Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TEORI HUMANISME DAN KONSTRUKTIVISME

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH:


PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Dosen pengampuh:
Siska oktavera, M.Pd.
Oleh:
Arif abdillah (1920.03.004)
Shella safitri (1920.03.017)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BINAMADANI


Pendidikan guru madrasah ibtida’iyah
2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami lemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan masalah ini. Tanpa pertolongan nya tentu nya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nanti kan syafaat nya di
akhir kelak.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat NYA, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan maklah sebagi tugas dari mata kuliah
psikologi pendidikan yang berjudul “METODE PEMBELAJARAN HUMANISTIK DAN
KONSTRUKTIVISME”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalam nya. untuk itu, penulis mengharapkan saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya maklah ini nanti nya dapat menjadi makalah yang lebih
baik lagi. kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf
sebesar-besar nya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua fihak yang telah membimbing kami.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Tangerang, April 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PEMBAHASAN
BAB II PEMBAHASAN
1. TEORI HUMANISME
A. Pengertian Aliran Humanisme
B. Implikasi aliran humanisme dalam pendidikan
C. Kelebihan aliran humanistik dalam Pendidikan
D. Kekurangan aliran humanistik dalam Pendidikan
2. TEORI KONSTRUKTIVISME
A. Pengertian Aliran Konstruktivisme
B. Implikasi aliran konstruktivisme dalam Pendidikan
C. Macam-Macam Konstruktivisme
D. Kelebihan aliran Konstruktivisme dalam Pendidikan
E. Kekurangan aliran Konstruktivisme dalam Pendidikan
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan ini manusia tidak terlepas dari belajar, karena dengan belajar
manusia menjadi mengerti dan faham tentang hal-hal yang sebelum nya belum mereka
ketahui. Belajara dalah suatru proses usaha yang di lakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamn
individu itu sendiri dalam interaksi di lingkungan. Belajar memegang peranan penting di
dalam perkembangan, kebiasaaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan persepsi
manusia. Oleh karena itu, seseorang harus menguasai prinsip-prinsip dasar belajar agar
mampu memehami bahwa akltivitas belajr itu memegang penting dalam psikologis dan
kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Dalam aliran psikologi terdapat empat aliran yang dapat di jadikan acuan dalam
pengembangan metode pembelajaran, yaitu aliran behaviorisme, aliran kognitivisme,
aliran humanisme dan aliran konstruktivisme. Teori belajar humanisme memfokuskan
pembelajaran nya pada pembangunan kemampuan positif siswa. teori ini membantu
masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik
dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada di dalam diri mereka. Dan
adapun teori konstruktivisme adalah sebuah filosofi pembelajaran yang di landasi
premis bahwa dengan merefleksikan pengalaman, membangun, mengkontruksi
pnegetahuan pemahaman tentang dunia tempat manusia hidup.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, penulis hanya akan membahas mengenai
aliran humanisme dan konstruktivisme.
B. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari aliran humanisme
2. Untuk mengetahui implikasi aliran humanisme dalam pendidikan
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan aliran humanisme dalam pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
1. TEORI HUMANISME
A. pengertian aliran humanisme
Humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia.
Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana manusia membangun diri nya untuk
melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang di sebut sebagai
potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanisme biasa nya memfokuskan
pengajaran nya pada pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan positif ini erat kaitan nya dengan pengembangan emosi positif yang
terdapat dalam domain afektif. Emosi adalah karakteristik yang sangat kuat yang
nampak dari para pendidik beraliran humanisme. Humanistik tertuju kepada masalah
bagaimana tiap individu di pengaruhi dan di bimbing oleh maksud-maksud pribadi yang
mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Teori humanisme
ini cocok untuk di terapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat
pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap dan analisis terhadap
fenomena sosial.
Teori belajar humanistik sifat nya sangat mementingkan isi yang di pelajari dari
pada proses belajar itu. Tujuan belajar menurut teori ini adalah mamanusiakan manusia
artinya prilaku tiap orang di tentukan oleh orang itu sendiri dan memahami manusia
terhadap lingkungan dan diri nya sendiri.
B. Implikasi aliran humanisme dalam pendidikan
Pada awalnya, perkembangan aliran humanisme hanya terbatas pada kajian
terhadap kepribadian manusia. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, aliran humanisme banyak di kembangkan oleh beberapa pakar
pendidikan untuk implementasi dalam dunia pendidikan. Salah satu nya, yaitu carl
rogers.
Dalam ruang lingkup pendidikan, aliran humanisme saat ini sudah banyak di gagas para
pakar sebagai pendidikan alternatif. Pendidikan saat ini tidak menjadikan peserta didik
sebagai objek. namun sebalik nya, pendidikan memfokuskan pada pengoptimalan
potensi yang di miliki peserta didik.
Guru dalam dunia pendidikan berperan sebagai fasiliator bagi peserta didik.
Peran guru dalam proses pembelajaran tidak lagi sebagai seseorang yang mengetahui
segala nya tanpa melihat potensi dan bakat yang di miliki peserta didik nya. hal inilah
yang menjadi ciri dari pendidikan humanisme, yaitu memandang manusia sebagai
kesatuan utuh yang memiliki potensi positif yang dapat di kembangkan.
Menurut perspektif humanisme proses pembelajaran bukan tentang bagaimana
mengajarkan, tapi tentang bagaimana menciptakan situasi belajar yang dapat membuat
peserta didik mengalami pengalaman belajar itu sendiri. Dengan demikian, peserta didik
kemungkinan akan faham tentang makna belajar. Hal inilah yang di sebut sebagai
hakikat pendidikan yang humanis.
Menurut Rogers (1969) belajar dengan mengetahui lebih dulu makna belajar atau yang
di kenal dengan belajar penuh arti, yaitu sikap murni apa ada nya, penghargaan,
peneriman dan kepercayaan serta pemahaman dengan empati.
a. Sikap murni apa adanya.
Proses belajar penuh arti dapat tercapai apabila seorang guru bersikap tulus,
jujur, murni dan tidak hanya bermain peran untuk mengikuti tuntunan dari sistem.
Seorang guru boleh merasakan emosi dan mengekspresikan nya, namun tidak boleh
boleh menjatuhkan kesalahan kepada orang lain, terutama peserta didik. Hal
tersebut memang tidak mudah, tapi seorang guru dapat memulai nya dengan
mengenali emosi yang di rasakan dan menerima nya. lalu pelan-pelan ia dapat
mencoba untuk mengekspresikan dengan tepat.
b. Penghargaan, penerimaan dan kepercayaan
Peserta didik harus dapat di terima oleh seorang guru sebgai individu yang unik,
di hargai dan di hormati. Perasaan dan pendapat peserta didik harus di hargai. Ia
juga harus di perhatikan. Seorang guru harus percaya bahwa setiap manusia
memiliki kapasitas untuk mengembangkan potensi nya dan menemukan jalan hisup
nya. hal tersebut menurut rick smith sebagai asumsi positif terhadap peserta didik.
Seorang guru harus berasumsi bahwa peserta didik ingin belajar berkaitan dengan
hal yang sedang di ajarkan guru, meskipun terkadan peserta didik kelihatan tidak
tertarik. Asumsi positif dapat membantu seorang guru agar tetap bertahan dan
bersemangat dalam mengajar.
c. Pemahaman dengan empati
Ketika guru ber empati kepada peserta didik, guru tidak mengavaluasi atau
menganalisis peserta didik dari sudut pandang guru, tapi menempatkan diri seorang
guru pada kondisi peserta didik tersebut. Dengan demikian, seorang guru dapt
memahami reaksi yang ada dalam diri peserta didik nya dan ikut mengalami apa
yang peserta didik rasakan. Salah satu kunci berempati adalah dengan
mendengarkan. Dengan mendengarkan secara seksama, seorang guru dapat
memahami apa yang mnyebabkan muncul nya suatu masalahsehingga pada akhir
nya dapat menemukan solusi yang tepat.
C. Kelebihan aliran humanistik dalam pendidikan
 Sifat demokratis lebih mendominasi
Dengan di terapkan nya teori pembelajaran humanistik ini, suasana belajar akan
lebih terasa demokratis, setara namun tetap menghormati guru sebagi fasiliator
untuk menghantarkan siswa mencapai hal yang di inginkan, serta membantu
mengembangkan potensi siswa.
 Peserta didik cenderung lebih aktif
Peran aktif peserta didik lebih dominan daripada guru tidak seperti teori
pendahulu nya yang guru sebagi pusat pembelajaran. Dan memaksa siswa untuk
menerima semua pelajaran yang bahkan tidak di sukai nya.
 Sifat nya membentuk kepribadian siswa sesuai potensi
Pembelajaran ini mengikuti jalan fikir dan minat siswa yang nanti nya akan
mempermudah siswa memaksimalkan potensi serta membentuk kepribadian asli
peserta didik.
 Terciptanya suasana saling menghargai dan menghormati
Kelebihan teori humanistik selanjut nya yaitu selain demokratis juga mampu
menciptakan suasana belajar yang saling menghormati. Kebebasan pendapat
juga akan mendorong siswa bisa lebih berfikir kreatif dan terbuka.
D. Kekurangan aliran humanistik dalam pendidikan
 Beberapa konsep nya masih buram dan subjektif
Ada nya beberapa konsep yang masih di katakan buram dan subjektif karena
guru tidak dpat memebrikan informasi yang jelas. Konsep yang masih buram
tersebut dapat menjadi penghambat pembelajaran
 Kreatifitas yang sering di salah gunakan
Semakin bebas dan tanpa batas kerap kali sering di salah gunakan untuk tujuan
yang tidak sesuai dengan arah pendidikan. Kondisi ini terjadi ketika ada individu
yang tidak bertanggung jawab di tengah-tengah pembelajaran
 Pemikiran yang tidak berpusat
Ada nya pemikiran yang tidak berpusat pada pokok permasalahan karena tiap
individu di berikan kebebasan untuk dapat menggali potensi nya masing-masing
untuk menjawab persoalan yang di berikan.
Itulah penjelasan mengani salah satu teori belajar yang dapat di terapkan di dunia
pendidikan. Dengan memahami setiap kelebihan dan kekurnagan nya, maka ada
pertimbangan cara untuk memanfaatkan kelebihan yang ada serta upaya dalam
mencegah mengurangi kekurangan yang tidak bermanfaat.
2. TEORI KONSTRUKTIF
A. Pengertian Aliran Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan suatu epistemology tentang perolehan pengetahuan
(knowledge acquisition) yang lebih memfokuskan pada pembentukan pengetahuan dari
pada penyampaian dan penyimpanan pengetahuan. Dalam pandangan konstruktivisme,
peserta didik berperan sebagai pembentuk (construct) dan pentransformasi
pengetahuan. Konstruktivisme adalah teori tentang bagaimana pelajar membangun
pengetahuan dari pengalaman, yang unik untuk setiap individu. Konstruktivisme
menurut Piaget (1971) adalah sistem penjelasan tentang bagaimana siswa sebagai
individu beradaptasi dan memperbaiki pengetahuan.
B. Implikasi aliran Konstruktivisme dalam Pendidikan
Pada saat peserta didik memberikan jawaban, pendidik mencoba untuk tidak
mengatakan bahwa jawabannya benar atau tidak benar. Namun pendidik mendorong
peserta didiknya untuk setuju atau tidak setuju kepada ide seseorang dan saling tukar
menukar ide sampai persetujuan dicapai tentang apa yang dapat masuk akal peserta
didik itu sendiri (Suherman, 2003). Sehingga kita dapat menyatakan bahwa
konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia
yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan
keinginan atau kebutuhannya tersebut denga bantuan fasilitasi orang lain.
Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak
(Poedjiadi, 1999) adalah sebagai berikut:
 Tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan
individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap
persoalan yang dihadapi.
 Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan
pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu,
latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan
menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
 Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai
bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang
membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri
peserta didik.

C. Macam-Macam Konstruktivisme
Konstruktivisme dibedakan dalam dua tradisi besar yaitu konstruktivisme
psikologis (personal) dan sosial. Konstruktivisme psikologis bercabang dua, yaitu yang
lebih personal (Piaget,1981:43) dan yang lebih sosial (Vygotsky); sedangkan
konstruktivisme sosial berdiri sendiri (Kukla, 2003: 11-14).

D. Kelebihan aliran Konstruktivisme dalam Pendidikan


 Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan
bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa
memberikan penjelasan tentang gagasannya.
 Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang
berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan
disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan
mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk merangkai
fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan
gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
 Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir
tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif,
mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasan
pada saat yang tepat.

E. Kekurangan aliran Konstruktivisme dalam Pendidikan


 Siswa membangun pengetahuan mereka sendiri, tidak jarang bahwa konstruksi
siswa tidak cocok dengan pembangunan ilmuwan yang menyebabkan
kesalahpahaman.
 Konstruktivisme menanamkan bahwa siswa membangun sendiri, hal ini pasti
memakan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang
berbeda.
 Situasi dan kondisi masing-masing sekolah tidak sama, karena tidak semua
sekolah memiliki infrastruktur yang dapat membantu keaktifan dan kreativitas
siswa.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia.
Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana manusia membangun diri nya untuk
melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang di sebut sebagai
potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanisme biasa nya memfokuskan
pengajaran nya pada pembangunan kemampuan positif ini, sedangkan aliran
konstruktivisme itu lebih memfokuskan pada pembentukan pengetahuan dari pada
penyampaian dan penyimpanan pengetahuan.
Daftar Pustaka
Suyono & Harianto. 2011. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar.
Bandung; PT. Remaja Rosdakarya
Uno, H.B. 2010. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Rumini, S. dkk. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negri Yogyakarta..

Anda mungkin juga menyukai