Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEWARGANEGARAAN KELOMPOK 13

Membangun dan Mengasah Jiwa Humanistik Sesuai Kode Etik


Profesi

Disusun Oleh Kelompok 13:

● Yveth Mirelle Putri S. (2120011)


● Nur Malasari (2120016)
● Yohanes Maria Vianney Arya Satria Pradana (2120042)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA


Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, karunia serta
hidayah-Nya kepada kami dan bapak/Ibu dosen pengampu pada mata kuliah
Kewarganegaraan, sehingga makalah kami yang berjudul “Makalah Kewarganegaraan
Kelompok 13 (Membangun dan Mengasah Jiwa Humanistik Sesuai Kode Etik Profesi)”
dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga selalu terlimpah dan curahkan kepada nabi tercinta yaitu Nabi
Muhammad SAW.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan yang berada di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan maklum karena masih banyak kekurangan di dalamnya semoga makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Dan apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, karena sejatinya manusia tidak
luput dari kesalahan.
Demikian yang bisa kami sampaikan, sekian dan terima kasih.

Surabaya, 9 Oktober 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1(PENDAHULUAN)1
1.2 Latar Belakang.....................................................................................................................1

1.3 Rumusan Masalah...............................................................................................................1

1.4 Tujuan Masalah...................................................................................................................1

BAB 2(PENJELASAN)2
2.1 Pengertian Humanistik dan Kode Etik
1. Definisi Humanistik.........................................................................................2
2. Teori Humanistik Menurut Para Ahli..............................................................4
3. Definisi Kode Etik............................................................................................5
4. Kode Etik Menurut Para Ahli..........................................................................5
5. Fungsi Kode Etik.............................................................................................6
6. Pentingnya Kode Etik Profesi.........................................................................6
7. Kode Etik Perawat.........................................................................................7

BAB 3(PENUTUP)11
3.2 Kesimpulan dan Saran........................................................................................................11

Daftar Pustaka......................................................................................................................................12

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Humanistik adalah aliran dalam psikologi yang muncul tahun 1950an sebagai reaksi
terhadap aliran yang telah ada sebelumnya yaitu behaviorisme dan psikoanalisis. Aliran
ini secara eksplisit memberikan perhatian pada dimensi manusia dari psikologi dan
konteks manusia dalam pengembangan teori psikologis. Psikologi humanistik membela
kodrat manusia yang telah dianggap negatif dan deterministik oleh aliran behaviorisme
dan psikoanalisis. Permasalah ini dirangkum dalam lima postulat Psikologi Humanistik
dari James Bugental (1964), sebagai berikut:

● Manusia tidak bisa direduksi menjadi komponen-komponen.


● Manusia memiliki konteks yang unik di dalam dirinya.
● Kesadaran manusia menyertakan kesadaran akan diri dalam konteks orang lain.
● Manusia mempunyai pilihan-pilihan dan tanggung jawab.
● Manusia bersifat intensional, mereka mencari makna, nilai, dan memiliki
kreativitas.

Pendekatan humanistik ini mempunyai akar pada pemikiran eksistensialisme dengan


tokoh-tokohnya seperti Kierkegaard, Nietzsche, Heidegger, dan Sartre.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Definisi Humanistik
2. Definisi Kode Etik
3. Pentingnya kode etik profesi
4. Kode etik perawat

1.3 TUJUAN
● Menekankan keunikan, keberhargaan dan martabat, perkembangan nilai-nilai
pribadi dan tujuan pribadi.
● Memahami keadaan kesadaran saat ini, bekerja berdasarkan laporan introspektif
● Menangani keseluruhan (holistik), perilaku dan pikiran tidak dipahami terpisah,
fokus ke kondisi potensi atau pengembangan diri yang sesuai dengan lingkungan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN HUMANISTIK DAN KODE ETIK

1. Definisi Humanistik
✔ Humanisme (humanism) adalah gerakan filosofis yang menekankan pada nilai
pribadi individu dan sentralitas nilai manusia pada umumnya. Pendekatan
humanistik terhadap kepribadian juga memperhatikan tentang permasalahan
etika dan nilai pribadi. Banyak pendekatan kepribadian, yang bersifat
deterministik, menekankan sejauh mana perilaku kita dikuasai oleh dorongan
tidak sadar atau pengalaman sebelumnya. Sebagai contoh, kita mengetahui
bahwa psikoanalisa melihat manusia sebagai makhluk yang dikuasai oleh
dorongan ide, sedangkan kaum behaviorisme melihat manusia sebagai makhluk
yang diatur kejadian-kejadian di lingkungan.
✔ Humanistik adalah salah satu pendekatan atau aliran dari psikologi yang
menekankan kehendak bebas, pertumbuhan pribadi, kegembiraan, kemampuan
untuk pulih kembali setelah mengalami ketidakbahagiaan, serta keberhasilan
dalam merealisasikan potensi manusia. Tujuan humanistik adalah membantu
manusia mengekspresikan dirinya secara kreatif dan merealisasikan potensinya
secara utuh.[1] Salah satu pencetus psikologi humanistik adalah Abraham
Maslow.
✔ Humanistik adalah aliran dalam psikologi yang muncul tahun 1950an sebagai
reaksi terhadap aliran yang telah ada sebelumnya yaitu behaviorisme dan
psikoanalisis. Aliran ini secara eksplisit memberikan perhatian pada dimensi
manusia dari psikologi dan konteks manusia dalam pengembangan teori
psikologis. Psikologi humanistik membela kodrat manusia yang telah dianggap
negatif dan deterministik oleh aliran behaviorisme dan psikoanalisis. Permasalah
ini dirangkum dalam lima postulat Psikologi Humanistik dari James Bugental
(1964), sebagai berikut:
● Manusia tidak bisa direduksi menjadi komponen-komponen.

2
● Manusia memiliki konteks yang unik di dalam dirinya.
● Kesadaran manusia menyertakan kesadaran akan diri dalam konteks orang
lain.
● Manusia mempunyai pilihan-pilihan dan tanggung jawab.
● Manusia bersifat intensional, mereka mencari makna, nilai, dan memiliki
kreativitas.

Pendekatan humanistik ini mempunyai akar pada pemikiran eksistensialisme dengan


tokoh-tokohnya seperti Kierkegaard, Nietzsche, Heidegger, dan Sartre.

Teori Humanistik ini bermula pada ilmu psikologi yang amat mirip dengan teori
kepribadian. Sehingga dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
maka teori ini diterapkan dalam dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran
formal maupun non formal dan cenderung mampu mengatasi kesulitan-kesulitan
dalam dunia pendidikan. Teori ini memberikan suatu pencerahan khususnya dalam
bidang pendidikan bahwa setiap pendidikan haruslah berparadigma Humanistik
yakni, praktik pendidikan yang memandang manusia sebagai satu kesatuan yang
integralistik, harus ditegakkan, dan pandangan dasar demikian diharapkan dapat
mewarnai segenap komponen sistematik kependidikan dimanapun serta apapun
jenisnya.

Pendekatan humanistik dikatakan sebagai angkatan ketiga dalam psikologi. Beberapa


teknik yang sering dipakai. Seeking adalah teknik pencari cara untuk melepaskan
energi psikologis potensial supaya dapat masuk ke semesta kehidupan baru yang
kaya dan rewarding. Sensitivity training movement atau gerakan latihan kepekaan
(Lewin) untuk membantu klien dalam membentuk pola interaksi dengan lingkungan.
T-Groups atau training Groups adalah teknik mengajari klien “normal” menyadari
apa yang sedang dikomunikasikan, perasaan atau pikiran dan menyadari potensi
yang dapat dikembangkan. Maslow menyatakan manusia pada dasarnya positif dan
kreatif. Belakangan hirarki kebutuhan manusia bertambah satu. Setelah aktualisasi
diri adalah transendensi atau kebutuhan spiritual. Bila potensi dimanfaatkan,
kehidupan lebih kaya.

3
2. Teori Humanistik Menurut Para Ahli
● CARL ROGERS
Dalil utama dari pendekatan eksistensial adalah bahwa setiap orang
bertanggung jawab atas kedewasaan dan hidupnya sendiri. Pemikiran tersebut
tercermin dalam teori Carl Rogers, seorang psikolog humanistic yang memiliki
pengaruh besar. Rogers percaya bahwa orang memiliki kecenderungan bawaan ke
arah pertumbuhan dan kedewasaan. Tetapi kedewasaan ini bukan pasti akan
dicapai. Orang mendapatkan pemahaman diri melalui lingkungan psikososial yang
suportif. Walaupun orang bebas untuk melatih kontrol atas diri mereka sendiri,
mereka terus berjuang untuk dapat mengambil alih tanggung jawab ini bagi diri
mereka. Tanggung jawab, seperti halnya cinta, adalah istilah yang sering
terdengar dalam analisa humanistik terhadap kepribadian, tetapi jarang terdengar
di tempat lain.
● ROLLO MAY

Psikolog eksistensial bersedia mempertimbangkan kecemasan, ancaman, dan


bahkan rasa putus asa sebagai elemen dasar eksistensi manusia-mengenai apakah
arti dari seorang manusia. Kecemasan adalah fokus khusus psikolog eksistensial
Rollo May (1909- 1994), yang melihat bahwa kecemasan dipicu oleh ancaman
terhadap nilai eksistensi dasar manusia. Perasaan tidak berdaya seringkali
menjadi penyebab utamanya.

● VICTOR FRANKL

Ahli teori eksistensial-humanistik seperti Victor Frankl (1962) juga berfokus


pada keuntungan pilihan pribadi. Apabila orang memilih untuk tumbuh dan
berkembang, tuntutan dari sesuatu yang tidak diketahui menimbulkan
kecemasan, tetapi kecemasan tersebut tidak bisa membuat seseorang mencapai
kemenangan dan pemenuhan diri.

4
● ABRAHAM MASLOW

Teori hierarki kebutuhan Maslow adalah teori yang diretas oleh Abraham
Maslow. Beliau beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan di tingkat rendah
harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum
kebutuhan-kebutuhan di tingkat lebih tinggi dibuat menjadi hal yang memotivasi.
Kebutuhan rasa cinta, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki, memberi dan
menerima kasih sayang, kehangatan, persahabatan, dan kekeluargaan. Kebutuhan
akan harga diri dan perasaan dihargai oleh orang lain serta pengakuan dari orang
lain.

3. Definisi Kode Etik

Kode etik adalah suatu sistem norma, nilai serta aturan profesional secara
tertulis yang dengan tegas menyatakan hal baik dan juga benar, serta apa yang tidak
benar dan juga tidak baik bagi profesional.

Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan
oleh setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam
hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk bagi para anggota
profesi tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya dan larangan-
larangan, yaitu ketentuan-ketentuan tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau
dilaksanakan oleh mereka, tidak saja dalam menjalankan tugas profesi mereka,
melainkan juga menyangkut tingkah laku anggota profesi pada umumnya dalam
pergaulannya sehari-hari di dalam masyarakat.

4. Kode Etik Menurut Para Ahli

Berikut ini terdapat beberapa kode etik menurut para ahli, terdiri atas:

5
1. Menurut pasal 43 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 bahwa kode etik berisi
norma dan etika yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas
keprofesionalan.
2. Menurut Sonny Keraf, kode etik merupakan kaidah moral yang berlaku khusus
untuk orang-orang profesional di bidang tersebut.
3. Menurut Kode Etik Guru Indonesia (hasil Kongres PGRI Ke-XX tahun 2008), Kode
Etik Guru Indonesia adalah norma dan asas dan diterima oleh guru-guru
Indonesia, sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas
profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat dan warga negara.
4. Menurut Prof. Dr. R. Soebekti, S.H. dalam tulisannya yang berjudul “Etika
Bantuan Hukum”, kode etik suatu profesi berupa norma-norma yang harus
diindahkan oleh orang-orang yang menjalankan tugas profesi tersebut.

5. Fungsi Kode Etik

Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai perlindungan dan
pengembangan bagi profesi. Fungsi seperti itu sama seperti apa yang dikemukakan
Gibson dan Michel (1945-449) yang lebih mementingkan pada kode etik sebagai
pedoman pelaksanaan tugas profesional dan pedoman bagi masyarakat sebagai
seorang profesional.

Biggs dan blocher (1986-10) mengemukakan tiga fungsi kode etik yaitu
1. Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah
2. Mencegah terjadinya suatu pertentangan internal dalam suatu profesi
3. Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.

6. Pentingnya Kode Etik Profesi

Pada dasarnya etika profesi mengandung nilai-nilai yang memberikan tuntunan


tingkah laku, demikian juga dengan hukum menghendaki agar tingkah laku manusia
sesuai dengan aturan hukum yang ada.

6
Kode etik profesi bagi para penegak hukum akan menjadi cermin bagi
masyarakat dalam menegakkan hukum, Hukum akan semakin melemah apabila para
penegak hukum tidak mampu menjadi teladan dalam menegakkan hukum itu
sendiri. Penegakan kode etik dilakukan dengan usaha melaksanakan kode etik
sebagaimana mestinya, supaya tidak terjadi pelanggaran karena kode etik termasuk
bagian dari hukum positif. Jika penegak hukum tidak memiliki kode etik yang harus
ditaati akan terjadi penyalahgunaan profesi hukum, maka masyarakat yang mencari
keadilan akan semakin sulit untuk mempercayai penegak hukum. Maka dari itu kode
etik sangatlah penting untuk para penegak hukum yang ada di Indonesia untuk
menjadi acuan dan aturan untuk penegak hukum agar melaksanakan tugas dan
wewenangnya sesuai dengan perUndang-Undangan yang ada dan sebagai penegak
hukum yang bisa dipercayai masyarakat.

Menurut Sumaryono Kode etik memiliki fungsi Sebagai sarana kontrol sosial,
pencegah apabila ada campur tangan pihak lain, pencegah apabila terjadi
kesalahpahaman dan konflik. Dan kode etik memiliki tujuannya untuk Menjunjung
tinggi harkat dan martabat profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan para
anggota, meningkatkan mutu profesi dan organisasi, meningkatkan layanan,
memperkuat organisasi, menghindari persaingan tidak sehat, menjalin hubungan
yang erat para anggota, dan menentukan baku standarnya dll.

7. Kode Etik Perawat

Kode etik keperawatan menurut PPNI adalah pernyataan atau keyakinan


mengenai kepedulian, nilai serta tujuan dari keperawatan. Penjelasan sederhananya,
kode etik keperawatan adalah pedoman standar untuk mengatur tindakan atau
perilaku perawat dalam kerangka kerja dan pengambilan keputusan secara
profesional.

Kode etik keperawatan di Indonesia bertujuan agar perawat dapat


memberikan pelayanan jasa sebaik-baiknya kepada klien sekaligus menghindarkan
perawat dari perbuatan melanggar kode etik keperawatan.

7
5 Kode Etik Keperawatan Indonesia

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) didirikan pada tahun 1974 adalah
organisasi profesi resmi yang menyusun kode etik keperawatan Indonesia, yang
terdiri atas:

1. Perawat dan Klien

Saat bertugas, perawat akan dihadapkan oleh banyak klien dan tentu saja
tidak bisa memilih klien seperti apa yang mau dilayani. Kode etik keperawatan
telah mengatur hal ini, berikut poin-poinnya:

▪ Perawat wajib memberikan pelayanan keperawatan sebaik mungkin dengan


menghargai harkat dan martabat seorang manusia serta menjunjung tinggi
perbedaan seperti suku, agama, ras atau golongan.
▪ Bertanggung jawab penuh terhadap asuhan keperawatan khususnya kepada
yang membutuhkan.
▪ Perawat wajib menjaga suasana lingkungan saat memberikan pelayanan
keperawatan dengan menghormat setiap nilai-nilai yang dimiliki klien seperti
budaya, adat istiadat, serta keyakinan dalam agamanya.
▪ Perawat wajib menjaga setiap informasi apapun yang berkaitan dengan tugas
sebagai seorang perawat namun bisa mengungkapkan informasi kerahasiaan
tersebut jika diperlukan dalam penegakan hukum.

2. Perawat dan Praktik

Seorang perawat harus benar-benar memahami pekerjaan dan segala


tugasnya baik secara teori maupun praktiknya. Adapun poin-poin yang harus
dimiliki seorang perawat dalam praktik keperawatan:

▪ Perawat wajib untuk selalu meningkatkan kompetensi baik soft


skill ataupun hard skill secara berkelanjutan.

8
▪ Perawat wajib menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
dengan menerapkan keilmuwan, kompetensi serta nilai kejujuran secara
profesional sesuai dengan kebutuhan klien.
▪ Setiap keputusan yang diambil didasarkan atas informasi yang akurat serta
dapat mempertimbangkan kompetensi seseorang apabila hendak melakukan
konsultasi, memberikan delegasi, dan menerima delegasi.
▪ Selalu bekerja sebaik mungkin secara profesional untuk menjaga serta
menjunjung nama baik profesi keperawatan.

3. Perawat dan Masyarakat

Perawat adalah bagian dari masyarakat yang mempunyai tanggung jawab


untuk menjadi pelopor dalam hal pemenuhan kebutuhan terhadap kesehatan.
Dalam hal ini, kode etik keperawatan dan masyarakat adalah:

▪ Perawat mempunyai tanggung jawab untuk memprakarsai serta mendukung


berbagai kegiatan yang berkaitan dengan kebutuhan peningkatan kesehatan
serta pencegahan penyakit di masyarakat.

▪ Kegiatan yang dapat diberikan kepada masyarakat bisa dari penyuluhan


kesehatan, pelaksanaan posyandu lansia, posyandu balita, atau pelatihan
kaderisasi kesehatan dan lain sebagainya.
4. Perawat dan Teman Sejawat

Seorang perawat dapat bekerja secara individu maupun tim, ketika bekerja
secara tim seperti di rumah sakit, klinik kesehatan atau fasilitas kesehatan lainnya
maka penting untuk menjaga hubungan baik dengan teman sejawat.

Berikut hal - hal yang wajib diperhatikan untuk menjunjung tinggi kode etik
keperawatan dengan teman sejawat:

▪ Perawat wajib menjaga hubungan dengan teman sejawat maupun tenaga


kesehatan lainnya guna meningkatkan suasana lingkungan yang serasi demi
mencapai tujuan secara keseluruhan.

9
▪ Perawat wajib menjadi pelindung klien dari tindakan pelayanan yang tidak
kompeten dari tenaga kesehatan, perbuatan buruk, tidak etis, ilegal dan
berbahaya.

5. Perawat dan Profesi

Berprofesi sebagai seorang perawat harus senantiasa membekali diri


dengan berbagai ilmu khususnya bidang keperawatan dengan menempuh
pendidikan setinggi mungkin serta selalu mengakses informasi terbaru agar dapat
memberikan peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.

Berikut poin - poin penting yang wajib dimiliki seorang perawat untuk menjunjung
tinggi kode etik keperawatan:

▪ Perawat harus selalu aktif terlibat dalam membangun serta menjaga kondisi
lingkungan kerja yang kondusif agar asuhan keperawatan berkualitas dan
bermutu tinggi dapat diwujudkan.
▪ Perawat harus ikut berperan aktif dalam kegiatan pengembangan profesi
keperawatan baik secara di tingkat daerah, nasional, maupun internasional.
▪ Perawat mempunyai peran penting dalam peningkatan standar pendidikan
maupun pelayanan keperawatan.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN & SARAN

Kesimpulan
Perawat wajib menjaga hubungan dengan teman sejawat maupun tenaga kesehatan
lainnya guna meningkatkan suasana lingkungan yang serasi demi mencapai tujuan
secara keseluruhan. Perawat wajib menjadi pelindung klien dari tindakan pelayanan
yang tidak kompeten dari tenaga kesehatan, perbuatan buruk, tidak etis, ilegal dan
berbahaya. Perawat mempunyai tanggung jawab untuk memprakarsai serta
mendukung berbagai kegiatan yang berkaitan dengan kebutuhan. Perawat harus selalu
aktif terlibat dalam membangun serta menjaga kondisi lingkungan kerja yang kondusif
agar asuhan keperawatan berkualitas dan bermutu tinggi dapat diwujudkan. Bekerja
sebaik mungkin secara profesional untuk menjaga serta menjunjung nama baik profesi
keperawatan.

Saran
Perawat harus profesional dalam tugasnya dan menjaga privasi pasiennya. Bertanggung
jawab dalam melayani masyarakat yang membutuhkan. Perawat harus aktif terlibat
dalam membangun serta menjaga kondisi keperawatan.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.psikologimultitalent.com/2015/09/teori-humanistik-dalam-psikologi.html
http://wardalisa.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/26401/Materi+06+-
+Pengantar+Aliran+Humanistik.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai