Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


Teori Belajar Humanistik

Disusun Oleh :
Harlan Haris / 220208501041
Krisdayanti / 220208500007
Wahida / 220208500011

Dosen Pengampu : Dr. A. Hudiah. M.Pd


Dosen Mitra : Besse Qur'ani. S.Pd., M.Pd

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 01 September 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN...................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2

C. Tujuan Masalah...............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

A. Teori Belajar Humanistik................................................................................................3

B. Pengaruh Teori Belajar Humanistik pada Motivasi Siswa di Era Pendidikan Modern. .5

C. Perbandingan Pendekatan Pembelajaran Humanistik Dengan Metode Lain..................8

D. Tantangan Dalam Penerapan Teori Belajar Humanistik Dalam Praktik Pendidikan. . .10

BAB III PENUTUP..................................................................................................................13

A. Kesimpulan...................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori belajar humanistik merupakan salah satu pendekatan dalam psikologi


pembelajaran yang menekankan pada pengalaman subjektif, potensi penuh, dan
perkembangan diri individu. Teori ini muncul sebagai reaksi terhadap pendekatan
behavioristik dan kognitif yang lebih dominan pada masanya. Teori belajar humanistik
menggambarkan individu sebagai makhluk yang aktif, kreatif, dan memiliki keinginan
untuk tumbuh secara penuh.

Pada tahun 1950-an dan 1960-an, psikolog-humanis seperti Abraham Maslow dan
Carl Rogers mulai menggagas pandangan baru tentang belajar dan pengembangan
pribadi. Maslow mengusulkan konsep hierarki kebutuhan, yang mengilustrasikan
bagaimana individu bergerak menuju aktualisasi diri dengan memenuhi kebutuhan dasar
terlebih dahulu. Di sisi lain, Rogers menekankan pentingnya iklim belajar yang
mendukung, seperti penerimaan tanpa syarat, empati, dan pemahaman, untuk
memfasilitasi pertumbuhan diri.

Teori belajar humanistik memiliki dampak yang signifikan dalam dunia


pendidikan. Pendekatan ini mendorong guru untuk melihat siswa sebagai individu yang
unik, dengan kebutuhan dan potensi yang berbeda-beda. Pembelajaran harus lebih fokus
pada proses daripada hasil akhir, dengan memberikan ruang bagi eksplorasi, kreativitas,
dan interaksi antara guru dan siswa.

Selain itu, penerapan evaluasi formatif yang melibatkan umpan balik konstruktif
dan refleksi mendalam juga sesuai dengan prinsip-prinsip teori belajar humanistik. Di
dalam kelas, suasana yang mendukung, di mana siswa merasa diterima dan dihargai,
memainkan peran penting dalam mendorong pertumbuhan diri dan kepercayaan diri.

Secara keseluruhan, teori belajar humanistik memberikan pandangan yang kaya


dan bermanfaat tentang bagaimana individu belajar dan berkembang. Pendidikan yang
berfokus pada pemenuhan kebutuhan individu, pemberian ruang untuk eksplorasi, serta

1
interaksi yang mendukung, dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif dan
berpengaruh dalam menghasilkan perkembangan pribadi yang holistik.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu teori belajar humanistik?


2. Bagaimana teori belajar humanistik memengaruhi motivasi siswa di era pendidikan
modern?
3. Apa perbandingan pendekatan pembelajaran humanistik dengan metode lain?
4. Tantangan utama dalam menerapkan teori belajar humanistik dalam praktik
pendidikan?

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui apa itu teori belajar humanistik.


2. Mengatahui bagaimana teori belajar humanistik memengaruhi motivasi siswa di era
pendidikan modern.
3. Mengetahui apa perbandingan pendekatan pembelajaran humanistik dengan metode
lain.
4. Mengetahui tantangan utama dalam menerapkan teori belajar humanistik dalam
praktik pendidikan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Belajar Humanistik

Teori belajar humanistik adalah pendekatan dalam psikologi pembelajaran yang


menekankan pada pengalaman subjektif, pertumbuhan pribadi, dan potensi individu
sebagai faktor utama dalam proses belajar. Teori ini menganggap individu sebagai
makhluk yang aktif, kreatif, dan memiliki keinginan untuk mencapai aktualisasi diri. Dua
tokoh utama dalam teori belajar humanistik adalah Abraham Maslow dengan konsep
hierarki kebutuhan dan Carl Rogers dengan penekanannya pada iklim belajar yang
mendukung.

Hipotesis pembelajaran humanistik adalah hipotesis yang menyatakan bahwa


orang memiliki pilihan untuk melihat diri mereka sendiri sebagai tahap pembelajaran,
sehingga mereka seharusnya mencapai realisasi diri. Oleh karena itu, hipotesis ini
mengharapkan bahwa pengalaman yang berkembang dipandang lebih penting daripada
hasil pembelajaran itu sendiri. Belajar adalah aktivitas mandiri yang dapat dilakukan di
mana saja. Dalam latihan belajar, seorang individu atau bahkan seorang pendidik tidak
boleh memaksakan sesuatu yang tidak disenangi oleh individu yang bersangkutan.

Teori belajar humanistik memiliki beberapa prinsip utama yang membentuk


landasan pendekatan ini. Berikut adalah beberapa prinsip tersebut :

 Pentingnya Aktualisasi Diri (Self-Actualization): Teori humanistik menganggap


individu memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang secara optimal menuju
aktualisasi diri yang mencakup potensi penuh mereka. Maslow merinci konsep
ini dalam "A Theory of Human Motivation" (1943).
 Pentingnya Pengalaman Subjektif: Teori ini menekankan pentingnya
pengalaman pribadi, perasaan, dan persepsi individu dalam proses belajar. Carl
Rogers menguraikan pandangan ini dalam karyanya "Client-Centered Therapy:
Its Current Practice, Implications, and Theory" (1951).
 Belajar sebagai Proses Aktif: Teori belajar humanistik melihat individu sebagai
pelaku aktif dalam proses pembelajaran. Rogers menekankan pentingnya
keterlibatan aktif dalam belajar untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam.

3
 Iklim Belajar yang Mendukung: Lingkungan belajar yang mendukung dan
penerimaan tanpa syarat dari guru serta lingkungan yang mendorong ekspresi
diri sangat penting. Rogers menggarisbawahi pentingnya kondisi-kondisi yang
mendukung dalam proses belajar.

Poin penting dari hipotesis humanistik adalah mendorong siswa untuk menjadi
mandiri dan memiliki rasa kepemilikan atas pembelajaran mereka, menjadi inventif dan
ingin tahu tentang lingkungan mereka secara umum. Sejalan dengan hal ini, standar
hipotesis humanistik adalah:
1. Siswa harus memiliki pilihan untuk memilih apa yang akan mereka wujudkan.
Guru humanistik menerima bahwa siswa akan terdorong untuk berkonsentrasi
pada materi dengan asumsi bahwa materi tersebut berhubungan dengan
kebutuhan dan keinginan mereka.
2. Tujuan instruksional harus mendorong siswa untuk belajar dan menunjukkan
kepada mereka bagaimana cara belajar, siswa harus memacu dan menghidupkan
diri mereka sendiri untuk mencari tahu sendiri.
3. Guru humanistik menerima bahwa nilai-nilai itu tidak berguna dan penilaian diri
sendiri adalah hal yang penting.
4. Pendidik humanistik tidak membedakan antara domain kognitif dan afektif
karena mereka percaya bahwa perasaan dan pengetahuan berperan dalam proses
pembelajaran.
5. Guru humanistik menekankan perlunya siswa untuk menjauhi ketegangan
ekologis, sehingga mereka akan memiliki rasa aman yang baik untuk menyadari
bahwa pembelajaran mereka menjadi lebih sederhana dan signifikan.

Berdasarkan lima prinsip pembelajaran humanistik di atas, dapat disimpulkan


bahwa prinsip-prinsip teori pembelajaran humanistik bertujuan untuk menciptakan
lingkungan belajar yang benar-benar nyaman bagi siswa untuk meningkatkan
signifikansi pembelajaran.

Tingkat keberhasilan prinsip-prinsip teori belajar humanistik dalam pembelajaran


dapat bervariasi tergantung pada konteks, pendekatan pengajaran, dan karakteristik siswa
yang terlibat. Namun, prinsip-prinsip ini telah membawa dampak positif dalam berbagai
situasi pembelajaran. Di beberapa konteks, pendekatan humanistik dapat memberikan

4
hasil yang sangat efektif, sementara di lainnya mungkin perlu disesuaikan dengan
pendekatan lain untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih khusus.

Menurut teori ini, pembelajaran terjadi ketika siswa merasa dihargai dan diterima.
Teori ini juga menekankan pada pertumbuhan pribadi potensi siswa. Hipotesis ini
diciptakan oleh Carl Rogers dan Abraham Maslow. Sudut pandang humanistik
menekankan pada tugas seseorang dalam belajar dan mendidik, dan pada kebutuhan
pribadi dan kesempatan dalam belajar. Sudut pandang konstruktivis sosial menekankan
pada dampak lingkungan sosial pada pembelajaran dan pentingnya interaksi dan dialog
sosial siswa dan guru dalam mengembangkan pemahaman bersama.

B. Pengaruh Teori Belajar Humanistik pada Motivasi Siswa di Era Pendidikan


Modern

Inspirasi untuk belajar adalah katalisator untuk pengalaman pendidikan dan


alasan untuk mendapatkan keuntungan dari pengalaman pendidikan. Beberapa siswa
mengalami masalah dalam menyadari sehingga prestasi belajar tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Motivasi belajar merupakan syarat mutlak untuk belajar dan memiliki
dampak yang signifikan dalam memberikan gairah atau semangat belajar (Puspitasari,
2012), sehingga perlu dilakukan penyelidikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar agar dapat mengatasi permasalahan yang muncul.
Inspirasi dan belajar adalah dua hal yang saling berkaitan. Faktor utama dalam
melakukan kegiatan belajar adalah motivasi belajar, sehingga individu yang tidak
memiliki motivasi tidak akan melakukan kegiatan belajar. Motivasi sebagai pendorong
tindakan seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan oleh siswa itu
sendiri. Semangat seseorang untuk berkembang melalui kegiatan belajar ini bermula dari
motivasi belajar.
Pendidikan humanistik memandang siswa sebagai subjek yang bebas memilih
tindakan mereka sendiri. Para siswa dikoordinasikan untuk memiliki pilihan untuk
mengambil kepemilikan penuh atas rutinitas harian mereka sendiri dan lebih jauh lagi
untuk keberadaan orang lain. Pendekatan dialogis, reflektif, dan ekspresif adalah
beberapa pendekatan yang berguna untuk pendekatan ini. Siswa didorong untuk berpikir
kritis dan kreatif bersama sebagai bagian dari pendekatan dialogis. Pengajar tidak
berperan sebagai pendidik yang hanya memberikan materi yang dibutuhkan oleh peserta
didik pada umumnya, namun pengajar hanya berperan sebagai fasilitator dan teman

5
bertukar pikiran (Arbayah, 2013). Dengan menerapkan Open Education, sebuah metode
pendidikan yang memungkinkan siswa untuk bergerak bebas di dalam kelas dan memilih
kegiatan belajar mereka sendiri. Guru hanya memberikan arahan. Komponen utama dari
siklus ini adalah bahwa iklim kelas yang sebenarnya unik dalam kaitannya dengan kelas
yang biasa, karena para siswa bekerja secara eksklusif atau dalam kelompok kecil.
Untuk menyelesaikan proses ini, siswa harus memiliki akses ke pusat
pembelajaran atau pusat kegiatan di kelas yang memungkinkan mereka menyelidiki
bidang studi, topik, keterampilan, atau minat tertentu. Pusat ini dapat memberikan
panduan untuk mempelajari suatu hal tanpa kehadiran pengajar dan dapat merekam
investasi dan kemajuan belajar siswa untuk kemudian dibicarakan dengan pengajar,
dengan adanya understudy ini inspirasi belajar pasti akan meluas (Rumini, 1993).
Berikut ini adalah persyaratan untuk proses pembelajaran ini:
a) Harus ada fasilitas yang memudahkan pembelajaran, yang berarti berbagai jenis
materi pembelajaran harus tersedia. Tidak ada pembatasan pergerakan siswa di
dalam kelas, tidak ada pembatasan dalam berbicara, dan tidak ada
pengelompokan berdasarkan tingkat kecerdasan.
b) Terdapat suasana persahabatan, kehangatan, penghargaan, dan penerimaan.
Pendidik mengelola masalah sosial dengan berdiskusi secara diam-diam dengan
siswa yang merasa khawatir, tanpa melibatkan siswa yang lain.
c) Ada pintu terbuka yang luar biasa bagi para pendidik dan siswa pengganti untuk
saling menganalisis kesempatan belajar, menyiratkan bahwa siswa pengganti
memeriksa pekerjaan mereka sendiri, instruktur memperhatikan dan
mendapatkan klarifikasi tentang beberapa masalah yang mendesak.
d) Pengajaran bersifat individual, sehingga tidak ada tes atau buku panduan latihan.
e) Instruktur membuat penilaian dengan memperhatikan setiap siklus peserta didik
dan membuat catatan serta penilaian individual, tanpa banyak tes konvensional.
f) Ada potensi pintu terbuka untuk pengembangan kemampuan bagi pengajar,
karena pengajar dapat memanfaatkan bantuan orang lain, termasuk mitra.
g) Lingkungan kelas yang ramah dan bersahabat yang mendorong siswa untuk
belajar dan membuat mereka merasa nyaman.

Pertama dan terutama, guru harus menyadari bahwa kegiatan siswa tampak
dalam kondisi yang baik, yang dibuktikan dengan: siswa pengganti dipersiapkan sebagai
pelopor, tidak hanya penerima manfaat dari realitas dan sistem, siswa pengganti

6
memiliki peluang potensial untuk mencari cara untuk membantu satu sama lain, siswa
pengganti dapat mempelajari pendekatan yang berbeda dalam menangani masalah, siswa
pengganti berkonsentrasi pada isu-isu yang menarik dan pertanyaan-pertanyaan yang
terbuka, tidak hanya sekedar berhasil; pemeran pengganti dapat menggunakan strategi
evaluasi yang berbeda, tidak hanya survei pemeran pengganti dalam metode kapasitas
yang mudah diingat, pemeran pengganti dapat menumbuhkan pemikiran numerik yang
berhubungan dengan sejarah dan budaya; pemeran pengganti memiliki imajinasi,
kepastian, kebebasan, dan ketertarikan, serta pemeran pengganti menggunakan
aritmatika dalam kehidupan sehari-hari. Jelaslah bahwa pengembangan gawai
bermanfaat bagi pengembangan karakter siswa. Hal ini menyiratkan bahwa
perkembangan gawai bermanfaat bagi siswa. Hal ini menyiratkan bahwa perkembangan
gawai sangat layak.

Siswa lebih cenderung menjadi bersemangat untuk belajar demi belajar dan
bersedia berkorban untuk menjadi kreatif dan terbuka terhadap ide-ide baru dari guru
yang membuat mereka merasa nyaman, diterima, dan dihormati sebagai individu. Salah
satu upaya untuk mengembangkan kemampuan matematika adalah dengan
mengembangkan pembelajaran matematika dengan pendekatan humanisme.

Jika siswa ingin menjadi pembelajar yang mandiri, mereka harus yakin bahwa
guru akan menanggapi mereka secara adil dan konsisten dan bahwa mereka tidak akan
ditertawakan atau dihukum karena melakukan kesalahan yang sederhana.

Metodologi aritmatika humanistik memiliki dasar pemikiran bahwa:

a) Siswa memiliki seperangkat konsep matematika alternatif yang mempengaruhi


pembelajaran mereka selanjutnya;
b) siswa mendapatkan informasi baru dengan membentuk informasi tersebut
untuk diri mereka sendiri;
c) pembentukan pengetahuan merupakan proses perubahan yang melibatkan
penambahan, penciptaan, modifikasi, penghalusan, penyusunan kembali, dan
penolakan;
d) informasi baru yang disusun oleh siswa untuk diri mereka sendiri berasal dari
berbagai macam pengalaman;

7
e) bahwa semua siswa, tanpa memandang ras, budaya, atau jenis kelamin, dapat
memahami dan melakukan matematika. Pembelajaran matematika yang
humanis harus memusatkan perhatian pada pemikiran kritis. Standar NCTM
(2000) menyatakan bahwa berpikir kritis berarti berpartisipasi dalam usaha
yang teknik pengaturannya tidak diketahui sebelumnya. Capraro dkk. (2011)
menyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah sangat penting dalam
belajar matematika. Menurut Shadiq (2007), urutan pengetahuan dalam
pemecahan masalah dimulai dari yang paling sederhana hingga yang paling
kompleks.

C. Perbandingan Pendekatan Pembelajaran Humanistik Dengan Metode Lain

Berikut adalah perbandingan antara teori belajar humanistik dengan dua metode
belajar lainnya: pendekatan behavioristik dan pendekatan kognitif.
 Pendekatan Terhadap Individu: Menekankan pada potensi pribadi, pengalaman
subjektif, dan aktualisasi diri individu. Memandang individu sebagai pelaku aktif
yang berusaha mencapai pertumbuhan penuh.
 Pentingnya Pengalaman: Memperhatikan pengalaman dan perasaan pribadi dalam
proses pembelajaran. Berfokus pada proses belajar daripada sekedar hasil akhir.
 Hubungan Guru-Siswa: Mendorong hubungan antara guru dan siswa yang
bersifat mendukung, empatik, dan inklusif.
1. Pendekatan Behavioristik:
 Pendekatan Terhadap Individu: Menekankan pada respons yang diamati dan
terukur. Fokus pada pembentukan perilaku yang diinginkan melalui penguatan
dan hukuman.
 Pentingnya Stimulus dan Respons: Memandang belajar sebagai proses
merespons rangsangan eksternal dan memperoleh respons yang diharapkan.
 Pengukuran dan Pengendalian: Mementingkan pengukuran perilaku yang
terlihat dan dapat diukur. Menekankan pada kontrol eksternal dalam
membentuk perilaku.
2. Pendekatan Kognitif:
 Pendekatan Terhadap Individu: Memandang individu sebagai pemroses
informasi aktif. Menekankan pada pemahaman, berpikir, dan penyelesaian
masalah.

8
 Pentingnya Proses Mental: Memahami belajar sebagai hasil dari proses
kognitif seperti perhatian, ingatan, dan pemahaman.
 Pengembangan Keterampilan Kognitif: Menekankan pada pengembangan
kemampuan berpikir kritis, analitis, dan pemecahan masalah.

Penting untuk diingat bahwa pendekatan-pendekatan ini tidak selalu saling


eksklusif, dan pendekatan yang paling efektif tergantung pada konteks pembelajaran,
materi yang diajarkan, dan karakteristik siswa. Beberapa pendekatan pembelajaran dapat
dikombinasikan untuk mencapai hasil yang lebih komprehensif.

Serta adapun kelebihan dan kekurangan dari teori belajar humanistik sebagai
pembanding dari metode lain yaitu:

 Kelebihan Teori Humanistik


1) Manfaat Teori Humanistik Mengedepankan berbasis suara terbanyak,
dialogis partisipatif, dan humanis.Manfaat utama yang dapat diperoleh dari
studi penelitian otak humanistik adalah standarnya yang umumnya berfokus
pada kualitas dan keputusan yang berhubungan dengan aturan mayoritas,
partisipatoris dialogis, dan humanis sehingga sangat penting untuk melihat
nilai dalam diri individu dengan baik. Hipotesis humanistik lebih unggul
daripada hipotesis pembelajaran mental.
2) Lingkungan yang saling menghargai Manfaat selanjutnya dari hipotesis
pembelajaran humanistik adalah dapat membuat lingkungan menjadi lebih
menghargai satu sama lain, munculnya kesempatan untuk menilai tanpa
dibatasi, dan kesempatan sejauh mungkin. Dengan demikian, siswa yang
kurang mampu dapat menjadi lebih inovatif. Ada banyak contoh
penggunaan penelitian otak humanistik dalam penemuan yang secara efektif
dilakukan dalam suasana saling menghargai.
3) Pekerjaan siswa yang dinamis Sebagai hipotesis untuk memberikan
pembelajaran yang baik yang berhubungan dengan manfaat dan kerugian
dari hipotesis humanistik, metodologi humanis berbasis popularitas seperti
yang telah disebutkan sebelumnya dapat menyebabkan lebih banyak
kemajuan untuk mendapatkan pekerjaan yang berfungsi dari para siswa.
Terlepas dari pekerjaan yang dinamis, orang-orang juga dapat hidup masing-

9
masing meskipun mereka memiliki kontemplasi yang berbeda yang memicu
perbedaan.
 Kekurangan Teori Belajar Humanistik
1) Pengujiannya sulit Kelemahan pertama dari teori belajar humanistik dalam
mempelajari psikologi adalah sulitnya untuk lulus tes. Faktanya, menyontek
sering dianggap sebagai sebuah kebiasaan.
2) Adanya beberapa konsep yang masih dikatakan kabur dan subjektif karena
ketidakmampuan pengajar dalam memberikan informasi yang jelas
merupakan hal lain yang juga menjadi salah satu kekurangan teori
humanistik saat belajar ilmu psikologi. Pembelajaran dapat terhambat
karena adanya gagasan-gagasan yang masih kabur tersebut.
3) Imajinasi yang sering disalah gunakan Satu lagi kekurangan dari hipotesis
atau imajinasi humanistik yang semakin bebas dan tidak terbatas, adalah
sering disalahgunakan untuk tujuan yang tidak sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Ketika seorang individu yang sembrono berada di tengah-
tengah kelompok, kondisi ini terjadi.
4) Pemikiran yang tidak terpusat Pembelajaran hipotesis humanistik dapat
menimbulkan perasaan yang tidak terpaku pada topik karena setiap individu
diberi kesempatan untuk memiliki pilihan untuk menyelidiki kemampuan
mereka sendiri dalam menjawab masalah yang diberikan.

D. Tantangan Dalam Penerapan Teori Belajar Humanistik Dalam Praktik Pendidikan

Dalam perkembangan zaman globalisasi yang sedang berlangsung, ada banyak


masalah dalam dunia pendidikan yang muncul dan mengacaukan pengalaman pendidikan
yang berakibat pada kecacatan pada pribadi dan etika peserta didik (Supriadi, 2016).
Menurut Rasyid (2016), kesalahan dalam proses perkembangan mengakibatkan
kecacatan ini.

Teori humanistik merupakan salah satu metode pengajaran yang dapat membantu
siswa dalam mengembangkan moral dan karakternya (Zogara et al., 2022). Dari hipotesis
humanistik ini, diyakini bahwa seorang individu akan benar-benar ingin membangun
kapasitas mereka yang sebenarnya ketika diterapkan secara tepat dan sesuai (Sumantri
dan Ahmad, 2019).

10
Hipotesis pembelajaran humanistik telah dieksplorasi secara luas dengan proses
yang dapat membentuk perspektif peserta didik, mengembangkan eksekusi, dan
pencapaian peserta didik. (Syarifuddin, 2022) menyatakan bahwa gagasan humanisme
secara umum akan memberikan harapan tentang naluri manusia, sebagai lawan dari
melihat manusia sebagai "kotak kosong" yang harus diisi. (Saputri, 2022) berpendapat
bahwa dalam hipotesis humanistik, pendidik memberikan informasi atau nilai-nilai,
namun instruktur harus membentuk peserta didik mereka dengan adorasi sehingga
peserta didik dapat lebih peka terhadap keadaan mereka saat ini.

Sehubungan dengan penelitian hipotesis humanistik lainnya di tingkat perguruan


tinggi, salah satu penciptanya adalah (Yuliandri, 2017) yang mengungkapkan bahwa
hipotesis pembelajaran humanistik dapat meningkatkan keaktifan belajar dan hasil
belajar. Dari hasil tinjauan ini, dinyatakan bahwa keaktifan belajar normal saat
memanfaatkan hipotesis pembelajaran humanistik adalah 83,7% dari keaktifan belajar
dibandingkan dengan saat pembelajaran dilakukan secara umum dengan 60% keaktifan
belajar, sehingga sangat beralasan bahwa dengan membiasakan diri menggunakan
hipotesis humanistik dapat membangun keaktifan belajar yang lebih baik daripada
pembelajaran umum (Perni, 2018).

Hal ini cenderung beralasan bahwa penggunaan hipotesis humanistik pada


pembelajaran di kelas mempengaruhi etika siswa. Penggunaan teori humanistik telah
terbukti dapat meningkatkan interaksi siswa, kemampuan memecahkan masalah, dan
kemampuan menyuarakan pendapat dalam penelitian ini. Siswa dapat tumbuh dan
berkembang dengan karakter moral dan siap menghadapi tantangan di masa depan
dengan menerapkan teori ini.

Pendekatan teori humanistik dalam pendidikan ini dapat memperbaiki masalah-


masalah dalam pendidikan saat ini. Tentu saja, peran guru yang menarik, tidak repetitif,
dan memanfaatkan media secara ekstensif harus ditetapkan di awal desain pembelajaran.
Hipotesis humanistik menunjukkan eksekusi dari pengalaman yang berkembang yang
memberikan dorongan kepada para siswa untuk terus berpikir secara mendasar dan
imajinatif.

Teori humanistik sering dikritik karena kesulitan dalam penerapan praktisnya.


Teori humanisme menekankan pada kebebasan setiap siswa untuk memahami materi

11
pembelajaran dan memperoleh pengetahuan baru dengan cara mereka sendiri. Dalam
teori ini, siswa berperan sebagai subjek belajar selama proses pembelajaran, dan guru
berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran humanisme. Hipotesis ini dipandang
lebih sesuai dengan teori. Seperti dalam buku Budiningsih, 2008 yang mengatakan
bahwa hipotesis ini mendorong hipotesis karakter dan psikoterapi untuk persekolahan
sehingga menentukan langkah yang lebih jelas dan membumi adalah hal yang
merepotkan. Namun, teori ini dianggap mampu memberikan jalur pembelajaran yang
membantu pencapaian tujuan pembelajaran karena sifatnya yang memanusiakan
manusia.

Meskipun hipotesis humanistik ini masih menantang untuk diubah menjadi


langkah-langkah pembelajaran yang membumi dan fungsional, namun komitmen dari
hipotesis ini sangat besar. Konsep dan ide yang telah dikembangkan dapat membantu
para pendidik dalam memahami sifat dasar jiwa manusia. Pada umumnya, hipotesis
humanistik ini akan mengarahkan peserta didik untuk berpikir secara induktif, fokus
pada pengalaman, dan membutuhkan kontribusi peserta didik yang dinamis dalam
pengalaman yang terus berkembang.

Penerapan teori belajar humanistik menghadapi sejumlah tantangan, termasuk


kurangnya perhatian orang tua, kurangnya kecakapan IT, kurangnya interaksi antara guru
dan siswa, dan kurangnya pemahaman tentang pendidikan humanistik oleh beberapa
guru. Pembelajaran ini juga menghadapi kesulitan karena kelemahan dalam teori
pembelajaran humanistik.

1. Siswa yang cenderung pasif dan kurang inisiatif dalam belajar akan tertinggal.
2. Penggunaan hipotesis pembelajaran akan terombang-ambing jika para siswa yang
tidak memiliki inisiatif tidak ditopang oleh inspirasi dan iklim yang layak.
3. Akan sulit untuk menerapkan teori dengan cara yang lebih efektif.
4. Siswa yang apatis untuk menyelidiki potensi mereka akan ditinggalkan dalam
pembelajaran.
5. Siswa akan cenderung lebih mementingkan diri sendiri ketika teori humanistik
diimplementasikan.
6. Kemampuan pendidik dalam pengembangan karakter peserta didik akan menurun.
7. Tindakan siswa sendiri lebih banyak dipengaruhi oleh faktor keberhasilan belajar.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori belajar humanistik adalah pendekatan dalam psikologi pembelajaran yang


menekankan pada pengalaman subjektif, pertumbuhan pribadi, dan potensi individu
sebagai faktor utama dalam proses belajar. Menurut teori ini, pembelajaran terjadi ketika
siswa merasa dihargai dan diterima. Teori ini juga menekankan pada pertumbuhan
pribadi potensi siswa. Hipotesis ini diciptakan oleh Carl Rogers dan Abraham Maslow.

Motivasi belajar merupakan syarat mutlak untuk belajar dan memiliki dampak
yang signifikan dalam memberikan gairah atau semangat belajar (Puspitasari, 2012),
sehingga perlu dilakukan penyelidikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar agar dapat mengatasi permasalahan yang muncul. Dengan menerapkan Open
Education, sebuah metode pendidikan yang memungkinkan siswa untuk bergerak bebas
di dalam kelas dan memilih kegiatan belajar mereka sendiri. Guru hanya memberikan
arahan.

Perbandingan antara teori belajar humanistik dengan dua metode belajar lainnya:
pendekatan behavioristik dan pendekatan kognitif yaitu Pendekatan Terhadap Individu,
Pengalaman dan hubungan Guru dan Siswa. Teori humanistik sering dikritik karena
kesulitan dalam penerapan praktisnya. Teori humanisme menekankan pada kebebasan
setiap siswa untuk memahami materi pembelajaran dan memperoleh pengetahuan baru
dengan cara mereka sendiri. Dalam teori ini, siswa berperan sebagai subjek belajar
selama proses pembelajaran, dan guru berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran
humanisme.

13
DAFTAR PUSTAKA

Perni, N. N. (2018). Penerapan Teori Belajar Humanistik dalam Pembelajaran. Adi Widya:
Jurnal Pendidikan Dasar, 3(2), 105-113.

Anzani, S. R., Al Fauzan, M. A., Alzena, T., Rejeki, A. S., & Azalia, N. A. (2023). Teori
Humanistik: Bagaimana Pengaruhnya Terhadap Karakter-Moral Siswa?. Jurnal
Pendidikan Indonesia, 4(05), 405-415.

Qodir, A. (2017). Teori Belajar Humanistik Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar


lSiswa. Pedagogik: Jurnal Pendidikan, 4(2).

Manik, H., Sihite, A. C., Manao, M. M., Sitepu, S., & Naibaho, T. (2022). Teori Filsafat
Humanistik dalam Pembelajaran Matematika. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 6(1), 348-
355.

Maslow, A. H. (1943). A Theory of Human Motivation. Psychological Review, 50(4), 370-


396.

Rogers, C. R. (1951). Client-Centered Therapy: Its Current Practice, Implications, and


Theory. Houghton Mifflin

14

Anda mungkin juga menyukai