Anda di halaman 1dari 11

TEORI BELAJAR HUMANISTIK

Disusun Oleh Kelompok 6:

1. Sella Masribuana (2022143606)


2. Putri Suci Paranita (2022143609)
3. Sintia Watalia (2022143617)
4. Perwira Sari (2022143624)
5. Maulisya Mailani (2022143635)
6. Traviata Prakarti A. (2022143637)

Dosen Pengampu : Putri Dewi Nurhasana M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Teori Belajar Humanistik
” ini tepat pada waktunya. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Strategi Belajar Mengajar SD. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Putri Dewi Nurhasana, M.Pd. .selaku
dosen pembimbing mata kuliah Strategi Belajar Mengajar SD yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami tentang Teori Belajar
Humanistik.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Kami
menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna, Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 29 September 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG........................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................................2
C. TUJUAN............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. HAKIKAT TEORI BELAJAR HUMANISTIK................................................................3
B. IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR HUMANISTIK DIKELAS..................................5

BAB III PENUTUP....................................................................................................................7


A. KESIMPULAN.................................................................................................................7
B. SARAN..............................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Aliran Humanistik muncul pada tahun 1940an sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap
pendekatan psikoanalisa dan behavioristik. Sebagai sebuah aliran dalam psikologi, aliran ini
boleh dikatakan relatif masih muda, bahkan beberapa ahlinya masih hidup dan terus menerus
mengeluarkan konsep yang relevan dengan bidang pengkajian psikologi, yang sangat
menekankan pentingnya kesadaran, aktualisasi diri, dan hal-hal yang bersifat positif tentang
manusia.

Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk
kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanistik
sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan
psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanistik sangat mementingkan
isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri serta lebih banyak berbiacara tentang
konsep-konsep pendidikan.

Untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam
bentuk yang paling ideal.Belajar adalah suatu proses perubahan pada diri individu yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Perubahan sebagai
hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan
pengetahuanya, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapanya, kemampuannya,daya
reaksinya dan daya penerimaanya. Dalam suatu pembelajaran juga perlu didukung oleh
adanya suatu teori dan belajar, secara umum teori belajar dikelompokkan dalam empat
kelompok atau aliran meliputi: (1) Teori Belajar Behavioristik, (2) Teori Belajar Kognitif, (3)
Teori Belajar Berbasis Otak, (4) Teori Belajar Humanistik, (5) Teori Belajar
Konstruktivistok, dan(6) Teori Belajar Multiple Intelegence.Dari keenam teori yang telah
disebutkan di atas, di dalam makalah ini akan dibahassalah satu dari teori-teori tersebut yaitu
teori humanistik. Secara teori belajar humanistik – Setiap orang memiliki kemampuan belajar
yang berbeda, oleh karena itu bagi para tenaga pengajar tidak dapat memukul rata satu
pendekatan belajar yang sama untuk semua muridnya. Ada sejumlah teori belajar yang bisa
disesuaikan dengan karakter dan kemampuan murid, salah satunya yakni teori belajar
humanistik. Bagi seorang tenaga pendidik, mengemban tanggung jawab yang besar dalam

1
melakukan pekerjaannya untuk mencerdaskan bangsa bukan perkara mudah. Maka dari itu,
proses pengajaran juga membutuhkan persiapan baik dan matang untuk memastikan bahwa
materi atau pengetahuan dapat tersampaikan dengan baik.penedekatan humanistik dalam
pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi
manusia untuk mencari dan menemukankemampuan yang mereka punya dan
mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial
dan metode untuk pengembangan diriyang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati
keberadaan hidup dan jugamasyarakat. Ketrampilan atau kemampuan membangun diri secara
positif ini menjadisangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan
keberhasilanakademik.Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pemahaman tentang
pengertian, tokoh-tokoh, prinsip, implikasi, dan aplikasi dari teori humanistik ini, akan
dibahas lebihlanjut di bab selanjutnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa hakikat teori belajar humanistik?

2. Bagaimana implementasi teori belajar humanistik di kelas?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui hakikat teori belajar humanistik

2. Untuk mengetahui implementasi teori belajar humanistik di kelas

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. HAKIKAT TEORI BELAJAR HUMANISTIK


Kata Humanisme memiliki banyak pandangan, dilihat dari istilah kebahasaan,
humanisme bermula dari kata latin humanus yang bermakna watak manusiawi yang sesuai
dengan kodrat manusia. Secara terminologi, humanisme bermakna nilai dan kedudukan dari
setiap manusia, serta usaha untuk meningkatkan baik fisik maupun non fisik keterampilan -
keterampilan alamiah yang dimiliki manusia (Djayadin & Fathurrahman, 2020). Menurut
pandangan lain, humanistik bermakna ketertarikan akan kualitas yang bukan berkarakter
ketuhanan melainkan kualitas terhadap manusia. Sedangkan humanistik pada takaran
akademik terarah pada pengetahuan mengenai kultur manusia, seperti kajian - kajian klasik
mengenai tradisi Yunani dan Roma (Qodir, 2017). Teori humanistik bertujuan menjadikan
manusia seutuhnya sehingga dapat paham terhadap perubahan alam semesta dan diri peserta
didik sendiri. Pendidikan humanistik menjadikan manusia seutuhnya, sebagai makhluk Allah
SWT di karuniai fitrah sebagai manusia.

Teori belajar humanisme dipelopori oleh Abraham Maslow, Arthur Combs dan Carl Rogers :

1. Abraham Maslow
Maslow adalah pelopor teori belajar humanistik dengan teori kebutuhan (Hierarchy of
Needs). Maslow berpendapat manusia dapat memahami dan menerima dirinya sebisa
mungkin. Adapun 5 kebutuhan manusia yang disampaikan Maslow yaitu:
a) Kebutuhan fisiologis
b) Kebutuhan aman dan tenteram
c) 3)Kebutuhan dicintai dan disayangi
d) Kebutuhan untuk dihargai
e) Kebutuhan meningkatkan aktualisasi diri.

2. Arthur Combs
Bersama dengan Donald Syngg ( 1904 – 1967 ) menjelaskan tentang Meaning. Belajar
dikatakan berhasil jika ada kebermaknaan yang dicapai peserta didik baik materi maupun
bermakna bagi kehidupannyasendiri. Pendidik bukan memberikan materi yang tidak
disenangi dan tidak sesuai dengan kehidupan peserta didik. Sehingga pendidik memahami

3
tingkah laku dengan mengkontruk dunia peserta didik itu, jadi ada perubahan tingkah
laku maka pendidik bisa membuat keyakinan positif peserta didik. Combs menyatakan
pendidik sering keliru dalam pembelajaran, pendidik sukses mengajar jika sudah
menyampaikan materi kepada siswa secara sistematik. Tapi tidak menyatu pada materi
pelajaran dengan perilaku peserta didik.Belajar berarti bagi kepribadiannya dan siswa
bisa menganalisa permasalahan kehidupannya. Combs menjelaskan gambaran dari diri
peserta didik berupa lingkaran kecil dan dunia berupa Lingkaran besar.

3. Carl Rogers
Carl Roger menyatakan saling toleransi dan tidak ada prasangka dalam mengatasi
permasalahan dalam hidup. Pendidik harus menekankan supaya pembelajaran aktif yaitu:
a) Membelajarkan manusia. Siswa tidak belajar tentang materi-materi tidak bermanfaat
bagi diri mereka sendiri.
b) Siswa mempelajari materi bermakna bagi dirinya. Bahan pelajaran dikembangkan
menjadi materi dan konsep baru sehingga ada makna pembelajaran
c) Penyusunan sistematik materi pengajaran berarti menyusun materi dan konsep baru
menjadi materimemiliki makna yang tinggi untuk peserta didik
d) Siswa belajar dengan kebermaknaan pada lingkungan modern dapat diartikan siswa
belajar dengan system yang baik.

Teori belajar humanistik pada bukunya Freedom to learn, yang dapat diartikan:

1. manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami,belajar terjadi apabila materi
pelajaran dirasakan murid relevan dengan hal-hal tersendiri,
2. adanya perubahan belajar dalam hal dirinya sendiri yang mengancam dan ditolak,
3. belajar dengan penuh makna di peroleh siswa dengan mengerjakannya, 4) siswa
dilibatkan di proses pembelajan dan ikut dalam proses belajar itu (Zagoto., M. M., &
Nevy, Y., 2018)Roger menyatakan ciri-ciri pendidik yang memfasilitasi peserta didik
yaitu:
a) merespon perasaan siswa,
b) mengembangkan ide-ide siswa dalam interaksi yang dirancang,
c) dialog dan diskusi dengan siswa,
d) menghargai siswa,

4
e) perilaku dan perbuatan sesuai,
f) isi kerangka berpikir siswa disesuaikan (penjelasan memenuhi kebutuhan siswa,
g) memberikan senyum kepada siswa (Zagoto, 2019; Sarumaha, 2018).

Pada penelitian ini, pendidik sebagai fasilitator dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa dan tidak ada lagi siswa yang bolos sekolah, aktualisasi siswa semakin meningkat,
Kemampuan akademik di bidang matematika dan bahasa dapat dikatakan berhasil, siswa
semakin disiplin, jiwa critical thinkin (Zagoto., M. M., & Dakhi, O., 2018).Teori belajar
humanisme, peserta didik belajar ingin mengetahui dunia mereka. Individu menentukan hal
yang dipelajari, mengusahakan ingin tahu dunia di sekitarnya dan belajar dengan proses
mereka sendiri.

B. IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR HUMANISTIK DIKELAS


Guru Sebagai Fasilitator Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai
fasilitator. Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai
kualitas fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa (petunjuk):

1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi


kelompok, atau pengalaman kelas.
2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di
dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan
tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang
tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas
dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok.
6. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik
isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi
dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat
berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok,
dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.

5
8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga
pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil
secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
9. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya
perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
10. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali
dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.

Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru
memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru
memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh
tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai
proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri ,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat
negatif. Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada materi-
materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap,
dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa
merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku
dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak
terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab
tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang
berlaku.

Ciri-ciri guru yang baik dan kurang baik menurut Humanistik dapat dinyaakan: Guru
yang memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan
siswa dengan mudah dan wajar. Ruang kelads lebih terbuka dan mampu menyesuaikan pada
perubahan. Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa humor yang
rendah ,mudah menjadi tidak sabar ,suka melukai perasaan siswaa dengan komentsr ysng
menyakitkan,bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang ada.

6
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Teori humanistik adalah teori belajar yang memanusiakan manusia. Dalam praktek
teori humanistik cenderung mengarahkan siswa untuk dapat berfikir kritis, dan membutuhkan
keterlibatan siswa secara aktif didalam proses pembelajaran.

Cara pengamplikasiannya melalui guru sebagai fasilitator yaitu memfasilitasi pengalaman


belajar kepada siswa dan mendampingi siswa memperoleh pembelajaran sedangkan siswa
sebagai pelaku utama(student center) diharapkan siswa memahami potensi diri dan
mengembangkan potensi dirinya.

B. SARAN
Pemahaman tentang Teori belajar humanistik diperlukan bagi pembaca ataupun
mahasiswa sebagai calon pendidik untuk menjadi pengetahuan dan bahan ajar kedepannya
bahwa Teori Belajar Humanistik penting dalam strategi belajar mengajar.

7
DAFTAR PUSTAKA

Rachmana, Ratna, 2018. Psikologi Humanistik dan Aplikasinya dalam Pendidikan,

https://socius.ppj.unp.ac.id/index.php/socius,Vol.7,No.3 hal .19-26.

Diana Devi, A. (2021). Implementasi Teori Belajar Humanisme dalam Proses Belajar
Mengajar

Pendidikan Agama Islam. At- Tarbawi, 8(1), 71–84.

Adi Widya: Jurnal Pendidikan Dasar 3 (2), 105-113, 2018.

Nast, T. P. J., & Yarni, N. (2019). Teori Belajar Menurut Aliran Psikologi Humanistik Dan

Implikasinya Dalam Pembelajaran. Jurnal Review Pendidikan Dan Pengajaran, 2(2),


270–275.

EduBase: Journal of Basic Education 3 (1), 47-59, 2022

Anda mungkin juga menyukai