Psikologi bukanlah satu-satunya ilmu yang mempelajari tingkah laku.
Banyak ilmu lain seperti psikiatri, antropologi, sosiologi, ekonomi, politik, geografi
dan sejarah juga mempelajari tingkah laku manusia. Namun aspek yang dipelajari
berbeda dengan psikologi. Psikologi lebih menaruh perhatian pada perilaku
manusia sebagai individu, Psikiatri menitik beratkan pada kelainan tingkah laku,
15
Antropologi membandingkan tingkah laku antar kelompok masyarakat yang
berbeda kebudayaan, Sosiologi mempelajari tingkah laku kelompok, dan Ekonomi
mempelajari tingkah laku manusia yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi.
Walaupun demikian, tidak dipungkiri bahwa sering kali ada tumpang tindih antar
ilmu tersebut, misalnya psikologi mempelajari tingkah laku massa yang juga
dipelajari dalam sosiologi. Seorang ekonom belajar tingkah laku konsumen yang
juga dipelajari dalam psikologi.

2.2.3 Sejarah Perkembangan Psikologi


Sejarah perkembangan psikologi sebagai suatu ilmu, psikologi tergolong
cabang pengetahuan yang masih muda. Dibandingkan dengan ilmu pengetahuan
lainnya, psikologi lebih lama menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari filsafat.
Selama berabadabad psikologi merupakan filsafat tentang jiwa manusia. Minat
untuk menyelidiki gejala kejiwaan sudah lama sekali ada di kalangan umat
manusia. Ahli filsafat dari Yunanilah yang pertama-tama tertarik mempelajari gejala
kejiwaan ini. Pada saat itu belum ada pembuktian secara empiris dan terbatas pada
pemikiran-pemikiran belaka. Uraian para filsuf ini umumnya berkisar pada soal
ketubuhan dan kejiwaan. Dua filsuf Yunani kuno yang sudah mempelajari psikologi
adalah Plato (427-347 SM) dan muridnya Aristoteles (384-322 SM).
Kira-kira sekitar abad ke-7, psikologi dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan
alam. Sejumlah ahli faal mulai juga menaruh perhatian pada gejala-gejala kejiwaan.
Mereka melakukan berbagai eksperimen mengenai hal tersebut. Teori-teorinya
berkisar tentang syaraf sensoris dan motoris di otak dan hukum-hukum yang
mengatur bekerjanya syaraf tersebut.
Baru pada abad 19, psikologi menjadi ilmu yang berdiri sendiri, terpisah dari
ilmu lainnya. Hal tersebut ditandai oleh berdirinya laboratorium yang pertama di
Leipzig, Jerman pada tahun 1879 oleh Wilhelm Wundt. Oleh karena itu ia sering
kali disebut sebagai bapak psikologi modern. Dalam usahanya untuk menyelidiki
berbagai gejala kejiwaan, Wundt banyak menggunakan eksperimen. Orang yang
menjadi subyek percobaannya kemudian diminta untuk melihat ke dalam dirinya
dan diminta untuk menceritakan apa yang dialami selama eksperimen berlangsung.
Metode ini dikenal sebagai metode introspeksi. Dengan berdirinya laboratorium
tersebut, psikologi berkembang semakin pesat. Murid-murid Wundt mengajarkan
metode psikologi tersebut di universitas di negara-negara lain termasuk juga di
16
Amerika Serikat. Setelah psikologi berdiri sendiri, lambat laun para ahli psikologi
mengembangkan sistematika dan metodenya sendiri-sendiri sehingga timbul
berbagai aliran dalam psikologi. Aliran itu mengajukan teorinya masing-masing
yang menjadi dasar teori psikologi modern masa kini.

2.3 Psikologi Kepribadian

Psikologi Kepribadian adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang


kepribadian manusia melalui tingkah laku atau sikap sehari-hari yang menjadi ciri
khas seseorang tersebut. Kepribadian merupakan salah satu bagian atau ciri khas
yang istimewa dan sangat penting bagi kehidupan manusia.
Psikologi Kepribadian sebenarnya telah ditujukan untuk menjadi suatu
disiplin ilmu sudah sejak saat yang lama bahkan sebelum masehi. Hal ini juga
terdapat dalam sebuah literatur mitologi kuno,yang memberikan informasi bahwa
para pemain drama sering menggunakan make up atau topeng untuk memerankan
tokoh lain atau menyembunyikan identitasnya sendiri. Cara ini kemudian dinamai
oleh bangsa romawi dengan istilah personality. Dari kata personality, kata persona
sendiri dapat diartikan sebagai kehadiran seseorang melalui identitas yang tidak
mencerminkan dirinya sendiri. Melainkan, para pemain drama ingin menciptakan
kesan yang mendalam bagi para penonton,akan tetapi tidak meninggalkan kesan
mengenai pemeran drama itu sendiri melainkan kesan pada tokoh yang
diperankannya. Istilah personality kemudian hadir untuk menamakan para pemeran
sendiri, yang tadinya hanya sebuah peran namun bisa menjadi nama panggung
yang membuat pemerannya terkenal.
Seperti benda lain atau alam di sekitar kita yang memiliki ciri-ciri, manusia
sebagai makhluk sosial juga dapat dikenali ciri-ciri tingkah lakunya. Untuk
membedakan ciri-ciri mengenai tingkah laku asil dari pemeran drama dan tingkah
laku dari tokoh yang diperankannya, para filsuf akhirnya tertarik untuk mempelajari
tingkah laku manusia melalui berbagai penelitian.
Sejarah psikologi kepribadian ini semakin berkembang sekitar abad ke-18,
ketika psikologi menjadi disiplin ilmu yang sah dan diakui maka berkembanglah
juga Psikologi Kepribadian menjadi salah satu cabang dari disiplin ilmunya. Tokoh –
tokoh yang berperan dalam Psikolgi Kepribadian adalah sebagai berikut:

17
1. Sigmund Freud 
Sigmund Freud erupakan salah satu tokoh psikologi Barat yang sering
dikritik oleh psikolog Muslim di dunia, karena psikoanalisa yang dianut Freud tidak
berjiwa atau mengandung nilai-nilai Islami. Menurut Freud, fenomena keagamaan
yang terjadi pada individu merupakan sebuah ilusi belaka atau tidak nyata sama
sekali, suatu bentuk neorosis yang universal. Selanjutnya, Freud mengemukakan
sebuah teori tentang struktur kepribadian manusia dan membuat konsep yang
disebut dengan Oedipus Complex sebagai asal-usul penyembahan individu
terhadap Tuhan. Dalam teori kepribadian Freud dijelaskan bahwa manusia terdiri
atas tiga sistem/struktur kepribadian, yaitu 1. Id (Das Es), 2. Ego ( Das Ich), dan
3. Super Ego (Das ueber Ich). Setiap struktur kepribadian tersebut memiliki fungsi,
sifat, komponen, prinsip kerja, dan dinamisasi serta mekanisme masing-masing.
Tetapi diantara komponen tersebut sebenarnya saling berinteraksi satu sama lain
pada dalam diri individu, sehingga sulit untuk memisahkan atau menentukan
pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia.
2. Erick Erikson
Erick Erikson mengemukakan sebuah teori dengan pendekatan psikososial
yang dikenal sebagai ego psychology, yang artinya menekankan pada konsep
diri/self yang diatur oleh kekuatan alam bawah sadar/unconcious serta pengaruh
dari kekuatan sosial dan budaya di sekitar individu. Kekuatan alam bawah sadar
individu bekerja untuk menjaga kesatuan dalam berbagai aspek kepribadian serta
memelihara individu dalam keterlibatannya dengan dunia sosialnya, termasuk
tugasnya dalam mendapatkan makna hidup yang telah dijalani.
Pengertian Identitas diri menurut Erikson adalah sebuah intisari dari kepribadian
yang menetap dalam diri seseorang walaupun situasi lingkungan berubah-ubah dan
usia menjadi  semakin tua. Identitas diri sebagai keserasian peran sosial yang pada
prinsipnya dapat berubah dan selalu mengalami proses pertumbuhan seiring
dengan kondisi lingkungan sekitarnya. Identitas diri sebagai gaya hidup yang dapat
berkembang dalam tahap sebelumnya dan dapat menetukan cara-cara bagaimana
agar peran sosialnya terwujudkan. Identitas diri sebagai suatu pencapaian pada
tahap remaja dan terus diperbaharui dan disempurnakan pada tahap selanjutnya
seiring dengan bertambah dewasanya individu. Identitas diri sebagai pengalaman
yang subjektif akan membentuk hubungan yang berkesinambungan pada psikis
18
dalam ruang dan waktu. Identitas diri sebagai kesinambungan yang dialami individu
dalam pergaulan dengan orang lain.
3. Carl Jung
Carl Jung tipe kepribadian yang dikemukakan oleh Jung terbagi menjadi
dua, yakni ekstrover dan introver. Tipe kepribadian ekstrover yang berorientasi
pada interaksi dengan lingkungan sekitar serta introver yang berorientasi dalam diri
individu. Masing-masing tipe kepribadian yang dikemukakan oleh Jung memiliki
empat kombinasi fungsi. Kombinasi ekstrover berupa ekstrover-pikiran, ekstrover-
perasaan, ekstrover-penginderaan, dan ekstrover-pengintuisian. Kombinasi untuk
introver berupa introver-pikiran, introver-perasaan, introver-penginderaan, dan
introver-pengintuisian.
4. Alfred Adler
Alfred Adler mengemukakan sebuah teori psikologi yang sering disebut
sebagai psikologi individual. Adler menjelaskan bahwa kesadaran sebagai pusat
dari kepribadian seseorang, bukan ketidaksadaran. Psikologi indivual yang
dikemukakan oleh Adler memandang individu sebagai makhluk yang saling
bergantung secara sosial dengan orang lain. Terdapat enam pokok teori psikologi
individual menurut Adler yaitu: (1) perjuangan untuk sukses atau menjadi
superior (striving for superiority), (2) persepsi subyektif individu untuk membentuk
tingkah laku dan kepribadian (subjective perception), (3) semua fenomena
psikologis disatukan di dalam diri individu (unity of personality), (4) manfaat dari
aktivitas manusia harus dilihat dari sudut pandang sosial (social interest, (5) semua
potensi manusia dikembangkan sesuai dengan gaya hidup (life of style, dan (6)
gaya hidup dikembangkan melalui kekuatan kreatif (creative power).
5. Karen Horney
Karen Horney menggambarkan manusia dan kepribadiannya lebih optimis
dibandingkan dengan Freud. Salah satu bentuk optimisnya ditunjukkan dengan
kepercayaannya mengenai kekuatan biologis yang tidak dapat menghukum individu
dalam bentuk konflik, cemas, neurosis atau sesuatu yang universal dalam
kepribadian itu sendiri. Menurut Horney setiap individu memiliki keunikan masing-
masing. Saat individu mengalami perilaku neurotik, maka hal tersebut terjadi
disebabkan oleh dorongan sosial pada masa kanak-kanak. Hubungan antara orang
tua dan anak mungkin akan memuaskan, mungkin juga dapat membuat anak
menjadi frustasi. Jika kebutuhannya tidak dipenuhi, maka hasilnya adalah perilaku
19
neurotik, neurosis atau konflik, tetapi dapat dihindari jika anak tumbuh dengan
penuh cinta, penerimaan dan kepercayaan dari orang tua. Setiap individu memiliki
potensi untuk merealisasikan diri dan menjadi tujuan utama dalam hidup.
Kemampuan dan potensi intrinsik individu akan tumbuh mekar perlahan sebagai
sesuatu yang niscaya dan alamiah seperti biji buah yang muncul dari pohonnya.
6. Erich Fromm
Erich Fromm menjelaskan kerangka teoritik mengenai alienasi. Alienasi ini
dilihat dari latar belakang individu yang mengalami alienasi dan juga bentuknya.
Alienasi terjadi karena adanya kebutuhan-kebutuhan manusiawi dari individu yang
tidak terpenuhi. Kebutuhan-kebutuhan tersebut antara lain, realtedness,
transcendences, rootedness, sense of identity, dan frame of
orientation. Relatedness merupakan kebutuhan individu dalam mengatasi perasaan
kesendirian dan terisolasi dari lingkungan sekitar. 
Trans cendences merupakan kebutuhan individu untuk mengoptimalkan
dirinya atau refleksi terhadap diri sendiri. Rootedness merupakan kebutuhan
individu untuk memliki ikatan dengan orang lain yang membuatnya nyaman. Sense
of Identity merupakan kebutuhan individu untuk menjadi manusia yang unik. Dan
terakhir Frame of Orientation merupakan kebutuhan individu akan cara pandang
yang konsisten dalam menafsirkan dunia. Pemenuhan kebutuhan manusiawi
tersebut juga terdapat beberapa cara yakni, cara yang sehat yang akan membawa
individu kepada eksistensi, dan cara yang tidak sehat yang membawa individu
mengalami alienasi.

2.4 Teori Psikologi Allport

Teori psikologi kepribadian menurut Goldon Allport adalah suatu organisasi


dinamis didalam individu sebagai sistem psychophysis yaitu, menentukan cara
khas dalam menyesuaikan diri dan lingkungan sekitar. Dan mengapa Goldon
Allport menggunakan istilah kata organisasi dinamis, hal ini dikarenakan bahwa
realitas teori psikologi kepribadian selalu berkembang dan berubah dari waktu ke
waktu, Meski pada dasarnya ada komponen penting yang mengikat dan
menghubungkan dari berbagai komponen dalam teori psikologi kepribadian itu
sendiri. Teori psikologi kepribadian bukanlah suatu mental yang sifatnya ekslusif
semata, melainkan semua komponen yang menyusun teori psikologi kepribadian
20
adalah satu kesatuan yang utuh melingkupi tubuh dan jiwa seseorang. Dan dalam
pernyataan ini Goldon Allport menggunakan istilah psychophysical.
Dalam penggunaan istilah “khas” Goldon Allport mengatakan bahwa setiap
individu bertingkah laku dalam caranya sendiri,sebab setiap individu memiliki teori
psikologi kepribadiannya sendiri. Karena dua individu tidak akan mungkin memiliki
teori psikologi kepribadian yang sama. Dan karnanya tidak akan ada dua orangpun
yang bertingkah laku sama.
Goldon Allport berpendapat bahwa karakter adalah suatu konsep etis dan
menyatakan bahwa “kami lebih suka mendefinisikan karakter sebagai teori
psikologi kepribadian yang dievaluasi, sedangkan teori psikologi kepribadian adalah
karakter yang dievaluasi” (character is personality evaluated and personalityin
character devaluated. 1961, hlm 32).

2.4.1 Struktur Kepribadian

Struktur kepribadian merupakan unit dasar atau bagian dasar. Allport


mendeskripsikannya dengan istilah karakteristik individual dan la menyebutnya
sebagai watak/disposisi individu. Sepanjang kariernya Allport sangat berhati-hati
dalam membedakan sifat umum (common traits) dan sifat individual (individual
traits).
1. Sifat umum (common traits) adalah karakteristik umum yang dibangun dari
sifat banyak orang. Common traits memberikan arti dengan banyak orang
yang memberikan budaya atau kebiasaan yang dapat menjadi perbandingan
dengan orang yang lainnya. Allport mendefinisikan desposisi personal sebagai
suatu struktur neuropsikis yang memiliki kemampuan untuk menjadikan
banyak stimulus berfungsi ekuivalen, dan memulai serta membimbing bentuk-
bentuk tingkah laku yang adaptif dan ekspresif Disposisi personal bersifat
individual sedangkan sifat umum adalah sesuatu yang dibagi oleh banyak
orang.
2. Sifat individual Undividual traits merupakan manifestasi trait umum pada diri
seseorang sehingga selalu unik bagi orang itu, konstruksi neuropsikis yang
membimbing, mengarahkan, dan memotivasi tingkah laku penyesuaian yang
khas. Sifat unik ini adalah gambaran yang tepat dari struktur kepribadian
seseorang Individual traits atau disposisi pribadi memiliki tingkat generalitas
21
yang berbeda-beda, ada yang memengaruhi bingkah laku seseorang. Secara
umum, ada pula yang hanya memengaruhi tingkah laku tertentu saja. Ada 3
tingkatan disposisi.
1. Disposisi Kardinal
Beberapa orang memiliki karakteristik yang unggul atau mendominasi
keseluruhan hidupnya. Disposisi kardinal sangat jelas terlihat dan tidak dapat
disembunyikan, Umumnya banyak orang tidak memiliki disposisi kardinal. dan
hanya beberapa orang yang tahu dengan karakteristik sendirinya. Allport
mengidentifikasi beberapa tokoh sejarah dan karakter fiksi yang memiliki disposisi
misalnya quixotic, chauvinistic, narcissistic, sadistic, don juan, dan sebagainya.
2. Disposisi Sentral
Kecenderungan sifat yang menjadi ciri seseorang. yang menjadi titik pusat
tingkah lakunya. Biasanya di deskripsikan memakai lima sampai sepuluh
karakteristik utama, Allport mendeskripsikan disposisi sentral sebagai sesuatu yang
terdaftar di surat rekomendasi yang ditulis dari seseorang yang cukup dikenalnya,
isi surat ini merupakan sumber informasi tentang penulis, Kita akan melihat tiga
analisis terpisah dari surat ini mengungkap kan bahwa Jenny telah
mendeskripsikan tentang delapan disposisi sentral seperti posesif, ambisius, baik
hati, senang berkompetisi, dan agresif.
3. Disposisi Sekunder
Traits yang kurang mencolok dan kurang penting untuk menggambarkan
kepribadian. Setiap orang memiliki beberapa disposisi sekunder yang bukan
kepribadian utamanya dengan beberapa peraturan dan bertanggung jawab untuk
banyak dari satu perilaku tertentu. Ada tiga level disposisi kepribadian yang pasti,
sewenang-wenang pada skala tertentu dan paling tepat hingga paling tidak tepat.
Disposisi kardinal paling mencolok dalam diri seseorang, naungan dalam disposisi
sentral, yang kurang mendominasi tetapi tanda seseorang tersebut unik. Allport
menyarankan manakala disposisi sekunder hanya bangkit oleh rentan stimulus
situasi yang sempit, lebih tepat disebut sikap (attitude), alih-alih sifat (trait).
Misalnya, orang yang biasanya sabar menjadi marah meledak-ledak ketika
seseorang menghina kelompok etnik penyabar. Sifat marah itu disposisi sekunder
karena sehari-hari ia memakai disposisi sentral penyabar. Kualitas kepribadian
yang matang menurut Allport sebagai berikut:

22
1. Ekstensi Sense of Self
a. Kemampuan berpartisipasi dan menikmati kegiatan dalam jangkauan
yang luas.
b. Kemampuan din dan minat-minatnya dengan orang lain beserta minat
mereka.
c. Kemampuan merencanakan masa depan (harapan dan rencana).
2. Hubungan Hangat/Akrab dengan Orang Lain
Kapasitas intimacy (hubungan kasih dengan keluarga dan teman) dan
compassion (pengungkapan hubungan yang penuh hormat dan menghargal
dengan setiap orang).

3. Penerimaan Dini
Kemampuan untuk mengatasi reaksi berlebih akan hal hal yang
menyinggung dorongan khusus (misal: mengolah dorongan seks) dan menghadapi
rasa frustrasi, kontrol diri, dan pesan proporsional.
4. Pandangan-Pandangan Realistis
Keahlian dan Penugasan Kemampuan memandang orang lain, objek, dan
situasi. Kapasitas dan minat dalam penyelesaian masalah, memiliki keahlian dalam
penyelesaian tugas yang dipilih, mengatasi pelbagai persoalan tanpa panik,
mengasihani diri, atau tingkah laku lain yang merusak.
5. Objektif Diri: Insight dan Humor
Kemampuan diri untuk objektif dan memahami tentang diri dan orang lain.
Humor tidak sekadar menikmati dan tertawa. tetapi juga mampu menghubungkan
secara positif pada saat yang sama pada keganjilan dan absurditas diri dan orang
lain. Ada latar belakang yang mendasari semua yang dikerjakannya.
6. Filsafat Hidup
Filsafat Hidup yang memberikan tujuan dan arti. Contohnya lewat agama.
Allport juga membahas mengenai motivasi. Menurutnya beberapa perilaku adalah
fungsional otonomi Adapun kriteria fungsional otonomi adalah sebagai berikut:
a) Kecukupan teori motivasi "apa pun yang bergerak, kita harus
bergerak sekarang ini menyatakan bahwa masa lalu tidak penting.
Masa lalu akan sinkron hanya ketika itu member dampak dari
motivasi,

23
b) Kritikan Allport kepada Freud terhadap 2 teori nalurinya. dan juga
mengkritik Adler dan perjuangan tunggalnya untuk sukses, di mana
semua teori menekankan aktualisasi diri sebagai motif utama.
Allport dengan tegas menentang untuk menyamakan motivasi ke
dalam hal yang sama, la berpendapat motivasi orang dewasa dan
anak-anak tidak sama. Sama halnya motivasi orang neurotik dan
normal yang berbeda.
c) Motivasi bergerak secara spontan bukan malah bergerak mengikuti
apa yang dialaminya dari masa lalu, karena pada dasarnya
manusia hanya bersikap reaktif dengan motivasi.
d) Banyak orang akan mengikuti motivasi, motivasi yang unik di mana
motivasi ini akan berbeda dari motivasi-motivasi yang
dikembangkan pada umumnya.
2.4.2 Dinamika Kepribadian
Allport menekankan bahwa pengaruh keberadaan seseorang pada masa
sekarang tidak hanya ada di dalam teori kepribadian, tetapi juga ada dalam
pandangan motivasinya. Pada saat bayi, ada motif primitif yang berlaku, namun
sesudah dewasa motif primitif itu bisa saja ada perubahan yang disebabkan karena
adanya perbedaan yang membimbing tingkah laku pada saat bayi dan dewasa.
Allport menggambarkan dinamika kepribadian manusia dengan otonomi fungsional.
Otonomi fungsional memandang motif-motif orang dewasa beraneka ragam,
mandiri, sebagai sistem kontemporer, berkembang, dari sistem anteseden tetapi
secara fungsional tidak tergantung kepada sistem itu. Ada dua tingkat otonomi
fungsional.
Dinamika kepribadian yang dimaksudkan disini adalah interaksi antara daya-
daya pendorong, kateksis-kateksis, dan daya¬-daya penahan antikateksis-
antikateksis. Singkatnya dinamika kepribadian merupakan interaksi antara id, ego,
dan superego. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode yang
digunakan yaitu studi kasus. Subyek ditentukan secara purposif sesuai dengan
kriteria yang telah ditentukan. Analisis data yang digunakan yaitu Empirical
Phenomenological Psychological dan hermeneutik.
Empirical Phenomenological Psychological dikembangkan oleh Gunnar
Karlsson (1993). Metode Karlsson untuk studi fenomenologi bertujuan pada
pendeskripsian struktur dari makna fenomena. Hermeneutik merupakan ilmu
24
penafsiran yang menggunakan logika linguistik dalam melihat data yang berupa
teks. Teknik ini digunakan untuk menemukan pola umum pada orang yang
melakukan percobaan bunuh diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa id pada
orang yang melakukan percobaan bunuh diri cenderung sering dikecewakan dan
tidak mendapat pemuasan. Akibatnya, terjadilah ketegangan dalam diri individu.
Ego pada orang yang melakukan percobaan bunuh diri cenderung lebih lemah jika
dibandingkan dengan kedua sistem kepribadian yang lain. Akibatnya, ego tidak
dapat menjalankan tugasnya sebagai eksekutif kepribadian dengan baik.
Superego pada orang yang melakukan percobaan bunuh diri banyak
dipengaruhi oleh kondisi keluarga dan lingkungan tempat individu tinggal. Dinamika
kepribadian orang yang melakukan percobaan bunuh diri pada dasarnya hampir
sama dengan orang normal pada umumnya. Perbedaannya terlihat ketika individu
mengalami peristiwa yang pada akhirnya memicu individu untuk melakukan bunuh
diri. Pemikiran bunuh diri muncul ketika id menguasai sistem kepribadian.
Dominansi id membuat ego dan superego menjadi lemah dan tidak dapat
melakukan tugas sebagaimana mestinya. Id yang mengikuti prinsip kepuasan
berusaha memuaskan hasratnya untuk mengurangi ketegangan dalam diri individu.
Ketika id gagal memenuhi hasratnya maka terjadilah ketegangan dalam diri individu
yang selanjutnya memicu terjadinya kecemasan. Kecemasan dalam diri individu
inilah yang memunculkan perilaku impulsif dan irasional pada diri individu untuk
kemudian menghasilkan perilaku bunuh diri.

Otonomi Fungsional Terbiasa Seperti adiksi, perbuatan yang berulang-ulang


dan hal yang rutin. Perseverasi adalah kecenderungan suatu pengalaman
memengaruhi pengalaman berikutnya. Contohnya, mula mula remaja belajar
merokok karena ingin menjadi hero. tetapi sesudah itu dia merokok karena ia ingin
merokok. Otonomi Fungsional Propriate Seperti minat yang dipelajari, nilai-nilai,
sentimen, tujuan, motif-motif pokok, disposisi pribadi, gambaran diri, dan gaya
hidup. Misalnya, seorang wanita bekerja mula-mula karena ingin mendapat uang.
Ketika mulai bekerja, pekerjaan. itu menarik bahkan membosankan. Namun
sesudah lewat satu tahun, dia mengembangkan perasaan cinta kepada
pekerjaannya itu, mengorbankan hari liburnya untuk tetap bekerja, dan
mengembangkan hobi yang terkait dengan pekerjaannya itu. Kini bukan uang yang

25
menahannya di tempat pekerjaan, tetapi pekerjaan itu sendiri yang menjadi
motivasinya untuk bekerja.

Kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran: sadar, prasadar, dan tak
sadar. Pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yakni:
id, ego dan super-ego. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama tetapi
melengkapi/menyempurnakan gambaran mental terutama dalam fungsi dan
tujuannya. Ada beberapa Tingkat kehidupan mental, yaitu antara lain:
1) Sadar (Conscious)
Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat
tertentu. Menurut Freud hanya sebagian kecil saja dari kehidupan
mental (fikiran, persepsi, perasaan, dan ingatan) yang masuk ke
kesadaran (consciousness).

2) Prasadar (Preconscious)
Prasadar disebut juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat
kesadaran yang menjadi jembatan antara sadar dan tak sadar.
Pengalaman yang ditinggal oleh perhatian, semula disadari tetapi
kemudian tidak lagi dicermati, akan ditekan pindah ke daerah prasadar.

3) Taksadar (Unconscious)
Taksadar adalah bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan
menurut Freud merupakan bagian terpenting dri jiwa manusia. Secara
khusus Freud membuktikan bahwa ketidaksadaran bukanlah abstraksi
hipotetik tetapi itu adalah kenyataan empirik. Ketidaksadaran itu berisi
insting, impuls, dan drives yang dibawa dari lahir, dan pengalam-
pengalaman traumatik (biasanya pada masa anak-anak) yang ditekan
oleh kesadaran dipindah ke daerah tak sadar. Wilayah Pikiran antara
lain:

1. Id (Das Es)
Id adalah sistem kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Dari id ini
kemudian akan muncul ego dan superego. Saat dilahirkan, id berisi
semua aspek psikologi yang diturunkan, seperti insting, impuls dan
26
drives. Id berada dan beroperasi dalam daerah tak sadar, mewakili
subjektivitas yang tidak pernah sisadari sepanjang usia. Id
berhubungan erat dengan proses fisik untuk mendapatkan energi psikis
yang digunakan untuk mengoperasikan sistem dari struktur kepribadian
lainnya.

Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu


berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Plesure
principle diproses dengan dua cara :
a. Tindak Refleks (Refleks Actions)
Reaksi otomatis yang dibawa sejak lahir seperti mengejapkan mata
dipakai untuk menangani pemuasan rangsang sederhana dan biasanya
segera dapat dilakukan.

b. Proses Primer (Primery Process)


Reaksi membayangkan/mengkhayal sesuatu yang dapat mengurangi
atau menghilangkan tegangan – dipakai untuk menangani stimulus
kompleks, seperti bayi yang lapar membayangkan makanan atau
puting ibunya.
Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan
khayalan itu dengan kenyataan yang benar-benar memuaskan
kebutuhan. Id tidak mampu menilai atau membedakan benar-benar
salah, tidak tahu moral. Alasan inilah yang kemudian membuat id
memunculkan ego.

2. Ego (Das Ich)


Ego berkembang dari id agar orang mampu menangani realita
sehingga ego beroperasi mengikuti prinsip realita (reality principle)
usaha memperoleh kepuasan yang dituntut id dengan mencegah
terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan sampai ditemukan
objek yang nyata-nyata dapat memuaskan kebutuhan.
Ego adalah eksekutif atau pelaksana dari kepribadian, yang memiliki
dua tugas utama ; pertama, memilih stimuli mana yang hendak
direspon dan atau insting mana yang akan dipuaskan sesuai dengan
27
prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana
kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang
resikonya minimal. Ego sesungguhnya bekerja untuk memuaskan id,
karena itu ego yang tidak memiliki energi sendiri akan memperoleh
energi dari id.

3. Superego (Das Ueber Ich)


Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang
beroperasi memakai prinsip idealistik (edialistic principle) sebagai
lawan dari prinsip kepuasan id dan prinsip realistik dari ego. Superego
berkembang dari ego, dan seperti ego, ia tak punya sumber energinya
sendiri. Akan tetapi, superego berbeda dari ego dalam satu hal penting
superego tak punya kontak dengan dunia luar sehingga tuntutan
superego akan kesempurnaan pun menjadi tidak realistis.

Prinsip idealistik mempunyai dua sub prinsip yakni suara hati (conscience)
dan ego ideal. Freud tidak membedakan prinsip ini secara jelas tetapi secara
umum, suara hati lahir dari pengalaman-pengalaman mendapatkan hukuman atas
perilaku yang tidak pantas dan mengajari kita tentang hal-hal yang sebaiknya tidak
dilakukan, sedangkan ego ideal berkembang dari pengalaman mendapatkan
imbalan atas perilaku yang tepat dan mengarahkan kita pada hal-hal yang
sebaiknya dilakukan. Superego bersifat nonrasional dalam menuntut
kesempurnaan, menghukum dengan keras kesalahan ego, baik yang telah
dilakukan maupun baru dalam fikiran. Ada tiga fungsi superego:
(1) mendorong ego menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan moralistik,
(2) merintangi impuls id terutama impuls seksual dan agresif yang bertentangan
dengan standar nilai masyarakat,
(3) mengejar kesempurnaan.

2.4.3 Perkembangan Kepribadian


Pengembangan kepribadian berarti kemauan diri sendiri untuk menata aspek
internal diri atau sikap batin, dan aspek perilaku eksternal diri, yaitu cara Anda
menampilkan diri atau tampak sisi luar diri di persepsi orang lain. Untuk itu semua,
Anda harus mampu bersikap proaktif untuk meningkatkan kesadaran diri,
28
pengetahuan diri, kecerdasan diri, identitas diri, bakat dan potensi diri, kualitas diri,
serta memenuhi mimpi dan tujuan hidup dengan visi yang jelas. Termasuk,
memiliki keperibadian yang unggul untuk mengambil tanggung jawab atas
kesehatan diri, karir, keuangan, hubungan, emosi, kebiasaan, dan keyakinan
terhadap nilai-nilai kehidupan yang Anda perjuangkan.
Pelatihan pengembangan kepribadian memungkinkan peserta untuk
menciptakan keserasian hubungan dalam lingkungan pergaulan karena peserta
mempunyai konsep diri yang tepat. Konsep diri yang tepat membantu seseorang
untuk menyadari sisi positif dan negatif dirinya, dalam lingkungan seperti apa dia
berada, serta tindakan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam posisi
tersebut. Setelah mengikuti pelatihan ini, diharapkan para peserta dapat memiliki
kemampuan mengendalikan dan mengelola diri sendiri, bekerja dengan lebih baik,
serta mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, yaitu sesama
rekan kerja, atasan, bawahan serta customer maupun relasi di luar perusahan.
Jelas dari bahasan otonomi fungsional, bahwa Allport berpendapat ada perubahan
signifikan antara anak-anak dengan orang dewasa. Berikut perkembangan
kepribadian menurut Allport::

1. Perkembangan Masa Bayi


Allport memandang bayi yang baru lahir sebagai makhluk hereditas, primitive
drive, dan reflex behavior. Bayi tidak mempunyai kepribadian, namun tingkah laku
bayi sebagian besar dapat dijelaskan sebagai kegiatan umum atau kumpulan
respons-respons yang tidak jelas, yang melibatkan semua sistem otot. Bayi dapat
memberi respons spesifik dalam bentuk refleks seperti mengisap dan menelan.
Menurut Allport, sumber motivasi tingkah laku bayi adalah arus aktivitas yang
mengatur bayi untuk beraksi. Sumber motivasi bayi lebih sarat dengan warna
biologis, tegangan yang menuntut kepuasan, dan menghindar dari rasa sakit.

2. Perkembangan Masa Dewasa


Perkembanga Sifat (trait) yang terorganisasi dan seimbang pada masa
dewasa yang mengawali dan membimbing tingkah laku sesuai dengan prinsip
otonomi fungsional. Dalam masa dewasa memperoleh motivasinya dari sumber
kekinian. Secara umum trait berfungsi dalam keadaan sadar dan rasional,
mengikuti pola-pola perjuangan yang menjadi propriate.
29
2.5 Hasil Penelitian Pembahasaan Teori Allport Dalam Sastra

Hubungan antara psikologi dan kepribadian adalah hubungan yang sangat


dekat dan terikat. Perintis hubungan tersebut adalah Sigmud Freud. Teori
psikoanalisis ditemukan dan dikembangkan pertama kali oleh Sigmund Freud.
Banyak pakar yang kemudian ikut memakai paradigma psikoanalisis untuk
mengembangkan teori psikologi kepribadian. Pelopor psikologi kepribadian
menerima gagasan-gagasan sosok pribadi sekaligus memperkaya gagasan
tersebut melalui pendekatan psikologi yang dikembangkan berdasarkan konsep-
konsep kepribadian. Allport (dalam Prawira, 2013:262) didefinisikan sebagai suatu
organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psychophysis yang menentukan
caranya yang khas dalam menyesuaikan dirinya terhadap sekitar. Jadi, kepribadian
adalah sesuatu yang memiliki peranan pada individu untuk bisa beradaptasi pada
lingkungan. Dengan demikian, defisinisi kepribadian yang dikemukakan oleh Allport
bersifat universal dalam arti mencakup fisik dan mental yang ada pada individu.

Menurut Roekhan (dalam Aminudin, 1990:93), psikologi dan karya sastra


memiliki hubungan fungsional, yakni sama-sama berguna untuk sarana
memperlajari keadaan kejiwaan orang lain. Hanya perbedaanya gejala kejiwaan
yang ada dalam karya karya sastra adalah gejala-gejala kejiwaan manusia imajiner
sedangkan dalam psikologi adalah manusia-manusia riil. Psikologi dan karya sastra
dapat saling melengkapi dan mengisi untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam terhadap kejiwaan manusia karena terdapat kemungkinan apa yang
tertangkap kejiwaan manusia karena terdapat kemungkinan apa yang tertangkap
oleh sang pengarang tak mampu di mampu di amati oleh psikologi atau sebaliknya.

Jatman (dalam Endraswara, 2011:97) berpendapat bahwa karya sastra dan


psikologi memang memiliki pertautan yang erat, secara tidak langsung dan
fungsional. Baik sastra maupun psikologi memiliki objek yang sama yaitu kehidupan
manusia. Psikologi dan sastra memilkik hubungan fungsional karena sama-sama
untuk mempelajari keadaan kejiwaan orang lain. Memahami teks satra
membutuhkan ilmu bantu psikologi karena karya sastra menyangkut aspek

30
kejiwaan manusia. Karya sastra merupakan cerminan psikologis pengarang dan
sekaligus memiliki daya psikologi terhadap pembaca, bedanya dalam psikologi
gejala tersebut nyata, sedangkan dalam sastra berfifat imajinatif Jatman (dalam
Endraswara, 2011:97). Psikologi dan karya sastra dapat saling melengkapi dan
mengisi untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap kejiwaan
manusia karena terdapat kemungkinan apa yang tertangkap oleh sang pengarang
tak mampu di amati oleh psikologi atau sebalikny. Psikologi sastra menjadikan tek
sebagai tumpuan dalam menganalisis karena manusia sebagai “Tokoh” berada di
dalam teks yang dibuat oleh pengarang.

Penelitian psikologi sastra memang memiliki landasan pijak sebab baik


sastra maupun psikologi sama-sama mempelajari hidup manusia. Bedanya, sastra
mempelajari manusia sebagai ciptaan imajinasi pengarang. Sedangkan psikologi
mempelajari manusia sebagai ciptaan ilahi secara riil, namun sifat-sifat manusia
dalam psikologi maupun sastra sering menunjukkan kemiripan. Karya sastra
bersifat kreatif atau imajiner, pencipta tetap sering memanfaatkan hukum-hukum
psikologi untuk menghidupakan karakter tokoh-tokohnya.

31
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

konsep kepribadian menurut teori psikologi individu Gordon Allport, dinamika


kepribadian, serta perkembangan kepribadian berdasarkan teori tersebut. Gordon
Allport menekankan keunikan individu. Dia percaya bahwa upaya untuk
menggambarkan orang dalam hal ciri-ciri umum menghilangkan mereka dari
individualitas unik mereka. Untuk alasan ini, Allport keberatan dengan sifat dan teori
faktor yang cenderung mengurangi perilaku individu dengan ciri-ciri umum.
Misalnya, bahwa sikap keras kepala seseorang berbeda dari sifat keras kepala
lainnya dan cara di mana kekeraskepalaan seseorang berinteraksi dengan
extroversion dan kreativitasnya diduplikasi bukan dari individu lain, Allport
melakukan studi tentang ilmu morfogenik individu dan membandingkannya dengan
metode nomotetik yang digunakan oleh sebagian besar psi kolog lainnya. Metode
morfogenik adalah metode yang mengumpulkan data pada satu individu,
sedangkan metode nomotetik mengumpulkani data pada sekelompok orang. Allport
juga menganjurkan pendekatan eklektik untuk membangun teori. Dia menerima
beberapa kontribusi dari Freud, Maslow, Rogers, Eysenck, Skinner, dan lain-lain,
tetapi ia percaya bahwa tidak seorang pun dari ahli teori ini mampu menjelaskan
secara memadai total kepribadian yang berkembang dan unik.

3.2 Saran

Dari berbagai uraian di atas masih banyak sekali kekurangan penulis


mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat relevan dan Semoga
dari pemaparan materi di atas dapat menambah wawasan dan dapat bermanfaat
bagi kita semua. Hasil membaca tidak dapat kita nikmati secara instan, namun
yang pasti akan bermanfaat suatu hari nanti. Bagi kita yang sudah hobi membaca
pertahankan dan tingkatkan kuantitas dan kualitas bacaan kita. Bagi kita yang
belum terbiasa membaca, cobalah mulai sekarang membiasakan diri untuk
membaca meski hanya beberapa saat.

32
DAFTAR PUSTAKA

Allport. F. H. 1924. Social Psychology. Boston: Houghton Mifflin.

Allport, Gordon W (1961), Personality: A Psychological Interpretation, New York:


Henry Holt and Company.

Allport,G.W. (1961). The Individual and His Religion, A Psychological.

Aminudin. 1990. Pengantar Apresiasi Sastra. Jakarta: CV. Sinar Baru.

Budi R.2010. pengantar ilmu komunikasi. Makassar : Kretakupa Kedokteran


EGC.

Endraswara, Suwardi (2011) Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta : caps.

Prawira, Purwa Atmaja. (2013). Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Purwanto, Ngalim, 2011. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Stagner, Ross, 1966, Interactional Psychology And Personality, Washington


D.C., Hemisphere.

Sukmadinata . Nana Syaodih, 2011, Landasan Psikologi Proses Pendidikan,


Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, N.S. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosadakarya.

Ulya, H.2016.”Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Bermotivasi Tinggi


Berdasarkan Ideal Problem Solving.”Jurnal Konseling GUSJIGANG,

33
2(1): 90-96, Diakses pada 24 Mei 2022, dari
(http://jurnal.umk.ac.id/index.php/gusjigang/article/view/561).

34
LAMPIRAN
Pertanyaan dan Jawaban Dari Presentasi Makalah Ini:

1. Ayu Anastasyah Umar


Perbedaan teori Allport dengan teori Adler dan aplikasi apa saja yang digunakan
pada teori Allport?
Jawaban:
Teori Adler menekankan setiap orang harus menciptakan tujuan final yang semu,
memakai bahan yang diperoleh dari keturunan dan lingkungan. Tujuan semu ini
karena mereka tidak harus didasarkan pada kenyataan, tetapi tujuan itu lebih
menggambarkan fikiran orang itu mengenai bagaimana seharusnya kenyataan itu,
didasarkan pada interpretasi. Tujuan final adalah hasil dari kekuatan kreatif
individu, kemampuan untuk membentuk tingkah laku diri dan menciptakan
kepribadian diri. Tujuan final mengurangi penderita akibat perasaan inferior, dan
menunjukkan arah menuju superiorita dan sukses. Sedangkan teori Allport,
struktur kepribadian itu terutama dinyatakan dalam sifat-sifat (traits) dan tingkah
laku didorong oleh sifat-sifat (traits). Jadi, Adler menuntut individu untuk menuju
superioritas dan sukses, dan Allport menganggap setiap individu itu positif dengan
prinsip tingkah laku dan trait yang terus menerus bergerak mengalir (trait, habit,
dan attitude).
Aplikasi yang digunakan pada teori Allport :
1.      Pendekatan morfogenik : menganalisis pola kepemilikan sifat-sifat individu,
dan melakukan perbandingan antar individu
2.      Psikoterapi

2. Veramita Umar
Menurut Allport kepribadian terdiri dari dua unsur psiko dan fisik. Jelaskan kedua
unsur tersebut dan berikan contohnya masing-masing!
Jawaban:
Menurut Gordon W.Allport. Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari
sistem psiko-fisik indvidu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran indvidu
secara khas. Terjadinya Interaksi psiko-fisik mengarahkan tingkah laku manusia.
1. psiko atau psikologis itu merupakan hal-hal yang tidak dapat dilihat secara
langsung oleh panca indera. Psikologis merupakan kata lain dari jiwa, mental,
35
atau psikologis. Contoh psikologis ialah perilaku, isi pikiran, alam perasaan,
kebiasaan, dan pengetahuan.
contoh sakit psikologis: sulit tidur, cemas, adanya perasaan bersalah, dll.
2. fisik merupakan kata lain dari raga, tubuh, atau badan. fisik dapat dilihat oleh
panca indera.
contoh sakit fisik: sakit kepala, sakit perut, sakit karena kulit terluka, dll.

3. Ririn Triana Mokoagow


Bagaimana pribadi yang sehat menurut Gardon Allport?
Jawaban:
Menurut Allport, individu-individu yang sehat dikatakan mempunyai fungsi yang
baik pada tingkat rasional dan sadar. Menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan
yang membimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu juga.
Kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma-trauma dan konflik-konflik
masa kanak-kanak. Dimana orang-orang yang neurotis terikat dan terjalin erat
pada pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Berbeda dengan orang-orang
yang sehat yang bebas dari paksaan-paksaan masa lampau. Pandangan orang
sehat adalah ke depan, kepada peristiwa-peristiwa kontemporer (masa kini) dan
peristiwa-peristiwa yang akan datang, dan tidak mundur kembali kepada peristiwa-
peristiwa masa kanak-kanak. Segi pandangan yang sehat ini memberi jauh lebih
banyak kebebasan dalam memilih dan bertindak. Contohnya seorang
remaja membutuhkan penyaluran-penyaluran atas energinya agar terhindar dari
kepribadian yang tidak sehat. Energi itu harus menemukan jalan keluar, dan
apabila energi tidak diungkapkan secara konstruktif maka mungkin energi akan
dilepaskan secara destruktif. Dimana beberapa anak yang kekurangan tujuan-
tujuan yang berarti dan konstruktif untuk menghabiskan energi mereka,
menyebabkan masalah kenakalan pada remaja.

4. Rosalinda Misilu
Apakah ketika proprium dewasa, propium dini akan hilang seketika?
Jawaban:
Jawabannya adalah Tidak, karena proprium selalu berkembang dari sejak lahir
hingga dewasa. Proprium itu sendiri adalah fungsi-fungsi. Fungsi-fungsi ini
termasuk perasaan jasmaniah, identitas diri, harga diri, perluasan diri, rasa
36
keakuan, pemikiran rasional, gambaran diri, usaha proprium, gaya kognitif dan
fungsi mengenal.

5. Rosalina Syufi
Pada slide 16 pemateri menjelaskan bahwa propriate funtional autonomi
mengacu pada motif yang mendukung diri sendiri yang terkait dengan proparium
seperti minat yang dipelajari, nah pertanyaan saya berikan salah satu contoh dari
propriate functional autonomi tersebut!
Jawaban:
Sebagai contoh, seorang wanita awalnya mengambil pekerjaan karena dia
membutuhkan uang. Pada awalnya, pekerjaan itu tidak menarik, bahkan mungkin
tidak menyenangkan. Namun, seiring berlalunya waktu, ia mengembangkan
potensi untuk pekerjaan itu sendiri, menghabiskan waktu liburan di tempat kerja
dan, bahkan, mengembangkan hobi yang terkait erat dengan pekerjaannya.

6. Mutiara Otolomo
Bagaimana peran seorang guru dalam menerapkan teori belajar kognitif dan
behavoristik?
Jawaban:
1. Berperan sebagau sosok yang menentukan dimana isyarat dapat
memancing respon siswa
2. Pengajar,yaitu menyampaikan berbagai stimulus
3. Pengatyr,yaitu mengatur promiting untuk dipasangkan dengan stimulus
4. Pengantur kondisi lingkunhan sehingga siswa dapat merespon dengan
benar
5. Model yang mencontohkan perilaku kepada siswa
6. Pemeberi intruksi singkat yang di ikuti contoh baik dilakukan sendiri
maupun melalui simulasi

7. Anisa Lamakaraka
Mengapa konsep diri merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku
seseorang?

37
Jawaban:
Seseorang yang mampu membentuk konsep diri positif, ia akan mudah menerima
dan berdamai dengan dirinya sendiri maupun masa lalunya. Hal tersebut tentu
berpengaruh ke perilaku seseorang. Selain itu, konsep diri juga dibentuk dari
pengalaman, perilaku diri, dan penilaian orang lain terhadap individu.

8. Zaenab Muhamad
Jelaskan konsep psikologi kepribadian bagaimana yang diterapkan oleh teori
allport dan berikan contoh
Jawaban:
teori psikologi menurut Gordon Allport seorang yang sudah ternama dalam dunia
psikologi. Allport tidak setuju dengan teori psikoanalisis. Allport meyakini bahwa
manusia adalah makhluk rasional yang digerakkan kesadaran, yang berdasar
pada masa kini, masa depan, dan bukan masa lalu. Allport meyakini bahwa
tingkah laku seseorang adalah sesuatu yang terus menerus bergerak, sehingga
konsep utama teorinya adalah motivasi yang membuat orang terus bergerak.
Allport memandang kepribadian sebagai organisasi dinamik dalam sistem
psikofisik individu yang menentukan penyesuaian unik dengan lingkungannya.

9. Ishak Majid
Bagaimana hereditas dan lingkunhan mempengaruhi kepribadian allport?
Jawaban:
Menurut Allport, kepribadian manusia diproduksi oleh hereditas (sifat keturunan
dari orang tua) dan lingkunhan hereditas,yaitu tempat dimana sifat keturunan itu
tumbuh dan berkembang.Lingkunhan hereditas mencakup fisik,intelegensia,serta
tempramen. Faktor hereditas berfungsi sebagai bahan dasar yang nantinya
dibentuk (dikuatkan atau dilemahkan) oleh lingkungan hereditas.

10. Rahmiati Yusuf


Apa yang dimaksud dengan landasan psikologis dan apa implikasinya bagi guru
khususnya ketika menyusun dan mengembangkan kurikulum SD?

38
Jawaban:
Landasan psikologis dalam pengembangan kurikulum ialah suatu landasan dalam
proses pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang kehidupan
manusia pada umumnya serta gejala yang berkaitan dengan aspek kurikulum
pribadi manusia serta tahapan usia perkembangan tertentu untuk mengenali dan
menyikapi anak didik.

39

Anda mungkin juga menyukai