Anda di halaman 1dari 17

MEMAHAMI MODEL KONSEP KURIKULUM

HUMANISTIK DAN PEMBELAJARAN DI PENDAS


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Pengembangan Kurikulum SD
pada semester genap 2021/2022
Dosen Pengampu: Dr H Agus Muharam, M.Pd.

Disusun oleh:

Kelompok 6

Arie Johana (2112991)

Neneng Nur’aeni (2112969)

PENDIDIKAN DASAR
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-Nya,
kami diberikan kesehatan dan kemudahan sehingga dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya, Sholawat serta salam semoga tersampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW, juga para sahabatnya, keluarga, serta kita selaku umatnya,
Aamiin.
Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu kami menyelesaikan makalah ini, kepada Dosen Mata Kuliah Teori
Pengembangan Kurikulum di SD Bapak Dr H Agus Muharam, M.Pd yang telah
memberikan kami tugas untuk menyusun makalah ini di mana kami telah
menyusun semaksimal mungkin.
Makalah yang berjudul “Memahami Model Konsep Kurikulum
Humanistik dan Pembelajaran Di Pendas” ini memaparkan mengenai apa yang
dimaksud model konsep kurikulum humanistik, karakteristik model konsep
kurikulum humanistik, kelebihan dan kelemahan model konsep kurikulum
humanistik, serta penerapan model konsep kurikulum humanistik dalam
pembelajaran di sekolah dasar.
Penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, hal ini
dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang ada pada penyusun.
Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun, pemerhati
pendidikan dan pembaca pada umumnya.

Bandung, 22 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I........................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................3
2.1 Model Konsep Kurikulum Humanistik......................................................3
2.1.1 Pendekatan Humanistik......................................................................3
2.1.1 Munculnya Kurikulum Humanistik....................................................4
2.2 Karakteristik Model Konsep Kurikulum Humanistik................................7
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum Humanistik..................................8
2.3.1 Kelebihan kurikulum humanistik........................................................8
2.3.1 Kekurangan Kurikulum Humanistik...................................................9
2.4 Penerapan Kurikulum Humanistik dalam Pembelajaran Pendas.............10
2.4.1 Kurikulum Konfluen.........................................................................10
2.4.2 Penerapan Kurikulum Humanistik di SD.........................................10
BAB III.....................................................................................................................9
KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................9
3.1 Kesimpulan.................................................................................................9
3.2 Saran.........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kurikulum menjadi salah satu faktor penting dalam dunia pendidikan.
Tanpa adanya kurikulum yang tepat dengan kondisi para peserta didik
mengakibatkan tujuan dalam pembelajaran akan tidak sesuai. Perkembangan
zaman mengakibatkan kurikulum harus mengalami perubahan dimana disesuaikan
berdasarkan kebutuhan para peserta didik. Konsep kurikulum humanistik
memandang kurikulum sebagai alat dalam pengembangan diri pada setiap
individu. Peserta didik memiliki kesempatan untuk mewujudkan dirinya sesuai
dengan potensi yang dimilikinya. Setiap individu pun memiliki kebutuhan yang
harus terpenuhi dari hal mendasar sampai lebih tinggi.
Aspek dalam pendidikan yang memiliki peran sangat besar adalah
kurikulum. Tujuan kurikulum pada pendidikan nasional agar tujuan dan cita-cita
yang diharapkan dapat memajukan bangsa dan Negara. Banyak sekali model
kurikulum yang telah berkembang dalam dunia pendidikan hal tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor diantaranya kebutuhan zaman, pengaruh
sosial politik, dan lai sebagainya.
Berdasarkan teori pendidikan empirik merupakan awal mula adanya
pendidikan humanis yang kemudian diikuti dengan munculnya kurikulum
humanistik, hal tersebut disebabkan mempunyai kesamaan bahwa setiap diri pada
manusia terdapat potensi, maka dari itu harus dikembangkan dalam pendidikan.
Berdasarkan pendidikan humanis ditekankan tentang bagaimana keterkaitan siswa
pada jenjang pendidikan dasar untuk dapat memperluas kesadaran diri dan
mengurangi keterasingan di lingkungan sekitar, sehingga menjadi sebuah cara
dimana semakin jauhnya pendidikan dari kehidupan sosial. Pendidikan dasar
memberikan kemampuan dasar seperti kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia dan keterampilan agar dapat hidup mandiri. Oleh karaena itu
penggunaan model konsep kurikulum humanistik dan pembelajaran di pendidikan
dasar diharapkan para peserta didik mempunyai dasar untuk dapat mengenal dalam
kehidupan sosial di lingkungan sekitar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dari makalah ini
adalah;

a. Apa yang dimaksud dengan model konsep kurikulum humanistik!


b. Bagaimana karakteristik model konsep kurikulum humanistik!

1
c. Bagaimana kelebihan dan kekurangan model konsep kurikulum
humanistik!
d. Bagaimana penerapan model konsep kurikulum humanistik dalam
pembelajaran pendas!
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan di
atas, maka tujuan dari makalah ini adalah:

a. Menjelaskan model konsep kurikulum humanistik.


b. Menjelaskan karakteristik model konsep kurikulum humanistik.
c. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan model konsep kurikulum
humanistik.
d. Menjelaskan penerapan model konsep kurikulum humanistik dalam
pembelajaran pendas.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Model Konsep Kurikulum Humanistik
2.1.1 Pendekatan Humanistik
Beberapa ahli psikologi mengemukakan pendapat bahwa humanistik
memberi landasan kepada diri seorang setiap individu mengenai perasaan atau
emosinya. Teori ini menyatakan bahwa dalam setiap individu mempunyai
perasaan untuk melakukan sesuatu, hal tersebut terdorong dari tindakan yang
dilakukan seperti keinginan dan harus dapat bertanggung jawab atas apa yang
telah ditindakannya. Berdasarkan pendekatan ini, motivasi dalam setiap individu
adalah keinginan untuk dapat berkembang lebih jauh, sehingga dapat mencapai
potensi yang dimilikinya sampai pada tahap maksimal.
Menurut Rogers (1956) menjelaskan bahwa manusia akan selalu berusaha
agar dapat mengetahui dirinya sendiri, mempengaruhi dan menjaga perlakuan
terhadap dirinya ataupun orang lain. Manusia juga terlahir dengan keinginan
untuk kesempurnaan terhadap diri agar dapat menjaga menjadi manusia yang
sesungguhnya.
Sedangkan Abraham Maslow (1970) bahwa belajar merupakan proses
yang terpusat terhadap pelajar dan diproritaskan dan peran pendidik adalah
menjabarkan teori hierarki keperluan maslow dengan praduga bahwa manusia
tidak akan pernah puas dengan apa yang telah dicapainya. Menurut maslow setiap
manusia memiliki lima hirarki kepentinga, yaitu : keperluan mengenai fisikologi,
keselamatan, penghargaan dan kasih sayang, penghormatan dan keperluan untuk
menjadi sempurna.
Adapun menurut Power, Clark (1988: 216) menjelaskan bahwa pendidikan
humis adalah pusat dari pendidikan dan dasar dari psikologi humanistic, Abraham
Maslow dan Carl Rogers yang beranggapan sebagai dari bapak psikologi
humanistik dan banyak melakukan usaha dalam mengimplementasikan hasil-hasil
penelitian psikologi itu sendiri untuk mengajar seseorang di mana pusat dari
pembelajaran ada pada rasa empati, kepedulian terhadap anak didik dan
keorisinilan dari fasilitator merupakan ciri-ciri utama guru yang efektif.
Berdasarkan dari pembahasan tersebut bahwa paradigma filosofis dalam
pendekatan humanis terfokus pada dasar-dasar psikologi. Dasar-dasar pendekatan

3
psikologi ini berawal dari rasa empati, di mana pada setiap manusia bisa
merasakan apa yang sedang dirasakan oleh orang lain. Maka dari itu rasa empati
berdasarkan pendekatan humanis memunculkan rasa kepedulian terhadap para
peserta didik sehingga dalam proses pembelajaran menimbulkan makna tersendiri
bagi setiap peserta didik.
Paradigma dari filosofis pendekatan humanis menjadikan pembelajaran
sebagai tempat untuk berkembangnya kemampuan dan kepedulian. Kegiatan
pembelajaran menjadikan tempat fasilitator untuk memahami diri setiap individu.
Adanya saling memahami terhadap kebutuhan peserta didik maka dari itu
pembelajaran akan berproses secara efektif. Pendidik mengetahui potensi apa
yang telah dimiliki oleh peserta didik, maka dapat dengan mudah nya untuk
mengembangkan bakat yang dimiliki peserta didik. pendidik dapat mengarahkan
kemampuan yang ada pada peserta didik melalui pendekatan humanis seperti
membangun interaksi yang harmonis terhadap peserta didik dan pendidik. Adanya
saling kepedulian maka akan terjalinlah komunikasi yang baik sehingga
tercapainya pada sikap demokrasi yang baik.
2.1.1 Munculnya Kurikulum Humanistik
Lahirnya teori pendidikan empiristik merupakan cikal bakal dari
munculnya pendidikan humanis yang kemudian diikuti dengan kemunculan
kurikulum humanistik, hal ini dikarenakan sama – sama mengakui bahwa dalam
setiap diri manusia terdapat potensi, dan potensi itulah yang akan dikembangkan
melalui pendidikan.
Humanistik dalam dunia pendidikan memiliki peran sangat penting dimana
pembelajaran bukan hanya sekedar tentang hasil kognitif yang ditemukan oleh
siswa, tetapi bagaimana peserta didik agar dapat mengembangkan diri lebih jauh
seperti mengetahui nilai-nilai kemanusian yang sangat bermanfaat bagi peserta
didik. Menurut teori pendidikan humanistik bahwa tujuan belajar adalah agar
dapat memanusiakan manusia. Dimana proses belajar dianggap berhasil apabila
siswa dapat memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. kurikulum humanistik
adalah sebuah pendekatan pendidikan yang mengacu kepada filosofis belajar
humanisme, yakni pendidikan yang berpandangan bahwa belajar tidak hanya
sekedar pengembangan kualitas kognitif saja, tetapi melibatkan sebuah proses

4
yang terjadi pada diri individu seperti aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Pendidikan humanisme merupakan model pendidikan yang berorientasi
dan memandang manusia sebagai manusia, yaitu makhluk ciptaan Tuhan dengan
fitrahnya (Miswanto, 2015). Sehingga manusia sebagai makhluk hidup harus
dapat melangsungkan, mempertahankan, dan mengembangkan hidupnya, adapun
terhadap pendidikan dapat membangun proses humanisasi yang diartikan dapat
menghargai hak-hak asasi manusia, hak untuk berlaku dan diperlakukan secara
adil, hak untuk menyuarakan kebenaran, hak berbuat kasih sayang, dan lain
sebagainya.
Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa kurikulum humanistik berawal
dari aliran pendidikan empiristik kemudian lahirlah pendidikan humanis dan lahir
pula kurikulum humanistik, sehingga kurikulum humanistik dikembangkan oleh
para ahli pendidikan humanis, yang mana kurikulum ini berdasarkan konsep
aliran pendidikan pribadi (Personalized Education) yaitu Jhon Dewey
(Progressive Education) dan J.J. Rousseau (Romantic Education). Yang mana
aliran ini lebih memberikan tempat kepada siswa, artinya bahwa aliran ini
beranggapan bahwa manusia adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan,
manusia adalah subyek sekaligus obyek dalam pendidikan, dan juga manusia
memiliki potensi, kekuatan dan kemampuan dalam dirinya bukan seperti yang
dikatakan oleh para nativistik bahwa manusia tak ubahnya gelas kosong yang
harus diisi oleh guru, para humanis juga menganggap bahwa manusia atau
individu merupakan suatu kesatuan yang utuh dan menyeluruh (gestalt), sehingga
berangkat dari sini, pendidikan diarahkan kepada membina manusia yang utuh
bukan saja segi fisik dan intelektual tetapi juga segi sosial dan afektif. Sehingga
dalam pendidikan humanistik diharapkan akan terbangunnya suasana yang rileks,
permissive, dan akrab, sehingga siswa dapat mengembangkan segala potensi yang
ada dalam dirinya.
Menurut para humanis, kurikulum berfungsi menyediakan pengalaman
(pengetahuan) berharga untuk membantu memperlancar perkembangan pribadi
murid. Tujuan pendidikan adalah sebagai proses perkembangan pribadi yang
dinamis dan diarahkan pada perkembangan dan pertumbuhan, integritas, dan
otonomi kepribadian, sikap yang sehat terhadap diri sendiri, orang lain dan

5
belajar. kurikulum humanistik dipercayai sebagai fungsi kurikulum yang
memberikan pengalaman kepada siswa untuk menunjang secara intrinsik
tercapainya perkembangan dan kemerdekaan pribadi. Mereka memandang bahwa
tujuan pendidikan adalah proses sebagai salah satu perkembangan pribadi yang
dinamis dan diarahkan kepada pertumbuhan, integrasi, otonomi kepribadian, sikap
sehat kepada diri sendiri, orang lain, dan belajar.
Konsep kurikulum humanistik memandang kurikulum sebagai alat untuk
mengembangkan diri setiap individu siswa. Siswa diberi kesempatan untuk
mewujudkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Setiap individu pun
mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi mulai dari yang mendasar menuju
yang lebih tinggi. Konsep ini melahirkan bentuk kurikulum yang berpusat pada
anak didik atau child centered curriculum. Setiap siswa berkesempatan untuk
belajar sesuai minat dan kebutuhannya masing-masing. Substansinya berupa
rencana belajar yang disusun bersama antara anak didik dan guru. Adapun tujuan
kurikulum humanistik menekankan pada segi perkembangan pribadi, integrasi dan
otonomi individu. Tujuan ini dipandang dapat menjadi sarana mewujudkan diri.
Kurikulum Humanistik memiliki indikator, yaitu menempatkan pembelajar
sebagai subjek dalam pendidikan, dalam hal ini pendidikan yang bebas (liberating
education) mendapatkan posisi/tempat yang sepantasnya. Esensi dari kurikulum
ini adalah mempertemukan antara afektif domain (emotions, attitude, values)
dengan kognitif domain (intellectual knowledge and abilities). Kedua aspek
domain ini dapat ditemukan dalam karakter aktivitas pembelajaran sebagai
berikut:
1. Partisipasi: power sharing, negotiations dan tanggung jawab bersama.
2. Integrasi: interaksi, interpretasi dan integrasi dalam pemikiran, perasaan
dan tindakan
3. Relevan: pembelajaran yang memiliki hubungan/terikat dengan kebutuhan
dasar dalam kehidupan siswa baik secara emosional maupun intelektual.
4. Mandiri: diri sendiri merupakan objek dari pembelajaran
5. Tujuan: memiliki tujuan sosial sebagai salah satu upaya dalam
mengembangkan diri manusia dalam kehidupan sosial.

6
Sebagai contoh, salah satu titik berat dalam pengembangan kurikulum
humanistik ini ialah menuntut hubungan emosional yang baik antara guru dan
murid. Guru selain harus mampu menciptakan hubungan yang hangat dan baik
dengan murid, juga harus mampu menjadi sumber. Ia harus mampu memberikan
materi yang menarik dan mampu menciptakan situasi yang dapat memperlancar
proses pembelajaran. Guru harus memberikan dorongan kepada murid atas dasar
saling percaya, contoh nyatanya yakni guru tidak memaksakan hal-hal yang tidak
disenangi muridnya.
2.2 Karakteristik Model Konsep Kurikulum Humanistik
Kurikulum humanistik memiliki beberapa karakteristik berkenaan dengan
tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi. Menurut para humanis, kurikulum
berfungsi menyediakan pengalaman (pengetahuan) berharga untuk membantu
memperlancar perkembangan pribadi peserta didik. bagi mereka tujuan
pendidikan adalah proses perkembangan pribadi yang dinamis yang di arahkan
pada pertumbuhan, integritas, dan otonomi kepribadian, sikap yang sehat terhadap
diri sendiri, orang lain, dan belajar semua itu merupakan bagian dari cita-cita
perkembangan manusia yang teraktualisasi (self actualizing person) seorang yang
telah mampu mengaktualisasikan diri adalah orang yang telah mencapai
keseimbangan (harmoni) perkembangan seluruh aspek pribadinya baik aspek
kognitif, estetika, maupun moral, seorang dapat bekerja dengan baik bila memiliki
karakter yang baik pula (Sukmadinata, 1997 : 90).
Kurikulum humanistik memiliki beberapa karakteristik yang tidak lepas
dari karakteristik tersendiri, terutama di pendidikan humanis, diantaranya adalah:
1. Tujuan
Ahli humanis mempercayai fungsi kurikulum memberikan pengalaman
baik secara intrinsik tercapainya perkembangan dan kemerdekaan pribadi.
Bagi mereka yaitu memandang tujuan pendidikan sebagai proses dinamika
pribadi yang berhubungan dengan integrasi dan otonomi pribadi yang
ideal.
2. Metode
Kurikulum humanistik menuntut hubungan emosional antara guru dan
anak didik melalui suasana belajar yang menyenangkan. Guru mendorong

7
para siswa untuk saling mempercayai dalam proses belajar mengerjakan
sesuatu yang mereka tidak ingin melakukan.
3. Organisasi Isi
Organisasi kurikulum humanistik terletak dalam integrasi. Bertujuan untuk
mengatasi kurikulum tradisional yang berorientasi pada materi yang gagal
dalam menghubungkan psikologi anak. Karena itu kurikulum humanistik
tidak selalu menekankan aspek sekuensial dalam organisasi materinya.
4. Evaluasi
Kurikulum humanistik lebih mengutamakan proses daripada hasil artinya
apakah aktivitas belajar yang dapat membantu anak didik menjadi manusia
yang lain terbuka dan mandiri. Dalam evaluasi kurikulum humanistik
berbeda dengan yang biasa kegiatan belajar yang baik adalah yang
memberikan pengalaman yang akan membantu para siswa memperluas
kesadaran akan dirinya dan orang lain dan dapat mengembangkan berbagai
bentuk potensi yang dimilikinya (Nasution, 2008 : 67).
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum Humanistik
2.3.1 Kelebihan kurikulum humanistik
Kurikulum humanistic merupakan kurikulum yang tepat diterapkan pada
Pendidikan dasar. Hal ini dikarenakan kurikulum humanistic melatih siswa dalam
mengembangkan sisi kemanusian dan kepekaannya sebagai makhluk. Siswa
diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang
lain dan mengatur pribadinya sendiri secara tanggung jawab tanpa mengurangi
hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yang berlaku
(Idi, 2007:25).
Dengan demikian pembelajaran yang bermuatan kurikulum humanistik
sarat akan penanaman nilai. Nilai yang diterima peserta didik sebagai bagian dari
kristalisasi proses pembelajaran diharapkan dapat menjadi pembentuk kepribadian
seutuhnya. Dalam pelaksanaanya yang lebih banyak melibatkan emosi dan
perasaan, pembelajaran yang bermuatan humanistic akan lebih mudah diterima
oleh peserta didik karena suasana emosi yang dibangun adalah suasana yang
menyenangkan dan melibatkan diri peserta didik. Pembelajaran yang diterima
dengan rasa senang akan lebih bermakna dan bertahan lama tersimpan dalam

8
memori dan ingatan.
2.3.1 Kekurangan Kurikulum Humanistik
Kuikulum humanistic memiliki beberapa kekurangan diantaranya sebagai
berikut :
a. Kurikulum humanistic banyak melibatkan sisi emosional padahal pada
dasarnya menonjolkan sisi emosional tidak selalu berdampak baik pada
pengembangan pribadi
b. Pada dasarnya kurikulum humanistic menonjolkan sisi individu, akan
tetapi di lapangan tetap saja tidak bisa diukur secara individu.
Perkembangan secara afektif lebih diukur secara seragam mengingat sulit
bagi guru menelisik secara personal pengembangan dalam segi ini.
c. Pada kurikulum humanistik,prinsip-prinsip psikologis ada yang
kurang terhubungkan (Nasution, 2008 : 217).
Keterlibatan emosi yang berlebihan dan terus menerus terkadang dapat
berakibat kurang positif karena perasaan biasanya akan mempengaruhi berbagai
aspek pada diri siswa. Seorang guru harus tetap menempatkan fungsinya secara
tepat sebagai guru dan teman yang baik bagi peserta didik. Keterlibatan emosi
yang berlebihan bisa menyebabkan ketergantungan peserta didik pada suasana
yang kondusif dan mereka berada di zona nyaman yang kurang akan tantangan.
Padahal konflik yang terjadi bisa melatih kemandirian dan mental siswa.dalam
membentuk pribadi yang mampu memiliki kesiapan mental yang Tangguh dalam
menghadapi tantangan hidup abad 21.
Kurikulum humanistik meskipun menekankan potensi dan perkembanagn
secara individu pada dasarnya tetap sulit diukur, terlihat dari keseragaman dalam
setiap program. Hal ini tentu menjadi sesuatu yang bertolak belakang. Penyebab
dari kontradiksi ini adalah karena pada pelaksanaannya guru tidak bisa menyimak
secara detail perkembangan dan pengelolaan pembelajaran aspek afektif dari
setiap indidu. Banyaknya peserta didik yang dikelola, tidak memungkinkan guru
untuk memahami karakteristik setiap anak. Oleh karena itu biasanya guru akan
menetapkan sebuah tolak ukur secara umum mengenai nilai-nilai karakter yang
menjadi acuan.

9
2.4 Penerapan Kurikulum Humanistik dalam Pembelajaran Pendas
2.4.1 Kurikulum Konfluen
Salah satu bagian dari kurikulum humanistic adalah kurikulum konfluen.
Kurikulum konfluen mengembangkan kemampuan individu untuk berkembvang
secara personal dalam bentuk pengembangan diri secara afektif.

Para pengembang kurikulum konfluen menyusun kurikulum untuk


berbagai bidang pengajaran. Pengajaran konfluen tersusun dalam bentuk rencana
pelajaran, dan unit yang telah diujicobakan. Teknik pembelajarannya cenderung
pada pengajaran yang sifatnya afektif. Berbeda dengan pengembangan kurikulum
lainnya, pengembagan kurikulum konfluen yang merupakan turunan dari
kurikulum humanistic memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan
kreaasi dalam pengajaran. Tidak ada aturan yang baku yang terpenting guru
faham tujuan dari kegiatan yang mereka ciptakan.

Dalam kurikulum konfluen dalam memilih bahan ajar guru dapat memulai
dengan tahapan pemilihan topik yang mengandung self judgment atau
pertimbangan diri. Setelah itu guru dapat mengembangkan kegiatan ajar yang
menekankan pada aktualisasi diri. Aktualisasi diri dapat dilakukan dengan
menerapkan pembelajaran yang sifatnya open ended. Dengan demikian maka isu-
isu dan ide akan muncul secara spontan dalam proses pembelajaran. Peserta didik
akan memiliki keterbukaan dalam menerima pembelajaran yang nantinya akan
terlihat dari respon yang diberikannya.
2.4.2 Penerapan Kurikulum Humanistik di SD
Kurikulum humanistic dalam penerapannya menekankan pada konsep
proses daripada hasil yang diperoleh. Dengan demikian dalam sebuah proses
pembelajaran, penting bagaimana usaha siswa dalam pemerolehan konsep ajar
didapatkan melalui sikap-sikap positif yang menyertainya. Dalam pemerolehan
pembelajran siswa diharapkan mampu memiliki sikap empati dan sikap positif
lainnya yang nantinya dapat menjadi karakter siswa secara permanen yang
tertanam pada diri siswa.
Model konsep kurikulum humanistic juga menekankan pada penerapan
karakter siswa yang sesuai dengan tuntutan zaman. Siswa yang dihadapkan
dengan perkembangan ilmu teknologi dapat memiliki sikap bijak dan matang

10
dalam mengahadapi tantangan tersebut. Dengan demikian sikap-sikap tersebut
bisa menjadi benteng bagi siswa dalam membentuk kepribadian di tengah
hadangan dan tantangan yang akan dihadapinya dalam kehidupan. Model ini
menekankan pada keutuhan pribadi, peran dan posisi guru adalah sebagai
psikolog, bidan, motivator, dan fasilitator. (Masykur, 2019:57)
Penerapan kurikulum bermuatan humanistik tercermin dalam beberapa
kurikulum yang digunakan di Indonesia. Sebagai contoh pada kurikulum 2013
yang mencakup muatan Pendidikan berkarakter, hal ini dilakukan guna
terciptanya peserta didik sebagai generasi berkarakter. Pembentukan karakter
yang diharapakan pada kurikulum 2013 mengamanatkan terciptanya generasi
yang religious serta sikap-sikap terpuji lainnya. Kurikulum 2013 menuntut guru
menekankan pembelajaran dimensi afektif sebagai bagian penting dari suatu
kegiatan pembelajaran diluar kemampuan kognitif dan psikomotor.

Dalam Permendikbud No 22 Tahun 2020 tercantum rencana strategis


Kemendikbud 2020-2024 yang meliputi terciptanya profil pelajar Pancasila.
Dimana seluruh kegiatan pembelajaran dirancang menuju terciptanya beberapa
Profil pelajar yang mampu memenuhi tuntutan hidup dan perkembangan zaman.
Pembelajaran pada ranah afektif ditekankan guna terciptanya generasi yang
beriman bertakwa kepada Tuhan YME, berbhineka global, gotong royong,
mandiri, bernalar kritis dan kreatif. Nilai-nilai sikap pada profil pelajar Pancasila
tersebut merupakan turunan bentuk penerapan kurikulum humanistik.

11
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Paradigma dari filosofis pendekatan humanis merupakan sarana
pengembangan kemampuan dan empati peserta didik. Kegiatan pembelajaran
sebagai bagian dari usaha memahami manusia sebagai makhluk. Dengan demikian
kurikulum humanistic memberikan peluang dalam pengembangan secara individu
untuk dapat meningkatkan rasa dan kemampuan yang dimiliki sesuai dengan
perannya sebagai makhluk.
Kelebihan kurikulum humanistik sarat akan penanaman nilai. Nilai yang
diterima peserta didik sebagai bagian dari kristalisasi proses pembelajaran
diharapkan dapat menjadi pembentuk kepribadian seutuhnya. Dalam
pelaksanaanya yang lebih banyak melibatkan emosi dan perasaan, pembelajaran
yang bermuatan humanistik akan lebih mudah diterima oleh peserta didik karena
suasana emosi yang dibangun adalah suasana yang menyenangkan dan melibatkan
diri peserta didik. Sedangkan kekurangan kurikulum humanistik meskipun
menekankan potensi dan perkembangan secara individu pada dasarnya tetap sulit
diukur, terlihat dari keseragaman dalam setiap program. Hal ini tentu menjadi
sesuatu yang bertolak belakang. Penyebab dari kontradiksi ini adalah karena pada
pelaksanaannya guru tidak bisa menyimak secara detail perkembangan dan
pengelolaan pembelajaran aspek afektif dari setiap indidu.
Penerapan kurikulum bermuatan humanistik tercermin dalam beberapa
kurikulum yang digunakan di Indonesia. Sebagai contoh pada kurikulum 2013
yang mencakup muatan Pendidikan berkarakter, hal ini dilakukan guna terciptanya
peserta didik sebagai generasi berkarakter.
3.2 Saran
Pendidikan yang dikembangkan melalui kurikulum humanistik adalah
proses memanusiakan manusia, sehingga melalui kurikulum humanistic peserta
didik dapat mengembangkan kemampuan dirinya serta melatih rasa empati dan
simpati pada diri sebagai makhluk. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum
humanistic dianggap sangat perlu dalam inovasi perkembangan kurikulum.
Dengan kata lain pendidikan kurikulum humanistik sarat akan penanaman nilai.

9
DAFTAR PUSTAKA
Abraham H. Maslow. 1994. Motivasi dan Kepribadian (Teori Motivasi dengan
Pendekatan hierarki Kebutuhan Manusia). PT PBP: Jakarta.
Idi, Abdullah. (2007). Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Al-Insan.
Masykur, R. (2018). Teori dan Telaah Perkembangan Kurikulum. Bandar
Lampung: Aura.
Miswanto, R. (2015). Pengembangan Kurikulum Pendidikan dalam Perspektif
kurikulum Humanistik (Srudi Kasus di Sekolah Dasar Muhammadiyah
Karangbendo Bantul). Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, 2(1),
205-224.
Nasution. (2008). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 206-209.
Nasution. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Jakarta: Bumiaksara.
Power, Clark. F. (1988) Moral Education. New York: Greenwood Publishing
Group
Roger, Carl. (2015). Learning and Teaching Humanist. New York: Commons
License: Attribution Non-Commercial.
Rogers, Carl K. (1983). Freedom to Learn for the 80s. Columbus: Merrill.
Ronald G. (2000). In the Footsteps of the Ancients”: The Origins of Humanism
from Lovato to Bruni (Leiden: Boston, Köln: Brill, 2000), h. 234.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (1997). Pengembangan Kurikulum, Bandung:
Remaja Rosda Karya.

10
RIWAYAT PENULIS

Arie Johana
Lahir di Sumedang, Jawa Barat, 18 Juni 1998. Agama
Islam. Tinggal di Sumedang, Kabupaten Sumedang, Jawa
Barat. Pendidikan Terakhir S-1 Pendidikan Guru Sekolah
Dasar (PGSD) UPI Kampus Sumedang (lulus 2021).
Hardskill Guru, Musik. Motto Hidup Jalani Perjalan Hidup
Yang Tidak Seindah Mimpi.
Kontak: 085218104541
Email : ariejohana@upi.edu

Neneng Nur’aeni.
Lahir di Sumedang, Jawa Barat, 22 Desember 1986.
Agama Islam. Tinggal di Sumedang, Kabupaten
Sumedang, Jawa Barat. Pendidikan Terakhir S-1
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) STKIP
Sebelas April Sumedang (lulus 2014). Hardskill Guru.
Pengalaman (1) Guru Kelas SD (2) Penulis Buku
“Simponi Puisi Kuliner” (3) Instruktur Nasional
Bahsa Sunda Provinsi Jawa Barat. Motto Lakukan
Sebaik Mungkin, Hasilnya Serahkan Pada Sang
Pemilik.
Kontak: 081316826601
Email : nenengnur22aeni@yahoo.com

11

Anda mungkin juga menyukai