Anda di halaman 1dari 13

“HAKIKAT MANUSIA DAN DIMENSI-DIMENSINYA”

MAKALAH

Ditulis untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Pengantar Pendidikan

Kelompok 1

1. ATIKA AULIA
2. NOVIOLY AGUSTIN
3. RIZKIA WATI
4. M. YOSEP

Dosen Pengampu:
MEGI VORNIKA, S.Pd., M.Pd

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU


KEPENDIDIKAN (STKIP) MUHAMMADIYAH SUNGAI
PENUH LLDIKTI WILAYAH X
TAHUN 2022

i
i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi
sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru
sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada
terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Hakikat Manusia dan Dimensi-Dimensinya”
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai
pihak, terutama Bapak MEGI VORNIKA, S.Pd., M.Pd selaku dosen matakulaiah
Teori Belajar Bahasa yang telah memberi pemahaman sehingga makalah ini dapat
disusun, karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya yang
telah memberikan dukungan, dan kepercayaan yang begitu besar.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini dapat lebih bermanfaat bagi
semua pembaca.

Sungai Penuh,Oktober 2022

Penyusun

i
ii

DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah.................................................. 1
1.2. Identifikasi Masalah......................................................... 1
1.3. Batasan Masalah.............................................................. 1
1.4. Rumusan Masalah............................................................ 2
1.5. Tujuan Penulisan Makalah.............................................. 2
1.6. Manfaat Penulisan Makalah............................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif.......................... 3
2.2. Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif................................ 6
2.3. Desain Pembelajaran Kooperatif..................................... 12
2.4. Manfaat Pempelajaran Kooperatif................................... 20
2.5. Kelemaham Pembelajaran Kooperatif............................. 21
2.6. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif................................ 21
BAB III PENUTUP................................................................................. 13
3.1. Kesimpulan...................................................................... 13
3.2. Saran ............................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Amanat Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan


bangsa, dan dalam rangka mewujudkannya lahirlah undang-undang no 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan Nasional. Tujuannya tidak lain adalah memberi
pendidikan bagi manusia indonesia
Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bertujuan membantu
peserta didik untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiaannya.
Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia.
Tugas mendidik hanya mungkin dilakukan dengan benar dan tepat tujuan, jika
pendidikan memiliki ciri khas yang secara prinsipil berbeda dengan hewan. Ciri
khas manusia yang membedakannya dari bentuk kumpulan terpadu dari apa yang
disebut dengan hakikat menusia. Disebut sifat hakikat manusia karena secara
hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan.
Pemahaman pendidikan terhadap hakikat manusia akan mempeta tentang
karakteristik manusia dalam pikiran, menyusun metode dan teknik serta memilih
pendekatan dan orientasi dalam merancang dan melaksanakan komunikasi dalam
interaksi edukatif. Namun tidak jarang dalam pendidikan tidak dilakukan dengan
baik, bahwa ada anak didik yang mendapat kekerasan seksual sebagai mana
terjadi di pesantren di jawa, dan kasus perundungan di sekolah seperti di pesantren
gontor dll (Jawapos, 22/8/2022).
Sebagai pendidik bangsa Indonesia, kita wajib memiliki bentuk mengenai
hakikat Indonesia seutuhnya. Sehingga dapat dengan tepat menyusun rancangan
dan pelaksanaan usaha kependidikannya. Selain itu, seorang pendidik juga harus
mampu mengembangkan tiap dimensi hakikat manusia, sebagai pelaksanaan tugas
pendidikannya menjadi lebih profesional.

1
2

1.2. Identifikasi Masalah


Masih ada oknum yang tidak melaksanakan pendidikan dengan baik baik,
yang berakibat buruk pada anak didik.
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi maka peneliti membatasi kajian dalam makalah ini
pada model pembelajaran kooperatif
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut, rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Sifat Hakikat Manusia
2. Hakikat Manusia Dengan Dimensi-Dimensinya
3. Pengembangan Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia
4. Perbedaan Manusia dan Hewan
5. Hakikat Manusia Menurut Islam
6. Pandangan Tentang Hakikat Manusia
1.5. Tujuan Penulisan Makalah
Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian
ini untuk mengetahui :
1. Sifat Hakikat Manusia
2. Hakikat Manusia Dengan Dimensi-Dimensinya
3. Pengembangan Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia
4. Perbedaan Manusia dan Hewan
5. Hakikat Manusia Menurut Islam
6. Pandangan Tentang Hakikat Manusia

1.6. Manfaat Penulisan Makalah


Hasil penelitian ini bermanfaat bagi pembaca untuk menambah pengetahuan
tentang model pembelajaran kooperatif
3

BAB II

PEMBAHASAN

Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu


peserta didik untuk menumbuh kembangkan potensi- potensi kemanusiaannya.
Ciri khas manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan
terpadu (intergrated) dari apa yang disebut sifat hakikat manusia. Di sebut hakikat
manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimilki oleh manusia dan tidak
terdapat pada hewan.
Pendapat tokoh terkenal mengenai hakikat manusia, mengenai alam fikiran
mereka sendiri sesuai dengan aliran aliran filsafat yang mereka yakni, misalnya:
1. Plato berpendapat tentang hakikat manusia: Bahwa manusia adalah suatu
pribadi yang tak terbatas, pada saat bersatunya jiwa dan raga, alu jiwa dan
raga bukan diciptakan dengan situasi yang bersamaan, serta jiwa itu telah ada
sebelumnya.
2. Aristoteles berpendapat tentang hakikat manusia. Bahwa manusia adalah
makhluk yang organis dimana fungsionalisasinya tergantung dengan jiwanya,
dengan menitikberatkan pada fungsi humanis pada jiwanya, ketika manusia
berhadapan dengan hal-hal sulit dan memperlihatkan fungsi motoriknya, dan
unsur kreatifitas mempunyai hubungan dengan daya motoriknya.
3. Rene Descrates berpendapat tentang hakikat manusia: Jiwa adalah perpaduan
antara rasional dan konsisten serta terpadu di dalam kreatifitasnya di dalam
tubuh manusia, interaksi jiwa ini dapat mengubah makna nafsu yang dinamai
dengan pengalaman-pengalaman sadar yang disertai dengan kontrol emosi
jasmania.

2.1. Sifat Hakikat Manusia


Sifat hakikat manusia menajadi bidang kajian filsafat, khususnya filsafat
antropologi. Hal ini menjadi keharusan karena pendidikan bukanlah sekedar soal
praktek melainkan praktek yang berlandasan dan bertujuan. Sedangkan landasan
dan tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya filosofis normative. Sifat hakikat
4

manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil (jadi bukan
hanya gradual) membedakan manusia dari hewan . Meskipun antara manusia
dengan hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi biologinya.
Wujud sifat hakikat manusia, pada bagian ini akan di paparkan wujud sifat
hakikat manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan) yang dikemukakan oleh paham
eksistensi dengan maksud menjadi masukan membenahi konsep pendidikan,
yaitu:
1. Kemampuan menyadari diri
2. Kemampuan bereksistensi
3. Pemilikan kata hati
4. Moral
5. Kemampuan bertanggung jawab
6. Rasa kebebasan(kemerdekaan)
7. Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak
8. Kemampuan menghayati kebahagiaan.

2.2. Hakikat Manusia Dengan Dimensi-Dimensinya


Pada pembahasan telah diuraikan sifat hakikat manusia. Pada bagian ini
sifat hakikat tersebut akan di bahas lagi dimensi-dimensinya atau di tilik dari sisi
lain. Ada empat macam dimensi yang akan di bahas, yaitu: Dimensi
keindividualan, Dimensi kesosialan, Dimensi kesusilaan, Dimensi keberagamaan.
2.2.1. Dimensi Keindividualan
Lysen mengartikan individu sebagai ”orang seorang” sesuatu yang
merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya
individu diartikan sebagai pribadi . Karena adanya individualitas itu setiap orang
memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, kecendrungan, semangat dan daya tahan
yang berbeda. Sifat sifat sebagaimana di gambarkan di atas secara potensial telah
di miliki sejak lahir perlu ditumbuh kembangkan melalui pendidikan agar bisa
menjadi kenyataan. Sebab tanpa di bina, melalui pendidikan, benih-benih
individualitas yang sangat berharga itu yang memungkinkan terbentuknya suatu
5

kepribadian seseorang tidak akan terbentuk semestinya sehingga seseorang tidak


memiliki warna kepribadian yang khas sebagai milikinya.
2.2.2. Dimensi kesosialan
Setiap anak dikaruniai kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang
dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya terkandung untuk
saling memberi dan menerima. Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia
tampat lebih jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk
bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya. Seseorang dapat
mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita- citanya di dalam interaksi dengan
sesamanya. Seorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain,
mengidentifikasi sifat- sifat yang di kagumi dari orang lain untuk dimilikinya,
serta menolak sifat yang tidak di cocokinya.
2.2.3. Dimensi kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih
tinggi. Akan tetapi di dalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya
berbuat yang pantas jika di dalam yang pantas atau sopan itu misalnya terkandung
kejahatan terselubung. Karena itu maka pengertian yang lebih. Dalam bahasa
ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda
yaitu, etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan).
Kesusilaan diartikan mencakup etika dan etiket.
2.2.4. Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah mahluk religius. Beragama merupakan
kebutuhan manusia karena manusia adalah mahluk yang lemah sehingga
memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan agama demi kesalamatan
hidupnya. Dapat dikatakan bahwa agama menjadi sandaran vertical
manusia.Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan agama.
Pendidikan agama bukan semata-mata pelajaran agama yang hanya memberikan
pengetahuan tentang agama, jadi segi-segi afektif harus di utamakan.
6

2.3. Pengembangan Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia


Sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya
pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan. Meskipun
pendidikan itu pada dasarnya baik tetapi dalam pelaksanaanya mungkin saja bisa
terjadi kesalahan-kesalahannya yang lazimnya di sebut salah didik. Sehubungan
dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu:
2.3.1. Pengembangan yang utuh
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh
dua factor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan
kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas
perkembangannya. Selanjutnya pengembangan yang utuh dapat dilihat dari
berbagai segi yaitu, wujud dan arahnya.
a. Dari wujud dimensinya
Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi
keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan keberagamaan, antara aspek
kognitif, afektif dan psikomotor. Pengembangan aspek jasmaniah dan
rohaniah dikatakan utuh jika keduanya mendapat pelayanan secara seimbang.
b. Dari arah pengembangan
Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dapat diarahkan
kepada pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan
keberagaman secara terpadu. Dapat disimpulkan bahwa pengembangan
dimensi hakikat manusia yang utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu
terhadap dimensi hakikat manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang
secara selaras.
2.3.2. Pengembangan yang tidak utuh
Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan
terjadi di dalam proses pengembangan jika ada unsur dimensi hakikat manusia
yang terabaikan untuk ditangani, misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh
pengembangan dimensi keindividualan ataupun domain afektif didominasi oleh
pengembangan dimensi keindividualan ataupun domain afektif didominasi oleh
pengembangan domain kognitif.
7

2.4. Perbedaan Manusia dan Hewan


Manusia Hewan
1. Ketika dilahirkan tidak berdaya 1. Memiliki kemampuan siap pakai
sama sekali ketika lahir
2. Makhluk biologis, individu dan 2. Makhluk biologis
sosial 3. Punya instik
3. Potensi yang berkembang 4. Bertindak menurut instink
4. Bertanggung jawab 5. Tidak mengenal etika, estetika
5. Punya etika, estetika, dan agama dan agama

2.5. Hakikat Manusia Menurut Islam


a. Manusia makhluk yg paling mulia dan atau paling hina.
- Mulia maksudnya adalah konstruksi jasmani dan rohani manusia
lebih lengkap.
- Hina maksudnya adalah tingkah lakunya bertentangan dengan aturan
Tuhan
b. Hakikat kejadian manusia
Asal manusia ·
Jasmani => Tanah ·
Rohani => Gaib
c. Proses Terwujudnya manusia
Manusia yg terwujud tanpa ibu dan bapak => Adam ·
Manusia yg terwujud tanpa ibu => Hawa ·
Manusia yg terwujud tanpa bapak => Isa ·
Manusia yg terwujud dari laki-laki dan perempuan => manusia
sekarang. Terwujudnya manusia menurut teori Darwin=>Manusia
berasal dari kera.
8

2.6. Pandangan Tentang Hakikat Manusia


2.6.1. Pandangan Psikoanalitik
Suatu aliran dalam ilmu jiwa yang mencoba menganalisis kejiwaan manusia
atas bagian-bagiannya. Struktur Kepribadian Manusia terdiri dari 3 komponen
(Freud)
1. Id yang berfungsi untuk menggerakkan seseorang untuk memuaskan
kebutuhannya
2. Ego berfungsi untuk menjembatani antara keinginan id dengan lingkungan
yang realistis
3. Super ego berfungsi untuk mengawasi dan mengontrol tingkah laku
seseorang agar sesuai dengan aturan dan nilai-nilai moral.
2.6.2. Pandangan Humanistik
Melihat manusia itu secara manusiawi. Dipelopori oleh Rogers, Jeans
Jacues Rousseau, Martin Buber
1. Rogers
Manusia adalah makhluk yang terus berubah dan diibaratkan dengan air
mengalir yang tanpa hentinya.
2. Jean Jacues Rousseau
Pada dasarnya manusia itu adalah baik tapi dirusak oleh masyarakat atau
lembaga.
3. Martin Buber
Manusia merupakan suatu (eksistensi) yang berpotensi, tetapi potensi itu
terbatas, sehingga sulit untuk memperkirakan bagaimana masa depan mansia
tersebut. Manusia tidak dapat dikatakan baik atau jahat tetapi mengandung
kedua kemungkinan itu.
2.6.3. Pandangan Behavioristik
Tingkah laku manusia ditentukan oleh lingkungan dimana individu itu
berada. Dipelopori oleh Skinner, Kohler, Wetson, Thorndike
1. Tingkah laku manusia ditentukan oleh lingkungan di mana individu itu
berada
9

2. Tingkah laku manusia dapat dikendalikan dengan mengatur lingkungan


tempat individu itu berada
10

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Hakikat Manusia Dengan Dimensi-Dimensinya. Lysen mengartikan
individu sebagai ”orang seorang” sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang
tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya individu diartikan sebagai
pribadi . Karena adanya individualitas itu setiap orang memiliki kehendak,
perasaan, cita-cita, kecendrungan, semangat dan daya tahan yang berbeda. Sifat
sifat sebagaimana di gambarkan di atas secara potensial telah di miliki sejak lahir
perlu ditumbuh kembangkan melalui pendidikan agar bisa menjadi kenyataan.
Sebab tanpa di bina, melalui pendidikan, benih-benih individualitas yang sangat
berharga itu yang memungkinkan terbentuknya suatu kepribadian seseorang tidak
akan terbentuk semestinya sehingga seseorang tidak memiliki warna kepribadian
yang khas sebagai milikinya.

3.2. Saran
Saran kami berikan kepada pelaksana pendidikan agar selalu
memperhatikan hakikat manusia dalam pelaksanaan pendidikan di semua jenjang
pendidikan di indonesia ini agar telaksana pendidikan yang baik

Anda mungkin juga menyukai