Anda di halaman 1dari 17

MEKANISME PERILAKU INDIVIDU BERDASARKAN TEORI

HUMANISTIK
Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Pemahaman Individu
Dosen Pengampu :
Mohamad Thohir, S.Pd.I., M.Pd.I

Kelas B4
Disusun Oleh: Kelompok 5

Fadli Ramadhani : (04040323088)


Muhammad Abdul Hadi : (04040323113)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKSI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN AMPEL SURABAYA
2024
KATA PENGANTAR

Seiring berjalannya waktu, tantangan-tantangan yang dihadapi dalam berbagai aspek


kehidupan kita semakin berkembang dan kompleks. Untuk menjawab tantangan ini, pengetahuan
dan pemahaman yang mendalam tentang berbagai isu penting sangatlah diperlukan. Dalam
rangka itu, makalah ini disusun dengan tujuan untuk membahas “Mekanisme Perilaku Individu
Berdasarkan Teori Humanistik” dengan lebih rinci dan mendalam.
Pertama-tama, penulis ingin berterima kasih kepada “Mohamad Thohir, S.Pd.I.,
M.Pd.I” yang telah memberikan bimbingan, saran, dan panduan yang sangat berharga dalam
penyusunan makalah ini. Terima kasih atas kesabaran dan dorongan yang diberikan selama
proses ini.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah berdiskusi,
memberikan masukan, dan berbagi pemikiran selama proses penelitian. Diskusi dan kolaborasi
ini sangat berharga dalam merangsang ide-ide dan pemikiran kritis.
Tidak lupa, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada sumber daya informasi
yang tersedia, baik dalam bentuk buku, jurnal, atau sumber online, yang telah menjadi sumber
utama referensi untuk makalah ini.
Harapan penulis bahwa makalah ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi kepada
pembaca, juga menjadi titik awal untuk penelitian lebih lanjut dan diskusi yang lebih dalam
tentang makalah ini.
Kami, sebagai penulis, menyadari bahwa masih terdapat beberapa kekurangan dalam
penulisan makalah ini, dikarenakan terbatasnya pemahaman dan pengalaman kami. Oleh karena
itu, kami sangat menghargai setiap kritik dan saran konstruktif yang dapat diberikan oleh
pembaca demi perbaikan makalah ini

Surabaya, 27 Februari 2024

i
Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Asal-usul Teori Humanistik..............................................................................................3
B. Pengertian Teori Humanistik............................................................................................4
C. Pembentukan Perilaku Menurut Aliran Humanisik..........................................................5
D. Pengaplikasian Belajar Teori Humanistik Dalam Pembelajaran......................................6
E. Para Tokoh Teori Humanistik..............................................................................................9
BAB III PENUTUP......................................................................................................................12
Kesimpulan................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori pembelajaran humanisme meyakini bahwa proses pendidikan tidak
diarahkan untuk membentuk kompetensi peserta didik, tetapi sebaliknya dimaksudkan
untuk mengembangkan potensi yang melekat dalam diri peserta didik itu sendiri, sebagai
pribadi yang unggul dan istimewa. Sehingga sudut pandang yang digunakan ialah sudut
pandang dari peserta didik sebagai individu pembelajar, sementara peran pendidik (guru)
sebatas pada upaya dan usaha untuk memfasilitasi kebutuhan perkembangan diri dari
peserta didik tersebut. Dalam proses pengembangannya menurut Jurgen Habermas, teori
pembelajaran humanisme dapat dilaksanakan melalui tiga tahapan belajar, yaitu: belajar
teknis (technical learning), belajar praktis (practical learning), dan belajar emansipatoris
(emancipator learning). Melalui tiga tahapan belajar tersebut, peserta didik diharapkan
dapat mencapai kesadaran yang utuh mengenai dirinya dan lingkungan sosialnya, hal
inilah yang sekaligus menjadikan teori pembelajaran humanisme yang dikembangkan
oleh Jurgen Habermas selaras dengan tujuan pendidikan Islam, sebab pada akhinya
output dari teori pembelajaran humanisme ialah mencapai kearifan dan bijaksanaan
hidup, sehingga seorang peserta didik dapat mengenali siapa dirinya.1
Dalam makalah ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana teori humanistik dapat
memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang mekanisme perilaku individu. Kita
akan melihat bagaimana konsep-konsep seperti kebutuhan dasar, pengalaman subjektif,
dan pertumbuhan pribadi berperan dalam membentuk perilaku individu. Dengan
memahami mekanisme ini, kita dapat mendapatkan wawasan yang lebih baik tentang
bagaimana individu berinteraksi dengan dunia mereka, bagaimana mereka membentuk
identitas dan nilai-nilai mereka, serta bagaimana mereka mencapai kepuasan dan
kesejahteraan psikologis mereka.

1
Syahrial Labaso’ and Ratna Hestiana, ‘Pengembangan Teori Pembelajaran Humanisme Menurut Jurgen Habermas
Serta Relevansinya Dalam Pendidikan Islam’, Early Childhood Islamic Education Journal 2, no. 1 (2021): 28–51

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asal-usul teori humanistik?
2. Bagaimana pengertian teori humanistik?
3. Bagaimana pembentukan perilaku menurut teori humanistik?
4. Bagaimana pengaplikasian belajar teori humanistik dalam pembelajaran?
5. Siapa saja tokoh teori humanistik?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui asal-usulnya teori humanistik
2. Untuk mengetahui pengertian dari teori humanistik
3. Untuk mengetahui pembentukan perilaku dari pandangan teori humanistik
4. Untuk mengeahui cara pengaplikasian teori humanistik dalam pembelajaran
5. Untuk mengetahui para tokoh teori humanistik

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Asal-usul Teori Humanistik


Abraham Maslow, seorang tokoh terkemuka dalam dunia psikologi Amerika
Serikat, dilahirkan pada tanggal 1 April 1908. Dikenal sebagai salah satu perintis utama
psikologi humanistik. Meskipun tumbuh dalam lingkungan yang penuh tekanan, baik dari
keluarganya maupun masyarakat sekitarnya, ketertarikan Maslow terhadap psikologi
mulai muncul ketika dia menimba ilmu di University of Wisconsin. Antara tahun 1951
hingga 1969, Maslow mengemban jabatan sebagai profesor di Universitas Brandeis dan
meraih gelar Humanis of the Year atas kontribusinya dalam dunia psikologi.
Teori humanistik yang dikembangkan oleh Abraham Maslow menekankan
pandangan bahwa manusia merupakan makhluk unik yang sedang mencari makna hidup.
Dalam konteks Islam, teori ini dianggap relevan karena berkaitan erat dengan aspek
spiritualitas dan tasawuf. Psikologi humanistik memusatkan perhatian pada bagaimana
individu memperoleh emosi, sikap, nilai, dan keterampilan interpersonal. Dalam teori
motivasi Maslow, hirarki kebutuhan menjadi inti dari pemikiran humanistik. Teori ini
sangat terkenal pada tahun 1960-an dan 1970-an karena fokusnya pada proses pencapaian
aktualisasi diri individu.
Pendekatan psikologi humanistik menekankan penerimaan terhadap individu
seutuhnya, menghargai perasaan dan aspirasi mereka, serta mengakui hak setiap individu
untuk menentukan nasibnya sendiri. Dalam konteks pendidikan humanistik, kebebasan
untuk memilih ditekankan, dengan perhatian khusus pada keragaman individual murid,
kreativitas, pemecahan masalah, serta penghargaan dan keobjektifan. Guru dalam
pendidikan humanistik berperan sebagai fasilitator yang mendorong proses pembelajaran
yang menyenangkan dan berpusat pada murid. Oleh karena itu, teori humanistik Abraham
Maslow merupakan kontribusi berharga dalam bidang psikologi yang menggambarkan
manusia sebagai makhluk unik yang mencari makna hidup dan memiliki hak untuk
mengembangkan diri menuju aktualisasi diri..2

2
E.Koeswara, Teori-teori Kepribadian (Bandung: PT ERESCO, 1991). 109

3
B. Pengertian Teori Humanistik
Teori humanistik dalam pendidikan adalah pendekatan yang menekankan pada
peran utama manusia dalam proses pembelajaran. Fokus utama dari teori ini adalah
mengakui aspek psikologis, emosional, dan sosial dalam perkembangan individu. Konsep
sentral dalam teori humanistik adalah aktualisasi diri, yang merujuk pada usaha individu
untuk mencapai potensi maksimalnya melalui pengembangan diri secara menyeluruh.
Dalam pendekatan humanistik, pentingnya kebutuhan dasar individu seperti rasa
aman, kasih sayang, penghargaan, dan aktualisasi diri diakui sepenuhnya. Guru dalam
konteks ini diharapkan dapat menghargai keunikan setiap siswa dan memperlakukan
mereka sebagai individu yang unik. Mereka juga diharapkan berperan sebagai fasilitator
yang membantu siswa mencapai tujuan belajar mereka sendiri.
Pentingnya menjalin hubungan interpersonal yang positif antara guru dan siswa
juga menjadi fokus dalam teori humanistik. Hubungan yang didasarkan pada saling
pengertian, dukungan, dan empati dianggap krusial dalam menciptakan lingkungan
belajar yang mendukung pertumbuhan positif individu.
Melalui pendekatan humanistik, siswa didorong untuk menjadi mandiri dalam
proses belajar, mengembangkan kemampuan untuk mengatur diri sendiri, dan
bertanggung jawab atas pembelajaran mereka. Dengan memahami dan menerapkan
prinsip-prinsip teori humanistik, diharapkan pendidikan dapat lebih berorientasi pada
pengembangan pribadi siswa secara menyeluruh, meningkatkan motivasi belajar, dan
menciptakan lingkungan belajar yang mendukung pertumbuhan positif individu.
Secara keseluruhan, teori humanistik memberikan landasan yang kokoh untuk
menciptakan pengalaman belajar yang bermakna dan memperkaya bagi setiap individu
dalam konteks pendidikan. Dengan memperhatikan dan mengintegrasikan prinsip-prinsip
ini, pendidikan dapat menjadi lebih efektif dalam memfasilitasi pertumbuhan dan
perkembangan siswa secara holistik.3

3
Abd. Qodri, “TEORI BELAJAR HUMANISTIK DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA Abd.,” Jurnal
Pedagogik 04, no. 02 (2017): 191–194.

4
C. Pembentukan Perilaku Menurut Aliran Humanisik
Holistik atau humanisme memandang bahwa perilaku memiliki tujuan, yang
ditentukan oleh faktor-faktor intrinsik (niat, motif, tekad) dan dalam diri individu, bahkan
tanpa ada stimulus yang datang dari lingkungan. Holistik atau humanisme menjelaskan
mekanisme perilaku individu dalam konteks apa (what), bagaimana (how), dan mengapa
(why). Apa menunjukkan tujuan yang ingin dicapai dengan perilaku tersebut, bagaimana
menunjukkan cara mencapai tujuan tersebut, sedangkan mengapa menunjukkan motivasi
yang mendorong perilaku tersebut, baik dari dalam diri individu maupun dari luar
individu.
Maslow menjelaskan jenis-jenis kebutuhan individu secara hierarkis, yaitu: (1)
kebutuhan fisiologis seperti sandang, pangan, dan tempat tinggal; (2) kebutuhan akan
keamanan, termasuk keamanan mental, psikologis, dan intelektual; (3) kebutuhan akan
kasih sayang atau penerimaan; (4) kebutuhan akan harga diri atau prestise, yang sering
tercermin dalam simbol-simbol status; dan (5) kebutuhan akan aktualisasi diri.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut menjadi dorongan (motivasi) yang merupakan
kekuatan individu untuk menunjukkan tingkat persistensi dan entusiasme dalam
melakukan aktivitas, baik yang berasal dari dalam diri individu maupun dari luar
individu. Dalam konteks studi psikologi, motif individu dapat dikelompokkan ke
dua kategori utama, yaitu:
1. Motif primer, yang mencakup dorongan dasar dan dorongan darurat. Ini mengacu
pada dorongan-dorongan yang bersifat naluriah dan tidak dipelajari, sering
disebut sebagai drive. Contohnya termasuk dorongan untuk makan, minum,
melarikan diri, menyerang, dan Upaya meneyalamatkan diri.
2. Motif sekunder, yang berkaitan dengan motif yang berkembang dalam individu
sebagai hasil dari pengalaman dan pembelajaran. Ini temasuk kecemasan yang
dipelajari, serta motif-motif yang terkait dengan objek dan minat, seperti
eksplorasi, manipulasi, minat, maksud, asprasi, dan dorongan untuk mencapai
prestasi.
Dalam perspektif holistik, disebutkan bahwa setiap aktivitas yang dilakukan oleh
individu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dalam dirinya. Dalam proses ini, ada dua
hasil yang mungkin terjadi: pencapaian atau ketidakpencapaian tujuan tersebut. Ketika

5
tujuan tercapai, individu merasa puas dan mencapai keseimbangan diri (homeostasis).
Namun, jika tujuan tidak tercapai dan kebutuhan tidak terpenuhi, individu dapat merasa
kecewa atau mengalami apa yang dalam psikologi disebut sebagai frustrasi.
Respon individu terhadap frustrasi dapat berbeda-beda tergantung pada tingkat
akal sehatnya, seperti rasionalitas dan kecerdasan. Ketika seseorang mampu menghadapi
kenyataan dengan baik, mereka cenderung lebih mampu menyesuaikan diri secara sehat
dan rasional. Namun, jika akal sehat seseorang tidak berfungsi dengan baik, dan
perilakunya lebih dipengaruhi oleh emosi, maka individu tersebut dapat mengalami
penyesuaian yang tidak tepat.
Ada berbagai bentuk perilaku penyesuaian diri yang keliru, seperti: (a) agresi
marah, (b) kecemasan tak berdaya, (c) regresi (kemunduran perilaku), (d) fiksasi, (e)
represi (menekan perasaan), (f) rasionalisasi (mencari alasan), (g) proyeksi (melemparkan
kesalahan kepada lingkungan), (h) sublimasi (menyalurkan hasrat dorongan pada obyek
yang sejenis), (i) kompensasi (menutupi kegagalan atau kelemahan dengan sukses di
bidang lain), dan (j) berfantasi (membayangkan mencapai tujuan yang diinginkan).
Dalam konteks ini, peran guru sangat penting untuk membantu peserta didiknya
menghindari konflik yang berkepanjangan dan rasa frustasi yang dapat menyebabkan
perilaku yang tidak tepat. Guru juga dapat memberikan bimbingan kepada peserta didik
untuk mengatasi konflik yang berkepanjangan dan frustasi ketika itu terjadi.4

D. Pengaplikasian Belajar Teori Humanistik Dalam Pembelajaran


Implikasi teori pembelajaran humanistik dalam konteks pendidikan telah
memunculkan berbagai model pembelajaran modern atau kontemporer yang lebih
demokratis dan menghargai potensi siswa untuk berkembang secara holistik.
Penerapan teori pembelajaran humanistik terutama cocok untuk subjek-subjek
yang berfokus pada pembentukan kepribadian, perubahan sikap, dan pemahaman
fenomena sosial. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan yang berbasis pada teori
humanistik memberikan ruang bagi siswa untuk menjadi lebih mandiri dan aktif dalam
proses pembelajaran mereka.
Menurut Sri Rumini dan rekan-rekannya, penerapan teori belajar humanistik
4
Mohamad Thohir, “Pemahaman Individu,”, 2015, 53–56.

6
dalam konteks pendidikan modern telah menghasilkan berbagai konsep dan model
pembelajaran. Mereka mengidentifikasi tiga bentuk model pembelajaran modern yang
berasal dari dasar-dasar teori belajar humanistik., yaitu confluent education, open
education, dan coperative learning.
1) Confluent Education
Confluent Education adalah suatu pendekatan pembelajaran di bidang pendidikan
yang menggabungkan pengalaman afektif dengan pembelajaran kognitif di dalam
ruang kelas. Pendekatan ini menekankan partisipasi aktif siswa dalam proses
pembelajaran mereka secara personal. Sebagai contoh, seorang guru sejarah dapat
memberikan tugas kepada siswa untuk membaca sebuah novel yang mengangkat
nilai-nilai seperti keteguhan, keberanian, dan pengorbanan, sebagaimana yang
diungkapkan dalam kisah-kisah perang.
2) Cooperative Learning
Menurut Menurut Ricard I. Arends, model pembelajaran kooperatif ditandai oleh
adanya tugas-tugas, tujuan, dan penghargaan yang bersifat kolaboratif. Dengan kata
lain, siswa didorong untuk bekerja sama dengan teman-teman mereka dalam
menyelesaikan tugas-tugas belajar.
Pembelajaran kooperatif menjadi dasar yang penting dalam meningkatkan
motivasi siswa untuk berprestasi dengan lebih baik, sambil tetap memperhatikan
aspek sosialnya.
3) Jigsaw
Menurut Aronson dan Patnoe, Elliot Aronson dan timnya mengembangkan serta
menguji metode jigsaw. Dalam pendekatan ini, setiap anggota tim bertanggung jawab
untuk mempelajari sebagian materi pelajaran dan kemudian mengajarkannya kepada
rekan-rekannya dalam tim tersebut.5
4) Student Teams Achievement Divisions (STAD)
Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
ditandai oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan yang bersifat kooperatif. Dalam
pendekatan ini, siswa bekerja bersama dalam semangat pembelajaran kooperatif,
bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama dan mengoordinasikan upaya mereka

5
M Irham dan Ardy N Wiyani, Psiklogi Pendidikan (Depok: AR Ruzz Media, 2017): 200.

7
dalam menyelesaikan tugas. Konsep utama yang dikemukakan oleh Slavin terkait
STAD adalah untuk mendorong siswa saling mendukung dan membantu satu sama
lain dalam menguasai keterampilan yang diajarkan oleh guru. Dalam STAD, siswa
didorong untuk membantu anggota kelompok mereka dalam mempelajari materi,
dengan imbalan hadiah bagi kelompok yang berhasil. Dengan demikian, STAD
adalah model pembelajaran kooperatif yang membagi siswa ke dalam kelompok 4-5
orang dengan berbagai kemampuan belajar, jenis kelamin, dan latar belakang
budaya.6
5) Team Game Tournament (TGT)
Model pembelajaran TGT merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang
terkait erat dengan metode STAD. Dalam model TGT, siswa yang memiliki
kemampuan lebih diharapkan dapat membantu teman-teman sekelas yang mungkin
mengalami kesulitan, sementara siswa yang sudah cukup menguasai materi
diharapkan dapat memperdalam pemahamannya melalui kolaborasi dengan teman-
temannya. Dengan demikian, pendekatan ini memastikan bahwa semua siswa, baik
yang berprestasi tinggi maupun rendah, dapat terlibat secara aktif dalam proses
belajar mengajar.
Keaktifan siswa dalam pembelajaran ini diharapkan dapat menciptakan
lingkungan belajar yang lebih menyenangkan dan membangun. Pemilihan model
pembelajaran TGT sebagai alternatif yang menarik menunjukkan upaya untuk
melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, dengan harapan bahwa hal
ini akan meningkatkan pencapaian belajar matematika mereka.7
6) Group Investigation
Menurut Ann C. Howe dan Linda Jones, gaya pengajaran dengan metode penelitian
kelompok (group investigation) memiliki teori tersendiri yang berdasarkan pada
pemikiran Piaget, Brunner dan Papert yang mana mereka menekankan pentingnya
keaktifan partisipasi dan eksplorasi dalam konstruksi pengetahuan serta
pengertiannya. Vygotsky menekankan pentingnya sosial interaksi antar pasangan

6
Luc Vinet dan Alexei Zhedanov, “A ‘missing’ family of classical orthogonal polynomials,” Journal of Physics A:
Mathematical and Theoretical 44, no. 8 (2011): 46.
7
Dony Andrijanto, “Pengaruh Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) Terhadap Hasil Belajar Tenis
Meja,” Indonesian Journal of Physical Education and Sport Science 3, no. 2 (2023): 4

8
peserta didik dalam proses pembelajaran. Adapun menurut pemikiran Kohlberg
bahwa pengembangan moral hanya bisa disadari di dalam suasana kelas yakni dengan
adanya sikap menghargai dan percaya di antara guru dan peserta didik dan antar
peserta didik sendiri. Semua pemikiran tersebut diletakkan ke dalam praktek di dalam
metode pengajaran.8

E. Para Tokoh Teori Humanistik


Pada tahun 1930, konsep humanistik mulai diperkenalkan di Amerika Serikat,
sebagai hasil dari evolusi dari dua aliran psikologi sebelumnya, yaitu behaviorisme dan
psikoanalisis. Istilah "humanistik" muncul sebagai respons terhadap ketidakpuasan
terhadap pendekatan-pendekatan sebelumnya dan dianggap sebagai kekuatan ketiga
dalam bidang psikologi. Meskipun relatif baru, aliran ini telah memberikan kontribusi
penting dalam pemahaman tentang sifat manusia. Banyak ahli psikologi yang masih aktif
saat ini terus mengembangkan konsep-konsep yang relevan dalam konteks studi tentang
manusia. Beberapa tokoh terkemuka dalam aliran ini, antara lain:
1. Abraham Maslow
Abraham Maslow, seorang pionir dalam bidang psikologi humanistik, lahir di
Brooklyn, New York pada tahun 1908. Ia adalah anak sulung dari tujuh bersaudara
dalam keluarga imigran Rusia. Meskipun keluarganya tidak memiliki latar belakang
pendidikan yang tinggi, ayah Maslow berharap agar anak-anaknya sukses dalam
pendidikan dan mengejar minat mereka di masa depan.
Sejak kecil, Maslow mengagumi banyak tokoh filosof seperti Alfred North
Whitehead, Henry Bagson, Thomas Jefferson, Abraham Lincoln, Plato, dan Spinoza,
serta mempelajari karya-karya mereka. Ketertarikan dan studi mendalamnya terhadap
pemikiran tokoh-tokoh ini membentuk dasar bagi perkembangan pemikirannya di
kemudian hari.
Pendidikan dan minat Maslow terhadap filosofi dan psikologi membawanya
menjadi salah satu tokoh utama dalam pengembangan teori humanistik.
2. Carl R. Rogers

8
Imam Nur Hakim, “Metode Group Investigation (Konsep dan Aplikasinya dalam Pembelajaran),” INSANIA : Jurnal
Pemikiran Alternatif Kependidikan 18, no. 3 (2013): 367.

9
Dalam psikologi humanistik, Carl Rogers mengembangkan dua konsep penting.
Pertama, manusia memiliki kemampuan untuk mengeksplorasi, menganalisis,
memahami, dan menyelesaikan masalah dalam diri mereka sendiri. Konsep kedua
adalah teori belajar bebas, yang mengacu pada pendidikan yang bertujuan untuk
membimbing individu menuju kemerdekaan dan kebebasan. Rogers juga percaya
bahwa pengalaman hidup seseorang membentuk masukan yang mereka terima, yang
kemudian mengarahkan mereka menuju pemenuhan kebutuhan internal. Dari
pengalaman tersebut, peserta didik dapat menemukan inspirasi yang meningkatkan
semangat mereka.9
3. Arthur Combs
Menurut Arthur Combs, ketika seseorang menunjukkan perilaku yang kurang baik
terhadap kita, itu mungkin disebabkan oleh fakta bahwa kita belum melakukan hal
yang seharusnya kita lakukan. Ini bisa terjadi karena adanya hal lain yang lebih
menarik perhatian mereka atau lebih memuaskan bagi mereka. Combs juga
mengemukakan bahwa konsep dasar dalam dunia pendidikan adalah pencarian arti
atau makna. Proses belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik jika mereka
dapat menemukan relevansi dan kepentingan pribadi dalam materi yang dipelajari. 10
4. Kolb, Honey dan Humford, Hebermas
a) Kolb mengusulkan empat tahapan dalam proses pembelajaran, yaitu
konseptualisasi, eksperimen aktif, refleksi kreatif, dan pengalaman konkret.
Tahap-tahap ini merupakan proses yang berkelanjutan dan tidak selalu langsung
terasa oleh siswa. Pengalaman konkret adalah langkah awal dalam pembelajaran,
di mana siswa langsung mengalami sesuatu tetapi belum memahami penyebabnya.
Tahap refleksi kreatif melibatkan siswa dalam mengamati dan memahami proses
pembelajaran, sedangkan tahap konseptualisasi melibatkan pengembangan teori
dan abstraksi untuk memahami prinsip umum. Eksperimen aktif adalah fase di
mana siswa menerapkan aturan umum pada situasi baru untuk memecahkan
masalah sehari-hari..
9
Ahmad Makinun Bagoes Malik Alindra dan Jeid Makinun Amin, “Tokoh-Tokoh Teori Belajar Humanistik Dan
Urgensinya Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,” Journal of Educational Integration and Development 1,
no. 4 (2021): 261-262
10
Erna Nur Utami, “Teori Belajar Humanistik Dan Implementasinya Dalam Pelajaran Pendidikan Agama Islam,”
Jurnal Mudarrisuna 10, no. 4 (2020): 579

10
b) Honey dan Mumford mengklasifikasikan siswa menjadi empat kelompok
berdasarkan teori Kolb, yaitu aktivis, reflektor, teoretikus, dan pragmatis. Aktivis
adalah mereka yang antusias terhadap pengalaman baru dan memiliki tingkat
toleransi yang tinggi, sedangkan reflektor cenderung ragu-ragu dalam bertindak.
Teoretikus tertarik pada analisis kritis dan objektif terhadap fenomena, sementara
pragmatis lebih fokus pada penerapan konsep dalam konteks dunia nyata..
c) Hebermas menekankan bahwa interaksi antara siswa di lingkungan alam dan
sosial mereka memiliki dampak signifikan pada proses pembelajaran. Menurutnya,
pembelajaran dapat dibagi menjadi tiga kategori utama, yaitu teknis, praktis, dan
emansipatoris. Siswa yang lebih suka berinteraksi dengan lingkungan alami
cenderung memiliki gaya belajar teknis, sementara siswa yang lebih menyukai
interaksi sosial dengan orang lain lebih cenderung belajar secara praktis. Mereka
meyakini bahwa interaksi antara manusia memainkan peran penting dalam
memahami konsep-konsep tertentu. Di sisi lain, siswa yang tertarik untuk
menyelidiki perubahan budaya dan ingin memahami realitas sosial terlibat dalam
pembelajaran emansipatoris..11

11
Bakhrudin Al Habsy dkk., “Teori Humanistik dalam Proses Pembelajaran,” Jurnal Teknologi Pendidikan 1, no. 2
(2023): 7-8

11
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Abraham Maslow adalah tokoh penting dalam sejarah psikologi yang dikenal karena
kontribusinya terhadap pengembangan teori humanistik. Teorinya menekankan pada
pentingnya pemenuhan kebutuhan manusia, pencapaian aktualisasi diri, dan penghargaan
terhadap individualitas.
2. Pendekatan humanistik ini mendorong bagi siswa untuk mandiri, meningkatkan motivasi,
dan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung pertumbuhan positif.
3. Pembentukan perilaku menurut aliran humanistik berfokus pada pemenuhan kebutuhan
individu, pertumbuhan pribadi yang positif, dan pencapaian potensi maksimal. Ini
melibatkan penghargaan terhadap martabat manusia, empati, dan pengertian terhadap
individu. Tujuannya adalah membantu individu menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri dan
meningkatkan kualitas hidup mereka secara menyeluruh.
4. Teori pembelajaran humanistik dalam pendidikan modern telah menghasilkan berbagai
model pembelajaran kontemporer yang lebih demokratis dan menghargai potensi siswa
untuk berkembang secara holistik. Model-model pembelajaran tersebut termasuk Confluent
Education, Cooperative Learning, Jigsaw, Student Teams Achievement Divisions (STAD),
Team Game Tournament (TGT), dan Group Investigation. Semua model ini menekankan
partisipasi aktif siswa, kerja sama antar siswa, dan penghargaan atas kolaborasi dalam
pembelajaran.
5. Para tokoh teori humanistik yaitu Abraham Maslow, Carl R. Rogers, Arthur Combs, dan para
pengembang konsep seperti Kolb, Honey, Mumford, dan Hebermas. Mereka
menyumbangkan ide-ide penting seperti hierarki kebutuhan, teori belajar bebas, pentingnya
arti dalam pendidikan, serta tahapan dan gaya pembelajaran. Ini semua menggarisbawahi
pentingnya pengalaman, refleksi, dan interaksi sosial dalam proses pembelajaran dan
pemahaman manusia.

12
DAFTAR PUSTAKA

Andrijanto, Dony. “Pengaruh Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) Terhadap Hasil Belajar
Tenis Meja.” Indonesian Journal of Physical Education and Sport Science 3, no. 2 (2023).

Bagoes Malik Alindra, Ahmad Makinun, dan Jeid Makinun Amin. “Tokoh-Tokoh Teori Belajar
Humanistik Dan Urgensinya Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.” Journal of
Educational Integration and Development 1, no. 4 (2021).

E.Koeswara. Teori-teori Kepribadian. Bandung: PT ERESCO, 1991.

Habsy, Bakhrudin Al, Falisa Oktafiani, Dona Maretta Salsabila, dan Chintya Inayatus Zahro. “Teori
Humanistik dalam Proses Pembelajaran.” Jurnal Teknologi Pendidikan 1, no. 2 (2023).

Hakim, Imam Nur. “Metode Group Investigation (Konsep dan Aplikasinya dalam Pembelajaran).”
INSANIA : Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan 18, no. 3 (2013).

Irham, M, dan Ardy N Wiyani. Psiklogi Pendidikan. Depok: AR Ruzz Media, 2017.

Labaso’, Syahrial, dan Ratna Hestiana. “Pengembangan Teori Pembelajaran Humanisme menurut
Jurgen Habermas serta Relevansinya dalam Pendidikan Islam.” Early Childhood Islamic
Education Journal 2, no. 1 (2021).

Qodri, Abd. “TEORI BELAJAR HUMANISTIK DALAM MENINGKATKAN PRESTASI


BELAJAR SISWA Abd.” Jurnal Pedagogik 04, no. 02 (2017).

Thohir, Mohamad. “Pemahaman Individu.”, (2015).

Utami, Erna Nur. “Teori Belajar Humanistik Dan Implementasinya Dalam Pelajaran Pendidikan
Agama Islam.” Jurnal Mudarrisuna 10, no. 4 (2020).

Vinet, Luc, dan Alexei Zhedanov. “A ‘missing’ family of classical orthogonal polynomials.” Journal
of Physics A: Mathematical and Theoretical 44, no. 8 (2011).

13

Anda mungkin juga menyukai