Anda di halaman 1dari 40

1

MAKALAH

PENGANTAR PENDIDIKAN

“ PENGEMBANGAN DIMENSI HAKIKAT MANUSIA “

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan

Dosen Pengajar

Delsika Pramata Sari,M.Pd.

Nina Permatasari,S.Psi.M.Pd

Disusun Oleh kelompok 2 :

M.gymnastiar 2110131210004

Khairul Fuad 2110131310002

Egyn Terescova Nadia 2110131220011

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER

BANJARMASIN

2021

1
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................6
1.3 Tujuan
Penulisan .........................................................................................................6
1.4 Manfaat
Penulisan .......................................................................................................6
1.5 Pembagian Tanggung
Jawab .......................................................................................7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pertumbuhan Dan


Perkembangan .............................................................8

2.2 Konsepsi – Konsepsi Perkembangan ..........................................................................9

2.3 Pengembangan Dimensi


Manusia..............................................................................12

2.4 Pengembangan Dimensi Kemanusiaan Dalam Pendidikan


Islam .............................16

2.5 Pengembangan Yang


Utuh ........................................................................................24

2.6 Pengembangan Yang Tidak


Utuh ..............................................................................27

2.7 Sosok Manusia Indonesia Se – Utuhnya ..................................................................27

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan ...............................................................................................................28

2
3

3.2
Saran ..........................................................................................................................28

Daftar Pustaka Lampiran

Soal-Soal Materi Terkait

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Pengembangan Dimensi Hakikat
Manusia " dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Pendidikan. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Pengembangan Dimensi Hakikat
Manusia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengajar Ibu Nina


Permatasari,S.Psi.M.Pd dan Ibu Delsika Pramata Sari,M.Pd . Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin, 17 Agustus 2021

3
4

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya manusia diciptakan untuk menjadi pemimpin didunia ini dan
mengabdi kepada penciptanya, manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan akal
pikiran. Akal yang dimiliki oleh manusia bisa dikembangkan melalui pendidikan,
pendidikan juga bisa mempengaruhi perkembangan manusia, pemahaman pendidik
terhadap manusia untuk membentuk karakter manusia

Dengan pemahaman yang jelas tentang hakikat manusia pendidik diharapkan bisa
membuat peta karakteristik manusia. Untuk menjadi acuan baginya dalam bersikap,
menyusun strategi, metode, dan teknik

Untuk mendapatkan landasan pendidikan yang kokoh memerlukan adanya kajian


yang bersifat mendasar, sistematis dan Universal tentang ciri hakiki manusia. Dimensi
kemanusiaan adalah hal ikhwal yang berhubungan dengan misi kehidupan yang dilalui

4
5

oleh manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang mesti dikembangkan secara serasi
dan seimbang melalui pendidikan terutama pendidikan keluarga (rumah tangga) yang
kemudian dilanjutkan melalui pendidikan formal lainnya dan juga pendidikan
nonformal lainnya yang akan mewarnai perilaku kehidupan melalui pengembangan
dimensi-dimensi tersebut

Manusia cenderung dianggap sama sebagai manusia satwa, namun pandangan ini
bertentangan dengan pandangan yang di yakini seorang muslim. Manusia mempunyai
karakteristik yang berbeda dengan hewan, manusia juga memiliki potensi untuk dapat
berkembang melalui pengalaman hidup yang sudah di lalui atau melalui pengajaran
secara formal contohnya seperti sekolah dan pendidikan-pendidikan lainnya.

Dalam UU no.20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional dijelaskan bahwa
pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk bisa mewujudkan suasana
belajar proses pembelajaran agar peserta didik bisa aktif mengembangkan potensi
dirinya agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian
yang baik, kecerdasan, akhlak yang mulia, dan keterampilan yang akan diperlukan oleh
dirinya, masyarakat, bangsa, dan juga negara.

Dalam definisi tersebut juga mengandung arti bahwa pendidikan mempunyai tujuan
humanisme, yakni untuk memanusiakan manusia. Hal ini jelas didedikasikan untuk
seorang pendidik harus mempunyai pemahaman yang konperhensif mengenai sifat dan
juga hakikat manusia agar nanti ia bisa menuntun peserta didiknya agar bisa menjadi
manusia yang seutuhnya.

Konsep manusia utuh dalam kehidupan bernegara di Indonesia adalah manusia


Pancasila. Yakni tiap warga negara Indonesia yang mendalami atau menjiwai dan juga
mengaktualisasikan niulai-nilai Pancasila kedalam kehidupan sehari-hari.

Konsep sudut pandang di dalam pendidikan adalah bagaimana cara mengembangkan


dimensi yang dimiliki manusia yang pertama, dimensi individual yang mencakup aspek
potensi, keunikan, dan dinamika, kedua, dimensi social yang berkaitan dengan
interaksinya kepada lingkungan, ketiga, dimensi kesusilaan yang sangat berkenaan
dengan nilai-nilai norma kehidupan bermasyarakat, dan yang terakhir, dimensi
keberagamaan yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan tuhan.

5
6

Selain memiliki ciri-ciri fisik yang khas juga dilengkapi dengan kecerdasan dan
daya nalar yang tinggi sehingga mampu menjadikan pemikiran untuk berbuat, dan
bertindak ke arah berkembangnya sebagai manusia yang utuh. Kemampuan ini lah yang
tidak dimiliki oleh makhluk ciptaan tuhan lainnya seperti binatang dan tumbuh-
tumbuhan. Dalam tumbuh dan berkembangnya manusia melalui suatu proses, yaitu
proses alami menuju kedewasaan, baik yang bersifat psikis rohani maupun fisik
jasmani.

Potensi yang di anugrahkan kepada manusia dalam bentuk kemampuan dasar , yang
mungkin hanya bisa berkembang secara optimal melalui bimbingan dan arahan yang
sejalan dengan petunjuk dari sang pencipta, oleh karena itu, strategis jika pembahasan
tentang hakikat manusia dapat di tempatkan pada seluruh pengkajian tentang
pendidikan, dengan harapan menjadi titik balik untuk generasi mendatang.

Berangkat dari fakta di atas, sebagai calon pendidik kita harus memahami
keseluruhan tentang fakta tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa itu perkembangan dan pertumbuhan?
 Bagaimana mengembangkan dimensi hakikat manusia?
 Bagaimana gambaran manusia indonesia seutuhnya?

1.3 Tujuan Penulisan


 Untuk memahami apa itu perkembangan dan pertumbuhan.
 Untuk memahami pengembangan dimensi hakikat manusia
 Untuk mengenal manusia indonesia seutuhnya.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaaat yang kita peroleh dari pembuatan makalah ini yaitu kita dapat mengetahui
serta memahami hakikat manusia seutuhnya dan pengembangannya.

6
7

1.5 Pembagian Tanggung Jawab


 M.GYMNASTIAR 2110131210004

1.2 Rumusan Masalah


1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan
1.5 Pembagian Tanggung Jawab
2.4 Pengembangan Dimensi Kemanusiaan Dalam Pendidikan Islam
2.5Pengembangan Yang Utuh
2.6 Pengembangan Yang Tidak Utuh

 KHAIRUL FUAD 2110131310002

1.1 Latar Belakang


2.1 Pengertian Pertumbuhan Dan Perkembangan
2.2 Konsepsi – Konsepsi Perkembangan
2.3 Pengembangan Dimensi Manusia

 EGYN TERESCOVA NADIA 2110131220011

Sampul Depan
Kata Pengantar
2.3 Pengembangan Dimensi Manusia
2.7 Sosok Manusia Indonesia Se – Utuhny
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

7
8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian pertumbuhan dan perkembangan


Salah satu ciri makhluk hidup adalah tumbuh dan berkembang. Istilah pertumbuhan
dan perkembangan ini menyangkut dua peritiwa yang mempunyai sifat berbeda tetapi
saling berkaitan dan sangat sulit dipisahkan yaitu tumbuh dan kembang. Pengertian
pertumbuhan dan perkembangan adalah sebagai berikut :
 Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam hal besar,
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ ataupun individu yang bisa diukur
menggunakan ukuran (gram, pound, kilogram), dan ukuran panjang (cm, dan
meter), dan juga umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan
nitrogen tubuh).
 Perkembangan (development) adalah bertambahnya atau meningkatnya kemampuan
(skill) dalam hal struktur dan juga fungsi tubuh yang lebih kompleks dengan pola
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil proses pematangan.

Suryabrata (2011:176) menyebutkan bahwa teori ilmu perkembangan pada dasarnya


terbagi menjadi tiga teori yaitu teori nativisme, teori emprisme, dan teori konvergensi.
Adapun penjelasan mengenai teori teori tersebut dapat kita lihat sebagai berikut

1) Nativisme, adalah aliran yang mempercayai bahwa perkembangan individu


ditentukan oleh bawaan dari lahir. Para ahli pada teori ini menunjukkan macam-
macam kesamaan atau kemiripan orang tua dan anak-anaknya. Contohnya jika

8
9

seorang ayah adalah seniman maka anaknya yang menjadi seniman mewarisi gen
dari ayahnya/bakat tersebut adalah bawaan dari lahir. Namun ini juga masih
diragukan, karena benar pada umumnya manusia sudah mempunyai potensi sajak
lahir. Tapi potensi tersebut akan berkembang dengan optimal jika lingkungannya
memadai untuk mendukung potensi tersebut.
2) Empiris, adalah aliran yang menolak kuat pandangan dari aliran nativisme. Aliran
emprisme ini menekankan bahwa perkembangan anak hanya dipengaruhi oleh
lingkungannya. Namun ternyata aliran emprisme ini juga masih di ragukan sama
dengan halnya aliran nativisme masih sama-sama diragukan. Jika aliran emprisme
ini memang betul benar, maka kita akan dapat menciptakan manusia yang ideal
seperti yang kita inginkan hanya dengan menyediakan berbagai kondisi yang
diperlukan. Namun dilihat dari kenyataannya lumayan banyak anak orang kaya dan
juga pandai yang sudah gagal meski sudah disediakan fasilitas yang begitu lengkap.
Begitu pula banyak juga ditemui mereka yang dari keluarga kurang mampu dan
tidak mempunyai fasilitas yang lengkap, namun malah berhasil dalam belajar. Jadi
aliran empirisme ini juga tidak bisa dipertahankan sama halnya dengan aliran
nativisme.
3) Konvergesi, dari kedua aliran tadi yaitu aliran nativisme dan aliran empirisme yang
masih tidak kuat dipertahankan, maka muncullah salah satu aliran yang mampu
mengatasi kedua aliran tadi. Aliran yang kita maksud yaitu adalah aliran konvergen
atau konvergesi yang dirumuskan oleh W. Stern. Teori konvergen ini
mengemukakan bahwa perkembangan individu yang baik oleh kedua factor dari
aliran nativisme dan aliran empirisme yang beruba factor dari bawaan (aliran
nativisme) dan lingkungan (aliran empirisme). Potensi yang dimiliki oleh masing-
masing individu harus menemukan lingkungan yang sesuai agar bisa
memaksimalkan perkembangan potensi tersebut. Sebagai contohnya setiap anak
manusia normal mempunyai potensi untuk berdiri tegak dengan kedua kakinya.
Potensi anak agar bisa berdiri tegak dengan kedua kakinya ini akan terwujud dengan
sempurna jika anak manusia tersebut dirawat dan diajarkan oleh pengasuhnya.
Namun akan berbeda jika anak manusia tersebut diasuh oleh seorang serigala. Anak
tersebut tidak akan bisa berdiri tegak dengan kedua kakinya meskipun dia
mempunyai potensi untuk berdiri tegak menggunakan kedua kakinya. Bisa jadi anak

9
10

tersebut akan berdiri menggunakan kaki dan tangannya jika dirawat oleh seeokor
serigala.

2.2 Konsepsi - konsepsi perkembangan

Perkembangan adalah perubahan. Ada berbagai macam teori psikologi mengenai


mekanisme perubahan yang terjadi pada alur perkembangannya. Dari sebagian teori
para ahli membenarkan bahwa perkembangan adalah suatu proses. Namun jika kita
telusuri lebih lanjut, proses yang seperti apa, maka para ahli akan mempunyai
pendapat yang berbeda beda terkait dengan proses tersebut. Dari berbagai macam
pendapat para ahli terkait dengan perkembangan dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu konsepsi-konsepsi para ahli yang mengikuti aliran asosiasi, konsepsi-konsepsi
para ahli yang mengikuti aliran Gestalt dan Neo-Gestalt, dan yang terakhir konsepsi-
konsepsi para ahli yang mengikuti aliran sosiologisme. Ketiga konsepsi ini terkait
dengan perkembangan tersebut dapat kita pahami sebagai berikut :
I. Konsepsi Asosiasi. Konsepsi ini mempunyai anggapan bahwa hakikat
perkembangan adalah pelaksanaan asosiasi dimana komponen (parsial) lebih
penting daripada keseluruhan. Anak-anak pada awalnya mempunyai kesan
sebagian-sebagian, kemudian dari pelaksanaan asosiasi komponan-
komponan tadi menyusun keseluruhan. Beberapa tokoh terkenal yang
beranggapan seperti itu, yaitu John Locke (teori Tabula Rasa), Thorndike
(teori koneksionisme), J.B. Watson (teori Behaviorisme),dan Pavlov (teori
Conditioning Reflex). Dari empat teori tersebut yang sangat terkenal adalah
teori Tabula Rasa dari John Locke. Suryabrata (2011:170) menjelaskan
bahwa teori ini menyebutkan jiwa anak yang baru lahir diibaratkan sebagai
selembar kertas putih yang kemudian sedikit demi sedikit terisi oleh
pengalaman. John Locke membedakan pengalaman ini menjadi dua bagian,
yaitu pengalaman luar dan dalam. Pengalaman luar yang dimaksudkan disini
adalah pengalaman yang diperoleh oleh seseorang melalui panca indera yang
menimbulak sensational. Sedangkan pengalaman dalam adalah pengalaman
oleh seseorang yang mempunyai kaitan dengan keadaan dan kegiatan batin
orang itu sendiri yang menimbulkan reflexion.

10
11

II. Konsepsi Gestalt. Konsepsi ini berlawana dengan konsepsi asosiasi. Di


dalam konsepsi Gestalt pesan global di bentuk oleh anak-anak terlebih
dahulu kemudian baru bagian-bagian. Konsepsi Gestalt ini menyatakan
bahwa perkembangan adalah proses deferensiasi (proses untuk memisah-
misahkan, membeda-bedakan. Pada awalnya apa yang ditangkap adalah
keseluruhan, kemudian bagian-bagian. Prinsip ini berlaku untuk
perkembangan aspek motorik ataupun psikis. Wertheirmer adalah tokoh
yang berpandangan seperti ini
III. Konsepsi Neo-Gestalt. ”Field Theory” atau juga di sebut teori medan adalah
sebutan lain untuk teori Neo-Gestalt. Adapun tokoh yang popular pada teori
ini yaitu Kurt Lewin. Teori ini mempunyai anggapan bahwa perkembangan
adalah proses deferensiasi dan proses stratifikasi. Struktur lapisan bisa kita
gambarkan dari lapisan lapisan, dan semakin anak membesar maka semakin
bertambah lapisan-lapisannya. Pada anak-anak yang masih mempunyai satu
lapis yang jujur mengatakan apa adanya dan masih belum menyembunyikan
sesuatu pada dalam jiwanya, mereka masih tidak terlalu bisa berbohong
dengan sengaja.
IV. Konsepsi Sosiologis. Konsepsi ini mempunyai anggapan bahwa
perkembangan tersebut adalah proses sosialisasi. Anggapan ini
mengungkapkan bahwa anak-anak ini pada awalnya adalah asocial
(prasosial), dan kemudian berkembang menjadi sosial. Adapun tokoh dalam
konsepsi ini yaitu adalah James Mark Baldwin. Baldwin memili anggapan
bahwa pelaksanaan perkembangan itu berlangsung melalui penyesuaian diri
dan seleksi menurut hokum “law of effect”. Penyesuaian diri ini merupakan
peniruan pada orang lain, seleksi berarti mempertahankan perilaku yang
menguntungkan dan menghapus perilaku yang tidak menguntungkan.
V. Konsepsi Freudianisme. Sigmud Freud adalah tokoh utama di konsepsi ini.
Tokoh ini menjadi terkenal karena teori psikodinamika. Konsepsi ini
mempunyai pendapat bahwa sumber pokok perilaku manusia berasal dari
libido seksualitas (dorongan untuk memuaskan hawa nafsu seksnya). Insting
ini tidak akan mengenal batas sehingga Freud berpendapat bahwa anak itu
asocial. Sedangkan pada kenyataannya kehidupan di masyarakat menganut

11
12

norma. Dengan demikian anak pun mempunyai dua dunia yg bertolak


belakang ataupun bertentangan, yang disatu pihak mempunyai keinginan
memuaskan instingnya sedangkan pihak satunya norma yang membatasi
akan insting tersebut. Insting banyak menuntut tetapi terlahalang oleh norma
masyarakat yang ada. Untuk bisa mengatasi konflik ini anak harus bisa
menyesuaikan diri dengan menekan keinginan yang tidak dibenarkan oleh
masyarakat. Kemudian menyalurkan keingat itu pada kaidah yang berlaku
pada masyarakat. Proses ini disebut dengan “internalisasi, submilasi, dan
identifikasi”. Melewati perkembangan ini anakpun bisa berubah dari asocial
menjadi social (bermoral).
VI. Konsepsi Biososial. Pada konsepsi ini mempunyai anggapan bahwa hidup
adalah proses belajar. Di samping itu, berkembang juga merupakan proses
belajar, “living is learning and growing is learning”. Hal ini mempunyai arti
untuk mempertahankan hidupnya, setiap makhluk harus belajar, dengan
belajar maka bisa berkembang. Untuk belajar juga harus mempunyai
kemasan biologis dan kemasan sosial. Adapun tokoh yang mempunyai
pendapat ini adalah R.J. Havighurst. Ada empat faktor yang mempunyai
kaitan dengan perkembangan menurut R.J. Havighurst. Faktor-faktor
tersebut antara lain : 1). Kemasan fisik, 2). Tekanan sosial, 3). Nilai-nilai
pribadi, 4). Gabungan dari ketiganya.

2.3 Pengembangan Dimensi Manusia


Hakikat manusia seperti yang sudah kita jelaskan sebelumnya, pada dasarnya
masih perlu kita kembangkan. Pengembangan di berbagai potensi yang sudah
dimiliki oleh manusia tidak dapat dilakukan melalui proses pendidikan. Hal ini akan
membuat manusia menuju kesempurnaan.
A. Dimensi Individu
Dalam hal mengembangkan manusia sebagai makhluk individu, maka
pendidikan mempunyai kewajiban untuk mengembangkan peserta didik agar
bisa berlaku mandiri. Maka oleh sebab itu, tujuan pendidikan tersebut lebih
ditujukan pada pengembangan pribadi yang mandiri. Berbagai pengalaman
pada pengembangan konsep, prinsip, generalisasi, kreatifitas, kehendak,

12
13

tanggung jawab, dan berbagai keterampilan yang perlu didapat oleh peserta
didik. Hal ini mempunyai maksud agar bisa menolong dirinya sendiri.
Sehingga pada berbagai aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang
dimiliki anak bisa berkembang dengan maksimal. Sebagai makhluk individu,
manusia juga memerlukan pola tingkah laku dan pengendalian diri yang kuat
dan bukan hanya sekedar dorongan instingtif, pola tingkah laku ini dan
pengendalian diri ini bisa didapatkan melalui pendidikan dan proses belajar.

Dikatakan oleh Lyson bahwa individu adalah orang seorang, sesuatu


yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide).
Selanjutnya individu diartikan juga sebagai sebagai pribadi (Lysen, Individu
dan Masyarakat: 4). Setiap anak manusia yang dilahirkan ke dunia ini
sebenarnya telah memiliki potensi. Potensi yang dimaksud menurut penulis
seperti yang dikemukakan oleh Gardner. Ia menyatakan bahwa manusia
memiliki tujuh kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logika
matematika, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestik tubuh, kecerdasan
musik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intra personal (Campbel, dkk.,
2006: 2-3). Kecerdasan-kecerdasan ini yang selanjutnya kita sebut sebagai
potensi tentu saja tidak sama dimiliki oleh setiap individu. Ada individu
yang memiliki kelebihan dalam hal kebahasaan, tetapi kurang pintar dalam
hal musik, ada individu yang lebih pintar matematika, tetapi tidak pintar
tentang kebahasaan. Oleh karena itu, setiap individu tidak boleh
diperlakukan sama. Mereka ingin terlihat berbeda dengan yang lain atau
menjadi seperti dirinya sendiri. Tidak ada diri individu yang identik di muka
bumi ini.

Penulis sangat setuju dengan dimensi keindividualan seperti yang telah


diungkapkan di atas. Memang benar bahwa tidak ada manusia yang identik
dengan manusia lain di atas permukaan bumi ini. Bahkan, anak yang terlahir
kembar pun pada hakikatnya tidak memiliki karakter yang persis sama.
Dengan kata lain, masing-masing ingin mempertahankan kekhasannya
sendiri. Kekhasan yang dimaksud ini seperti kekhasan dalam cita-cita, cara

13
14

belajar, cara menghadapi dan menyelesaikan masalah, cara berinteraksi


dengan orang lain. Karena adanya kekhasan yang dimiliki oleh setiap
manusia ini, dalam proses pembelajaran kekhasan ini tentu harus
diperhatikan oleh peserta didik. Tenaga pendidik tidak dapat boleh
memaksakan kehendaknya kepada kepada subjek didik.

Menurut penulis, memang usaha untuk memperhatikan peserta didik


berdasarkan kekhasan yang dimilikinya merupakan usaha yang baik. Akan
tetapi, yang menjadi pertanyaan adalah apa keterkaitan dimensi keindividuan
dengan pendidikan? bagaimana cara mengimplementasikan hal ini dalam
pembelajaran? Sebagai contoh, apa yang harus dilakukan terhadap anak
didik yang tidak suka pelajaran bahasa Indonesia saat materi bahasa
Indonesia diajarkan oleh tenaga pendidik? Apakah anak didik tersebut
diminta oleh gurunya untuk keluar atau diam saja? Pertanyaan seperti ini
tampaknya sering dihadapi oleh peserta didik. Contoh lain disebutkan,
misalnya, anak didik memiliki berbagai gaya belajar. Ada anak didik yang
mudah belajar kalau hanya dengan berdiskusi bersama-teman-teman-teman
sekelas, ada anak didik yang mudah belajar hanya dengan mendengarkan apa
yang disampaikan oleh gurunya, ada anak didik yang mudah belajar dengan
cara langsung mempraktikkan, ada pula anak didik yang mudah belajar
hanya dengan membaca buku. Bagaimanakah gaya belajar yang bervariasi
ini dapat diatasi oleh pendidik dalam suatu proses pembelajaran? Hal seperti
ini tampaknya perlu untuk dikaji secara spesifik.

B. Dimensi Sosial.
Manusia merupakan makhluk yang tidak bisa berdiri sendiri dan selalu
membutuhkan interaksi dengan manusia lainnya. Pada pencapaian tujuan
keperluan hidupnya selalu memerlukan hubungan dan pertolongan dari
orang lain. Hadirnya orang lain dalam kehidupan manusia tidak hanya
penting untuk bisa mencapai tujuan hidupnya. Namun ini juga menjadi
sarana untuk mencapai tujuan hidupnya. Selain itu hal ini juga sangat
diperlukan dalam hal pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya.

14
15

Kehidupan seorang anak yang di asuh oleh kelompok serigala merupakan


contoh yang konkrit tentang belajar bersama kelompok manusia. Tujuan
pendidikan yang bertuju pada pengembangan manusia sebagai makhluk
sosial adalah untuk membentuk manusia yang bisa bekerja sama dengan
orang lain dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial sekitarnya.
Perlu juga di ingat bahwa keseimbangan antara pengembangan manusia
makhluk individu dan pengembangan sebagai makhluk sosial.
Setiap anak yang dilahirkan memiliki potensi sosialitas. Artinya, mereka
dikaruniai benih kemungkinan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan
untuk bergaul ini, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya. Betapa
kuatnya dorongan tersebut sehingga penjara merupakan hukuman yang
paling berat dirasakan oleh setiap manusia karena dengan diasingkan di
dalam penjara berarti diputuskannya dorongan bergaul itu secara mutlak.

Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampat lebih jelas pada
dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorogan untuk bergaul, setiap orang
ingin bertemu dengan sesamanya. Seseorang dapat mengembangkan
kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam interaksi dengan sesamanya.
Seorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain, mengidentifikasi sifat-
sifat yang di kagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta menolak sifat
yang tidak di cocokinya. Hanya di dalam berinteraksi dengan sesamanya,
dalam saling menerima dan memberi, seseorang menyadari dan menghayati
kemanusiaanya.

C. Dimensi Kesusila
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih
tinggi. Akan tetapi, di dalam kehidupan bermasyarakat, orang tidak cukup
hanya dengan berbuat yang pantas jika di dalam yang pantas atau sopan itu
terkandung kejahatan terselubung. Oleh karena itu, pengertian susila
berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan yang lebih.
Dalam bahasa ilmiah sering digunakan sering digunakan istilah yang
mempunyai konotasi berbeda yaitu etiket (persoalan kesopanan) dan etika

15
16

(persoalan kebaikan). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa orang yang


berbuat jahat berarti melanggar hak orang lain dan dikatakan tidak beretika
dan tidak bermoral, sedangkan tidak sopan diartikan sebagai tidak beretiket.
Jika etika dilanggar ada orang lain yang merasa dirugikan, sedangkan
pelanggaran etiket hanya mengakibatkan ketidaksenangan orang lain.

Susila sebenarnya mencakup etika dan etiket. Persoalan kesusilaan selalu


berhubungan erat dengan nilai-nilai. Nilai yang dimaksud dapat berupa nilai
otonom, nilai heteronom, nilai keagamaan.

Aspek yang tidak kalah penting dalm kehidupan manusia pengembangan


manusia sebagai makhluk susila, karena hanya manusia saja yang
mempunyai kesadaran dalam hal menghayati dan juga mematuhi norma-
norma dan nilai-nilai pada kehidupan, karena dengan akal pikirannya
manusia dapat menentukan dan memilih norma yang baik dan juga buruk
untuk bisa di terapkan pada pola perilaku kehidupannya. Dengan pendidikan
yang bisa diusahakan terciptanya manusia manusia yang mendukung norma,
kaidah, dan norma susila yang di junjung masyarakat. Menggunakan
kemampuan akal manusia yang dapat mencerna berbagai konsep yang terkait
dengan nilai, dan dengan akalnya pula manusia diharapka bisa menerima
latihan dan pendidikan, agar kemudian dapat memilih mana saja perilaku
yang cocok dengan norma di masyarakat, ataupun norma agama serta
tertanam nilai-nilai luhur pada kehidupannya.

2.4 Pengembangan Dimensi Kemanusiaan Dalam Pendidikan Islam


Pendidikan Islam merupakan wahana terpenting dalam pembentukan
karakter bangsa. Oleh karena itu, guru sebagai Pendidik dituntut tanggung
jawabnya untuk melaksanakan proses pembelajaran secara profesional, yaitu
praktik pendidikan yang didasarkan pada kaidah-kaidah keilmuan pendidikan
Islam. Dalam proses pendidikan Islam, pendidik harus memiliki dasar ilmu
pendidikan ke-Islaman yang kuat sehingga seluruh dimensi kemanusiaan peserta
didik dapat dikembangkan seoptimal mungkin.

16
17

Pengembangan berbagai dimensi kemanusiaan peserta didik akan dapat


dilakukan melalui peristiwa pendidikan yang kondusif dan akan terjadi apabila
situasi pendidikan tumbuh dan berkembang melalui teraktualisasinya
kewibawaan yang salah satunya dapat tercermin melalui gaya yang ditampilkan
pendidik dalam proses pembelajaran sebagai wahana relasi antara pendidik
dengan peserta didik. Relasi ke dua belah pihak tersebut merupakan syarat
terjadinya situasi pendidikan yang mengaplikasikan dan menginternalisaikan
nilai-nilai ke-Islaman. Melalui gaya yang ditampilkan dalam proses
pembelajaran, pendidik harus dapat menjamin kepastian untuk tumbuh
kembangnya situasi pendidikan sehingga karakter dan akhlakul karimah siswa
dapat diwujudkan.
Kenyataan bahwa dalam pendidikan Islam, guru sering menampilkan
gaya yang kurang disenangi peserta didik seperti pemarah dan cepat emosional,
cerewet dan pilih kasih, bertentangan dengan nilai-nilai ke-Islaman, hubungan
yang terjadi antara pendidik dengan peserta didik dalam proses pembelajaran
hendaknya terhindar dari gaya/ penampilan pendidik yang cenderung
memposisikan peserta didik pada kedudukan yang inferior, pasif, lebih
menunjukkan pada permusuhan dan pelecehan terhadap kemanusiaan dan
potensi yang serta dimensidimensi kemanusiaan yang dimiliki peserta didik.
Kondisi negatif dalam hubungan guru dengan peserta didik bersifat
kontraproduktif terhadap motivasi untuk mendorong peserta didik belajar
dengan lebih giat dan lebih berhasil dalam mencapai tujuan pendidikan. Oleh
karena itu, teknik dan metode yang baik dan benar sangat diperlukan dalam
pendidikan Islam yang tentu saja harus disesuaikan dengan kaidah-kaidah dalam
pendidikan Islam.
1. Dimensi Kefitrahan Dalam Pendidikan Islam
Hakekat kesempurnaan dan kemuliaan derajat manusia antara lain adalah
dibekalinya manusia dengan potensi fitrah. Dari segi bahasa, kata fitrah)
terambil dari akar kata al-fathr yang berarti belahan, dan dari makna ini lahir
makna-makna antara lain “penciptaan” dan “kejadian”. Kata kunci untuk
dimensi kefitrahan adalah kebenaran dan keluhuran. Di dalam dimensi
kefitrahan terkandung makna bahwa individu manusia itu bersih dan

17
18

mengarahkan diri kepada hal-hal yang benar dan luhur, serta menolak hal-hal
yang salah, tidak berguna dan remeh, serta tak terpuji. Apabila yang
dimaksudkan oleh J. Lock dengan teori tabula rasanya adalah bahwa individu
ketika dilahirkan itu ibarat kertas putih, bersih dan belum bertuliskan apapun
maka kebersihan itu menjadi ciri kefitrahan individu. Namun, “belum
bertuliskan apapun“ tidaklah menjadi ciri dimensi kefitrahan yang dimaksudkan
itu. Dalam dimensi kefitrahan telah tertuliskan kaidah-kaidah kebenaran dan
keluhuran yang justru menjadi ciri kandungan utama dimensi ini. Jadi dimensi
kefitrahan tidak sama dengan tabula rasa menurut J. Lock. Uraian tentang fitrah
manusia termaktub dalam al-Qur’an surat al-Rum ayat 30 :
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah);
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Berdasarkan ayat di atas, manusia sejak asal kejadiannya membawa
potensi beragama yang lurus, fitrah manusia tidak terbatas pada fitrah
keagamaan saja.
M.Quraish Shihab menyatakan bahwa kalau dipahami kata la pada ayat
tersebut di atas dalam arti “tidak”, maka ini berarti bahwa seseorang individu
tidak dapat menghindar dari fitrah ini. Karena fitrah Allah dimasukkan dalam
jiwa manusia, maka manusia terlahir dalam keadaan di mana tauhid menyatu
dengan fitrah. Karena tauhid menyatu pada fitrah manusia, maka para nabi
datang untuk mengingatkan manusia kepada fitrah-nya, dan untuk
membimbingnya kepada tauhid yang menyatu dengan sifat dasarnya.
Al-Qur’an menegaskan bahwa manusia memiliki berbagai ciri-ciri
istimewa. Ciri pertama yang dimilikinya adalah bahwa manusia itu baik dari segi
fitrah semenjak dari semula. Dia tidak mewarisi dosa karena Adam keluar dari
surga. Salah satu ciri fitrah ini ialah bahwa manusia menerima Allah sebagai
Tuhan. Pandangan yang optimis terhadap manusia ini betul-betul bertentangan
dengan pandangan pesimistik berbagai ahli psikolog dan biologi yang
menekankan adanya unsur jahat yang berasal dari bakat manusia. Adalah jelas
bahwa agresi itu merupakan pendorong yang kuat pada binatang-binatang buas.

18
19

Bila manusia dianggap berasal dari hewan maka ia harus memiliki dorongan
agresi. Lorenz serang ahli etologi Austria-membuktikan bahwa berkelahi
merupakan suatu naluri hewan dan manusia yang juga ditujukan kepada
makhluk sejenis. Jadi binatang buas menurut Lorenz sangat berbeda dengan
khalifah Allah sebab masing-masing memiliki kuasa-kuasa (faculty) asal.
Konsep fitrah berbeda dengan konsep Kristen tentang dosa asal.
Konsep fitrah al-Qur’an juga bertentangan dengan suatu teori lain yang
mengganggap sifat-sifat asal manusia itu netral. Madhab behaviorisme dalam
psikologi beranggapan bahwa manusia bukan baik dan bukan juga jahat
semenjak lahir. Dia adalah tabula rasa, putih seperti kertas. Lingkunganlah yang
memegang peranan membentuk pribadinya. Atau seperti kata Skinner bahwa
manusia hanya mewarisi berbagai gerak refleks, agama dan berbagai aspek
tingkahlaku dapat diterangkan menurut faktor-faktor lingkungan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa baik Islam maupun
teori/aliran lain mengakui bahwa pada dasarnya manusia itu dilahirkan dalam
keadaan fitrah, walaupun masih ada pertentangan dalam memaknai arti fitrah.
2. Dimensi Individualitas Dalam Pendidikan Islam
Kemanusiaan pada diri manusia dapat dilihat melalui dimensi
keindividualan. Kata individu menurut Yasien Muhamed dapat disamakan
dengan kata nafs (bahasa arab). Nafs dalam al-Qur’an mengandung bermacam-
macam makna antara lain diartikan sebagai totalitas manusia, sebagaimana
dalam al-Qur’an Surat al-Maidah ayat 32;
Artinya: Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil,
bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi,
maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa
yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang
kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan
yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh
melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi.

19
20

Nafs juga bermakna menunjukkan kepada apa yang terdapat dalam diri
manusia yang menghasilkan tingkah laku sebagaimana surat al-Rad ayat 11;
Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Berdasarkan ayat ini, nafs diciptakan oleh Allah SWT., dalam keadaan
sempurna untuk menampung serta mendorong manusia berbuat kebaikan dan
keburukan, dan sisi dalam manusia inilah yang oleh alQur’an dianjurkan untuk
diberi perhatian yang lebih besar.
Kata kunci dimensi keindividuan adalah potensi dan perbedaan. Di sini
dimaksudkan bahwa setiap individu pada dasarnya memiliki potensi, baik
potensi fisik maupun mental, dan potensi tersebut unik sehingga berbeda-beda
antar individu. Ada individu yang berpotensi sangat tinggi, tinggi, sedang,
kurang dan kurang sekali. Kenyataan keilmuan menampilkan dengan amat jelas
dimensi keindividualan ini adalah apa yang sering digolongkan ke dalam kaidah-
kaidah perbedaan individu (individual differences) dan penampilan kurva (baik
kurva normal ataupun kurva tidak normal).
Perbedaan-perbedaan pada setiap peserta didik dalam satu kelas) harus
diperhatikan dalam proses pembelajaran juga berdasarkan pertimbangan
psikologis bahwa setiap individu: 1) Memiliki sifat sifat, bakat dan kemampuan
yang berbeda, 2) Mempunyai cara belajar sendiri, 3) Mempunyai minat khusus
yang berbeda, 4) Latar belakang lingkungan keluarga yang berbeda, 5)
Membutuhkan layanan khusus menerima pelajaran yang diajarkan pendidik
sesuai dengan perbedaan individual dan memiliki irama pertumbuhan dan
perkembangan yang berbeda. Perbedaan individu ini juga mencakup aspek bakat
meliputi kemampauan: intelektual umum, akademik khusus, berpikiran kreatif
produktif, memimpin, mampu dalam salah satu bidang seni dan kemampun
psikomotor.Keberbakatan sebenarnya merupakan gabungan antara kemampuan
konvensional (ingatan baik, berpikir logis, pengetahuan faktual, dan kemampuan

20
21

kreatif. Peserta didik yang berbakat apabila diberi kesempatan dan pelayanan
pendidikan yang sesuai akan memberikan sumbangan yang bermakna kepada
masyarakat dalam semua bidang usaha manusia. Namun demikian, sering kali
peserta didik yang sebenarnya berbakat akan tetapi kurang mendapatkan
perhatian sehingga menyebabkannya menjadi peserta didik yang underachiever.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa lebih dari separuh peserta didik yang
berbakat memiliki prestasi belajar jauh di bawah kemampuannya atau
underachiever.8 Dengan pemahaman ini, pendidik dapat memberikan
perlakukan secara proporsional terhadap peserta didik sesuai dengan tingkat
kecerdasan mereka. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manusia pada
dasarnya memiliki perbedaan antara individu yang satu dengan yang lain dan hal
ini beraplikasi kepada pemenuhan kebutuhan perlakuan yang berbeda sesuai
dengan individu masing-masing.
3. Dimensi Kesosialan Dalam Pendidikan Islam
Kemanusiaan pada diri manusia dapat dilihat melalui dimensi
kesosilaannya. Kata kunci dimensi kesosialan adalah komunikasi dan
kebersamaan. Dengan bahasa (baik bahasa verbal maupun non verbal, baik
bahasa lisan maupun tulisan) individu menjalin hubungan dengan individu lain,
di samping menggalang kebersamaan dengan individu lain dalam berbagai
bentuk, seperti persahabatan, keluarga, kumpulan dan organisasi (non formal
dan formal). Ilmu-ilmu seperti Sosiologi, Psikologi, Sosial, Politik, Teknologi
Komunikasi dan Manajemen mendasarkan kajiannya pada kemampuan manusia
dalam berkomunikasi dan menggalang kebersamaan bagi kehidupan manusia
yang bermartabat.
Terkait dengan manusia sebagai makhluk sosial, al-Qur’an menyebut
manusia dalam konteks ini sebagai an-Nas dan Bani Adam, untuk
menggambarkan nilai-nilai universal yang ada pada diri setiap manusia tanpa
melihat latar belakang perbedaan jenis kelamin, ras dan suku bangsa ataupun
aliran kepercayaan masing-masing. Bani Adam menggambarkan tentang
kesamaan dan persamaan manusia, dan tampaknya lebih ditekankan pada aspek
fisik dan sosialnya. Teori Parsons melihat manusia yang memiliki tujuan sebagai
hasil dari interaksi sosialnya. Manusia tidak dilihat sebagai manusia yang

21
22

menginginkan sesuatu semata-mata bagi dirinya sendiri, tetapi lebih dari itu apa
yang dicarinya adalah suatu bentuk hubungan sosial. Walaupun tidak sama
persis dengan konsep makhluk manusia, namun dari sudut pandang ini
pemahaman konsep barat tentang aspek fisik manusia dapat dikatakan mirip
dengan konsep Bani Adam tetapi berbeda pada nilai kemakhlukannya.
Pada konsep Barat, manusia dilihat dari aspek fisik yang berada dalam
keadaan bebas nilai. Sebaliknya menurut Jalaluddin konsep Bani Adam memuat
nilai kemakhlukan yang jelas, yaitu sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Hubungan
makhluk-Khalik termuat dalam konsep Bani Adam yang menggambarkan
manusia tidak hanya dari aspek fisik. Menurut Prayitno dan Erman Amti
kehidupan sehari-hari setiap orang menampilkan kebersamaannya dengan orang
lain. Perlu disadari bahwa perkembangan sosial peserta didik yang berada pada
masa remaja harus dipahami pendidik yang bertugas sebagai pendidik di
sekolah. Hurlock mengemukakan bahwa ada beberapa kekhususan tingkah laku
sosial remaja yang penting untuk dipahami pendidik yaitu: ketertarikan terhadap
lawan jenis dan kemandirian dalam bertingkah laku sosial. Lebih jauh, Dusek
menekankan pentingnya pengembangan kepribadian melalui perilaku sosial.
Pendidik harus membantu agar peserta didik dapat melaksanakan tugas
perkembangan sosialnya yakni membina hubungan sosial, dengan teman sebaya
maupun orang dewasa lainnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam diri manusia
terdapat dimensi kesosialan yang beraplikasi perlunya pengembangan aspek-
aspek sosial dalam pendidikan melalui proses pembelajaran.
4. Dimensi Kesusilaan Dalam Pendidikan Islam
Kemanusiaan pada diri manusia dapat dilihat melalui dimensi
kesusilaannya. Kata kunci dimensi kesusilaan adalah nilai dan moral.Dalam
dimensi kesusilaan tercakup kemampuan dasar setiap individu untuk
memberikan penghargaan terhadap sesuatu, dalam rentang penilaian tertentu.
Sesuatu dapat dinilai sangat tinggi (misalnya dengan diberi label ”baik”).
Sedang (dengan label ”cukup”), atau rendah (dengan label ”kurang”).
Penilaian yang dibuat oleh sekelompok individu tentang sesuatu yang
sangat penting untuk kehidupan bersama sering kali ditetapkan boleh tidaknya

22
23

sesuatu hal dilakukan oleh individu (terutama individu yang berada di dalam
kelompok yang dimaksud). Inilah yang disebut moral. Moral sebagai kebiasaan
atau aturan yang harus dipatuhi oleh seseorang dalam berinteraksi dengan orang
lain. pengertian moral dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: pandangan
moral, perasaan moral dan tingkah laku moral. Pandangan moral adalah
pendapat atau pertimbangan seseorang tentang moral, perasaan moral adalah
perasaan seseorang setelah ia mengambil keputusan untuk bertingkah laku,
bermoral atau tidak. Sedangkan tingkah laku moral adalah tindakan yang sesuai
dengan aturan-aturan etika dan moral. Individu dalam kelompok yang
bersangkutan harus mengikuti ketentuan moral tersebut. Ketentuan moral itu
biasanya diikuti oleh sanksi atau hukuman bagi pelanggarnya. Sumber moral
adalah kebiasaan, adat, hukum, ilmu dan agama.
Kehidupan manusia tidak bersifat acak ataupun sembarangan, tetapi
mengikuti aturan-aturan tertentu. Oleh karena itu, manusia memerlukan
pendidikan moral. Fuhrmann mengemukakan bahwa pendidikan moral juga
menjadi tanggung jawab pendidik di sekolah dengan memperhatikan aspek
kognitif dan emosional yang amat diperlukan bagi perkembangan kemampuan
penalaran moral. Hal senada dikemukakan Duska dan Whelan mengemukakan
bahwa, teknik dan prosedur yang digunakan dalam pendidikan moral harus
ditujukan pada dua aspek, yaitu menciptakan stimulus kognitif dan
mengembangkan empati. Koberg mengemukkan bahwa, seseorang diharapkan
mampu mencapai tahap perkembangan moral tertinggi atau disebut dengan
tahap pos-konvensional yang ditandai dengan kemampuan untuk
menginternalisasikan nilai-nilai moral.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, dalam diri manusia
terdapat dimensi kesusilaan yang beraplikasi perlunya pengembangan aspek-
aspek susila dan moral dalam pendidikan melalui proses pembelajaran.
5. Dimensi Keberagamaan Dalam Pendidikan Islam
Kemanusiaan pada diri manusia dapat dilihat melalui dimensi
keberagamaannya. Kata kunci dimensi keberagamaan adalah iman dan taqwa.
Dalam dimensi ini terkandung pemahaman bahwa, setiap individu pada dasarnya

23
24

memiliki kecenderungan dan kemampuan untuk bertaqwa kepada Sang


Penciptanya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
Kehidupan menurut Prayitno dan Erman Amti tidak sematamata
kehidupan di dunia fana, melainkan juga menjangkau kehidupan akhirat. Gejala-
gejala mendasar membedakan dengan nyata keberadaan dan kehidupan manusia
dari makhluk-makhluk lainnya. Pada manusia ada kebebasan alamiah yang
setiap kali mengarahkan dan mengangkat lebih tinggi lagi kehidupan manusia
sejalan dengan derajatnya yang paling tinggi. Kebebasan alamiah menjadikan
manusia terbebas dari tingkah laku instingtif dan belenggu lingkungannya.
Dengan kebebasan alamiah itu manusia dapat “mengubah” dirinya secara kreatif
mau apa dan mau menjadi apa sesuai dengan pilihanya sendiri. Pengembangan
dimensi keberagamaan menjadi tujuan inti yang harus dicapai dalam pendidikan
Islam. Hal ini dikarenakan pada dasarnya tujuan pendidikan Islam adalah
mewujudkan insan yang memiliki kekuatan spiritual yang ter-aplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
2.5 Pengembangan Yang Utuh
Tingkat keutuhan perkembagan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua
factor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan
kualitas yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembanganya.
Pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang sanggup menghangtar subjek
didik menjadi dirinya selaku anggota masyarakat.
Selanjutnya pengembangan yang telah dapat dilihat dari berbagai segi yaitu :
1. Dari wujud dimensinya
Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi keindividuan,
kesosialan, kesusilaan dan keberagaman antara aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. Pengembangan aspek jasmani dan rohaniah dikatakan utuh jika
keduanya mendapat pelayanan secara seimbang. Kualitas perkembangan aspek
rohaniah seperti, pandai, berwawasan luas, berpendirian teguh, bertenggang rasa,
dinamis, kreatif terlalu memandang bagaimana kondisi fisiknya.
Pengembangan keindividuan, kesosialan, kesusilaan, dan keragaman. Dikatakan
utuh jika semua dimensi mendapat pelayanan dengan baik. Dalam hal ini

24
25

pengembangan dimensi keragaman menjadi tumpuan dari ketiga dimensi yang


disebut terdahulu.
Pengembangan domain kognitif, efektif dan psikomotorik dikatakan utuh jika ketiga
– tiganya mendapat pelayanan yang berimbang. Pengutamaan domain kognitif
dengan mengabaikan domain efektif misalnya yang terjadi pada system
persekolahaan dewasa ini hanya akan menciptakan orang – orang pintar yang tidak
berwatak.

A.pengembangan domain kognitif


Pertama, kemampuan ranah kognitif yang meliputi kegiatan menghafal,
memahami, mengaplikasikan, menganalisis,mensintesiskan dan menilai pengalaman
belajar yang relevan dengan setiap tingkatan tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pengalaman belajar untuk kegiatan hafalan dapat berupa berlatih menghafal
verbal atau parafrase di luar kepala, berlatih menemukan taktik menghafal, misalnya
menggunakan jembatan ingatan. Jenis materi pembelajaran yang perlu dihafal dapat
berupa fakta, konsep, prinsip, dan prosedur.
2. Pengalaman belajar untuk tingkat pemahaman dilakukan dengan jalan
membandingkan (menunjukkan persamaan dan perbedaan), mengidentifikasi
karakteristik, menggeneralisasi, menyimpulkan, dan sebagainya.
3. Pengalaman belajar tingkatan aplikasi dilakukan dengan jalan menerapkan
prinsip-prinsip terhadap kasus-kasus nyata yang terjadi di lapangan.
4. Pengalaman belajar tingkatan sintesis dilakukan dengan jalan memadukan
berbagai unsur atau komponen, menyusun membentuk bangunan, mengarang,
melukis, menggambar, dansebagainya.
5. Pengalaman belajar pada tingkatan penilaian pengalaman dapat di lakukan
dengan cara memberikan penilaian terhadap suatu objek studi dengan kriteria-
kriteria yang telah di tentukan.
B.pengembangan afektif
Kedua, kemampuan ranah afektif, kompetensi yang ingindicapai, antara lain
meliputi tingkatan pemberian respons (responding), apresiasi (appreciating),

25
26

penilaian (valuting), dan internalisasi (internalization).Kemampuanbelajar yang


relevan dengan berbagai jenis tingkatan afektif tersebut, antara lain sebagai berikut:
1. Berlatih memberikan respons atau reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan
kepadanya.
2. Berlatih menikmati atau menerima nilai, norma, serta objek yang mempunyai
nilai etika dan estetika.
3. Berlatih menilai ditinjau dari segi baik buruknya, adil tidak adil, indah tidak
indah terhadap objek studi.
4. Berlatih menerapkan atau mempraktikkan nilai, norma, etika, dan estetika dalam
perilaku kehidupan sehari-hari.

Secara keseluruhan, siswa dapat mencapai berbagai tingkatant-tingkatan dari


kompetensi afektif dalam kaitannya dengan pengalaman belajar adalah seperti
megamati dan menirukan contoh atau model seseorang yang menjadi panutan,
melakukan kunjungan terhadap objek studi yang sekiranya dapat memupuk
pertumbuhan nilai, berbuat atau berpartisipasi aktif sesuai dengan tuntunan nilai
yang dipelajari dan sebagainya.

C. pengembangan psikomotorik
Yang ketiga atau terakhir adalah kemampuan ranah psikomotorik, kompetensi
yang dicapai mencakup tingkatan gerakan-gerakan awal, gerakan semi rutin,
kemudian gerakan rutin. Sementara untuk mencapai kompetensi ranah psikomotorik
ini, pengalaman belajar yang perlu di lakukan adalah seperti:
1. Pada tingkat penguasaan gerakan awal, siswa perlu berlatih menggerakkan
sebagian anggota badan.
2. Pada tingkatan gerakan semi rutin, siswa perlu berlatih, mencoba atau menirukan
gerakan yang melibatkan seluruh anggota badan.
3. Pada tingkat gerakan rutin, siswa perlu melakukan gerakan secara menyeluruh
dengan sempurna dan sampai pada tingkat otomatis.
Pada umumnya, untuk dapat mencapai tiga tingkatan yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotorik kemampuan belajar yang biasanya dilakukan adalah berlatih dengan
frekuensi tinggi dan intensif dengan drill (latihan), menirukan, melakukan simulasi,

26
27

serta mendemontrasikan gerakan yang ingin dikuasai. Misalnya, siswa melakukan


simulasi praktik shalat, mengkafani mayat, manasik haji, dan seabagainya.
Itulah pembahasan mengenai pengembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik
berkaitan dengan dilakukannya pendidikan karakter pada seseorang.

2. Dari arah pegembangan


Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dapat diarahkan kepada
pengembagan dimensi keindividuan, kesosialan, kesusilaan dan keragaman secara
terpadu. Jika dianalisa satu persatu gambaranya sebagai berikut : pengembangan
yang sehat terhdap dimensi keindividuan memberi peluang pada seorang untuk
menjadikan eskplorasi terhadap potensi – potensi yang ada pada dirinya, baik
kelebihanya maupun kekuranganya.. segi positif yang ada ditingkatan dan negative
dihambat. Pengembangan yang berarah konsentis ini bermakna memperbaiki diri
atau meningkatkan martabat atau yang sekaligus juga membuka jalan kearah
bertemunya sesuatu pribadi dengan pribadi yang lain secara selaras dengan tanpa
mengganggu otonomi masing – masing.
Pengembangan yang sehat terhadap dimensi kesosialan yang lazim disebut
pengembangan horizontal membuka peluang terhadap ditingkatkanya hubungan
fisik yang berarti memelihar kelestarian lingkungan disamping mengekplorasinya
Pengembangan domain kognitif, efektif dan psikomotorik disamping keselarasan
(perimbangan antara keduanya), juga perlu diperhatikan arahnya. Yang dimaksud
adalah arah pengembangan dari jenjang yang rendah kejenjang yang lebih tinggi.
Pengembangan ini disebut pengembangan vertical. Sebagai contoh pengembangan
domain kognitif dari kemampuan mengetahui, memahami dan seterusnya sampai
pada pengetahuan mengevaluasi.

2.6 Pengembangan yang tidak utuh


Perkembangan yang tidak utuh terhdap dimensi hakikat manusia akan terjadi
didalam proses pengembangan jika ada unsure dimensi hakikat manusia yang
terabaikan untuk ditangai, misalnya kesosialan didominasi oleh pengembangan
domain koghitif.

27
28

Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya keperibadian yang pincang


dan tidak mantap.
2.7 Sosok Manusia Indonesia Se – Utuhnya
Pembangunan Nasional dilaksanakan dalam rangka pengembangan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini
berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah, seperti
sandang, pangan, perumahan, kesehatan, ataupun kepuasan batiniah seperti
pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab, atau
rasa keadilan, melainkan keselarasan, dan kesimbangan antara keduanya sekaligus
batiniah. Juga diartikan bahwa pembangunan itu merata di seluruh tanah air,
bukanya hanya untuk golongan masyarakat.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari beberapa materi yang telah disampaikan bahwa
keistimewaan manusia adalah berbeda dengan makhluk lain dan menjadikan
manusia makhluk yang kompleks. Sebagai manusia kita harus menjadi individu
yang bermanfaat untuk masyarakat sehingga manusia memiliki hakekat
kemanusiaan serta mempunyai alat potensial dan fitrah
Setiap individu memiliki ciri dan sifat karekteristik masing-masing. Oleh
karena itu manusia dianjurkan untuk saling menghormati dan mengasihi satu
sama lain karena kita diciptakan tanpa adanya perbedaan. Selain itu, menjadi
seorang manusia harus mematuhi aturan yang ada.

3.2 Saran

Setelah membaca makalah ini, penulis menyarankan agar kita sebagai manusia
harus menjadi individu yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Selain itu
makalah ini diharapkan dapat membantu menambah wawasan bagi para pembaca dan
membantu pembaca untuk menggali lebih dalam Pengembanga Dimensi Hakikat
Manusia

28
29

Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan guna menjadikan lebih
baik di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
(t.thn.).
(n.d.).
Herman, F. (2017, November). Dimensi-dimensi Hakikat Manusia serta Potensi,
Keunikan, dan Dinamikanya. Retrieved from blogbarabai:
https://www.blogbarabai.com/2017/11/dimensi-dimensi-hakikat-manusia-
serta.html
ICHSAN ANSHORY, I. (2018). Pengantar Pendidikan. Dalam I. Ichsan Anshory,
Pengantar Pendidikan (hal. 9-14). Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang.
Ida Umami. (2015). Pengembangan Dimensi Kemanusiaan Dalam Pendidikan Islam. In
i. umami, Pengembangan Dimensi Kemanusiaan Dalam Pendidikan Islam (pp.
39-48). Didaktika Religia.
oddy32. (2009, December 16). PENGEMBANGAN DIMENSI HAKEKAT MANUSIA.
Retrieved from spin 'uR style:
https://oddy32.wordpress.com/2009/12/16/pengembangan-dimensi-hakekat-
manusia/
skh20arfi. (2019, agustus 03). Pengembangan Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik
Dalam Pendidikan Karakter. Retrieved from initentangpsikologi:
https://www.initentangpsikologi.com/2019/08/pengembangan-kognitif-afektif-
dan-psikomotorik.html

29
30

SOAL – SOAL MATERI TERKAIT

1. Penciptaan manusia yang terbagi dalam raga dan jiwa bermakna...


A. Fitrah
B. Akal
C. Sifat
D. Pengembangan
E. semua benar
jawaban A
2. konsep manusia dalam bernegara adalah...
A. pancasila
B. bhineka tunggal ika
C. undang undang dasar
D. peraturan presiden
E. semua benar
jawaban A
3. melanggar hak-hak kemanusiaan dan berperilaku tidak sopan termasuk dalam
pengertian...
A. Susila
B. Beragama
C. Sosial
D. Rusaknya kehidupan
E. Semua benar

30
31

jawaban A
4. Manusia yang cenderung pada kejahatan maupun kebaikan dikelompokkan
dalam teori...
A. Dualis-aktif
B. Positif-pasif
C. Konvergesi
D. Gestalt
E. Semua benar
jawaban A
5. W. Stern mengemukakan salah satu teori yang dikutip oleh Suryabrata. Teori itu
disebut...
A. Teori konvergasi
B. Teori Neo-Gestalt
C. Teori Asosiasi
D. Teori Freudianisme
E. Semua benar
Jawaban A
6. Potensi yang dimiliki manusia dan tidak dimiliki oleh makhluk lain adalah...
A. Kemampuan berpikir
B. Kemampuan menciptakan manusia
C. Kemampuan membaca pikiran orang
D. Kemampuan mencari kesalahan orang lain
E. Semua benar
Jawaban A
7. Dalam menganalisis dan memahami sesuatu termasuk dalam kemampuan....
A. Kognitif
B. bersosialisasi
C. berdiskusi
D. berinteraksi
E. semua benar
Jawaban A
8. pencampuran integrasi antara biologis dengan psikologis adalah...

31
32

A. fitrah nafs
B. fitrah jasmani
C. fitrah rohani
D. zakat fitrah
E. semua benar
Jawaban A
9. pengalaman belajar yang terdapat pada pengembangan domain kognitif
berjumlah...
A. 5
B. 4
C. 10
D. 20
E. 30
Jawaban A
10. Fitrah yang berpotensi dalam merumuskan masalah adalah...
A. Fitrah akal
B. Fitrah jiwa
C. Fitrah nafs
D. Fitrah rohani
E. Semua benar
Jawaban A
11. Dalam pengembangan dimensi hakikat manusia ada berapa pengembangan yg di
terapkan....
A.1
B.2
C.3
D.4
E.5
Jawaban B
12. Dalam Pengembangan domain kognitif meliputi kegiatan...
A.Menghafal
B.Memahami

32
33

C.Menganalisis
D.Mengaplikasikan
E.Semua Benar
Jawaban E
13. Keutuhan pengembangan dimensi manusia dapat di arahkan kepada
pengembangan di mensi di bawah ini kecuali...
A.Dimensi kesusilaan
B.Dimensi Ketaatan
C.Dimensi keindividuan
D.Dimensi keberagaman
E.Dimensi kesosialan
Jawaban B
14. Aliran yang mempercayai bahwa perkembangan individu ditentukan oleh
bawaan dari lahir adalah....
A.Nativisme
B.Empiris
C.Konvergesi
D.Freudianisme
E. Neo-Gestalt
Jawaban A
15. Ada berapa dimensi kemanusiaan dalam pendidikan islam...
A.2
B.3
C.4
D.5
E.6
Jawaban D
16. Bahwa individu ketika dilahirkan itu ibarat kertas putih, bersih dan belum
bertuliskan apapun pernyataan berikut adalah isi dari...
A.Teori Empiris
B.Teori Konvergesi
C.Teori Tabula Rasa

33
34

D.Teori Freudianisme
E.Teori Neo-Gestalt
Jawaban C
17. Sigmud Freud adalah tokoh yg terkenal karena teori..
A.Teori Empiris
B.Teori Konvergesi
C.Teori Tabula Rasa
D.Teori Neo-Gestalt
E. Teori Psikodinamika
Jawaban E
18. Kualitas perkembangan aspek rohaniah meliputi seperti....
A. pandai
B. berwawasan luas
C. berpendirian teguh
D.semua benar
E. bertenggang rasa
Jawaban D
19. Untuk mencapai kompetensi ranah psikomotorik ada berapa pengalaman belajar
yang perlu di lakukan..
A.1
B.2
C.3
D.4
E.5
Jawaban C
20. Dalam pengembangan dimensi hakikat manusiaada berapa pengembangan yg di
terapkan..
A.5
B.4
C.3
D.2
E.1

34
35

Jawaban D
21. a). growth
b). nativisme
c). empiris
d). development
e). konvergesi

manakah teori yang benar yang disebutkan oleh Suryabrata (2011:176)

F. a, b, dan c
G. a, d, dan e
H. b, c, dan d
I. b, c, dan e
J. semua benar
jawaban D
22. Mana pernyataan yang benar tentang aliran konvergesi ?
F. Aliran yang mengatasi aliran nativisme dan aliran empirisme
G. Aliran yang menolak kuat pandangan aliran nativisme
H. aliran yang mempercayai bahwa perkembangan individu ditentukan oleh
bawaan dari lahir
I. aliran yang menekankan perkembangan anak dipengaruhi oleh
lingkungannya saja
J. aliran yang mempercayai komponen lebih penting daripada keseluruhan
jawaban A
23. konsepsi ini mempunyai anggapan bahwa hakikat pada perkembangan yang
dimana komponen lebih penting daripada keseluruhan. Termasuk penjelasan
konsepsi ?
F. konsepsi gestalt
G. konsepsi asosiasi
H. konsepsi neo-gestalt
I. konsepsi freudianisme
J. konsepsi sosiologi
jawaban B

35
36

24. konsepsi yang mempunyai anggapan hidup adalah proses belajar. Adalah
konsepsi ?
F. konsepsi biososial
G. konsepsi sosiologis
H. konsepsi asosiasi
I. konsepsi gestalt
J. konsepsi neo-gestalt
jawaban A
25. “Field Theory” adalah nama lain dari teori ?
F. Teori Gestalt
G. Teori Neo-Gestalt
H. Teori Asosiasi
I. Teori Freudianisme
J. Teori sosiologis
Jawaban B
26. James Mark Baldwin termasuk tokoh dalam konsepsi ?
F. Konsepsi asosiasi
G. Konsepsi gestalt
H. Konsepsi sosiologis
I. Konsepsi freudianisme
J. Konsepsi neo-gestalt
Jawaban C
27. Siapa tokoh yang berpandangan seperti pada konsepsi gestalt ?
F. Wertheirmer
G. Kurt Lewin
H. John Locke
I. Pavlov
J. James Mark Baldwin
Jawaban A
28. Konsepsi yang berpendapat bahwa sumber pokok perilaku manusia berasal dari
libido seksualitas adalah konsepsi ?
F. Sosiologis

36
37

G. Biososial
H. Neo-Geostalt
I. Asosiasi
J. Freudianisme
Jawaban E
29. Siapa nama tokoh yang mempunyai pendapat sama seperti konsepsi biososial ?
F. R.J. Havighrust
G. Sigmud Freud
H. James Mark Baldwin
I. Kurt Lewin
J. Thorndike
Jawaban A
30. Dalam konsepsi biososial mempunyai 4 faktor yang berkaitan dengan
perkembangan adalah…
F. Kemasan fisik
G. Tekanan sosial
H. Nilai-nilai pribadi
I. Gabungan dari semua factor
J. Semua benar
Jawaban E

37
38

38
39

39
40

40

Anda mungkin juga menyukai