Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Pemahaman Tingkah Laku Menurut Humanistik Carl


Rogers

Kelompok 5 :

1. Lilis Rofika (21012023)


2. Dea Ananda (21012025)
3. Dita Indah Sari (21012026)
4. Chairunnisa Putri (21012028)
5. Febri Ari Yanto (21012031)
6. Satrya Adhi Permana ( 21012032)

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas kelompok dengan judul “Dasar Pemahaman Tingkah Laku Menurut Humanistik Carl
Rogers”.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Pemahaman Tingkah Laku.
Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang pokok-pokok pikiran dan
penerapan teori Carl Rogers dalam pemahaman tingkah laku bagi para pembaca dan penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Anita selaku dosen mata kuliah Dasar
Pemahaman Tingkah Laku yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Oleh sebab itu, kami sangat mengarapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi pembaca untuk dijadikan sebagai bahan referensi.

Kulon Progo, 14 November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 3
BAB 1 ........................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 4
1. Latar Belakang Masalah.................................................................................................................... 4
2. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 5
3. Tujuan Masalah ................................................................................................................................. 5
BAB II........................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 6
1. Pengertian Teori Belajar Humanistik ................................................................................................ 6
2. Pokok pokok teori Humanistik ......................................................................................................... 7
3. Teori Belajar Humanistik Carl Rogers.............................................................................................. 9
4. Implikasi teori humanistik Carl Rogers .......................................................................................... 11
BAB III ....................................................................................................................................................... 14
PENUTUP .................................................................................................................................................. 14
1. Kesimpulan ..................................................................................................................................... 14
2. SARAN ........................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 16

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Pendidikan dan pengajaran adalah salah satu upaya mencapai target atau tujuan
yang secara runtut mengarah pada perbaikan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik.
Perubahan-perubahan itu menunjukkan tahap-tahap yang harus dilewati. Tanpa proses itu
tujuan tidak dapat tercapai, proses yang dimaksud adalah proses pendidikan dan
pengajaran. Pengajaran adalah proses dengan fungsi menuntun peserta didik dalam
menjalani kehidupan, yaitu menuntun serta memaksimalkan potensi diri sesuai dengan
amanat perkembangan yang harus dilalui para peserta didik. Tugas-tugas perkembangan
tersebut meliputi kebutuhan bertahan hidup sebagai individu maupun sebagai makhluk
sosial serta sebagai makhluk yang diciptakan Sang Pencipta.Pendidikan merupakan
rangkaian humanisasi berasal dari pemikiran faham humanistik. Hal tersebut relevan
dengan arti fundamental faham humanistik sebagai pengedukasian manusia. Sistem
edukasi Islam yang disusun di atas fondasi nilai-nilai kemanusiaan sedari awal
kelahirannya sejalan dengan esensi Islam sebagai agama yang humanistik. Islam
memposisikan aspek kemanusiaan sebagai arah pendidikannya. Edukasi dan proses
pembelajaran di bangku sekolah dipandang kurang demokratis. Minimnya wadah bagi
siswa atau siswi untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreasi dengan sudut pandang
mereka. Padahal, daya kreasi dan kompetensi kritis dalam berpikir adalah modal berharga
bagi anak supaya dapat mengatasi tantangan dan lebih kompetitif.

4
2. Rumusan Masalah
Makalah ini di buat untuk menjelaskan tentang :
1. Pokok-pokok pikiran Rogers
2. Penerapan teori Rogers dalam Pemahaman Tingkah laku

3. Tujuan Masalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Pengertian teori belajar Humanistic
2. Pokok pokok teori Humanistic
3. Teori Belajar Humanistik Carl Rogers
4. Implikasi teori humanistik Carl Rogers

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Teori Belajar Humanistik

Teori psikologi humanistik adalah teori yang membahas tentang perkembangan


kepribadian manusia. Teori humanistik melihat kehidupan manusia dari kehidupan manusia
itu sendiri, yangberfokus pada kemampuan manusiaitu untukmenguasai hasrat biologisnya,
serta untuk meraih potensi maksimal dirinya. Dalam teori in manusia bertaggung jawab atas
apa yang dilakukannya dan mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap
dan perilkunya sendiri. Salah satu tokoh teori psikologi humanistik adalah Carl Rogers (1902-
1987) yang terkenal Karen metode terapiny yang berpusat pada individu yang lebih dienal
dengan sebutan teori nondirektif Dalam makalah ini kami akan membahas secara mendalam
tentang teori humanistik oleh Carl Roger.
Secara luas definisi teori belajar humanisitk ialah sebagai aktivitas jasmani dan rohani
guna memaksimalkan proses perkembangan. Sedangkan secara sempit pembelajaran diartikan
sebagai upaya menguasai khazanah ilmu pengetahuan sebagai rangkaian pembentukan
kepribadian secara menyeluruh. Pertumbuhan yang bersifat jasmaniyah tidak memberikan
perkembangan tingkah laku. Perubahan atau perkembangan hanya disebabkan oleh proses
pembelajaran seperti perubahan habit atau kebiasaan, berbagai kemampuan dalam hal
pengetahuan, sikap maupun keterampilan.Dalam pandangan humanistik, manusia memegang
kendali terhadap kehidupan dan perilaku mereka, serta berhak untuk mengembangkan sikap
dan kepribadian mereka. Masih dalam pandangan humanistik, belajar bertujuan untuk
menjadikan manusia selayaknya manusia, keberhasilan belajar ditandai bila peserta didik
mengenali dirinya dan lingkungan sekitarnya dengan baik. Peserta didik dihadapkan pada
target untuk mencapai tingkat aktualisasi diri semaksimal mungkin.
Teori humanistic berupaya mengerti tingkah laku belajar menurut pandangan peserta
didik dan bukan dari pandangan pengamat. Humanisme meyakini pusat belajar ada pada
peserta didik dan pendidik berperan hanya sebagai fasilitator. Sikap serta pengetahuan
merupakan syarat untuk mencapai tujuan pengaktualisasian diri dalam lingkungan yang

6
mendukung. Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang spesial, mereka mempunyai potensi
dan motivasi dalam pengembangan diri maupun perilaku, oleh karenanya setiap
individuadalah merdeka dalam upaya pengembangan diri serta pengaktualisasiannya.
Penerapan teori humanistic pada kegiatan belajar hendaknya pendidik menuntun
peserta didik berpikir induktif, mengutamakan praktik serta menekankan pentingnya
partisipasi peserta didik dalam pembelajaran. Hal tersebut dapat diaplikasikan dengan diskusi
sehingga peserta didik mampu mengungkapkan pemikiran mereka di hadapan audience.
Pendidik mempersilakan peserta didik menanyakan materi pelajaran yang kurang dimengerti.
Proses belajar menurut pandangan humanistic bersifat pengembangan kepribadian,
kerohanian, perkembangan tingkah laku serta mampu memahami fenomena di masyarakat.
Tanda kesuksesan penerapan tersebut yaitu peserta didik merasa nyaman dan bersemangat
dalam proses pembelajaran serta adanya perubahan positif cara berpikir, tingkah laku serta
pengendalian diri.

2. Pokok pokok teori Humanistik

Pokok-pokok Teori Carl Rogers A. Struktur kepribadian Tiga komponen struktur kepribadian
menurut Rogers, yaitu : organisme, medan fenomena, dan self.
1) Organime, mencakup : Organisme adalah tempat dari seluruh pengalaman.
Pengalaman meliputi segala sesuatu yang secara potensial terdapat dalam kesadaran
organisme pada setiap saat. Keseluruhan pengalaman ini merupakan medan fenomenal.
Medan fenomenal adalah”frame of reference” dari individu yang hanya dapat diketahui
oleh orang itu sendiri. ”Medan fenomenal tidak dapat diketahui oleh orang lain kecuali
melalui inferensi empatis dan selanjutnya tidak pernah dapat diketahui dengan
sempurna”. Bagaimana individu bertingkah laku tergantung pada medan fenomenal itu
dan bukan pada keadaan-keadaan perangsangannya. Medan fenomenal tidak identik
dengan medan kesadaran. ”Kesadaran adalah perlambangan dari sebagian pengalaman
kita”. Medan fenomenal terdiri dari pengalaman sadar. Yaitu :
a) Makhluk hidup. Organisme adalah makhluk lengkap dengan fungsi fisik dan
psikologisnya, tempat semua pengalaman dan segala sesuatu yang secara
potensial terdapat dalam kesadar setiap saat

7
b) Realitas subjektif. Organisme menanggapi dunia seperti yang diamati atau
dialaminya. Realita adalah medan persepsi yang sifatnya subjektif, bukan
benar-salah.
c) Holisme. Organisme adalah kesatuan sistem, sehingga perubahan pada satu
bagian akan mempengaruhi bagian lain. Setiap perubahan
memiliki makna pribadi atau bertujuan, yakni tujuan mengaktualisasi,
mempertahankan, dan mengembangkan diri.
2) Medan fenomena Menurut Rogers medan fenomena sebagai keseluruhan
pengalaman, baik yang internal maupun eksternal, baik yang disadari maupun yang
tidak disadari. Medan fenomena merupakan seluruh pengalaman pribadi seseorang
sepanjang hidupnya.
3) Self Konsep Gestalt berisikan tentang organisasi dan konsistensi yang terdiri dari
persepsi-persepsi tentang sifat-sifat dari ‘diri subjek’ atau ‘diri objek’ dan persepsi-
persepsi tentang hubungan-hubungan antara ‘diri subjek’ atau ‘diri objek’ dengan
orang-orang lain dan dengan berbagai aspek kehidupan beserta nilai-nilai yang melekat
pada persepsi-persepsi ini. Gestalt lah yang ada dalam kesadaran meskipun tidak harus
disadari. Gestalt tersebut bersifat lentur dan berubah-ubah, merupakan suatu proses,
tetapi pada setiap saat merupakan suatu entitas spesifik. “diri” adalah suatu istilah yang
kabur, ambigu atau bermakna ganda, istilah yang tidak berarti secara ilmiah, dan telah
hilang dari kamus para psikolog bersama menghilangnya para introspeksionis.Self
merupakan konsep pokok dari teori kepribadian Rogers, yang intinya adalah :
a) Terbentuk melalui medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai orang
tertentu
b) Bersifat integral dan konsisten
c) Menganggap pengalaman yang tak sesuai dengan struktur self sebagai ancaman
d) Dapat berubah karena kematangan dan belajar.

8
3. Teori Belajar Humanistik Carl Rogers

Menurut Rogers, penyebab dari kecemasan psikologis adalah inkongruensi, atau


saat diri ideal seseorang tidak cukup bertumpukan dengan konsep dirinya, dan
inkongruensi, atau pada saat diri ideal seorang individu tidak cukup untuk berpijak
terhadap konsep dirinya, dan inkongruensi ini dapat dipresentasikan melalui tujuan-tujuan
yang seseorang pilih untuk diraihnya. Sebagai contoh meraih tujuan untuk berhasil dalam
bidang biologi, tetapi bahkan tidak menyukai biologi ataupun membutuhkan keberhasilan
tersebut untuk mencapai tujuannya menjadi seorang arsitek. Terdapat kemungkinan bahwa
orang tua dari orang tersebut adalah ahli biologi dan selama ini ia diharapkan akan
melakukan hal yang sama walaupun merasa bahwa arsitektur lebih menyenangkan dan
memuaskan.

Dalam contoh ini, biologi adalah bagian konsep dari diri seseorang, tetapi arsitektur
adalah bagian dari diri ideal dari orang tersebut. Inkongruensi antara keduanya dapat
menyebabkan stress. Untungnya, Rogers meluaskan ide-ide ini untuk mengajukan bahwa
kita semua memiliki proses penilaian organismic (Oraganismic Valuing Process), yaitu
insting alami yang menggerakkan kita menuju pencapaian-pencapaian yang sangat
bermakna. Dalam contoh di atas, OVP direpresentasikan sebagai insting yang tidak dapat
dijelaskan bahwa arsitektur, dan bukan biologi, adalah jalur yang tepat.

Menurut Rogers dalam Jamil Suprihatiningrum, ada dua tipe belajar, yaitu kognitif
(kebermaknaan) dan eksperimental (pengalaman). Guru memberikan makna (kognitif)
bahwa tidak membuang sampah sembarangan dapat mencegah terjadinya banjir. Jadi, guru
perlu menghubungkan pengetahuam akademik ke dalam pengetahuan bermakna.
Sementara experimental learning melibatkan peserta didik secara personal, berinisiatif,
termasuk penilaian terhadap diri sendiri (self assessment). Sedangkan menurut Carl Rogers
dalam teori belajar bebasnya, menyatakan bahwa tidak ada paksaan atau tekanan dalam
belajar. Guru tidak bembuat rencana dalam pembelajaran untuk peserta didik, tidak
memberikan kritik atau ceramah kecuali apabila siswa menghendakinya, tidak menilai atau
mengkritik pekerjaan murid kecuali apabila siswa memintanya.. Dalam bukunya “Freedom

9
to Learn”, ia memperkenalkan beberapa prinsip-prinsip belajar humanistik yang sangat
penting, di antaranya ialah:

1. Manusia itu memiliki kemampuan untuk belajar secara alami.


2. Belajar yang bermakna terjadi apabila subjek matter dirasakan peserta didik
mempunyai relevansi dengan maksud-maksudya sendiri.
3. Belajar yang melibatkan suatu perubahan yang ad di dalam tanggapan mengenai
dirinya, dianggap mengancam dan cenderung akan ditolaknya.
4. pekerjaan-pekerjaan belajar yang dapat mengancam diri adalah sangat mudah
untuk dirasakan dan mudah diasimilasikanapabila ancaman dari luar tersebut
semakin kecil.
5. Apabila ancaman kepada diri peserta didik rendah, pengalaman bisa diperoleh
dengan melakukan berbagai cara yang bermacam-macam dan terjadilah sebuah
proses belajar.
6. Belajar yang berarti bisa di dapatkan peserta didik dengan melakukannya
7. Belajar dapat diperlancar bilamana peserta didik dilibatkan langsung dalam proses
pembelajaran dan ikut serta bertanggung jawab dalam proses belajar tersebut.
8. Belajar atas inisiatif diri sendiri yang melibatkan diri peserta didik seutuhnya, baik
itu perasaan maupun segi kognitif, merupakan cara yang bisa memberikan hasil
yang mendalam dan lestari
9. Kepercayaan pada diri sendiri, kemerdekaan, kreatifitas akan lebih mudah untuk
dicapai apabila peserta didik dibiasakan untuk mawas diri dan mengeritik dirinya
sendiri dan penilaian diri orang lain adalah cara kedua yang juga penting.
10. Belajar yang sangat berperan secara sosial di dunia modern ini adalah belajar yang
menyangkut proses belajar, yang terbuka dan terus menerus pada pengalaman dan
penyatuannya ke dalam dirinya sendiri mengenai proses perubahan itu.
11. Carl Rogers menyatakan bahwa peserta didik yang belajar hendaknya tidak ditekan,
melainkan dibiarkan belajar bebas, peserta didik diharapkan bisa mengambil
sebuah langkah sendiri dan berani bertanggung jawab atas langkahlangkah yang
diambilnya sendiri. Dalam konteks tersebut, Rogersmenyatakan ada lima hal yang
penting dalam proses belajar humanistic, yaitu sebagai berikut.

10
a) Hasrat untuk belajar: keinginan untuk belajar dikarenakan adanya dorongan rasa
ingin tahu manusia yang terus menerus terhadap dunia sekelilingnya. Dalam proses
memecahkan jawabannya, seorang individu mengalami kegiatan-kegiatan belajar.
b) Belajar bermakna: seseorang yang beraktivitas akan selalu mempertimbangkan
apakah aktivitas tersebut mempunyai makna bagi dirinya. Jika tidak, tentu tidak
akan dilakukannya.
c) Belajar tanpa hukuman merupakan belajar yang terlepas dari hukuman atau
ancaman menghasilkan anak bebas untuk melakukan apa saja, dan mengadakan
percobaan hingga menemukan sendiri suatu hal yang baru.
d) Belajar dengan daya usaha atau inisiatif sendiri: menunjukkan tingginya motivasi
internal yang dimiliki. Siswa yang banyak inisiatif, akan mampu untuk memandu
dirinya sendiri, menentukan pilihannya sendiri dan berusaha mempertimbangkan
sendiri hal yang baik bagi dirinya.
e) Belajar dan perubahan: keadaan dunia terus berubah, karena itu peserta didik harus
belajar untuk dapat menghadapi serta menyesuaikan kondisi dan situasi yang terus
berubah. Dengan begitu belajar yang hanya mengingat fenomena atau menghafal
kejadian dianggap tak cukup.

4. Implikasi teori humanistik Carl Rogers

Menurut Wahyudin (2009), Psikologi humanistik Carl Rogers memberi perhatian atas
guru sebagai fasilitator. Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar
dan berbagai kualitas fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa
(petunjuk):
• Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal,
situasi kelompok, atau pengalaman kelas
• Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan
perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat
umum.

11
• Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan
pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi
• Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang
paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai
tujuan mereka.
• Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk
dapat dimanfaatkan oleh kelompok
• Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan
menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan
mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual
ataupun bagi kelompok
• Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-angsur
dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang
anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang
individu, seperti siswa yang lain.
• Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan
juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi
sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh
siswa
• Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan
adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
• Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk
mengenali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.

contoh Implikasi teori belajar humanistik Rogers terhadap metode pembelajaran sains
dimana dalam pembelajaran sains lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran
yang mewarnai metode-metode yang diterapkan dalam proses pembelajaran sains yang lebih
menekankan pada pembawaan metodenya. Seperti metode tanya jawab, metode diskusi, metode
pemecahan masalah, dan metode demonstrasi. Sehingga posisi guru menjadi fasilitator, motivator,
dan stimulator. Rogers berpandangan bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya tampaknya

12
merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang berinteraksi dan bertanggung jawab di
dalamnya. Selain itu gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan respons secara realistis
terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima. Semua orang tidak bisa melepaskan
subyektivitas dalam memandang dunia karena kita sendiri tidak tahu dunia itu secara obyektif.

13
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah diatas adalah :
Belajar bertujuan untuk menjadikan manusia selayaknya manusia, keberhasilan
belajar ditandai bila peserta didik mengenali dirinya dan lingkungan sekitarnya dengan
baik. Peserta didik dihadapkan pada target untuk mencapai tingkat aktualisasi diri
semaksimal mungkin. Teori humanistic berupaya mengerti tingkah laku belajar menurut
pandangan peserta didik dan bukan dari pandangan pengamat. Penerapan teori humanistic
pada kegiatan belajar hendaknya pendidik menuntun peserta didik berpikir induktif,
mengutamakan praktik serta menekankan pentingnya partisipasi peserta didik dalam
pembelajaran. Hal tersebut dapat diaplikasikan dengan diskusi sehingga peserta didik
mampu mengungkapkan pemikiran mereka di hadapan audience.

Menurut Rogers dalam Jamil Suprihatiningrum, ada dua tipe belajar, yaitu kognitif
(kebermaknaan) dan eksperimental (pengalaman). Guru memberikan makna (kognitif)
bahwa tidak membuang sampah sembarangan dapat mencegah terjadinya banjir. Jadi, guru
perlu menghubungkan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan bermakna.
Sementara experimental learning melibatkan peserta didik secara personal, berinisiatif,
termasuk penilaian terhadap diri sendiri (self assessment). Secara garis besar dapat di
simpulkan bahwa :

a. Aplikasi teori humanistik Carl Rogers dalam pembelajaran guru lebih


mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta
membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Hal ini
dapat diterapkan melalui kegiatan diskusi, membahas materi secara
berkelompok sehingga siswa dapat mengemukakan pendapatnya masing-
masing di depan kelas.
b. Teori belajar humanistik Rogers menitikberatkan pada metode student-
centered, dengan menggunakan "komunikasi antar pribadi" yaitu berpusat pada
peserta didik dengan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta

14
didik untuk dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam suatu
kehidupan
c. Implikasi teori belajar humanistik Rogers terhadap metode pembelajaran lebih
menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai
metode-metode yang diterapkan dalam proses pembelajaran Seperti metode
tanya jawab, metode diskusi, metode pemecahan masalah, dan metode
demonstrasi. Sehingga posisi guru menjadi fasilitator, motivator, dan
stimulator. Guru hanya memfasilitasi pembelajaran peserta didiknya untuk
mencapai tujuan pembelajaran.

2. SARAN
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan
untuk itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Kami berharap makalah ini bermanfaat sebagai sumber belajar untuk menambah wawasan
dan pengetahuan.

15
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/USER/Downloads/216-Article%20Text-782-1-10-20190904.pdf
https://pdfcoffee.com/teori-humanistik-carl-rogers--pdf-free.html

16

Anda mungkin juga menyukai